Anda di halaman 1dari 44

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

A. UMUM
PASAL 1 1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan akan ditenderkan sesuai
URAIAN UMUM dengan :
a. Gambar-gambar bestek, konstruksi dan detail terlampir
b. Uraian dan syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan (RKS)
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
e. Petunjuk dari Direksi Lapangan/Pengawas Lapangan.
` 1.2. Pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi :
a. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kawasan Olahraga
Kota Magelang
b. Sarana dan Prasarana Penunjang :
 Pekerjaan instalansi listrik.
 Pekerjaan instalansi air bersih/kotor, septictank, groundtank
dan watertank.
 Pekerjaan penangkal petir sampai disetujui oleh instansi
yang berwenang
 Pekerjaan prasarana lingkungan, meliputi: Resapan air
hujan saluran pembuangan air hujan dan air kotor.
 Pekerjaan Jaringan Utilitas lainnya.
1.3. Apabila ternyata ada perbedaan antara kontrak dan bestek, bestek dan
gambar detail, Pemborong harus segera lapor kepada Direksi dan
Pengawas Lapangan
1.4. Kontraktor/pemborong harus menghitung sendiri volume setiap
pekerjaan yang ada sesuai dengan gambar rencana dan RKS ini.
1.5. Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Penyedia jasa harus
berkonsultasi dengan Pengawas Kegiatan/ Direksi Pekerjaan.
1.6. Selama berlangsungnya pekerjaan, Penyedia jasa harus dapat
menjaga lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
1.7. Kerusakan jalan masuk yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan
atau lahan sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan
menjadi tanggung jawab Penyedia jasa. Untuk itu sebelum
pelaksanaan pekerjaan Rekanan/ Kontraktor bisa minta ijin kepada
pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi pemakaian
jalan menuju lokasi ataupun lahan sekitar yang diperlukan.
1.8. Pekerjaan harus segera diselesaikan dengan baik, dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Halaman harus bersih dari sisa-sisa kotoran atau puing-puing
pada waktu diserahkan.
b. Pekerjaan harus segera diserah terimakan dengan kondisi
memuaskan dengan disaksikan oleh Direksi dan Pengawas
Lapangan.

PASAL 2 2.1. Umum


URAIAN Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk
PEKERJAAN pekerjaan ini kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama
seluruh gambar pelaksanaan beserta uraian pekerjaan dan persyaratan
pelaksanaan seperti yang diuraikan didalam buku ini. Bila terdapat
ketidakjelasan dan atau perbedaan dalam gambar dan uraian ini
kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada perencana
untuk mendapatkan penyelesaian/
2.2. Lingkup Pekerjaan
Penyelesaian tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat kerja yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan ini serta mengamankan,
mengawasi dan memelihara bahan-bahan, alat kerja maupun hasil
pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh
pekerjaan-pekerjaan dapat selesai dengan sempurna.
2.3. Sarana Kerja
Kontraktor wajib memasukan jadwal kerja kontraktor juga wajib
memasukan identiikasi dari tempat kerja, nama, jabatan, dan keahlian
VI-1
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Spesifikasi Teknis

masing-masing anggota pelaksanaan pekerjaan, serta iventarisasi


peralatan yang digunakan melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor
wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan-bahan/material
dilokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal
yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana persyaratan
kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja dilokasi dapat
tercapai.
2.4. Gambar-gambar Dokumen
a. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau petentangan dalam
gambar-gambar yang ada (arsitektur, struktur dan mekanikal dan
elektrikal) dalam buku uraian pekerjaan ini maupun pekerjaan
yang terjadi akibat kecelakaan dilokasi, kontraktor diwajibkan
melaporkan hal tersebut kepada perencanaan/ konsultan
pengawasan. Secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan dilokasi setelah konsultan pengawas berunding
terlebih dahulu dengan perencana. Ketentuan tersebut di atas
tidak dapat dijadikan alasan oleh kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.
b. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi,
dalam keadaan selesai/terpasang.
c. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor
diwajibkan memperhatikan dan meneliti dahulu semua ukuran
yang tercantum seperti peil-peil, ketinggian, lebar ketebalan,
luas penampang dan lain-lainnya sebelum pekerjaan dimulai.
Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan dipakai dan
dijadikan pegangan kontraktor wajib merundingkan terlebih
dahulu dengan perencanaan.
d. Kontraktor tidak dibenarkan untuk mengubah dan atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar-
gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan pengawas.
e. Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing-masing
dua salinan segala gambar-gambar, spesifikasi teknis, agenda,
berita-berita perubahan dan gambar-gambar pelaksanaan yang
telah disetujui di tempat pekerjaan. Dokumen-dokumen ini
harus dapat dilihat konsultan pengawas konstruksi dan direksi
setiap saat sempat dengan serah terima kesatu. Serah terima
kesatu dokumen-dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh
pemberi tugas.
2.5. Gambar-gambar Pelaksanaan dan Contoh-contoh
a. Semua gambar pelaksanaan (shop drawing) adalah gambar-
gambar, diagram, ilustrasi jadwal, brosur, atau data yang
disiapkan kontraktor atau subkontraktor, supplier atau produsen
yang menjelaskan bahan-bahan atau sebagian pekerjaan.
b. Disediakan contoh-contoh benda dari kontraktor untuk
menunjukan bahan, pelengkapan, dan kualitas kerja. Ini akan
dipakai oleh konsultan pengawas untuk menilai dahulu.
c. Kontraktor akan memeriksa, menandatangani persetujuan dan
menyerahkan dengan segera semua gambar-gambar pelaksanaan
dan contoh-contoh yang diisyaratkan dalam dokumen kontrak
atau oleh konsultan pengawas. Gambar-gambar pelaksanaan dan
contoh-contoh harus diberi tanda-tanda sebagaimana ditentukan
konsultan pengawas. Kontraktor harus melampirkan keterangan
tertulis mengenai setiap perbedaan dengan Dokumen Kontrak
jika, ada hal-hal demikian.
d. Dengan menyetujui dan menyerahkan gambar-gambar
pelaksanaan atau contoh-contoh dianggap Kontraktor telah
meneliti dan menyesuaikan setiap gambar atau contoh tersebut
dengan Dokumen Kontrak.
e. Konsultan Pengawas dan Perencanaan akan memeriksa dan
menolak atau menyetujui gambar-gambar pelaksanaan atau
contoh-contoh dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga
tidak mengganggu jalannya pekerjaan dengan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

mempertimbangkan syarat-syarat keindahan.


f. Kontraktor akan melakukan perbaikan-perbaikan yang diminta
konsultan pengawas dan menyerahkan kembali gambar-gambar
pelaksanaan dan contoh-contoh sampai disetujui.
g. Persetujuan konsultan pengawas terhadap gambar-gambar
pelaksanaan dan contoh-contoh tidak membebaskan kontraktor
dari tanggung jawabnya atas perbedaan tersebut tidak
diberitahukan secara tertulis kepada konsultan pengawas.
h. Semua pekerjaan yang memerlukan gambar-gambar
pelaksanaan atau contoh-contoh yang harus disetujui konsultan
pengawas, tidak boleh dilaksanakan sebelum ada persetujuan
dari konsultan pengawas.
i. Gambar-gambar pelaksanaan atau contoh-contoh harus
dikirimkan konsultan pengawas dalam dua salinan, konsultan
pengawas akan memeriksa dan mencantumkan “Telah Diperiksa
Tanpa Perubahan” atau “Ditolak” satu salinan ditahan oleh
konsultan pengawas untuk arsip, sedangkan yang kedua
dikembalikan kepada sub kontraktor atau yang bersangkutan
lainnya.
j. Sebelum catalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan
apabila menurut konsultan pengawas hal-hal yang sudah
ditentukan dalam catalog atau barang cetakan tersebut sudah
jelas dan tidak dirubah. Barang cetakan ini juga harus
diserahkan dalam dua rangkap untuk masing-masing jenis dan
diperlukan sama seperti butir diatas.
k. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Spesifikasi teknis harus
dikirimkan kepada konsultan pengawas.
l. Biaya pengiriman gambar-gambar pelaksanaan, contoh-contoh,
catalog-katalog kepada konsultan, Pengawas dan perencanaan
menjadi tanggungan kontraktor.
2.6. Jaminan Kualitas
Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas,
bahwa semua bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama
sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta kontraktor menyetujui
bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat
teknis dan estetis serta sesuai dengan dokumen kontrak.
Apabila diminta. Kontraktor sanggup memberikan bukti-bukti
mengenai hal-hal tersebut pada butir-butir ini, sebelum mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas, bahwa pekerjaan telah
dikerjakan dengan sempurna, semua pekerjaan tetap menjadi
tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
2.7. Nama Pabrik/Merk yang ditentukan
Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik.merk dari
suatu jenis bahan/komponen, maka kontraktor menawarkan dan
memasang sesuai dengan yang ditentukan, jadi tidak ada alasan bagi
kontraktor pada waktu pemasangan menyatakan barang tersebut
sudah tidak terdapat lagi dipasaran ataupun sukar didapat dipasaran.
Untuk barang-barang yang harus diimport, segera setelah ditunjuk
sebagai pemenang, kontraktor harus sesegera mungkin memesan pada
agennya di Indonesia.
Apabila kontraktor telah berusaha untuk memesan namun pada saat
pemesanan bahan/merk tersebut tidak/sukar diperoleh, maka
perencana dengan persetujuan tertulis dari pemberi tugas akan
melakukan sendiri alternative merk lain dengan spesifikasi minimum
yang sama. Setelah 1 (satu) bulan menunjukan pemenang, kontraktor
harus memberikan kepada pemberi tugas fotocopy dari pemesanan
material yang diimport pada agen ataupun importer lainnya, yang
menyatakan bahwa material-material tersebut telah dipesan (order
import)

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

2.8. Contoh-contoh Bahan/Material


a. Contoh-contoh material yang dikehendaki oleh pemberi tugas
atau wakilnya harus segera disediakan atas biaya kontraktor dan
contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara
sedemikian rupa, sehingga dapat dianggap bahwa bahan atau
pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pekerjaan nanti.
Contoh-contoh tersebut jika telah disetujui, disimpan oleh
pemberi tugas atau wakilnya untuk dijadikan dasar penolakan
tidak sesuai dengan contoh, baik kualitas maupun sifatnya.
b. Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang contoh
(sample) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk
mendapatkan persetujuan konsultan pengawas.
c. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan
tanda bukti sertifikasi pengujian dan spesifikasi teknis dari
barang-barang/material-material tersebut.
d. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan kesite
(melalui pemesanan) maka kontraktor diwajibkan menyerahkan
: brosur, catalog, gambar kerja atau shop drawing dan sample
yang dianggap perlu perencanaan/konsultan pengawas.
2.9. Subtitusi
a. Produk yang disebutkan nama pabriknya :
Material peralatan, perkakas, aksesoris yang disebutkan nama
pabriknya dalam RKS, kontraktor harus melengkapi produk
yang disebutkan dalam spesifikasi teknis atau dapat mengajukan
produk yang setara, disertai data-data yang lengkap untuk
mendapatkan konsultan perencana sebelum memesan.
b. Produk yang tidak disebutkan nama pabriknya.
Materialnya, peralatan, perkakas, aksesoris dan produk-produk
yang tidak disebutkan nama pabriknya didalam spesifikasi
teknis, kontraktor harus mengajukan secara tertulis nama Negara
dari pabrik yang menghasilkan catalog dan selanjutnya
menguraikan data-data atau yang menunjukan secara benar
bahwa produk-produk yang dipergunakan adalah sesuai dengan
spesifikasi teknis dan kondisi proyek untuk mendapatkan
persetujuan dari pemilik/ perencana/konsultan pengawas.
2.10. Peralatan, Material dan Tenaga Kerja
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
harus baru. Seluruh peralatan harus dilaksanakan dengan cara yang
benar dan setiap pekerja harus mempunyai ketrampilan yang
memuaskan, dimana latihan khusus bagi pekerja sangat diperlukan
dan kontraktor harus melaksanakannya.
2.11. Klausal disebutkan kembali
Apabila dalam dokumen tender ini klausal-klausal yang disebutkan
kembali pada butir lain, maka ini bukan berarti menghilangkan butir
tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan masalah.Jika
terjadi hal-hal yang sering bertentangan antara gambar atau terhadap
spesifikasi teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang
paling tinggi.
Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala
“claim” atau tuntutan terhadap hak-hak asasi manusia.
2.12. Koordinasi Pekerjaan
a. Untuk kelancaran pekerjaan ini, garus disediakan koordinasi dari
seluruh bagian yang terlibat didalam kegiatan proyek ini.
Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek ini harus
dikoordinir terlebih dahulu agar gangguan dan konflik satu
dengan yang laian dapat dihindarkan. Melokalisasi/merinci
setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari
gangguan dan konflik serta harus persetujuan dari konsultan
perencana/pengawas.
b. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian
dan syarat-syarat pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

tertulis dari konsultan pengawas.


c. Konsultan pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor pada setiap waktu. Bagaimanapun
juga kelalaian konsultan pengawas dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Tidak berarti kontraktor bebas dari tanggung jawab.
d. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat
pelaksanaan (spesifikasi) atau instruksi tertulis dari konsultan
pengawas harus diperbaiki atau dibongkar. Semua biaya
diperlukan untuk itu menjadi tanggung jawab kontraktor
2.13. Perlindungan terhadap Orang, Harta Benda dan Pekerjaan
a. Perlindungan terhadap milik umum
Kontraktor harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan
bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan
sebagainya serta memelihara kelancaran lalulintas, baik bagi
kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
b. Orang-orang yang tidak berkepentingan
Kontraktor harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan
memasuki tempat pekerjaan dan dengan tegas memberikan
perintah kepada ahli tekniknya yang bertugas dan oara penjaga.
c. Perlindungan terhadap bangunan yang ada:
Selama masa-masa pelaksanaan kontrak, kontraktor
bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan bangunan yang
ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan
sebagainya ditempat pekerjaan, dan kerusakan sejenis yang
disebabkan operasi-operasi kontraktor, dalam arti kata luas. Itu
semua harus diperbaiki oleh kontraktor hingga dapat diterima
oleh pemberi tugas.
d. Penjagaan dan perlindungan pekerjaan:
 Kontraktor bertanggung jawab atas penjagaan, penerapan dan
perlindungan terhadap pekerjaan yang dianggap penting
selama pelaksanaan kontrak, siang dan malam.
 Pemberi tidak bertanggung jawab terhadap kontraktor, atas
kehilangan atau kerusakan bahan-bahan bangunan peralatan
atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan.
e. Kesejahteraan keamanan dan pertolongan pertama
Kontraktor harus mengadakan dan memelihara fasilitas
kesejahteraan dan tindakan pengamanan yang layak untuk
melindungi para pekerja dan tamu yang akan datang ke lokasi.
Fasilitas dan tindakan pengamanan seperti ini diisyaratkan harus
memuaskan pemberi tugas dan juga harus menurut (memenuhi)
ketentuan-ketentuan undang-undang yang berlaku saat ini.
Dilokasi pekerja, kontraktor wajib mengadakan perlengkapan
yang cukup untuk pertolongan pertama yang mudah dicapai.
f. Gangguan pada tetangga
Segala pekerjaan yang menurut pemberi tugas mungkin akan
menyebabkan adanya gangguan pada penduduk yang
berdekatan, hendaknya dilaksanakan pada waktu sebagainya
tugas akan menentukannya dan tidak ada tambahan yang
mungkin ia keluarkan.
2.14. Peraturan Hak Patent
Kontraktor harus melindungi pemilik (owner) terhadap semua
“claim” atau tuntutan, biaya atau kenaikan harga karena bencana,
dalam hubungan dengan merk dagang atau nama produksi, hak cipta
ada semua material dan peralatan yang digunakan dalam proyek ini.
2.15. Iklan
Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun
didalam sempadan (batas) site atau ditanah yang berdekatan tanpa
seijin dari pemberi tugas
2.16. Peraturan Teknis Pembangunan yang digunakan
Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain
dalam Spesifikasi Teknis ini, berlaku dan mengikat ketentuan-
ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 16


