PEKERJAAN :
PENGADAAN PENINGGIAN LANTAI GEDUNG FAKULTAS
PADA KAMPUS 1
TAHUN
2020
Rencana Kerja & Syarat-Syarat Teknis (RKS)
Pengadaan Peninggian Lantai Gedung Fakultas Pada Kampus 1 Tahun 2020
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1.3. Pemutusan atau penyesuaian jaringan / saluran / instalasi pada tapak dapat dilakukan
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong setelah ada izin dari Pemilik
1.2.2 Penggunaan diesel untuk pengadaan daya listrik harus seizin Konsultan Pengawas.
1.2.3 Rencana pemasangan intalasi listrik dan air kerja selambat-lambatnya 2 (dua) minggu
sebelum pelaksanaan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
1.4.2 Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung
pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan didalam site.
1.7.2. Barang-barang contoh (sampel) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/ sertifikat
pengujian dan spesifikasi teknis dari barang/ material tersebut.
1.7.3. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site, maka pelaksana
pekerjaan/ pemborong dan sub-pelaksana pekerjaan/ pemborong diwajibkan menyerahkan:
Gambar kerja atau shop drawing
Sampel
Catalogue
Brosu
1.8.2 Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut diatas, ditanggung oleh Pelaksana Pekerjaan
/Pemborong dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan /Kontraktor yang bersangkutan
1.9. Gambar-Gambar
1.9.1. Pelaksana Pekerjaan /Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar "As Built
Drawing" sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataannya,
untuk kebutuhan pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut
diserahkan kepada Pemberi Tugas, setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.9.2. Pada akhir pekerjaan pelaksanaan yang telah disetujui dan diterima oleh pihak Konsultan
Pengawas, maka Sub-Pelaksana Pekerjaan /Pemborong diwajibkan membuat "As Built
Drawing" yang setelah diteliti dan disetujui oleh pihak Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana diserahkan kepada Pemberi Tugas.
1.11.2. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan
seterusnya sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 10%) dan kondisi pada
waktu selesainya masa pemeliharaan.
2.2. Pelaksana harus berpendidikan minimum Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil dan mempunyai
pengalaman kerja lapangan minimum 5 tahun.
2.3. Selain Petugas Pelaksana, maka kontraktor diwajibkan pula melaporkan secara tertulis
kepada Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas, tentang susunan organisasi
pelaksana dilapangan(sesuai dengan penawaran) dengan nama dan jabatan masingmasing.
2.4. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas,
bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka
Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan secara
tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.
3. KOORDINASI PEKERJAAN
3. 1. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus disediakan koordinasi dari seluruh bagian yang
terlibat didalam kegiatan proyek ini.
3. 2. Seluruh aktifitas yang menyangkut dalam proyek ini, harus dikoordinir lebih dahulu agar
gangguan dan konflik satu dengan yang lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi / memerinci
setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk menghindari gangguan dan konflik, serta harus
mendapat persetujuan dari Konsultan / Pengawas (PSC).
3. 3. Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat - syarat
pelaksanaan, gambar - gambar dan instruksi - instruksi tertulis dari Pengawas (PSC).
3. 4. Pengawas (PSC) berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor pada setiap
waktu. Bagaimanapun juga kelalaian Pengawas (PSC) dalam pengontrolan terhadap
kekeliruan-kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor, tidak berarti
Kontraktor bebas dari tanggung jawab.
3. 5. Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat - syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau
gambar atau instruksi tertulis dari Pengawas (PSC) harus diperbaiki atau dibongkar. Semua
biaya yang diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4.2. Kontraktor tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun didalam sempadan (batas)
site atau ditanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak Pemberi Tugas
5. 2. Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap Spesifikasi Teknis,
maka diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai bobot teknis dan atau yang
mempunyai bobot biaya yang paling tinggi.
5. 3. Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain untuk segala “Claim“ atau tuntutan
terhadap hak -hak asasi manusia.
6. JAMINAN KUALITAS
6. 1. Kontraktor menjamin pada Pemberi Tugas dan Pengawas(PSC), bahwa semua bahan dan
perlengkapan untuk pekerjaan adalah sama sekali baru, kecuali ditentukan lain, serta
Kontraktor menyetujui bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, bebas dari cacat
teknis dan estetis serta sesuai dengan Dokumen Kontrak.
6. 2. Apabila diminta, Kontraktor sanggup memberikan bukti - bukti mengenai hal - hal tersebut
pada butir ini.
PASAL 2
PENANGANAN KHUSUS SAAT PANDEMI COVID-19 BERLANGSUNG
(INSTRUKSI MENTERI PUPR NO.02/IN/M/2020)
1.1.2. Satgas Pencegahan COVID-19 sebagaimana dimaksud pada huruf a dibentuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) proyek tersebut.
1.1.4. Satgas Pencegahan COVID- 19 memiliki tugas, tanggung jawab, dankewenangan untuk
melakukan:
1) Sosialisasi
2) Pembelajaran (edukasi)
3) Promosi teknik
4) Metode pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan
5) Berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Kementerian PUPR
melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID- 19 di lapangan
6) Pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua pekerja dan
tamu proyek
7) Pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/ demobilisasi
pekerja
8) Pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja
9) Pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan
10) Melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif dan/ atau
berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan
penghentian kegiatan sementara.
