Anda di halaman 1dari 20

2.

1 ISTILAH DAN DEFINISI

Dalam penyusunan laporan ini yang dimaksud dengan:

1. Bagian dari wilayah kota adalah satu kesatuan wilayah dari kota yang

bersangkutan yang merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional

dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas

umum kota;

2. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai

tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat

tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,

maupun kegiatan khusus;

3. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh

batasan fisik yang nyata (spt jaringan jalan, sungai, selokan, saluran, irigasi,

saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, dan pantai) atau yang belum nyata

(rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis

sesuai dengan rencana kota)

4. Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan

perbedaan sub zona.

LAPORAN AKHIR
5. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;

6. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup

untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau

dimasukkan ke dalamnya;

7. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui

oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kota;

8. Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan

dalam rencana kota;

9. Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang

ditentukan berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien

dasar bangunan dan ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kota sesuai

dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota;

10. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

11. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain

(network)

12. Kota adalah wilayah otonomi daerah yang dikepalai oleh Bupati/

Walikota, yang merupakan bagian langsung dari wilayah provinsi dan

terdiri atas beberapa kecamatan;

13. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau

budidaya;

14. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;

LAPORAN AKHIR
15. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam dan sumber daya buatan;

16. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;

17. Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

kota terhadap ekonomi, sosial, budaya,dan/atau lingkungan;

18. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan

antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah

perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang

dan rencana tata bangunan dan lingkungan;

19. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan

antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang

diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dan luas tanah perpetakan/

daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana

tata bangunan dan lingkungan;

20. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan

antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah

perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang

dan rencana tata bangunan dan lingkungan;

21. Lingkungan adalah bagian dari wilayah kota yang merupakan kesatuan

ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu

sistem pengembangan kota secara keseluruhan;

LAPORAN AKHIR
22. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat, hukum adat, badab hukum atay badan usaha, lembaga, dan

organisasi yang berkepentingan dengan penyelenggaraan bangunan

gedung;

23. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

dalam bidang penataan ruang;

24. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan

pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan

pelaksanaan program beserta pembiayaannya;

25. Pemerintah daerah adalah Gubernur/walikota dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

26. Pemerintah pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

27. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

28. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan

ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk

setiap blok yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang;

29. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib

tata ruang;

30. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang

ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;

31. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas

kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak

dan kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang;

LAPORAN AKHIR
32. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan

pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk

setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana

rinci tata ruang;

33. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana

tata ruang;

34. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih

dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas

umum,serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan atau kawasan perdesaan;

35. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik

perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana,

dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;

36. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya;

37. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana

mestinya;

38. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;

39. Rencana tata ruang wilayah kota adalah rencana tata ruang yang memuat

kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kota mengenai lokasi

kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah

laut, lokasi pengembangan kawasan budidaya,termasuk di dalamnya

kawasan-kawasan produksi dan kawasan permukiman, sistem prasarana

transportasi, fasilitas dan utilitas umum, serta kawasan-kakawasan di

LAPORAN AKHIR
wilayah darat dan wilayah laut yang diprioritaskan pengembangannya

dalam kurun waktu rencana;

40. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

memelihara kelangsungan hidupnya;

41. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang

bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,

serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan

lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan rencana investasi,

ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan

pengembangan lingkungan/kawasan;

42. Ruang manfaat jalan (Rumaja) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi

oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang meliputi badan jalan,

saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;

43. Ruang milik jalan (Rumija) adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah

tertentu diluar ruang manfaat jalan;

44. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) adalah ruang tertentu diluar ruang

milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan

penyelenggaraan jalan;

45. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam;

46. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang-ruang dalam kota dalam

bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan

LAPORAN AKHIR
sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota dan tidak didominasi

tanaman;

47. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga

listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan

untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban

dengan tegangan di atas 245kV;

48. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang

menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk

penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan

tegangan di atas 35 kV sampai dengan 245 kV;

49. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan

fungsional;

50. Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan

karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan

karakteristik pada zona yang bersangkutan;

51. Utilitas umum adalah kelengkapan sarana pelayanan lingkungan yang

memungkinkan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya,

mencakup sistem penyediaan air bersih, sistem drainase air hujan, sistem

pembuangan limbah, sistem persampahan, sistem penyediaan energi

listrik, sistem jaringan gas, sistem telekomunikasi dan lain-lain;

52. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan

aspek administratif dan/atau aspek fungsional;

53. Wilayah perencanaan adalah bagian dari kota dan/atau kawasan strategis

kota yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam hal ini RDTR kota

LAPORAN AKHIR
sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kota yang

bersangkutan;

54. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik

spesifik;

55. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan

fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan

fungsi-fungsi lain.

2.2 KEDUDUKAN RDTR DAN PERATURAN ZONASI

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002,

yang dimaksud dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota, merupakan penjabaran dari

Rencana Umum Tata Ruang Wilayah ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan

perkotaan. Untuk mendukung suatu pedoman Rencana Detail Tata Ruang Kota yang

merupakan amanat dan turunan dari suatu Rencana Detail Tata Ruang Kota kedalam

Produk rencana yang lebih rinci, sehingga dapat mendukung dalam aplikasi

perencanaan di tingkat kota.

Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu

kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi

fisik mengikat dan bersifat operasional. Rencana Detail Tata Ruang merupakan

rencana rinci dari rencana umum tata ruang selain rencana kawasan strategis.

Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya

sebagai acuan dalam permberian advise planning dalam pengaturan bangunan

setempat dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum Nomor: 17/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, rencana umum tata ruang

(RUTR) merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang disusun berdasarkan

pendekatan wilayah administratif, yang dalam operasionalisasinya memerlukan

LAPORAN AKHIR
rencana rinci tata ruang. Dalam operasionalisasi tersebut, rencana rinci tata ruang

dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu perangkat pengendalian

pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai rencana tata

ruang.

Produk perencanaan kota dimulai dari dokumen perencanaan RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah) yang bersifat makro dan filosofis yang merupakan

dasar-dasar yang penting dalam menentukan arah kebijaksanaan perkembangan kota.

Setelah itu yang menjadi produk berikutnya ialah Rencana Umum Tata Ruang Kota

(RUTRK) yang secara makro sudah lebih teknis sedangkan Rencana Detail Tata

Ruang Kota (RDTRK) skalanya lebih detail terhadap peruntukkan yang ada

didalamnya.

Adapun kedudukan RDTRK adalah:

1. RDTRK merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Kota atau

Rencana Tata Ruang Wilayah, kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang

berlaku serta Pola Dasar Pembangunan Daerah.

2. RDTRK menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan anggaran

pembangunan daerah dan sektoral.

3. RDTRK menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan RTRK (Rencana

Teknis Tata Ruang Kawasan).

LAPORAN AKHIR
Sumber: Pedoman RDTRK, 2011
Gambar 2. 1 Kedudukan RDTRK Sebagai Dokumen Perencanaan

2.3 FUNGSI DAN MANFAAT RDTR DAN PERATURAN ZONASI

Fungsi dari penyusunan RDTR dan peraturan zonasi adalah sebagai berikut.

1. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW;

2. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan

pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;

3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;

4. Acuan dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang;

5. Acuan dalam penyusunan RTBL;

Sedangkan manfaat dari penyusunan RDTR dan peraturan zonasi adalah

sebagai berikut.

1. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan

lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;

LAPORAN AKHIR
2. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan

pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;

3. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai

dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan;

dan

4. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun

program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya

pada tingkat BWP atau SBWP.

