Anda di halaman 1dari 34

SPESIFIKASI TEKNIS

PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN


“REHAB GEDUNG KANTOR “

SYARAT-SYARAT UMUM

1. Penyedia jasa harus melindungi pengguna jasa dari tuntutan atas paten, lisensi serta hak
cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan penyedia
jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Jenis dan Mutu Bahan
a. Bahan–bahan bangunan / tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi yang ditunjuk bila
bahan–bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan
peraturan yang ada dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin pengawas /
direksi (secara tertulis).
b. Bila penyedia jasa telah menandatangani/melaksanakan jenis dan mutu bahan untu
pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, bahan-
bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
c. Contoh-contoh yang dikehendaki oleh pemberi tugas atau wakilnya harus segera
disediakan tanpa keterlambatan atas biaya penyedia dan harus sesuai dengan standar.
Contoh tersebut diambil dengan cara begitu rupa sehingga dapat dianggap bahwa bahan
tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh tersebut
disimpan sebagai dasar penolakan bila ternyata bahan atau cara mengajukan yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat-sifatnya.
d. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disediakan nama pabrik pembuatan dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan rupa dari barang –
barang yang memuaskan pemberi tugas.
3. Peralatan
Penyedia jasa harus menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua alat–
alat pembantu yang dipergunakan seperti andang, semua alat-alat tersebut pada waktu
pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi supaya dibersihkan dari lokasi.
4. Gambar Pekerjaan
4.1 Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar detail konstruksi,
gambar situasi dan sebagainya yang telah disampaikan kepada penyedia jasa beserta
dokumen–dokumen lain tidak boleh diubah dan ditambah tanpa mendapat persetujuan
tertulis dari pengguna jasa.
4.2 Gambar Kerja (Shop Drawing)
Sebelum melakukan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan melakukan MCO secara
keseluruhan bersama–sama direksi lapangan dan dituangkan dalam gambar kerja yang
disetujui oleh direksi sebagai opedoman awal untuk melaksanakan pekerjaan di
lapangan, MC1, MC2, MC3 dan seterusnyan harus dibuat dan dilampirkan pada laporan
bulanan atau dalam rangka penarikan termyn. Gambar kerja yang telah disetujui oleh
direksi harus dipasang pada direksi keet.

1
4.3 Gambar Pelaksanaan (As Bulit Drawing)
Penyedia jasa diwajibkan membuat gambar pelaksanaan yang sesuai dengan apa yang
telah dilaksanakan di lapangan (As Built Drawing) dengan memperhatikan perbedaan
antara gambar kerja dan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan. Gambar tersebut
harus dibuat dalam rangkap 3 (tiga) atas biaya penyedia jasa.
4.4 Gambar di tempat pekerjaan
Penyedia jasa harus menyimpan di tempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak
lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat – Syarat, Berita Acara Anwijzing, Time
Schedulle dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakil-
wakilnya sewaktu-waktu memerlukan atau ditempatkan pada direksi keet.
5. Peraturan Teknis Pembangunan Yang Dipergunakan
Berlaku dan mengikat di dalam Rencana Kerja dan Syarat – Syarat ini :
a. Peraturan Beton untuk Indonesia (PBI) tahun 1971.
b. PUBB (Peraturan Umum Pemeriksa Bahan Bangunan) NI 3 / 56.
c. Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970) NI 18 Tahun 1970.
d. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) NI 5 Tahun 1961.
e. Peraturan Perburuan Indonesia (tentang pengarah tenaga kerja) antara lain tentang
larangan memperkerjakan anak di bawah umur.
f. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
KEP. 174 / MEN /86
Tanggal 04 Maret 1986
104 / KPTS / 1986
tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi
g. Peraturan Pemerintah Daerah setempat menegnai bangunan.
6. Penjelasan RKS dan Gambar
a. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail maka
gambar detail yang dipakai / diikuti.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak seusai, maka ukuran
dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c. Bila ukuran jumlah yang dipakai / diperlukan dan bahan / barang yang dipakai dalam
RKS tidak sesuai dengan gambar, maka RKS yang diikuti.
d. Bila Penyedia Jasa meragukan tentang perbedaan antara gambar-gambar yang ada
baik mengenai mutu bahan yang dipakai maupun konstruksi dengan RKS, maka
penyedia jasa berkewajiban untuk menanyakan kepada pengawas lapangan / pengguna
jasa secara tertulis.
e. Penyedia jasa berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal tesebut di atas
setelah penyedia jasa menerima dokumen dari Pengguna Jsa dan hal tersebut akan
dibahas dalam rapat penjelasan.
f. sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia jasa harus meneliti kembali semua
dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Penjelasan.
7. Persiapan di lapangan
7.1 Bangunan Sementara (Bouwkeet)
Penyedia jasa harus menyediakan dan mendirikan semua bangunan sementara
(Bouwkeet) untuk digunakan sebagai gudang penyimpanan dan perlindungan bahan-
bahan bangunan. Penyedia jasa harus pula menyediakan ruangan untuk keperluan

2
Direksi dengan perlengkapannya : meja, kursi, papan tulis, buku harian dan buku direksi
seperlunya.
Semua Bouwkeet perlengkapan beserta perlengkapan penyedia jasa dan sebagainya,
pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar, atau bila yang dipergunakan
bangunan maka harus dibersihkan dari segala tapak, juga segala kerusakan-kerusakan
harus diperbaiki atas persetujuan Direksi.
7.2 Jalan masuk ke Pekerjaan
Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh penyedia
jasa, bila diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Jadwal Pelaksanaan
Pada saat Penyedia Jasa akan memulai pelaksanaan di lapangan atau setelah menerima
SPMK dari Pengguna Jasa, harus segera mengadakan persiapan antara lain berupa Bar
Chart, pembuatan jadwal pelaksanaan secara tertulis berisi tahap – tahap pelaksanaan
pekerjaan. Waktu yang direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan
dalam kontrak dan harus disahkan oleh pengguna jasa.
Bar Chart tersebut harus selalu berada di lokasi tempat pekerjaan untuk diikuti dengan
perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan diberikan tanda garis tinta
merah bila terdapat / terlihat hambatan. Semua pihak harus segera mengadakan langkah-
langkah untuk penanggulangan terhadap hambatan yang akan terjadi.
9. Kewajiban Penyedia Jasa
9.1 Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan
Penyedia jasa harus mengawasai dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan
kecakapan dan perhatian penuh. Harus bertanggung jawab penuh untuk semua alat–
alat konstruksi, cara–cara teknik urutan dan prosedur untuk mengkoordinasi semua
bagian pekerjaan yang berada di dalam kontrak.
9.2 Pelaksana Pekerjaan
a. Sebagai pemimpin pelaksana proyek sehari – hari pada pelaksanaan pekerjaan,
penyedia jasa harus dapat menyerahkan kepada seorang ahli dalam bidangnya,
cakap sesuai dengan tanggung jawabnya dan selalu berada di lokasi.
b. Sebagai penanggung jawab di lapangan, pelaksana harus mempelajari dan
memahami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak
terjadi kesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan – bahan yang akan
digunakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan–bahan bangunan dapat
dilaksanakan apabila ada ijin tertulis dari Direksi. Penyimpangan dari hal tersebut
menjadi tanggung jawab penyedia jasa dan agar melaksanakan sesuai dengan
gambar dan bestek.
d. Pengawas lapangan berhak menolak penunjukkan seorang pelaksana dari penyedia
jasa berdasarkan pendidikan, pengamalan, tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini
penyedia jasa harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan
Direksi.
10. Penjagaan, Keamanan Lapangan Pekerjaan
10.1 Keamanan dan Kesejahteraan
Selama pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan mengadakan segala yang
diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama,
sanitasi, air minum dan fasilitas kesejahteraan juga diwajibkan memenuhi segala
peraturan dan tata tertib Organisasi Pemerintah Daerah setempat.

