2. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal
selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
a. Penyediaan tenaga
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan.
c. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
d. Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan.
e. Pembuatan papan nama proyek.
f. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
g. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing).
h. Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.
Pasal 2
PENYEDIAAN TENAGA
1. Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai untuk
proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
- 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 5 tahun yang selalu ada dii
lapangan dan dibantu 1 (satu) orang juru gambar (draftman) untuk membuat shop drawing dan as
built drawing.
- 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor proyek.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Penyedia
Jasa sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di atas lengkap dengan
Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.
3. Penyedia Jasa berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2 di
atas apabila diminta oleh Direksi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal.
Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.
4. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, Penyedia Jasa harus membuat pengaturannya sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran,
perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi
yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana
pekerjaan telah berakhir.
5. Penyedia Jasa tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa.
1
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Penyedia Jasa harus memberikan
prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi proyek.
7. Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan pertama
dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan
pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Penyedia Jasa akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di lokasi
proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Penyedia Jasa juga harus melaporkan
kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh
undang-undang.
Pasal 3
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN
1. Penyedia Jasa berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk bar chart dan
network yang dilengkapi dengan grafik prestasi / Curva “S” yang direncanakan berdasarkan butir-butir
komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa selambat-
lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang
dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Direksi.
3. Bila selama waktu 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Penyedia Jasa belum dapat
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus dapat menyajikan jadual
pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari
pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat
memulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Direksi.
Pasal 4
PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN
1. Penyedia Jasa harus menyediakan / mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan alat dan bahan
bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila
Direksi menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan alasan-alasan teknis, maka Penyedia
Jasa harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Penyedia Jasa harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja,
kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila
terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Penyedia Jasa harus segera mengambil tindakan
penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
(dalam hal ini Penyedia Jasa diwajibkan mengikuti JAMSOSTEK / ASTEK/ atau jasa lain yang di
sahkan oleh undang-undang).
3. Penyedia Jasa harus menyediakan segala perlengkapan pengamanan pelaksanaan konstruksi baik
untuk lingkungan sekitarnya ataupun untuk pekerjanya sendiri.
4. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya pelaksanaan
kembali menjadi milik Penyedia Jasa (kecuali bangunan direksi keet apabila sudah termasuk dalam
kontrak menjadi milik direksi) dan harus dibersihkan dari lapangan pekerjaan.
Pasal 5
PENYEDIAAN PERALATAN
2
Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyediakan Peralatan inti yang cukup memadai
sekurang-kurangnya:
a. Dumptruck / Pickup 1 unit
b. Concret Mixer 0.3 m3 1 unit
c. Scafolding 100 set
d. Vibrator 1 unit
e. Pompa Air 1 unit
f. Alat Bantu 1 set
Pasal 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
1. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di dalam kontrak dan
sesuai dengan perintah Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Direksi memerintahkan di tempat
pengambilan atau pembuatan bahan, atau dilokasi atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak,
atau di semua atau beberapa tempat tersebut. Penyedia Jasa harus memberikan bantuan peralatan,
mesin, pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan
pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat atau banyaknya bahan yang digunakan dan harus
menyediakan contoh-contoh bahan sebelum disertakan kedalam pekerjaan, untuk diuji sebagaimana
dipilih dan diperlukan oleh Direksi.
Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagai di bawah ini, sedang bahan-bahan
bangunan yang belum disebutkan di sini akan disyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai
persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.
a. Air :
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan penyiraman guna
pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat
organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan
konstruksi oleh Laboratorium. Bila air yang dipergunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi
diperlukan rekomendasi Laboratorium.
c. Pasir (Ps) :
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam,
garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
1. Pasir urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak antara
0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang,
3
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari
laboratorium.
d. Kerikil (Kr) : Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
e. Batu merah :
Berasal dari hasil pembakaran (produksi) lokal padat, berukuran sama, hasil pembakaran yang
masak, dengan maksimal pecah 5 %.
f. Kayu Struktural :
Kayu struktural yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah kayu kelas kuat II mutu baik, dan
hanya memiliki cacat maksimum sebagai berikut
1. Mata kayu tidak lebih dari 1/4 x lebar muka kayu
2. Pingul maksimum 1/10 x lebar muka kayu
3. Serat miring dengan tangen maksimum 1/7
4. Retak radial maksimum 1/3 x tebal kayu dan retak tangensial maksimum 1/4 x tebal kayu.
5. Lubang-lubang sampai dengan 1,55 mm maksimum 4 lubang/100 cm ² 1,5 mm s/d 3 mm
maksimum 3 lubang/100 cm², lebih dari itu maksimum 2 lubang / 100cm ².
