Anda di halaman 1dari 31

SPESIFIKASI TEKNIS

A. UMUM
PASAL 1 1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan :
URAIAN UMUM a. Gambar Rencana Teknis
b. Spesifikasi Teknis pelaksanaan pekerjaan
c. Daftar Kuantitas dan Harga
d. Petunjuk dari Direksi Lapangan/Pengawas Lapangan.
1.2.
1.3. Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Penyedia jasa
harus berkonsultasi dengan Pengawas lapangan/ Direksi
Pekerjaan.
1.4. Selama berlangsungnya pekerjaan, Penyedia jasa harus dapat
menjaga lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya
pekerjaan.
1.5. Kerusakan jalan masuk yang disebabkan oleh pelaksanaan
pekerjaan atau lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan
pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia jasa. Untuk itu
sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa bisa minta ijin
kepada pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan
dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi ataupun lahan sekitar
yang diperlukan.
1.6. Pekerjaan harus segera diselesaikan dengan baik, dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Halaman harus bersih dari sisa-sisa kotoran atau puing-
puing pada waktu diserahkan.
b. Pekerjaan harus segera diserah terimakan dengan kondisi
yang sesuai dengan gambar rencana teknis setelah
mendapat persetujuan dari pihak yang berkompeten dalam
melakukan pemeriksaan lapangan.

PASAL 2 2.1. Umum


URAIAN PEKERJAAN Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk
beluk pekerjaan ini penyedia jasa diwajibkan mempelajari secara
seksama seluruh gambar rencana teknis beserta uraian pekerjaan
dan persyaratan pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam
buku ini. Bila terdapat ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam
gambar dan uraian ini penyedia jasa diwajibkan melaporkan hal
tersebut kepada pengawas lapangan ataupun perencana untuk
mendapatkan penyelesaian.
2.2. Lingkup Pekerjaan
Penyelesaian tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini serta
mengamankan, mengawasi dan memelihara bahan-bahan, alat
kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung sehingga seluruh pekerjaan-pekerjaan dapat selesai
dengan sempurna.
2.3. Sarana Kerja
Penyedia jasa wajib memasukan jadwal kerja serta iventarisasi
peralatan yang digunakan melaksanakan pekerjaan ini. Penyedia
jasa wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan-
bahan/material dilokasi yang aman dari segala kerusakan,
kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain.
Semua sarana persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan
memudahkan kerja dilokasi dapat tercapai.
2.4. Gambar-gambar Dokumen
a. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau petentangan dalam
gambar-gambar yang ada (arsitektur, struktur dan
mekanikal dan elektrikal) dalam buku uraian pekerjaan ini
maupun pekerjaan yang terjadi akibat kecelakaan dilokasi,
penyedia jasa diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
pengawas lapangan dan perencana secara tertulis untuk
mendapatkan keputusan pelaksanaan dilokasi setelah
pengawas lapangan berunding terlebih dahulu dengan
perencana. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan
alasan oleh penyedia jasa untuk memperpanjang waktu
pelaksanaan.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran
jadi, dalam keadaan selesai/terpasang.
c. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, penyedia
jasa diwajibkan memperhatikan dan meneliti dahulu semua
ukuran yang tercantum seperti peil-peil, ketinggian, lebar
ketebalan, luas penampang dan lain-lainnya sebelum
pekerjaan dimulai.
Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan penyedia jasa wajib
merundingkan terlebih dahulu dengan pengawas lapangan
atau perencana.
d. Penyedia jasa tidak dibenarkan untuk mengubah dan atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar-
gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan pengawas
lapangan.
e. Penyedia jasa harus menyediakan dengan lengkap masing-
masing dua salinan segala gambar-gambar, spesifikasi
teknis, agenda, berita-berita perubahan dan gambar-gambar
pelaksanaan yang telah disetujui di tempat pekerjaan.
2.5. Jaminan Kualitas
Semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama
sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta semua pekerjaan
dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat teknis dan estetis
serta sesuai dengan dokumen kontrak.
2.6. Contoh-contoh Bahan/Material
a. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh pemberi
tugas atau wakilnya harus segera disediakan atas biaya
penyedia jasa dan contoh-contoh tersebut diambil dengan
jalan atau cara sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai
dalam pekerjaan nanti. Contoh-contoh tersebut jika telah
disetujui, disimpan oleh pemberi tugas atau wakilnya untuk
dijadikan dasar penolakan tidak sesuai dengan contoh, baik
kualitas maupun sifatnya.
b. Penyedia jasa diwajibkan menyerahkan barang-barang
contoh (sample) dari material yang akan dipakai/dipasang,
untuk mendapatkan persetujuan pengawas lapangan.
c. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri
dengan tanda bukti sertifikasi pengujian dan spesifikasi
teknis dari barang-barang/material-material tersebut.
d. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan
kesite (melalui pemesanan) maka penyedia jasa diwajibkan
menyerahkan : brosur, catalog, gambar kerja atau shop
drawing dan sample yang dianggap perlu
perencanaan/pengawas lapangan.
2.7. Peralatan, Material dan Tenaga Kerja
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan
ini harus baru. Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara
yang benar dan setiap pekerja harus mempunyai ketrampilan
yang memuaskan, dimana latihan khusus bagi pekerja sangat
diperlukan dan penyedia jasa harus melaksanakannya.
2.8. Koordinasi Pekerjaan
a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus koordinasi dari
seluruh bagian yang terlibat didalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek ini harus
dikoordinir terlebih dahulu agar gangguan dan konflik satu
dengan yang laian dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci
setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari
gangguan dan konflik serta harus persetujuan dari
konsultan perencana/pengawas.
b. Penyedia jasa harus melaksanakan segala pekerjaan
menurut uraian dan syarat-syarat pelaksanaan, gambar-
gambar dan instruksi tertulis dari pengawas lapangan.
c. Pengawas lapangan berhak memeriksa pekerjaan yang
dilakukan oleh penyedia jasa pada setiap waktu.
Bagaimanapun juga kelalaian pengawas lapangan dalam
pengontrolan terhadap kekeliruan atas pekerjaan yang
dilaksanakan oleh penyedia jasa tidak berarti penyedia jasa
bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan (spesifikasi) atau instruksi tertulis dari
pengawas lapangan harus diperbaiki atau dibongkar. Semua
biaya diperlukan untuk itu menjadi tanggung jawab
penyedia jasa
2.9. Perlindungan terhadap Orang, Harta Benda dan Pekerjaan
a. Perlindungan terhadap milik umum
Penyedia jasa harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan
jalan bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan
sebagainya serta memelihara kelancaran lalulintas, baik
bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak
berlangsung.
b. Orang-orang yang tidak berkepentingan
Penyedia jasa harus melarang siapapun yang tidak
berkepentingan memasuki tempat pekerjaan
c. Perlindungan terhadap bangunan yang ada:
Selama masa-masa pelaksanaan, penyedia jasa bertanggung
jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada,
utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan
sebagainya ditempat pekerjaan, dan kerusakan sejenis yang
disebabkan operasi-operasi penyedia jasa, dalam arti kata
luas. Itu semua harus diperbaiki oleh penyedia jasa hingga
dapat diterima oleh pemberi tugas.
d. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan:
• Penyedia jasa bertanggung jawab atas penjagaan,
penerapan dan perlindungan terhadap pekerjaan yang
dianggap penting selama pelaksanaan kontrak, siang dan
malam.
• Pemberi tugas tidak bertanggung jawab terhadap
penyedia jasa, atas kehilangan atau kerusakan bahan-
bahan bangunan peralatan atau pekerjaan yang sedang
dalam pelaksanaan.
e. Kesejahteraan keamanan dan pertolongan pertama
Penyedia jasa harus mengadakan dan memelihara fasilitas
kesejahteraan dan tindakan pengamanan yang layak untuk
melindungi para pekerja dan tamu yang akan datang ke
lokasi. Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini
diisyaratkan harus memuaskan pemberi tugas dan juga
harus menurut (memenuhi) ketentuan-ketentuan undang-
undang yang berlaku saat ini. Dilokasi pekerja, penyedia
jasa wajib mengadakan perlengkapan yang cukup untuk
pertolongan pertama yang mudah dicapai.