Januari 2015 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah.
b. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di
Indonesia atau Algemene Voorwaarden Voor Uitvorering bij
Aaneming van Openbare Warken (AV) 941.
c. Keputusan-keputusan dari majelis Indonesia untuk Arbitrase
Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
d. Mengikuti persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI),
Standard Konsep Nasional Indonesia (SK-SNI), Standart
Industri Indonesia (SII) serta Peraturan-peraturan Nasional
dan Internasional lain yang berhubungan dengan Pekerjaan
ini:
1) Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2) Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan
gedung SNI 03 –2847 – 2002.
3) Tatacara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI 03 –1729 – 2002.
4) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI
1726:2012.
5) Peraturan Sement Portland Indonesia,SNI 2049:2015
6) Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran, SNI 03-6862-2002
7) Spesifikasi Bahan Bangunan Bukan logam, SNI 03-
6861,1-2002
8) Spesifikasi Bahan Bangunan dari Besi/Logam, SNI SNI
03-6861,1-2002
9) Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan, SNI 03-
0675-1989
10) Tata Cara Perencanaan Sistem Plumbing, SNI 03-7065-
2005
11) Peraturan Umum Instalasi Listrik, PUIL-2000
12) Spesifikasi Cat Tembok Emulsi, SNI 3564; 2009
13) Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat
Emulsi, SNI 03-2410-1994
14) Peraturan batu merah sebagai bahan bangunan SNI 15-
2094-2000.
15) Pasir untuk adukan dan beton SNI 03-6861,1-2002.
16) Agregat Beton SNI 03-6861,1-2002.
17) Baja Tulangan Beton SNI 2052:2014.
18) Paku dan Kawat Paku SNI 03-6861,1-2002.
19) Baja Profil siku sama kaki proses canai (BJP siku sama
kaki) SNI 07-2054-2006.
20) Baut Kepala segi enam dengan ulir metrik halus kelas A
dan B SNI 3067-1992.
21) Ubin Keramik : SNI 03-0225-2000
22) Batu Alam untuk Bahan BangunanSNI 03-6861,1-2002.
23) Spesifikasi Genteng Keramik Berglasir, SNI 03-2134-
1996
24) Spesifikasi Bahan Bangunan Bata Beton (paving block)
25) Peraturan/Pedoman Perencanaan Penangkal Petir SKBI-
1.3.53.1987,UDC : 887.2.
26) Untukbahandanpekerjaanyangbelum termasukdalam
standar tersebut diatas, maupun standar lainnya,
maka diberlakukan Standar Internasional atau
persyaratan teknis dari pabrik/produsen yang
bersangkutan.
27) Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam
Dokumen / Gambar, RKS, Spesifikasi Teknis, Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan /Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya.
28) Tatacara Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

mencegah kebakaran pada bangunan Gedung, SNI-03-


1735-2000
29) ASTM, JIS dan lain – lain yang ada hubungannya
dengan Pekerjaan ini.
30) Peraturan Umum dari Departemen Tenaga Kerja.
31) Peraturan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/
instansi pemerintahan setempat, yang bersangkutan
dengan permasalahan bangunan.
32) Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut
diatas, berlaku dan mengikat pula.
33) Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang
sudah disahkan oleh pemberi tugas termasuk juga
gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
Kontraktor Pelaksana dan sudah disahkan/disetujui
direksi.
34) Rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan.
35) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
36) Berita Acara Penunjukan.
37) Surat Keputusan Pengguna Barang/jasa tentang
penunjukan Kontraktor Pelaksana.
38) SPPPBJ (Surat Penetapan Penunjukan Penyedia Barang/
Jasa).
39) Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
40) Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule).
41) Kontrak/surat Perjanjian KontraktorPelaksanaan.
2.17. Shop Drawing
a. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen
struktur berdasarkan design yang ada dan harus dimintakan
persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.
b. Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data
yang diperlukan termasuk keterangan produk bahan, keterangan
pemasangan, data-data tertulis dan hal-hal lain yang diperlukan.
c. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-
kesalahan detailing fabrikasi dan ketepatan
penyetelan/pemasangan semua bagian konstruksi baja.
d. Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasi diworkshop
kecuali atas persetujuan konsultan pengawas.
e. Semua Baut, baik yang dikerjakan diworkshop maupun
dilapangan harus selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya
dan masuk tepat pada lubang baut tersebut.
f. Pekerjaan perubahan dan tambahan dilapangan pada waktu
pemasangan yang diakibatkan oleh kurang kelalaian kontraktor,
harus dilakukan atas biaya kontraktor.
g. Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan
spesifikasi harus ditanyakan kepada konsultan
pengawas/perencana.
h. Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar “As
Built Drawing” sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan
dilapangan secara kenyataan. Untuk kebutuhan pemeriksanaan
dikemudian hari dan gambar-gambar tersebut diserahkan kepada
konsultan pengawas
2.18. Pembuatan Gambar Pelaksanaan (As-Build Drawing)
Sebelum penyerahan pekerjaan I, kontraktor pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri dari :
a. Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami
perubahan dalam pelaksanaannya
b. Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa
gambar-gambar perubahan
c. Apabila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka
ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan
penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkanketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi
harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas terlebih

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

dahulu
d. Kertas gambar as built drawing dengan ukuran A3 atau A2
e. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian pekerjaan yang
harus diserahkan pada saat Penyerahan Pertama.

PASAL 3 3.1. Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-bahan
PERSYARATAN yang digunakan dalam pelaksanaan sebagaimana tertera dalam uraian
BAHAN-BAHAN pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini serta gambar kerja.
3.2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik dan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI).
3.3. Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan merupakan produk
dalam negeri, dan mengacu Peraturan Daerah yang berlaku, kecuali
ditentukan lain.
3.4. Penyedia jasa harus membuat gambar-gambar detail pelaksanaan
(shop drawing), pengiriman kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas
Kegiatan contoh bahan bangunan termasuk warna dan bentuk yang
akan dipakai sebelum pelaksanaan pekerjaan untuk diperiksa dan
disetujui.
3.5. Penyedia jasa harus menyerahkan hasil tes laboratorium jika
diperlukan, yang berkaitan dengan mutu bahan yang akan digunakan.
3.6. Bila terdapat perbedaan pendapat mengenai mutu bahan, maka
Pemborong berkewajiban memeriksakan bahan tersebut
kelaboratorium Balai Penelitian Bahan Bangunan dengan semua
biaya menjadi tanggungan Pemborong, begitu pula waktu yang tersita
dapat untuk alasan perpanjangan waktu pelaksanaan.
3.7. Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan berhak untuk meminta
keterangan selengkap-lengkapnya tentang bahan tersebut.
3.8. Contoh-contoh harus sesuai dengan macam dan kualitas keadaan
barang-barang yang dipakai (dimaksud).
3.9. Jika diperlukan pekerjaan yang memerlukan tempat kerja selain
tempat kerja yang ada dilapangan/ Basecamp, maka Penyedia Jasa
wajib memberitahu kepada Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan,
agar kualitas bahan maupun kualitas pekerjaan sebelum dikirimkan
ke lapangan bisa direkomendasi oleh Direksi Pekerjaan/ Pengawas
Kegiatan apakah layak untuk dikirim/dipasang.
3.10. Ukuran/dimensi yang dimaksud dalam gambar untuk bahan adalah
bersih (ukuran jadi).
3.11. Air
a. Air untuk pembangunan haruslah digunakan air tawar yang
bersih dan bebas mineral zat organik tanah lumpur, larutan
alkalin dan lain-lain.
b. Jika air dari saluran air minum atau sumber air yang ada tidak
mencukupi maka penyedia jasa harus mengadakan air untuk
tujuan pembangunan ini dengan mendatangkan atau
mengadakan sumber air sendiri yang memenuhi syarat
3.12. Semen Portland
a. Portland Cemen (PC) yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
adalah semen sekualitas Tiga Roda Kualitas I harus memenuhi
syarat-syarat yang tercantum dalam SNI, warna abu-abu
kehijauan.
b. Semen yang digunakan dalam pekerjaan harus sama dengan
semen yang dipakai pada waktu menentukan campuran beton.
c. Untuk pekerjaan beton plat, menggunakan semen portland type
II yang tahan sulfat.
d. Kantong pembungkus tidak boleh rusak jahitannya sebelum
sampai di tempat pekerjaan.
e. Semen yang sudah mulai membatu tidak boleh dipergunakan.
f. Untuk menghindari terjadinya semen sampai membatu,
Penyedia Jasa diwajibkan untuk menjaga stok semen jangan
sampai melebihi kapasitas penggunaan (sesuai dengan
schedule).
g. Penyimpanan semen (gudang semen), agar dibuat bebas air/

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

bocor air hujan dan tidak terpengaruh cuaca.


h. Semen harus keluaran pabrik yang sama dan hasil produksi yang
sama.

3.13. Kerikil (Agregat Kasar)


a. Untuk pekerjaan beton, batu pecah atau koral dengan gradasi 2
sampai 3 cm, bersih dari bahan organis atau kotoran lain dan
sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu.
b. Kerikil yang akan digunakan untuk bahan beton (pengecoran)
harus kerikil yang keras tidak berpori.
c. Untuk pekerjaan rembesan kerikil dari kwarsa keras.
3.14. Pasir (Agregat Halus)
a. Pasir urug adalah pasir pengisi yang tidak mengandung bahan
organis dan bebas dari bahan lumpur.
b. Pasir aduk adalah pasir yang tidak mengandung bahan organis
atau garam atau tidak tercampur tanah atau bahan-bahan lain.
c. Pasir beton adalah pasir yang bersih tidak mengandung bahan-
bahan organis, kasar tajam memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam SNI.
d. Untuk pasir aduk pasir beton digunakan pasir yang kasar tidak
mengandung lumpur atau tanah (yang berkualitas baik).
e. Penyetokan material terutama pasir agar dipisahkan sesuai
dengan fungsi penggunaannya, tidak diperbolehkan tercampur
satu dengan yang lainnya.
3.15. Batu Belah
a. Jenis batu yang digunakan harus keras dan tidak boleh berupa
batu blondos (harus dibelah).
b. Untuk pekerjaan pasangan batu ukuran batu yang digunakan
antara 10 cm sampai dengan 20 cm, sedapat mungkin berbentuk
persegi.
3.16. Besi
a. Semua besi beton yang dipakai harus sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
b. Semua baja tulangan yang akan dipakai harus berasal dari
produksi pabrik yang telah disetujui Manajemen Konstruksi.
c. Besi beton menggunakan besi beton ulir dan besi beton polos
yang digunakan mutu BJTD U32 dan BJTP
d. U24 yang terdiri dari besi ulir D22, D19, D18, D16 dan D13,
untuk besi beton polos 10 mm dan  8 mm dengan
penggunaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari
cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan SNI 2052:2014. Bila dipandang perlu
Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk memeriksa mutu beton
dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya Kontraktor Pelaksana.
e. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan
tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka lama. Cara
pembengkokan besi tulangan harus menurut SKSNI T-15-1991 -
03.
f. Anyaman besi harus kokoh sehingga tidak berubah tempat
selama pengecoran. Selimut beton dibuat dengan beton decking
(tahu beton) dari semen pasir campuran 1 : 2 dengan ukuran 4 x
4 x 3 cm untuk elemen struktur (balok, kolom) dan 4 x 4 x 2 cm
untuk elemen pelat. Besi tulangan harus disatukan satu sama
lain dengan kawat bendrat.
g. Sebelum pengecoran baja tulangan harus bebas dari minyak,
kotoran, cat, karat atau bahan lain yang merusak hubungan besi
dan beton.
h. Untuk besi tulangan tidak boleh mempergunakan besi bekas
pakai.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

3.17. Lain-lain
a. Penggunaan bahan yang belum tertuang dalam pasal ini agar
menyesuaikan penggunaannya dan sesuai gambar dan dapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.
b. Semua bahan-bahan perlengkapan yang akan dipergunakan pada
bangunan ini sebelumnya harus setelah diperiksa dan diterima
oleh Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.
c. Penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat bahan
tersebut akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Pengawas
Kegiatan setelah 2x24 jam dengan segala resiko oleh Penyedia
jasa.
d. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan maka
biaya pemeriksaan ditanggung oleh Penyedia jasa.
e. Persyaratan bahan-bahan yang belum tertuang didalam RKS dan
ada dalam gambar, sebelum bahan tersebut didatangkan di
lokasi kegiatan agar terlebih dahulu dikoordinasikan dengan
Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.

PASAL 4 4.1. Lokasi untuk bangunan ini akan diserahkan oleh Pemberi Tugas
PEKERJAAN kepada Pemborong dalam keadaan bebas dari gugatan Pihak Ketiga.
PERSIAPAN
4.2. Penyedia jasa harus membuat bangunan sementara untuk kantor
pengelolaan kegiatan, barak kerja dan gudang untuk menyimpan
bahan-bahan dengan ketentuan antara lain :
a. Bangunan sementara boleh memanfaatkan bangunan sekitarnya
yang masih layak dipergunakan.
b. Jika diperlukan pembuatan bangunan sementara, penempatan
bangunan sementara harus sepengetahuan dan seijin Direksi
Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan.
c. Kualitas dan mutu bangunan harus disetujui Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan.
d. Bangunan sementara harus mempunyai penghawaan dan
penerangan secukupnya, tidak gelap dan tidak bocor.
e. Bangunan sementara/ Direksi Keet dilengkapi meja kursi rapat,
meja kursi tamu, almari, meja kursi kerja, white board serta
papan untuk menempelkan gambar dan ditutup dengan plastik
bening.
f. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia diproyek, untuk setiap
saat dapat digunakan oleh direksi lapangan adalah:
 1 (satu) buah alat ukur Schufmaat/alat ukur.
 1 (satu) buah alat ukur optic (theodolit/waterpass).
 2 (satu) unit computer dan printer.
 satu set kelengkapan PPPK (P3K) dan Alat Pengaman
Diri (APD)
4.3. Kantor Pengawas
a. Kantor konsultan pengawas merupakan bangunan dengan
konstruksi rangka kayu, dinding papan multiplex dicat, penutup
atap asbes semen gelombang, lantai papan, diberi pintu/jendela
secukupnya, penghawaan/pencahayaan. Letak kantor konsultan
pengawas harus dekat dengan kantor kontraktor tetapi terpisah
dengan tegas.
b. Perlengkapan-perlengkapan kantor konsultan pengawas yang
harus disediakan :
 1 (satu) buah meja rapat ukuran 120 cm x 300 cm dengan 10
kursi.
 1 (satu) buah meja tulis ukuran 70 cm x 140 cm dengan 2
kursi.
 1 (satu) buah lemari ukuran 150 cm x 200 cm x 50 cm dapat
dikunci.
 1 (satu) buah whiteboard ukuran 120 cm x 240 cm.
 Berdekatan dengan kantor pengawas harus ditempatkan
ruang WC dengan bak air bersih secukupnya dan dirawat