3
10.2 Terhadap Milik Umum
Penyedia jasa harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakaian jalan,
bersih dari bahan – bahan bangunan bekas bongkaran dan memelihara kelancaran
lalu lintas, baik kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
10.3 Terhadap bangunan yang ada
Selama masa pelaksanaan pekerjaan kontrak, penyedia jasa bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran, penggunaan
air dan sebagainya.
Kerusakan–kerusakan sejenis yang disebabkab karena kegiatan penyedia jasa (dalam
arti kata yang luas) diperbaiki oleh penyedia jasa hingga dapat diterima pemberi tugas
ataupun pihak lain yang terkait dalam proyek tersebut.
10.4 Keamanan terhadap pekerjaan
Penyedia jasa bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan kontrak termasuk
bahan–bahan bekas bongkaran dan perlengkapan lannya hingga kontrak selesai dan
diterima baik oleh Direksi. Penyedia jasa harus menjaga perlengkapan bahan–bahan
material dari segala kerusakan, kehilangan dan lain sebagainya, untuk seluruh
pekerjaan termasuk bagian–bagian yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dan
menjaga agar pekerjaan bebas dari segala resiko air hujan dengan melindungi dan
memakai penutup yang layak, memompa, menimba seperti apa yang dikehendaki atau
telah diintruksikan.
11. Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
Penyedia jasa diwajibkan untuk membuat laporan harian / mingguan mengenai kemajuan
pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut harus mengenai keterangan yang
berhubungan dengan kejadian selama 1 (satu) bulan di mana harus meliputi sebagai berikut:
I. Jumlah karyawan / tenaga yang dipekerjakan selama satu bulan penuh.
II. Uraian – kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
III. Bahan – bahan dan perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat pekerjaan.
IV. Keadaan cuaca.
V. Kunjungan tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
VI. Kunjungan tamu dinas / instansi terkait.
VII. Kejadian khusus.
VIII. Foto ukuran kartu pos sesuai dengan petunjuk pengawas.

12. Jaminan dan Keselamatan Buruh


12.1 Air minum dan air untuk pekerjaan
a. Penyedia jasa harus senantiasa menyediakan air minum yang bersih dan sehat di
tempat pekerjaan untuk para pekerjaan.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau
menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri atau langsung
berhubungan ke puhak pemilik (guna memperhitungkan pembayaran) atau air
sumur yang bersih/jernih dan tawar, bila hal ini meragukan pengawas harus
memeriksakan ke laboratorium
12.2 Kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan para pekerja yang melaksanakan pekerjaan, penyedia jasa
harus segera mengambil tindakan penyelamatan bagi si korban dengan biaya
pengobatan dan lain–lain menjadi tanggung jawab penyedia jasa dan harus segera
melaporkan kepada jawatan terkait (SPSI) dan pengawas.

4
12.3 Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat untuk pertolongan pertama (P3K)
yang selalu tersedia di dalam setiap saat dan berada di tempat pengawas.
13. Syarat – Syarat cara Pemeriksaan Bahan Bangunan
a. Penyedia jasa harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik
antar pekerjanya dan tidak akan mengerjakan tenaga kerja yang tidak sesuai atau
tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.
b. Penyedia jasa menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru.
c. Dalam pengajuan penawaran penyedia jasa harus mempertimbangkan biaya
pengujian / pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. Di luar jumlah tersebut misal
mengirim bahan bangunan, penyedia jasa tetap bertanggung jawab atas biaya
pengiriman yang tidak memenuhi syarat – syarat yang dikehendaki.

14. Pekerjaan Tidak Baik


a. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar penyedia jasa membongkar
pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa atau mengatur untuk
mengadakan pengujian baik yang sudah maupun yang belum dimasukkan dalam
pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Ongkos untuk mengerjakan dan sebagainya
menjadi beban penyedia jasa untuk disempurnakan sesuai kontrak.
b. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat
pekerjaan bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak.
c. Pemberi tugas boleh (tetapi tidak dengan secara tidak adil atau menyusahkan)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.
15. Papan Nama Proyek
Penyedia jasa harus memasang papan nama proyek di lokasi pekerjaan dengan ukuran 0,8
x 1,2 m2 berwarna dasar putih dengan tulisan hitam selambat–lambatnya 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal dikeluarkannya SPMK.
16. Pembongkaran
Pembongkaran dan pembuangan merupakan tanggung jawab penyedia jasa, hasil
pembongkaran yang masih menjasi aset SKPD (Satuan Kerja Pendapatan Daerah), harus
dikirim ke lokasi SKPD (Satuan Kerja Pendapatan Daerah).

5
SYARAT-SYARAT TEKNIS

A. U M U M
1. Standar Spesifikasi
Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi
syarat standar yang berlaku di Indonesia dan Peraturan Standar Pelaksanaan yang
ditentukan oleh Ketentuan-Ketentuan Standar Indonesia.
Kontraktor harus menyimpan di tempat pekerjaan dan di lokasi pekerjaan minimum satu
buku dari masing-masing Standar Nasional yang dipakai sebagai spesifikasi yang
digunakan untuk penyediaan material, cara pelaksanaan dan dipergunakan oleh
Direksi/Pelaksana Konstruksi.
2. Daftar Upah Harian, Daftar Harga dan Biaya
Daftar harga dan biaya upah harian yang diserahkan oleh Kontraktor pada Tender
Dokumennya, yang selanjutnya menjadi bagian dari kontrak, harus meliputi semua yang
berhubungan dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh, material, peralatan,
instalasi/mesin, penyusutan, overhead, keuntungan, pengobatan, pajak, ijin, pelayanan
sosial, asuransi kecelakaan dan semua yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
3. Pemberitahuan untuk Mulai Pekerjaan
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa lebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas dalam jangka waktu yang cukup sebelum pekerjaan itu
dilaksanakan, agar masih ada waktu untuk mempertimbangkan bila diperlukan penelitian
dan pengujian dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
4. Perintah untuk Pelaksanaan
Bila pihak Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi/Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk
harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang yang ditunjuk untuk itu oleh
Kontraktor. Orang-orang atau Pelaksana tersebut harus mengerti maksud
Direksi/Konsultan Pengawas secara jelas.
5. Pengukuran dan Pematokan
Kontraktor harus memulai pekerjaan-pekerjaannya dari garis-garis dasar dan patok-patok
yang telah disetujui oleh Ahli dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran
yang dibuatnya.
Kontraktor harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-
juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan
untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.
Kontraktor diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta titik tetap utama selama masa
pembangunan.
Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari Gambar Pelaksanaan, Kontraktor harus
mengajukan minimal 3 (tiga) Gambar Penampang dalam arah yang berbeda dari daerah
yang dipatok itu. Ahli akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi
pada suatu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Kontraktor.
Setelah diperbaiki Kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang oleh Ahli diminta
untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali di kertas kalkir untuk

6
memungkinkan direproduksi. Setelah disetujui, maka Kontraktor akan menyerahkan pada
Ahli gambar kalkir asli dan 3 (tiga) lembar reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang
dipakai pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi.

B. BAHAN-BAHAN

1. Semen Portland
1.1 Persyaratan
Semua semen yang dipakai harus semen portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam Standard Indonesia NI-8 dan SII sebagai berikut:
a. SII 0455-81 : Semen dengan Agregat Beton
b. SNI 0450-89-A : Semen dengan Agregat Beton
c. SII 0031-81 : Semen Portland
d. PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia Tahun 1982

1.2 Pemeriksaan dan Pengujian


a. Direksi berhak memeriksa bahan-bahan, pemeriksaan analisis oleh laboratorium dan
mengambil contoh-contoh semen untuk pemeriksaan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi Direksi untuk pengambilan contoh-contoh.
b. Umur semen tidak boleh lebih dari tiga bulan, kondisinya harus baik, tertutup rapat
dalam kantong, tidak menggumpal atau mengeras dan sama sekali tidak boleh
menggunakan semen yang telah menggumpal atau mengeras.
c. Semen dari tipe lain seperti semen tahan sulfat, semen dengan bahan hidrasi rendah,
cepat kuat dan sebagainya tidak boleh dipakai kalau tidak ada ketentuan dan tanpa
sepengetahuan Direksi.
d. Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang setiap waktu sebelum
dipergunakan. Semen yang tidak dapat diterima oleh Direksi harus tidak dipergunakan
(diafkir). Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan telah dipergunakan untuk
beton, spesi atau spesi injeksi, maka hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar kembali
dan diganti dengan bangunan yang memakai semen yang telah disetujui, semua biaya
pembongkaran dan perbaikan menjadi beban Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan semua semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tanpa
pembebanan biaya kepada Pemberi Tugas.
1.3 Tempat Penyimpanan
a. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen pada
tempat-tempat yang baik yang memudahkan pengangkutan ke lokasi pekerjaan dan
semen setiap saat harus terlindung terhadap iklim, harus berlantai kuat dibuat dengan
jarak minimal 30 cm dari tanah, harus cukup besar untuk memuat semen dalam jumlah
cukup untuk pekerjaan tersebut.
Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan datangnya semen. Semen yang lama
harus digunakan lebih dahulu daripada yang baru datang. Semen dalam zak tidak
boleh ditumpuk setinggi lebih dari 2 meter.
b. Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk
menimbang semen di dalam gudang atau dimanapun dan harus juga melengkapinya
dengan segala timbangan untuk keperluan penyelidikan.

