( RKS )
SPESIFIKASI UMUM
PASAL 1
NAMA DAN LOKASI KEGIATAN
Kegiatan yang dimaksud dalam spesifikasi ini adalah PEMBANGUNAN BUNDARAN DAN TUGU berlokasi di
Bundaran Perempatan Jalan Dalam Kota Namrole, Kec. Namrole, Pusat Pemerintahan Kabupaten Buru
Selatan.
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah seperti tertera pada Gambar dan atau BOQ (Bill of Quantity)
2. Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, BOQ dan Spesifikasi
Teknis yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.
3. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan.
4. Untuk kelancaran pekerjaan Pihak Kedua harus menyediakan Site Manager/Tenaga Kerja
Terampil/Tenaga Ahli yang dianggap memadai di lapangan sebagai penanggung jawab penuh dengan
wewenang penuh di lapangan.
5. Pihak Kedua harus menyediakan semua peralatan yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Direksi berhak meminta Pihak Kedua mengadakan peralatan pembantu pekerjaan yang
dianggap perlu untuk menjamin kecepatan, mutu dan ketepatan pekerjaan seperti beton molen ( mixer
beton ), vibrator, pompa air, alat penarik, pengangkat dan pengangkut horizontal dan vertikal, mesin
pemadat, alat-alat gali, alat pancang, bor tanah, alat penyipat datar ( theodolit, waterpass dan lain-lain )
atau peralatan yang benar-benar diperlukan dan dipakai dalam pelaksanaan.
6. Semua biaya mobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah diperhitungkan Pihak Kedua.
7. Pihak Kedua wajib meneliti situasi tapak-job site dan hal lain yang dapat mempengaruhi penawaran.
8. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pihak Kedua wajib melakukan survey ulang guna memperoleh
akurasi data yang akurat.
9. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat diajukan sebagai alasan untuk
mengajukan klaim.
10. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis, gambar rencana, Berita Acara Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta
petunjuk Konsultan Pengawas.
11. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan paling lambat 4 ( empat ) hari sebelum pekerjaan dimaksud dilaksanakan
PASAL 3
PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
1. Kecuali ditentukan lain dalam Dokumen ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut dibawah
ini termasuk segala perubahan dan tambahannya.
a. Undang–Undang .No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
b. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 43/PRT/M/2007 , tentang standar dan Pedoman Pengadaan
Jasa Konstruksi.
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991), SK SNI T-15.1993
e. Tata Cara pengadukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1993
f. Peraturan Muatan Indonesia NI. 8 dan Indonesian Loading Code 1987 (SKBI-1.2.53.1987)
g. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI)NI 5
h. Pedoman Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990
i. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1984
j. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
k. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
l. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972
m. Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang bersangkutan dengan
permasalahan bangunan.
2. Apabila penjelasan dalam Dokumen ini tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan dan
syarat dalam peraturan diatas, maka Kontraktor wajib mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang
disebutkan diatas.
PASAL 4
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Persyaratan Bahan
a. Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas yang
ditentukan dalam PBI 1991.
b. Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan triplek dicat putih.
c. Bahan bouwplank dipakai tiang kayu meranti atau sengon 5/7 dan papan meranti atau sengon
ukuran 2/20 cm.
d. Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-lain digunakan
bahan kayu setempat.
2. Pedoman Pelaksanaan
a. Pengadaan air untuk pelaksanan pekerjaan
Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat, kemudian ditampung
dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang
cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI NI 2.
b. Pemasangan Bouwplank
Tiang Bouwplank harus terpasang kuat. Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya dan
dipasang waterpass (timbang air) dengan sudut-sudutnya harus siku.
PASAL 5
PEKERJAAN STAKING OUT
1. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan Pemborong harus melakukan
pengukuran di lapangan secara teliti dan benar, sesuai dengan referensi Bench Mark atau titik tetap di
lapangan seperti ditunjukan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai presisi tinggi dengan
metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang dilaksanakan pemborong
dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin di
pengaruhi perbedaan tersebut Pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapatkan
keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas keamanan konstruksi dan
kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.