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

kebersihannya
4.4. Pelayanan Pengujian
a. Penyedia Jasa harus menyediakan tempat kerja, bahan,
fasilitas, pekerja, pelayanan dan pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengujian yang diperlukan.
Umumnya Penyedia Jasa di bawah perintah dan
pengawasan Direksi Teknis akan melakukan semua
pengujian sehubungan dengan pengendalian mutu bahan
baku, campuran dan bahan yang diproses untuk menjamin
bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan, kepadatan
dari pemadatan.
b. Penyedia Jasa harus menyediakan pelayanan pengujian
dan/ atau fasilitas laboratorium sebagaimana disyaratkan
untuk memenuhi seluruh ketentuan pengendalian mutu.
c. Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan SNI,
sebagai standar pengujian. Penyedia Jasa dapat menggunakan
standar lain yang relevan sebagai pengganti SNI atas
persetujuan Pengawas Kegiatan/ Direksi Pekerjaan.
d. Inspeksi dan pengujian akan dilaksanakan oleh Pengawas
Kegiatan/ Direksi Pekerjaan untuk memeriksa pekerjaan
yang telah selesai apakah telah memenuhi mutu bahan,
kepadatan dari pemadatan dan setiap ketentuan lanjutan
yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan.
e. Bahan dan pengerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dibongkar dan diganti dengan bahan dan
pengerjaan yang memenuhi Spesifikasi ini, atau menurut
Pengawas Kegiatan/ Direksi Pekerjaan harus diperbaiki
sedemikian hingga setelah diperbaiki akan memenuhi semua
ketentuan dalam kontrak.
4.5. Papan nama Kegiatan
a. Papan nama kegiatan dibuat dengan ukuran 1 x 2 m, dan
dipasang dilokasi kegiatan, 1 (satu) minggu setelah Penyedia
jasa menerima SPK selama kegiatan berlangsung.
b. Papan nama kegiatan dibuat dari papan dan tiang kayu 10x10
kayu kualitas I (dibuat sesuai petunjuk Pengawas Kegiatan)
c. Atas biaya penyedia jasa, bila diharuskan oleh pihak penguasa
daerah setempat, Penyedia jasa boleh memasang papan nama
kegiatan sesuai normalisasi dari Pemerintah Daerah setempat.
4.6. Titik Ikat Lapangan
Penyedia jasa diminta untuk membuat titik ikat lapangan yang terbuat
dari beton untuk memudahkan dalam pengukuran peil pekerjaan.
Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan diminta untuk mengawasi
penurunan bangunan terhadap titik ikat bangunan akibat terjadinya
Settlement yang disyaratkan didalam perencanaan dan melaporkan ke
Pemimpin Kegiatan.
4.7. Pekerjaan Pembongkaran dan Perbaikan
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi pembongkaran, penggalian dan perbaikan
serta pembuatan bangunan-bangunan, jalan, gorong-gorong,
jembatan atau hal-hal lain yang merupakan milik Instansi/
Negara dan milik perorangan yang terletak pada lokasi
pekerjaan. Pekerjaan Kontraktor menurut petunjuk-petunjuk
Direksi dan syarat-syarat teknis dan instansi yang bersangkutan.
b. Pelaksanaan Pembongkaran dan Perbaikan
1) Kontraktor dalam melaksanakan pembongkaran atau
penggalian harus diusahakan tidak merusak bahan yang
masih bisa dipergunakan dan melindungi bagian bangunan
yang berhubungan dengan pekerjaan ini, dan pelaksanaan
harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
2) Pelaksanaan pembongkaran dan perbaikan yang
menyangkut fasilitas umum harus disediakan, dikerjakan
dan pelaksanaan harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
3) Persyaratan teknis terhadap perbaikan dan pemindahan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

bangunan yang dimaksud dan belum tercakup dalam


Spesifikasi akan ditentukan oleh Direksi berdasarkan
informasi dan instansi yang bersangkutan.
4) Pada tempat mana akan dibuat jalur galian pipa terdapat
pengerasan bangunan, maka sebelum pengerasan tersebut
berikut pondasinya harus dibongkar harus mengajukan izin
ke Direksi.
5) Setiap bangunan/ saluran, jalan atau lainnya yang
dibongkar akibat pekerjaan ini harus diperbaiki kembali
seperti keadaan semula sehingga memuaskan Direksi.
6) Pagar dan tanaman atau pohon-pohon yang terkena
pekerjaan ini harus dipindahkan, disusun dan ditanam
kembali. Atau singkirkan sesuai petunjuk Direksi.
c. Bahan dan Bekas Bongkaran
1) Bahan yang masih dipergunakan seperti batu kali, Bata
ringan, paving dan lain-lain harus dibersihkan dan disusun
di lokasi pekerjaan atau diangkut ke tempat penyimpanan
sesuai petunjuk Direksi.
2) Bahan bekas bongkaran yang tidak dapat dipakai lagi harus
disingkirkan dan dibuang sesuai dengan petunjuk Direksi.
3) Bahan bekas bongkaran milik pihak ketiga, sejauh pemilik
menghendakinya kembali diangkat ke tempat yang akan
ditentukan dekat tempat pekerjaan.
4) Segala biaya pekerjaan bongkaran, perbaikan, pemindahan
dan pengangkutan bahanbahan yang dimaksud dalam
pekerjaan ini menjadi beban Kontraktor.
4.8. Penjagaan dan Penerangan
a. Penyedia jasa harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang
dan malam) dalam kompleks pekerjaan termasuk bangunan yang
sedang dikerjakan, gudang dan lain-lain.
b. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan
penerangan/lampu pada tempat tertentu.
c. Penyedia jasa bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan
alat-alat lain yang disimpan dalam gudang dan halaman
pekerjaan apabila terjadi kebakaran dan pencurian, Penyedia
jasa harus segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran
pekerjaan.
d. Penyedia jasa harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran
atau sabotase ditempat pekerjaan, alat-alat pemadam kebakaran
atau alat bantu lain untuk keperluan yang sama harus selalu
berada ditempat pekerjaan.
e. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan
kerugian-kerugian dalam pelaksanaan pekerjaan dan bahan-
bahan material juga gudang dan lain-lain, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia jasa.
4.9. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran
Selama pembangunan berlangsung, kontraktor wajib menyediakan
tabung alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan
isinya dengan jumlah sekurang-kurangnya minimal 4 (empat) tabung,
masing-masing tabung berkapasitas 15kg.
4.10. Drainase Tapak
a. Dengan mempertimbang keadaan topografi/kontur tanah yang
ada ditapak, kontraktor wajib membuat saluran sementara yang
berfungsi untuk membuang air yang ada.
b. Arah aliran ditujukan ke daerah/permukaan yang terendah yang
ada ditapak atau kesaluran yang sudah ada dilingkungan daerah
pembangunan.
c. Pembuatan saluran sementara harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan konsultan pengawas.
4.11. Asuransi
a. Penyedia jasa diwajibkan mengasuransikan semua pekerjaan
yang berhubungan langsung dengan pekerjaan ini antara lain:
asuransi tenaga kerja (Astek) dll.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

b. Penggunaan asuransi harus sepengetahuan Direksi Pekerjaan/


Pengawas Kegiatan dan Pemimpin Kegiatan.
c. Penggunaan asuransi dilakukan sebelum memulai pekerjaan
sampai selesai pekerjaan.

d. Persyaratan-persyaratan asuransi harus dipenuhi oleh penyedia


jasa dan wajib dilaksanakan.
4.12. Keselamatan Kerja
a. Bilamana terjadi kebakaran, Penyedia jasa harus segera
mengambil tindakan dan segera memberitahukan kepada
Pemimpin Kegiatan.
b. Penyedia jasa harus memenuhi/ mentaati peraturan-peraturan
tentang perawatan korban dan keluarganya.
c. Penyedia jasa harus menyediakan obat-obatan yang tersusun
menurut syarat-syarat Palang Merah dan setiap kali sehabis
digunakan harus dilengkapi lagi.
d. Penyedia jasa selain memberikan pertolongan kepada pekerja
juga selalu memberikan pertolongan kepada pekerja pihak
ketiga dan juga menyediakan air minum yang memenuhi
persyaratan kesehatan
e. Penyedia jasa diwajibkan mentaati undang-undang tenaga kerja
dan segera mengurus ASTEK setelah SPK diterbitkan.
4.13. Mobilisasi dan Demobilisasi
a. Mobilisasi Personil
1) Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
2) Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan dengan persetujuan Pengawas Kegiatan/
Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus mengacu pada
daftar personel inti (key personel) yang dilampirkan dalam
berkas penawaran.
3) Mobilisasi Kepala Penyedia Jasa yang memenuhi
jaminan kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan
pekerjaannya.
4) Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan
keahlian sesuai dengan yang diperlukan maka prioritas
harus diberikan kepada pekerja setempat.
b. Mobilisasi Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi peralatan sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Penggunaan alat berat dan pengoperasian
peralatan/kendaraan sudah mengikuti aturan perizinan
yang ditetapkan oleh Dinas Angkutan Lalu lintas Jalan
Raya, pihak Kepolisian dan Badan Lingkungan
2) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar
peralatan yang tercantum dalam Penawaran, dari suatu
lokasi asal ke tempat pekerjaan di mana peralatan
tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.
3) Bilamana setiap alat berat yang dianggap telah selesai
melaksanakan tugasnya dan tidak mungkin digunakan
lagi maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
4) Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan
pemeliharaan kendaraan/peralatan harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak
mencemari air dan tanah.
c. Mobilisasi Material
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi
pelaksanaan fisik.
2) Material yang akan didatangkan dari luar lokasi
pekerjaan harus terlebih dahulu diambil contohnya untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Kegiatan/Direksi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

Pekerjaan dan atau diuji keandalannya di laboratorium,


apabila tidak memenuhi syarat, harus segera
diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam
waktu 3 x 24 jam.
d. Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja
oleh Penyedia Jasa pada saat akhir kontrak termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan
dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi
tempat kerja menjadi kondisi semula seperti sebelum
pekerjaan dimulai.
4.14. Penyediaan Air dan Listrik
a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat
sambungan dari PDAM atau disuplai dari luar.
b. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan bahan-
bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan Direksi/Pengawas.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh
dari sambungan sementara PLN setempat selama masa
pembangunan, dengan daya sekurang-kurangnya (minimum)
1.300 KVA. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik
hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas
persetujuan Direksi.
d. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor Direksi
lapangan/Direksi Keet.
e. Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas adalah beban
kontraktor.
4.15. Pekerjaan lain-lain
Sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan/Pengawas Kegiatan, jika terdapat
pekerjaan yang belum disyaratkan dalam pekerjaan persiapan, maka
Penyedia jasa wajib untuk melaksanakan atas biaya Penyedia jasa.

PASAL 5 5.1. Pekerjaan pembersihan meliputi :


PEMBERSIHAN DAN a. Pembersihan Selama Pelaksanaan
PENEBANGAN 1) Penyedia Jasa harus melakukan pembersihan secara
POHON-POHON teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur,
kantor sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari sisa
bahan bangunan, debu, sampah dan kotoran lainnya yang
diakibatkan oleh operasi-operasi di tempat kerja dan
memelihara tempat kerja dalam kondisi rapih dan bersih
setiap saat.
2) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa selokan samping
(sistem drainase) yang ada terpelihara dan bebas dari
kotoran, bahan yang lepas dan berada dalam kondisi
operasional pada setiap saat.
3) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa tanaman/ pohon dan
rumput yang tumbuh pada sekitar bangunan yang
direncanakan atau yang baru dikerjakan tetap dijaga dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
kerusakan.
4) Penyedia Jasa harus menyediakan drum di lapangan
(bak sampah) untuk menampung sisa bahan bangunan,
kotoran dan sampah sebelum dibuang.
5) Bilamana dianggap perlu dibuatkan bak penampung
endapan dan saringan pada musim hujan.
6) Penyedia Jasa harus membuang sisa bahan bangunan,
kotoran dan sampah di tempat yang telah ditentukan
sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan
Undang-undang Pencemaran Lingkungan yang berlaku.
7) Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengubur sampah
atau sisa bahan bangunan di lokasi proyek tanpa
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
8) Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang limbah

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

berbahaya, seperti cairan kimia, minyak atau thinner cat


ke dalam saluran atau sanitasi yang ada.
9) Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang sisa
bahan bangunan ke dalam sungai atau saluran air.
10) Bilamana Penyedia Jasa menemukan bahwa selokan
yang ada atau bagian lain dari sistem drainase yang
dipakai untuk pembuangan setiap jenis bahan selain
dari pengaliran air permukaan, baik oleh pekerja Penyedia
Jasa maupun pihak lain, maka Penyedia Jasa harus segera
melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan,
dan segera mengambil tindakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan/Pengawas
Lapangan untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih
lanjut.
11) Semua pembabatan/penebangan pohon di kawasan
perencanaan untuk pembukaan lahan maupun pelaksanaan
pekerjaan harus seijin Direksi Pekerjaan /Pengawas
Lapangan.
b. Pembersihan Akhir
1) Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus
ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai
Pemilik. Penyedia Jasa juga harus mengembalikan bagian-
bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam
Dokumen Kontrak ke kondisi semula.
2) Pada saat pembersihan akhir, semua hasil pekerjaan
harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan fisik
yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir
5.2. Penebangan Pohon-pohon
Pemborong tidak boleh membasmi, menebang atau merusak pohon-
pohon atau pagar, kecuali bila telah ditentukan lain atau sebelumnya
diberi tanda pada gambar-gambar yang menandakan bahwa pohon-
pohon dan pagar harus disingkirkan. Jika ada sesuatu hal yang
mengharuskan Pemborong untuk melakukan penebangan, maka ia
harus mendapat ijin dari Pemberi Tugas.

PASAL 6 6.1. Pengukuran Tapak Kembali


PENGUKURAN DAN a. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan
PEMASANGAN penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi
BOUPLANK keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak
pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya.
b. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan
keadaan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada
Perencana untuk dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat waterpass/theodolite yang ketepatannya dapat
dipertanggung jawabkan.
d. Kontraktor harus menyediakan Theodolith/waterpass beserta
petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan
Perencana selama pelaksanaan proyek.
e. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujui oleh Perencana.
f. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk
tanggungan kontraktor.
6.2. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan
Pemborong harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan
dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik patok/pedoman yang
telah ditentukan, siku bangunan maupun datar (waterpass) dan tegak
lurus bangunan harus ditentukan dengan memakai alat waterpass
instrument/theodolith.
Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan lantai, langit-langit dan
sebagainya dengan hasil yang baik dan siku.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

Untuk mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi


yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out). Dan bila terjadi
penyimpangan atau tidak sesuainya antara kondisi lapangan dan
gambar Lay out, Pemborong harus melapor pada Pengawas.
6.3. Pemasangan Bouplank
a. Pemborong bertanggung jawab atas ketepatan serta kebenaran
persiapan bouplank/pengukuran pekerjaan sesuai dengan
referensi ketinggian yang diberikan Konsultan Pengawas secara
tertulis, serta bertanggung jawab atas ketinggian, posisi,
dimensi, serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta
pengadaan peralatan, tenaga kerja yag diperlukan.
b. Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada
kesalahan dalam hal tersebut diatas, maka hal tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong serta wajib
memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali
bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari Direksi.
c. Pengecekan pengukuran atau lainnya oleh Konsultan Pengawas
atau wakilnya tidak menyebabkan tanggung jawab Pemborong
menjadi berkurang.
d. Bahan dan pelaksanaan
 Tiang bouplank menggunakan kayu ukuran 5/7 dipasang
setiap jarak 2 m’, sedangkan papan bouplank ukuran 2/20
diketam halus dan lurus bagian atasnya dan dipasang datar
(waterpass).
 Pemasangan bouplank harus sekeliling bangunan dengan
jarak 2 m’ dari As tepi bangunan dengan patok-patok yang
kuat, bouplank tidak boleh dilepas/dibongkar dan harus tetap
berdiri tegak pada tempatnya sehingga dapat dimanfaatkan
hingga pekerjaan mencapai tahapan trasram tembok bawah.
 Bouwplank harus dipasang pada patok-patok yang tertancap
kuat kedalam tanah dan tidak dapat digerakkan.
 Titik-titik as bangunan harus di jaga kebenarannya agar tidak
berubah letaknya.
 Jika tidak terpaksa harus dipindah, pemindahan as-as
bangunan dalam bouwplank tidak dibenarkan. Pemindahan
titik-titik as bangunan harus sepengetahuan Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan.

