SYARAT-SYARAT UMUM
1. Penyedia jasa harus melindungi pengguna jasa dari tuntutan atas paten, lisensi serta hak
cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan penyedia
jasa untuk pelaksanaan pekerjaan.
2. Jenis dan Mutu Bahan
a. Bahan–bahan bangunan / tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi yang ditunjuk bila
bahan–bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan
peraturan yang ada dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin pengawas /
direksi (secara tertulis).
b. Bila penyedia jasa telah menandatangani/melaksanakan jenis dan mutu bahan untu
pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, bahan-
bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
c. Contoh-contoh yang dikehendaki oleh pemberi tugas atau wakilnya harus segera
disediakan tanpa keterlambatan atas biaya penyedia dan harus sesuai dengan standar.
Contoh tersebut diambil dengan cara begitu rupa sehingga dapat dianggap bahwa bahan
tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti. Contoh tersebut
disimpan sebagai dasar penolakan bila ternyata bahan atau cara mengajukan yang
dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat-sifatnya.
d. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disediakan nama pabrik pembuatan dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kualitas dan rupa dari barang –
barang yang memuaskan pemberi tugas.
3. Peralatan
Penyedia jasa harus menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua alat–
alat pembantu yang dipergunakan seperti andang, semua alat-alat tersebut pada waktu
pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi supaya dibersihkan dari lokasi.
4. Gambar Pekerjaan
4.1 Gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar detail konstruksi,
gambar situasi dan sebagainya yang telah disampaikan kepada penyedia jasa beserta
dokumen–dokumen lain tidak boleh diubah dan ditambah tanpa mendapat persetujuan
tertulis dari pengguna jasa.
4.2 Gambar Kerja (Shop Drawing)
Sebelum melakukan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan melakukan MCO secara
keseluruhan bersama–sama direksi lapangan dan dituangkan dalam gambar kerja yang
disetujui oleh direksi sebagai opedoman awal untuk melaksanakan pekerjaan di
lapangan, MC1, MC2, MC3 dan seterusnyan harus dibuat dan dilampirkan pada laporan
bulanan atau dalam rangka penarikan termyn. Gambar kerja yang telah disetujui oleh
direksi harus dipasang pada direksi keet.
1
4.3 Gambar Pelaksanaan (As Bulit Drawing)
Penyedia jasa diwajibkan membuat gambar pelaksanaan yang sesuai dengan apa yang
telah dilaksanakan di lapangan (As Built Drawing) dengan memperhatikan perbedaan
antara gambar kerja dan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan. Gambar tersebut
harus dibuat dalam rangkap 3 (tiga) atas biaya penyedia jasa.
4.4 Gambar di tempat pekerjaan
Penyedia jasa harus menyimpan di tempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak
lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat – Syarat, Berita Acara Anwijzing, Time
Schedulle dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakil-
wakilnya sewaktu-waktu memerlukan atau ditempatkan pada direksi keet.
5. Peraturan Teknis Pembangunan Yang Dipergunakan
Berlaku dan mengikat di dalam Rencana Kerja dan Syarat – Syarat ini :
a. Peraturan Beton untuk Indonesia (PBI) tahun 1971.
b. PUBB (Peraturan Umum Pemeriksa Bahan Bangunan) NI 3 / 56.
c. Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970) NI 18 Tahun 1970.
d. PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) NI 5 Tahun 1961.
e. Peraturan Perburuan Indonesia (tentang pengarah tenaga kerja) antara lain tentang
larangan memperkerjakan anak di bawah umur.
f. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
KEP. 174 / MEN /86
Tanggal 04 Maret 1986
104 / KPTS / 1986
tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi
g. Peraturan Pemerintah Daerah setempat menegnai bangunan.
6. Penjelasan RKS dan Gambar
a. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail maka
gambar detail yang dipakai / diikuti.
b. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak seusai, maka ukuran
dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c. Bila ukuran jumlah yang dipakai / diperlukan dan bahan / barang yang dipakai dalam
RKS tidak sesuai dengan gambar, maka RKS yang diikuti.
d. Bila Penyedia Jasa meragukan tentang perbedaan antara gambar-gambar yang ada
baik mengenai mutu bahan yang dipakai maupun konstruksi dengan RKS, maka
penyedia jasa berkewajiban untuk menanyakan kepada pengawas lapangan / pengguna
jasa secara tertulis.
e. Penyedia jasa berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal tesebut di atas
setelah penyedia jasa menerima dokumen dari Pengguna Jsa dan hal tersebut akan
dibahas dalam rapat penjelasan.
f. sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia jasa harus meneliti kembali semua
dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Penjelasan.
7. Persiapan di lapangan
7.1 Bangunan Sementara (Bouwkeet)
Penyedia jasa harus menyediakan dan mendirikan semua bangunan sementara
(Bouwkeet) untuk digunakan sebagai gudang penyimpanan dan perlindungan bahan-
bahan bangunan. Penyedia jasa harus pula menyediakan ruangan untuk keperluan
2
Direksi dengan perlengkapannya : meja, kursi, papan tulis, buku harian dan buku direksi
seperlunya.
Semua Bouwkeet perlengkapan beserta perlengkapan penyedia jasa dan sebagainya,
pada waktu selesainya pekerjaan harus dibongkar, atau bila yang dipergunakan
bangunan maka harus dibersihkan dari segala tapak, juga segala kerusakan-kerusakan
harus diperbaiki atas persetujuan Direksi.
7.2 Jalan masuk ke Pekerjaan
Jalan masuk ke tempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh penyedia
jasa, bila diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Jadwal Pelaksanaan
Pada saat Penyedia Jasa akan memulai pelaksanaan di lapangan atau setelah menerima
SPMK dari Pengguna Jasa, harus segera mengadakan persiapan antara lain berupa Bar
Chart, pembuatan jadwal pelaksanaan secara tertulis berisi tahap – tahap pelaksanaan
pekerjaan. Waktu yang direncanakan dan disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan
dalam kontrak dan harus disahkan oleh pengguna jasa.