PASAL 6
PATOK-PATOK REFERENSI, BOUWPLANK dan PENGUKURAN
1. Direksi akan menetapkan 1 (satu) “Bench Mark” sebagai referensi yang ditetapkan di lapangan. Bila
Bench Mark belum ada maka pemborong berkewajiban membuat Bench Mark sesuai dengan petunjuk
Direksi.
2. Pemborong harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang patok-patok pembantu sebagai
pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain,
yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
3. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bowplank harus disetujui Direksi. Patok-patok dan
referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh Direksi.
PASAL 7
DAERAH KERJA DAN JALAN MASUK
Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi tersebut dapat diperoleh
dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan
yang betul-betul diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan dan jalur pengangkutan material
dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.
PASAL 8
JENIS MATERIAL
1. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi
persyaratan teknis yang ditentukan.
2. Jika pemborong memiliki bahan lain yang akan digunakan selain yang disyaratkan, maka mutunya
minimal harus sama dengan yang diisyaratkan dalam Dokumen Lelang, sebelum pemesanan bahan
harus diberitahu pada Direksi yang meliputi jenis, kualitas dan kuantitas bahan yang dipesan untuk
mendapatkan persetujuan.
PASAL 9
LALU LINTAS
Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan pekerjaan. Pemborong
harus berhati-hati sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas atau menimbulkan
kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan prasarana lainnya. Bilamana terjadi kerusakan, Pemborong
berkewajiban untuk memperbaiki /mengganti.
PASAL 10
CUACA
Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan penurunan mutu suatu
pekerjaan kecuali pelaksana/pemborong sudah mempersiapkan sarana untuk menanggulanginya.
PASAL 11
SERVICE SEMENTARA
Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan umum
yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta persyaratannya akan dicantumkan di bawah
ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang diisyaratkan tidak dapat diperoleh. Pemborong boleh
mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi dari
apa yang diisyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis sepanjang memenuhi persayaratan
teknis dan Pemborong diwajibkan untuk sedapat mungkin mempergunakan bahan-bahan produksi dalam
negeri.
PASAL 13
SEMEN
1. Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan semen type I sesuai ASTM C 150, dan
segala sesuatu harus mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang digunakan harus
merupakan produk dari suatu pabrik yang telah mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Tidak
boleh memakai semen (PC) yang sudah mengeras (Sweping).
2. Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari produsen dari setiap pengiriman semen, yang menunjukkan
produk tadi telah memenuhi suatu test standart yang lazim digunakan untuk material.
3. Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum
dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut.
4. Kontraktor harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik
sehingga tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak,
terutama sekali tempat lantai penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan
tanah.
Kontraktor harus menyediakan tempat / gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat yang baik
sehingga tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak,
terutama sekali tempat lantai penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan
tanah.
5. Semen dalam kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter. Tiap-tiap
menerima semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-
penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan.
Kantong-kantong semen yang kosong harus segera dikeluarkan seluruhnya.
6. Kontraktor harus mengambil pengelola yang cakap, yang mengawasi gudang-gudang semen dan
mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
7. Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Pengawas bila dikehendaki, yaitu jumlah semen
yang digunakan selama hari itu ditiap bagian kerja.
PASAL 14
AIR KERJA
1. Air yang digunakan untuk bahan beton, adukan pemasangan dan grouting, bahan pencuci agregat dan
untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya
seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau), kadar silt (lanau) yang terkandung dalam
air tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang diperkenankan
adalah 0,5% atau 5 gram / liter, sedangkan kadar chloor maksimum 1,5% atau 15 gram / liter.
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, air laut, air payau dan sumber air yang
berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya material-material yang
tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0,5 meter dari permukaan atas air kesisi tempat
pengambilan tadi.
3. Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan aquadest dibandingkan
dengan beton yang diaduk menggunakan air dari satu sumber dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidak
pastian dalam mutu beton walaupun telah digunakan semen yang sama telah disetujui, maka air dari
sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda
lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu
pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini, pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik
dan dapat diterima dan disetujui Pengawas.