PASAL 7 7.1. Lingkup Pekerjaan.


PEKERJAAN TANAH Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah disini adalah semua kegiatan
yang berkaitan dengan pematangan tanah, pengolahan tanah yang ada
kaitannya dengan struktur bangunan antara lain pembersihan tanah,
galian tanah, urugan tanah/perataan ataupun pembuangan tanah.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mulai dengan mobilisasi alat,
pengadaan tenaga, konstruksi penyangga hingga pemompaan air
tanah penggalian (dewaterring).
7.2. Persiapan Pekerjaan Tanah
Bagian ini meliputi pembersihan/peralatan lapangan, pengecekan
keadaan kontur, pengukuran didaerah-daerah dimana pekerjaan
pembangunan akan dilaksanakan, seperti yang ditunjukan pada
gambar-gambar dan sesuai dengan yang ditunjukan oleh pengawas.
Penyedia jasa bertanggung jawab untuk :

a. Penelitian yang menyeluruh atas gambar-gambar dan


persyaratan-persyaratan kontrak ini dan kontrak lain yang
sehubungan dengan proyek ini, serta semua addendumnya.
b. Penelitian atas semua kondisi pekerjaan, memeriksa kondisi
lapangan, serta semua fasilitas yang ada.
c. Melakukan semua pengukuran lapangan sehubungan dengan
pekerjaan ini dan mendapatkan ketentuan atas seluruh lingkup
proyek seperti yang diisyaratkan pada gambar-gambar dan
persyaratan-persyaratan sebagaimanan yang disetujui oleh

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

pengawas.

Penyedia jasa bertanggung jawab penuh untuk kesimpulan yang


ditariknya dari informasi yang disampaikan kepadanya dan dari
pemeriksaan informasi tentang pekerjaan tanah yang diperolehnya.
Penyedia jasa diperbolehkan atas biaya sendiri melakukan sendiri
pemeriksaan tambahan bilamana dianggapnya perlu untuk
menentukan lebih lanjut kondisi dari lapangan guna pembangunan
yang dipersyaratkan disini.
Sebelum memulai sesuatu pekerjaan galian, penyedia jasa harus
yakin bahwa semua permukaan tanah yang ada maupun garis-garis
transisi yang tertera dalam gambar rencana adalah benar.
Jika penyedia jasa tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan
tanah, penyedia jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada
pengguna jasa, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan
permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
7.3. Pekerjaan Galian Tanah
a. Untuk memulai penggalian, Penyedia jasa harus mengukur
elevasi tanah asli dengan cara yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Pengawas Kegiatan. Direksi Pekerjaan/ Pengawas
Kegiatan harus hadir dalam pengukuran tersebut
b. Galian tanah, baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan
sesuai dengan penampang galian yang terlukis pada gambar
rencana, pekerjaan lanjutan (tahapan pekerjaan pondasi, pile
cap, atau konstruksi lain diatasnya) dapat dilaksanakan bila
galian tersebut sudah mendapat persetujuan dari Pengawas.
c. Pemborong harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-lubang
galian tersebut tidak digenangi air yang berasal dari hujan, parit,
banjir, mata air atau lain-lain sebab dengan jalan memompa,
menimba, menyalurkan keparit-parit atau lain-lain dan biaya
untuk pekerjaan tersebut harus dianggap telah termasuk dalam
harga kontrak.
d. Dasar dari semua galian harus waterpass, bilamana pada dasar
setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-
bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-
lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan
sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
e. Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian, baik pada
waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus
disediakan pompa air atau pompa lumpur yang jika diperlukan
dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya
air pada dasar galian.
f. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding
tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding
penahan atau penunjang sementara atau lereng yang cukup.
g. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian,
setelah mencapai jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari
halaman pekerjaan pada setiap saat yang dianggap perlu dan atas
penunjuk Pengawas.
h. Bagian-bagian yang akan diurug kembali harus diurug dengan
tanah dan memenuhi syarat-syarat sebagai tanah urug.
Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan
lubang-lubang galian yang terletak didalam garis bangunan
harus diisi kembali dengan pasir urugan yang diratakan dan
diairi serta dipadatkan sampai mencapai 95% kepadatan
maksimum.
i. Pada saat pekerjaan penggalian dimulai, kontraktor harus
memperhatikan kondisi tanah jika terdapat instalasi kabel atau
saluran yang masih berfungsi, maka perlu adanya koordinasi
antara kontraktor dengan instansi terkait yang memiliki
kewenangan instalasi kabel atau saluran ditempat, mengenai
keputusan untuk pemindahan jalur kabel atau pengalihan
saluran, dengan persetujuan direksi dan pengawas.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

j. Pembuangan Material Hasil Galian


1) Pembuangan material hasil galian bangunan menjadi
tanggung jawab kontraktor.
2) Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan
konsultan pengawas telah diseleksi bagian-bagian yang
dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan dan urugan.
Sisanya harus dibuang ke luar site atau tempat lain atas
persetujuan konsultan pengawas.

PASAL 8 8.1. Lingkup Pekerjaan.


PEKERJAAN Pekerjaan urugan ini dilaksanakan sebagai urugan peninggian
URUGAN DAN halaman dan bangunan maupun sebagai urugan lubang-lubang
PEMADATAN pondasi. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pemadatan
untuk setiap layer urugan.
8.2. Persiapan Untuk Urugan
Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau bagian
pekerjaan lainnya yang akan ditutup/diurug atau tersembunyi oleh
tanah urugan diperiksa oleh Direksi/Pengawas. Pada pekerjaan
urugan/peninggian permukaan tanah asal jika ada ketidak sesuaian
antara keadaan lapangan dan gambar rencana Pemborong harus
memberitahu secara tertulis kepada Direksi/Pengawas,
Jika tidak maka tuntutan mengenai ketidak samaan permukaan tanah
tidak akan dipertimbangkan.
8.3. Bahan-bahan Urugan
a. Untuk bahan urugan peninggian tanah asal (site) pada
ketinggian tertentu diurug dengan tanah urug/padas yang
didatangkan dari luar lokasi.
b. Bahan-bahan urugan harus tidak mengandung lumpur dan bahan
organik, kadar lumpur tidak boleh terlalu tinggi dan bahan
urugan mudah untuk dipadatkan.
8.4. Urugan Tanah
a. Khusus untuk urugan peninggian tanah asal sebelum
dilaksanakan pengurugan awal, seluruh permukaan tanah asal
pada daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran atau puing-puing dan harus dibuang keluar lokasi.
b. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur, kotoran,
sampah dan sebagainya.
c. Material-material bahan urugan yang terletak pada daerah yang
tidak memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-alat berat,
urugan dilakukan dengan ketebalan maksimal 15-20 cm material
lepas dan dipadatkan dengan alat pemadat (baby roller/stamper)
atau dengan ijin pengawas/direksi.
d. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian
maupun pengurugan adalah +/- 10 mm terhadap kerataan yang
ditentukan.
e. Untuk mencapai kepadatan yang optimal, bahan ditest
dilaboratorium untuk mendapatkan nilai standart proctor.
Laboratorium yang memeriksa harus laboratoriumnya resmi
atau laboratorium yang ditunjuk oleh konsultan pengawas.
Dengan bahan yang sama, material yang akan dipadatkan harus
ditest juga dilapangan dengan system “Field Density Test”
dengan hasil kepadatannya sebagai berikut :
1) Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari
permukaan rencana kepadatannya 95% dari sumber proctor.
2) Untuk lapisan yang didalamnya lebih dari 30 cm dari
permukaan rencana kepadatannya 90% dari standart
proctor.
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh konsultan
pengawas semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali
terhadap pokok-pokok referensi untuk mengetahui sampai
dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat, harus

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

dipertahankan dan dijaga jangan sampai rusak, akibat pengaruh


luar dan tetap menjadi tanggungjawab kontraktor s/d masa
pemeliharaan.
f. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebar
dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak
melebihi 200 mm pada kedalaman gembur.
g. Standar Rujukan (AASHTO)
T 88 - 78 Analisa ukuran butir tanah
T 89 - 68 Penetapan batas cair tanah
T 90 - 70 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah
T 99 - 74 Penetapan batas plastis dan indeks plastis tanah
T 145 - 73 Klasifikasi dari tanah dan campuran tanah dan
agregat untuk keperluan konstruksi jalan
T 180 - 74 Hubungan antara kelembaban dan kepadatan
tanah menggunakan palu 2.5 kg dan 305 mm
tinggi jatuh
T 191 - 61 Kepadatan tanah di tempat dengan menggunakan
metoda kerucut pasir
T 193 - 72 “The California Bearing Ratio”
T 258 - 78 Penetapan tanah yang mengembang dan tindakan
perbaikannya.
8.5. Urugan Pasir
a. Urugan pasir dilakukan di semua bagian-bagian yang
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.
b. Tebal urugan pasir disesuaikan dengan syarat-syarat gambar
pelaksanaan atau dalam gambar pelaksanaan
c. Urugan pasir dilakukan setelah permukaan tanah dibawahnya
rata (waterpass), ketebalan disesuaikan sebagaimanan yang
tercantum dalam gambar kerja. Pasir urug yang digunakan harus
bersih dari kotoran organic, kandungan lumpur maksimal 10%
pemadatan urugan pasir untuk semua jenis pekerjaan dilakukan
dengan alat pemadat mekanis (stamper).
d. Pasir urugan yang digunakan harus bersih dan tidak
mengandung potongan-potongan bahan kertas yang berukuran
lebih dari 1,5 cm.
8.6. Pelaporan
a. Untuk setiap Urugan yang akan dibayar menurut ketentuan-
ketentuan Seksi dari Spesifikasi ini Penyedia jasa diharuskan
menyerahkan laporan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan/
Pengawas Kegiatan Teknik sebelum ijin memulai pekerjaan
disetujui :
1). Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penempatan
urugan.
2). Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan pemadatan
yang cukup dari permukaan yang disiapkan dimana urugan
ditempatkan.
b. Penyedia jasa harus menunjukkan contoh-contoh bahan urugan
kepada Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik paling
lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan urugan itu
1). Dua contoh masing-masing 50 kg dari material, satu harus
disimpan oleh Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan
Teknik untuk rujukan selama masa Kontrak.
2). Pernyataan perihal komposisi dari material yang diusulkan,
bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang
membuktikan sifat meterial tersebut memenuhi persyaratan
sesuai dengan poin e pasal ini.
c. Penyedia jasa harus menyerahkan hal-hal berikut dalam bentuk
tertulis kepada Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan segera
setelah selesainya satu bagian dari pekerjaan, dan sebelum
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/ Pengawas

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

Kegiatan Teknik, tidak diperkenankan material lain di atas


urugan terdahulu :
1). Hasil dari pengujian kepadatan
2). Hasil dari pengujian pengukuran permukaan/ kelerengan
dan data survei yang memeriksa bahwa toleransi
permukaan yang ditentukan dipenuhi.

8.7. Perbaikan Urugan yang Tak memuaskan atau Tidak stabil


a. Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang
disyaratkan harus diperbaiki dengan menggaru permukaan dan
membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan
yang dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar
airnya kurang memenuhi persyaratan atau yang seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik,
maka harus diperbaiki dengan mengganti material, disusul
dengan penyiraman air secukupnya dan dicampur dengan
menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
c. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dimana kadar
airnya melampaui kadar air yang disyaratkan atau sebagaimana
diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik,
harus diperbaiki ulang dengan mengganti material, disusul
dengan penggunaan motor grader berulang-ulang atau oleh alat
lainnya dengan selang waktu istirahat ketika penanganan, dalam
cuaca yang kering. Cara lain, atau jika pengeringan tak dapat
dicapai dengan cara mengaduk atau membiarkan bahan gembur
tersebut, Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik dapat
memerintahkan untuk mengeluarkan bahan tersebut dari
pekerjaan dan menggantikannya dengan bahan kering yang lebih
cocok.
d. Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena
hal lainnya setelah dipadatkan dalam batasan persyaratan ini
biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asal sifat
meterial dan kerataan permukaan masih memanuhi persyaratan
Spesfikasi ini.
e. Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau
persyaratan sifat material dari spesifikasi ini harus seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan/ Pengawas Kegiatan Teknik
dan dapat meliputi tambahan pemadatan, penggaruan yang
disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan kembali,
atau pembuangan dan penggantian material.

PASAL 9 9.1. Perbandingan dari berbagai adukan, menggunakan perbandingan


ADUKAN DAN jumlah isi yang ditakar dalam keadaan kering.
CAMPURAN 9.2. Kotak-kotak ukuran dibuat dengan ukuran yang sama dengan dalam
50 cm. Volume kotak dibuat sesuai dengan volume 1 zak PC (40 Kg),
diselenggarakan atas petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan.
9.3. Penggunaan adukan sesuai yang ditetapkan dalam gambar atau
tempat-tempat yang dianggap perlu oleh Direksi.

PASAL 10 10.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
PASANGAN BATU peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
KALI/BELAH terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan pasangan batu kali/belah ini meliputi seluruh detail
yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar atau sesuai
petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
10.2. Persyaratan Bahan
a. Batu kali/belah harus keras, tidak mudah pecah, tidak lapuk dan
minimal memiliki 3 sisi bidang pecah serta tidak bulat.
Persyaratan bahan lainnya sesuai dengan persyaratan bahan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

pekerjaan beton bertulang.


b. Adukan yang dipergunakan menggunakan campuran 1 PC : 6
Pasir (1 :6) atau sesuai dengan gambar rencana.
10.3. Syarat Pelaksanaan
a. Yang termasuk dalam pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan
yang menggunakan pasangan batu kali/belah termasuk pasangan
batu kosong/aanstamping.
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, Kontraktor harus
mengadakan pengukuran-pengukuran untuk As-as pondasi
seperti pada gambar dan harus dimintakan persetujuan dari
Direksi dan Pengawas Lapangan.
c. Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi dan Pengawas
Lapangan bila ada perbedaan gambar-gambar dari konstruksi
dengan gambar-gambar arsitektur atau bila ada hal-hal yang
kurang jelas.
d. Pelaksanaan pasangan batu kosong/aanstamping harus dalam
keadaan lubang galian kering dan sudah diberi urugan pasir
minimal setebal 10 cm padat atau seperti yang ditunjukan dalam
gambar.
e. Pasangan batu kali tidak boleh berongga dalam
pemasangannya.Batu kali disusun satu persatu dengan
penyangga mortal.
f. Pelaksanaan pasangan batu kali juga harus memperhatian
gambar rencana yang terkait dan jika ada kelainan/ketidak
cocokan harus dikonsultasikan dengan Direksi/ Pengawas
Lapangan.
g. Bentuk pasangan batu kali harus sesuai dengan gambar rencana.
h. Penggunaan campuran sesuai dengan yang tercantum dalam
gambar rencana.