Bar Chart tersebut harus selalu berada di lokasi tempat pekerjaan untuk diikuti dengan
perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan diberikan tanda garis tinta
merah bila terdapat / terlihat hambatan. Semua pihak harus segera mengadakan langkah-
langkah untuk penanggulangan terhadap hambatan yang akan terjadi.
9. Kewajiban Penyedia Jasa
9.1 Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan
Penyedia jasa harus mengawasai dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan
kecakapan dan perhatian penuh. Harus bertanggung jawab penuh untuk semua alat–
alat konstruksi, cara–cara teknik urutan dan prosedur untuk mengkoordinasi semua
bagian pekerjaan yang berada di dalam kontrak.
9.2 Pelaksana Pekerjaan
a. Sebagai pemimpin pelaksana proyek sehari – hari pada pelaksanaan pekerjaan,
penyedia jasa harus dapat menyerahkan kepada seorang ahli dalam bidangnya,
cakap sesuai dengan tanggung jawabnya dan selalu berada di lokasi.
b. Sebagai penanggung jawab di lapangan, pelaksana harus mempelajari dan
memahami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak
terjadi kesalahan baik konstruksi maupun kualitas bahan – bahan yang akan
digunakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan–bahan bangunan dapat
dilaksanakan apabila ada ijin tertulis dari Direksi. Penyimpangan dari hal tersebut
menjadi tanggung jawab penyedia jasa dan agar melaksanakan sesuai dengan
gambar dan bestek.
d. Pengawas lapangan berhak menolak penunjukkan seorang pelaksana dari penyedia
jasa berdasarkan pendidikan, pengamalan, tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini
penyedia jasa harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan
Direksi.
10. Penjagaan, Keamanan Lapangan Pekerjaan
10.1 Keamanan dan Kesejahteraan
Selama pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa diwajibkan mengadakan segala yang
diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama,
sanitasi, air minum dan fasilitas kesejahteraan juga diwajibkan memenuhi segala
peraturan dan tata tertib Organisasi Pemerintah Daerah setempat.
3
10.2 Terhadap Milik Umum
Penyedia jasa harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakaian jalan,
bersih dari bahan – bahan bangunan bekas bongkaran dan memelihara kelancaran
lalu lintas, baik kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
10.3 Terhadap bangunan yang ada
Selama masa pelaksanaan pekerjaan kontrak, penyedia jasa bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan, saluran, penggunaan
air dan sebagainya.
Kerusakan–kerusakan sejenis yang disebabkab karena kegiatan penyedia jasa (dalam
arti kata yang luas) diperbaiki oleh penyedia jasa hingga dapat diterima pemberi tugas
ataupun pihak lain yang terkait dalam proyek tersebut.
10.4 Keamanan terhadap pekerjaan
Penyedia jasa bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan kontrak termasuk
bahan–bahan bekas bongkaran dan perlengkapan lannya hingga kontrak selesai dan
diterima baik oleh Direksi. Penyedia jasa harus menjaga perlengkapan bahan–bahan
material dari segala kerusakan, kehilangan dan lain sebagainya, untuk seluruh
pekerjaan termasuk bagian–bagian yang dilaksanakan oleh penyedia jasa dan
menjaga agar pekerjaan bebas dari segala resiko air hujan dengan melindungi dan
memakai penutup yang layak, memompa, menimba seperti apa yang dikehendaki atau
telah diintruksikan.
11. Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan
Penyedia jasa diwajibkan untuk membuat laporan harian / mingguan mengenai kemajuan
pekerjaan. Laporan kemajuan pekerjaan tersebut harus mengenai keterangan yang
berhubungan dengan kejadian selama 1 (satu) bulan di mana harus meliputi sebagai berikut:
I. Jumlah karyawan / tenaga yang dipekerjakan selama satu bulan penuh.
II. Uraian – kemajuan pekerjaan pada akhir bulan.
III. Bahan – bahan dan perlengkapan yang telah masuk dan diterima di tempat pekerjaan.
IV. Keadaan cuaca.
V. Kunjungan tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
VI. Kunjungan tamu dinas / instansi terkait.
VII. Kejadian khusus.
VIII. Foto ukuran kartu pos sesuai dengan petunjuk pengawas.
4
12.3 Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat untuk pertolongan pertama (P3K)
yang selalu tersedia di dalam setiap saat dan berada di tempat pengawas.
13. Syarat – Syarat cara Pemeriksaan Bahan Bangunan
a. Penyedia jasa harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik
antar pekerjanya dan tidak akan mengerjakan tenaga kerja yang tidak sesuai atau
tidak mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.
b. Penyedia jasa menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru.
c. Dalam pengajuan penawaran penyedia jasa harus mempertimbangkan biaya
pengujian / pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. Di luar jumlah tersebut misal
mengirim bahan bangunan, penyedia jasa tetap bertanggung jawab atas biaya
pengiriman yang tidak memenuhi syarat – syarat yang dikehendaki.
5
SYARAT-SYARAT TEKNIS
A. U M U M
1. Standar Spesifikasi
Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi
syarat standar yang berlaku di Indonesia dan Peraturan Standar Pelaksanaan yang
ditentukan oleh Ketentuan-Ketentuan Standar Indonesia.
Kontraktor harus menyimpan di tempat pekerjaan dan di lokasi pekerjaan minimum satu
buku dari masing-masing Standar Nasional yang dipakai sebagai spesifikasi yang
digunakan untuk penyediaan material, cara pelaksanaan dan dipergunakan oleh
Direksi/Pelaksana Konstruksi.
