Anda di halaman 1dari 32

BAB I

SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 90 hari kalender

2. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal
selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :
a. Penyediaan tenaga
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan.
c. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan.
d. Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan.
e. Pembuatan papan nama proyek.
f. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan).
g. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing).
h. Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.

Pasal 2
PENYEDIAAN TENAGA

1. Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai untuk
proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
- 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 5 tahun yang selalu ada dii
lapangan dan dibantu 1 (satu) orang juru gambar (draftman) untuk membuat shop drawing dan as
built drawing.
- 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor proyek.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Penyedia
Jasa sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di atas lengkap dengan
Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya.
2. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.
3. Penyedia Jasa berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2 di
atas apabila diminta oleh Direksi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal.
Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.
4. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, Penyedia Jasa harus membuat pengaturannya sendiri dalam
hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran,
perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi
yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana
pekerjaan telah berakhir.
5. Penyedia Jasa tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama
masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa.

1
6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Penyedia Jasa harus memberikan
prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi proyek.
7. Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan pertama
dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan
pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.
8. Penyedia Jasa akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di lokasi
proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Penyedia Jasa juga harus melaporkan
kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh
undang-undang.

Pasal 3
PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN

1. Penyedia Jasa berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk bar chart dan
network yang dilengkapi dengan grafik prestasi / Curva “S” yang direncanakan berdasarkan butir-butir
komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa selambat-
lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang
dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Direksi.
3. Bila selama waktu 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai Penyedia Jasa belum dapat
menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus dapat menyajikan jadual
pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari
pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Penyedia Jasa harus melaksanakan
pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat
memulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Direksi.

Pasal 4
PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN

1. Penyedia Jasa harus menyediakan / mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan alat dan bahan
bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila
Direksi menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan alasan-alasan teknis, maka Penyedia
Jasa harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Direksi.
2. Penyedia Jasa harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja,
kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila
terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Penyedia Jasa harus segera mengambil tindakan
penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
(dalam hal ini Penyedia Jasa diwajibkan mengikuti JAMSOSTEK / ASTEK/ atau jasa lain yang di
sahkan oleh undang-undang).
3. Penyedia Jasa harus menyediakan segala perlengkapan pengamanan pelaksanaan konstruksi baik
untuk lingkungan sekitarnya ataupun untuk pekerjanya sendiri.
4. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya pelaksanaan
kembali menjadi milik Penyedia Jasa (kecuali bangunan direksi keet apabila sudah termasuk dalam
kontrak menjadi milik direksi) dan harus dibersihkan dari lapangan pekerjaan.

Pasal 5
PENYEDIAAN PERALATAN

2
Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyediakan Peralatan inti yang cukup memadai
sekurang-kurangnya:
a. Dumptruck / Pickup 1 unit
b. Concret Mixer 0.3 m3 1 unit
c. Scafolding 100 set
d. Vibrator 1 unit
e. Pompa Air 1 unit
f. Alat Bantu 1 set

PENYEDIAAN DUKUNGAN BAHAN

Penyedia Jasa diharuskan menyampaikan Surat Dukungan antara lain :


a. Dukungan Baja Ringan

Pasal 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
1. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di dalam kontrak dan
sesuai dengan perintah Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Direksi memerintahkan di tempat
pengambilan atau pembuatan bahan, atau dilokasi atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak,
atau di semua atau beberapa tempat tersebut. Penyedia Jasa harus memberikan bantuan peralatan,
mesin, pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan
pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat atau banyaknya bahan yang digunakan dan harus
menyediakan contoh-contoh bahan sebelum disertakan kedalam pekerjaan, untuk diuji sebagaimana
dipilih dan diperlukan oleh Direksi.
Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagai di bawah ini, sedang bahan-bahan
bangunan yang belum disebutkan di sini akan disyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai
persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.

a. Air :
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan penyiraman guna
pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat
organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan
konstruksi oleh Laboratorium. Bila air yang dipergunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi
diperlukan rekomendasi Laboratorium.

b. Semen Portland (PC) :


Semen Portland yang digunakan adalah PC yang ber SNI, harus satu merk untuk penggunaan
dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya.
Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara di dalam tempat (gudang) yang memenuhi syarat
untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

c. Pasir (Ps) :
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam,
garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
1. Pasir urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
2. Pasir pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak antara
0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang,

3
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari
laboratorium.

d. Kerikil (Kr) : Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.

e. Batu merah :
Berasal dari hasil pembakaran (produksi) lokal padat, berukuran sama, hasil pembakaran yang
masak, dengan maksimal pecah 5 %.

f. Kayu Struktural :
Kayu struktural yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah kayu kelas kuat II mutu baik, dan
hanya memiliki cacat maksimum sebagai berikut
1. Mata kayu tidak lebih dari 1/4 x lebar muka kayu
2. Pingul maksimum 1/10 x lebar muka kayu
3. Serat miring dengan tangen maksimum 1/7
4. Retak radial maksimum 1/3 x tebal kayu dan retak tangensial maksimum 1/4 x tebal kayu.
5. Lubang-lubang sampai dengan 1,55 mm maksimum 4 lubang/100 cm ² 1,5 mm s/d 3 mm
maksimum 3 lubang/100 cm², lebih dari itu maksimum 2 lubang / 100cm ².
6. Cacat yang lain lebih dari 2 x lebar permukaan kayu dan dengan jumlah cacat kumulatif tidak
melebihi satu cacat maksimum.

g. Kayu non struktural


Yang dimaksud kayu non struktural disini adalah kayu untuk listplank dan rangka plafon. Kayu
tersebut harus gergaji dan diketam mesin, lurus dan berkualitas baik, dengan cacat maksimum
yang diperkenankan adalah sebagai berikut :
1. Cacat maksimum 1% x lebar
2. Pingul maksimum 1% x lebar
3. Serat miring maksimum tg= 1/10
4. Diameter mata kayu, maksimum 1/6 x lebar muka kayu
5. Retak radial maksimum 1/4 lebar retak, dan retak tangensial maksimum 1/5 lebar muka kayu.

2. Biaya untuk contoh-contoh


Semua contoh-contoh harus disediakan oleh Penyedia Jasa atas biayanya sendiri, bila penyediaan
tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak.

3. Biaya untuk pengujian


Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya Penyedia Jasa apabila hal tersebut jelas-jelas
dikehendaki dan ditentukan di dalam kontrak

4. Biaya untuk pengujian yang tidak ditentukan, dsb


Bila suatu pengujian diperintahkan oleh Direksi yang merupakan salah satu dari :
a. tidak dimaksudkan atau ditentukan demikian atau
b. (dalam hal tersebut di atas) tidak diuraikan secara mendetail, atau
c. walaupun dikehendaki atau ditentukan demikian oleh Direksi diperintahkan untuk
melaksanakannya oleh seseorang yang netral dan di suatu tempat lain di lokasi, atau tempat
pembuatan atau di pabrik yang diuji, maka biaya pengujian tersebut harus ditanggung oleh

4
Penyedia Jasa bila dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa pengerjaan dan bahan tidak
sesuai dengan Persyaratan Kontrak atau perintah Direksi.