7
2. Agregat
2.1 Agregat Halus/Pasir
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang keras, kekal dan tajam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu. Agrerat halus ini tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering), dan kalau melebihi 5% harus dicuci. Agrerat harus
bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, gumpalan-gumpalan kecil, bahan alkali,
tanah liat dan hal-hal yang merugikan dari subtansi yang merusak. Tidak boleh
mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abram Harder (dengan larutan NaOH). Agrerat yang tidak
memenuhi percobaan warna dapat dipakai, asal kekuatan tekan adukan agrerat
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
agrerat yang sama tetapi dicuci hingga bersih.
b. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan
oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau sumber alam lain seperti pasir
gunung dan lainnya yang diajukan oleh Kontraktor dan disetujui Direksi. Pasir laut tidak
diperkenankan dipakai untuk campuran segala mutu beton.
c. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan
atas dasar untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut dan Kontraktor
harus bertanggung jawab untuk kualitas masing-masing jenis bahan yang dipakai
dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Direksi, sebagai pemeriksaan
pendahuluan dan persetujuan, contoh yang dipakai seberat 15 kg dari pasir alam yang
diusulkan untuk dipakai, dan diserahkan sedikitnya 14 hari sebelum dipergunakan.
d. Gradasi untuk beton.
Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini harus pasir
alam dan bila dikehendaki harus campuran dalam proporsi yang tepat dari pasir alam.
Pasir harus memiliki “modulus kehalusan butir” antara 2 (dua) sampai 32 atau jika
diselidiki dengan Saringan Standar sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton PBI
1971, atau dengan ketentuan sebagai berikut.

Saringan No. Prosentase Satuan Timbangan Tertinggal


di Saringan

4 0 – 15

8 6 – 15

16 10 – 25

30 10 – 30

50 15 – 35

100 12 – 20

PAN 3–7

Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20% atau kurang,
batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan No. 8 dapat naik sampai 20%.
e. Pasir untuk spesi/mortar yang digunakan untuk lapisan batu, plesteran batu, pasangan
batu harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

8
Saringan No. Prosentase Satuan Timbangan Tertinggal
di Saringan

8 100

100 15

f. Bila Direksi menghendaki, Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh yang


representatif untuk tujuan penyelidikan dan pengawasan. Biaya pemeriksaan
laboratorium untuk keperluan ini harus sudah termasuk dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

2.2 Agregat Kasar/Kerikil


a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras, kekal dan tidak berpori sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu. Agrerat kasar ini tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering), dan kalau melebihi 1% harus dicuci. Agrerat kasar
tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton ataupun baja tulangan.
Agregat kasar harus mempunyai modulus kehalusan butir antara 6,0 sampai 7,5 atau
bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan Syarat Umum.
Kekerasan dari butir-butir agregat kasar jika diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudoff beban penguji 20 ton harus memenuhi syarat-syarat berikut:
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 sampai 19 mm dari 24% berat
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 sampai 30 mm dari 22% berat
Pengujian dapat juga dilakukan dengan mesin pengaus Los Angles, yang mana tidak
boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
b. Susunan butir-butir harus memenuhi syarat-syarat berikut:

Ayakan (mm) % Lewat Ayakan (Berat Kering)

31.5 100

4.0 2 – 10

Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakkan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
c. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih
minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.

4. Air
a. Air yang dipakai untuk semua campuran beton, spesi/mortar harus bebas dari lumpur,
minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya. Air tersebut
harus dilihat atau jika perlu diuji dulu oleh Direksi untuk menetapkan sesuai tidaknya.

9
b. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh
air tersebut ke Lembaga Pemeriksaan Bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki
sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
c. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut di atas tidak dapat dilakukan, maka
dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air itu dan dengan memakai air itu dan
dengan memakai air suling, maka air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila
kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 hari dan 28 hari paling
sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel dengan memakai air suling pada umur
yang sama.

5. Baja Tulangan Beton


5.1 Bahan (Material) dan Ukuran Batang
Bahan baja tulangan beton harus baru dan dari mutu dan ukuran sesuai dengan Standar
Indonesia untuk beton NI-2, dan standar yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
- SII 0136-84 Baja Tulangan Beton
- SII 1191-84 Baja Tulangan Beton
- PBI Peraturan Beton Indonesia tahun 1971
- PUBI Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia tahun 1982

5.2 Pembengkokan/Pembentukan dan Pembersihan


a. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak,
gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya lekatnya.
b. Kontraktor harus mempersiapkan daftar pembengkokan tulangan dalam bentuk yang
sesuai dengan gambar dan disetujui oleh Direksi.
c. Baja tulangan beton harus dibengkokan/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk
dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi yang diberikan
kepada Kontraktor atau yang telah dibuatkan tabelnya oleh Kontraktor.

5.3 Pemasangan Baja Tulangan


a. Beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar/perhitungan dan dipastikan
tidak terjadi pergeseran/pemindahan dengan pemakaian kawat pengikat tulangan
beton pada perpotongan/pertemuan tulangan dan rangka tulangan harus didukung
oleh pengganjal blok beton (batu tahu), perenggang (spacer) sebagaimana yang
dibutuhkan.
b. Baja tulangan beton untuk plat (slab) langsung di atas tanah harus didukung dengan
blok beton yang dicetak lebih dahulu. Permukaan dari blok beton harus rata berukuran
kira-kira 7,5 cm x 10 cm x tebal 5 cm.
c. Jarak terkecil antara batang paralel/sejajar harus satu kali diameter dari batang-batang,
tetapi jarak terbuka/bersih tidak boleh kurang dari 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar (kerikil)

5.4 Penyambungan
a. Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar, bentuk dari sambungan harus ditentukan oleh Direksi.
b. Overlap pada sambungan untuk tulang-tulangan dinding tegak (vertikal)dan kolom
sedikitnya harus 40 kali diameter batang dan harus mendapatkan persetujuan Direksi.

10
6.1 Kayu atau Kayu bangunan
Kayu dipakai untuk bahan cetakan beton, rambu-rambu lalu lintas dan kantor kerja di
lapangan.
a. Kayu untuk cetakan beton bisa dipakai kayu Meranti atau kayu Bali (kruing atau
Rasmala)atau jenis lainnya yang disetujui oleh Direksi.
b. Kayu bangunan harus dari kualitas yang baik, lurus dan sebelum dipakai untuk cetakan
beton harus diratakan dulu.

6.2 Pengukuran dan Pembayaran


Semua biaya untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut termasuk angkutan,
penyimpanan dan pemasangan harus dimasukkan dalam harga satuan, yang ditawarkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk jenis pekerjaan yang sesuai dimana bahan-
bahan tersebut akan digunakan.

1. PEKERJAAN BETON & BETON BERTULANG

BETON STRUKTUR

I. UMUM
1. URAIAN
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai
dengan persyaratan dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian, dan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Direksi
Teknik.
b. Pekerjaan ini harus meliputi penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton
akan ditempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus
dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi,
pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling
struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
c. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau
pasal lain yang berhubungan dengan Persyaratan ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik. Seluruh beton haruslah kelas III/K275,
II/K175, atau I/BO dan harus digunakan sebagai berikut :
Kelas III/K275 : digunakan dalam konstruksi beton bertulang seperti pada
pipa gorong-gorong beton bertulang, gorong-gororng persegi
beton bertulang, saluran beton bertulang dan lain-lain.
Kelas II/K175: digunakan dalam konstruksi beton tak bertulang seperti kerb
dan trotoar, pondasi pasangan batau dan pasangan batu
beton
Kelas I/BO : digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi dan
untuk pengurugan kembali sekelilingnya.
a. Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalamkontrak ini, kecuali bila terdapat
pertentangan dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari
spesifikasi ini harus dipakai.
11
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut dokumen
kontrak kecuali ditentukan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini dipakai
PBI ‘83
a. Beton bertulang
- Secara garis besar pekerjaan beton yang harus dibuat dari beton bertulang
ialah antara lain : Foot Plat, Kolom, Balok (baik menggunakan Ready mix
maupun manual) bagian-bagian lain yang tertera dalam gambar.
1.1. Beton disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah dengan
Beton K-250

1.2. Secara umum, proses operasi meliputi :


 Mobilisasi alat, perlengkapan dan tenaga kerja.