2. Daftar Upah Harian, Daftar Harga dan Biaya
Daftar harga dan biaya upah harian yang diserahkan oleh Kontraktor pada Tender
Dokumennya, yang selanjutnya menjadi bagian dari kontrak, harus meliputi semua yang
berhubungan dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh, material, peralatan,
instalasi/mesin, penyusutan, overhead, keuntungan, pengobatan, pajak, ijin, pelayanan
sosial, asuransi kecelakaan dan semua yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.
3. Pemberitahuan untuk Mulai Pekerjaan
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa lebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas dalam jangka waktu yang cukup sebelum pekerjaan itu
dilaksanakan, agar masih ada waktu untuk mempertimbangkan bila diperlukan penelitian
dan pengujian dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
4. Perintah untuk Pelaksanaan
Bila pihak Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi/Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk
harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang yang ditunjuk untuk itu oleh
Kontraktor. Orang-orang atau Pelaksana tersebut harus mengerti maksud
Direksi/Konsultan Pengawas secara jelas.
5. Pengukuran dan Pematokan
Kontraktor harus memulai pekerjaan-pekerjaannya dari garis-garis dasar dan patok-patok
yang telah disetujui oleh Ahli dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran
yang dibuatnya.
Kontraktor harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-
juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan
untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.
Kontraktor diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta titik tetap utama selama masa
pembangunan.
Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari Gambar Pelaksanaan, Kontraktor harus
mengajukan minimal 3 (tiga) Gambar Penampang dalam arah yang berbeda dari daerah
yang dipatok itu. Ahli akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi
pada suatu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Kontraktor.
Setelah diperbaiki Kontraktor harus mengajukan kembali gambar yang oleh Ahli diminta
untuk direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali di kertas kalkir untuk
6
memungkinkan direproduksi. Setelah disetujui, maka Kontraktor akan menyerahkan pada
Ahli gambar kalkir asli dan 3 (tiga) lembar reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang
dipakai pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi.
B. BAHAN-BAHAN
1. Semen Portland
1.1 Persyaratan
Semua semen yang dipakai harus semen portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam Standard Indonesia NI-8 dan SII sebagai berikut:
a. SII 0455-81 : Semen dengan Agregat Beton
b. SNI 0450-89-A : Semen dengan Agregat Beton
c. SII 0031-81 : Semen Portland
d. PUBI : Peraturan Umum Bangunan Indonesia Tahun 1982
7
2. Agregat
2.1 Agregat Halus/Pasir
a. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang keras, kekal dan tajam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-
alat pemecah batu. Agrerat halus ini tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering), dan kalau melebihi 5% harus dicuci. Agrerat harus
bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, gumpalan-gumpalan kecil, bahan alkali,
tanah liat dan hal-hal yang merugikan dari subtansi yang merusak. Tidak boleh
mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abram Harder (dengan larutan NaOH). Agrerat yang tidak
memenuhi percobaan warna dapat dipakai, asal kekuatan tekan adukan agrerat
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
agrerat yang sama tetapi dicuci hingga bersih.
b. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan
oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau sumber alam lain seperti pasir
gunung dan lainnya yang diajukan oleh Kontraktor dan disetujui Direksi. Pasir laut tidak
diperkenankan dipakai untuk campuran segala mutu beton.
c. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan
atas dasar untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut dan Kontraktor
harus bertanggung jawab untuk kualitas masing-masing jenis bahan yang dipakai
dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Direksi, sebagai pemeriksaan
pendahuluan dan persetujuan, contoh yang dipakai seberat 15 kg dari pasir alam yang
diusulkan untuk dipakai, dan diserahkan sedikitnya 14 hari sebelum dipergunakan.
d. Gradasi untuk beton.
Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini harus pasir
alam dan bila dikehendaki harus campuran dalam proporsi yang tepat dari pasir alam.
Pasir harus memiliki “modulus kehalusan butir” antara 2 (dua) sampai 32 atau jika
diselidiki dengan Saringan Standar sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton PBI
1971, atau dengan ketentuan sebagai berikut.
4 0 – 15
8 6 – 15
16 10 – 25
30 10 – 30
50 15 – 35
100 12 – 20
PAN 3–7
Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20% atau kurang,
batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan No. 8 dapat naik sampai 20%.
e. Pasir untuk spesi/mortar yang digunakan untuk lapisan batu, plesteran batu, pasangan
batu harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
8
Saringan No. Prosentase Satuan Timbangan Tertinggal
di Saringan
8 100
100 15
31.5 100
4.0 2 – 10
Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakkan yang berurutan adalah
maksimum 60% dan minimum 10% berat.
c. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih
minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
4. Air
a. Air yang dipakai untuk semua campuran beton, spesi/mortar harus bebas dari lumpur,
minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya. Air tersebut
harus dilihat atau jika perlu diuji dulu oleh Direksi untuk menetapkan sesuai tidaknya.
9
b. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh
air tersebut ke Lembaga Pemeriksaan Bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki
sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton atau baja
tulangan.
c. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut di atas tidak dapat dilakukan, maka
dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air itu dan dengan memakai air itu dan
dengan memakai air suling, maka air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila
kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7 hari dan 28 hari paling
sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel dengan memakai air suling pada umur
yang sama.
5.4 Penyambungan
a. Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar, bentuk dari sambungan harus ditentukan oleh Direksi.
b. Overlap pada sambungan untuk tulang-tulangan dinding tegak (vertikal)dan kolom
sedikitnya harus 40 kali diameter batang dan harus mendapatkan persetujuan Direksi.