PASAL 11 11.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN BETON a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
BERTULANG peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan beton bertulang meliputi seluruh pekerjaan beton
bertulang seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar
atau sesuai petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
11.2. Persyaratan Umum
a. Konstruksi-konstruksi harus menggunakan peraturan
peraturan/normalisasi yang berlaku di Indonesia (SNI)
b. Peraturan beton, antara lain :
1) SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
2) Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung ;
SNI 2847:2013
3) Standard Industri Indonesia (SII).
4) SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
5) SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Parencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bagunan Gedung.
6) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983
7) Tata Cara Pembebanan Rumah dan Gedung.
8) American Society of Testing Material (ASTM).
9) Peraturan-peraturan/standart setempat yang biasa dipakai.
10) Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
11.3. Persyaratan Bahan
a. Semen portland
Harus memakai mutu yang terbaik dari satu jenis merk atas
persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan dan harus
memenuhi SNI. Semen yang telah mengeras
sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai


terangkat dari tanah dan tumpukan sesuai dengan syarat
penumpukan semen.
b. Pasir beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang berisi dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sebagainya; dan harus
memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan
dalam SNI.
c. Batu ciping/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat SNI.
Penyimpanan/ penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan
satu dari yang lain hingga kedua bahan tersebut dijamin
mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan
organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi SNI.
e. Besi beton
Besi beton menggunakan besi beton ulir dan besi beton polos
yang digunakan mutu U32 dan U24 yang terdiri dari besi ulir,
D13, D16, D19, D22 untuk besi beton polos  8 mm,  10 mm,
dengan penggunaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar
rencana. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas
dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat
serta memenuhi persyaratan SNI. Bila dipandang perlu
kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu beton
dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas
biaya kontraktor.
11.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Cetakan begisting
1). Acuan harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga
beton dapat dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak
terjadi perubahan bentuk acuan selama pembetonan
dilaksanakan maupun terhadap pengerasan beton.
2). Acuan harus juga cermat dalam kedudukan dan datar, untuk
jenis acuan-acuan tertentu, terlebih dahulu Pemborong
harus menyerahkan perencanaan gambar acuan tersebut
kepada Direksi, bila perlu harus dilengkapi perhitungan dan
detail-detail yang jelas. Bilamana hal tersebut telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi, rencana acuan
tersebut dapat dilaksanakan.
3). Sesuai dengan persyaratan betonnya acuan dapat
menggunakan papan-papan atau kayu lapis/multipleks
18mm dengan penguat dari balok 6/8, 5/7 atau konstruksi
form work yang lazim digunakan.
4). Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab keamanan
konstruksi terletak pada Pemborong, Pemborong harus
meminta ijin Direksi dan Pengawas Lapangan bilamana ia
bermaksud akan membongkar pada bagian-bagian
konstruksi utama.
5). Cetakan halus
Khusus pembuatan begisting untuk permukaan beton yang
tidak perlu dilapisi plesteran (dinding graving dock), maka
dapat dibuat cetakan harus dengan syarat sebagai berikut :
 Cetakan dapat digunakan secara berulang dengan
catatan hanya cetakan yang bermutu baik boleh dipakai
yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
 Permukaan cetakan harus dibasahi dengan minyak
(form oil/mould release agent) yang bermaksud untuk
menghasilkan permukaan beton yang bersih, halus dan
bebas kotoran dan kemudahan pada saat

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

pembukaan/pembongkaran bidang-bidang begisting.


 Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor
harus ditambal (diplester) sedemikian rupa hingga
sesuai warna/texture permukaan disekatnya.

b. Pengujian
Pengujian dilakukan sebagai berikut :
1). Sebelum melaksanakan pengecoran awal, Kontraktor harus
mengadakan mix design yang dapat membuktikan bahwa
mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai dari mix design
tersebut, selanjutnya oleh Direksi/Pengawas akan dihitung
karakteristik dari hasil percobaan tersebut yang selanjutnya
akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama
pelaksanaan sesuai dengan syarat-syarat SNI.
2). Pada pekerjaan beton struktural untuk waktu permulaan
pelaksanaan dibuat 1 (satu) benda uji untuk setiap 3m 3
beton dan dalam waktu sesingkat-singkatnya harus segera
terkumpul 20 benda uji, sedang setelah berjalan lancar
diperlukan 1 (satu) benda uji pada setiap 5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji untuk setiap harinya.
3). Apabila hasil pemeriksaan pada SNI masih meragukan,
maka pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan
menggunakan hammer test atau kalau perlu dengan Corl
Drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas
beton yang sudah ada sesuai dengan SNI.
4). Pembuatan dan pemeriksaan benda-benda uji harus
memenuhi ketentuan-ketentuan dari SNI dan semua biaya
yang timbul akibat pengujian yang tercantum pada ayat ini
adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
5). Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang
normal adalah 7,5-10 cm, pemakaian slump harus teratur
dan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk daerah-
daerah yang pembesiannya rapat dapat dipergunakan slump
yang tinggi.
c. Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada
bagian-bagian utama dari pekerjaan, Pemborong harus
memberitahukan Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan,
hal ini dapat dilaksanakan dengan Berita Acara Pengecoran. Jika
hal ini tidak dilaksanakan dengan semestinya atau persiapan
pengecoran tidak disetujui oleh Direksi/Pengawas, maka
mungkin Pemborong diperintahkan untuk menyingkirkan beton
yang beru dicor atas biaya pemborong.
Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong harus sudah
menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker yang
diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton yang akan
dihubungkan degnan dinding dan kecuali dinyatakan lain pada
gambar-gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang setiap
jarak 1,00m.
Beton yang mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain
harus dibuang dari dalam bekisting, mesin pengaduk (beton
molen) maupun alat-alat pembawa.
Penulangan harus dimatikan pada posisinya, diperiksa sebelum
pengecoran dilakukan, agar pemeriksaan dan persetujuan dapat
diberikan pada waktunya.
d. Kelas dan Mutu beton
Kecuali dinyatakan lain, maka campuran dari beton harus
mencapai kekuatan tekan beton karakteristik yang
penggunaannya sebagai berikut :
1). Beton dengan mutu Bo untuk pekerjaan non struktural
seperti lantai kerja (work floor).

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

2). Beton dengan mutu K-300 untuk pekerjaan-pekerjaan


struktur seperti; sloof, kolom & balok dan mutu K-300
untuk pekerjaan beton praktis lainnya.
3). Setiap sambungan beton lama dan baru ditambahkan bahan
additive beton.

e. Pembesian
1) Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat:
a). Peraturan Beton Indonesia (SNI).
b). Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak-minyak,
karat dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas, luka
dan sebagainya).
c). Dari jenis baja mutu U-24 untuk Diameter Kurang dari
12 mm dan U-40 untuk lebih besar 12 mm (ulir) bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-
ketentuan SNI.
d). Mempunyai penampang yang sama rata.
e). Ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar.
2) Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari
ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan
perencana/konsultan pengawas.
3) Besi beton harus disuplay dari satu sumber (manufacture)
dan tidak diperkenankan untuk mencampurkan bermacam-
macam besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
Setiap pengiriman ke site harus disertakan Mil Certaificate.
4) Kontraktor bilamana diminta harus pengujian mutu besi
yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk konsultan
pengawas. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan
setiap saat bilamana dipandang perlu oleh konsultan
pengawas.
5) Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-
gambar atau mendapat persetujuan konsultan pengawas.
Hubungan antara besi beton dilakukan sesuai dengan yang
lain harus menggunakan kawat beton, diikat teguh, tidak
bergeser selama pengecoran beton dan tidak menyentuh
lantai kerja atau papan acuan.Sebelum beton dicor besi
beton harus bebas dari minyak, kotoran cat, karet, kulit
giling atau bahan-bahan yang merusak. Semua besi beton
harus dipasang pada posisi yang tepat.
6) Besi beton yang tidak memenuhi syarat karena ukuran
maupun kwalitas tidak sesuai dengan spesifikasi (RKS)
diatas, harus segera dikeluarkan dari site setelah
penerimaan instruksi tertulis dari konsultan pengawas
dalam waktu 2x24 jam.
7) Membengkok dan meluruskan tulangan untuk beton
bertulang harus dilakukan dalam keadaan dingin. Batang
tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan
gambar kerja. Bila tidak tercantum dalam gambar kerja,
harus dimintakan persetujuan direksi terlebih dahulu.
8) Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran dan karat, serta
bahan-bahan lain yang mengurangi daya rekat.
9) Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum
dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
10) Tulangan lengkung tidak boleh menempel pada papan
cetakan atau tumpuan lain. Untuk itu harus dibuat beton
tahu (beton decking) dengan tebal dan pemasangan sesuai
dengan SNI.
11) Untuk mengatur jarak tulangan tarik dan tulangan tekan
pada pelat digunakan cakar ayam, yang sebelumnya telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.
12) Pertemuan dengan tulangan Plat / balok / kolom / pondasi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

yang sudah dicor harus distek dengan overlapping sesuai


dengan SNI.
f. Cara pengadukan
1). Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
2). Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi/ Pengawas
Lapangan.
3). Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus
diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran baru. Pengujian slump minimum 5 cm dan
maksimum 10 cm.
4). Apabila memakai beton ready mix, maka cara
pengadukannya mengikuti prosedur beton ready mix
dengan memperhatikan mutu beton yang akan dicapai.
g. Bahan – Bahan Penambah (Admixture)
1). Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diizinkan
Pengawas Proyek. Dimana penggunaan admixture
diizinkan, maka bahan ini harus ditambahkan pada beton
dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat
pengukur otomatis, dan petunjuk – petunjuk pabrik
mengenai penggunaannya.
2). Istilah – istilah kimia, rumus – rumus dan jumlah bahan –
bahan yang aktif, ukuran yang harus dipakai dan efek
mengenai bertambahnya atau berkurangnya penggunaan
dosis bahan – bahan secara terus menerus pada sifat – sifat
fisik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras dan
akan diserahkan kepada Pengawas Proyek untuk
persetujuannya.
3). Pemborong harus menyediakan sampel – sampel dan
melaksanakan percobaan – percobaan tersebut sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Proyek sebelum izin
penggunaan admixture diizinkan dipakai pada pelaksanaan
test menjadi tanggungan Pemborong.
h. Pengecoran beton
1). Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan
dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan
sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
2). Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas
persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan.
3). Pengecoran harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan
menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup
padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
4). Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan
pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut
harus disetujui oleh Pengawas Lapangan.
i. Pemadatan beton
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang–
barang lain yang harus berada didalam beton, harus dibersihkan
dari semua macam kotoran. Semua cetakan dan pengatur jarak
harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang akan diisi beton
harus betul – betul dibersihkan. Pekerjaan pengecoran di bagian
manapun dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan
– persiapannya disetujui dan izin pengecoran diberikan oleh
Pengawas Proyek. Pengecoran harus selalu diawasi langsung
oleh mandor atau (foreman) yang berpengalaman.
Pemborong harus memberitahukan kepada Pengawas Proyek
bila akan mengecor dengan mengajukan request yang telah
disetujui Pengawas Teknik. Beton harus dicor sedemikian rupa
sehingga dalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Penempatan didalam lapisan – lapisan horisontal tidak boleh

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

melebihi tebal 40 cm (setelah dipadatkan), kecuali ditentukan


lain oleh Pengawas Proyek. Pengecoran beton harus dilakukan
terus menerus antara tempat sambungan yang direncanakan
atau disetujui tanpa terhenti termasuk waktu makan. Jika
dipakai corong – corong untuk mengalirkan beton, maka
kemiringan harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi dan harus disediakan selang – selang penyemprot atau
pelat – pelat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama
pengecoran.
Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5
m. Kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga tebal
beton tidak kurang dari 0,5 m per jam dan tidak lebih dari 1,5 m,
kecuali disetujui lain oleh Pengawas Proyek. Semua beton harus
dipadatkan dengan mempergunakan vibrator yang digerakkan
dengan tenaga listrik (immersion type vibrator) yang baik type
maupun cara kerjanya disetujui oleh Pengawas Proyek. Vibrator
yang disediakan harus cukup jumlah, ukuran dan kapasitasnya
dan sesuai dengan banyaknya beton yang akan dicor, ukuran –
ukuran beton dan penulangan. Vibrator ini harus dapat bekerja
dengan baik didalam acuan dan sekeliling penulangan dan
barang – barang lain yang diletakkan didalamnya tanpa harus
memindahkan. Penggetaran yang berlebihan (overvibration)
yang menyebabkan segregasi, permukaan yang keropos atau
kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
j. Siar Dilatasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar dilatasi, letak
dan pengaturannya ditunjukkan dalam gambar – gambar atau
seperti yang disetujui Pengawas Proyek.
Apabila siar dilatasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan oleh
ganbar, karena kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan
yang tidak terduga, harus dibuat bulk-head sedemikian sehingga
arahnya tegak lurus arah tegangan – tegangan utama. Apabila
letaknya berdekatan dengan tumpuan atau lokasi yang dianggap
oleh Pengawas Proyek tidak dikehendaki, maka pengecoran
harus dihentikan dan beton baru tersebut harus dibongkar
sampai tempat yang dianggap baik.
Posisi dan pengaturan siar-siar ini harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas, dimana:
 Siar dalam kolom sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin
dengan bidang bawah dari balok tertinggi
 Siar dalam Balok dan Pelat ditempatkan pada tengah-tengah
bentang
 Siar Vertikal dalam dinding supaya dihindarkan
 Siar harus dibaut sekecil mungkin dan atas persetujuan
Konsultan Pengawas.
Permukaan Siar harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
bubur semen (grout) yang tipis dilapiskan merata keseluruh
permukaan bahan yang dipakai untuk expantion joint adalah
heavyduty sealant dengan pelat hitam berukuran 200mm x 2mm
yang diletakkan sepanjang delatasi dan dipasang sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton
yang sudah mengeras, maka permukaan beton tersebut harus
dikasarkan. Kemudian permukaan tersebut harus dibersihakan
dari bagian – bagian yang lepas dan kotoran – kotoran lainnya
disemprot dengan air semen atau zat perekat (addition) dan
beton baru dikerjakan, yang harus dipadatkan dengan baik pada
bidang pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran, permukaan
beton lama harus dilapis dengan adukan semen dengan kualitas
yang sama dengan adukan beton.
k. Pengeringan Beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan dan air yang mengalir atau

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

angin yang kering.


Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton
dengan cara sebagai berikut:
1) Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, atau
bahan sejenis atau lapisan pasir yang harus terus menerus
dibasahi selama 10 hari.

2) Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup


dengan lapisan air yang disetujui.
l. Curing dan Perlindungan Atas Beton
Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap sinar matahari, angin, hujan atau aliran air
dan pengrusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum
waktunya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus dijaga tetap basah
selama 4 hari dengan menyemprotkan air atau menggenangi
dengan air pada permukaan beton tersebut.
Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas,
curing dan perlindungan atas beton harus diperhatikan.
Kontraktor harus bertanggungjawab atas retaknya beton karena
kelalaian ini.
m. Alat-alat di Dalam Beton
Kontraktor tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang
atau memotong konstruksi, beton yang sudah jadi tanpa
sepengetahuan dan seizin Konsultan Pengawas. Ukuran dari
pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton,
pemasangan sparing dan sebagainya harus menurut petunjuk
Konsultan Pengawas.
n. Beton Kedap Air
Untuk pembuatan beton kedap air (sesuai dengan gambar-
gambar), maka Kontraktor terlebih dahulu harus meminta
persetujuan Konsultan Pengawas perihal bahan waterproofing
(additive) sebagai campuran dalam adukan beton dan proporsi
adukannya.
Kontraktor bertanggungjawab atas pekerjaan pembuatan beton
kedap air tersebut. Apabila dikemudian hari terdapat bocor atau
terjadi rembesan, maka Kontraktor harus mengadakan
perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor sendiri.Prosedur
perbaikan tersebut harus sesuai dengan petunjuk dari Konsultan
Pengawas sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-
bagian lain yang sudah selesai.
o. Pembongkaran Bekisting (cetakan)
1). Pembongkaran harus dilakukan dengan cara sedemikian
rupa hingga menjamin seluruhnya keamanan beton yang
telah dicor. Bagian struktur beton vertikal yaitu sisi balok
kolom praktis, dapat dibongkar bekistingnya setelah 72 jam
dengan persyaratan bahwa betonnya telah cukup mengeras
sehingga tidak ada kemungkinan cacat, setelah mendapat
ijin dari Direksi. Bagian struktur beton yang disangga
dengan batang penyangga tidak boleh dibongkar begesting
maupun tiang penyangganya sebelum elemen struktur
tersebut mencapai kekuatan minimal untuk memikul berat
sendiri berikut bahan-bahan pelaksanaan di atasnya. Dalam
keadaan apapun bekisting tidak boleh dibongkar sebelum
mencapai 14 (empat belas) hari pada beton yang memakai
rawatan begesting baru boleh dibongkar setelah rawatan
berakhir.
2). Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram
dengan cukup air, selama minimum 1 (satu) minggu
berturut-turut.

PASAL 12 12.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

PASANGAN BATU peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam


BATA terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
b. Pekerjaan pasangan Batu Bata ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk
Perencana/Pengawas Lapangan.

12.2. Persyaratan Bahan


a. Semen portland harus memenuhi SNI (dipilih dari satu produk
untuk seluruh pekerjaan).
b. Batu Bata harus berkualitas (tidak mudah pecah) serta berukuran
sama.
c. Pasir harus memenuhi SNI
d. Air harus memenuhi SNI
e. Penggunaan adukan :
 Adukan 1 PC : 3 Ps, dipakai pada perbaikan bongkaran
dinding
 Adukan 1 PC : 6 Ps, dipakai untuk seluruh pasangan
lainnya.
 Adukan 1 PC : 6 Ps, dipakai pasangan rollag batu bata.
12.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Seluruh dinding kecuali dinyatakan lain dalam gambar
menggunakan pasangan setengah Batu Bata aduk campuran 1
PC : 6 Pasir pasang. Untuk semua dinding lantai dasar mulai
dari permukaan sloof sampai ketinggian 30 cm diatas
permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah setinggi 150 cm
dari permukaan lantai, serta semua dinding yang ada pada
gambar yang menggunakan simbol aduk trasram/kedap air
digunakan adukan rapat air dengan campuran 1 PC : 3 Pasir
pasang serta untuk pasangan rolag Batu Bata menggunakan
adukan 1 PC : 6 Pasir pasang.
b. Batu Bata yang digunakan dengan kualitas baik yang disetujui
Direksi dan Pengawas Lapangan, siku dan sama ukurannya.
c. Sebelum digunakan Batu Bata harus direndam dalam bak air
atau drum hingga jenuh.
d. Setelah Batu Bata terpasang dengan baik, nad/siar harus dikerok
sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian
disiram.
e. Pasangan dinding Batu Bata sebelum diplester harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta
dibersihkan.
f. Tidak diperkenankan memasang Batu Bata yang patah melebihi
dari 5%. Batu Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh
dipergunakan.
g. Siar/spasi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spasi datar
dan 1,5 CHI untuk spasi tegak kecuali jika ditentukan lain.
h. Mortar untuk spasi datar dan tegak harus penuh dan padat.
Melakukan koordinasi lainnya yang belum dilaksanakan.
i. Rangka kayu/kusen harus dipasang terlebih dahulu untuk dapat
melanjutkan pekerjaan pasangan.
j. Rangka kayu/kusen, pemasangannya harus diperkuat dengan
angkur besi berbentuk L, yang ujungnya disekrup kedalam
kusen, sedangkan ujung bengkoknya ditanamkan kedalam
pasangan dinding/kolom praktis.
k. Panjang angkur terpasang tidak lebih dari 22,50 cm.
l. Tiap-tiap angkur dipasang dengan jarak 60 cm satu sama
lainnya.
m. Pekerjaan pemasangan pipa dan/atau alat-alat yang ditanam di
dalam dinding, maka harus dibuat pahatan dengan kedalaman
yang cukup pada pasangan dinding sebelum diplester. Pahatan
tersebut setelah dipasangnya pipa/alat-alat, harus ditutup dengan
adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, yang
dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh dinding.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

n. Sesudah pasangan Batu Bata selesai dikerjakan, dan sudah


kering baru pekerjaan plesteran dimulai.
o. Tera/leveling
Lapisan bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat
kekuatan pasangan yang sama dan merata di setiap tempat.

12.4. Perlindungan dan Pembersihan


Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan Batu Bata yang belum
selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen atau dengan
cara-cara lain yang disetujui oleh pengawas.
Bersihkan bagian-bagian yang terkena adukan dengan segera,
kemudian betikan perlindungan atau hindari pasangan dari benturan-
benturan keras selama sekurang-kurangnya 3 hari setelah seluruh
sebuah bidang kerja selesai terpasang.

PASAL 13 13.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan
PLESTERAN DAN tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu
ACIAN dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik.
b. Pekerjaan plesteran ini dikerjakan pada permukaan dinding
bagian dalam dan luar serta seluruh detail yang
disebutkan/ditunjuk dalam gambar.
13.2. Persyaratan Bahan
a. Semen portland harus memenuhi SNI (dipilih dari satu produk
untuk seluruh pekerjaan).
b. Pasir harus memenuhi SNI
c. Mortar untuk plesteran dan acian bata ringan
d. Air harus memenuhi SNI.
e. Penggunaan adukan plesteran :
 Adukan 1 PC : 5 Ps, dipakai untuk seluruh plesteran kolom
dan beton
 Adukan Mortar untuk semua area dinding bata ringan
13.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan
yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi
dan Pengawas Lapangan dan persyaratan tertulis dalam uraian
dan syarat pekerjaan ini.
b. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan
bidang beton atau pasangan dinding Bata ringan telah disetujui
oleh Direksi dan Pengawas Lapangan sesuai uraian dan syarat
pekerjaan dalam buku ini.
c. Dalam melaksanaan pekerjaan ini, harus mengikuti semua
petunjuk dalam gambar arsitektur terutama pada gambar detail
dan gambar potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan
bentuk profilnya.
d. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk semua
aduk plester.
e. Untuk beton, sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan
dari sisa-sisa bekesting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih
dahulu dan semua lubang-lubang bekas pengikat bekesting atau
form tie harus tertutup aduk plester.
f. Untuk bidang pasangan dinding Bata ringan dan beton bertulang
yang akan difinish dengan cat dipakai plesteran halus (acian)
diatas permukaan plesterannya.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

g. Semua bidang yang akan menerima bahan finishing pada


permukaannya diberi alur-alur garis horizontal atau dikretek
(scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishing, kecuali untuk yang menerima cat.
h. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan
dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-
peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 1,5 cm.
i. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi
lengkung atau cembung bidang tidak melebihi 5 mm untuk
setiap jarak 2 m. Jika melebihi, pemborong berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan pemborong.

j. Untuk pengakhiran sudut plesteran/dinding, hendaknya dibuat


dengan sudut tumpul.
k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi
dari terik panas sinar matahari langsung dengan bahan penutup
yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
l. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak
baik, plesteran harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai
dinyatakan dapat diterima oleh Direksi dan Pengawas Lapangan
dengan biaya atas tanggungan pemborong. Selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai pemborong harus selalu menyiram
dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.
m. Selama pemasangan dinding Bata ringan/beton bertulang belum
finishing, pemborong wajib memelihara dan menjaganya
terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan lain. Setiap
kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab pemborong dan
wajib diperbaiki.
n. Kecuali ditentukan lain, seluruh permukaan plesteran diberi
lapisan acian dari bahan PC.
o. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan
sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

PASAL 14 14.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN SUB- a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja,
LANTAI/RABAT bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut
BETON yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan sub lantai/rabat beton ini meliputi seluruh detail yag
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sebagai alas lantai
finishing dan untuk rabat beton finishing acian.
14.2. Persyaratan Bahan
a. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan
persyaratan SNI.
b. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi dan
Pengawas Lapangan untuk disetujui.
14.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Untuk pasangan yang langsung diatas tanah, tanah yang akan
dipasang beton cor harus dipadatkan untuk mendapatkan
permukaan yang rata dan padat sehingga diperoleh daya dukung
tanah yang maksimum. Pemadatan dipergunakan alat timbris.
b. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan
permukaan yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun
bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu pasangan.
c. Tebal lapisan pasir urug disyaratkan minimum 7 cm atau sesuai
dengan gambar, disiram air dan ditimbris sehingga diperoleh
kepadatan yang maksimal.
d. Diatas pasir urug dilakukan pekerjaan beton cor/rabat beton
setebal minimum 7 cm atau sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar detail dengan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kricak

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

PASAL 15 15.1. Lingkup Pekerjaan


PENUTUP LANTAI a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
DAN DINDING peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga
dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan keramik ini meliputi lantai keramik, dinding keramik
dan seluruh detail yang disebutkan/ditunjuk dalam gambar.

15.2. Persyaratan Bahan


a. Bahan :
- Jenis : - Batu alam andesit 10cm x 20cm
-Batu lempeng acak paliyaman,
- Penutup lantai pada pos jaga
menggunakan keramik 30 x 30cm
Unpolished.
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 PC : 3 Pasir Pasang
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan
peraturan-peraturan ASTM, peraturan keramik Indonesia SNI.
c. Semen Portland harus memenuhi SNI, pasir dan air harus
memenuhi syarat-syarat SNI.
d. Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Pengawas Lapangan.
15.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat
shop drawing mengenai pola keramik.
b. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat dan ternoda.
c. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC :3 Pasir
Pasang.
d. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air
besih (tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.
e. Pola, arah dan awal pemasangan keramik harus memperhatikan
ukuran/letak dan semua peralatan yang akan terpasang di
dinding : panel listrik, stop kontak, saklar dan lain-lain yang
tertera didalam gambar.
f. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan dengan
gambar.
g. Awal pemasangan keramik pada dinding maupun lantai dan
kemana sisa ukuran harus ditentukan, harus dibicarakan terlebih
dahulu dengan Direksi dan Pengawas Lapangan sebelum
pekerjaan pemasangan dimulai.
h. Bidang dinding dan lantai keramik harus benar-benar rata, garis-
garis siar harus benar-benar lurus. Siar arah horizontal maupun
vertikal pada dinding dan lantai yang berbeda ketinggian peil
lantainya harus merupakan satu garis lurus.
i. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-
siar) harus sama lebarnya, maksimum 3mm, yang membentuk
garis-garis sejajar dan lurus sama lebar dan dalamnya, untuk
siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
j. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi
penuh dengan adukan PC dan dikeruk halus hingga
menghasilkan permukaan nat yang sama dengan garis tepian
tegel
k. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala
macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul
bersih.
l. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban
selama 3x24 jam dilindungi dari kemungkinan cacat akibat
pekerjaan lain.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

PASAL 16 16.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN KUSEN a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk
PINTU, JENDELA alat-alat bantu dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
DAN VENTILASI pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
ALLUMINIUM sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela dan
ventilasi seperti yang dinyatakan/ ditunjukkan dalam gambar
serta shop drawing dari Kontraktor.
16.2. Pengendalian Pekerjaan
Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan
menurut instruksi pabrik/produsen dan standar-standar antara lain :
a. The Alumuniunl Association (AA)
b. Architectural Alumunium Manufactures Association (AAMA)
c. America standar for testing materials (ASTM
16.3. Persyaratan Bahan
a. Kusen dan Pelat Alumunium
Kusen dari bahan aluminium framing system, aluminium extrusi
sesuai SNI, tidak terbuat dari bahan bekas, dari produk setara
ALUTAMA, ALEXINDO, YKK atau produk lain yang
disetujui Direksi.
 Aluminium : 4 x 1,75 “, tebal 18 micron
 Dolphin door : Besi Galvanis 1,2mm
 Nilai deformasi : diijinkan maksimal 2 mm
1). Kadar campur
Architectural Billet 45 (AB45) atau setara dengan
karakteristik kekuatan sebagai berikut :
 Ultimate Strength : 28.000 p.s.i
 Yang Strength : 22.000 p.s.i
 Shear Strength : 17.000 p.s.i
2). Anoldizing
Ketebalan lapisan diseluruh permukaan aluminium adalah 18
Mikro dengan warna dark brown
 Hadware (perlengkapan) - Lihat bab perlengkapan pintu
 Acesories - Lihat bab perlengkapan pintu
3). Jaminan
Harus diberikan jaminan tertulis selama 5 (lima) tahun dari
type campuran (“alloy”) dan ketebalan “anolizing”
b. Sealant
“sealant” sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuatnya
digunakan untuk jendela Alumunium dan kaca yang
berhubungan langsung dengan udara luar.
c. Joint
Baker : Polyuretchane Foam tidak menyerap air, kepadatan 65 -
95 kg/m3.
d. Neoprene
Jenis exlusion, tahan terhadap matahari oksidasi dangan
kekerasan 60 Durometer.
e. Angkur Tanam
Bagian yang berhubungan dengan Aluminium di beri lapisan
galvanished s/d 25 micron. Bagian lain diberi lapisan anti karat,
Zincchromete, tipe Alkyd
f. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian
syarat-syarat dan spesifikasi dari pihak pabrik pembuatnya.
g. Konstruksi kusen alluminium mengikuti spesifikasi teknis yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya termasuk accessories yang
akan dipergunakan.
h. Seluruh bagian aluminium berwarna harus datang di tapak
dilengkapi dengan pelindung dan baru diperkenankan dibuka
sesudah mendapat persetujuan dari Direksi.
i. Untuk keseragaman warna, diisyaratkan sebelum proses
fabrikasi warna profil harus diseleksi secermat mungkin.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit jendela, pintu dan lain-


lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam setiap
unit didapatkan warna yang sama. Pemotongan profil aluminium
menggunakan mesin potong, mesin punch, drill sedemikian rupa
sehingga diperoleh hasil yang telah dirangkai untuk jendela
bukaan dan pintu mempunyai toleransi ukuran tinggi dan lebar 1
mm dan untuk diagonal 2mm.
j. Aksesoris
Sekrup dari galvanized seel mutu Hotdeep kepala tertanam,
weather strip dari vinyl, pengikat alat penggantung yang
dihubungkan dengan aluminium harus ditutup caulking dan
sealant. Ankur untuk rangka/kusen aluminium terbuat dari steel
plate tebal minimal 2 mm, dengan lapisan zinc tidak kurang dari
13 mikron sehingga tidak dapat bergeser
16.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pengerjaan
1) Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang
terbaik dengan standar pengerjaan yang disetujui pengawas
2) Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun
3) Semua detail pertemuan harus runcing (adu manis), halus
dan rata, bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan Alumunium.
4) Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan
pesyaratan dan persyaratan teknis ini.
5) Setiap sambungan dengan dinding atau beda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sealant”
6) Tanda-tanda dan cacat akibat proses anoldizing, yaitu
“Rack” atau “Gripper” yang timbul dipermukaan
aluminium harus dihilangkan.
b. Toleransi Fabrikasi
1) Sudut/siku
Maksimal membuat penggesekan 3 mm terhadap titik
tangkap dari sisi horizontal / vertical sejauh 3 m
2) Gap/Celah
Sambungan : Maksimum 0,5 mm
3) Perbedaan tinggi
Perbedaan tinggi untuk sisi vertical dan horizontal
maksimum 1,5 mm (plus minus)
4) Pengelasan
Tidak terlihat pada bagian yang akan terlihat mata langsung
5) Sealant
Tidak terlihat pada bagian yang akan terlihat mata
langsung.
c. Perlindungan
1) Semua alumunium harus dilindungi dengan “ Lacquer
Film” atau bahan yang lain yang disetujui pengawas ketika
dibawa kelapangan.
2) Pelindung tersebut harus dibuka pada bagian-bagian
tertentu dimana diperlukan, ketika alumunium akan
dikerjakan dan ditutup kembali setelah pekerjaan selesai.
3) Kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau (Zine
Chroritate primer permis Transparant) ketika pengerjaan
plester dilakssanakan. Bagian-bagian lain dapat dilindungi
dengan :“Lacquer Film” sampai pekerjaan selesai.
4) Penggunaan permis palo permukaan yang akan diberikan
caulking atau sealant tidak diperkenankan
d. Weather Seal
Pemasangan kosen harus dilengkapi dengn weather seal jenis
polkyurenthene sealant dan backing strip dari busa didalam dan
diluar sebagai lapisan pengisi sebelum sealant dipasang
16.5. Bahan Finishing
Treatment untuk permukaan kusen pintu, jendela dan ventilasi diberi
lapisan finishing dengan cat khusus untuk alluminium sebanyak 2

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

kali.