5. Pemeriksaan atas kegiatan.


Direksi dan setiap orang yang diberi wewenang olehnya atau oleh Direksi harus setiap saat diijinkan
masuk ketempat Pekerjaan, dan ke setiap bengkel/workshop dan tempat-tempat dimana pekerjaan
sedang dipersiapkan atau darimana asal bahan, barang buatan pabrik atau mesin yang
didapatkannya untuk pekerjaannya, dan Penyedia Jasa harus menyediakan setiap fasilitas untuk dan
atau segala bantuan dalam mendapatkan hak untuk masuk tersebut.

Pasal 7
PENINJAUAN LAPANGAN

Sebelum mengajukan penawaran, Penyedia Jasa dianggap telah melakukan peninjauan dan memeriksa
lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan dengan pekerjaan dan
meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi keadaan lahan yang ada
termasuk kondisi dibawah permukaan, iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan jalan-jalan masuk kelokasi dan kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi Penawaran.

Apabila Penyedia Jasa lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal
yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari Pekerjaan , maka
ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dari segala beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak dibenarkan
mengajukan tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji atau garansi yang
diberikan oleh Pengguna Jasa, Direksi, atau pihak manapun. Penyedia Jasa tidak dibenarkan mengajukan
pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang mungkin terjadi selama masa
pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan, pernyataan-pernyataan yang salah atau
kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak atau salah satu dari dokumen tersebut.

Penyedia Jasa harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan dari
penawaran untuk pekerjaan dan semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan dalam Daftar
Volume Pekerjaan atau Bill of Quantity (BQ), yang menjadi Harga Penawaran, meliputi seluruh
kewajibannya dalam kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam pelaksanaan dan
pemeliharaan pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.

Pasal 8
MOBILISASI/DEMOBILISASI

1. Bila didalam harga penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian
dibawah ini adalah penjelasan dari padanya : transport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek
(dengan jumlah yang memadai), sampai proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai.
2. Penyedia Jasa diijinkan, apabila Direksi tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa
pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.
3. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat, perlengkapan
dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat, perlengkapan dan
bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semua.
4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana mobilisasi kepada Direksi
untuk diketahui dan disetujui.
5
Pasal 9
PEMBUATAN PAPAN NAMA KEGIATAN

1. Penyedia Jasa berkewajiban membuat papan nama kegiatan yang berisi informasi tentang : pemilik
kegiatan; nama kegiatan; nomor dan tanggal kontrak; tanggal awal dan akhir pelaksanaan; nama
penyedia jasa; nama konsultan pengawas dan informasi lain yang dianggap perlu.
2. Pemasangan papan nama proyek ini harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa selambat-lambatnya 7
hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.

Pasal 10
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan yang
terjadi, Penyedia Jasa harus :
a. memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan menjaga
lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam pengawasannya) serta pekerjaan (sepanjang belum
siap dan belum digunakan oleh Pengguna Jasa) secara tertib agar tidak membahayakan orang-
orang, dan
b. menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-tanda
bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh Direksi atau
diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau untuk keamanan dan
kenyamanan publik atau lainnya, dan
c. mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di luar
tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta benda akibat
pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat dari metode
operasinya.
2. Penyedia Jasa dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas biaya
sendiri semua tanda-tanda, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu
seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Direksi atau petugas yang diberi kuasa untuk
melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan material-material yang berhubungan dengannya atau
untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau alat bantu milik Penyedia Jasa atau bagi
keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan umum atau lainnya.
Penyedia Jasa akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pengguna Jasa terhadap
setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh kelalaian Penyedia
Jasa pula didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.

Pasal 11
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA

1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan perbaikan
terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan ijin kontrak, harus
dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu dan tidak layak dengan memperhatikan :
a. kenyamanan masyarakat
b. jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi dan jalan
setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang dimiliki oleh
Pengguna Jasa atau pihak lainnya.
Penyedia Jasa akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada Pengguna
Jasa sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja, kerusakan, biaya, denda, dan pengeluaran
6
apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan, semua permasalahan sepanjang menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
2. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Penyedia Jasa akan tunduk pada peraturan
Otorita Jalan Raya (Perhubungan Darat, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah Daerah, Muspika,
dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang berwenang dan
berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan lahan, lalu lintas, jalan dan jembatan.
Pekerjaan yang dijalankan oleh Penyedia Jasa harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan pekerjaan dari
fasilitas yang ada termasuk lalu lintas dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-jembatan yang dilalui,
kecuali sejauh yang diijinkan oleh Direksi dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari
pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian terhadap
semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang timbul akibat dari
pekerjaan yang dilaksanakan Sub-Penyedia Jasa yang menimbulkan halangan atau mempengaruhi
lalu lintas air, jembatan, dan jalan tersebut.
3. Penyedia Jasa akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi baik
selama pelaksanaan.

Pasal 12
PEMBUATAN SHOP DRAWING

1. Shop Drawing ( Gambar Kerja ) harus dibuat oleh Penyedia Jasa sebelum suatu komponen konstruksi
dilaksanakan bila :
a. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai.
b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan) pada
detail pelaksanaan yang mendahuluinya.
c. Direksi memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.
2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen konstruksi yang
bersangkutan dilaksanakan.

Pasal 13
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)

1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Penyedia Jasa sudah harus menyelesaikan gambar sesuai
pelaksanaan yang terdiri atas :
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan
Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.

Pasal 14
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI

1. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Penyedia Jasa meliputi


a. Komponen-komponen pekerjaan pokok / konstruksi yang pada masa pemeliharaan mengalami
kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan.
b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok yang
mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan lain
sebagainya).
7
2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan
termasuk bouwkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.

Pasal 15
PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT

1. Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI.


Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat peraturan-peraturan
dibawah ini :
a. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan ( PUPB NI-3/56).
b. Peraturan Beton Indonesia PBI 1971 & SK-SNI 1991
c. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982)
d. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja)
e. Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat
2. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar detail yang
diikuti. Bila terdapat perbedaan antara dok. Penawaran baik volume dan/atau item pekerjaannya
dengan gambar maka dalam dok.penawaran tersebut yang diikuti dan setelah mendapat
keputusan Direksi lebih dulu.
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti,
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan ketidak
sempurnaan/ ketidak sesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Direksi lebih dahulu.
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali bila hal tersebut
terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi,
harus mendapat kan keputusan Direksi.
d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS
tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan
perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran skala gambar,
maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.