10
6.1 Kayu atau Kayu bangunan
Kayu dipakai untuk bahan cetakan beton, rambu-rambu lalu lintas dan kantor kerja di
lapangan.
a. Kayu untuk cetakan beton bisa dipakai kayu Meranti atau kayu Bali (kruing atau
Rasmala)atau jenis lainnya yang disetujui oleh Direksi.
b. Kayu bangunan harus dari kualitas yang baik, lurus dan sebelum dipakai untuk cetakan
beton harus diratakan dulu.
BETON STRUKTUR
I. UMUM
1. URAIAN
a. Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai
dengan persyaratan dan sesuai dengan garis, elevasi, ketinggian, dan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Direksi
Teknik.
b. Pekerjaan ini harus meliputi penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton
akan ditempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus
dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi,
pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling
struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
c. Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam Gambar atau
pasal lain yang berhubungan dengan Persyaratan ini atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik. Seluruh beton haruslah kelas III/K275,
II/K175, atau I/BO dan harus digunakan sebagai berikut :
Kelas III/K275 : digunakan dalam konstruksi beton bertulang seperti pada
pipa gorong-gorong beton bertulang, gorong-gororng persegi
beton bertulang, saluran beton bertulang dan lain-lain.
Kelas II/K175: digunakan dalam konstruksi beton tak bertulang seperti kerb
dan trotoar, pondasi pasangan batau dan pasangan batu
beton
Kelas I/BO : digunakan dalam landasan beton tumbuk untuk pondasi dan
untuk pengurugan kembali sekelilingnya.
a. Syarat dari PBI NI 2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalamkontrak ini, kecuali bila terdapat
pertentangan dengan syarat dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini syarat dari
spesifikasi ini harus dipakai.
11
Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut dokumen
kontrak kecuali ditentukan lain, maka untuk ketentuan pekerjaan beton ini dipakai
PBI ‘83
a. Beton bertulang
- Secara garis besar pekerjaan beton yang harus dibuat dari beton bertulang
ialah antara lain : Foot Plat, Kolom, Balok (baik menggunakan Ready mix
maupun manual) bagian-bagian lain yang tertera dalam gambar.
1.1. Beton disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah dengan
Beton K-250
1 Semen Kg 288
2 Fly Ash Kg 85
4 Aggr 10 - 20 Kg 820
5 Aggr 20 - 30 Kg 200
8 Vz Ltr 0.96
9 Slump Cm 8 - 12
12
Melakukan sample test, dan pengujian compresive (kekuatan) untuk
menjamin kesesuaian dengan spesifikasi proyek.
5. TOLERANSI
a. Toleransi dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m .......................................... + 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dengan 6 m .......................................... + 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding,
atau antara tembok kepala .......................................... - 0 dan +10mm
b. Toleransi bentuk :
Siku (selisih dalam panjang diagonal) .......................................... 10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari
garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3m ....................................... 12 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m – 6m ........................... 15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6m ................................. 20 mm
c. Toleransi kedudukan (dari titik patokan) :
Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana .......................................... 10 mm
Kedudukan permukaan horisontal dari rencana .................................. 10 mm
Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ........................................ 20 mm
d. Toleransi kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding .................................... 10 mm
e. Toleransi ketinggian ( elevasi ) :
Puncak beton penutup dibawah pondasi .......................................... 10 mm
Puncak beton penutup dibawah plat injak .......................................... 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ................................. 10 mm
f. Toleransi kedudukan mendatara: 10 mm dalam 4m panjang mendatar
g. Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
Selimut beton sampai 3 cm ............................................................... 0 dan + 5 mm
Selimut beton 3 cm - 5 cm ............................................................... 0 dan + 5 mm
Selimut beton 5 cm – 10 c ............................................................... 0 dan + 5 mm
7. PELAPORAN
a. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat material yang
disyaratkan.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk masing-masing
tipe beton yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum awal pekerjaan
pengecoran beton.
c. Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta
oleh Direksi Teknik. Dalam hal pengujian kuat tekan, hal ini akan meliputi
pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3 hari, 7 hari, dan 28 hari yang masing-
masing 3 hari, 7 hari, dan 28 hari setelah pencampuran.
d. Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang akan
digunakan, dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik sebelum
memulai setiap pekerjaan perancah.
e. Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum bermaksud memulai melakukan pencampuran atau pengecoran
beton.
15
0.3 # 50 10 – 30 - - -
0.15 # 100 2 - 10 - - -
4. SIFAT AGREGAT
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari material organis seperti pada pengujian AASHTO
T 21 dan harus memenuhi sifat lainnya yang diberikan dalam tabel berikut
bila diambil contohnya dan diuji sesuai dengan prosedur AASHTO yang
berhubungan.
TABEL.
BATAS MAKSIMUM YANG
DIIJINKAN
AASHTO
SIFAT Agregat Halus Agregat
TEST
Kasar
5. PENGISI SAMBUNGAN
a. Pengisi yang dituang untuk sambungan harus memenuhi persyaratan
AASHTO M 173
b. Pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi
persyaratan dari AASHTO M 153 atau AASHTO M 123
16
III. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN
1. RANCANGAN CAMPURAN
Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan
metoda yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batasan yang diberikan
dalam tabel berikut.
TABEL.
PERBANDINGAN KADAR SEMEN
MAKSIMUM DARI ( kg/m3 dari campuran )
KELAS BETON
AIR/SEMEN minimum maximum
( Berat )
III / K 275 0.50 340 400
II / K 175 0.57 220 300
I / BO 0.65 200 250
2. CAMPURAN PERCOBAAN
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan
dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh
Direksi Teknik, yang menggunakan peralatan dan perlengkapan tipe yang sama
seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi seluruh sifat
campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam tabel berikut.
a. Seluruh beton yang digunakan harus memenuhi kuat tekan dan slump yang
dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam tabel berikut atau disetujui oleh
Direksi Teknik, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai
dengan AASHTO T 141, T 126 dan T 22.