6. Cacat yang lain lebih dari 2 x lebar permukaan kayu dan dengan jumlah cacat kumulatif tidak
melebihi satu cacat maksimum.
4
Penyedia Jasa bila dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa pengerjaan dan bahan tidak
sesuai dengan Persyaratan Kontrak atau perintah Direksi.
Pasal 7
PENINJAUAN LAPANGAN
Sebelum mengajukan penawaran, Penyedia Jasa dianggap telah melakukan peninjauan dan memeriksa
lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan dengan pekerjaan dan
meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi keadaan lahan yang ada
termasuk kondisi dibawah permukaan, iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan jalan-jalan masuk kelokasi dan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi Penawaran.
Apabila Penyedia Jasa lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal
yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari Pekerjaan , maka
ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dari segala beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak dibenarkan
mengajukan tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji atau garansi yang
diberikan oleh Pengguna Jasa, Direksi, atau pihak manapun. Penyedia Jasa tidak dibenarkan mengajukan
pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang mungkin terjadi selama masa
pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan, pernyataan-pernyataan yang salah atau
kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak atau salah satu dari dokumen tersebut.
Penyedia Jasa harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan dari
penawaran untuk pekerjaan dan semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan dalam Daftar
Volume Pekerjaan atau Bill of Quantity (BQ), yang menjadi Harga Penawaran, meliputi seluruh
kewajibannya dalam kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.
Pasal 8
MOBILISASI/DEMOBILISASI
1. Bila didalam harga penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian
dibawah ini adalah penjelasan dari padanya : transport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek
(dengan jumlah yang memadai), sampai proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai.
2. Penyedia Jasa diijinkan, apabila Direksi tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa
pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.
3. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat, perlengkapan
dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat, perlengkapan dan
bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semua.
4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana mobilisasi kepada Direksi
untuk diketahui dan disetujui.
5
Pasal 9
PEMBUATAN PAPAN NAMA KEGIATAN
1. Penyedia Jasa berkewajiban membuat papan nama kegiatan yang berisi informasi tentang : pemilik
kegiatan; nama kegiatan; nomor dan tanggal kontrak; tanggal awal dan akhir pelaksanaan; nama
penyedia jasa; nama konsultan pengawas dan informasi lain yang dianggap perlu.
2. Pemasangan papan nama proyek ini harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa selambat-lambatnya 7
hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Pasal 10
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan yang
terjadi, Penyedia Jasa harus :
a. memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan menjaga
lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam pengawasannya) serta pekerjaan (sepanjang belum
siap dan belum digunakan oleh Pengguna Jasa) secara tertib agar tidak membahayakan orang-
orang, dan
b. menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-tanda
bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh Direksi atau
diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau untuk keamanan dan
kenyamanan publik atau lainnya, dan
c. mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di luar
tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta benda akibat
pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat dari metode
operasinya.
2. Penyedia Jasa dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas biaya
sendiri semua tanda-tanda, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu
seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Direksi atau petugas yang diberi kuasa untuk
melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan material-material yang berhubungan dengannya atau
untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau alat bantu milik Penyedia Jasa atau bagi
keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan umum atau lainnya.
Penyedia Jasa akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pengguna Jasa terhadap
setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh kelalaian Penyedia
Jasa pula didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.
Pasal 11
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA
1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan perbaikan
terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan ijin kontrak, harus
dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu dan tidak layak dengan memperhatikan :
a. kenyamanan masyarakat
b. jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi dan jalan
setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang dimiliki oleh
Pengguna Jasa atau pihak lainnya.
Penyedia Jasa akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada Pengguna
Jasa sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja, kerusakan, biaya, denda, dan pengeluaran
6
apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan, semua permasalahan sepanjang menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
2. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Penyedia Jasa akan tunduk pada peraturan
Otorita Jalan Raya (Perhubungan Darat, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah Daerah, Muspika,
dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang berwenang dan
berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan lahan, lalu lintas, jalan dan jembatan.
Pekerjaan yang dijalankan oleh Penyedia Jasa harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan pekerjaan dari
fasilitas yang ada termasuk lalu lintas dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-jembatan yang dilalui,
kecuali sejauh yang diijinkan oleh Direksi dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari
pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian terhadap
semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang timbul akibat dari
pekerjaan yang dilaksanakan Sub-Penyedia Jasa yang menimbulkan halangan atau mempengaruhi
lalu lintas air, jembatan, dan jalan tersebut.