Pasal 16
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

1) Penyedia Jasa berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama dan
bertanggung jawab.
Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai :
a. Hal-hal yang disebutkan dalam pasal 3 di atas
b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis bila dilaksanakan dapat
menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka Penyedia Jasa wajib
melaporkannya kepada Direksi secara tertulis, dan menangguhkan pelaksanaannya sampai dapat
keputusan yang pasti dari Direksi.
2. Bila akibat kekurang telitian Penyedia Jasa dalam pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan tersebut, terjadi
ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka Penyedia Jasa harus
membongkar terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/
melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Direksi tanpa ganti rugi apapun.

8
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN

SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1. PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN

1.1. Lingkup
1.1.1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku
untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk pelaksanaan
kegiatan yang meliputi :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Struktur
III. Pekerjaan Arsitektur
IV. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Secara lengkap seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan tercantum pada
Bill Of Quantity (BQ).

PASAL 2. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN LAPANGAN

2.1. Pekerjaan Persiapan


2.1.1. Pekerjaan Penyediaan Air Dan Daya Listrik Untuk Bekerja
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di tapak
proyek atau disulai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak
dan bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan
petunjuk dan persetujuan rencana.
b. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pembangunan, atau penggunaan diesel untuk pembangkit
tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan
pengawas. Daya listrik juga disediakan untuk mensuplai kantor Direksi Lapangan.
c. Segala Biaya atas pemakaian daya Listrik dan air disediakan dalam anggaran menurut
perkiranaan kontrak Lansum apa bila beban biaya melebihi dari yang di anggarkan maka
sepenuhnya di beban Kontraktor.
2.1.2. Drainase Tapak
a. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, kontraktor
wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada.
b. Arah aliran air ditujukan ke daerah / permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke
saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembuangan.
c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dangan petunjuk dan persetujuan Direksi /
Pengawas.
2.1.3. Mengadakan Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank
a. Pengukuran Tapak kembali.
1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.

9
2. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas / Direksi untuk diminta
keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass
/ Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung- jawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan Theodolith / waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas / Direksi selama pelaksanaan
Proyek.
5. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujuii oleh Direksi.
6. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggungan Kontraktor.
b. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan
Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak /
kedudukan bangunan terhadap titik patok / pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan
maupun datar (water Pass) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan dengan memakai
alat water pass instrument / Theodolith. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan
tegel, langit-langit dan sebagainnya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik Peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi yang tercantum pada
gambar rencana (Lay Out), dan bila terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya antara
kondisi lapangan dengan Lay Out, Pemborong harus melapor pada Pengawas /
Perencana.
c. Pemasangan BouwPlank
1. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran persiapan Bowplank /
pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan bench mark yang
diberikan konsultan pengawas secara tertulis serta bertanggung jawab atas ketinggian,
posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan,
tenaga kerja yang diperlukan.
2. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal
tersebut di atas, maka hal tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut
disebabkan referensi tertulis dari Direksi Pekerjaan.
3. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak
menyebabkan tanggung-jawab Pemborong menjadi berkurang.
Pemborong wajib melindungi semua bench mark, dan lain-lain atau seluruh refferensi
dan realisasi yang perlu pada pengukuran pekerjaan ini.
4. Bahan dan Pelaksanaan.
- Tiang Bowplank menggunakan kayu ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2.00 m1,
sedangkan papan bowplank ukuran 2/20 dari kayu dipasang datar Water Pass.
- Pemasangan bowplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m1 dari as tepi
bangunan dengan patok patok yang kuat, bowplank tidak boleh dilepas / dibongkar
dan harus tetap berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan hingga
pekerjaan mencapai tahapan trasraam tembok bawah.

2.2. Pekerjaan Tanah Untuk Galian Pondasi


2.2.1. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, Bahan dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat- alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi ini.
10
2. Galian Tanah Pondasi
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Pile Cap, balok pondasi dan struktur lainnya yan
terletak didalam atau di atas tanah, seperti tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai
dengan kebutuhan Kontraktor agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar dan
aman.
3. Pembersihan Akar Tanaman dan Bekas Akar Pohon
Akar tanaman dan bekas akar pohon yang terdapat di dalam tanah dapat membusuk dan
menjadi material organik yang dapat mempengaruhi kekuatan tanah. Pada seluruh lokasi
proyek dimana tanah berfungsi sebagai pendukung bangunan khususnya pendukung lantai
terbawah, maka akar tanaman dan sisa akar pohon harus digali dan dibuang hingga bersih.
Lubang bekas galian tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.
4. Pohon-pohon pada lahan proyek
Sebagian pohon pada proyek ini harus dipertahankan. Kontraktor wajib mempelajari hal ini
dengan teliti sehingga tidak melakukan penebangan pohon tanpa koordinasi dengan Direksi /
Konsultan Pengawas. Pohon yang terletak pada bangunan yang akan dibangun dapat
ditebang.
2.2.2. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Level Galian
Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam gambar
rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara level bangunan terhadap
level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum jelas harus segera didiskusikan hal ini dengan
Konsultan Pengawas sebelum galian dilaksanakan. Kesalahan yang dilakukan akibat hal ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Jaringan Utilitas
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain, maka
Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat
kelalaiannya dalam mengamankan jaringan utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang ditemukan di
bawah tanah dan terletak di dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke suatu tempat yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas atas tanggungan Kontraktor.
3. Galian yang Tidak Sesuai
Jika galian dilakukan melebihi ke dalaman yang ditentukan, maka kontraktor harus mengisi /
mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang memenuhi syarat dan harus
dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat, atau galian tersebut dapat diisi dengan
material lain seperti adukan beton.
4. Urugan Kembali
Pengurugan Kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang diisyaratkan pada bab
mengenai urugan dan pemadatan. Pekerjaan pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan
setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
5. Pemadatan Dasar Galian
Dasar galian harus rata / water pas dan bebas dari akar-akar tanaman atau bahan-bahan
organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
6. Air Pada Galian
Kontraktor wajib mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian dan wajib menyediakan
pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk menghindari genangan
air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus merencanakan secara benar, kemana air
tanah harus dialirkan, sehingga tidak terjadi genangan air / banjir pada lokasi disekitar proyek.

11
Di dalam lokasi galian harus dibuat drainase yang baik agar aliran air dapat dikendalikan
selama pekerjaan berlangsung.

7. Struktur Pengaman Galian dan Pelindung Galian


Jika galian yang harus dibuat ternyata cukup dalam, maka kontraktor harus membuat
pengaman galian sedemikian rupa hingga tidak terjadi kelongsoran pada tepi galian. Galian
terbuka hanya diijinkan jika diperoleh kemiringan lebih besar 1:2 (Vertikal : Horisontal). Sisi
galian harus dilindungi dengan adukan beton terpasang, maka galian tersebut harus dilindungi
dengan material kedap air seperti lembaran terpal / kanvas sehingga sisi galian tersebut selalu
terlindung dari hujan maupun sinar matahari.
8. Perlindungan Benda Yang Dijumpai
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang dilindungi selama
pekerjaan galian terpasang. Kecuali disetujui untuk dipindahkan, benda-benda tersebut harus
tetap pada tempatnya dan kerusakan yang terjadi akibat kelalaian kontraktor harus diperbaiki /
diganti oleh kontraktor.
9. Urutan Galian Pada Level Berbeda
Jika ke dalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus dimulai dari bagian
yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.