PASAL 15
AGREGAT HALUS
1. Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan bangunan yang ditetapkan
sebagai berikut :
a. Pasir buatan : Pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.
b. Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir alam yang didapat dari
persetujuan Direksi
c. Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan campuran sehingga
mencapai gradasi ( susunan butiran ) yang dikehendaki
2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh kontraktor dan
dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari
sumber-sumber yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai kontraktor, kontraktor harus mengadakan
persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar semua sewa atau biaya lain yang
bersangkutan dengan hal tersebut.
3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksud sebagai persetujuan keseluruhan untuk
semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas
satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
a. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus meruapakan pasir alam, pasir hasil pemecahan batu
dapat digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang di pakai harus
mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
b. Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam
melaksanakan adukan baik untuk adukan beton, plesteran ataupun grouting, pasir tidak dapat
digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya.
c. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali, bahan-bahan organik dan
kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.
d. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan persyaratan pada SK-SNI T-
15-1991-03.
PASAL 16
AGREGAT KASAR
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah atau campuran dari keduanya. Koral
yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral
keras, padat, tidak porous dan tidak berselaput material lain.
Dalam penggunannya koral harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar dapat gradasi sesuai dengan
yang dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7,5 atau bila diselidiki dengan
saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-15-1991-03 dan material yang halus yaitu yang lebih
kecil dari 5 mm harus disingkirkan.
2. Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan dari
Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
3.
Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan, baik dengan
menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang direncanakan, memberikan kepadatan
maksimum, baik workebilitynya, dan memberikan kondisi watercement ratio yang maksimum.
PASAL 17
BESI
1. Besi beton yang digunakan harus memenuhi standar ketentuan dalam SK-SNI 07-2054-2006 serta
memiliki mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan kekuatan konstruksi yang diperlukan yaitu baja dengan
mutu U-24 sesuai PBI 1971
2.
Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak / minyak, dan tidak bercacat seperti retak, dan toleransi karat
ringan yaitu karat yang apabila digosok secara manual tidak menimbulkan cacat pada permukaan. Besi
beton harus berpenampang bulat dan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971
3. Batang Baja/Besi Beton harus disimpan terlepas dari tanah serta tidak diperbolehkan ditempat terbuka u
ntuk jangka waktu panjang
PASAL 18
BATA
Batako yang digunakan yaitu batako lokal terbuat dari campuran semen dengan pasir kasar yang mempunyai
mutu campuran yang baik hingga tidak hancur bila direndam dalam air atau di banting di atas tanah. Ukuran
Batako minimal 10 x 12 x 27 mm dan berkualitas baik, cukup keras dan tidak keropos serta tidak pecah-pecah
melebihi 20%. Sisinya bersudut, dan kuat tidak dapat dikorek dengan tangan, berpermukaan rata.
PASAL 19
KAYU
Kayu yang digunakan adalah minimal kayu kelas III sebagai bekisting untuk pengecoran beton bertulang.
Seyogyanya kayu yang digunakan harus cukup lurus, tidak banyak memiliki cacat, serta memiliki tingkat
kekeringan yang cukup sehingga tidak mudah berubah bentuk
PASAL 20
PASANG BOUWPLANK
PASAL 21
PEKERJAAN TANAH
Galian Tanah
Syarat-Syarat Pelaksanaan:
» Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen Kontrak yang
berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau pekerjaan dan kondisi-kondisi
yang ada, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan kegiatan. Pengukuran harus ditakukan dengan alat ukur
Theodolit atau sejenisnya yang sebelum dipakai harus diperiksa disetujui Direksi Teknik.
Sebelum pekerjaan tanah dimulai Kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua Dokumen Kontrak yang
berhubungan, pemeriksaan kebenaran dari kondisi pekerjaan, meninjau pekerjaan dan kondisi-kondisi
yang ada, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan kegiatan. Pengukuran harus ditakukan dengan alat ukur
Theodolit atau sejenisnya yang sebelum dipakai harus diperiksa disetujui Direksi Teknik.
» Kontraktor harus mempertimbangkan hambatan yang mungkin terjadi pada kondisi lapisan bawah tanah,
walaupun telah dilakukan penyelidikan tanah
oleh Konsultan Perencana bilamana perlu, berdasarkan pertimbangan dan tanggung jawabnya,
Kontraktor diperkenankan untuk melaksanakan penyelidikan tanah tambahan atas biaya sendiri dan
melalui persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.