2.4 KRETERIS LINGKUP WLAYAH PERENCANAAN RDTR DAN

PERATURAN ZONASI

Ruang lingkup materi penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan

Zonasi disesuaikan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2011

adalah:

A. TUJUAN PENATAAN BWPBerisi nilai dan/atau kualitas terukur

yang akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana

ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR

tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian.

Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.

Tujuan penataan BWP berfungsi :

1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan

rencana jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang

diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan

pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan

2. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan

perkotaan dengan RTRW.

LAPORAN AKHIR
Dasar Perumusan tujuan penataan BWP :

1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;

2. Isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah,

dan urgensi penanganan;

3. Karakteristik BWP.

B. RENCANA POLA RUANG

Rencana pola ruang berfungsi sebagai:

1. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan

pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP;

2. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;

3. Dasar penyusunan RTBL; dan

4. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.

Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup dalam BWP dan perkiraan kebutuhan ruang untuk

pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan.

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas :

1. Zona Lindung yang meliputi:

a. Zona hutan lindung ;

b. Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya

yang meliputi zona bergambut dan zona resapan air ;

c. Zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai,

sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar

mata air ;

d. Zona RTH kota meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan

pemakaman;

LAPORAN AKHIR
e. Zona suaka alam dan cagar budaya;

f. Zona rawan bencana alam meliputi zona rawan tanah longsor, zona

rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; dan

g. Zona lindung lainnya.

2. Zona budi daya yang meliputi:

a. Zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan

kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah

(bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun,

rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan

sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci berdasarkan

kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional, rumah

sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah;

b. Zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret

dan perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih

lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat

perbelanjaan, dan sebagainya);

c. Zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan

perkantoran swasta;

d. Zona sarana pelayanan umum, yang meliputi sarana pendidikan,

sarana transportasi, sarana kesehatan, sarana olahraga, sarana sosial

budaya, dan sarana peribadatan;

e. Zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan

logam dasar, industri kecil, dan aneka industri;

f. Zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk

ke dalam zona sebagaimana disebutkan diatas yang antara lain

meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona

LAPORAN AKHIR
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;

g. Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang

antara lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona

pariwisata; dan

h. Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan

fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan

perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.

C. RENCANA JARINGAN PRASARANA

Rencana jaringan prasarana berfungsi sebagai:

1. pembentuk sistem pelayanan, terutama pergerakan, di dalam BWP;

2. dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan

utilitas dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan

3. dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL

dan rencana teknis sektoral.

Rencana jaringan prasarana dirumuskan berdasarkan:

1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam

RTRW;

2) Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP;

3) Rencana pola ruang BWP yang termuat dalam RDTR;

4) Sistem pelayanan, terutama pergerakan, sesuai fungsi dan peran BWP;

dan

5) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Materi rencana jaringan prasarana meliputi:

1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan

LAPORAN AKHIR
a. Jaringan primer dan jaringan sekunder pada BWP yang meliputi jalan

arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan

lainnya yang belum termuat dalam RTRW.

b. Rencana jalur kereta api, jalur pelayaran, dan jalur pejalan

kaki/sepeda.

2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan

Terdiri dari jaringan subtransmisi, jaringan distribusi primer (jaringan

SUTUT, SUTET, dan SUTT), jaringan distribusi sekunder.

3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

a. Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi.

b. Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel.

c. Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel

(penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base

Transceiver Station (BTS)).

d. Rencana pengembangan sistem televisi kabel.

e. Rencana penyediaan jaringan serat optik.

f. Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.

4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum

5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

6. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah

Meliputi sistem pembuangan air limbah setempat (onsite) dan/atau

terpusat (offsite).

7. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya

Jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan tempat evakuasi

sementara yang terintegrasi baik untuk skala kabupaten/kota, kawasan,

maupun lingkungan.

LAPORAN AKHIR
D. PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN

PENANGANANNYA

Bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,

mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, melaksanakan revitalisasi di kawasan

yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP

lainnya.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat:

1. Lokasi: meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan, atau dapat juga

meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut

2. Tema Penanganan: program utama yang diprioritaskan penanganannya untuk

setiap lokasi, terdiri dari:

a. Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan.

b. Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan.

c. Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan.

d. Pelestarian/pelindungan blok/kawasan.

E. KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG

Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai:

1. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi

pengembangan BWP;

2. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;

3. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima)

tahunan dan penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima)

tahun; dan

4. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi :

a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas :

1) Program perwujudan rencana pola ruang di BWP

LAPORAN AKHIR
2) Program perwujudan rencana jaringan prasarana di BWP

3) Program perwujudan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan

penanganannya

b. Lokasi

c. Besaran

d. Sumber Pendanaan

e. Instansi Pelaksana

f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

F. PERATURAN ZONASI

1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

a. Kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan,

b. Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas,

c. Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan

d. Kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu

zona

2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (ketentuan mengenai besaran

pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona)

a. KDB Maksimum

b. KLB Maksimum

c. Ketinggian Bangunan Maksimum

d. KDH Minimal

3. Ketentuan Tata Bangunan (ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,

peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona)

a. GSB minimal

b. Tinggi Bangunan maksimum atau minimal

c. Jarak bebas antarbangunan minimal

d. Tampilan bangunan

LAPORAN AKHIR
4. Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal

Prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda,

bongkar muat, dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan

prasarana lainnya yang diperlukan

5. Ketentuan Pelaksanaan

a. Ketentuan variansi pemanfaatan ruang

b. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif

c. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai

dengan peraturan zonasi.

6. Ketentuan Tambahan: berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang

spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar

7. Ketentuan Khusus: ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang

memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan

karakteristik zona dan kegiatannya.

8. Standar Teknis: aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan

berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi

panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

9. Ketentuan Peraturan Zonasi: varian dari zonasi konvensional yang

dikembangkan untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan

zonasi dan ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam

penerapan peraturan zonasi dasar.

Tingkat Kedalaman Rencana

Tingkat kedalaman RDTRK ditentukan berdasarkan luas wilayah perencanaan

antara lain:

1. RDTRK untuk wilayah perencanaan dengan luas sampai 500 Ha,

menggunakan peta 1 : 2.000 hasil pengukuran.

LAPORAN AKHIR
2. RDTRK untuk wilayah perencanaan dengan luas sampai 500-5.000 Ha,

menggunakan peta 1 : 5.000 hasil pengukuran.

3. RDTRK untuk wilayah perencanaan dengan luas sampai 5.000-20.000 Ha,

menggunakan peta 1 : 10.000 hasil pengukuran.

RDTRK untuk wilayah perencanaan dengan luas lebih besar dari 20.000 Ha,

menggunakan peta 1 : 25.000 hasil pengukuran.

Ruang Lingkup Wilayah

Berdasarkan ketentuan dalam pedoman penyusunan RDTR, wilayah dari

perencanaan RDTR mencakup:

1. Wilayah administrasi;

2. Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota;

3. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan;

4. Kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan;

dan/atau

5. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan pedesaan dan

direncanakan menjadi kawasan perkotaan.

Berdasarkan kriteria wilayah perencanaan RDTR tersebut, maka penyusunan

Rencana Tata Ruang Ibukota Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada bagian dari

Wilayah Namrole yang telah ditetapkan sebagai pembangunan pusat pemerintahan

Kabupaten Buru Selatan. Kepastian dan penyepakatan batas-batas delineasi kawasan

perlu ditetapkan secara khusus pada bagian awal kegiatan untuk kemudian dapat

disepakati bersama oleh Pemerintah Kabupaten Buru Selatan.

2.4 MASA BERLAKU RDTR

RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. RDTR dapat

ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR kabupaten/kota

dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) tahun apabila:

LAPORAN AKHIR
1. Terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTR;

atau;

2. Terjadi dinamika internal yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara

mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,

perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.

LAPORAN AKHIR

Anda mungkin juga menyukai