 Menyiapkan bahan baku utama (semen, pasir, aggregat and campuran).

 Monitoring bahan baku sesuai spesifikasi produk.

 Mengolah campuran baik secara wet mix maupun dry mix

 Mengirimkan beton readymix ke proyek. Waktu pengiriman maks. 4 jam,


agar menghindari kualitas beton.

 Membuat spesimen pengujian (sample test).

- Berikut ini Komposisi Mix Design Formula :

No. Material Berat / m3 K-250

1 Semen Kg 288

2 Fly Ash Kg 85

3 Air Ltr 180

4 Aggr 10 - 20 Kg 820

5 Aggr 20 - 30 Kg 200

6 Psr. Lmjg Kg 697

7 Psr. Brts Kg 150

8 Vz Ltr 0.96

9 Slump Cm 8 - 12

 Melakukapengecoran/ penuangan beton readymix , baik secara langsung


atau dengan pompa beton.

12
 Melakukan sample test, dan pengujian compresive (kekuatan) untuk
menjamin kesesuaian dengan spesifikasi proyek.

 Untuk beton K-250, dari produksi sampai dengan penghamparan beton ±


4 jam, dengan kondisi molen harus berputar.

2. PENGELUARAN UNTUK DETAIL KONSTRUKSI


Detail konstruksi untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan pada waktu lelang
akan diserahkan oleh Direksi Teknik setelah peninjauan kembali rancangan awal
telah selesai.

3. PEKERJAAN YANG DIPERSYARATKAN DIBAGIAN LAIN


a. Rekayasa lapangan
b. Galian
c. Urugan
d. Baja tulangan untuk beton
e. Adukan semen
f. Pembongkaran struktur yang ada
4. JAMINAN MUTU
Mutu dari material yang dikirim dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja
serta hasil akhir harus dimonitor dan dikendalikan.

5. TOLERANSI
a. Toleransi dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m .......................................... + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dengan 6 m .......................................... + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding,
atau antara tembok kepala .......................................... - 0 dan +10mm
b. Toleransi bentuk :
Siku (selisih dalam panjang diagonal) .......................................... 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari
garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3m ....................................... 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m – 6m ........................... 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6m ................................. 20 mm
c. Toleransi kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ..........................................  10 mm
Kedudukan permukaan horisontal dari rencana ..................................  10 mm
Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ........................................  20 mm
d. Toleransi kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ....................................  10 mm
e. Toleransi ketinggian ( elevasi ) :
Puncak beton penutup dibawah pondasi ..........................................  10 mm
Puncak beton penutup dibawah plat injak ..........................................  10 mm
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang .................................  10 mm
f. Toleransi kedudukan mendatara: 10 mm dalam 4m panjang mendatar
g. Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
Selimut beton sampai 3 cm ...............................................................  0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm - 5 cm ...............................................................  0 dan + 5 mm
Selimut beton 5 cm – 10 c ...............................................................  0 dan + 5 mm

6. NARA SUMBER STANDAR


PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI – 2
AASHTOM 85- 75 Semen Portland
AASHTOM153 - 70 Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan
dari gabus untuk lapisan beton dan konstruksi struktur
AASHTOM173 - 60 Pengedap sambungan beton, tipe elastis yang
dituang panas
13
AASHTOM213 - 74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan
beton dan konstruksi struktur

AASHTOT 11 - 78 Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075


mm dalam agregat
AASHTOT 21 - 78 Ketidakmurnian organis dalam pasir untuk beton
AASHTOT 22 - 74 Kuat tekan dari contoh beton silindris
AASHTOT 23 - 76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian
kuat tekan dan kuat lentur dilapangan
AASHTOT 26 - 72 Mutu air yang akan digunakan dalam beton
AASHTOT 96 - 77 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan
mesin Los Angeles
AASHTOT 104 - 77 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan
sodium sulfat
AASHTOT 112 - 78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah
dalam agregat
AASHTOT 126 - 76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian
beton di laboratorium
AASHTOT 141 - 74 Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian
beton di laboratorium

7. PELAPORAN
a. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material yang
disyaratkan.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk masing-masing
tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum awal pekerjaan
pengecoran beton.
c. Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta
oleh Direksi Teknik. Dalam hal pengujian kuat tekan, hal ini akan meliputi
pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3 hari, 7 hari, dan 28 hari yang masing-
masing 3 hari, 7 hari, dan 28 hari setelah pencampuran.
d. Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik sebelum
memulai setiap pekerjaan perancah.
e. Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum bermaksud memulai melakukan pencampuran atau pengecoran
beton.

8. PENYIMPANAN DAN PERLINDUNGAN MATERIAL


Untuk penyimpan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang dinaikkan yang
ditutup dengan lembar polyethylene (plastik) sepanjang waktu, tumpukan
kantung semen harus ditutup dengan selubung plastik.
9. KONDISI TEMPAT KERJA
Kontraktor harus menjaga temperatur dari seluruh material khususnya agregat
kasar, pada tingkat yang serendah mungkin dan harus menjaga temperatur dari
beton dibawah 30C sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan,
kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bila :

a. tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam


b. lenges nisbi dari udara kurang dari 40%
14
c. diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Direksi Teknik selama periode
hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
10. PERBAIKAN DARI PEKERJAAN BETON YANG TAK MEMUASKAN
a. Perbaikan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan atau tidak memiliki hasil akhir permukaan yang memuaskan, atau
yang tidak memenuhi kebutuhan syarat campuran yang dipersyaratkan, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Teknik dan dapat meliputi :
i. perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan
ii. tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasil pengujian
ternyata gagal
iii. penambalan dari cacat-cacat kecil
b. Dalam hal adanya perselisihan dalam kualitas pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Teknik dapat meminta
kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukannya untuk
menjamin penilaian yang wajar pada mata pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Pengujian tambahan tersebut haruslah atas biaya Kontraktor.
c. Perbaikan dari pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai
dengan syarat.
II. BAHAN – BAHAN
1. SEMEN
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus tipe semen portland
yang memenuhi AASHTO M 85 kecuali tipe IA, IIA, IIIA, dan IV. Terkecuali
diijinkan lain oleh Direksi Teknik, campuran yang mengandung gelembung
udara tidak boleh digunakan
b. Terkecuali diijinkan oleh Direksi Teknik, hanya satu produk merk yang
dapatdigunakan dalam proyek.
2. AIR
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari benda yang mengganggu seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air akan diuji dan harus memenuhi kriteria dari
AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan
3. SYARAT-SYARAT GRADASI AGREGAT
a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang
diberikan dalam tabel berikut tetapi material yang tidak memenuhi syarat-
syarat gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat menunjukkan
dengan pengujian bahwa beton tersebut memenuhi sifat campuran yang
dibutuhkan.

TABEL. SYARAT-SYARAT GRADASI AGREGAT


Ukuran Ayakan Presentase berat yang lolos
Standar Inch Agregat Pilih
( mm ) ( in ) halus Agregat kasar
50 2 - 100 - -
37 1½ - 95 – 100 - -
25 1 - - 100 -
19 ¾ - 35 – 70 90 – 100 100
13 ½ - - - 90 – 100
10 3/8 100 10 – 30 20 – 55 40 – 70
4.75 #4 95 – 100 0–5 1 – 10 0 – 15
2.36 #8 - - 0–5 0–5
1.18 # 16 45 – 80 - - -

15
0.3 # 50 10 – 30 - - -
0.15 # 100 2 - 10 - - -

b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar


tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara
tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya.