» Tanah atau site diserahkan kepada Kontraktor dalam rangka pelaksanaan pembangunan ini seperti apa
adanya seluruh pekerjaan pembersihan dan penyesuian ketinggian-ketinggian halaman/lantai,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
» Galian tanah untuk pondasi harus sesuai dengan ukuran dalam gambar pelaksanaan atau sampai tanah
keras. Apabila diperlukan untuk mencapai daya dukung yang baik,dasar galian harus
dipadatkan/ditumbuk.
» Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas-bekas akan pokok kayu, longsoran atau
benda-benda yang dapat mengganggu konstruksi pondasi.
» Pekerjaan penggalian untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar pelaksanaan bauwplank
terpasang
» Galian tanah pondasi harus dibuang diluar bouwplank dan diratakan diluar sedemikian rupa hingga tidak
mudah gugur kembali ke dalam lubang parit pondasi.
» Kedalaman galian pondasi minimal sesuai gamban atau telah mencapai tanah keras. Yang dimaksud
dengan tanah keras adalah tanah dengan kemampuan daya dukung 1 kg/cm2, hal-hal yang menyimpang
akan diperhitungkan sebagai pekerjaan lebih atau kurang
» Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (v) belum mendapatkan tanah keras, maka Kontraktor
harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana
untuk mendapatkan pemecahan sebaik-baiknya
» Apabila dalam melaksanakan penggalian kedalaman galian pada tanah keras lebih dalam, dan untuk
mendapatkan kedalaman yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam gamban maka
Penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
» Pada galian tanah yang mudah longsor Kontraktor harus mengadakan tindakan pencegahan dengan
memasang penahan atau cara lain yang disetujui Direksi.
» Dalam pelaksanaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam galian harus
dihindarkan dari genangan air Untuk itu Kontraktor harus menyediakan pompa air dengan jumlah yang
cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan tersebut
» Galian tanah untuk pematangan lahan menggunakan alat berat/ekskavator.
» Jika galian melampaui batas kedalaman, Kontraktor/Pelaksana harus menimbun kembali dan dipadatkan
sampai kepadatan maksimum
» Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkut langsung ke tempat yang sudah
direncanakan dan disetujui oleh Direksi
PASAL 21
PEKERJAAN PASANGAN
Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding tembok harus rata, harus
merupakan satu bidang tegak lurus dan siku, pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-
retak noda-noda dan cacat lainnya.
Pekerjaan plester dilaksanakan setelah pekerjaan struktur/pelat lantai selesai dilaksanakan dan sebelum
pelaksanaan plesteran dilaksanakan, jalur-jalur instalasi air/listrik, dan lain-lainnya harus dilaksanakan terlebih
dahulu termasuk yang masuk dalam beton yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
PASAL 22
PEKERJAAN BETON
» Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam keras, bersih dari kotoran—kotoran bahan kimia,
bahan-bahan organik serta bersifat kekal.
» Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih 5 % (terhadap berat kering)
serta memenuhi gradasi yang baik.
» Grafik pembagian butir pasir beton yang dianalisa dengan saringan harus masuk dalam daerah baik
(well graded) menurut grafik-grafik yang ada pada PB1 71.
» Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
b. Agregat Kasar
» Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami maupun buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asal memenuhi pasal 3.4 PBI 1971 (N1-2)
» Ukuran butir agregat maximum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-
bidang sepanjang dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempal dari jarak bersih minimum
diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan
mempunyai "Bidang pecah" minimum tiga muka.
» Gradasi agregat kasar disyaratkan memenuhi syarat PBI 1971.
» Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta bersifat kekal.
» Agregat harus bersih dengan kandungan lumpur maximum 1 %, bila melebihi maka agregat kasar
harus dicuci dan tak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak mutu beton seperti zat reaktif
alkali. dan memenuhi persyaratan PBI 1971.
Agregat harus bersih dengan kandungan lumpur maximum 1 %, bila melebihi maka agregat kasar
harus dicuci dan tak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak mutu beton seperti zat reaktif
alkali. dan memenuhi persyaratan PBI 1971.
c. Air
» Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bebas dari asam, garam, bahan alkalin dan bahan
organik yang dapat mengurangi mutu beton.