2.3. Pekerjaan Urugan Pasir Padat


2.3.1. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, bahan, dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi.
2. Lokasi pekerjaan
Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di atas dasar tanah, di bawah lapisan rabatan lantai,
dibawah pasangan keramik lantai.
3. Pembersihan Akar Tanaman padat dan sisa Galian
Jika di bawah dasar galian dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka dasar galian
tersebut harus dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian tersebut harus diisi
dengan material urugan yang memenuhi syarat.
2.3.2. Persyaratan Bahan
1. Bahan urugan Pasir Padat
Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari
lumpur, tanah lempung dan organis. Bahan ini harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
2. Air Kerja
Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan organis
lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air harus diperiksa dilaboratorium
pemeriksaan bahan yang sah. Jika hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat, maka kontraktor
wajib mencari air kerja yang memenuhi syarat.
2.3.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Tebal Pasir urug
Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus diberi lapisan pasir
urug tebal 5 cm padat atau sesuai gambar. Pemadatan harus dilaksanakan sehingga dapat
menerima beban yang bekerja.
12
2. Cara Pemadatan
Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadat dengan alat pemadat yang
disetujui konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan hingga mencapai tidak kurang dari 98%
dari kepadatan optimum Laboratorium. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang
memadai agar dapat hasil kepadatan yang baik. Kondisi galian tersebut harus dipertahankan
sampai pekerjaan pemadatan selesai dilakukan. Pemadatan harus diulang kembali jika
keadaan tersebut di atas tidak memenuhi.
3. Air Pada Lokasi Pemadatan
Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor wajib menyediakan
Pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug diletakkan. Kontraktor harus
membuat rencana yang benar, agar air tanah dapat dialirkan kelokasi yang lebih rendah dari
dasar galian, misalnya dengan membuat sumpit pada tempat tertentu.
4. Tanah di sekitar pasir urug
Kontraktor harus menjaga agar tanah disekitar lokasi tedak tercampur dengan Pasir Urug. Jika
pasir urug tersebut tercampur dengan tanah lainnya, maka Kontraktor wajib mengganti pasir
urug tesebut dengan bahan lainnya yang bersih.
5. Persetujuan
Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut sudah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

2.4. Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan


2.4.1. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga Kerja, Bahan, dan Alat
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga Kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan Pekerjaan ini dengan baik dan Sesuai
dengan Spesifikasi.
2. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini pada Lokasi seperti yang tercantum pada gambar rencana, dengan elevasi seperti
tertera pada di dalam peta kontur.
3. Pembersihan akar tanaman dan Sisa Galian
Jika Dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka lokasi tersebut harus dibersihkan dari hal
tersebut di atas, dan bekas galian tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi
syarat.

2.4.2. Persyaratan Bahan


1. Bahan Bekas Galian di Dalam Lokasi Proyek
Tanah bekas Galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi syarat untuk
digunakan. Tanah Tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan organis lainnya.
2. Bahan Urugan Dari Luar Lokasi Proyek
Jika tanah urug didatangkan dari luar, maka tanah urug tersebut harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. memiliki koefisien permeabilitas dari 10 -7 cm / detik
b. Mengandung minimal 20% partikel lanau dan lempung dan bebas tanah organis, kotoran
dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan mengandung kurang dari 10% partikel gravel.
c. Mempunyai Indeks Plastis (PI) tidak lebih dari 10%. Bahan yang mempunyai PI lebih dari
10% akan sulit dipadatkan.
d. Gumpalan gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dalam kondisi
lepas agar mudah dipadatkan.

13
e. Secara umum bahan tersebut berupa tanah urug biasa/padas yang sebelum
mendatangkan harus sudah mendapat persetujuan konsultan Pengawas.
3. Bahan Urugan Yang tidak memenuhi Syarat
Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek dan diganti
dengan bahan yang memenuhi Syarat.
2.4.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Cara Pengurugan dan Pemadatan
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm dan pemadatan
dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum pada kadar air optimum yang ditentukan di
dalam gambar rencana. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka
pemadatan harus dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98%.
2. Pemasangan Patok
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian rencana.
Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.
3. System Drainase
Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara sedemikian rupa
sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan bantuan pompa air.
Sistem drainase yang direncanakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dan sistem
drainase tersebut harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi
secara efektif untuk menaggulangi air yang ada.
4. Kotoran dan Lumpur dan Bahan Organik
Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan material sejenis.
Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.
5. Uji kepadatan optimum di Laboratorium
Uji kepadatan optimum harus mengikuti ketentuan ASTM. D-1557 atau AASHTO. Hasil uji ini
digunakan untuk menentukan cara pemadatan lapangan. Uji yang dilakukan antara lain :
a. “Density of Soil inplace by Sand Cone method ASSHTO T.191”
b. “Density of Soil inplace by Driven Cylinder Method“ ASSTO T-.204.
c. “Density of Soil inplace by Rubber Ballon” ASSHTO T-205.
6. Kepadatan Lapisan dan Uji Lapangan
Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus diuji di lapangan,
yaitu 1 (satu) buah test untuk setiap 500 m 2, yaitu dengan system Field Density Test. Jika
urugan cukup tebal maka dengan hasil kepadatannya harus memenuhi ketentuan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam 50 cm dari permukaan rencana, maka berat jenis
kering tanah padat lapangan harus mencapai minimal 95% dari berat jenis kering
laboratorium yang dihitung dengan Standart Proctor Test.
b. Untuk Lapisan 50 cm dari permukaan rencana kepadatannya harus minimal 98% dari
Standart Proctor test
7. Toleransi Kerataan
Toleransi Pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan ± 50 mm
terhadap Kerataan yang ditentukan.
8. Level akhir
Hasil test di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai
dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
9. Perlindungan Hasil Pemadatan.
14
Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi
agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari
dan sebagainya perlindungan dapat dilakukan dengan menutupi permukaan plastik. Pekerjaan
pengadaan dianggap cukup, setelah hasil test memenuhi syarat dan mendapat persetujuan
tertulis dari konsultan pengawas.
10. Pemadatan kembali.
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum memulai lapisan berikutnya, bilamana
bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulangi
perkerjaanya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna
mendapatkan kepadatan yang telah dibutuhkan, jadwal pengujian harus diajukan oleh
kontraktor kepada konsultan pengawas.

15
PASAL 3. PEKERJAAN STRUKTUR

3.1. PEKERJAAN BETON BERTULANG KONVENSIONAL


2.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan serta pengangkutan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang tercantum dalam gambar,
serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, seperti acuan, besi, beton dan admixtures.
Juga termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas
lain di sekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.