4. SIFAT AGREGAT
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari material organis seperti pada pengujian AASHTO
T 21 dan harus memenuhi sifat lainnya yang diberikan dalam tabel berikut
bila diambil contohnya dan diuji sesuai dengan prosedur AASHTO yang
berhubungan.

TABEL.
BATAS MAKSIMUM YANG
DIIJINKAN
AASHTO
SIFAT Agregat Halus Agregat
TEST
Kasar

Kehilangan akibat abrasi


pada 500 putaran dengan T 96 - 40 %
Mesin Los Angeles
Kehilangan akibat
penentuan mutu dengan
T 104 10 % 12 %
sodium sulfat setelah 5
siklus
Persentase dari gumpalan
lempung dan partikel yang T 112 0.5 % 2%
dapat pecah
Material yang lolos
T 11 3% 1%
saringan # 200

5. PENGISI SAMBUNGAN
a. Pengisi yang dituang untuk sambungan harus memenuhi persyaratan
AASHTO M 173
b. Pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi
persyaratan dari AASHTO M 153 atau AASHTO M 123

16
III. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1. RANCANGAN CAMPURAN
Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metoda yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batasan yang diberikan
dalam tabel berikut.

TABEL.
PERBANDINGAN KADAR SEMEN
MAKSIMUM DARI ( kg/m3 dari campuran )
KELAS BETON
AIR/SEMEN minimum maximum
( Berat )
III / K 275 0.50 340 400
II / K 175 0.57 220 300
I / BO 0.65 200 250

2. CAMPURAN PERCOBAAN
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Teknik, yang menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat
campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam tabel berikut.

3. PERSYARATAN SIFAT CAMPURAN

a. Seluruh beton yang digunakan harus memenuhi kuat tekan dan slump yang
dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam tabel berikut atau disetujui oleh
Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai
dengan AASHTO T 141, T 126 dan T 22.

TABEL. SYARAT-SYARAT SIFAT CAMPURAN


KUAT TEKAN
KARAKTERISTIK
MINIMUM
kg/cm2
‘ SLUMP ‘ ( mm )
KELAS Contoh Contoh
BETON kubus silinder
15 cm 15 cm x 30
cm
7 28 7 28 Tidak
Digetarkan
hari hari hari hari digetarkan
III / K 275 145 225 115 185 10 % 12 %
II / K 175 95 145 75 115 0.5 % 2%
I / BO - - - - 3% 1%

b. Beton yang tidak memenuhi persyaratan “slump” tidak boleh ditempatkan


pada pekerjaan, kecuali Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada
bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah dikerjakan secara tekstur

17
dari campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat di cor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau buih air dan
sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan
permukaan yang merata, halus dan padat.
c. Bila pengujian 7-hari menghasilkan kuat tekan beton dibawah nilai yang
disyaratkan dalam tabel diatas, kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton
sampai penyebab dari hasil tersebut dapat dipastikan dan sampai telah
diambil tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi persyaratan
secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang
disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan harus diperbaikiseperti
disyaratkan dalam I.10 diatas. Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari
persyaratan kekuatan bila setiap contoh benda uji lebih kecil dari keperluan
yang diberikan dalam tabel diatas, atau selain disetujui lain Direksi Teknik
yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan statistik dipertimbangkan
atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh atau persiapan benda uji
yang kurang baik atau karena faktor lainnya.
d. Direksi Teknik dapat menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu
campuran atas dasar hasil uji kuat tekan 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan
tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Teknik
akan menelaah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang
perlu.
e. Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari sepakat pada perbaikan tersebut.

4. PENYESUAIAN CAMPURAN
a. Penyesuaian sifat mudah dikerjakan
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan
dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh Direksi Teknik, maka
akan dibuat perubahan-perubahan pada berat agregat sebagaimana
diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen yang semula direncanakan
tidak diubah, juga tidak menambah besarnya faktor air/semen yang telah
ditetapkan berdasarkan pengujian kuat tekan yang telah menghasilkan kuat
tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan
air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk
meningktakansifat mudah dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh Direksi Teknik.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
c. Penyesuaian untuk material baru
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat material yang disyaratkan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak boleh ada
material baru yang boleh digunakan sampai Direksi Teknik menerima material
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas
hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

18
5. PENAKARAN AGREGAT
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila dipakai semen kantongan,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan dari jumlah kantung
semen. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masing-
masing takaran tidak boleh melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air.
Pada saat-saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah paling
sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari
timbunan agregat.

6. PENCAMPURAN
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari
tipe dan ukuran yang disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang merata
dari material.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan
peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c. Alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan
selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukkan sebelum
seperempat waktu pencampuran telah berlalu. Waktu pencampuran untuk
mesin dengan kapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1.5 menit ; untuk mesin
yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap tambahan 0.5
m3 dalam ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Teknik dapat
menyetujui pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran dengan tenaga
manusia harus dibatasi pada beton non struktural.

IV. PENGECORAN
1. PENYIAPAN TEMPAT KERJA
a. Kontraktor harus membongkar struktur yang ada, diganti dengan Pekerjaan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan syarat yang dipersyaratkan.
b. Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
Pekerjaan Beton hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti
yang ditetapkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan syarat, dan harus
membersihkan dan menggaru tempat yang cukup di sekeliling dari pekerjaan
beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan jika perlu untuk menjamin
bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
c. Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh di cor diatas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
d. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus
19
sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
e. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik, material landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan syarat.
f. Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang disiapkan
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau beton dan
dapat meminta Konraktor untuk melaksanakan pengujian pemantekan dalam,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk mmemastikan cukupnya
daya dukung dari tanah dibawah pondasi. Jika dijumpai kondisi tidak
memuaskan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melakukan stabilisasi lainnya sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.

2. CETAKAN
a. Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk dengan
galian, dan sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
b. Cetakan yang dibuat dapat dari kayu/baja dengan sambungan yang kedap
terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
c. Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal
yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak. Cetakan
harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
d. Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
3. PENGECORAN
a. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bila operasi telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal
serta waktu pencampuran beton.
Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik untuk memulai.
b. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai,
tidak ada beton yang boleh di cor bila Direksi Teknik atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dari pengecoran secara
keseluruhan.
c. Sesaat sebelum beton di cor, cetakan harus dibasahi dengan air atau
disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral tang tak akan membekas.
d. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak di cor dalam posisi akhirnya
dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik atas dasar pengamatan sifat-sifat
mengerasnya semen yang digunakan.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
20
f. Beton harus di cor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan)
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam cetakan
sedekat mungkin ke tempt akhirnya untuk mencegah pengaliran dan harus
tidak boleh mengalir lebih dari satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bila di cor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus di cor dalam lapis-lapis horisontal yang tak lebih dari
15 cm tebalnya.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian lebih dari 150
cm.
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton
yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
beton segar.
j. Air tidak diperbolehkan dialirkan keatas atau dinaikkan ke permukaan
pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

V. PENGERJAAN TERAKHIR

1. PEMBONGKARAN KERANGKA CETAKAN


a. Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
langsung dan struktur yang serupa lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok, gelagar,
atau lengkung, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah dicapai.
b. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, cetakan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah, dan
permukaan vertikal yang tampak harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9
jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan
cuaca.

2. PERMUKAAN (PENGERJAAN AKHIR BIASA)


a. Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang cetakan ditempat, dan cetakan yang
melewati struktur beton, harus dibuang atau dipotong ke sebelah dalam paling
sedikit 2.5 cm dibawah permukaan beton. Tonjolan dan ketidakrataan beton
lainnya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
b. Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran cetakan dan dapat memerintahkan penambalan
ketidaksempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi
lainnya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-
lubang kecil dan lekukan dengan aduk.
c. Bila Direksi Teknik menyetujui pengisian lubang besar bentuk sangkar lebah,
pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang baik, membentuk permukaan
yang tegak kepermukaan benda kerja. Lubang harus dibasahkan dengan air
dan sedikit adukan semen tipis (semen dan air tanpa pasir) harus dipasang
pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan
adukan yang kental yang harus disusutkan sebelumnya dengan
mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

3. PERMUKAAN (PEKERJAAN AKHIR KHUSUS)


Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya sebagai
berikut, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik :

21
a. Bagian atas pelat, dan permukaan mendatar lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru dengan mal untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan
harus dihaluskan dengan tangan, meratakan permukaan baik memanjang
maupun melintang dengan perata kayu, atau oleh cara lain yang tepat,
sebelum beton mulai mengeras.
b. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licion, seperti untuk trotoir,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metoda lain
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, pada saat beton mulai
mengeras.
c. Permukaan yang tidak horisontal yang tampak yang telah ditambal atau yang
kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit
adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidakrataan,
tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan permukaan yang
merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan harus
dibiarkan tertinggal ditempat.