»
Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan dari Direksi dan bila air yang digunakan
meragukan, maka Kontraktor harus mengadakan penelitian laboratorium atas tanggungan Kontraktor
d. Besi Beton
» Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu U-24 dengan diameter diameter
seperti yang tertera dalam gambar dengan
» Penggunaan diameter yang lain atau penggantian, diperkenankan apabila ada persetujuan tertulis
dari Direksi.
» Apabila baja tulang kwalitasnya diragukan oleh Direksi, maka Kontraktor harus memeriksakan ke
Lembaga Penelitian Bahan yang diakui atas beaya Kontraktor
»
Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar / rencana detail
dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan diameter masing-masing.
» Pengukuran dimensi dan mutu baja tulangan harus dilakukan setiap kali kontraktor mendatangkan
baja tulangan tersebut ke lapangan, jumlah sample yang diambil harus memenuhi kriteria statistik
dan tidak boleh ada pengurangan mutu atau dimensi yang lebih besar dari 5%.
» Bila penggantian dapat disetujui, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari
tulangan yang tersebut dalam gambar atau perhitungan. Segala beaya yang ditambah oleh
pengganti tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan kesalahan gambar rencana adalah
tanggungan Kontraktor
» Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab, dipisahkan sesuai dengan diameter serta
asal pembelian, semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala macam kotoran dan minyak
serta sejauh mungkin dihindarkan terhadap pengaruh garam kuat
f. Spesi Beton
» Pada pengecoran plat, balok dan kolom yang bersifat struktural diwajibkan mengunakan ready mix
sedang untuk pekerjaan pondasi, kolom maupun konstruksi beton yang bersifat praktis, Kontraktar
diijinkan menggunakan campuran yang dibuat sendiri, dengan tuntutan mutu beton seperii yang
disyaratkan
» Penggunaan Ready-mix (beton pabrik) diijinkan dengan campuran sesuai dengan yang telah
ditentukan.
3. Bekisting
a. Umum
» Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1971 pasal 5.1.
» Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai dengan ukuran yang ditentukan dalam
gambar
» Bekisting harus diperkuat sedemikian rupa, sehingga tidak bocor/pecah pada saat mendapat
tekanan spesi.
» Untuk mendapat bentuk penampang, ukuran beton seperti yang diminta dalam gambar
konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
» Konstruksi dan bekistingharus kedap adukan dan tidak melengkung menerima beban-beban dari
adukan basah, tulangan dan lain-lain tidak berubah bentuk akibat pemadatan adukan dengan
vibrator
» Cetakan harus menghasllkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi
yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
» Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari air
limbah dan kotoran lainnya, kemudian bekisting dibasahi air sampai jenuh
b. Kolom.
» Bekisting kolom dapat dibuat utuh untuk satu kolom, atau dengan cara pengecoran bertahap.
» Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan menggunakan unting-unting
atau theodolith
» Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan kaso 5/7 antara sesama
bekisting.
» Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang pengganjal yang diikat
pada tulangan. tersebut, agar tulangan tidak melekat pada bekisting.
d. Percobaan Pendahuluan.
» Percobaan pendahuluan dibuat oleh Sub Kontraktor penyedia bahan beton jadi (ready mix)
tentang perbandingan campuran yang akan digunakan dan rencana slump yang digunakan,
» Kontraktor wajib mengirimkan keterangan campuran kepada Direksi Teknik sebagaidasar
campuran yang akan digunakan oleh ready mix.
» Hasil percobaan pendahuluan setidak-tidaknya 5 hari sebelum pelaksanaan pengecoran,
diserahkan kepada Direksi/Pengawas, sebagai kelengkapan permohonan ijin pengecoran.
Apabila atas pemerlksaan dari Direksi, bahwa segala sesuatunya siap, maka Direksi dapat mengijinkan
pelaksanaan pengecoran sesuai dengan rencana pelaksaan dengan menulis pada buku Direksi.
Direksi dapat menolak uniuk memberi ijin selama hasil pemeriksaan memerlukan perbaikan atau dinilai
belum siap untuk melaksanakan pengecoran.