3.2.2 Peraturan Peraturan


Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK-SNI T-15 – 1991-03)
b. Pedomen Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988)
c. Peraturan Perencanaan tahan Gempa Indonesia untuk gedung 1983
d. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang
untuk Gedung 1983
e. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1082)-NI-3
f. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 / NI-8
g. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
h. Mutu dan Cara Uji Semen Beton (SII 0052-80)
i. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates.
j. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
l. American Society for Testing Material ( ASTM )
m. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
n. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.5.3.1987 UDC : 699.81 : 624.04)

3.2.3. Keahlian dan Pertukangan


Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
diisyaratkan, antara lain, mutu dan penggunaannya selama pelaksanaan. Semua pekerjaan beton
harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman, termasuk tenaga ahli untuk acuan /
bekisting sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu Kontraktor
wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan pekerjaan
yang sedang dilaksanakannya terutama pada saat dan setelah pengecoran berlangsung. Semua
tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton
selesai dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus
mengusulkan metode kerja dan harus disetujui Konsultan Pengawas. Jika dipandang perlu, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli diluar yang ditunjuk Kontraktor untuk
membantu mengevaluasi semua usulan Kontraktor dan semua biaya yang timbul menjadi beban
Kontraktor.

3.2.4. Persyaratan Bahan


a. Semen
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang telah
ditentukan dalam SII 0013-81 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam
16
standart tersebut. Semua yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama dan dalam
keadaan baru. Semen yang dikirim harus terlindung dari hujan dan air. Semen harus
terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat.
Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan
pada tempat yang tinggi, sehingga aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen
tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. System penyimpanan semen harus diatur
sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang
diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak diijinkan
untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling
lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.

b. Agregat
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat kasar / batu
pecah dan agregat halus / pasir beton. Kedua jenis agregat ini diisyaratkan sebagai berikut :
1) Agregat Kasar, ukuran besar ukuran nominal maksimum agregat kasar harus tidak
melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat.
Atau ¾ jarak bersih minimum antar baja tulangan, berkas baja tulangan atau tendon
pratekan atao 30 mm. Gradasi Agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai
dengan yang diisyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadi adanya sarang kerikil atau rongga
dengan ketentuan sebagai berikut :

Sisa di atas ( % Berat )


Ayakan 31.50 mm 0
Ayakan 4.00 mm 90-98
Selisih antar 2 ayakan berikutnuya 01-10

2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan bahan organik, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar Lumpur harus lebih
kecil dari 4% berat. Agregat halus terdiri dari butir-butir beraneka ragam
besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sb :
Sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm ≥ 0.2
Ayakan 1.00 mm ≥ 10
Ayakan 0.25 mm 80-95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi


ini. Jika sumber agregat berubah karena suatu hal, maka Kontraktor wajib untuk
memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas. Agregat harus disimpan di
tempat yang bersih, yang keras permukaanya dan harus dicegah supaya tidak terjadi
pencampuran dengan tanah.
c. Air Untuk Campuran beton
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau besi beton.
Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada
laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak
memenuhi syarat untuk digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk
itu.
d. Besi Beton

17
Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama
dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang
baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat.
2. Mutu sesuai dengan yang ditentukan
3. Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
4. Merk Haniel / setara.
Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Besi Beton harus berasal dari satu pabrik
(manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merk besi beton yang berlainan
dengan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate / sertifikat
pabrik yang membuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton
tersebut.
e. Admixtures Material Tambahan
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk memperbaiki sifat
suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan
tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan
semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang
berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat
pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical
Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart Umum Bahan Bangunan
Indonesia.
f. Kualitas Beton
1. Kualitas beton yang digunakan tercantum dalam gambar rencana yang harus dibuktikan
dengan pengujian seperti diisyaratkan dalam spesifikasi teknis ini.
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor harus
melakukan percobaan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh peraturan yang berlaku
dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Beton dengan mutu K-225 untuk pekerjaan struktural seperti pondasi footplate beton ,
Sloof struktural, kolom-kolom struktural, balok-balok struktural penyangga plat lantai, plat
atap dan plat talang, dan plat lantai, plat atap, dan plat talang. Campuran 1Pc:2Psr:3Kr
untuk pekerjaan non struktural (beton praktis) sloof praktis, kolom praktis, balok latei, dan
balok praktis.
Khusus untuk beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang
diisyaratkan oleh pemasok waterproofing.

3.2.5. Pekerjaan Acuan / Bekisting


1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan
seperti dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang memenuhi persyaratan dalam NI-2
pasal 5.1.
2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran.
3. Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti
tahi gergaji, potongan-potonngan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran
dilakukan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
4. Tiang-tiang acuan harus di atas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan
perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang yang
digunakan dari kayu dolken diameter 80-100 mm atau sengon 50/70 mm.
18
5. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan / balok secara
cross.
6. Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI-1971.
7. Kayu yang dipakai adalah papan atau multiplex dengan tebal 25 mm.
8. Penggunaan bekisting (Formwork) harus sesuai dengan petunjuk / spesifikasi pabrik.
9. Penggunaan Acuan/bekesting adalah 3x pakai.
10.Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton / rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton / rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI –1971).
11.Pekerjaan pembongkaran Acuan / Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan ijin
tertulis dari Konsultan pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan
perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan
pengawas.
12.Pelaksana / Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai
dengan saat-saat penyerahan (selesai).
13.Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan
syarat-syarat apapun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang
berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.
14.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material
: besi, koral, pasir, pc untuk mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas.
15.Beton yang telah di cor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam
setelah pengecoran.
16.Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
17.Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
18.Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus-menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih dan apabila menggunakan
curing agent pemeliharaannya sesuai standar produk (sesuai dengan ketentuan dalam
PBI-1971).
19.Bagian-bagian yang tertanam dalam beton :
Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
Diperhatikan juga tempat untuk sparing atau instalasi.
20.Sparing Conduit dan pipa-pipa :
a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar dan minta
persetujuan pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus
mengusulkan dari Konsultan pengawas.
c. Bilamana sparing-sparing (pipa, conduit dan lain-lain) berpotongan dengan
tulangan besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan
dari Konsultan pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.
21.Hal-hal lain (Miscellaneous Items)
19
a. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang harus dibeton sebagai bekas jalan
kerja sewaktu pembetonan. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan
dengan penghalusan permukaannya.
b. Untuk pekerjaan lantai beton, harus diratakan sehingga diperoleh permukaan
lantai yang betul-betul rata. Sesudah selesai ditrowel, jika ada permukaan lantai
beton yang akan dicat, maka lantai beton harus betul-betul kering sempurna dan
memenuhi syarat untuk dilakukan pengecatan.
c. Untuk pekerjaan dinding / kolom lepas cetak yang harus dicat, dilakukan dengan
dengan pengecatan cat emulsi pada saat beton sudah kering sempurna dan
memenuhi syarat untuk dicat.