2.10. Peraturan Hak Patent


Penyedia jasa harus melindungi pemilik (owner) terhadap semua
“claim” atau tuntutan, biaya atau kenaikan harga karena
bencana, dalam hubungan dengan merk dagang atau nama
produksi, hak cipta ada semua material dan peralatan yang
digunakan dalam proyek ini.
2.11. Iklan
Penyedia jasa tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk
apapun didalam sempadan (batas) site atau ditanah yang
berdekatan tanpa seijin dari pemberi tugas
2.12. Peraturan Teknis Pembangunan yang digunakan
a. Dalam melaksanakan pekerjaan, spesifikasi teknis ini
berlaku dan mengikat termasuk segala perubahan dan
tambahannya
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di
Indonesia atau Algemene Voorwaarden Voor Uitvorering
bij Aaneming van Openbare Warken (AV) 941.
c. Keputusan-keputusan dari majelis Indonesia untuk
Arbitrase Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan
Indonesia (DTPI).
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971)
e. Tata cara perencanaan struktur untuk bangunan gedung
SK-SNI T-15 1991-03
f. Peraturan umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen
Tenaga kerja.
g. Peraturan umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik
(PUIL) 979 dan PLN setempat.
h. Peraturan umum tentang pelaksanaan Instalasi Air minum
serta Instalasi pembuangan dari Perusahaan Air Minum.
i. Peraturan konstruksi kayu Indonesia (PKKI-1961).
j. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-08.
k. Peraturan Bata Merah sebagai bahan bangunan.
l. Peraturan Muatan Indonesia 1983.
m. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983.
n. Peraturan Pengecatan NI-12.
o. Peraturan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh
jawatan/instansi pemerintahan setempat, yang bersangkuta
dengan permasalahan bangunan.
p. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut diatas,
berlaku dan mengikat pula.
q. Gambar rencana teknis yang dibuat konsultan perencana
yang sudah disahkan oleh pemberi tugas termasuk juga
gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh penyedia jasa
dan sudah disahkan/disetujui direksi.
r. Spesifikasi Teknis.
s. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
t. Kontrak/surat Perjanjian Penyedia jasaan.
2.13. Shop Drawing
a. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua
komponen struktur berdasarkan design yang ada dan harus
dimintakan persetujuan tertulis dari pengawas lapangan.
b. Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data
yang diperlukan termasuk keterangan produk bahan,
keterangan pemasangan, data-data tertulis dan hal-hal lain
yang diperlukan.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab terhadap semua
kesalahan-kesalahan detailing fabrikasi dan ketepatan
penyetelan/pemasangan semua bagian konstruksi baja.
d. Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasi
diwospesifikasi teknishop kecuali atas persetujuan
pengawas lapangan.
e. Semua Baut, baik yang dikerjakan diwospesifikasi
teknishop maupun dilapangan harus selalu memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang
baut tersebut.
f. Pekerjaan perubahan dan tambahan dilapangan pada waktu
pemasangan yang diakibatkan oleh kurang kelalaian
penyedia jasa, harus dilakukan atas biaya penyedia jasa.
g. Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar
dan spesifikasi harus ditanyakan kepada pengawas
lapangan/perencana.
h. Penyedia jasa diwajibkan untuk membuat gambar-gambar
“As Built Drawing” sesuai dengan pekerjaan yang telah
dilakukan dilapangan secara kenyataan. Untuk kebutuhan
pemeriksanaan dikemudian hari dan gambar-gambar
tersebut diserahkan kepada pengawas lapangan
2.14. Pembuatan Gambar Pelaksanaan (As-Build Drawing)
Sebelum penyerahan pekerjaan I, penyedia jasa pelaksana sudah
harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri
dari :
a. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami
perubahan dalam pelaksanaannya
b. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang
berupa gambar-gambar perubahan
c. Apabila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran,
maka ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi
kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkanketidaksempurnaan/ketidaksesuaian
konstruksi harus mendapatkan keputusan Pengawas
lapangan terlebih dahulu
d. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian pekerjaan
yang harus diserahkan pada saat Penyerahan Pertama.
PASAL 3 3.1. Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-
PERSYARATAN BAHAN- bahan yang digunakan dalam pelaksanaan sebagaimana tertera
BAHAN dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta
gambar kerja.
3.2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PUBI 1982, PBI 1971,
SKSNI – T15 – 1991 – 03, SNI 03-1729-2002, AV, PTC,
AUWI, AVE dan PKKI-05-2002.
3.3. Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan merupakan
produk dalam negeri, dan mengacu Peraturan Daerah yang
berlaku, kecuali ditentukan lain.
3.4. Penyedia jasa harus membuat gambar-gambar detail pelaksanaan
(shop drawing), pengiriman kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas
lapangan contoh bahan bangunan termasuk warna dan bentuk
yang akan dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk
diperiksa dan disetujui.
3.5. Penyedia jasa harus menyerahkan hasil tes laboratorium jika
diperlukan, yang berkaitan dengan mutu bahan yang akan
digunakan.
3.6. Bila terdapat perbedaan pendapat mengenai mutu bahan, maka
Penyedia jasa berkewajiban memeriksakan bahan tersebut
kelaboratorium Balai Penelitian Bahan Bangunan dengan semua
biaya menjadi tanggungan Penyedia jasa, begitu pula waktu
yang tersita dapat untuk alasan perpanjangan waktu pelaksanaan.
3.7. Direksi Pekerjaan/Pengawas lapangan berhak untuk meminta
keterangan selengkap-lengkapnya tentang bahan tersebut.
3.8. Contoh-contoh harus sesuai dengan macam dan kualitas keadaan
barang-barang yang dipakai (dimaksud).
3.9. Ukuran/dimensi yang dimaksud dalam gambar untuk bahan
adalah bersih (ukuran jadi).
3.10. Air
a. Air untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang
bersih dan bebas mineral zat organik tanah lumpur, larutan
alkalin dan lain-lain.
b. Jika air dari saluran air minum atau sumber air yang ada
tidak mencukupi maka penyedia jasa harus mengadakan air
untuk tujuan pembangunan ini dengan mendatangkan atau
mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat
3.11. Semen Portland
a. Portland Cemen (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan
ini harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
NI-8 Bab 3.2, PBI 1971 dan PUBI – 1982
b. Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus sama
dengan semen yang dipakai pada waktu menentukan
campuran beton.
c. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum
sampai di tempat pekerjaan.
d. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh
dipergunakan.
e. Untuk menghindari terjadinya semen sampai membatu,
Penyedia Jasa diwajibkan untuk menjaga stok semen
jangan sampai melebihi kapasitas penggunaan (sesuai
dengan schedule).
f. Penyimpanan semen (gudang semen), agar dibuat bebas air/
bocor air hujan dan tidak terpengaruh cuaca.
g. Semen harus keluaran pabrik yang sama dan hasil produksi
yang sama.
3.12. Kerikil (Agregat Kasar)
a. Untuk pekerjaan beton, kerikil dengan gradasi 2 sampai 3
cm, bersih dari bahan organis atau kotoran lain dan
sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
b. Kerikil yang akan digunakan untuk bahan beton
(pengecoran) harus kerikil yang keras tidak berpori.

3.13. Pasir (Agregat Halus)


a. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung
bahan organis dan bebas dari bahan lumpur.
b. Pasir pasangan adalah pasir yang bersih tidak mengandung
bahan-bahan organis, kasar tajam memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI’ 71.

3.14. Besi beton/baja tulangan


a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
b. Semua baja tulangan yang akan dipakai harus berasal dari
produksi pabrik yang telah disetujui Pengawas lapangan.
c. Baja tulangan harus yang digunakan harus memenuhi
ketentuan-kelentuan SKSNI T-15-1991-03.
d. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh
tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk
jangka lama. Cara pembengkokan besi tulangan harus
menurut SKSNI T-15-1991 - 03.
e. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat
selama pengecoran. Selimut beton dibuat dengan beton
decking (tahu beton) dari semen pasir campuran 1 : 2
dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm untuk elemen struktur (balok,
kolom) dan 4 x 4 x 2 cm untuk elemen pelat. Besi tulangan
harus disatukan satu sama lain dengan kawat beton.
f. Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari
minyak, kotoran, cat, karat atau bahan lain yang merusak
hubungan besi dan beton.
g. Besi beton tidak boleh mempergunakan besi bekas pakai.