Jalan kerja terbuat dari papan meranti 2/20, dibuat sedemikian rupa tidak menempel Tu langan, sehingga
tulangan telah terpasang tidak rusak terinjak.
g. Dimensi Beton
Dimensi beton adalan ukuran beton sendin, tanpa adanya plesteran, yang merupakan ukuran dalam
(rong) bekisting.
h. Pelaksanaan Pengecoran dengan cara manual.
1) Pengecoran
Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6 1. sld 6.6
2) Takaran Campuran Beton.
Pelaksanaan penakaran campuran beton, harus dengan kotak-kotak takaran yang sama volumenya,
yang merupakan volume yang sama dengan atau kelipatan satu zak semen. Hal ini akan diatur oleh
Direksi Teknik.
3) Pengadukan Campuran Beton.
Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk beton (beton molen)
yang bekerja baik. Pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/homogen.
i. Ready Mix.
1) Penggunaan ready mix pada pengecoran yang telah ditentukan diatas, maka Kontrakior wajib
memperhitungkan kemampuan tenaga dan peralatan penunjang. sehingga tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan pengecoran beton.
2) Sarana transporatasi adukan beton adalah truck dengan bobot > 10 ton, maka Kontraktor harus
memperhatikan kemampuan jalan masuk, ke lokasi pengecoran agar tidak terjadi kemacetan akibat
terperosoknya truck pengangkut, apabila perlu dilakukan perbaikan kemampuan dukung jalan
3) Kontraktor dapat meletakkan concrete pump unit (unit pompa beton) pada tempat yang mudah
dicapai oleh truck pengangkut.
4) Juga harus diperhatikan lokasi truck pengangkut untuk menunggu penuangan adukan kedalam
concrete pump unit, agar tidak terjadi kemacetan di jalan umum.
5) Waktu pelaksanaan.
Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pastl, apakah dengan menggunakan waktu kerja
biasa dengan memperhitungkan lokasi pemutusan pengecoran. Atau pengecoran diselesaikan
secara keseluruhan dengan memperhitungkan :
Jadwal pelaksanaan harus diperhitungkan secara pastl, apakah dengan menggunakan waktu kerja
biasa dengan memperhitungkan lokasi pemutusan pengecoran. Atau pengecoran diselesaikan
secara keseluruhan dengan memperhitungkan :
» Jumlah tenaga kerja setiap shift.
» Peralatan penerangan untuk kerja malam hari.
» Peralatan penunjang pengecoran.
» Kontinuitas datang adukan beton dari pabrik.
3) Pemadatan plat/balok.
» Nat penggetar pada pengecoran plat/balok harus digunakan bcrdiri 90 derajat hanya dalam
keadaan khusus dipergunakan bersudut 45 derajat. dan tidak diperkenankan menyentuh
tulangan.
» Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat mulai mengkilap
sekitar ujung penggetar atau kurang lebih 30 detik.
m. Perawatan beton
1) Pada konstruksi beton yang haru dicor harus dijaga terhadap pengaruh-pengaruh getaran dsb. yang
akan dapat mempengaruhi proses pengikatan beton.
2) Permukaan beton harus dilandasi dari pengeringan yang terlalu cepat dan/atau tidak merata, dengan
cara disiram air atau ditutup karung goni yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.
o. Pembongkaran Bekisting.
Bekisting hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan yang
cukup untuk memikul berat sendiri den beban beban pelaksanaan yang bekerja padanya.
Pembongkaran tersebut harus mendapat persetujuan dari pengawas ahli. Setelah ia memeriksa hasil-
hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan-perhitungan tersebut. Bagian-bagian konstruksi dimana
terjadi barang barang kerikil harus diperbaiki dengan penuh keahlian.
PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah:
Instalasi titik penerangan, stop kontak dan pompa celup air bersih.