3. PERAWATAN
a. Sejak permulaan segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis.
Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal dan
dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu periode waktu yang
disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan
betonnya.
b. Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimutinya
memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk periode
paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton
harus diberati atau diikat kebawah untuk mencegah permukaan terbuka
terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah
terbukanya sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diijinkan pada permukaan beton untuk 7 hari setelah beton dicor.

VI. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1. PENGUJIAN UNTUK SIFAT MUDAH DIKERJAKAN


Satu pengujian “slump” atau lebih sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Tekni,
harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan pengujian
harus tidak dipandang telah dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Teknik
atau wakilnya.

2. PENGUJIAN KUAT TEKAN


a. Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan
untuk setiap 60 meter kubik beton yang dicor dan dalam segala hal tidak
kurang dari satu pengujian untuk setiap kelas beton dan untuk setiap tipe
struktur yang dicor terpisah pada tiap suatu hari pekerjaan. Setiap pengujian
harus meliputi pembuatan tiga contoh yang sam,a, yang pertama harus diuji
pembebanan kuat tekan sesudah 3 hari, yang kedua sesudah 7 hari dan yang
ketiga sesudah 28 hari.

22
b. Bila seluruh volume kontrak dari suatu kelas beton melebihi 40 m3 dan
frekwensi pengujian yang ditetapkan pada butir a diatas hanya menyediakan
kurang dari 5 pengujian untuk kelas beton tertentu, maka pengujian akan
dilaksanakan pada contoh, paling sedikit 5 buah dari takaran yang dipilih
secara acak (random).

3. PENGUJIAN TAMBAHAN
Konraktor harus melaksanakan Pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menetapkan kualitas material atau campuran atau akhir pekerjaan pembetonan,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengujian tambahan tersebut
meliputi;
a. Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau perangkat
penguji lainnya.
b. Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;

c. Pengambilan dan pengujian contoh beton (coring);


d. Pengujian lainnya sebagaimana disyaratkan oleh Direksi Teknik.

VII. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1. CARA PENGUKURAN
a. Beton yang telah digunakan akan diukur dengan jumlah m3 dan telah diterima
dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang diisi oleh pipa dengan garis tengah kurang dari
20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti “waterstop”, baja
tulangan, pipa cucuran atau lubang pipa cucuran.
b. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk galian atau persiapan lainnya ditempat pekerjaan, cetakan, perancah
untuk balok dan lantai berukuran 5 m atau kurang, pemompaan, penyelesaian
pekerjaan permukaan, pipa cucuran, urugan kembali terhadap struktur yang
telah selesai atau pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyempurnaan
pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut dianggap termasuk dalam
harga penawaran untuk pekerjaan beton.
c. Perancah untuk lantai jembatan beton yang bentangannya lebih dari 5 m
harus diukur dan dibayar berdasarkan pekerjaan harian.
d. Kuantitas material untuk landasan, material drainase berpori, baja tulangan
dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti ditetapkan sebagai
persiapan ditempat lain.
e. Beton yang telah ditempatkan dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton struktur atau beton tidak bertulang. Beton struktur haruslah beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Teknik sebagai kelas III/K275 dan
Beton bertulang sebagai beton yang disyaratkan atau disetujui untuk kelas
II/K175 atau kelas I/BO. Bila beton dengan kelas kekuatan yang lebih tinggi
diijinkan untuk digunakan sebagai ganti dari beton dengan kelas kekuatan
yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan kelas
kekuatan yang lebih rendah.

23
2. PENGUKURAN DARI PEKERJAAN BETON YANG DIPERBAIKI
a. Bila pekerjaan telah diperbaiki dalam I. 10 diatas, kuantitas yang akan diukur
untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila pekerjaan
semula telah memenuhi syarat.
b. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai kualitas
yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.

3. DASAR PEMBAYARAN
a. Kuantitas yang diterima dari bermacam-macam kelas beton dan perancah
ditetapkan sebagaimana dijelaskan diatas akan dibayar pada harga kontrak
untuk mata pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan dibawah dan dalam Daftar Penawaran.

b. Harga dan pembayaran akan merupakan kompensasi penuh untuk seluruh


galian, penyiapan tempat, pemompaan air, pengadaan dan penempatan
seluruh material yang tidak dibayar dalam mata pembayaran lain, termasuk
“water stop”, lubang cucuran, cetakan, perancah untuk balok dan pelat dari
bentang 5 m atau kurang, untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir
dan perawatan beton, pengurugan kembali dengan tanah bagi pekerjaan
struktur yang telah selesai dan untuk seluruh biaya lain yang perlu untuk
penyelesaian yang baik dan lazim dari pekerjaan akan dijelaskan pasal ini.

No. Mata Satuan


Uraian
Pembayaran pengukuran
- Beton untuk struktur Meter kubik
- Beton tak bertulang Meter kubik

BAJA TULANGAN UNTUK BETON


I. UMUM

1. URAIAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan spesifikasi dan gambar, atau sebagimana diperintahkan oleh Direksi
Teknik.
2. PENERBITAN DETAIL-DETAIL KONSTRUKSI
Detail konstruksi untuk baja tulangan yang tidak disertakan pada waktu lelang
akan diserahkan oleh Direksi Teknik setelah peninjauan kembali rancangan awal
telah selesai.
3. PEKERJAAN DI BAGIAN LAIN YANG BERHUBUNGAN
a. Rekayasa lapangan
b. Pekerjaan beton
4. STANDAR RUJUKAN
ACI 135 Buku Pegangan Standar praktis untuk detail struktur beton
bertulang, Institut Beton Amerika
AASHTOM 31- 77 Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir
AASHTOM 32- 78 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold
drawn steel wire) untuk tulangan beton
24
AASHTOM 55 Anyaman kawat baja dilas dipabrik untuk tulangan beton
AWS D 2.0 Persyaratan strandar untuk jembatan jalan raya dan
kereta api yang di las.
5. TOLERANSI
a. Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti disyaratkan dalam ACI
315
b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
i. 3.5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau
terhadap air tanah atau terhdap bahaya kebakaran;
ii. seperti ditunjukan pada tabel berikut, untuk beton yang terendam/tertanam
atau terbuka langsung terhadap cuaca atau urugan tanah tetapi masih
dapat diamati untuk pemeriksaan.

TABEL. SELIMUT BETON MINIMUM DARI BAJA TULANGAN UNTUK


BETON YANG TAK TERLINDUNGI TETAPI MUDAH DICAPAI
Ukuran batang Tebal selimut beton
tulangan yang akan diselimuti minimum
( mm ) ( cm )
Batang 16 mm dan lebih kecil 3.5
Batang 19 mm dan 22 mm 5
Batang 25 mm dan lebih besar 6

i. 7.5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam yang tidak bisa dicapai,
atau untuk beton yang tak bisa dicapai yang bila kehancuran karena karat
dari tulangan dapat menyebabkan kerusakan atau kehancuran struktur, atau
untuk beton yang ditempatkan langsung diatas tanah atau karang, atau untuk
beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada serokan atau cairan
korosif lainnya.

6. PENYIMPANAN DAN PENANGANAN


a. Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi
tabel, dan ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran batang,
panjang, dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan
pada diagram tulangan.
b. Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan
sedemikian untuk mencegah distorsi, pengotoran korosi, atau kerusakan.

7. PELAPORAN
a. Sebelum memesan material, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknik, dan tidak ada material yang dipesan sebelum
daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
b. Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menunjukkan
kepada Direksi Teknik daftar yang disahkan dari pembuat pabrik baja yang
memberikan berat satuan nominal dalam kilogram dari tiap ukuran dan kelas
dari batang tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam
pekerjaan.