PASAL 17 17.1. Ketentuan Umum


PEKERJAAN DAUN Sebelum pekerjaan pembuatan dan pemasangan daun pintu
PINTU, JENDELA dilakukan, maka :
DAN VENTILASI 1). Pemborong wajib mengadakan pemeriksaan pengukuran di
lapangan agar ukuran daun pintu, jendela dan ventilasi yang
akan dipasang sesuai dengan keadaan di lapangan.
2). Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu contoh-contoh
bahan yang akan digunakan dan membuatkan shop drawing dan
mock-up untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas, konsultan perencana.
3). Bahan yang cacat tidak boleh digunakan. Bahan yang harus
dipasang harus sesuai contoh yang sudah disetujui Pemberi
Tugas, Pengawas dan Perencana
17.2. Lingkup Pekerjaan
a. Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran,
pengiriman, penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material,
dan peralatan.
b. Meliputi penyediaan seluruh daun pintu, jendela dan ventilasi
sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan spesifikasi ini,
aksesori yang diperlukan untuk pemasangan dan
kelengkapannya, penyimpanan dan perawatan, serta
pembangunannya sesuai yang telah ditunjukkan dalam gambar.
Bagian ini menjelaskan “Commercial Quality” pintu-pintu kayu
untuk pintu dan bukaan-bukaan yang berhubungan dengan
pekerjaan interior.Bagian yang terkait :
 Pekerjaan Pengecatan
 Pekerjaan Dinding Bata/Plesteran
 Pekerjaan Lantai
 Pekerjaan Alat Penggantung dan Pengunci
17.3. Persyaratan Bahan
a. Bahan rangka
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, seluruh bahan rangka
menggunakan alluminium 4” setara Alexindo warna putih
dengan persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuatnya, dengan ukuran disesuiakan dengan
gambar rencana.
b. Bahan panel daun pintu terdiri dari :
 Panel pintu kaca dipergunakan kaca bening tebal 8mm dan
panel pintu utama menggunakan kaca tempered tebal 12mm.
 Seluruh persyaratan kaca mengikuti persyaratan teknis pada
pasal pekerjaan kaca dalam RKS ini.
c. Bahan panel daun jendela terdiri dari :
 Jendela panel kaca dan jendela kaca mati menggunakan kaca
bening tebal 8 mm.
 Jendela ventilasi menggunakan model kaca flip flop, sesuai
dengan yang ada pada gambar, dengan kaca bening tebal
5mm
 bouvenlight untuk KM/WC menggunakan kaca es/buram
tebal 5 mm.
 Seluruh persyaratan kaca mengikuti persyaratan teknis pada
pasal pekerjaan kaca dalam RKS ini.
17.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk
meneliti gambar-gambar yang ada dan kondisi dilapangan
(ukuran dan lubang-lubang), termasuk mempelajari bentuk,
pola, lay out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan
detail-detail gambar.
b. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat
pekerjaan harus ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi
udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

dari kerusakan dan kelembaban.

c. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.


d. Daun pintu panel kaca :
 Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan
seperti yang dipersyatkan oleh pabrik pembuatnya.
 Untuk daun pintu panel kaca setelah dipasang harus rata dan
tidak bergelombang dan tidak melintir dan tidak
meninggalkan bekas-bekas penyambungan.
e. Daun jendela kaca :
 Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan
seperti yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Untuk daun jendela kaca setelah dipasang harus rata dan
tidak bergelombang dan tidak melintir dan tidak
meninggalkan bekas-bekas penyambungan.
f. Daun ventilasi :
 Dibuat dengan sistim penyambungan sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Accesoris lain disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan
seperti yang dipersyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
 Untuk daun ventilasi kaca setelah dipasang harus rata dan
tidak bergelombang dan tidak melintir dan tidak
meninggalkan bekas-bekas penyambungan.

17.5. Bahan Finishing


a. Daun pintu dan jendela kaca; permukaan rangka diberi lapisan
finishing seperti yang digunakan pada rangka kusen alluminium.

PASAL 18 18.1. Pekerjaan Kaca


PEKERJAAN KACA a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam detail gambar.
18.2. Persyaratan Bahan
a. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih, pada
umumnya mempunyai ketebalan sama, mempunyai sifat tembus
cahaya, dapat diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan
pengambangan (float glass).
b. Toleransi lebar dan panjang
Ukuran lebar dan panjang tidak boleh melampaui toleransi
seperti yang ditentukan oleh pabrik.
c. Kesikuan
Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai
sudut serta tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan
maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
d. Cacat-cacat
1). Cacat-cacat lembaran bening yang diperbolehkan harus
sesuai ketentuan dari pabrik.
2). Kaca yang digunakan harus bebas dari gelembung (ruang-
ruang yang berisi gelembung gas yang terdapat dalam
kaca).
3). Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada
kaca, baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
4). Harus bebas dari bintik-bintik (spots), awan (cloud) dan
goresan (scratch).
5). Bebas lengkungan (lembaran kaca yang bengkok).

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

6). Ketebalan kaca lembaran yang digunakan tidak boleh


melampaui toleransi yang ditentukan oleh pabrik. Untuk
ketebalan 5 mm kira-kira 0,3 mm.

e. Bahan Kaca
1). Bahan kaca harus sesuai SNI.
2). Bahan kaca yang dipergunakan menggunakan kaca rayben
tebal 5 mm, kaca bening tebal 8 mm, kaca bening tempered
10 mm, dan kaca es/buram tebal 5mm serta kaca tempered
tebal 12 mm.
3). Kaca harus dalam keadaan rata dan tidak bergelombang
serta dapat menahan angin 122 Kg/m2 atau sesuai
persyaratan pabrik (sesuai masing-masing penggunaan
kaca-nya )
4). Penggunaan jenis dan ketebalan masing-masing kaca sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam detail gambar rencana.
f. Semua bahan kaca sebelum dan sesudah terpasang harus
mendapat persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan.
g. Sisi kaca yang tampak maupun yang tidak tampak akibat
pemotongan, harus digurinda/dihaluskan.
18.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk
gambar, uraian dan syarat pekerjaan dalam buku ini.
b. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
c. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Direksi
dan Pengawas Lapangan.
d. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, dan diberi tanda untuk mudah diketahui. Tanda-tanda
tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda dibuat dari
potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem.
e. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan
menggunakan alat-alat pemotongan kaca khusus.
f. Pemotongan harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm
masuk kedalam alur kaca pada kosen.
g. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang
lunak dengan menggunakan cairan pembersih kaca.
h. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain
tanpa melakukan kosen, harus diisi dengan lem silikon warna
transparan cara pemasangan dan persiapan-persiapan
pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
i. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak
diperkenankan retak dan pecah pada sealant/tepinya, bebas dari
segala noda dan goresan.

PASAL 19 19.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN ALAT a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
PENGGANTUNG perlengkapan daun pintu/jendela dan alat-alat bantu lainnya
DAN PENGUNCI untuk melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pemasangan alat penggantung dan pengunci dilakukan meliputi
seluruh pemasangan pada daun pintu dan jendela serta ventilasi
seperti yang ditunjukkan/disyaratkan dalam detail gambar.
19.2. Persyaratan Bahan
a. Semua ‘hardware’ yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikai teknis. Bila
terjadi perubahan atau penggantian ‘hardware’ akibat dari
pemilihan merk, kontraktor wajib melaporkan hal tersebut
kepada Direksi dan Pengawas Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Semua anak kunci harus dilengkapi dengan tanda pengenal.
19.3. Perlengkapan Pintu dan Jendela
a. Perlengkapan kunci dan pegangan kunci
1). Untuk semua pintu dilengkapi dengan kunci 2x putaran

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

dengan kualitas baik dan handel pintu. Khusus untuk pintu


utama dipakai handle pintu yang agak besar pada masing-
masing daun pintu.

2). Untuk daun jendela kaca dipakai handle pengunci


3). Semua kunci-kunci terpasang dengan kuat pada rangka
daun pintu. Dipasang setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai
petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
b. Pekerjaan engsel
1). Untuk seluruh daun pintu menggunakan engsel pintu type
kupu-kupu dengan ring nylon ukuran 4” dipasang
sekurang-kurangnya 3 (tiga) buah untuk setiap daun pintu
dengan menggunakan sekrup kembang dengan warna yang
sama dengan warna engsel. Jumlah engsel yang dipasang
harus diperhitungkan beban berat daun pintu, tiap engsel
memikul maksimal 20 Kg.
2). Untuk jendela menggunakan engsel type kupu-kupu dengan
ring nylon ukuran 3” dipasang sekurang-kurangnya 2 (dua)
buah untuk setiap daun jendela.
c. Pekerjaan Hak Angin/Kait Angin
1). Setiap daun jendela ungkit diberi 2 buah hak angin/kait
angin, dipasang pada bagian kanan dan kiri atau sesuai
petunjuk Direksi dan Pengawas Lapangan.
2). Hak angin/kait angin yang dipergunakan adalah hak
angin/kait angin biasa merk dalam negeri.
d. Pekerjaan grendel
1). Setiap daun pintu dan jendela ungkit diberi masing-masing
1 buah grendel.
2). Untuk daun pintu menggunakan grendel besar, sedang daun
jendela menggunakan grendel kecil/pengunci jendela.
e. Pekerjaan Door Closer
1). Khusus untuk pintu-pintu tertentu yang diharuskan selalu
tertutup, maka pada masing-masing daun pintu dipasang 1
buah door closer.
2). Door clooser dipasang pada sisi bagian atas daun pintu,
yang berfungsi supaya daun pintu setelah dibuka dapat
menutup kembali dengan sendirinya.
3). Teknik dan cara pemasangan mengikuti spesifikasi teknis
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
4). Penempatan dan pemasangan door clooser ini sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk dari Direksi/Konsultan
Pengawas.

PASAL 20 20.1. Lingkup Pekerjaan


PEKERJAAN a. Persiapan permukaan yang akan dicat, untuk pengecatan ulang
PENGECATAN permukaan discrat/digosok lalu dibersihkan dari sisa-sisa
kotoran.
b. Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah
ditentukan.
c. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada dalam gambar
yang tidak disebutkan secara khusus, dengan warna dan bahan
yang sesuai dengan petunjuk Perencana.
20.2. Standar Pengerjaan (Mock Up)
a. Sebelum pengecatan dimulai, pemborong harus melakukan
pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang
diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh
pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-
bidang yang akan dipakai sebagai mockup ini akan ditentukan
oleh Direksi dan Pengawas Lapangan.
b. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi
dan Pengawas Lapangan dan perencana, bidang-bidang ini akan
dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

20.3. Contoh dan Bahan


a. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan
jenis cat pada bidang transparan ukuran 30x30 cm². Dan pada
bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d
lapisan akhir).
b. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada
Direksi/ Pengawas Lapangan. Jika contoh-contoh tersebut telah
disetujui secara tertulis oleh Direksi dan Pengawas Lapangan,
barulah kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up.
c. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi dan Pengawas
Lapangan, untuk kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas,
minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-
kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan
dengan jelas identitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan
dipakai sebagai cadangan untuk perawatan oleh Pemberi Tugas.
20.4. Pekerjaan Cat Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh
permukaan plesteran bangunan dan/atau bagian-bagian yang lain
ditentukan gambar.
b. Untuk semua dinding dalam bangunan digunakan cat jenis
setara/sekualitas Catylac, Kemtone, dengan lapisan dasar wall
sealer, warna ditentukan kemudian.
c. Untuk semua dinding luar bangunan digunakan cat jenis
Weathershield Mowilex, Kemtone dan Dulux, dengan lapisan
dasar wall sealer, warna ditentukan kemudian dan sebagai
dinding depan menggunakan lapisan komposit panel
d. Wall sealer yang digunakan adalahwall sealer tembok.
e. Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul
kering, tidak ada retak-retak dan pemborong meminta
persetujuan kepada Direksi dan Pengawas Lapangan.
f. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan menggunakan pisau
plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur dibuat setipis
mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
g. Sesudah 7 (tujuh) hari plamur terpasang, kemudian dibersihkan
sampai betul-betul bersih. Selanjutnya dinding dicat dengan
menggunakan roller.
h. Lapisan pengecatan dinding dilakukan sebanyak 3x (tiga kali)
dengan kekentalan cat sebagai berikut :
* Lapisan I encer (tambahan 20 % air)
* Lapisan II kental
* Lapisan III encer
i. Untuk warna-warna yang sejenis, kontraktor diharuskan
menggunakan kaleng-kaleng dengan nomor pencampuran (batch
number) yang sama.
j. Setelah pengerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan
bidang yang utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan
bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

20.5. Pekerjaan Cat Langit-langit (Plafond)


a. Yang termasuk pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit
qypsum dan langit-langit calsyboard atau bagian lain yang
ditentukan gambar.
b. Cat yang digunakan cat tembok, warna ditentukan Direksi dan
Pengawas Lapangan setelah melakukan percobaan pengecatan.
c. Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan
dinding dalam pasal ini.
20.6. Pekerjaan Cat Besi
a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat besi adalah pengecatan
permukaan konstruksi baja konvensional dan/atau bagian
pekerjaan besi lainnya atas petunjuk perencana.
b. Cat yang digunakan adalah cat kilat besi jenis Syntetic Enamel,
warna ditentukan Direksi dan Pengawas Lapangan setelah

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

melakukan percobaan pengecatan.


c. Bidang yang akan dicat diberi menie besi warna hijau 2 (dua)
lapis, kemudian amplas halus dengan amplas besi untuk
mendapatkan bidang yang halus dan rata sehingga bidang siap
untuk diberi finishing cat besi.
d. Sebelum dilakukan pengecatan, seluruh permukaan bidang yang
akan dicat dibersihkan dari debu kemudian dicat sekurang-
kurangnya 3 (tiga) kali dengan menggunakan kuas atau cat
semprot.
e. Setelah pengecatan selesai, bidang cat yang terbentuk utuh, rata,
tidak ada bintik-bintik atau gelembung udara dan bidang cat
dijaga terhadap pengotoran.
20.7. Pekerjaan Menie Besi
a. Menie yang digunakan adalah menie besi warna hijau
b. Semua besi/baja hanya boleh dimenie ditapak proyek dan
mendapat persetujuan dari Direksi dan Pengawas Lapangan.
c. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kuas,
dilakukan lapis demi lapis, sedemikian rupa sehingga bidang
besi/baja tertutup sempurna dengan lapisan menie.