3.15. Lain-lain
a. Penggunaan bahan yang belum tertuang dalam pasal ini
agar menyesuaikan penggunaannya dan sesuai gambar dan
dapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Pengawas
lapangan.
b. Semua bahan-bahan perlengkapan yang akan dipergunakan
pada bangunan ini sebelumnya harus setelah diperiksa dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan/ Pengawas lapangan.
c. Penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
bahan tersebut akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah
Pengawas lapangan setelah 2x24 jam dengan segala resiko
oleh Penyedia jasa.
d. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan
maka biaya pemeriksaan ditanggung oleh Penyedia jasa.
e. Persyaratan bahan-bahan yang belum tertuang didalam
SPESIFIKASI TEKNIS dan ada dalam gambar, sebelum
bahan tersebut didatangkan di lokasi kegiatan agar terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Direksi Pekerjaan/
Pengawas lapangan.
PASAL 4 4.1. Lokasi untuk bangunan ini akan diserahkan oleh Pemberi
PEKERJAAN Tugas kepada Penyedia jasa dalam keadaan bebas dari gugatan
PERSIAPAN Pihak Ketiga.
4.2. Penyedia jasa harus membuat bangunan sementara untuk kantor
pengelolaan kegiatan, barak kerja dan gudang untuk menyimpan
bahan-bahan dengan ketentuan antara lain :
a. Bangunan sementara boleh memanfaatkan bangunan
sekitarnya yang masih layak dipergunakan.
b. Jika diperlukan pembuatan bangunan sementara,
penempatan bangunan sementara harus sepengetahuan dan
seijin Direksi Pekerjaan/ Pengawas lapangan.
c. Kualitas dan mutu bangunan harus disetujui Direksi
Pekerjaan/Pengawas lapangan.
d. Bangunan sementara harus mempunyai penghawaan dan
penerangan secukupnya, tidak gelap dan tidak bocor.
e. Bangunan sementara/ Direksi Keet dilengkapi meja kursi
rapat, meja kursi tamu, almari, meja kursi kerja, white
board serta papan untuk menempelkan gambar dan ditutup
dengan plastik bening.
f. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia diproyek, untuk
setiap saat dapat digunakan oleh direksi lapangan adalah:
• 1 (satu) buah alat ukur
• satu set kelengkapan PPPK (P3K)
4.3. Pelayanan Pengujian
a. Penyedia Jasa harus menyediakan tempat kerja, bahan,
fasilitas, pekerja, pelayanan dan pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengujian yang diperlukan.
Umumnya Penyedia Jasa di bawah perintah dan
pengawasan Direksi Teknis akan melakukan semua
pengujian sehubungan dengan pengendalian mutu bahan
baku, campuran dan bahan yang diproses untuk menjamin
bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan,
kepadatan dari pemadatan.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan pelayanan
pengujian dan/ atau fasilitas laboratorium sebagaimana
disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan
pengendalian mutu.
c. Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan
SNI, sebagai standar pengujian. Penyedia Jasa dapat
menggunakan standar lain yang relevan sebagai
pengganti SNI atas persetujuan Pengawas lapangan/
Direksi Pekerjaan.
d. Inspeksi dan pengujian akan dilaksanakan oleh
Pengawas lapangan/ Direksi Pekerjaan untuk memeriksa
pekerjaan yang telah selesai apakah telah memenuhi
mutu bahan, kepadatan dari pemadatan dan setiap
ketentuan lanjutan yang diperlukan selama
pelaksanaan pekerjaan.
e. Bahan dan pengerjaan yang tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dibongkar dan diganti dengan
bahan dan pengerjaan yang memenuhi Spesifikasi ini,
atau menurut Pengawas lapangan/ Direksi Pekerjaan harus
diperbaiki sedemikian hingga setelah diperbaiki akan
memenuhi semua ketentuan dalam kontrak.
4.4. Pekerjaan Pembongkaran dan Perbaikan
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi pembongkaran penggalian dan
perbaikan serta pembuatan bangunan-bangunan, jalan,
gorong-gorong, jembatan atau hal-hal lain yang merupakan
milik Instansi/ Negara dan milik perorangan yang terletak
pada lokasi pekerjaan. Pekerjaan Penyedia jasa menurut
petunjuk-petunjuk Direksi dan syarat-syarat teknis dan
instansi yang bersangkutan.

b. Bahan dan Bekas Bongkaran


1) Bahan yang masih dipergunakan kembali seperti
penutup atap dan lain-lain harus dibersihkan dan
disusun di lokasi pekerjaan atau diangkut ke tempat
penyimpanan sesuai petunjuk Direksi.
2) Segala biaya pekerjaan bongkaran, perbaikan,
pemindahan dan pengangkutan bahanbahan yang
dimaksud dalam pekerjaan ini menjadi beban Penyedia
jasa.
4.5. Penjagaan dan Penerangan
a. Penyedia jasa harus mengurus penjagaan di luar jam kerja
(siang dan malam) dalam kompleks pekerjaan termasuk
bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-lain.
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu
diadakan penerangan/lampu pada tempat tertentu.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan
dan alat-alat lain yang disimpan dalam gudang dan halaman
pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan pencurian,
Penyedia jasa harus segera mendatangkan gantinya untuk
kelancaran pekerjaan.
d. Penyedia jasa harus menjaga jangan sampai terjadi
kebakaran atau sabotase ditempat pekerjaan, alat-alat
pemadam kebakaran atau alat bantu lain untuk keperluan
yang sama harus selalu berada ditempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbul-
kan kerugian-kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan dan
bahan-bahan material juga gudang dan lain-lain, sepe-
nuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.
4.6. Keselamatan Kerja
a. Bilamana terjadi kebakaran, Penyedia jasa harus segera
mengambil tindakan dan segera memberitahukan kepada
Pemimpin Kegiatan.
b. Penyedia jasa harus memenuhi/ mentaati peraturan-
peraturan tentang perawatan korban dan keluarganya.
c. Penyedia jasa harus menyediakan obat-obatan yang
tersusun menurut syarat-syarat Palang Merah dan setiap
kali sehabis digunakan harus dilengkapi lagi.
d. Penyedia jasa selain memberikan pertolongan kepada
pekerja juga selalu memberikan pertolongan kepada
pekerja pihak ketiga dan juga menyediakan air minum yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Penyedia jasa diwajibkan mentaati undang-undang tenaga
kerja dan segera mengurus ASTEK setelah SPK
diterbitkan.
4.7. Mobilisasi dan Demobilisasi
a. Mobilisasi Personil
1) Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut :
2) Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan dengan persetujuan Pengawas
lapangan/ Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus
mengacu pada daftar personel inti (key personel) yang
dilampirkan dalam berkas penawaran.
b. Mobilisasi Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi peralatan sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan
daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran,
dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan di
mana peralatan tersebut akan digunakan menurut
Kontrak ini.
2) Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan
pemeliharaan kendaraan/peralatan harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak
mencemari air dan tanah.

c. Mobilisasi Material
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi
pelaksanaan fisik.
2) Material yang akan didatangkan dari luar lokasi
pekerjaan harus terlebih dahulu diambil contohnya
untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas
lapangan/Direksi Pekerjaan dan atau diuji
keandalannya di laboratorium, apabila tidak
memenuhi syarat, harus segera diperintahkan untuk
diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24
jam.

d. Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat
kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir kontrak
termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi
semula seperti sebelum pekerjaan dimulai.
4.8. Penyediaan Air dan Listrik
a. Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia jasa dengan
membuat sambungan dari PDAM atau disuplai dari luar.
b. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan
bahan-bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air
harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Direksi/Pengawas.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia jasa dan
diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama
masa pembangunan, dengan daya sekurang-kurangnya
(minimum) 1.300 KVA. Penggunaan diesel untuk
pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaan sementara atas persetujuan Direksi.
d. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Direksi
lapangan/Direksi Keet.
e. Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas adalah
beban penyedia jasa.
4.9. Pekerjaan lain-lain
Sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan/Pengawas lapangan, jika
terdapat pekerjaan yang belum disyaratkan dalam pekerjaan
persiapan, maka Penyedia jasa wajib untuk melaksanakan atas
biaya Penyedia jasa.