3.2.6. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara khusus
adalah antara 8 – 12 cm untuk beton umumnya, sedang tiang bor slump sebagai berikut,
Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (begisting). Cetakan slump
dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih
sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.

b. Persetujuan Konsultan Pengawas


Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus diberikan kepada Konsultan
Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. Hal-hal khusus akan
didiskusikan secara lebih mendalam antara semua pihak yang berkepentingan. Semua
tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan jelas sehingga mudah untuk
ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

c. Persiapan dan Pemeriksaan


Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa ijin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada konsultan Pengawas tentang kesiapannya
untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut harus disampaikan beberapa hari
sebelum waktu pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan
Konsultan Pengawas melakukan Pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor
harus menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang
dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah.
Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran.
Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu
1 x 24 jam dan selanjutnya kontraktor 1 x 24 jam selanjutnya kontraktor harus
mengajukan ijin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya
penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan oleh pemberi tugas /
Konsultan Pengawas, Persetujuan untuk melakukan pengecoran tidak berarti membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ketidaksempurnaan ataupun kesalahan
yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan bahwa semua peralatan yang
akan tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya dan semua kotoran sudah
dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian pula untuk siar pelaksanaan harus dilakukan
sesuai dengan persyaratan.
d. Siar Pelaksanaan
20
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya. Siar
pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur dapat
dikurangi. Siar pelaksanaan tidak dijinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan sebagai
daerah basah, seperti toilet, reservoir dll. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar
pelaksanaan harus terletak pada daerah dimana gaya geser adalah minimal, umumnya
terletak pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif struktur. Pada pengecoran beton
yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus dipertimbangkan
sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada
beton yang tersebut, yang berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan residu yang
tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horizontal dan pengecoran dapat
dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti erstop, perekat beton, dowel dsb, maupun
pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan baru. Siar
pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak melekat dengan
baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga
agregat besar menjadi terlihat tetapi tetap melekat dengan baik.
e. Pengangkutan dan Pengecoran Beton
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba dilokasi proyek
dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi pembuatan cukup jauh
dari proyek, maka harus digunakan admixtures yang dapat memperlambat proses
pengerasan dari beton. Pada saat beton diangkut ke lokasi pengecoran juga harus
diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan antara bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada
saat pengecoran tinggi jauh dari beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat
penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta beton
sehingga dapat mengakibatkan kwalitas beton menjadi menurun. Untuk itu harus disiapkan
alat bantu seperti piuap tremi sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran beton
harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran
beton dapat dilakukan dengan baik. Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personil
yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya volume
pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap alat pemadam maupun
memadatkan sekitar 5 – 8 m3 beton segar per jam. Beton segar dicampurkan harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan
pengerasan beton dapat dihindarkan dan selama pemadatan beton masih bersifat plastis.
3.2.7. Pemadatan Beton
a. Alat Pemadat Beton / Concrete Vibrator
Beton yang akan dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator) dengan tipe
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi
udara pada beton yang akan mengurangi kwalitas pada beton. Pemadatan tersebut berkaitan
dengan kelecakan (workability) beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat
singkat, sehingga slump yang rendah-rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus
disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya pengecoran yang
akan dilakukan. Minimum harus dipersiapkan satu vebriator cadangan yang akan dipakai, jika
ada vebriator cadangan yang akan dipakai, jika ada vebriator yang rusak pada saat
pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus di tempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menyentuh besi beton.
b. Lokasi Pemadatan yang Sulit
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan balok kolom,
dinding beton yang tipis dan pada lokasi pembersihan yang rapat dan rumit, maka kontraktor
21
harus mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang disampaikan kepada
Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak
terjadi keropos pada beton, sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.
c. Pemadatan Kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka beton
tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomondasi Konsultan Pengawas agar
retak tersebut dapat dihilangkan.

d. Metode Pemadatan Lain


Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang dipandang
dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara permukaan dan inti beton. Hal
ini dapat menyebabkan keretakan struktur dan terjadinya tegangan menetap pada beton,
tanpa adanya beban yang bekerja.

3.2.8. Temperatur Beton Segar


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai skala 5 s/d
100o C, harus dimasukkan ke dalam contoh tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah
stabil selama 1 menit, maka temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 o C.

3.2.9. Perawatan Beton


a. Tujuan Perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan zat cair
pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah penguapan air dari beton pada umur beton
awal dan juga mencegah penguapan air dari beton pada umur beton awal dan juga
mencegah perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya
keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton harus dilakukan begitu pekerjaan
pemadatan beton selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian
sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton yang baru
dipadatkan.

b. Lama Perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan air bersih
selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti
kolom dan dinding beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang dibasahi
terus menerus selama 7 hari.

c. Perlindungan Beton Tebal


Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka permukaan beton harus
dilindungi dengan material (antara lain stereo foam) yang disetujui oleh Konsultan Pengawas,
agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar
kelembaban permukaan beton dapat dipertahankan.

d. Acuan Metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis, harus
didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut dihindari dari terik
matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas.
Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan
beton.

22
e. Curing Compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing compound.
Jenis dan type curing compound yang digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan
beton sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.

3.2.10. Cara Untuk Menghindari Keretakan Pada Beton


a. Alat monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dari 600 mm, Kontraktor harus menyediakan
peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor segala kejadian yang mungkin
terjadi selama pekerjaan beton berlangsung. Monitoring dilakukan minimal selama 7 hari
sejak pengecoran selesai. Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur yang
akan diletakkan pada dasar beton, di dalam beton, dan dipermukaan beton dengan jarak
vertikal antara alat ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horizontal antara titik satu
dengan lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat pengukur dan metode pengukur suhu
tersebut harus diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

b. Perbedaan Temperatur
Umumnya permukaan beton harus didinginkan secara mendadak, yang terpenting adalah
tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (>20 oC) antara permukaan dan inti beton dan
beton harus dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.

c. Material Bantu
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat dicampur ke
dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan beton untuk mencegah
terjadinya penguapan yang terlalu cepat.

d. Lebar Retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan, dan lebar retak yang diijinkan
maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.

e. Antisipasi Perbedaan Temperatur


Kontraktor harus menyiapkan semua yang dibutuhkan untuk mengatasi jika perbedaan
temperatur menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya dengan mempertebal isolasi yang sudah
digunakan atau membuat isolasi menjadi benar-benar kedap terhadap angin dan udara. Hal
ini harus segera dilakukan agar perbedaan temperatur tidak menjadi besar. Untuk itu harus
disiapkan material isolasi lebih dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.

f. Hal – Hal Lain


Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah pengecoran
beton adalah :
1.Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi terlindung dari
sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat pencampuran dimulai.
2.Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti sebagian air
dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih besar.
3.Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
4.Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
5.Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2 jam.