1.2.4 Dalam hal Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut karena sifat dan urgensinya tetap
harus dilaksanakan sebagai bagian dari penanganan dampak sosial dan ekonomi dari
COVID-19 , maka Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tersebut dapat diteruskan dengan
ketentuan:
1) Mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
2) Melaksanakan protokol pencegahan COVID-19 dengan disiplin tinggi dan dilaporkan
secara berkala oleh Satgas Pencegahan COVID-19
3) Menghentikan sementara ketika terjadi angka 2.b.2) diatas untuk melakukan
penanganan sesuai protokolPemerintah.
1.3.2. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama operasional perlindungan
kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit dan/atau pusat kesehatan
masyarakat terdekat untuk tindakan darurat (emergency);
1.3.3. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas tambahan antara lain:
pencuci tangan (air, sabun dan hand sanitizery, tisu, masker dikantor dan lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu dan
1.3.4. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin dan nutrisi
tambahan guna peningkatan imunitas pekerja
1.4.2. Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis harus menyampaikan penjelasan,
anjuran, kampanye, promosi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan
penyuluhan K3 pagi hari (safety morning talk);
1.4.3. Petugas medis bersama para Satuan Pengaman (Security Staff) melaksanakan pengukuran
suhu tubuh kepada seluruh pekerja, dan karyawan setiap pagi, siang, dan sore .
1.4.4. Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang terindikasi
memiliki suhu tubuh 2: 38 derajat Celcius datang ke lokasi pekerjaan.
1.4.5. Apabila ditemukan pekerja di lapangan sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-
19, pekerjaan harus diberhentikan sementara oleh Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia Jasa
paling sedikit 14 hari kerja.
1.4.6. Petugas Medis dibantu Satuan Pengaman (Security Staff) melakukan evakuasi dan
penyemprotan disinfektan pada seluruh tempat, fasilitas dan peralatan kerja dan
Penghentian sementara dilakukan hingga proses evakuasi dan penyemprotan disinfektan,
serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan isolasi tenaga kerja yang pernah melakukan
kontak fisik dengan tenaga kerja yang terpapar telah selesai.
3) Waktu penghentian paling sedikit 14 (empat belas) hari kerja atau sesuai dengan
kebutuhan yang disertai dengan laporan pencegahan dan penanganan COVID-19 di
lokasi proyek dan penetapan keadaan kahar.
4) Dalam hal tidak diatur secara khusus dalam Dokumen Kontrak, mekanisme
penetapan keadaan kahar dan penghentian pekerjaan sementara akibat dari
penangananCOVID-19 maka berlaku ketentuan:
a) Terpenuhinya ketentuan pada Lampiran I, huruf A, angka 2.b, maka Satgas
Pencegahan COVID-19 melaporkan dan memberikan rekomendasi
penghentian pekerjaan sementara kepada PPK yang disertai dengan
dokumen dan bukti pendukungnya;
PASAL 3
PEKERJAAN BETON
1.1.2. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu jenis dan merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu
konstruksi/struktur yang sama), seperti yang digunakan dalam menentukan rencana
campuran beton dan telah diuji pada saat pembuatan campuran beton percobaan (trial mix
design), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang masih
diegel dan tidak pecah.
1.1.3. Pengangkutan semen harus terlindungi dari hujan. Harus diterimakan dalam sak (kantong)
asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan digudang yang cukup
ventilasinya dan diletakan tidak kena air, diletakan pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melampaui 2 m atau maksimal 10 sak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
1.1.4. Semen yang diragukan mutunya dan kerusakan-kerusakan akibat salah penyimpanan
dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang
telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
1.2. Agregat
1.2.1. Semua pemakaian koral (kerikil), batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus
memenuhi syarat-syarat:
Peraturan Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SNI 03-1750-1990 )
Peraturan Beton Indonesia (NI.2 - 1971).
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013.
Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous.
1.2.2. Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintegrasi alami dari batuan alam atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm.
1.2.3. Agregat kasar harus keras, bersih, dan tidak berpori. Jumlah butir-butir pipih tidak lebih dari
20%. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering dan bahan lain yang
merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.
1.2.4. Agregat kasar yang mempunyai ukuran lebih besar dari 30 mm, untuk penggunaannya harus
mendapat persetujuan Pengawas(PSC).
1.2.5. Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan alam,
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari
butir-butir yang tajam dank eras, tahan lama, bersih, dan tidak mengandung lumpur lebih
dari 5% terhadap berat kering, atau bahan organis yang merusak beton.
1.2.7. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu
beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam
proporsi campuran yang dipakai. Atau memenuhi syaarat-syarat yang tercantum dalam PBI-
NI-2-1971.
AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS
Ayakan %-Lewat Ayakan Ayakan %-Lewat Ayakan
(Berat Kering) (Berat Kering)
30,0 mm 100 10,00mm 100
25,0mm 90 – 100 5,00mm 90 – 100
15,0mm 25 – 60 2,50mm 80 – 100
5,0mm 0 – 10 1,20mm 50 – 90
2,5mm 0 – 5 0,60mm 25 – 60
0,30mm 10 – 30
0,15mm 2 – 10
1.2.8. Pengawas(PSC) dapat meminta kepada Kontraktor untuk mengadakan test kwalitas dari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh Pengawas(PSC),
setiap saat dalam laboratorium yang diakui atas biaya Kontraktor.
1.2.9. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplai, maka Kontraktor
diwajibkan memberitahukan Pengawas(PSC).