PASAL 5 5.1. Pekerjaan pembersihan meliputi :


PEMBERSIHAN a. Pembersihan Selama Pelaksanaan
1) Penyedia Jasa harus melakukan pembersihan secara
teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja,
struktur, kantor sementara, tempat hunian dipelihara
bebas dari sisa bahan bangunan, debu, sampah dan
kotoran lainnya yang diakibatkan oleh operasi-operasi
di tempat kerja dan memelihara tempat kerja dalam
kondisi rapih dan bersih setiap saat.
2) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa selokan
samping (sistem drainase) yang ada terpelihara dan
bebas dari kotoran, bahan yang lepas dan berada
dalam kondisi operasional pada setiap saat.
3) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa tanaman/ pohon
dan rumput yang tumbuh pada sekitar bangunan yang
direncanakan atau yang baru dikerjakan tetap dijaga
dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tidak
mengalami kerusakan.
4) Penyedia Jasa harus menyediakan drum di
lapangan (bak sampah) untuk menampung sisa
bahan bangunan, kotoran dan sampah sebelum
dibuang.
5) Bilamana dianggap perlu dibuatkan bak penampung
endapan dan saringan pada musim hujan.
6) Penyedia Jasa harus membuang sisa bahan
bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang
telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat
maupun Daerah dan Undang-undang Pencemaran
Lingkungan yang berlaku.
7) Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengubur
sampah atau sisa bahan bangunan di lokasi proyek
tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
8) Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang
limbah berbahaya, seperti cairan kimia, minyak atau
thinner cat ke dalam saluran atau sanitasi yang ada.
9) Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang sisa
bahan bangunan ke dalam sungai atau saluran air.
10) Bilamana Penyedia Jasa menemukan bahwa
selokan yang ada atau bagian lain dari sistem
drainase yang dipakai untuk pembuangan setiap
jenis bahan selain dari pengaliran air permukaan,
baik oleh pekerja Penyedia Jasa maupun pihak lain,
maka Penyedia Jasa harus segera melaporkan
kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan, dan
segera mengambil tindakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan untuk mencegah terjadinya pencemaran
lebih lanjut.
11) Semua pembabatan/penebangan pohon di kawasan
perencanaan untuk pembukaan lahan maupun
pelaksanaan pekerjaan harus seijin Direksi Pekerjaan
/Pengawas Lapangan.

b. Pembersihan Akhir
1) Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus
ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai
Pemilik. Penyedia Jasa juga harus mengembalikan
bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak
diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi
semula.
2) Pada saat pembersihan akhir, semua hasil pekerjaan
harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan
fisik yang mungkin ditemukan sebelum
pembersihan akhir
5.2. Penebangan Pohon-pohon
Penyedia jasa tidak boleh membasmi, menebang atau merusak
pohon-pohon atau pagar, kecuali bila telah ditentukan lain atau
sebelumnya diberi tanda pada gambar-gambar yang menandakan
bahwa pohon-pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika ada
sesuatu hal yang mengharuskan Penyedia jasa untuk melakukan
penebangan, maka ia harus mendapat ijin dari Pemberi Tugas.

PASAL 6 6.1. Pengukuran Tapak Kembali


PENGUKURAN DAN a. Penyedia jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan
PEMASANGAN penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan
BOUPLANK dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat
yang sudah ditera kebenarannya.
b. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan
keadaan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada
Perencana untuk dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat waterpass/theodolite yang ketepatannya
dapat dipertanggung jawabkan.
d. Penyedia jasa harus menyediakan Theodolith/waterpass
beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Perencana selama pelaksanaan proyek.
e. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara
azas Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Perencana.
f. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk
tanggungan penyedia jasa.
6.2. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan
Penyedia jasa harus mengadakan pengukuran yang tepat
berkenaan dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik
patok/pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan maupun
datar (waterpass) dan tegak lurus bangunan harus ditentukan
dengan memakai alat waterpass instrument/theodolith.
Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan lantai, langit-
langit dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku.
Untuk mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-
notasi yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out). Dan bila
terjadi penyimpangan atau tidak sesuainya antara kondisi
lapangan dan gambar Lay out, Penyedia jasa harus melapor pada
Pengawas/Perencana.

6.3. Pemasangan Bouplank


a. Penyedia jasa bertanggung jawab atas ketepatan serta
kebenaran persiapan bouplank/pengukuran pekerjaan sesuai
dengan referensi ketinggian yang diberikan Pengawas
lapangan secara tertulis, serta bertanggung jawab atas
ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh bagian
pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yag
diperlukan.
b. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata
ada kesalahan dalam hal tersebut diatas, maka hal tersebut
merupakan tanggung jawab Penyedia jasa serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya,
kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis
dari Direksi.
c. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Pengawas
lapangan atau wakilnya tidak menyebabkan tanggung
jawab Penyedia jasa menjadi berkurang.
d. Bahan dan pelaksanaan
• Tiang bouplank menggunakan kayu ukuran 5/7
dipasang setiap jarak 2 m’, sedangkan papan bouplank
ukuran 2/20 diketam halus dan lurus bagian atasnya dan
dipasang datar (waterpass).
• Pemasangan bouplank harus sekeliling bangunan
dengan jarak 2 m’ dari As tepi bangunan dengan patok-
patok yang kuat, bouplank tidak boleh
dilepas/dibongkar dan harus tetap berdiri tegak pada
tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan hingga
pekerjaan mencapai tahapan trasram tembok bawah.
• Bouwplank harus dipasang pada patok-patok yang
tertancap kuat kedalam tanah dan tidak dapat
digerakkan.
• Titik-titik as bangunan harus di jaga kebenarannya agar
tidak berubah letaknya.
• Jika tidak terpaksa harus dipindah, pemindahan as-as
bangunan dalam bouwplank tidak dibenarkan.
Pemindahan titik-titik as bangunan harus sepengetahuan
Direksi Pekerjaan/Pengawas lapangan.

PASAL 7 7.1. Lingkup Pekerjaan.


PEKERJAAN TANAH Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah disini adalah semua
kegiatan yang berkaitan dengan pematangan tanah, pengolahan
tanah yang ada kaitannya dengan struktur bangunan antara lain
pembersihan tanah, galian tanah, urugan tanah/perataan ataupun
pembuangan tanah. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mulai
dengan mobilisasi alat, pengadaan tenaga, konstruksi penyangga
hingga pemompaan air tanah penggalian (dewaterring).
7.2. Persiapan Pekerjaan Tanah
Bagian ini meliputi pembersihan/peralatan lapangan,
pengecekan keadaan kontur, pengukuran didaerah-daerah
dimana pekerjaan pembangunan akan dilaksanakan, seperti yang
ditunjukan pada gambar-gambar dan sesuai dengan yang
ditunjukan oleh pengawas.
Penyedia jasa bertanggung jawab untuk :

a. Penelitian yang menyeluruh atas gambar-gambar dan


persyaratan-persyaratan kontrak ini dan kontrak lain yang
sehubungan dengan proyek ini, serta semua addendumnya.
b. Penelitian atas semua kondisi pekerjaan, memeriksa kondisi
lapangan, serta semua fasilitas yang ada.
c. Melakukan semua pengukuran lapangan sehubungan
dengan pekerjaan ini dan mendapatkan ketentuan atas
seluruh lingkup proyek seperti yang diisyaratkan pada
gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan sebagaimanan
yang disetujui oleh pengawas.

Penyedia jasa bertanggung jawab penuh untuk kesimpulan yang


ditariknya dari informasi yang disampaikan kepadanya dan dari
pemeriksaan informasi tentang pekerjaan tanah yang
diperolehnya. Penyedia jasa diperbolehkan atas biaya sendiri
melakukan sendiri pemeriksaan tambahan bilamana
dianggapnya perlu untuk menentukan lebih lanjut kondisi dari
lapangan guna pembangunan yang dipersyaratkan disini.
Sebelum memulai sesuatu pekerjaan galian, penyedia jasa harus
yakin bahwa semua permukaan tanah yang ada maupun garis-
garis transisi yang tertera dalam gambar rencana adalah benar.
Jika penyedia jasa tidak merasa puas dengan ketelitian
permukaan tanah, penyedia jasa harus memberitahukan secara
tertulis kepada pengguna jasa, jika tidak maka tuntutan
mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan
dipertimbangkan.
7.3. Pekerjaan Galian Tanah
a. Untuk memulai penggalian, Penyedia jasa harus mengukur
elevasi tanah asli dengan cara yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas lapangan. Direksi Pekerjaan/
Pengawas lapangan harus hadir dalam pengukuran tersebut
b. Galian tanah, baik kedalamannya ataupun lebarnya
dilaksanakan sesuai dengan penampang galian yang
terlukis pada gambar rencana, pekerjaan lanjutan (tahapan
pekerjaan pondasi, pile cap, atau konstruksi lain diatasnya)
dapat dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapat
persetujuan dari Pengawas.
c. Penyedia jasa harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-
lubang galian tersebut tidak digenangi air yang berasal dari
hujan, parit, banjir, mata air atau lain-lain sebab dengan
jalan memompa, menimba, menyalurkan keparit-parit atau
lain-lain dan biaya untuk pekerjaan tersebut harus dianggap
telah termasuk dalam harga kontrak.
d. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada
dasar setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman atau
bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang
lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang
waterpass.
e. Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian, baik
pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan
pondasi harus disediakan pompa air atau pompa lumpur
yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk
menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
f. Penyedia jasa harus memperhatikan pengamanan terhadap
dinding tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan
suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau
lereng yang cukup.
g. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian,
setelah mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan
dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang dianggap
perlu dan atas penunjuk Pengawas.
h. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug
dengan tanah dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah
urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan
penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak didalam
garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urugan
yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai
95% kepadatan maksimum.
i. Pembuangan Material Hasil Galian
1) Pembuangan material hasil galian bangunan menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
2) Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan
pengawas lapangan telah diseleksi bagian-bagian yang
dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan dan
urugan. Sisanya harus dibuang ke luar site atau tempat
lain atas persetujuan pengawas lapangan.