25
8. MUTU PEKERJAAN DAN PERBAIKAN DARI PEKERJAAN YANG TAK
MEMUASKAN
a. Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi material yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi gambar
rencana, harus atas biaya Kontraktor.
b. Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan
:
i. panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315.
ii. bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar
kerja terakhir.
ii. batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.

c. Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan, batang tidak boleh
dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Teknik atau
yang akan merusak atau melemahkan material. Pembengkokan kembali dari
batang harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh
Direksi Teknik. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan
pada pekerjaan. Kekeliruan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan
kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Teknik,
harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang yang baru yang
dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
disyaratkan.
d. Kontraktor harus menyediakan fasilitas ditempat kerja untuk pemotongan dan
pembengkokan tulangan, baik bila melakukan pemesanan biaya tulangan
yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan stok yang
cukup dari batang lurus ditempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan
untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian.

9. PENGGANTIAN UKURAN BATANG


Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas
disahkan oleh Direksi Teknik. Bila baja diganti haruslah dengan luas penampang
yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

II. MATERIAL

1. BAJA TULANGAN
a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir kelas 40 yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 31-77, atau lainnya yang disetujui oleh Direksi
Teknik.
b. Bila anyaman tulangan baja diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M 55 dapat digunakan.

2. TUMPUAN UNTUK TULANGAN


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau balok cetak
dari kelas II/K275 seperti yang disyaratkan, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Teknik. Kayu, bata, batu atau material lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.

26
3. PENGIKAT UNTUK TULANGAN
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang telah dilunakkan
yang memenuhi AASHTO M 32-78.

III. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1. PEMBENGKOKAN
a. Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik, seluruh tulangan harus
dibengkokan dalam keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 135,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari tekukan-
tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila penggunaan panas
untuk pembengkokan dilapangan disetujui oleh Direksi Teknik, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat fisik dari baja tidak
terlalu banyak berubah.
b. Batang dari diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokan dengan
mesin pembengkok.

2. PENEMPATAN DAN PENGIKATAN


a. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan aduk atau
lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b. Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan Gambar dan dengan
kebutuhan selimut penutup minimum yang disyaratkan dalam I. 5 diatas, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
c. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang
melintang atau pengikat terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
d. Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang keseluruhan yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali
ditunjukkan pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Teknik. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat
bertahap sejauh mungkin dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan
tarik minimal.
e. Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang
menumpang haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus
diberikan kait pada ujungnya.
f. Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam
gambar atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Teknik secara tertulis. Bila
Direksi menyetujui pengelasan dari penyambungan, maka sambungan dalam
hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh yang memenuhi
kebutuhan dari AWS D 2.0. Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan.
g. Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton
sehingga tidak akan tampak dari luar.
h. Anyaman baja yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan bagian
sambungan harus menumpang paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan
harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
i. Bila tulangan tetap dibiarkan terbuka untuk suatu periode yang cukup panjang,
maka harus secara keseluruhan dibersihkan dan dipulas dengan adukan
semen.

27
j. Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai kerja
atau beban konstruksi lainnya.

IV. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. CARA PENGUKURAN
a. Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Direksi Teknik. Jumlah kilogram yang ditempatkan harus dihitung dari panjang
yang sesungguhnya ditempatkan, atau luas anyaman baja yang dihampar,
dan satuan berat dalam kilogram per m’ untuk batangatau kg/m2 luas
anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Direksi Teknik akan didasarkan
atas berat nominal yang disediakan oleh produsen baja, atau bila Direksi
Teknik memerintahkan, atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan
Kontraktor pada contoh yang dipilih oleh Direksi Teknik.
b. Penjepit, pengikat, pemisah atau material lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.

c. Penulangan yang diletakkan di dalam pipa gorong-gorong atau di dalam


struktur lain yang mana pembayarannya untuk struktur tersebut disediakan di
tempat lain dalam spek ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran di bawah
artikel ini.

2. DASAR PEMBAYARAN
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditetapkan seperti yang diuraikan
diatas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran
yang ditunjukkan dibawah ini, dan terdaftar dalam Jadwal Penawaran, yang
pembayarannya merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pembuatan
dan penempatan material, termasuk buruh, peralatan, perkakas, pengujian dan
pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memuaskan.

No. Mata
Uraian Unit pengukuran
Pembayaran
-
Baja tulangan Kilogram

28
2. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
1. Pekerjaan Pasangan Batu Merah
- Pasangan dinding batu merah trasram dengan campuran 1 PC : 3 Ps
dilaksanakan pada :
 Tembok setinggi 100 Cm dari lantai.
 Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan
dengan air dan dianggap perlu oleh direksi serta
ditunjukkan dalam gambar.
- Pasangan batu dinding batu merah tebal 1 bata dan ½
bata dengan campuran 1 PC : 8 Ps dilaksanakan pada
seluruh dinding tembok yang tidak disebut dalam butir (a) ini.
- Dinding mampu menahan gaya horisontal bila terjadi
gempa dan menyatu dengan sloof dan kolom, maka
sekelilingnya harus dipasang stek/angkur dan tulangan
brancing yang diangkerkan pada kolom.

2. Pekerjaan Plesteran
- Plesteran untuk tandon air dengan campuran 1 PC : 2 Ps
- Plesteran trasraam dan benangan sudut dengan campuran 1 PC : 3 Ps.
- Plesteran 1 PC : 8 Ps dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak
disebutkan pada ayat (a) di atas.
- Acian dengan menggunakan air PC, dilaksanakan pada semua bidang
permukaan plesteran dinding, dan atau beton.

3. Bahan - Bahan
b) Bata Merah
 Bata merah harus berkualitas baik, pada umumnya ukuran normal di
pasaran; tebal (4-5) cm; lebar (11-12) cm; panjang (23-25) cm
 Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat
dan tidak menunjukkan retak-retak.
c) Semen Portland
Semen Portland/Portland Cement (PC) menggunakan semen tipe I dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
d) Pasir Pasang
Pasir pasang, berbutir lembut, tajam, warna hitam, boleh mengandung
lumpur yang berasal dari pasir yang sejenis tetap tidak boleh melebihi 10% dari
berat kering.

4. Syarat – syarat Pelaksanaan


e) Pasangan Batu bata Merah
 Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari
jumlah batu merah yang utuh.
 Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan (verband)
yang baik, tegak lurus, siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ bata
hanya diperbolehkan 1,00 (satu) meter untuk setiap hari kerja.
 Semua voer/siar diantara pasangan batu merah pada hari pemasangan
harus dikerik yang rapi.
 Sebelum dipasang, batu merah harus dibasahi dengan air secukupnya
sehingga dapat melekat dengan sempurna.
29
 Untuk pasangan ½ bata yang pada setiap luasan
12 meter persegi, harus dipasang kolom praktis
dari beton.

f) Plesteran
 Seluruh permukaan dinding tembok yang akan
diplester harus dibersihkan, dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih
dahulu sampai rata, serta dinding yang telah diplester harus selalu dijaga
kelembabannya.
 Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu
cepat yang berakibat timbul retak-retak.
 Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1,5 (satu setengah)
centimeter.
 Setelah plesteran kering dan dijamin tidak akan terjadi retak-retak, kemudian
dihaluskan dengan acian PC.
 Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pemasangan
instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi yang lain yang terpendam di
dalam plesteran.
 Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, harus mempunyai
permukaan yang halus dengan cara, setelah diaci dalam keadaan setengah
kering digosok dengan kertas semen.
 Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, merupakan satu bidang
tegak lurus dan siku.
 Plesteran dan acian yang telah selesai harus bebas dari retak-retak/ noda-
noda dan cacat lainnya.

3. PEKERJAAN PENUTUP ATAP


1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah menutup semua bidang
atap sesuai dengan petunjuk Direksi dan Pengawas.

2. BAHAN YANG DIGUNAKAN


Penutup atap Genrteng Ex Nglayur dan atap Asbes Gelombang Besar

3. PEDOMAN PELAKSANAAN
Pasangan Genteng disusun berlapis tumpang tindih.
Bubungan ditutup dengan bahan yang sejenis dengan bahan atap.
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah
pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar
dan dipasang baru.
Ukuran dan warna genteng harus sama dan sebelumnya Kontraktor
Pelaksana harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuan.