1.2.10. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.
1.3. Air
Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali) tidak mengandung
organisme yang dapat memberikan efek merusak beton, minyak atau lemak. Memenuhi
syarat-syarat Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013 dan uji
oleh Laboratorium yang diakui sah oleh yang berwajib dengan biaya ditanggung pihak
Kontraktor
1.4. Admixture.
1.4.1. Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan
maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture, sesuai ASTM 924.
1.4.2. Jenis dan jumlah bahan admixture yang dipakai harus ditest dan disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas(PSC).
1.4.3. Admixture yang telah disimpan lebih lebih dari 6 bulan dan telah rusak, tidak boleh
dipergunakan
1.5.2. Adukan beton terdiri dari bahan semen PC (tanpa fly ash), bahan pembantu (admixture
ASTM 494 Tipe A dan atau F), dan waterproofing integral (hydrophobic type) untuk Dinding
DPT, GWT, agregat halus, agregat kasar dan air. Kualitas bahan tersebut harus memenuhi
syarat yang ditentukan.
1.5.3. Perbandingan campuran yang tepat untuk jenis pekerjaan beton yang berlainan harus
direncanakan oleh Kontraktor dengan membuat adukan percobaan (trial mix design), dimana
harus ditunjukkan water-cement ratio, water content, gradasi agregat, slump dan kekuatan,
dan design mix tersebut harus dimintakan persetujuan ke Konsultan MK sebelum dapat
dipakai dalam pembuatan trial mix. Secara umum, adukan beton harus direncanakan untuk
menghasilkan beton yang sedemikian rupa sehingga diperoleh kepadatan maksimum,
penyusutan minimum, tidak ada kelebihan air pada permukaan ataupun menyebabkan
terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat.
1.5.4. Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mix) tersebut diatas harus dilakukan untuk
menentukan komposisi pembentuk beton yang akan digunakan.
1.6.3. Dari setiap set benda uji (4 silinder), satu benda uji digunakan untuk percobaan kekuatan
beton umur 7 hari dan 2 benda uji untuk umur 28 hari, sedangkan benda uji keempat harus
disimpan sebagai cadangan dan digunakan bilamana hasil uji tekan 28 hari tidak memenuhi
syarat. Laporan hasil percobaan tekan beton tersebut (satu asli dan satu copy) harus
diserahkan kepada Konsultan MK.
1.6.4. Bilamana untuk keperluan penentuan pembongkaran bekisting atau keperluan lainnya
dibutuhkan hasil test beton umur 3 hari, atau 14 hari, maka harus dibuat benda uji tambahan
untuk keperluan tersebut diluar jumlah yang telah ditentukan di atas.
1.6.5. Cetakan benda uji harus berbentuk silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm, dan memenuhi
syarat-syarat dalam SNI 03-1974-1990.
1.6.6. Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji dan curingnya harus dibawah Pengawas
(PSC) an. Produsernya harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2458-1991 : Metoda
Pengambilan Contoh Campuran Beton Segar, dan SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan
dan Perawatan Contoh Uji Beton di Laboratorium.
1.6.7. Ukuran identifikasi, silinderuji harus ditandai dengan suatu kode yang dapat menunjukan
tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan dan lain-lain yang perlu
dicatat.
1.6.8. Pengujian dilakukan sesuai dengan SNI 03-1974-1990 : Metoda Pengujian Kuat Tekan
Beton, termasuk juga pengujian-pengujian slump dan pengujian-pengujian tekanan.
1.6.9. Semua silinderuji harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan disetujui Pengawas
(PSC).
1.6.10. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada Pengawas(PSC) segera sesudah
percobaan, paling lambat 7(tujuh) hari sesudah pengetesan, dengan mencantumkan
besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standar, campuran adukan, berat kubus benda uji
dan data-data lain yang diperlukan.
1.6.11. Jika kekuatan beton berumur 7 hari kekuatannya kurang dari 70% kekuatan beton yang
berumur 28 hari, maka Pengawas(PSC) dengan segera memerintahkan untuk mengecek
campuran yang dipakai, dan jika perlu membuat mix design atau komposisi campuran beton
yang baru.
1.6.12. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi, maka
Pengawas (PSC) berhak meminta Kontraktor agar mengadakan percobaan non destruktif (
hammer test, loading test ) atau kalau memungkinkan mengadakan percobaan destruktif
(coring test).
1.6.13. Percobaan harus memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1971. Apabila gagal, maka bagian
tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan petunjuk Pengawas(PSC).
Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
1.6.14. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
1.7.2. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan „ Standard Test Method for
Slump of Portland Cement“ ASTM C143 dan atau SNI 03-1972-1990 Tentang Metode
Pengujian Slump Beton.
1.7.3. Slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Pengawas (PSC) untuk masing-masing jenis
pekerjaan. Secara Umum batasan nilai slump maksimum adalah sebagai berikut :
Dengan Additif 16 + 2 cm
Tanpa additif 14 + 2 cm
2. PENGECORAN BETON
2.1. Sebelum dilakukan pengecoran, kontraktor harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya
segala sesuatu yang berhubungan dengan pengecoran antara lain; Meneliti kembali
tulangan yang telah dikerjakan dan menyesuaikannya dengan gambar apabila
terdapat kesalahan. Tulangan yang bengkok, ikatan-ikatan yang lepas atau berobah
posisinya harus dibetulkan. Meneliti semua instalasi yang akan tertanam dalam beton,
apakah sudah tertanam dengan baik.