PASAL 8 8.1. Lingkup Pekerjaan.


PEKERJAAN URUGAN Pekerjaan urugan ini dilaksanakan sebagai urugan peninggian
DAN PEMADATAN halaman dan bangunan maupun sebagai urugan lubang-lubang
pondasi. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
pemadatan untuk setiap layer urugan.
8.2. Persiapan Untuk Urugan
Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau
bagian pekerjaan lainnya yang akan ditutup/diurug atau
tersembunyi oleh tanah urugan diperiksa oleh Direksi/Pengawas.
Pada pekerjaan urugan/peninggian permukaan tanah asal jika
ada ketidak sesuaian antara keadaan lapangan dan gambar
rencana Penyedia jasa harus memberitahu secara tertulis kepada
Direksi/Pengawas,
Jika tidak maka tuntutan mengenai ketidak samaan permukaan
tanah tidak akan dipertimbangkan.
8.3. Bahan-bahan Urugan
a. Untuk bahan urugan peninggian tanah asal (site) pada
ketinggian tertentu diurug dengan tanah urug/padas yang
didatangkan dari luar lokasi.
b. Bahan-bahan urugan harus tidak mengandung lumpur dan
bahan organik, kadar lumpur tidak boleh terlalu tinggi dan
bahan urugan mudah untuk dipadatkan.
8.4. Urugan Tanah
a. Khusus untuk urugan peninggian tanah asal sebelum
dilaksanakan pengurugan awal, seluruh permukaan tanah
asal pada daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran atau puing-puing dan harus dibuang keluar
lokasi.
b. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran,
sampah dan sebagainya.
c. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah
yang tidak memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-
alat berat, urugan dilakukan dengan ketebalan maksimal
15-20 cm material lepas dan dipadatkan dengan alat
pemadat (baby roller/stamper) atau dengan ijin
pengawas/direksi.
d. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk
penggalian maupun pengurugan adalah +/- 10 mm terhadap
kerataan yang ditentukan.
e. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan ditest
dilaboratorium untuk mendapatkan nilai standart proctor.
Laboratorium yang memeriksa harus laboratoriumnya
resmi atau laboratorium yang ditunjuk oleh pengawas
lapangan.
Dengan bahan yang sama, material yang akan dipadatkan
harus ditest juga dilapangan dengan system “Field Density
Test” dengan hasil kepadatannya sebagai berikut :
1) Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari
permukaan rencana kepadatannya 95% dari sumber
proctor.
2) Untuk lapisan yang didalamnya lebih dari 30 cm dari
permukaan rencana kepadatannya 90% dari standart
proctor.
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh
pengawas lapangan semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa
kembali terhadap pokok-pokok referensi untuk mengetahui
sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat,
harus dipertahankan dan dijaga jangan sampai rusak, akibat
pengaruh luar dan tetap menjadi tanggungjawab penyedia
jasa s/d masa pemeliharaan.
f. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar
dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak
melebihi 200 mm pada kedalaman gembur.
g. Standar Rujukan (AASHTO)
T 88 - 78 Analisa ukuran butir tanah
T 89 - 68 Penetapan batas cair tanah
T 90 - 70 Penetapan batas plastis dan indeks plastis
tanah
T 99 - 74 Penetapan batas plastis dan indeks plastis
tanah
T 145 - 73 Klasifikasi dari tanah dan campuran tanah
dan agregat untuk keperluan konstruksi jalan
T 180 - 74 Hubungan antara kelembaban dan kepadatan
tanah menggunakan palu 2.5 kg dan 305 mm
tinggi jatuh
T 191 - 61 Kepadatan tanah di tempat dengan
menggunakan metoda kerucut pasir
T 193 - 72 “The California Bearing Ratio”
T 258 - 78 Penetapan tanah yang mengembang dan
tindakan perbaikannya.

8.5. Urugan Pasir


a. Urugan pasir dilakukan di semua bagian-bagian yang
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.
b. Tebal urugan pasir disesuaikan dengan syarat-syarat
gambar pelaksanaan atau dalam gambar pelaksanaan
c. Urugan pasir dilakukan setelah permukaan tanah
dibawahnya rata (waterpass), ketebalan disesuaikan
sebagaimanan yang tercantum dalam gambar kerja. Pasir
urug yang digunakan harus bersih dari kotoran organic,
kandungan lumpur maksimal 10% pemadatan urugan pasir
untuk semua jenis pekerjaan dilakukan dengan alat
pemadat mekanis (stamper).
d. Pasir urugan yang digunakan harus bersih dan tidak
mengandung potongan-potongan bahan kertas yang
berukuran lebih dari 1,5 cm.
8.6. Perbaikan Urugan yang Tak memuaskan atau Tidak stabil
a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan
yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggaru
permukaan dan membuang atau menambah material
sebagaimana diperlukan yang dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal
kadar airnya kurang memenuhi persyaratan atau yang
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas
lapangan Teknik, maka harus diperbaiki dengan mengganti
material, disusul dengan penyiraman air secukupnya dan
dicampur dengan menggunakan “motor grader” atau
peralatan lain yang disetujui.
c. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar
airnya melampaui kadar air yang disyaratkan atau
sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas
lapangan Teknik, harus diperbaiki ulang dengan mengganti
material, disusul dengan penggunaan motor grader
berulang-ulang atau oleh alat lainnya dengan selang waktu
istirahat ketika penanganan, dalam cuaca yang kering. Cara
lain, atau jika pengeringan tak dapat dicapai dengan cara
mengaduk atau membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi Pekerjaan/ Pengawas lapangan Teknik dapat
memerintahkan untuk mengeluarkan bahan tersebut dari
pekerjaan dan menggantikannya dengan bahan kering yang
lebih cocok.
d. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau
karena hal lainnya setelah dipadatkan dalam batasan
persyaratan ini biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asal sifat meterial dan kerataan permukaan masih
memanuhi persyaratan Spesfikasi ini.
e. Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau
persyaratan sifat material dari spesifikasi ini harus seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas lapangan
Teknik dan dapat meliputi tambahan pemadatan,
penggaruan yang disusul dengan pengaturan kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian
material.

PASAL 9 9.1. Perbandingan dari berbagai adukan, menggunakan perbandingan


ADUKAN DAN jumlah isi yang ditakar dalam keadaan kering.
CAMPURAN 9.2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama dengan
dalam 50 cm. Volume kotak dibuat sesuai dengan volume 1 zak
PC (50 Kg), diselenggarakan atas petunjuk Direksi/Pengawas
Lapangan.
9.3. Penggunaan adukan sesuai yang ditetapkan dalam gambar atau
tempat-tempat yang dianggap perlu oleh Direksi.

PASAL 10 10.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
PASANGAN BATU bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
KALI/BELAH terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan pasangan batu kali/belah ini meliputi seluruh
detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau
sesuai petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
10.2. Persyaratan Bahan
a. Batu kali/belah harus keras, tidak mudah pecah, tidak lapuk
dan minimal memiliki 3 sisi bidang pecah serta tidak bulat.
Persyaratan bahan lainnya sesuai dengan persyaratan bahan
pekerjaan beton bertulang.
b. Adukan yang dipergunakan menggunakan campuran 1 PC :
5 Pasir (1:5) atau sesuai dengan gambar rencana.
10.3. Syarat Pelaksanaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi semua
pekerjaan yang menggunakan pasangan batu kali/belah
termasuk pasangan batu kosong/aanstamping.
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, Penyedia jasa
harus mengadakan pengukuran-pengukuran untuk As-as
pondasi seperti pada gambar dan harus dimintakan
persetujuan dari Direksi dan Pengawas Lapangan.
c. Penyedia jasa wajib melaporkan kepada Direksi dan
Pengawas Lapangan bila ada perbedaan gambar-gambar
dari konstruksi dengan gambar-gambar arsitektur atau bila
ada hal-hal yang kurang jelas.
d. Pelaksanaan pasangan batu kosong/aanstamping harus
dalam keadaan lubang galian kering dan sudah diberi
urugan pasir setebal 5 - 10 cm padat atau seperti yang
ditunjukan dalam gambar.
e. Pasangan batu kosong/aanstamping adalah pasangan batu
kali yang disusun berdiri tanpa perekat (campuran) setebal
15 - 20 cm, celah antara batu-batu diisi pasir dan disiram
air sehingga celah penuh terisi pasir dan kedudukan batu
cukup kokoh sebagai dudukan pondasi.
f. Pasangan batu kali tidak boleh berongga dalam
pemasangannya.Batu kali disusun satu persatu dengan
penyangga mortal.
g. Pelaksanaan pasangan batu kali juga harus memperhatian
gambar rencana yang terkait dan jika ada kelainan/ketidak
cocokan harus dikonsultasikan dengan Direksi/ Pengawas
Lapangan.
h. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar
rencana.
i. Penggunaan campuran sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar rencana.