1. MCB
2. Stop kontak
3. Saklar tunggal
4. LED Flood Light 100W - IP 66
5. Philip HPL-N250W/542EA Lampu Mercury
6. Pompa Celup Air Bersih 1,5 Inchi
5. Titik Lampu
a. Fitting, produksi dalam negeri dengan kwalitas baik, terbuat dari bahan ebonit.
b. Philip HPL-N250W/542EA Lampu Mercury
c. LED Flood Light 100W - IP 66
b. Gambar pelaksanaan yang dibuat oleh Instalatir harus diserahkan kepada Direksi setelah pekerjaan
selesai, dengan segala catatannya.
c. Gambar-gambar untuk pengajuan ke PLN dan gambar gambar jaringan terpasang, dibuat oleh
kontraktor berdasarkan gambar rencana.
d. Perubahan atas gambar gambar rencana harus melalui persetujuan Direksi, setelah ada pengajuan
tertulis dari kontraktor.
» Busbar yang menghantarkan arus listrik harus dilapisi dengan bahan yang mencegah oksidasi
antara lain “Silver Plated”.
c. Ujung ujung kabel berkas (standart) harus mempunyai sepatu kabel (lug) type compression yang
sesuai, dan ujung ujung kabel harus masuk semua ke sepatu kabel.
d. Penyambungan kabel dari jaringan listrik kompleks ke panel induk menggunakan kabel tanah tipe
NYFGBY dan tidak boleh menggunakan sambungan. Apabila terpaksa dengan sambungan, maka
harus seijin Pengawas Arus Listrik.
3. Lampu
a. Pemasangan fitting lampu pijar harus kokoh menempel pada penggantungan plafon. Apabila terletak
ditengah plafon, harus dibuat perletakan yang dipakukan pada penggantung plafon.
4. Stop Kontak (kotak kontak)
a. Seluruh stop kontak 1 phase atau 3 phase harus memiliki terminal fasa netral dan pentanahan
(grounding), yang semuanya dihubungkan dengan kabel kabel yang sesuai ukuran dan warnanya
sesuai PUIL 1987.
b. Pemasangan stop kontak tertanam didalam dinding (model inbouw)
c. Penanaman box stop kontak dalam dinding, harus kokoh, sehingga tidak mudah tercabut,
selanjutnya panel stop kontak disekrupkan pada kotak tersebut.
d. Semua kotak-kotak /stop kontak daya 1 fasa dan 3 fasa type splash proof/dust proof, dipasang 1,50
meter dari lantai.
e. Aapabila dipasang dibawah + 125 cm harus mempergunakan tutup/kunci pengaman (W.D).
f. Semua kotak kontak satu fasa harus mempunyai rating 10 A/16 A - 250 V/380 V.
g. Semua kotak kontak (stop kontak) daya harus menggunakan bushing.
5. Saklar
a. Pemasangan dan penempatan jenis skakelar tunggal dan skakelar ganda sesuai gambar.
b. Pemasangan skakelar tertanam didalam dinding (model inbouw).
c. Penanaman box skakelar dalam dinding, harus kokoh, sehingga tidak mudah tercabut, selanjutnya
panel skakelar disekrupkan pada kotak tersebut.
d. Tinggi pemasangan kotak kontrak + 150 cm dari muka lantai.
e. Skakelar harus terpasang kuat pada pada doos skakelar yang khusus untuk itu
6. Jaringan Kabel
a. Kabel-kabel yang dipergunakan sesuai ukuran, jenis yang dinyatakan dalam gambar Kabel-kabel
instalasi menggunakan warna-warna sesuai PUIL 1987 Pasal 720 E.1
Fasa Warna
R merah
S kuning
T hitam
Netral/O biru
Pentanahan kuning strip hijau
a. Pemasangan jaringan kabel didalam
b. Penanaman box skakelar dalam dinding, harus kokoh, sehingga tidak mudah tercabut,
selanjutnya panel skakelar disekrupkan pada kotak tersebut
c. Tidak diijinikan adanya sambungan kabel didalam pipa.
d. Pipa yang ditanam didalam beton diusahakan sewaktu proses pengecoran beton tidak terjadi
kebocoran, sehingga adukan beton cair masuk ke dalam pipa atau kerusakan lainnya akibat
pelaksanaan pengecoran.
e. Pipa yg ditanam pada dinding harus diklem, dan kuat selama pelaks. pekerjaan plesteran.
f. Pemasangan jaringan kabel ditas plafon dapat dengan cara terbuka (tanpa melalui pipa).
g. Pemasangan jaringan terbuka, pada setiap jarak maksimal 1,00m harus dipasang pengikat dari
porselin, dan dikaitkan dengan kencang serta kabel harus tegang.
i. Kabel kabel daya yang menuju kotak kontak (stop kontak)/skakelar dari bawah lantai/kabel
trench harus dilindungi galvanized steel conduct pipe (pipa baja khusus instalasi listrik yang
digalvanis) dan di klem.