2.2. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama
pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas penulangan.
Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan
berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada
saat beton dicor.
2.3. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui
oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive
yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak
boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.
2.4. Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan, bilamana Pengawas(PSC) berpendapat bahwa
Kontraktor tidak memiliki fasilitas yang baik untuk melayani pengecoran, menjaga proses
pengerasan dan penyelesaian beton.
2.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan Pengawas (PSC) 24 jam sebelumnya dan
mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat
diperintahkan untuk menyingkirkan/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan,
atas biaya kontraktor sendiri.
2.6. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus
dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan
dibasahi dengan air semen.
2.7. Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk pengecoran suatu unit atau bagian
pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, dan tidak boleh terputus tanpa persetujuan
dari Konsultan Pengawas.
2.8. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara
(metode) yang se-praktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan
agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat
pengangkutan mesin haruslah mendapat persetujuan Pengawas(PSC), sebelum alat-alat
tersebut didatangkan ketempat pekerjaan. Semua alat-alat pengankutan yang digunakan
pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
2.9. Dalam cuaca normal adukan beton harus sudah dituang/dicor tidak lebih dari 90 menit sejak
ditambahkannya air dalam campuran semen dan agregat, tetapi dalam cuaca yang sangat
panas (diatas 35° C) tidak boleh lebih dari 60 menit, kecuali digunakan retarder. Batas
temperatur beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak melampaui 38° C
2.10. Beton tidak boleh dicor tanpa ijin Konsultan MK atau bila keadaan cuaca hujan atau panas
yang dapat menggagalkan pengecoran dan pengerasan yang baik, kecuali jika telah
disiapkan fasilitas-fasilitas untuk hal tersebut seperti yang ditentukan oleh Pengawas(PSC).
2.11. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai
diperiksa oleh dan mendapat persetujuan Pengawas(PSC).
2.12. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis maksimum 30 cm dan tidak
dibenarkan menuangkan adukan dengan manjatuhkan dari suatu ketinggian tinggi jatuh
melampui 1,5 meter dibawah ujung corong, saluran atau kereta dorong untuk pengecoran,
yang akan menyebabkan pengendapan agregat.
2.13. Adukan beton harus dicor dengan merata selama proses pengecoran; setelah adukan dicor
pada tempatnya tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter dalam arah
mendatar.
2.14. Untuk menghindari keropos pada beton, maka pada waktu pengecoran digunakan internal
concrete vibrator. Pemakaian external concrete vibrator tidak dibenarkan tanpa persetujuan
Pengawas(PSC).
2.15. Pengecoran dilakukan secara terus menerus (kontinyu/tanpa berhenti). Adukan yang tidak
dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dar mesin adukan beton,
dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak diperkenankan untuk dipakai
lagi.
2.16. Kontraktor harus menaruh perhatian khusus untuk segera memberi pelindung pada beton
yang baru dicor terhadap terik matahari maupun hujan agar dapat dicegah pengeringan
yang terlalu cepat atau masuknya air hujan pada adukan beton yang baru dicor, yang mana
dapat mempengaruhi kekuatan beton tersebut.
3.2. Pada waktu adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian, tempat tersebut harus
telah betul-betul padat dan tetap; tidak ada penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus
memasuki semua sudut, melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama
pengecoran kelebihan air pada permukaan beton harus sedikit saja.
3.3. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan dipadatkan dengan alat
penggetar / vibrator untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi rongga-rongga kosong atau
kantong udara dan sarang koral /beton yang keropos. Perhatian khusus harus diberikan
untuk pengecoran beton dan pemadatan beton di sekeliling waterstop agar tidak terjadi
kantong udara dibawah waterstop dan di sekitar angkur beton prategang dimana pada
daerah tersebut terdapat besi tulangan sangat padat.
3.4. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan secara
seksama.
3.5. Kontraktor harus menggunakan alat penggetar listrik berkecepatan tinggi yang bergetar
bagian dalamnya dari jenis "tenggelam" dengan amplitudo yang cukup, sehingga diperoleh
hasil yang baik dalam jangka waktu 15 (limabelas) menit setelah beton dengan konsistensi
yang ditentukan dicor dalam cetakan. Jarum alat penggetar harus dimasukkan kedalam
adukan vertikal, dan dalam keadaan khusus boleh miring sampai 45 derajat tetapi jarum alat
penggetar tidak diijinkan untuk digerakkan dalam arah horizontal karena hal ini dapat
menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
3.6. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum penggetar dan pada
umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 ~ 50 cm. Untuk pengecoran bagian-bagian yang
sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap lapisnya dapat dipadatkan
dengan baik.
3.7. Ujung vibrator beton tidak boleh sampai mengenai bekisting maupun pembesian. Jarum
penggetar ditarik dari adukan beton apabila disekitar jarum mulai nampak pemisahan air
semen dan agregat, yang biasanya terjadi sekitar 30 detik. Penarikan jarum penggetar tidak
boleh terlalu cepat agar tidak rongga bekas jarum penggetar dapat terisi penuh.
Penggetaran ulang pada beton yang sudah mulai “set” (pengikatan awal) tidak diijinkan.