17
dari campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat di cor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau buih air dan
sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran acuan menghasilkan
permukaan yang merata, halus dan padat.
c. Bila pengujian 7-hari menghasilkan kuat tekan beton dibawah nilai yang
disyaratkan dalam tabel diatas, kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton
sampai penyebab dari hasil tersebut dapat dipastikan dan sampai telah
diambil tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi persyaratan
secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang
disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan harus diperbaikiseperti
disyaratkan dalam I.10 diatas. Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari
persyaratan kekuatan bila setiap contoh benda uji lebih kecil dari keperluan
yang diberikan dalam tabel diatas, atau selain disetujui lain Direksi Teknik
yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan statistik dipertimbangkan
atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh atau persiapan benda uji
yang kurang baik atau karena faktor lainnya.
d. Direksi Teknik dapat menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu
campuran atas dasar hasil uji kuat tekan 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan
tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Teknik
akan menelaah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang
perlu.
e. Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan
pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari sepakat pada perbaikan tersebut.
4. PENYESUAIAN CAMPURAN
a. Penyesuaian sifat mudah dikerjakan
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan
dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh Direksi Teknik, maka
akan dibuat perubahan-perubahan pada berat agregat sebagaimana
diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen yang semula direncanakan
tidak diubah, juga tidak menambah besarnya faktor air/semen yang telah
ditetapkan berdasarkan pengujian kuat tekan yang telah menghasilkan kuat
tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan
air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk
meningktakansifat mudah dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh Direksi Teknik.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
c. Penyesuaian untuk material baru
Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat material yang disyaratkan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Teknik dan tidak boleh ada
material baru yang boleh digunakan sampai Direksi Teknik menerima material
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas
hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
18
5. PENAKARAN AGREGAT
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila dipakai semen kantongan,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan dari jumlah kantung
semen. Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masing-
masing takaran tidak boleh melebihi kapasitas terpasang dari pengaduk.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering
permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air.
Pada saat-saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah paling
sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari
timbunan agregat.
6. PENCAMPURAN
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari
tipe dan ukuran yang disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang merata
dari material.
b. Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan
peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
secara teliti dalam masing-masing penakaran.
c. Alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan
selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukkan sebelum
seperempat waktu pencampuran telah berlalu. Waktu pencampuran untuk
mesin dengan kapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1.5 menit ; untuk mesin
yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap tambahan 0.5
m3 dalam ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Teknik dapat
menyetujui pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran dengan tenaga
manusia harus dibatasi pada beton non struktural.
IV. PENGECORAN
1. PENYIAPAN TEMPAT KERJA
a. Kontraktor harus membongkar struktur yang ada, diganti dengan Pekerjaan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan syarat yang dipersyaratkan.
b. Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
Pekerjaan Beton hingga garis yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti
yang ditetapkan oleh Direksi Teknik sesuai dengan syarat, dan harus
membersihkan dan menggaru tempat yang cukup di sekeliling dari pekerjaan
beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan jika perlu untuk menjamin
bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman.
c. Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh di cor diatas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
d. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus
19
sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
e. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Teknik, material landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan syarat.
f. Direksi Teknik akan memeriksa seluruh galian dan pondasi yang disiapkan
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau beton dan
dapat meminta Konraktor untuk melaksanakan pengujian pemantekan dalam,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk mmemastikan cukupnya
daya dukung dari tanah dibawah pondasi. Jika dijumpai kondisi tidak
memuaskan, Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti daerah yang lunak,
memadatkan tanah pondasi atau melakukan stabilisasi lainnya sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
2. CETAKAN
a. Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Direksi Teknik, harus dibentuk dengan
galian, dan sisi serta dasarnya harus dipotong dengan tangan sesuai ukuran
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
b. Cetakan yang dibuat dapat dari kayu/baja dengan sambungan yang kedap
terhadap aduk dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
c. Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan tebal
yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak. Cetakan
harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
d. Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
3. PENGECORAN
a. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik secara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton bila operasi telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal
serta waktu pencampuran beton.
Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknik untuk memulai.
b. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai,
tidak ada beton yang boleh di cor bila Direksi Teknik atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dari pengecoran secara
keseluruhan.
c. Sesaat sebelum beton di cor, cetakan harus dibasahi dengan air atau
disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral tang tak akan membekas.
d. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak di cor dalam posisi akhirnya
dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
secepatnya sesuai petunjuk Direksi Teknik atas dasar pengamatan sifat-sifat
mengerasnya semen yang digunakan.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
20
f. Beton harus di cor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan)
partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus di cor dalam cetakan
sedekat mungkin ke tempt akhirnya untuk mencegah pengaliran dan harus
tidak boleh mengalir lebih dari satu meter dari tempat awal pengecoran.
g. Bila di cor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus di cor dalam lapis-lapis horisontal yang tak lebih dari
15 cm tebalnya.
h. Beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dari ketinggian lebih dari 150
cm.
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton
yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
beton segar.
j. Air tidak diperbolehkan dialirkan keatas atau dinaikkan ke permukaan
pekerjaan beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.
V. PENGERJAAN TERAKHIR
21
a. Bagian atas pelat, dan permukaan mendatar lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Teknik, harus digaru dengan mal untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan
harus dihaluskan dengan tangan, meratakan permukaan baik memanjang
maupun melintang dengan perata kayu, atau oleh cara lain yang tepat,
sebelum beton mulai mengeras.
b. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licion, seperti untuk trotoir,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau metoda lain
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, pada saat beton mulai
mengeras.
c. Permukaan yang tidak horisontal yang tampak yang telah ditambal atau yang
kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit
adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidakrataan,
tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan permukaan yang
merata telah diperoleh. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan harus
dibiarkan tertinggal ditempat.