30
4. PEKERJAAN PENGECATAN
1. KETERANGAN UMUM :
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan pengecatan dari bagian-bagian yang ditunjuk
dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang memerlukan perlindungan
dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan cat adalah :
1. Cat dinding dalam bangunan.
2. Cat kayu
Dan pekerjaan cat lainnya sesuai yang ditunjuk dalam gambar rencana, dengan
warna akan ditentukan kemudian oleh Pengawas Konstruksi.
b. Penyempuranaan dan pengulangan pengecatan karena belum merata,
berubah warna atau sebab-sebab kecacatan lainnya sampai pada saat serah
terima pekerjaan yang kedua kalinya menjadi tanggungan Pelaksana.

2. CAT DINDING:
a. Bahan cat yang dipakai untuk finishing dinding dalam, dinding luar, dan
plafond adalah Decolith, merk bahan plamur yang digunakan sama
dengan merk cat yang dipakai.
b. Sebelum dicat permukaan dinding/plafond harus betul-betul rata,
dibersihkan dari kotoran. Dan setelah kering baru diplamur sehingga
permukaannya menjadi rata dan licin.
c. Pengecatan dilakukan dengan kuas dan roller sampai didapatkan hasil
akhir yang merata warnanya minimal 3(tiga) kali pengecatan dan harus
didapat warna yang merata, dan semua pengecatan ulang harus
menunggu minimal 12 jam setelah pengecatan seluruhnya selesai
dilaksanakan.
d. Untuk pengecatan dinding lama menggunakan cat Interior/ setara.

1. CAT KAYU
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenega kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanaan pekerjaan ini, sehingga di
capai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Melaksanakan pekerjaan pengecatan, sehingga diperoleh hasil yang baik
dan memuaskan.
c. Tahapan pekerjaan meliputi :
- Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
- Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah
ditentukan.
- Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar,
dengan warna bahan yang sesuai dengan petunjuk Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas.

Persyaratan Bahan
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian
yang ditentukan dalam gambar.
b. Cat yang dipakai adalah : ex.lokal

31
c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas
halus dan bebas debu, oli dan lain-lain.

Syarat Pelaksanaan
a. Jenis cat yang digunakan adalah, produksi yang telah diakui Standard
Internasional, memenuhi ISO.9002.
b. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2.
c. Dan bidang-bidang harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan ( dari cat dasar sampai dengan lapisan
akhir ).
d. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan karena Pemberi Tugas
/ Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
e. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis barulah
Kontraktor melanjutkan dengan menggunakan mock up.

Syarat Pemeliharaan
Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh mengkilat, tidak
ada gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
Kalau terhadap bidang cat yang cacat harus segera memperbaiki tanpa ada
penambahan biaya.

Syarat Penerimaan
- Jaminan pekerjaan ( pengecatan + material ) 2 tahun
- Hasil pekerjaan pengecatan harus rapi, untuk seluruh bidang tidak
terdapat flek atau kotor atau rusak.
- Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar
perancangan shop drawing dan pengarahan yang diterbitkan oleh
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.

5. PEKERJAAN RANGKA ATAP


1. Pekerjaan Kayu Kuda-Kuda, Nok & Gording
a. Semua rangka (kuda-kuda) dari bangunan dibuat dari kayu kruing
gergaji mesin dengan ukuran sesuai gambar, tidak boleh terdapat pecah-pecah
dan cacat-cacat lain yang kemudian disaput dengan residuteer pada seluruh
bidangnya akan tetapi dalam hal ini kuda kuda bangunan lama harus dipasang
kembali mengingat kondisinya masih baik.
b. Pekerjaan kuda-kuda harus dikerjakan dengan baik dan dengan
baik dan dengan rapat, kayu yang dipergunakan harus benar-benar kruing
bermutu baik (tidak tercampur dengan jenis kayu lain) dan perborong tetap
bertanggung jawab tentang semua mutu kayu yang dipakai.
c. Untuk ukuran balok kuda-kuda dan konsol kayu dilaksanakan
gambar terlampir dilaksanakan dengan ukuran 8 x 12 cm untuk sokong dan
tekan, 8 x 15 untuk balok tarik& tiang kuda-kuda, dan pengapit digunakan 2 x 6
x 12 ukuran perdagangan, untuk peletakannya mengikuti petunjuk gambar.
d. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh pada bagian-bagian
yang penting (lihat gambar detail) harus diikat dengan baut diameter 12 mm.
Bila gambar detail tidak terlukis maka pemborong tetap melaksanakan baut-
baut tersebut menurut petunjuk Direksi.
e. Sebelum sambungan-sambungan balok kayu kap dibaut semua
bidang kayu yang disambung secara teknis dan rapi harus dimeni terlebih
dahulu.

32
3. Lisplank
a. Listplank papan kalsiplank, ukuran 1 x 30 cm,
b. Kayu tidak boleh ada cacat. Semua bahan listplank yang dipakai harus tanpa
cacat dan kualitas baik, kecuali untuk penutup konpres memakai kayu jati
ukuran 2/10.
c. Lisplank Woodplank ukuran 1 x 30

4. Pekerjaan Penutup Atap


a. Untuk mendapatkan bidang atas yang rata, semua usuk dipakai dari kayu kruing
gergaji mesin disaput dengan teer ukuran 4 x 6 cm dipasang jarak as 50 cm reng
dipakai kayu jati gergaji mesin ukuran 2 x 3 cm dengan panjang masing-masing
minimum 2 m.
b. Penutup atap dipergunakan penutup atap dari gentang Nglayur model karang
pilang biasa kualitas baik atas persetujuan Direksi atau mutu lain yang ditetapkan
dalam Berita Acara Aanwijzing.

6. PEKERJAAN PLAFON DAN PENUTUP PLAFON

Pekerjaan ini rangka plafond adalah pada sebagian dari pembenahan rangka plafon
yang rusak & ditutup dengan eternit
1. Pekerjaan Langit -Langit
a. Tidak diperbolehkan memasang atap dan langit-langit (plafon
hanger) sebelum seluruh kelengkapan baut-baut dan begel kap selesai
dilaksanakan dengan baik dan sempurna
b. Untuk penggantung langit-langit (plafond hanger) dan rangka
plafond digunakan kayu meranti gergaji mesin, tua berkualitas baik, ukuran 4 x
6 cm. Dan setiap 1 meter persegi rangka plafond dipasang sekat tengah
dengan kayu meranti ukuran 3 x 5 cm
c. Pada tiap-tiap jarak 2 m arah melintang bangunan harus dipasang
balok induk penggantung langit-langit dari kayu Kalimantan berukuran 6 x 12 m.
d. Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata maka
bagian bawah kayu penggantung seluruhnya harus diserut (diketam) hingga
rata dan tiap-tiap sambungan / persilangan harus digunakan klos-klos tumpuan
dari kayu jati, ukuran 2 x 3 cm panjang 15 cm.
e. Sebagai langit-langit dipergunakan enternit buatan dalam negeri
dengan kualitas yang dapat dipersetujui Direksi dengan mengajukan contoh,
antara lain keluaran pabrik :
- Mersedes special
- Dayaku
- Panda
- Kerang/Sheel
- Enternit Gresik atau merk local yang berkaulitas baik
f. Langit-langit enternit pada semua ruangan dalam maupun
emperan diluar gedung dan siar-siar yang terjadi antar asbes berantara 0.5 cm
pengerjaannya harus rata dan tidak boleh ditutup dengan yiyit/luluh.
g. Dimana langit-langit enternit dipasang berhubungan dengan
tembok (berhimpit), maka harus dipasang list-list datar dari papan kamper tebal
(1x 4 cm) dengan baik dan dicat seperti pada cat-cat sama dengan kayu kusen
dengan panjang list minimum 2m.
h. Enternit dipakai ukuran 100x100 cm rangka penggantung langit-
langit berupa kotak-kotak yang sesuai dengan langit-langit enternit.
i. Paku langit-langit dipasang dengan jarak masing-masing 10 cm
secara teratur dan rapi.

33
PENUTUP
a. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian
bahan-bahan pekerjaan tidak disebut perkataan atau kalimat
diselenggarakan oleh Kontraktor, maka hal ini harus dianggap seperti
disebutkan.
b. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian
yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau
disebut kata demi kata dalam RKS ini. Haruslah diselenggarakan oleh
kontraktor dan diterima sebagai hal tersebut.
c. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih
lanjut oleh Pihak Direksi, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam
peraturan ini.

34

Anda mungkin juga menyukai