PASAL 21 22.1. Teknik Instalasi


PEKERJAAN a. Instalasi kabel
INSTALASI LISTRIK 1). Umum
Semua kabel yang digunakan untuk instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan SII dan SPLN.
2). Splice/percabangan
Tidak diperkenankan adanya ‘splice’ ataupun sambungan
dalam pipa/saluran cabang maupun feeder utama kecuali
pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang dapat
dicapai.
Sambungan pada kabel sirkuit cabang harus dibuat secara
mekanis dan harus teguh secara listrik dengan cara-cara
‘solderless connector’.
Dalam penyambungan dengan sistem soldered atau
compresion harus betul-betul tertutup rapat dan tidak boleh
ada kebocoran serta dijamin tidak akan lepas bila ada
getaran.
3). Bahan isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain
seperti karet, PVC, asbes, glass, tape sintesis, resin, splice
case compostion dan lain-lain harus dari type yang
direkomendasi/ disetujui untuk penggunaan, lokasi,
tegangan kerja, kondisi sekelilingnya dan lain-lain, oleh
instalasi yang berwenang (PLN), perwakilan pemerintah
setempat dan manufacture.
4). Penyambungan kabel
* Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam
kotak penyambungan yang khusus digunakan untuk itu.
* Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan
penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi
timah putih dengan kuat.
* Penyambungan yang berisolasi dengan pipa PVC yang
khusus untuk listrik.
* Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang
terbuka, maka harus dilindungi dengan pipa baja tebal
3mm setinggi maksimal 2,5m.
5). Saluran penghantar dalam bangunan
* Setiap aluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa
GS plain conduit dengan diameter minimum 3/4 inch.
Setiap percabangan harus menggunakan junction box
yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip didalam junction box.
* Ujung pipa yang masuk ke dalam panel dan junction

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

box harus dilengkapi dengan ‘socket/lock nut’ sehingga


pipa tidak mudah tercabut dari panel. Jumlah pipa
keluar dari panel harus dilebihkan 20% dari jumlah
sirkuit yang keluar dari panel bersangkutan sebagai line
cadangan (blind pipe).

b.Instalasi saklar dan stop kontak


1). Saklar-saklar dari type rocker mekanisme dengan rating 10
A, 250 V pada umumnya dipasang inbow atau sesuai
dengan gambar. Letak saklar 150 cm dari lantai atau
disesuaikan dengan gambar dan dipasang dalam kotak
sambung yang diperuntukkan untuk itu, type pemasangan
harus dipilih dari type cakar (claw).
2). Stop kontak adalah type yang memakai terminal
pentanahan (earthing contact) dengan rating 10 A/16 A,
250 V ( 1 fase) dan 25 A/23 A, 500 V (3 fase). Stop kontak
harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai atau disebut lain
dalam gambar.
22.2. Lampu Penerangan dan Kotak Kontak
a. Konstruksi
1). Lampu dan armatur
Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang
dimaksudkan, seperti yang dilukiskan dalam gambar-
gambar elektrikal.
Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus
mempunyai terminal penatanahan (grounding).
Adapun jenis-jenis lampu yang dipakai meliputi :
- Lampu Pijar/Down Light, dll yang sejenis
dipergunakan jenis lampu LED ukuran 18 watt hingga
50 watt kecuali ditentukan lain dalam gambar maka
penggunaannya sesuai gambar rencana.
Untuk pemakaian lampu ini dipergunakan merk Philips
dilengkapi dengan viting untuk tiap-tiap lampu. Ukuran
lampu serta jenis viting yang dipergunakan (in bauw
atau out bauw) mengikuti gambar rencana.
- Sistem pemasangan menggunakan sistem INBOW
2). Kotak Kontak Biasa (KKB)
Kotak kontak biasa yang dipakai adalah kotak kontak satu
fasa. Semua kotak kontak harus memiliki terminal fasa,
netral dan pentanahan. Kotak kontak harus dari satu type,
untuk pemasangan rata dinding, dengan rating 250 volts, 10
Amp.
3). Saklar dinding
Saklar biasa harus dari satu type untuk pemasangan rata
dinding, type rocker, mempunyai rating 250 volts 10 Amp.
dari jenis single gang atau double gangs atau multiple
gangs (grid switches). Merk yang boleh dipakai setaraf
dengan MK, Clipsal, Berker, Crabtree atau setara.

4). Kotak untuk saklar dan kotak kontak


Kotak harus dari bahan baja dengan kedalaman minimal 35
mm. Kotak dari metal harus mempunyai terminal
pentanahan. Saklar atau kotak kontak terpasang pada kotak
(box) dengan menggunakan baut. Pemasangan dengan
cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.
5). Kabel instalasi
Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi
kotak kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi
PVC, satu inti atau lebih (NYA atau NYY).
Kabel harus mempunyai penampang minimum 2,5 mm².
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan
dalam PUIL sebagai berikut :

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

- Fasa - 1 : merah
- Fasa - 2 : kuning
- Fasa - 3 : hitam
- Netral : biru
- Tanah (ground) : hijau dan kuning
22.3. Pemasangan
a. Pemasangan Saklar dan “Receptacles” Dinding
Kecuali tercatat atau dipersyaratkan lain, tinggi pemasangan
kotak saklar dinding, harus 150 cm dan untuk kotak saklar
dinding harus 30 cm dari permukaan lantai.
Dimana ada lebih dari lima saklar dinding atau ‘receptacles’
ditunjuk pada tempat yang sama, maka dua deret kotak kontak
tunggal, ganda atau “multigangs” sesuai dengan kebutuhan
harus dipasang satu diatas yang lain, dan titik tengah deretan-
deretan tersebut harus berada 1,45 M diatas permukaan lantai.
Kotak kontak outlet dekat pintu atau jendela harus dipasang  20
cm dari pinggir kusen pada sisi kunci seperti ditunjukkan dalam
gambar-gambar arsitektur, kecuali ditunjukkan lain oleh
Pengawas.
b. Pemasangan Lampu-lampu
1). Semua fixture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan
harus dipasang oleh tukang-tukang yang berpengalaman
dengan cara yang harus dsetujui Pengawas seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
2). Pada daerah yang tidak memakai ceiling pemasangan
lampu menempel pada kanal yang dipasang lengkap
penggantungnya.
3). Pada waktu diselesaikan pemasangan “fixture” penerangan,
mereka harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada
dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua
cacat/kekurangan.
4). Pada waktu pemeriksaan akhir semua “fixtures” dan
perlengkapannya harus siap menyala.
5). Semua fixtures dan perlengkapan harus bersih, bebas dari
debu, plaster dan lain-lain.
22.4. Pemeriksaan dan Pengujian
Pemeriksaan dan pengujian seluruh instalasi seluruh instalasi sistem
penerangan dan kotak kontak diselenggarakan setelah seluruh
pekerjaan selesai.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut terdiri dari :
 Pemeriksaan secara visual (apprearence inspection) terhadap
kelengkapan peralatan apakah sudah sesuai dengan yang
dimaksud.
 Pemeriksaan fungsi kerja dan kekuatan mekanis dari peralatan.
 Pengujian sambungan-sambungan.
 Pengujian tahanan insulasi.
 Pengujian pentanahan.
 Pengujian pemberian tegangan.
Paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pengujian dilaksanakan,
Pemborong harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur
pengujian kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Pengujian harus disaksikan oleh Pengawas. Pemborong harus
membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian, dan 2 copy
diserahkan kepada Pengawas.
Seluruh pengujian diselenggarakan oleh Pemborong, dan segala
biaya untuk itu ditanggung oleh Pemborong.

22.5. Pipa Instalasi Pelindung Kabel


Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah steel plain conduit
khusus untuk instalasi listrik. Pipa, elbow, sochet, junction box dan
accecories lainnya yaitu pipa flexibel harus dipasang untuk
melindungi kabel antara Junction box dan armatur lampu. Semua
instalasi kabel yang ada harus berada dalam pipa pelindung.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

PASAL 22 22.1.
22.1. Lingkup Pekerjaan
PEKERJAAN . Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan
ALUMUNIUM dan pelayanan yang diperlukan untuk melaksanakan membuat
COMPOSITE PANEL konstruksi rangka dan pemasangan aluminium composite panel
(ACP) (ACP) sesuai ketentuan perencanaan, dan pemasangannya di
lapangan.
Semua pekerjaan dan tukang yang bekerja untuk melakukan
pekerjaan harus ahli dan yang berpengalaman serta
professional.
Kontraktor Pelaksana harus mempersiapkan dan membuat gambar
kerja yang lengkap, daftar material, dan sambungan dari
komponen-komponen, yang sebelum dilaksanakan harus
diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan Manajemen Konstruksi.
Pekerjaan aluminium composite panel (ACP) harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang tertera pada gambar kerja, dan
dilaksanakan untuk pemasangan curtain wall.

22.2. Standar dan Rujukan


a. Semua bahan yang disebutkan pada bab ini harus
dikerjakan sesuai dengan standard dan spesifikasi dari pabrik.
b. Bahan komposit harus dalam keadaan rata.
c. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengerjaan curtain wall harus
memenuhi standar-standar antara lain :
1) (AA) The Aluminium Association;
2) (ASTM) E84 American Standart for Testing Materials;
3) ISO9001 Quality Management System Certification

22.3. Persyaratan Bahan


a. Aluminium composit Panel
1) Produk menggunakan merek setara sekualitas SEVEN,
ALUMETALEC, ALUONTOP
2) Warna akan ditentukan kemudian.
3) Bending strength : 132 Mpa
4) Sound insulation : 0 – 3 dB
5) Finished : PVdF coating (eksterior)
b. Kaca “One Way”:
1) Produk menggunakan merek setara sekualitas
ASAHIMAS, MULIA
2) Warna akan ditentukan kemudian.
c. Sun Screen Aluminium setara sekualitas YKK, ALEXINDO,
ALUTAMA
d. Profil aluminium horizontal (transome) setara sekualitas YKK,
ALEXINDO, ALUTAMA
e. Profil aluminium vertikal (back mullion) setara sekualitas
YKK, ALEXINDO, ALUTAMA
f. Besi siku uk : 40mm x 40mm x 5mm
g. Profil aluminium ukuran : 38mm x 38mm setara sekualitas YKK,
ALEXINDO, ALUTAMA
h. Selang air ø ½ Inch
i. Sealant menggunakan produk merek DOW CORNING, MARKS
warna ditentukan kemudian
j. Dynabolt Ø 10 mm k. Paku keling
22.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam
pekerjaan ini dengan menunjukkan surat keterangan
referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah dikerjakan
kepada Direksi dan Manajemen Kosntruksi untuk
mendapatkan persetujuan.
b. Aluminium composite panel (ACP) yang digunakan untuk
seluruh proyek harus dari satu macam saja.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

c. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan


bantu untuk mempermudah serta mempercepat
pemasangan dengan hasil pemasangan yang akurat , teliti
dan tepat pada posisinya.
d. Untuk pemasangan rangka, pasang dahulu besi siku nya
dengan posisi seperti pada gambar kerja sebagai dasar
rangka panel.
e. Untuk mengikat besi siku dengan dinding, digunakan
dynabolt Ø10mm yang sebelumnya sudah di bor. Jarak
antar dinabolt bisa dilihat pada gambar kerja.
f. Setelah itu, pasang rangka aluminium 38x38 untuk landasan
aluminium composite panel (ACP) di setelah rangka besi
siku.
g. Posisi dan jarak rangka aluminium 38x38 di sesuaikan
dengan gambar kerja. Lalu, untuk mengikat rangka
aluminium dengan besi siku, digunakan dinabolt
ø10mm yang sebelumnya di bor dahulu.
h. Rangka-rangka untuk aluminium composite panel
(ACP) harus diperiksa dengan teliti, harus tegak lurus, dan
terpasang pada posisinya.
i. Setelah semua rangka sudah benar pemasangan
maupun posisinya, siapkan aluminium composite panel
(ACP) yang sudah diukur dan dipotong sesuai ukuran pada
gambar kerja.
j. Sebelum dipasang harus di perhatikan ketelitian, juga
ukurannya agar tidak terjadi kesalahan.
k. Metode pemasangannya yaitu tepi aluminium
composite panel (ACP) di tekuk tepiannya 2 x seperti huruf
S lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar kerja, sebagai
tempat menempelnya panel dengan rangka aluminium.
l. Untuk penyambungannya menggunakan rivet pada sisi
depan rangka aluminium.
m. Untuk pengisi celah antar sambungan panel agar padat, di
beri selang ø ½ Inch sepanjang celah tadi.
n. Setelah itu, celah tadi di tutup dengan sealant dengan rapat
dan jangan sampai air bisa masuk.
o. Untuk pemasangan curtain wall, rangka profil aluminium
horizontal dan vertical dipasang setelah rangka besi siku.
p. Lalu kaca one way dipotong – potong sesuai ukuran pada
gambar.
q. Setelah itu dipasang pada rangka – rangka yang sudah
disediakan.
r. Setelah itu, sambungan pada celah-celah diberi sealant. s.
Pembersihan panel dan curtain wall setelah pekerjaan
selesai dapat dilaksanakan dengan air dan spons atau sikat
lembut. Apabila pengotoran lebih berat bias ditambahkan
deterjen netral.
s. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah
selesai dari hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan.
Bila hal itu terjadi, Kontraktor harus memperbaiki tanpa
biaya tambahan.
t. Hasil pemasangan pekerjaan Aluminium Composite Panel
(ACP) harus merupakan hasil pekerjaan yang rapih dan
tidak bergelombang.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat


Spesifikasi Teknis

B. PENUTUP
PASAL 22 23.1. Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
PENUTUP bahan tidak dinyatakan, tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan
(aanwijzing) mengenai suatu bagian pekerjaan yang termasuk harus
dikerjakan oleh pemborong/kontraktor, maka bagian tersebut
dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
23.2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan
pekerjaan ini, tetapi tidak diuraikan atau tidak dibuat dalam bestek
ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong
/Kontraktor.
23.3. Setiap melalui pekerjaan Pemborong/Kontraktor, harus ijin tertulis
serta membuat gambar penjelasan (shop drawing) dan berikut target
volume pekerjaan yang dilaksanakan.
23.4. Pemborong/kontraktor diharuskan membuat gambar sesuai
pelaksanaan (As-built Drawing) yang harus mendapat persetujuan
dan pengesahan dari Konsultan Pengawas dan Pengendali kegiatan.

Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Anda mungkin juga menyukai