23
6.Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat siar
pelaksanaan secara horizontal pada beton yang tebal, sehingga tebal satu lapis
pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
7.Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana temperatur
lapangan sudah lebih rendah dari dibandingkan dari siang hari.
8.Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada pada seluruh permukaan beton yang
terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda
pada seluruh penampang beton.
9.Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan harus diteruskan sampai
system isolasi terpasang seluruhnya.
10. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari dan angin.
Hal ini dapat dilakukan membuat dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan
plastik atau material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.

g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan.


Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar batas yang diijinkan, maka
Kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang berisi antara lain metode kerja
dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang digunakan kepada
Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut. Kontraktor tidak diijinkan untuk
memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.

3.2.11. Adukan Beton yang Dibuat Di Tempat (Site Mixing)


Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di lapangan harus
memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut berat
b. Agregat kasar diukur menurut berat
c. Pasir diukur menurut berat
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete batching plant)
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin beton
f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk
g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dahulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.

24
4.2.1. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pekerjaan beton praktis, seperti: sloof, ring balok, balok latei, plat meja, serta
seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas
persetujuan dan harus memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Tempat penyimpanan harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat
dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari Bahan-bahan organis, Lumpur
dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan
dalam PBI 1971.
3. Koral Beton / Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta gradasi kekerasan seseuai
dengan syarat syarat PBI 1971. Penyimpanan / penimbunan pasir dan koral beton harus
dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak
bercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan bahan organis / bahan lainnya yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI – 3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Konsultan pengawas dapat minta
kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
5. Besi Beton
Digunakan mutu U-24, besi harus bersih dari lapisan minyak / lemak dan bebas dari cacat
seperti serpih-serpih dan sebagainya. Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat-
syarat PBI 1971. Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi
beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
6. Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan-peraturan / standar setempat yang biasa dipakai.
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 ; NI-2
c. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 ; NI-5
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 ; NI-8
e. Peraturan Pembangunan Daerah Setempat.
f. Ketentuan-Ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan Umum (AV)
No.9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara No 14571.
g. Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan
Konsultan pengawas.
h. Standart Normalisasi Jerman (D.I.N.).
i. American Society for Testing and Material (A.S.T.M).
j. American Concrete Institue (A.C.I).
25
c.Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah beton praktis dengan komposisi sesuai dengan analisa
harga satuan dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan PBI-1971

2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-1971.
b. Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
tempat decking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan pengawas.

3. Cara Pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
b. Takaran untuk semen Portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan dalam uraian
dan syarat-syarat. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan
jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 30 mm
dan maksimum 75 mm.

4. Pengecoran Beton
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan pengawas.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar
untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral / split yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan hari berikutnya maka tempat
perhentian tersebut harus disetujui oleh Konsultan pengawas.

5. Pekerjaan Acuan / Bekisting


1. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan
seperti dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang memenuhi persyaratan dalam NI-2
pasal 5.1.
2. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga cukup
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran.
3. Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti
tahi gergaji, potongan-potonngan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran
dilakukan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
4. Tiang-tiang acuan harus di atas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan
perletakan. Tiang-tiang tidak boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang yang
digunakan dari kayu dolken diameter 80-100 mm atau sengon 50/70 mm.
5. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan / balok secara
cross.
26
6. Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI-1971.
7. Kayu yang dipakai adalah papan atau multiplex dengan tebal 25 mm.
8. Penggunaan bekisting (Formwork) harus sesuai dengan petunjuk / spesifikasi pabrik.
9. Penggunaan Acuan/bekesting adalah 3x pakai
6. Kawat Pengikat
Kawat pengikat besi beton / rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng, dengan
diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton /
rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI –1971).
7. Pekerjaan pembongkaran Acuan / Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan ijin tertulis
dari Konsultan pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan
apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan pengawas.
8. Pelaksana / Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai
dengan saat-saat penyerahan (selesai).
9. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan syarat-
syarat apapun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang berlaku baik
dalam negeri maupun luar negeri.
10.Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material :
besi, koral, pasir, pc untuk mendapat persetujuan dari Konsultan pengawas.
11.Beton yang telah di cor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran.
12.Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan
lain.
13.Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
14.Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi dengan
air terus-menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih dan apabila menggunakan curing
agent pemeliharaannya sesuai standar produk (sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971).
15.Bagian-bagian yang tertanam dalam beton :
a. Pasang angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang.
b. Diperhatikan juga tempat untuk sparing atau instalasi.
16.Sparing Conduit dan pipa-pipa :
a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar dan minta
persetujuan pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus
mengusulkan dari Konsultan pengawas.
c. Bilamana sparing-sparing (pipa, conduit dan lain-lain) berpotongan dengan tulangan
besi, maka besi tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
pengawas.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
e. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.

17.Hal-hal lain (Miscellaneous Items)


a. Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang harus dibeton sebagai bekas jalan kerja
sewaktu pembetonan. Digunakan mutu beton seperti yang ditentukan dan dengan
penghalusan permukaannya.

27
b. Untuk pekerjaan lantai beton, harus diratakan sehingga diperoleh permukaan lantai
yang betul-betul rata. Sesudah selesai ditrowel, jika ada permukaan lantai beton yang
akan dicat, maka lantai beton harus betul-betul kering sempurna dan memenuhi syarat
untuk dilakukan pengecatan.
c. Untuk pekerjaan dinding / kolom lepas cetak yang harus dicat, dilakukan dengan
dengan pengecatan cat emulsi pada saat beton sudah kering sempurna dan memenuhi
syarat untuk dicat.

28
PASAL 4. PEKERJAAN ARSITEKTUR
a. rus diberi nat selebar 1cm dan dalam 1 cm.
b. Pemasangan tembok bata hanya diperbolehkan maksimum setinggi 1,00 m untuk
setiap harinya.
c. Pelubangan akibat pembuatan perancah pada pasangan bata merah sama sekali tidak
diperkenankan.
d. Pasangan tembok dipasang seluas 12,00 m2, bila lebih harus dipasang beton praktis
ukuran penampang 11 x 11 cm dengan tulangan 4 Ø 10, beugel Ø 6 – 200.
e. Syarat-syarat penerimaan :
- Pasangan batu bata dapat diterima / diserahkan apabila deviasi bidang pada arah
diagonal dinding seluas 12 m2 tidak lebih dari 0,5 cm (sebelum diaci / diplester).
- Toleransi terhadap as dinding adalah kurang lebih 1 cm (sebelum diaci / diplester).
f. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15
cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat,
rapi dan benar-benar tegak lurus.