3.8. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian vibrator tidak praktis, Pengawas(PSC) dapat
menganjurkan dan menyetujui pengecoran tanpa vibrator.
3.9. Kontraktor harus menyediakan alat vibrator cadangan yang cukup dan harus diletakkan
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran
3.10. Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan menggunakan alat penggetar.
Penggetaran harus dimulai pada saat adukan dituangkan dan dilanjutkan sampai adukan
berikutnya.
4. ANGKUTAN BETON
4.1. Cara dan alat-alat yang digunakan untuk mengangkut beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan, tanpa adanya kehilangan bahan yang bisa menyebabkan perobahan nilai slump.
4.2. Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ketempat
pengecoran sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan
pemisahan antara kerikil dan spesinya.
4.3. Beton lift digunakan untuk angkutan vertikal, sedang untuk alat angkut horizontal bisa
menggunakan kereta dorong Tidak diizinkan menggunakan ember-ember secara beranting.
5. SAMBUNGAN PELAKSANAAN
5.1. Sambungan pelaksanaan (construction joint) harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa
hingga tidak mengurangi kekuatan konstruksi dan mampu meneruskan gaya geser dan
gaya-gaya lainnya. Sambungan pelaksanaan tipe sambungan kunci dengan kedalaman 40
mm harus digunakan dalam sambungan pelaksanaan pada pelat lantai, dinding dan balok.
5.2. Sambungan pelaksanaan pada pelat dan balok pada prinsipnya harus ditempatkan pada
sekitar tengah-tengah bentang dari balok dan pelat tersebut. Tetapi pada balok yang
ditengah-tengah bentangnya ada pertemuan atau persilangan dengan balok lainnya, maka
lokasi siar pelaksanaan ditempatkan sekitar 3 lebar balok persimpangan balok tersebut.
Apabila tempat sambungan pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana,
maka sambungan pelaksanaan tersebut harus ditempatkan pada tengah-tengah bentang
atau tempat lainnya yang disetujui oleh Pengawas(PSC).
5.3. Permukaan beton pada sambungan pelaksanaan harus padat dan bersih dari kotoran-
kotoran atau beton yang rapuh dan bilamana dianggap perlu dapat dipasang kawat ayam.
Sebelum melaksanakan pengecoran beton, semua sambungan pelaksanaan harus dalam
kondisi bersih dan basah.
6. PERAWATAN BETON
6.1. Secara umum harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam peraturan PBI 1971.
6.2. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu, jika tidak ditentukan lain. Untuk
keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut:
Dipergunakan karung-karung yang senantiasa basah sebagai penutup beton.
Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan
beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali
sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti
atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.
6.3. Dalam jangka waktu tersebut cetakan beton harus tetap dalam keadaan basah. Apabila
cetakan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa waktu tersebut
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan mambasahi permukaan beton terus
menerus, dengan menutupinya dengan karung basah, fog spraying, curing coumpond, atau
dengan cara lain yang disetujui Pengawas(PSC).
6.4. Pengukuran Hasil Kerja. Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila
telah selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah
disyahkan oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
7. PEMBONGKARAN CETAKAN
7.1. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971, dimana bagian struktur yang dibongkar
cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
7.2. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui sebelumnya oleh
Pengawas(PSC).
7.3. Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti petunjuk
konsultan Pengawas. Beton yang masih muda tidak diizinkan untuk dibebani. Segera
setelah cetakan dibongkar, permukaan beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang
cacat, harus segera diperbaiki, diplester dengan campuran sedemikian rupa hingga
sesuai dengan warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang berdekatan. Hal
ini perlu diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
7.4. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding
yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan disamping lainnnya, 7 hari untuk dinding-dinding
pemikul, dan 21 hari untuk balok-balok dan plat atap.
7.5. Bahan-bahan bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi harus dikumpulkan dan disingkirkan
keluar lapangan agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
8.2. Permukaan beton harus bebas dari segala jenis kerusakan, dalam bentuk apapun dan harus
merupakan suatu permukaan yang rapi, licin, merata dan keras. Permukaan bagian atas
pelat beton yang tidak di-finish harus dijadikan permukaan yang seragam dan dirapikan
dengan menggunakan alat trowel besi, kecuali bila ditentukan lain
8.4. Beton yang menunjukkan rongga-rongga, lobang, keropos atau cacat sejenis lainnya harus
diperbaiki atau dibongkar dan diganti. Perbaikan baru boleh dikerjakan setelah ada
pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas(PSC); pekerjaan perbaikan tersebut harus
mengikuti petunjuk Pengawas(PSC). Lubang bekas batang pengikat cetakan harus diisi (di-
grout). Permukaan beton yang mengalami perbaikan tersebut harus dirawat sebagaimana
disyaratkan atau diperlukan untuk beton
9. PENGUJIAN BETON
9.1. Semua pengujian beton harus sesuai dengan PBI–1971. Kekuatan tekan dari beton
ditetapkan konsultan Pengawas dengan silinder berukuran 15 x 30 cm atau kubus berukuran
15 x 15 cm.
9.2. Kontraktor harus menyediakan fasilitas guna keperluan guna pengujian yang representative,
frekwensi pengujian ditetapkan konsultan Pengawas berdasarkan tingkat pengecoran dan
struktur.
9.3. Meskipun hasil pengujian kubus- kubus beton seperti diuraikan diatas memuaskan,
konsultan Pengawas berhak menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:
Konstruksi beton yang sangat keropos.