3. Penyedia Jasa akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi baik
selama pelaksanaan.
Pasal 12
PEMBUATAN SHOP DRAWING
1. Shop Drawing ( Gambar Kerja ) harus dibuat oleh Penyedia Jasa sebelum suatu komponen konstruksi
dilaksanakan bila :
a. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan) pada
detail pelaksanaan yang mendahuluinya.
c. Direksi memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen konstruksi yang
bersangkutan dilaksanakan.
Pasal 13
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Penyedia Jasa sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas :
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
Pasal 14
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI
Pasal 15
PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT
Pasal 16
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN
1) Penyedia Jasa berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama dan
bertanggung jawab.
Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai :
a. Hal-hal yang disebutkan dalam pasal 3 di atas
b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis bila dilaksanakan dapat
menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka Penyedia Jasa wajib
melaporkannya kepada Direksi secara tertulis, dan menangguhkan pelaksanaannya sampai dapat
keputusan yang pasti dari Direksi.
2. Bila akibat kekurang telitian Penyedia Jasa dalam pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan tersebut, terjadi
ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka Penyedia Jasa harus
membongkar terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/
melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Direksi tanpa ganti rugi apapun.
8
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN
SPESIFIKASI TEKNIS
1.1. Lingkup
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku
untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk pelaksanaan
kegiatan yang meliputi :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Struktur
III. Pekerjaan Arsitektur
IV. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan tercantum pada
Bill Of Quantity (BQ).
9
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas / Direksi untuk diminta
keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass
/ Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung- jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas / Direksi selama pelaksanaan
Proyek.
5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujuii oleh Direksi.
6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.
b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan
Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak /
kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan
maupun datar (water Pass) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan dengan memakai
alat water pass instrument / Theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan
tegel, langit-langit dan sebagainnya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang tercantum pada
gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya antara
kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong harus melapor pada Pengawas /
Perencana.
c. Pemasangan BouwPlank
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan Bowplank /
pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan bench mark yang
diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta bertanggung jawab atas ketinggian,
posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan,
tenaga kerja yang diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut
disebabkan referensi tertulis dari Direksi Pekerjaan.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh refferensi
dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2.00 m1,
sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu dipasang datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1 dari as tepi
bangunan dengan patok patok yang kuat, bowplank tidak boleh dilepas / dibongkar
dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan hingga
pekerjaan mencapai tahapan trasraam tembok bawah.
11
Di dalam lokasi galian harus dibuat drainase yang baik agar aliran air dapat dikendalikan
selama pekerjaan berlangsung.
13
e. Secara umum bahan tersebut berupa tanah urug biasa/padas yang sebelum
mendatangkan harus sudah mendapat persetujuan konsultan Pengawas.
3. Bahan Urugan Yang tidak memenuhi Syarat
Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek dan diganti
dengan bahan yang memenuhi Syarat.
2.4.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Cara Pengurugan dan Pemadatan
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm dan pemadatan
dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum pada kadar air optimum yang ditentukan di
dalam gambar rencana. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka
pemadatan harus dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98%.
2. Pemasangan Patok
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian rencana.
Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.
3. System Drainase
Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara sedemikian rupa
sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan bantuan pompa air.
Sistem drainase yang direncanakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dan sistem
drainase tersebut harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi
secara efektif untuk menaggulangi air yang ada.
4. Kotoran dan Lumpur dan Bahan Organik
Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan material sejenis.
Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.
5. Uji kepadatan optimum di Laboratorium
Uji kepadatan optimum harus mengikuti ketentuan ASTM. D-1557 atau AASHTO. Hasil uji ini
digunakan untuk menentukan cara pemadatan lapangan. Uji yang dilakukan antara lain :
a. “Density of Soil inplace by Sand Cone method ASSHTO T.191”
b. “Density of Soil inplace by Driven Cylinder Method“ ASSTO T-.204.
c. “Density of Soil inplace by Rubber Ballon” ASSHTO T-205.
6. Kepadatan Lapisan dan Uji Lapangan
Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus diuji di lapangan,
yaitu 1 (satu) buah test untuk setiap 500 m 2, yaitu dengan system Field Density Test. Jika
urugan cukup tebal maka dengan hasil kepadatannya harus memenuhi ketentuan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam 50 cm dari permukaan rencana, maka berat jenis
kering tanah padat lapangan harus mencapai minimal 95% dari berat jenis kering
laboratorium yang dihitung dengan Standart Proctor Test.
b. Untuk Lapisan 50 cm dari permukaan rencana kepadatannya harus minimal 98% dari
Standart Proctor test
7. Toleransi Kerataan
Toleransi Pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan ± 50 mm
terhadap Kerataan yang ditentukan.