3. PERAWATAN
a. Sejak permulaan segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis.
Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal dan
dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu periode waktu yang
disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan
betonnya.
b. Beton harus dirawat, setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimutinya
memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk periode
paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton
harus diberati atau diikat kebawah untuk mencegah permukaan terbuka
terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah
terbukanya sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh
diijinkan pada permukaan beton untuk 7 hari setelah beton dicor.
22
b. Bila seluruh volume kontrak dari suatu kelas beton melebihi 40 m3 dan
frekwensi pengujian yang ditetapkan pada butir a diatas hanya menyediakan
kurang dari 5 pengujian untuk kelas beton tertentu, maka pengujian akan
dilaksanakan pada contoh, paling sedikit 5 buah dari takaran yang dipilih
secara acak (random).
3. PENGUJIAN TAMBAHAN
Konraktor harus melaksanakan Pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menetapkan kualitas material atau campuran atau akhir pekerjaan pembetonan,
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. Pengujian tambahan tersebut
meliputi;
a. Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau perangkat
penguji lainnya.
b. Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan;
1. CARA PENGUKURAN
a. Beton yang telah digunakan akan diukur dengan jumlah m3 dan telah diterima
dalam pekerjaan sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar atau
yang diperintahkan oleh Direksi Teknik. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang diisi oleh pipa dengan garis tengah kurang dari
20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti “waterstop”, baja
tulangan, pipa cucuran atau lubang pipa cucuran.
b. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk galian atau persiapan lainnya ditempat pekerjaan, cetakan, perancah
untuk balok dan lantai berukuran 5 m atau kurang, pemompaan, penyelesaian
pekerjaan permukaan, pipa cucuran, urugan kembali terhadap struktur yang
telah selesai atau pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyempurnaan
pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut dianggap termasuk dalam
harga penawaran untuk pekerjaan beton.
c. Perancah untuk lantai jembatan beton yang bentangannya lebih dari 5 m
harus diukur dan dibayar berdasarkan pekerjaan harian.
d. Kuantitas material untuk landasan, material drainase berpori, baja tulangan
dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti ditetapkan sebagai
persiapan ditempat lain.
e. Beton yang telah ditempatkan dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton struktur atau beton tidak bertulang. Beton struktur haruslah beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Teknik sebagai kelas III/K275 dan
Beton bertulang sebagai beton yang disyaratkan atau disetujui untuk kelas
II/K175 atau kelas I/BO. Bila beton dengan kelas kekuatan yang lebih tinggi
diijinkan untuk digunakan sebagai ganti dari beton dengan kelas kekuatan
yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan kelas
kekuatan yang lebih rendah.
23
2. PENGUKURAN DARI PEKERJAAN BETON YANG DIPERBAIKI
a. Bila pekerjaan telah diperbaiki dalam I. 10 diatas, kuantitas yang akan diukur
untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila pekerjaan
semula telah memenuhi syarat.
b. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau tiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau material pelengkap lainnya untuk mencapai kualitas
yang dipersyaratkan untuk pekerjaan beton.
3. DASAR PEMBAYARAN
a. Kuantitas yang diterima dari bermacam-macam kelas beton dan perancah
ditetapkan sebagaimana dijelaskan diatas akan dibayar pada harga kontrak
untuk mata pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan dibawah dan dalam Daftar Penawaran.
1. URAIAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan spesifikasi dan gambar, atau sebagimana diperintahkan oleh Direksi
Teknik.
2. PENERBITAN DETAIL-DETAIL KONSTRUKSI
Detail konstruksi untuk baja tulangan yang tidak disertakan pada waktu lelang
akan diserahkan oleh Direksi Teknik setelah peninjauan kembali rancangan awal
telah selesai.
3. PEKERJAAN DI BAGIAN LAIN YANG BERHUBUNGAN
a. Rekayasa lapangan
b. Pekerjaan beton
4. STANDAR RUJUKAN
ACI 135 Buku Pegangan Standar praktis untuk detail struktur beton
bertulang, Institut Beton Amerika
AASHTOM 31- 77 Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir
AASHTOM 32- 78 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold
drawn steel wire) untuk tulangan beton
24
AASHTOM 55 Anyaman kawat baja dilas dipabrik untuk tulangan beton
AWS D 2.0 Persyaratan strandar untuk jembatan jalan raya dan
kereta api yang di las.
5. TOLERANSI
a. Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti disyaratkan dalam ACI
315
b. Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar dari baja tulangan adalah sebagai berikut :
i. 3.5 cm untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap udara atau
terhadap air tanah atau terhdap bahaya kebakaran;
ii. seperti ditunjukan pada tabel berikut, untuk beton yang terendam/tertanam
atau terbuka langsung terhadap cuaca atau urugan tanah tetapi masih
dapat diamati untuk pemeriksaan.
i. 7.5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam yang tidak bisa dicapai,
atau untuk beton yang tak bisa dicapai yang bila kehancuran karena karat
dari tulangan dapat menyebabkan kerusakan atau kehancuran struktur, atau
untuk beton yang ditempatkan langsung diatas tanah atau karang, atau untuk
beton yang berhubungan langsung dengan kotoran pada serokan atau cairan
korosif lainnya.
7. PELAPORAN
a. Sebelum memesan material, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknik, dan tidak ada material yang dipesan sebelum
daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
b. Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menunjukkan
kepada Direksi Teknik daftar yang disahkan dari pembuat pabrik baja yang
memberikan berat satuan nominal dalam kilogram dari tiap ukuran dan kelas
dari batang tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam
pekerjaan.