PASAL 11 11.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN BETON a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
BERTULANG bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan beton bertulang meliputi seluruh pekerjaan beton
bertulang seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar atau sesuai petunjuk Direksi dan Pengawas
Lapangan.
11.2. Persyaratan Umum
a. Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan
peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia seperti
PBI’71/SKSNI – T15 – 1991-03, PMI, PKKI dan lain-lain.
b. Peraturan beton
1) Semua pekerjaan beton harus dipenuhi syarat-syarat
yang ada pada PBI ’71 / SKSNI – T15 – 1991-03.
2) Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton PBI
‘71 NI-2 pasal 3.1 sampai 3.9 atau seperti yang tertera
dalam SKSNI – T15 – 1991-03.
3) Syarat pelaksanaan pekerjaan beton PBI ‘71 NI-2
bagian 3 bab 4,5,6 berlaku seluruh pasal.
4) Syarat-syarat pekerjaan tulangan PBI ‘71 NI-2 bab 5
pasal 5.3 sampai 5.8.
5) Perhitungan untuk pekerjaan beton bertulang
berdasarkan PBI ’71/SKSNI – T15 – 1991-03.
6) Perhitungan muatan pada bangunan (PMI).
7) Peraturan-peraturan/standart setempat yang biasa
dipakai.
8) Peraturan konstruksi kayu Indonesia 1961, NI-5
9) Peraturan semen portland Indonesaia 1972, NI-8
10) Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
11.3. Persyaratan Bahan
a. Semen portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas
persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan dan harus
memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air
dengan lantai terangkat dari tanah dan tumpukan sesuai
dengan syarat penumpukan semen.
b. Pasir beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang berisi dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya; dan harus
memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.
c. Batu ciping/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori
serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-
syarat PBI 1971. Penyimpanan/ penimbunan pasir koral
beton harus dipisahkan satu dari yang lain hingga kedua
bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan
beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan
organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi NI-3 Pasal 10.
e. Besi beton
Besi beton menggunakan besi beton ulir dan besi beton
polos yang digunakan mutu U39 dan U24 yang terdiri dari
besi ulir dan besi beton polos dengan penggunaan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Besi harus bersih
dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti
serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi
persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu
penyedia jasa diwajibkan untuk memeriksa mutu beton
dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya penyedia jasa.
11.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Cetakan bekisting
1). Acuan harus dibuat dan direncanakan begitu rupa
sehingga beton dapat dengan baik ditempatkan dan
dipadatkan, tidak terjadi perubahan bentuk acuan
selama pembetonan dilaksanakan maupun terhadap
pengerasan beton.
2). Acuan harus juga cermat dalam kedudukan dan datar,
untuk jenis acuan-acuan tertentu, terlebih dahulu
Penyedia jasa harus menyerahkan perencanaan gambar
acuan tersebut kepada Direksi, bil
3). perlu harus dilengkapi perhitungan dan detail-detail
yang jelas. Bilamana hal tersebut telah mendapatkan
persetujuan dari Direksi, rencana acuan tersebut dapat
dilaksanakan.
4). Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan
konstruksi terletak pada Penyedia jasa, Penyedia jasa
harus meminta ijin Direksi dan Pengawas Lapangan
bilamana ia bermaksud akan membongkar pada
bagian-bagian konstruksi utama.
5). Cetakan halus
Khusus pembuatan bekisting untuk permukaan beton
yang tidak perlu dilapisi plesteran (dinding graving
dock), maka dapat dibuat cetakan harus dengan syarat
sebagai berikut :
• Cetakan dapat digunakan secara berulang dengan
catatan hanya cetakan yang bermutu baik boleh
dipakai yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas.
• Permukaan cetakan harus dibasahi dengan minyak
(form oil/mould release agent) yang bermaksud
untuk menghasilkan permukaan beton yang bersih,
halus dan bebas kotoran dan kemudahan pada saat
pembukaan/pembongkaran bidang-bidang
begisting.
• Segala cacat pada permukaan beton yang telah
dicor harus ditambal (diplester) sedemikian rupa
hingga sesuai warna/texture permukaan
disekatnya.
b. Pengujian
Pengujian dilakukan sebagai berikut :
1). Sebelum melaksanakan pengecoran awal, Penyedia
jasa harus mengadakan mix design yang dapat
membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan
dapat tercapai dari mix design tersebut, selanjutnya
oleh Direksi/Pengawas akan dihitung karakteristik dari
hasil percobaan tersebut yang selanjutnya akan
dipergunakan untuk menilai mutu beton selama
pelaksanaan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971
pasal 4.6 dan 4.7.
2). Pada pekerjaan beton struktural untuk waktu
permulaan pelaksanaan dibuat 1 (satu) benda uji untuk
setiap 3m3 beton dan dalam waktu sesingkat-
singkatnya harus segera terkumpul 20 benda uji,
sedang setelah berjalan lancar diperlukan 1 (satu)
benda uji pada setiap 5 m3 beton dengan minimum 1
benda uji untuk setiap harinya.
3). Apabila hasil pemeriksaan pada padal 4.07 PBI 1971
masih meragukan, maka pemeriksaan lanjutan
dilakukan dengan menggunakan hammer test atau
kalau perlu dengan Corl Drilling untuk meyakinkan
penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada
sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.
4). Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dari Pasal 4.9 PBI
1971 dan semua biaya yang timbul akibat pengujian
yang tercantum pada ayat ini adalah menjadi tanggung
jawab penyedia jasa.
5). Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix
yang normal adalah 7,5-10 cm, pemakaian slump
harus teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan,
misalnya untuk daerah-daerah yang pembesiannya
rapat dapat dipergunakan slump yang tinggi.
c. Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada
bagian-bagian utama dari pekerjaan, Penyedia jasa harus
memberitahukan Direksi/Pengawas untuk mendapat
persetujuan, hal ini dapat dilaksanakan dengan Berita Acara
Pengecoran. Jika hal ini tidak dilaksanakan dengan
semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui oleh
Direksi/Pengawas, maka mungkin Penyedia jasa
diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang beru dicor
atas biaya penyedia jasa.
Sebelum pengecoran dimulai, Penyedia jasa harus sudah
menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker yang
diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton yang
akan dihubungkan degnan dinding dan kecuali dinyatakan
lain pada gambar-gambar, maka stek-stek dan anker-anker
dipasang setiap jarak 1,00m.
Beton yang mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan
lain harus dibuang dari dalam bekisting, mesin pengaduk
(beton molen) maupun alat-alat pembawa.
Penulangan harus dimatikan pada posisinya, diperiksa
sebelum pengecoran dilakukan, agar pemeriksaan dan
persetujuan dapat diberikan pada waktunya.
d. Kelas dan Mutu beton
Kecuali dinyatakan lain, maka campuran dari beton harus
mencapai kekuatan tekan beton karakteristik yang
penggunaannya sebagai berikut :
1). Beton dengan mutu Bo untuk pekerjaan non struktural
seperti lantai kerja (work floor).
2). Beton dengan mutu K-225 untuk pekerjaan-pekerjaan
struktur seperti; sloof, kolom & balok dan mutu K-175
untuk pekerjaan beton praktis lainnya.
3). Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan
bahan additive beton.
e. Pembesian
1) Semua besi beton yang digunakan harus memebuhi
syarat-syarat:
a). Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971).
b). Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-
minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, luka dan sebagainya).
c). Dari jenis baja mutu U-24 untuk Diameter Kurang
dari 12 mm dan U-40 untuk lebih besar 12 mm
(ulir) bahan tersebut dalam segala hal harus
memenuhi ketentuan-ketentuan PBI-1971.
d). Mempunyai penampang yang sama rata.
e). Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari
ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat
persetujuan perencana/pengawas lapangan.
3) Besi beton harus disuplay dari satu sumber
(manufacture) dan tidak diperkenankan untuk
mencampurkan bermacam-macam besi beton tersebut
untuk pekerjaan konstruksi. Setiap pengiriman ke site
harus disertakan Mil Certaificate.
4) Penyedia jasa bilamana diminta harus pengujian mutu
besi yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk
pengawas lapangan. Percobaan mutu besi beton juga
akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu
oleh pengawas lapangan.
5) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan
gambar-gambar atau mendapat persetujuan pengawas
lapangan. Hubungan antara besi beton dilakukan
sesuai dengan yang lain harus menggunakan kawat
beton, diikat teguh, tidak bergeser selama pengecoran
beton dan tidak menyentuh lantai kerja atau papan
acuan.Sebelum beton dicor besi beton harus bebas dari
minyak, kotoran cat, karet, kulit giling atau bahan-
bahan yang merusak. Semua besi beton harus dipasang
pada posisi yang tepat.
6) Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena ukuran
maupun kwalitas tidak sesuai dengan spesifikasi
diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah
penerimaan instruksi tertulis dari pengawas lapangan
dalam waktu 2x24 jam.
7) Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton
bertulang harus dilakukan dalam keadaan dingin.
Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan
sesuai dengan gambar kerja. Bila tidak tercantum
dalam gambar kerja, harus dimintakan persetujuan
direksi terlebih dahulu.
8) Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat,
serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya rekat.
9) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
10) Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan
cetakan atau tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat
beton tahu (beton decking) dengan tebal dan
pemasangan sesuai dengan PBI ’71 / SKSNI – T15 –
1991-03
11) Untuk mengatur jarak tulangan tarik dan tulangan
tekan pada pelat digunakan cakar ayam, yang
sebelumnya telah disetujui oleh Pengawas lapangan /
Direksi.
12) Pertemuan dengan tulangan Plat / balok / kolom /
pondasi yang sudah dicor harus distek dengan
overlapping sesuai dengan PBI ‘71.
f. Cara pengadukan
1). Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
2). Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/ Pengawas
Lapangan.
3). Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus
diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran baru.
4). Apabila memakai beton ready mix, maka cara
pengadukannya mengikuti prosedur beton ready mix
dengan memperhatikan mutu beton yang akan dicapai.
g. Bahan – Bahan Penambah (Admixture)
1). Penggunaan admixture dapat digunakan setelah
diizinkan Pengawas Proyek. Dimana penggunaan
admixture diizinkan, maka bahan ini harus
ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya
dengan mempergunakan alat pengukur otomatis, dan
petunjuk – petunjuk pabrik mengenai penggunaannya.
2). Istilah – istilah kimia, rumus – rumus dan jumlah
bahan – bahan yang aktif, ukuran yang harus dipakai
dan efek mengenai bertambahnya atau berkurangnya
penggunaan dosis bahan – bahan secara terus menerus
pada sifat – sifat fisik dan kimia beton basah dan yang
sudah mengeras dan akan diserahkan kepada
Pengawas Proyek untuk persetujuannya.
3). Penyedia jasa harus menyediakan sampel – sampel
dan melaksanakan percobaan – percobaan tersebut
sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Proyek
sebelum izin penggunaan admixture diizinkan dipakai
pada pelaksanaan test menjadi tanggungan Penyedia
jasa.
h. Pengecoran beton
1). Penyedia jasa diwajibkan melaksanakan pekerjaan
persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-
ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
2). Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan.
3). Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin
dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin
beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang
koral/split yang dapat memperlemah konstruksi.
4). Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan
diteruskan pada hari berikutnya maka tempat
perhentian tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.
i. Pemadatan beton
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang–
barang lain yang harus berada didalam beton, harus
dibersihkan dari semua macam kotoran. Semua cetakan
dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang
yang akan diisi beton harus betul – betul dibersihkan.
Pekerjaan pengecoran di bagian manapun dari pekerjaan
tidak boleh dimulai sebelum persiapan – persiapannya
disetujui dan izin pengecoran diberikan oleh Pengawas
Proyek. Pengecoran harus selalu diawasi langsung oleh
mandor atau (foreman) yang berpengalaman.
Penyedia jasa harus memberitahukan kepada Pengawas
Proyek bila akan mengecor dengan mengajukan request
yang telah disetujui Pengawas Teknik. Beton harus dicor
sedemikian rupa sehingga dalam satu bagian pekerjaan,
permukaannya rata. Penempatan didalam lapisan – lapisan
horisontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm (setelah
dipadatkan), kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Proyek.
Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus antara
tempat sambungan yang direncanakan atau disetujui tanpa
terhenti termasuk waktu makan. Jika dipakai corong –
corong untuk mengalirkan beton, maka kemiringan harus
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi dan harus
disediakan selang – selang penyemprot atau pelat – pelat
peluncur agar tidak terjadi segregasi selama pengecoran.
Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih
dari 1,5 m. Kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa
sehingga tebal beton tidak kurang dari 0,5 m per jam dan
tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui lain oleh Pengawas
Proyek. Semua beton harus dipadatkan dengan
mempergunakan vibrator yang digerakkan dengan tenaga
listrik (immersion type vibrator) yang baik type maupun
cara kerjanya disetujui oleh Pengawas Proyek. Vibrator
yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan
kapasitasnya dan sesuai dengan banyaknya beton yang
akan dicor, ukuran – ukuran beton dan penulangan.
Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik didalam acuan
dan sekeliling penulangan dan barang – barang lain yang
diletakkan didalamnya tanpa harus memindahkan.
Penggetaran yang berlebihan (overvibration) yang
menyebabkan segregasi, permukaan yang keropos atau
kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
j. Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi,
letak dan pengaturannya ditunjukkan dalam gambar –
gambar atau seperti yang disetujui Pengawas Proyek.
Apabila siar dilatasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan
oleh ganbar, karena kerusakan mesin pengaduk beton atau
keadaan yang tidak terduga, harus dibuat bulk-head
sedemikian sehingga arahnya tegak lurus arah tegangan –
tegangan utama. Apabila letaknya berdekatan dengan
tumpuan atau lokasi yang dianggap oleh Pengawas Proyek
tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan
beton baru tersebut harus dibongkar sampai tempat yang
dianggap baik.
Posisi dan pengaturan siar-siar ini harus mendapat
persetujuan Pengawas lapangan, dimana:
• Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat
mungkin dengan bidang bawah dari balok tertinggi
• Siar dalam Balok dan Pelat ditempatkan pada tengah-
tengah bentang
• Siar Vertikal dalam dinding supaya dihindarkan
• Siar harus dibaut sekecil mungkin dan atas persetujuan
Pengawas lapangan.
Permukaan Siar harus dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata
keseluruh permukaan bahan yang dipakai untuk expantion
joint adalah heavyduty sealant dengan pelat hitam
berukuran 200mm x 2mm yang diletakkan sepanjang
delatasi dan dipasang sesuai petunjuk Pengawas lapangan.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan
beton yang sudah mengeras, maka permukaan beton
tersebut harus dikasarkan. Kemudian permukaan tersebut
harus dibersihakan dari bagian – bagian yang lepas dan
kotoran – kotoran lainnya disemprot dengan air semen atau
zat perekat (addition) dan beton baru dikerjakan, yang
harus dipadatkan dengan baik pada bidang pertemuan
tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan beton lama
harus dilapis dengan adukan semen dengan kualitas yang
sama dengan adukan beton.
k. Pengeringan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan dari
pengaruh panas matahari yang merusak, hujan dan air yang
mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan
beton dengan cara sebagai berikut:
1) Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung,
atau bahan sejenis atau lapisan pasir yang harus terus
menerus dibasahi selama 10 hari.
2) Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu
ditutup dengan lapisan air yang disetujui.
l. Curing dan Perlindungan Atas Beton
Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap sinar matahari, angin, hujan atau
aliran air dan pengrusakan secara mekanis atau
pengeringan sebelum waktunya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap
basah selama 4 hari dengan menyemprotkan air atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.

Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas,


curing dan perlindungan atas beton harus diperhatikan.
Penyedia jasa harus bertanggungjawab atas retaknya beton
karena kelalaian ini.
m. Alat-alat di Dalam Beton
Penyedia jasa tidak dibenarkan untuk membobok, membuat
lubang atau memotong konstruksi, beton yang sudah jadi
tanpa sepengetahuan dan seizin Pengawas lapangan.
Ukuran dari pembuatan lubang, pemasangan alat-alat
didalam beton, pemasangan sparing dan sebagainya harus
menurut petunjuk Pengawas lapangan.
n. Beton Kedap Air
Untuk pembuatan beton kedap air (sesuai dengan gambar-
gambar), maka Penyedia jasa terlebih dahulu harus
meminta persetujuan Pengawas lapangan perihal bahan
waterproofing (additive) sebagai campuran dalam adukan
beton dan proporsi adukannya.
Penyedia jasa bertanggungjawab atas pekerjaan pembuatan
beton kedap air tersebut. Apabila dikemudian hari terdapat
bocor atau terjadi rembesan, maka Penyedia jasa harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Penyedia
jasa sendiri.Prosedur perbaikan tersebut harus sesuai
dengan petunjuk dari Pengawas lapangan sedemikian rupa
sehingga tidak merusak bagian-bagian lain yang sudah
selesai.
o. Pembongkaran Begisting (cetakan)
1). Pembongkaran harus dilakukan dengan cara
sedemikian rupa hingga menjamin seluruhnya
keamanan beton yang telah dicor. Bagian struktur
beton vertikal yaitu sisi balok kolom praktis, dapat
dibongkar bekistingnya setelah 72 jam dengan
persyaratan bahwa betonnya telah cukup mengeras
sehingga tidak ada kemungkinan cacat, setelah
mendapat ijin dari Direksi. Bagian struktur beton yang
disangga dengan batang penyangga tidak boleh
dibongkar begesting maupun tiang penyangganya
sebelum elemen struktur tersebut mencapai kekuatan
minimal untuk memikul berat sendiri berikut bahan-
bahan pelaksanaan di atasnya. Dalam keadaan apapun
bekisting tidak boleh dibongkar sebelum mencapai 14
(empat belas) hari pada beton yang memakai rawatan
begesting baru boleh dibongkar setelah rawatan
berakhir.
2). Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus
disiram dengan cukup air, selama minimum 1 (satu)
minggu berturut-turut.
PASAL 12 12.1. Lingkup Pekerjaan
PEKERJAAN a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-
PASANGAN DINDING bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
BATU BATA terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Perencana/Pengawas Lapangan.
12.2. Persyaratan Bahan
a. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu
produk untuk seluruh pekerjaan).
b. Batu bata harus berkualitas (tidak mudah pecah) serta
berukuran sama.
c. Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2
d. Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9.
e. Penggunaan adukan :
• Adukan 1 PC :3 Ps, dipakai pasangan kedap
air/trasraam.
• Adukan 1 PC : 5 Ps, dipakai untuk seluruh pasangan
lainnya.

12.3. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Seluruh dinding kecuali dinyatakan lain dalam gambar
menggunakan pasangan setengah batu aduk campuran 1 PC
: 5 Pasir pasang. Batu bata yang digunakan dengan kualitas
baik yang disetujui Direksi dan Pengawas Lapangan, siku
dan sama ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air
atau drum hingga jenuh.
c. Setelah batu bata terpasang dengan baik, nad/siar harus
dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram.
d. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus
dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah
dikerok serta dibersihkan.
e. Tidak diperkenankan memasang batu bata yang patah
melebihi dari 5%. Batu bata yang patah lebih dari 2 tidak
boleh dipergunakan.
f. Siar/spasi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spasi
datar dan 1,5 CHI untuk spasi tegak kecuali jika ditentukan
lain.
g. Mortar untuk spasi datar dan tegak harus penuh dan padat.
Melakukan koordinasi lainnya yang belum dilaksanakan.
h. Rangka kayu/kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk
dapat melanjutkan pekerjaan pasangan.
i. Rangka kayu/kusen, pemasangannya harus diperkuat
dengan angkur besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup
kedalam kusen, sedangkan ujung bengkoknya ditanamkan
kedalam pasangan dinding/kolom praktis.
j. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari 22,50 cm.
k. Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu sama
lainnya.
l. Pekerjaan pemasangan pipa dan/atau alat-alat yang ditanam
di dalam dinding, maka harus dibuat pahatan dengan
kedalaman yang cukup pada pasangan dinding sebelum
diplester. Pahatan tersebut setelah dipasangnya pipa/alat-
alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, yang dikerjakan bersama-
sama dengan plesteran seluruh dinding.
m. Sesudah pasangan batu bata selesai dikerjakan, dan sudah
kering baru pekerjaan plesteran dimulai.
n. Tera/leveling
Lapisan bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat
kekuatan pasangan yang sama dan merata di setiap tempat.
12.4. Perlindungan dan Pembersihan
Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum
selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen atau
dengan cara-cara lain yang disetujui oleh pengawas.
Bersihkan bagian-bagian yang terkena adukan dengan segera,
kemudian betikan perlindungan atau hindari pasangan dari
benturan-benturan keras selama sekurang-kurangnya 3 hari
setelah seluruh sebuah bidang kerja selesai terpasang.
PASAL 13 13.1. Lingkup Pekerjaan
PEKERJAAN a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan
PLESTERAN DAN tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat
ACIAN bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik.
b. Pekerjaan plesteran ini dikerjakan pada permukaan dinding
bagian dalam dan luar serta seluruh detail yang
disebutkan/ditunjuk dalam gambar.
13.2. Persyaratan Bahan
a. Semen portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu
produk untuk seluruh pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.
c. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10.
d. Penggunaan adukan plesteran :
• Adukan 1 PC :2 Ps, dipakai untuk plesteran rapat air,
seluruh plesteran beton dan seluruh plesteran
sudut/skoning.
• Adukan 1 PC : 5 Ps, dipakai untuk seluruh plesteran
dinding lainnya
• Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan
PC.
13.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan
yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
Direksi dan Pengawas Lapangan dan persyaratan tertulis
dalam uraian dan syarat pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan
bidang beton atau pasangan dinding batu bata telah
disetujui oleh Direksi dan Pengawas Lapangan sesuai
uraian dan syarat pekerjaan dalam buku ini.
c. Dalam melaksanaan pekerjaan ini, harus mengikuti semua
petunjuk dalam gambar arsitektur terutama pada gambar
detail dan gambar potongan mengenai ukuran
tebal/tinggi/peil dan bentuk profilnya.
d. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah
selesai pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing
untuk semua aduk plester.
e. Untuk beton, sebelum diplester permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekesting dan kemudian dikretek
(scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang bekas
pengikat bekesting atau form tie harus tertutup aduk
plester.
f. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton
bertulang yang akan difinish dengan cat dipakai plesteran
halus (acian) diatas permukaan plesterannya.
g. Semua bidang yang akan menerima bahan finishing pada
permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau
dikretek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik
terhadap bahan finishing, kecuali untuk yang menerima cat.
h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan
dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai
peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum
1,5 cm.
i. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi
lengkung atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk
setiap jarak 2 m. Jika melebihi, penyedia jasa berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan penyedia
jasa.
j. Untuk pengakhiran sudut plesteran/dinding, hendaknya
dibuat dengan sudut tumpul.
k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan
membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik panas sinar matahari langsung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air
secara cepat.
l. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang
tidak baik, plesteran harus dibongkar kembali dan
diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi
dan Pengawas Lapangan dengan biaya atas tanggungan
penyedia jasa. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai penyedia jasa harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
m. Selama pemasangan dinding batu bata/beton bertulang
belum finishing, penyedia jasa wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung
jawab penyedia jasa dan wajib diperbaiki.
n. Kecuali ditentukan lain, seluruh permukaan plesteran diberi
lapisan acian dari bahan PC.
o. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan
sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL 14 14.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN SUB- a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga
LANTAI/RABAT BETON kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan
alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
b. Pekerjaan sub lantai/rabat beton ini meliputi seluruh detail
yag disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sebagai alas
lantai finishing dan untuk rabat beton finishing acian.
14.2. Persyaratan Bahan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan PBI 1971 (NI-2), PVBB 1956 dan NI-8.
b. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih
dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi
dan Pengawas Lapangan untuk disetujui.
14.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang
akan dipasang beton cor harus dipadatkan untuk
mendapatkan permukaan yang rata dan padat sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum. Pemadatan
dipergunakan alat timbris.
b. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan
permukaan yang keras, bersih dan bebas alkali, asam
maupun bahan organik lainnya yang dapat mengurangi
mutu pasangan.
c. Tebal lapisan pasir urug disyaratkan minimum 7 cm atau
sesuai dengan gambar, disiram air dan ditimbris sehingga
diperoleh kepadatan yang maksimal.
d. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan beton cor/rabat beton
setebal minimum 7 cm atau sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar detail dengan campuran 1 PC :
3 Ps : 5 Kerikil

B. PENUTUP 31.1. Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
PASAL 15 bahan tidak dinyatakan, tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan
PENUTUP (aanwijzing) mengenai suatu bagian pekerjaan yang termasuk harus
dikerjakan oleh penyedia jasa/penyedia jasa, maka bagian tersebut
dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
31.2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan
pekerjaan ini, tetapi tidak diuraikan atau tidak dibuat dalam bestek ini,
tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Penyedia jasa/Penyedia
jasa.
31.3. Setiap melalui pekerjaan Penyedia jasa/Penyedia jasa, harus ijin
tertulis serta membuat gambar penjelasan (shop drawing) dan berikut
target volume pekerjaan yang dilaksanakan.

SLAMET RIADI, ST.,MT LAPIPIN BIMANTARA, ST


19780910 200604 1 014

Anda mungkin juga menyukai