Bentuk dan posisi beton tidak sesuai dengan yang tidak ditunjukkan dalam
gambar.
Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang direncanakan.
PASAL 4
PEKERJAAN LANTAI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan dinyatakan dalam
gambar bestek. Finishing lantai dipakai Keramik yang ukurannya telah disesuaikan dengan
gambar bestek atau ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
2. STANDART
Standart yang digunakan sebagai berikut:
PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 (NI - 3).
ANSI : American National Standard Institute
TCA : Tile Council of America, USA. TCA 137.1 - Recommended Standard
Spesification for Ceramik Tile
4. PEDOMAN PELAKSANAAN
4. 1. Setelah pembongkaran lantai lama, pada lantai baru dihampar Pasir Urug setebal 10 cm
disiram dengan air dan dipadatkan menggunakan stamper pemadat.
4. 3. Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua pasangan pipa-pipa, saluran-
saluran dan lain sebagainya yang harus sudah terpasang dengan baik sebelum
pemasangan lantai dimulai.
4. 4. Adukan
4.4.1. Untuk peralatan lantai, lantai menggunakan rabat beton dengan tebal 7cm.
4.4.2. Adukan untuk pemasangan Keramik yaitu semen dicampur air, sehingga didapat campuran
yang plastis.
4.4.3. Adukan pasangan/pengikat dengan aduk campuran 1 PC : 3 pasir pasang dan ditambah
bahan perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan
ditambah bahan perekat
4. 5. Pemasangan
4.5.1. Adukan perekat untuk keramik harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat rongga-
rongga dibawah keramik tersebut yang dapat melemahkan kontruksi.
4.5.2. Sambungan antara keramik dengan keramik lainnya harus sama lebarnya, lurus dan harus
diisi dengan air semen (tepung AFA) yang warnanya disesuaikan dengan warna keramik
atau ditentukan kemudian oleh direksi teknis dan hasil padangan akhir harus rata dan
waterpass dan tidak bergelombang.
4.5.3. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-cacat lainnya. Apabila
terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk
bujur sangkar dan pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
4.5.5. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebarnya,
maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar dan lurus yang sama lebar dan
sama dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut sikut yang
saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
4.5.6. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang
telah diisyaratkan di atas. Pengisian siar ( Cor Nat ) harus menuggu hingga spasi kering.
4.5.7. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus
sesuai persyaratan dari pabrik
4.5.8. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari sentuhan/beban selama 3 x 24 jam dan
dilindungi dari kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain.
4.5.9. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan celah
celah yang terjadi pada permukaan lantai, harus ditutup dengan adukan semen pasir
(tasram) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya.
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN
1.1.2. Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam
gambar.
1.2. Standart
Standart yang digunakan adalah:
Batu bata harus memenuhi NI-10
Semen Portland harus memenuhi NI-8
Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 ayat 2
Air harus memenuhi PVBI-1982 Pasal 9
1.3. Bahan/Produk
Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex. lokal dengan kualitas terbaik
yang disetujui Konsultan Pengawas, siku dan sama ukurannya standard.
1.4. Pelaksanaan
1.4.1. Pasangan batu bata merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 PC : 5 pasir pasang.
1.4.2. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai
ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah setinggi 160
cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar menggunakan simbol
aduk trasraam/kedap air digunakan aduk rapat air dengan campuran 1 pc : 2 pasir pasang.
1.4.3. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
1.4.4. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
1.4.5. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan
siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.
1.4.6. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis
setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
1.4.7. Bidang dinding ½ batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok diameter
10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm. h. Pembuatan lubang pada pasangan untuk
perancah/steiger sama sekali tidak diperkenankan.
1.4.8. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.
1.4.9. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5%. Bata yang
patah lebih dari 2 tidak boleh dipergunakan.
1.4.10. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm
dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi
dan benar-benar tegak lurus
2. PEKERJAAN PLESTERAN
2.1. Lingkup Pekerjaan
2.1.1. Termasuk dalam pekerjaan plester dinding ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik.
2.1.2. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam dan luar
serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.
2.3.2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau pasangan
dinding batu bata telah disetujui oleh Konsultan Pengawas sesuai Uraian Syarat Pekerjaan
yang tertulis dalam buku ini.
2.3.3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar
arsitektur terutama dalam gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal /
tinggi / peil dan bentuk profilnya.
2.3.4. Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang berhubungan
dengan udara luar, dan semua pasangan batu bata di bawah permukaan tanah
sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan 150 cm dari permukaan lantai
toilet dan daerah basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc : 3 pasir.
d. Semua jenis aduk perekat tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan baik dan belum mengering. diusahakan agar jarak waktu
pencampuran aduk perekat tersebut dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit
terutama untuk adukan kedap air.
2.3.5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.
2.3.6. Untuk Beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting dan
kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu dan semua lubang-lubang bekas pengikat
bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.
2.3.7. Untuk bidang pasangan dinding batu bata dan beton bertulang yang akan difinish dengan
cat dipakai plesteran halus (acian di atas permukaan plesteran).
2.3.8. Semua bidang yang akan menerima bahan (finishing) pada permukaannya diberi alur-alur
garis horizontal atau diketrek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishingnya.
2.3.9. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan
keping-keping playwood setebal 9 mm untuk patokan keratan bidang.