8. Level akhir
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai
dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
9. Perlindungan Hasil Pemadatan.
14
Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi
agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari
dan sebagainya perlindungan dapat dilakukan dengan menutupi permukaan plastik. Pekerjaan
pengadaan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat dan mendapat persetujuan
tertulis dari konsultan pengawas.
10. Pemadatan kembali.
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum memulai lapisan berikutnya, bilamana
bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi
perkerjaanya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna
mendapatkan kepadatan yang telah dibutuhkan, jadwal pengujian harus diajukan oleh
kontraktor kepada konsultan pengawas.
15
PASAL 3. PEKERJAAN STRUKTUR
b. Agregat
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat kasar / batu
pecah dan agregat halus / pasir beton. Kedua jenis agregat ini diisyaratkan sebagai berikut :
1) Agregat Kasar, ukuran besar ukuran nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat.
Atau ¾ jarak bersih minimum antar baja tulangan, berkas baja tulangan atau tendon
pratekan atao 30 mm. Gradasi Agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai
dengan yang diisyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadi adanya sarang kerikil atau rongga
dengan ketentuan sebagai berikut :
2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan bahan organik, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar Lumpur harus lebih
kecil dari 4% berat. Agregat halus terdiri dari butir-butir beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sb :
Sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm ≥ 0.2
Ayakan 1.00 mm ≥ 10
Ayakan 0.25 mm 80-95
17
Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama
dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang
baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
4. Merk Haniel / setara.
Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Besi Beton harus berasal dari satu pabrik
(manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merk besi beton yang berlainan
dengan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate / sertifikat
pabrik yang membuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton
tersebut.
e. Admixtures Material Tambahan
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk memperbaiki sifat
suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan
tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan
semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat
pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical
Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart Umum Bahan Bangunan
Indonesia.
f. Kualitas Beton
1. Kualitas beton yang digunakan tercantum dalam gambar rencana yang harus dibuktikan
dengan pengujian seperti diisyaratkan dalam spesifikasi teknis ini.
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor harus
melakukan percobaan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku
dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Beton dengan mutu K-225 untuk pekerjaan struktural seperti pondasi footplate beton ,
Sloof struktural, kolom-kolom struktural, balok-balok struktural penyangga plat lantai, plat
atap dan plat talang, dan plat lantai, plat atap, dan plat talang. Campuran 1Pc:2Psr:3Kr
untuk pekerjaan non struktural (beton praktis) sloof praktis, kolom praktis, balok latei, dan
balok praktis.
Khusus untuk beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh pemasok waterproofing.
b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan air bersih
selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti
kolom dan dinding beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang dibasahi
terus menerus selama 7 hari.
d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis, harus
didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut dihindari dari terik
matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas.
Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan
beton.
22
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing compound.
Jenis dan type curing compound yang digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan
beton sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.
b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak, yang terpenting adalah
tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (>20 oC) antara permukaan dan inti beton dan
beton harus dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat dicampur ke
dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan beton untuk mencegah
terjadinya penguapan yang terlalu cepat.
d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan, dan lebar retak yang diijinkan
maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.
23
6.Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat siar
pelaksanaan secara horizontal pada beton yang tebal, sehingga tebal satu lapis
pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7.Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana temperatur
lapangan sudah lebih rendah dari dibandingkan dari siang hari.
8.Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada pada seluruh permukaan beton yang
terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda
pada seluruh penampang beton.
9.Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan harus diteruskan sampai
system isolasi terpasang seluruhnya.
10. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari dan angin.
Hal ini dapat dilakukan membuat dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan
plastik atau material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.
24
4.2.1. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pekerjaan beton praktis, seperti: sloof, ring balok, balok latei, plat meja, serta
seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas
persetujuan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Tempat penyimpanan harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat
dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari Bahan-bahan organis, Lumpur
dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan
dalam PBI 1971.
3. Koral Beton / Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta gradasi kekerasan seseuai
dengan syarat syarat PBI 1971. Penyimpanan / penimbunan pasir dan koral beton harus
dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
bercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan bahan organis / bahan lainnya yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI – 3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konsultan pengawas dapat minta
kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
5. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari cacat
seperti serpih-serpih dan sebagainya. Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat-
syarat PBI 1971. Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi
beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
6. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan-peraturan / standar setempat yang biasa dipakai.