25
8. MUTU PEKERJAAN DAN PERBAIKAN DARI PEKERJAAN YANG TAK
MEMUASKAN
a. Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi material yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi gambar
rencana, harus atas biaya Kontraktor.
b. Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan
:
i. panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315.
ii. bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar
kerja terakhir.
ii. batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau
oleh sebab lain.
c. Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan, batang tidak boleh
dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Teknik atau
yang akan merusak atau melemahkan material. Pembengkokan kembali dari
batang harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh
Direksi Teknik. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan
pada pekerjaan. Kekeliruan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan
kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Teknik,
harus diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang yang baru yang
dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
disyaratkan.
d. Kontraktor harus menyediakan fasilitas ditempat kerja untuk pemotongan dan
pembengkokan tulangan, baik bila melakukan pemesanan biaya tulangan
yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan stok yang
cukup dari batang lurus ditempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan
untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian.
II. MATERIAL
1. BAJA TULANGAN
a. Baja tulangan harus baja polos atau berulir kelas 40 yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 31-77, atau lainnya yang disetujui oleh Direksi
Teknik.
b. Bila anyaman tulangan baja diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M 55 dapat digunakan.
26
3. PENGIKAT UNTUK TULANGAN
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang telah dilunakkan
yang memenuhi AASHTO M 32-78.
1. PEMBENGKOKAN
a. Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik, seluruh tulangan harus
dibengkokan dalam keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 135,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari tekukan-
tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila penggunaan panas
untuk pembengkokan dilapangan disetujui oleh Direksi Teknik, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat fisik dari baja tidak
terlalu banyak berubah.
b. Batang dari diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokan dengan
mesin pembengkok.
27
j. Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan penghantar beton, jalan pendekat, lantai kerja
atau beban konstruksi lainnya.
2. DASAR PEMBAYARAN
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditetapkan seperti yang diuraikan
diatas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran
yang ditunjukkan dibawah ini, dan terdaftar dalam Jadwal Penawaran, yang
pembayarannya merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pembuatan
dan penempatan material, termasuk buruh, peralatan, perkakas, pengujian dan
pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memuaskan.
No. Mata
Uraian Unit pengukuran
Pembayaran
-
Baja tulangan Kilogram
28
2. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
1. Pekerjaan Pasangan Batu Merah
- Pasangan dinding batu merah trasram dengan campuran 1 PC : 3 Ps
dilaksanakan pada :
Tembok setinggi 100 Cm dari lantai.
Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan
dengan air dan dianggap perlu oleh direksi serta
ditunjukkan dalam gambar.
- Pasangan batu dinding batu merah tebal 1 bata dan ½
bata dengan campuran 1 PC : 8 Ps dilaksanakan pada
seluruh dinding tembok yang tidak disebut dalam butir (a) ini.
- Dinding mampu menahan gaya horisontal bila terjadi
gempa dan menyatu dengan sloof dan kolom, maka
sekelilingnya harus dipasang stek/angkur dan tulangan
brancing yang diangkerkan pada kolom.
2. Pekerjaan Plesteran
- Plesteran untuk tandon air dengan campuran 1 PC : 2 Ps
- Plesteran trasraam dan benangan sudut dengan campuran 1 PC : 3 Ps.
- Plesteran 1 PC : 8 Ps dilaksanakan pada semua dinding batu merah yang tidak
disebutkan pada ayat (a) di atas.
- Acian dengan menggunakan air PC, dilaksanakan pada semua bidang
permukaan plesteran dinding, dan atau beton.
3. Bahan - Bahan
b) Bata Merah
Bata merah harus berkualitas baik, pada umumnya ukuran normal di
pasaran; tebal (4-5) cm; lebar (11-12) cm; panjang (23-25) cm
Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat
dan tidak menunjukkan retak-retak.
c) Semen Portland
Semen Portland/Portland Cement (PC) menggunakan semen tipe I dan
mendapat persetujuan dari Direksi.
d) Pasir Pasang
Pasir pasang, berbutir lembut, tajam, warna hitam, boleh mengandung
lumpur yang berasal dari pasir yang sejenis tetap tidak boleh melebihi 10% dari
berat kering.
f) Plesteran
Seluruh permukaan dinding tembok yang akan
diplester harus dibersihkan, dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih
dahulu sampai rata, serta dinding yang telah diplester harus selalu dijaga
kelembabannya.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu
cepat yang berakibat timbul retak-retak.
Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1,5 (satu setengah)
centimeter.
Setelah plesteran kering dan dijamin tidak akan terjadi retak-retak, kemudian
dihaluskan dengan acian PC.
Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pemasangan
instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi yang lain yang terpendam di
dalam plesteran.
Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, harus mempunyai
permukaan yang halus dengan cara, setelah diaci dalam keadaan setengah
kering digosok dengan kertas semen.
Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, merupakan satu bidang
tegak lurus dan siku.
Plesteran dan acian yang telah selesai harus bebas dari retak-retak/ noda-
noda dan cacat lainnya.
3. PEDOMAN PELAKSANAAN
Pasangan Genteng disusun berlapis tumpang tindih.
Bubungan ditutup dengan bahan yang sejenis dengan bahan atap.
Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah
pemasangannya, maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar
dan dipasang baru.
Ukuran dan warna genteng harus sama dan sebelumnya Kontraktor
Pelaksana harus mengajukan contoh terlebih dahulu kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuan.
30
4. PEKERJAAN PENGECATAN
1. KETERANGAN UMUM :
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan pengecatan dari bagian-bagian yang ditunjuk
dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang memerlukan perlindungan
dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan cat adalah :
1. Cat dinding dalam bangunan.
2. Cat kayu
Dan pekerjaan cat lainnya sesuai yang ditunjuk dalam gambar rencana, dengan
warna akan ditentukan kemudian oleh Pengawas Konstruksi.
b. Penyempuranaan dan pengulangan pengecatan karena belum merata,
berubah warna atau sebab-sebab kecacatan lainnya sampai pada saat serah
terima pekerjaan yang kedua kalinya menjadi tanggungan Pelaksana.