2.3.10. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang dinyatakan
dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal plesteran minimum 2,5 cm,
jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat
daya lekat dari plesterannya pada bagian pekerjaan yang diijinkan Konsultan Pengawas
2.3.11. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu bidang
datar, harus diberi nat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya 0,5 cm, kecuali bila
ada petunjuk lain di dalam gambar.
2.3.12. Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi lengkung atau cembung bidang
tidak melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Kontraktor.
2.3.13. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar tidak
terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan
melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan - bahan penutup yang bisa
mencegah penguapan air secara cepat.
2.3.14. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran harus dibongkar
kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas dengan
biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai
Kontraktor harus selalu menyiram dengan air, sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali
setiap hari.
2.3.15. Selama pemasangan dinding batu bata / beton bertulang belum finish, Kontraktor
wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab Kontraktor dan wajib
diperbaiki.
2.3.16. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur lebih
dari 2 (dua) minggu.
PASAL 6
PEKERJAAN PINTU & JENDELA
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Menyediakan tenaga Kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik
dan sempurna.
1.2. Pekerjaan pintu dan jendela meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan
dalam detail gambar.
2. PERSYARATAN BAHAN
2.1. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan jendela adalah Clear glass dengan ketebalan 8mm,
mempunyai sifat tembuh cahaya.
2.2. Tebal bahan kaca, ukuran dan lokasi pemasangan sesuai dengan kebutuhan yang
ditunjukkan dalam gambar rancangan.
2.3. Bahan kaca yang digunakan dari mutu AA serta memenuhi ketentuan SNI 15-00471987 dan
SNI 15-0130-1987.
2.4. Toleransi bahan; dengan ukuran-ukuran panjang dan lebar dengan toleransi yang diizinkan
maksimal 2,00 mm.
2.5. Dari kesikuan bahan kaca akibat pemotongan dari lembaran kaca yang digunakan yang
berbentuk segi empat panjang harus mempunyai sudut siku serta tepi potongan yang rata
dan lurus, dengan toleransi kesikuan maksimum 1,50 mm untuk setiap 1 meter panjang.
2.6. Adapun untuk ketebalan bahan kaca lembaran dengan toleransi yang diizinkan maksimum 5
mm.
2.7. Segala alat bantu atau perlengkapan yang diperlukan dalam pekerjaan daun pintu frameless
harus terbuat dari bahan stainless atau sesuai yang disyaratkan.
2.8. Jenis pintu yang digunakan adalah slinding door, pintu kamar mandi, pintu kayu, dan pintu
kaca, yang sudah ditetapkan di RAB.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
3.1 Pelaksanaan Jendela Dan Kaca
3.1.1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat
pekerjaan dalam buku ini.
3.1.3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3.1.4. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda
untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur. Tanda-tanda harus
dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci.
3.1.5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong kaca
khusus.
3.1.6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk ke dalam alur
kaca pada kusen.
3.1.7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
3.1.8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen, harus diisi
dengan lem silikon.Warna transparant cara pemasangan dan persiapan-persiapan
pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik
3.2.2. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang +28 cm dari permukaan pintu, engsel
tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
3.2.3. Penarik pintu (door pull) dipasang 90 cm (as) dari permukaan lantai.
3.2.4. Pemasangan lockcase, handle dan backplate serta door closer arus rapi, lurus dan sesuai
dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut
tidak tercapai, Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
3.2.5. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
3.2.6. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya
4. SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN
4.1. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi tanda
agar mudah diketahui/dilihat.
4.3. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan
terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan.
PASAL 7
PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pengecatan dinding interior termasuk lantai 1
1.5. Pengecatan semua permukaan dan area yang ada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk Konsultan Perencana.
2.2. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh MK, bidang-bidang ini akan dipakai
sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
3. CONTOH BAHAN UNTUK PERAWATAN
3.1 Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang tersebut harus
dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat
dasar s/d lapisan akhir).
3.2 Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Konsultan Pengawas dan
Perencana. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas dan Perencana, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock
up.
3.3 Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian diteruskan
kepada Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-
kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang
ada di dalamnya.Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh Pemberi
Tugas.
4.2. Plamur yang digunakan adalah plamur tembok merk ICI atau setara.
4.3. Sebelum dinding plamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada
retak-retak dan Kontraktor meminta persetujuan kepada Owner.
4.4. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
4.5. Sesudah 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi kemudian dibersihkan dengan
bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
4.7. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin,
tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.
PASAL 8
PEKERJAAN SANITAIR
1. RUANG LINGKUP
1.1. Menyediakan tenaga Kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik
dan sempurna.
1.2. Pekerjaan sanitair meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam detail
gambar.
1.3. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana/ Konsultan
Pengawas beserta persyaratan / ketentuan pabrik untuk mndapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
2. PERSYARATAN BAHAN
Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Closet duduk dengan American Standart
Avur lantai stainlesstell
Sealant
Kran air EX. Onda
Wastafel
Meja beton wastafel + HT
3. SYARAT PELAKSANAAN
3.1 Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan
kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan
sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
3.2 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat
pekerjaan dalam buku ini.
3.3 Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada
konsultan perencana.
3.4 Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada kelainan /
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
3.5 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian / pemeriksaan untuk kesempurnaan
hasil pekerjaan dan fungsinya.