4.2.2. PEKERJAAN PLESTERAN SEMEN


a. Lingkup pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-
alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh plesteran dinding batu bata pada kedua sisi
bidangnya (dalam dan luar), plesteran dinding beton, pengisi dan perekat pada
pemasangan bahan finishing, serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Persyaratan Bahan
1. Campuran pasir (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan bebas
dari segala macam kotoran, serta harus melalui ayakan # 1,6 – 2,0 mm.
2. Pada pemasangan aduk / spesi agar menggunakan :
Pada setiap pertemuan 2 (dua) bahan yang berbeda, seperti : pertemuan kolom dinding
bata, plat beton dinding bata, kolom baja yang difinish plaster dan sebagainya untuk
menghindarkan retak rambut, diberi nat dengan lebar nat 5mm dan dalamnya 5 mm.
3. Pada area tempat terjadi pertemuan bahan yang berbeda (misalnya : kolom beton-bata
atau balok beton–bata) dipasang kawat ayam dengan overlap yang cukup untuk mencegah
keretakan.
4. Finishing plesteran menggunakan cat sesuai gambar, seperti dinyatakan dalam RKS
Pekerjaan Pengecatan.
c.Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Seluruh plesteran dinding batu bata dengan aduk campuran 1 PC : 6 pasir, kecuali untuk
plesteran dinding trasram dengan campuran campuran 1 PC : 3 pasir.
2. Pasir pasang yang digunakan harus bersih, bebas dari Lumpur serta material tidak terpakai
lainnya, diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan d 3 mm seperti yang dipersyaratkan.
3. Material lain yang terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan untuk
menyelesaikan / penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya
dan disetujui konsultan pengawas.
4. Sement porlant yang dikirim ke site / lapangan harus dalam keadaan tertutup atau dalam
kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan tipe dan tingkatannya,
dalam keadaan utuh dan tidak ada cacat.

29
5. Bahan harus disimpan di tempat kering, berventilasi baik, terlindung, bersih, tempat
penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan
jenisnya yang disyaratkan dari pabrik.
6. Semua bahan yang sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kepada konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan, material yang tidak disetujui harus diganti dengan material lain yang
mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya tambahan.
7. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor diharuskan memeriksa site / lapangan yang telah
disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk mulainya pekerjaan.
8. Bila kelainan dalam hal apapun antara gambar, sepesifikasi dan lainnya kontraktor harus
segera melaporkan kepada manajemen kotruksi. Kontraktor tidak diperkenankan
melakukan pekerjaan di tempat tersebut sebelum kelainan / perbedaan diselesaikan.
9. Tebal plesteran 20 mm dengan hasil ketebalan dinding finish 150 mm atau sesuai yang
ditunjukan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 22 mm harus diberi
kawat untuk membantu dan memperkuat daya lekat pelsteran, pada bagian pekerjaan
yang diijinkan konsultan pengawas.
10.Pertemuan plesteran dengan jenis pekerjaan lain, seperti kusen dan pekerjaan lainnya,
harus dibut naat (tali air) dengan lebar minimal 5 mm dan dalam 5 mm, kecuali bila
ditentukan lain.
11.Plesteran halus (acian) digunakan campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran
homogen, acian dikerjakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering betul), sehingga siap
untuk di cat atau finish wall paper.
12.Kelembaban plesteran harus dijaga, sehingga pengeringan wajar tidak terlalu tiba-tiba,
dengan membasahi plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas
matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara
tetap.
13.Kontraktor wajib memperbaiki / mengulang / mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan (dan masa garansi), atas biaya kontrator selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan pemilik / pemakai.
14.Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester, maka :
 Seluruh permukaan beton yang akan di plester harus di buat kasar dengan cara dipahat
halus.
 Sebelum plesteran dilakukan, seluruh permukaan beton yang akan diplester,
dibersihkan dari kotoran, debu dan minyak serta disiram / dibasahi dengan air semen.
 Plesteran beton dilakukan dengan aduk kedap air campuran 1 PC : 3 Ps.
 Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti
yang disyaratkan.

4.1. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING


4.3.1. PEKERJAAN SUB LANTAI
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-alat
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai yang berlangsung di
atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai plat beton) serta sesuai detail yang
disebutkan / ditunjukkan pada gambar.

b. Persyaratan Bahan
30
1. Semen portland harus memenuhi NI – 8, 0013-81 dan ASTM C 1500-78A.
2. Pasir beton yang digunakan harus memenuhi PUBI 82 pasal 11 dan SII 0404-80.
3. Kerikil / split harus memenuhi PUBI 82 pasal 12 dan SII 0079-79/0087-75/0075-75.
4. Air harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 9, AFNOR P 18 -303 dan NZS –
3121/1974.
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : PBI 1971 (NI – 2)
PUBI 1982 dan (NI - 8).
c. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contohnya, untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
2. Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi dibutuhkan untuk
peyelesaian / penggantian dalam pekerjaan ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya
dan harus disetujui konsultan pengawas.
3. Pekerjaan sub lantai dikakukan langsung di atas tanah, maka sebelum pasangan sub
lantai dilaksanakan terlebih dahulu, lapisan urug di bawahnya harus sudah dikerjakan
dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata permukaanya dan telah
mempunyai daya dukung maksimum.
4. Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara pc, pasir beton dan kerikil atau split
dengan perbandingan 1 : 3 : 5.
5. Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 50 mm atau sesuai yang disebutkan / disyaratkan
dalam detail gambar.
6. Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata / waterpass, kecuali pada lantai ruangan-ruangan
yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu perlu diperhatikan mengenai kemiringan
lantai agar sesuai yang ditunjukan dalam gambar dan sesuai petunjuk konsultan
pengawas.

4.3.2. Pekerjaan Lantai Keramik


a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat
bantu lainya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
2. Pekerjaan lantai keramik. Plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing lantai sesuai
yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar.
3. Kontraktor wajib menyediakan cadangan keramik untuk disimpan pengguna dan
digunakan ketika suatu saat terjadi kerusakan keramik. Kontraktor wajib menyediakan 5
Dus untuk masing-masing jenis keramik.
b. Persyaratan Bahan
1. Bahan yang digunakan
a. Lantai keramik
 Keramik lantai Platinum, atau setara dengan ukuran 30 x 30 Polos cm
 Keramik-kermaik tersebut di atas sebelum dipasang harus mendapat persetujuaan
dari konsultan pengawas setelah berkonsultasi dengan perencana dan pemilik
proyek.
2. Warna harus sesuai dengan gambar. Masing-masing warna harus seragam, warna tidak
seragam akan ditolak.
3. Tebal minimal 8 mm atau sesuai dengan standart pabrik, dengan kekuatan lentur 250
kg/cm2 dan mutu tingkat 1 (grade 1)
4. Warna ditentukan sesuai gambar.

31
5. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan peraturan-peraturan ASTM,
peraturan keramik Indonesia (NI – 19) dan dari distributor bahan pengisi siar serta bahan
perekat harus memberikan supervisi dan garansi pemasangan selama 5 tahun.

32

Anda mungkin juga menyukai