7. Pemasangan Sparing
a. Pemasangan sparing pipa PVC 5/8 “ sebanyak 2 buah berjajar di ruang laboratorium bahasa Inggris
jurusan Administrasi Niaga dan Jurusan Akuntansi di Gedung Tata Niaga untuk persediaan instalasi
Sound System yang letaknya disesuaikan dengan gambar rencana.
b. Pemasangan Sparing pipa PVC 1” untuk Sparing instalasi interkoneksi antar komputer dan antar
ruangan di gedung Tata Niaga lantai 1 dan 2 yang letaknya yang letaknya disesuaikan gambar
rencana.
c Pemasangan pipa dan besi siku untuk Kabel trench di gedung laboratorium Tata Niaga
PASAL 24
PEKERJAAN PENGECATAN
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan dan Perapihan
Setelah pekerjaan selesai semua, permukaan harus bersih dari segala macam kotoran dan dalam
keadaan baik sempurna, serta sisa dari bahan-bahan yang sudah digunakan yang berupa apapun harus
dibersihkan atau dibuang termasuk debu yang menempel pada bangunan. Pekerjaan pembersihan
dilakukan selama pekerjaan dilaksanakan.
PEKERJAAN PENGECATAN
A. Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard-standard sebagai berikut :
a. Petunjuk-petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI-3 1970
c. NI-4
B. Persyaratan Material
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang, spesifikasi, dan aturan
pakai.
3. Cat yang dipakai adalah dari setara Merk DULUX Standar ICI atau merk lain yang setara dengannya baik
dari segi harga dan kualitas.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat untuk disetujui oleh PPK.
5. Jenis cat, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi bangunan kecuali ditentukan lain oleh
Owner dalam masa pelaksanaan adalah seperti dalam tabel berikut ini :
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Penentuan penempatan ruang dan jenis cat ditentukan oleh Owner dalam masa pelaksanaan.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada dalam Spesifikasi Teknis
(tabel point 1) dengan yang ada dalam Gambar maka acuan yang dipakai adalah menurut keputusan
PPK dan Tim teknis pendukung PPK.
9. Perubahan-perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam tabel point 1 yang dilakukan
oleh PPK dan Tim teknis pendukung PPK harus disertai keterangan tertulis.
10. Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah kesalahan Kontraktor
Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti
yang telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan
dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
Perubahan-perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah kesalahan Kontraktor
Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor Pelaksana harus mengantinya dengan warna cat seperti
yang telah ditentukan dalam tabel point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan
dan pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
C. Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengerok seluruh cat pada permukaan tembok sampai terlihat acian,
kemudian diamplas hingga sisa cat lama terkikis. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus disetujui oleh
Owner sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding batako dan permukaan beton benar-benar kering
sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Kemudian sapukan cat dasar pada permukaan tembok. Anda dapat menggunakan roller. Cukup satu
lapis. Biarkan hingga kering sekitar 1-2 jam.
4. Gunakan kuas untuk mengecat pinggiran tembok atau lis. Setelah lapisan pertama mengering (2-3 jam),
lanjutkan mengecat lapisan kedua di atas lapisan pertama
5.
Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli. Pengecatan dengan alat
seperti Kompresor harus dengan persetujuan Owner tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
CATATAN TEKNIS :
1. Patung / Ornamen Bunga Meranti terbuat dari bahan Plat Tembaga.
2. Ornamen Lidah Api terbuat dari bahan Plat Stainles Steel dengan motif warna api.
3. Tulisan Simbol Semangat Juang Buru Selatan terbuat dari bahan Plat Stainles Steel warna Natural.
Namrole, 2019