2. CAT DINDING:
a. Bahan cat yang dipakai untuk finishing dinding dalam, dinding luar, dan
plafond adalah Decolith, merk bahan plamur yang digunakan sama
dengan merk cat yang dipakai.
b. Sebelum dicat permukaan dinding/plafond harus betul-betul rata,
dibersihkan dari kotoran. Dan setelah kering baru diplamur sehingga
permukaannya menjadi rata dan licin.
c. Pengecatan dilakukan dengan kuas dan roller sampai didapatkan hasil
akhir yang merata warnanya minimal 3(tiga) kali pengecatan dan harus
didapat warna yang merata, dan semua pengecatan ulang harus
menunggu minimal 12 jam setelah pengecatan seluruhnya selesai
dilaksanakan.
d. Untuk pengecatan dinding lama menggunakan cat Interior/ setara.
1. CAT KAYU
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenega kerja, bahan-bahan, peralatan
dan alat-alat bantu lainnya untuk melaksanaan pekerjaan ini, sehingga di
capai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Melaksanakan pekerjaan pengecatan, sehingga diperoleh hasil yang baik
dan memuaskan.
c. Tahapan pekerjaan meliputi :
- Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
- Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah
ditentukan.
- Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar,
dengan warna bahan yang sesuai dengan petunjuk Pemberi
Tugas / Konsultan Pengawas.
Persyaratan Bahan
a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian
yang ditentukan dalam gambar.
b. Cat yang dipakai adalah : ex.lokal
31
c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas
halus dan bebas debu, oli dan lain-lain.
Syarat Pelaksanaan
a. Jenis cat yang digunakan adalah, produksi yang telah diakui Standard
Internasional, memenuhi ISO.9002.
b. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2.
c. Dan bidang-bidang harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan ( dari cat dasar sampai dengan lapisan
akhir ).
d. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan karena Pemberi Tugas
/ Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
e. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis barulah
Kontraktor melanjutkan dengan menggunakan mock up.
Syarat Pemeliharaan
Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh mengkilat, tidak
ada gelembung-gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
Kalau terhadap bidang cat yang cacat harus segera memperbaiki tanpa ada
penambahan biaya.
Syarat Penerimaan
- Jaminan pekerjaan ( pengecatan + material ) 2 tahun
- Hasil pekerjaan pengecatan harus rapi, untuk seluruh bidang tidak
terdapat flek atau kotor atau rusak.
- Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar
perancangan shop drawing dan pengarahan yang diterbitkan oleh
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
32
3. Lisplank
a. Listplank papan kalsiplank, ukuran 1 x 30 cm,
b. Kayu tidak boleh ada cacat. Semua bahan listplank yang dipakai harus tanpa
cacat dan kualitas baik, kecuali untuk penutup konpres memakai kayu jati
ukuran 2/10.
c. Lisplank Woodplank ukuran 1 x 30
Pekerjaan ini rangka plafond adalah pada sebagian dari pembenahan rangka plafon
yang rusak & ditutup dengan eternit
1. Pekerjaan Langit -Langit
a. Tidak diperbolehkan memasang atap dan langit-langit (plafon
hanger) sebelum seluruh kelengkapan baut-baut dan begel kap selesai
dilaksanakan dengan baik dan sempurna
b. Untuk penggantung langit-langit (plafond hanger) dan rangka
plafond digunakan kayu meranti gergaji mesin, tua berkualitas baik, ukuran 4 x
6 cm. Dan setiap 1 meter persegi rangka plafond dipasang sekat tengah
dengan kayu meranti ukuran 3 x 5 cm
c. Pada tiap-tiap jarak 2 m arah melintang bangunan harus dipasang
balok induk penggantung langit-langit dari kayu Kalimantan berukuran 6 x 12 m.
d. Untuk mendapatkan bidang langit-langit yang rapi dan rata maka
bagian bawah kayu penggantung seluruhnya harus diserut (diketam) hingga
rata dan tiap-tiap sambungan / persilangan harus digunakan klos-klos tumpuan
dari kayu jati, ukuran 2 x 3 cm panjang 15 cm.
e. Sebagai langit-langit dipergunakan enternit buatan dalam negeri
dengan kualitas yang dapat dipersetujui Direksi dengan mengajukan contoh,
antara lain keluaran pabrik :
- Mersedes special
- Dayaku
- Panda
- Kerang/Sheel
- Enternit Gresik atau merk local yang berkaulitas baik
f. Langit-langit enternit pada semua ruangan dalam maupun
emperan diluar gedung dan siar-siar yang terjadi antar asbes berantara 0.5 cm
pengerjaannya harus rata dan tidak boleh ditutup dengan yiyit/luluh.
g. Dimana langit-langit enternit dipasang berhubungan dengan
tembok (berhimpit), maka harus dipasang list-list datar dari papan kamper tebal
(1x 4 cm) dengan baik dan dicat seperti pada cat-cat sama dengan kayu kusen
dengan panjang list minimum 2m.
h. Enternit dipakai ukuran 100x100 cm rangka penggantung langit-
langit berupa kotak-kotak yang sesuai dengan langit-langit enternit.
i. Paku langit-langit dipasang dengan jarak masing-masing 10 cm
secara teratur dan rapi.
33
PENUTUP
a. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian
bahan-bahan pekerjaan tidak disebut perkataan atau kalimat
diselenggarakan oleh Kontraktor, maka hal ini harus dianggap seperti
disebutkan.
b. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian
yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau
disebut kata demi kata dalam RKS ini. Haruslah diselenggarakan oleh
kontraktor dan diterima sebagai hal tersebut.
c. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih
lanjut oleh Pihak Direksi, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam
peraturan ini.
34