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 ; NI-5
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
e. Peraturan Pembangunan Daerah Setempat.
f. Ketentuan-Ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV)
No.9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No 14571.
g. Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Konsultan pengawas.
h. Standart Normalisasi Jerman (D.I.N.).
i. American Society for Testing and Material (A.S.T.M).
j. American Concrete Institue (A.C.I).
25
c.Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah beton praktis dengan komposisi sesuai dengan analisa
harga satuan dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan PBI-1971
2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-1971.
b. Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat decking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan pengawas.
3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan dalam uraian
dan syarat-syarat. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 30 mm
dan maksimum 75 mm.
4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar
untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral / split yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan hari berikutnya maka tempat
perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan pengawas.
27
b. Untuk pekerjaan lantai beton, harus diratakan sehingga diperoleh permukaan lantai
yang betul-betul rata. Sesudah selesai ditrowel, jika ada permukaan lantai beton yang
akan dicat, maka lantai beton harus betul-betul kering sempurna dan memenuhi syarat
untuk dilakukan pengecatan.
c. Untuk pekerjaan dinding / kolom lepas cetak yang harus dicat, dilakukan dengan
dengan pengecatan cat emulsi pada saat beton sudah kering sempurna dan memenuhi
syarat untuk dicat.
28
PASAL 4. PEKERJAAN ARSITEKTUR
a. rus diberi nat selebar 1cm dan dalam 1 cm.
b. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 1,00 m untuk
setiap harinya.
c. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak
diperkenankan.
d. Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m2, bila lebih harus dipasang beton praktis
ukuran penampang 11 x 11 cm dengan tulangan 4 Ø 10, beugel Ø 6 – 200.
e. Syarat-syarat penerimaan :
- Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci / diplester).
- Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci / diplester).
f. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15
cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus.
29
5. Bahan harus disimpan di tempat kering, berventilasi baik, terlindung, bersih, tempat
penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan
jenisnya yang disyaratkan dari pabrik.
6. Semua bahan yang sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan, material yang tidak disetujui harus diganti dengan material lain yang
mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya tambahan.
7. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diharuskan memeriksa site / lapangan yang telah
disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk mulainya pekerjaan.
8. Bila kelainan dalam hal apapun antara gambar, sepesifikasi dan lainnya kontraktor harus
segera melaporkan kepada manajemen kotruksi. Kontraktor tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum kelainan / perbedaan diselesaikan.
9. Tebal plesteran 20 mm dengan hasil ketebalan dinding finish 150 mm atau sesuai yang
ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 22 mm harus diberi
kawat untuk membantu dan memperkuat daya lekat pelsteran, pada bagian pekerjaan
yang diijinkan konsultan pengawas.
10.Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain, seperti kusen dan pekerjaan lainnya,
harus dibut naat (tali air) dengan lebar minimal 5 mm dan dalam 5 mm, kecuali bila
ditentukan lain.
11.Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran
homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering betul), sehingga siap
untuk di cat atau finish wall paper.
12.Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan wajar tidak terlalu tiba-tiba,
dengan membasahi plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas
matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
tetap.
13.Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya kontrator selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan pemilik / pemakai.
14.Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
Seluruh permukaan beton yang akan di plester harus di buat kasar dengan cara dipahat
halus.
Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan diplester,
dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak serta disiram / dibasahi dengan air semen.
Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 Ps.
Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang disyaratkan.
b. Persyaratan Bahan
30
1. Semen portland harus memenuhi NI – 8, 0013-81 dan ASTM C 1500-78A.
2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80.
3. Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.
4. Air harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 9, AFNOR P 18 -303 dan NZS –
3121/1974.
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI – 2)
PUBI 1982 dan (NI - 8).
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya, untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
peyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya
dan harus disetujui konsultan pengawas.
3. Pekerjaan sub lantai dikakukan langsung di atas tanah, maka sebelum pasangan sub
lantai dilaksanakan terlebih dahulu, lapisan urug di bawahnya harus sudah dikerjakan
dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaanya dan telah
mempunyai daya dukung maksimum.
4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara pc, pasir beton dan kerikil atau split
dengan perbandingan 1 : 3 : 5.
5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 50 mm atau sesuai yang disebutkan / disyaratkan
dalam detail gambar.
6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata / waterpass, kecuali pada lantai ruangan-ruangan
yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu perlu diperhatikan mengenai kemiringan
lantai agar sesuai yang ditunjukan dalam gambar dan sesuai petunjuk konsultan
pengawas.
31
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,
peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari distributor bahan pengisi siar serta bahan
perekat harus memberikan supervisi dan garansi pemasangan selama 5 tahun.
32