3.6 Kontraktor wajib memperbaiki / mengulangi / menganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.
PASAL 9
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Seluruh instalasi penerangan & stop kontak dalam Gedung
1.2. Seluruh instalasi penerangan halaman & parker.
1.4. Menyediakan dan memasang rack kabel dan hanger untuk feeder dan instalasi.
1.5. Mengurus permintaan daya listrik dan proses daya penyambungan listriksehingga dapat
digunakan oleh pemilik bangunan.
1.6. Menyediakan dan memasang lighting control terminal type Non Konventional lengkap
dengan tiang/tower penegak dan klem-klem.
1.7. Melaksanakan instalasi penghantar dan lighting control sampai bak control terminal
sampai bak kontrol lengkap dengan alat bantu.
1.8. Melaksanakan pentanahan lengkap bak control lengkap dengan tutup dan terminal
penyambung.
1.9. Melakukan pengetesan dan perizinan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1.16. Memasang nama-nama panel dan hubungan circuit breaker berupa tulisan yang jelas
dari bahan yang tahan lama.
2. PERSYARATAN PEMASANGAN
2.1. Persyaratan Instalasi Dan Peralatan
2.1.1. Kontraktor harus meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya sesudah mendapat Surat
Perintah Kerja (SPK).
2.1.2. Ajukan usul-usul kepada pemberi tugas, apa yang perlu dirubah atau diatur kembali agar
semua instalasi dan peralatan dalam sistem dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-
baiknya.
2.1.3. Sebelum melakukan pemasangan bahan dan peralatan lakukanlah pengukuran, meneliti
peil-peil dalam proyek menurut keadaan sebenarnya.
2.1.4. Apabila ada perbedaan antara pengukuran di lapangan, ajukan data-data kepada pemberi
tugas.
2.1.5. Kontraktor harus mebuat gambar kerja yang memuat gambar denah, potongan dan detail
sesuai keadaan sebenarnya di lapangan, dengan mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
2.1.6. Kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor lain, sehingga pemasangan instalasi dan
peralatan dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan.
2.1.7. Semua bahan instalasi dan peralatan sebelum dibeli, dipesan, masuk site atau dipasang
harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
2.2.2 Dalam shaft riser instalasi feeder terpasang dan diklem ke rak kabel shaft riser setiap jarak
150 tanpa pipa.
1.2.1 Ramset/ Dynabolt atau fischerplug harus terpasang ke plat beton dengan kokoh.
1.2.2 Pemasangan angkur harus dikerjakan sebelum pengecoran dan diikat kebesi beton.
Dapat juga dilakukan sengan tembakan ramset atau fisherplug.
1.2.3 Rackriser atau rak kabel atau cable tray bersama penggantung dimurbaut ke angkur.
1.2.4 Setiap belokan kabel terutama feeder yang besar harus diperhatikan radiusnya, minimal R =
30 D. dimana D adalah diameter kabel.
3. INSTALASI LISTRIK
3.1. Pemasangan Instalasi listrik harus sesuai dengan gambar rencana instalasi yang dibuat oleh
Instalateur yang sesuai menurut kebutuhan yang telah direncanakan oleh Perencana
instalasi tersebut dan disyahkan oleh PLN.
3.2. Perlengkapan seperti fitting, stop kontak, kabel isolator dan sebagainya harus bermutu baik
dan telah disetujui oleh Direksi.
3.3. Pipa union harus dipasang dalam dinding tembok/beton dan diatas langit-langit sakelar,
stop kontak, panel Box MCB, harus dipasang pada dinding tembok/beton.
3.4. Kabel yang dipergunakan sebagai hantaran untuk instalasi ke lampu-lampu dan stop kontak
dipakai kabel NYM yang mempunyai penampang 2,5 mm dengan sistim pemasangan di
klemkan pada rangka loteng.
3.5. Untuk pemasangan stop kontrak dilengkapi dengan kabel arde ( kabel 3 x 2,5 mm )
3.7. Banyaknya pemasangan serta jenis Bola lampu yang dipakai sesuai dengan gambar dan
RAB.
3.8. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh instalator yang ahli dan tetap mendapat pengakuan
dari PLN serta disetujui oleh Direksi.
3.9. Pemasangan Pipa dilakukan sebelum pekerjaan plesteran dan pengecoran plat lantai serta
atap dilaksanakan.
4. STANDARISASI/ PERATURAN
Semua bahan, peralatan dan pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau
mengacu kepada Peraturan Daerah maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi
Internasional, Standar Nasional maupun Internasional yang terkait. Kontraktor dianggap
sudah mengenal dengan baik standard dan acuan nasional maupun internasional dari
Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi
tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini:
SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.
SNI-04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.
SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.
SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.
SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda
Arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.
5. 3. Kabel NYM
5. 7. TL LED
5. 8. Seluruh pengkabelan untuk penerangan, stop kontak dan fan dilaksanakan dalam pipa
dan fitting-fitting High Impact Conduit PVC untuk dalam bangunan kecuali untuk feeder
dan NYY tanpa pipa. Untuk di halaman terpasang dalam trench atau tertanam dalam tanah.
6. PENGUNJIAN (TESTING)
6. 1. Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji, sehingga diperoleh yang baik dan
bekerja sempurna sesuai persyaratan PLN, spesifikasi dan pabrik. Bila diperlukan, bahan-
bahan instalasi dan peralatan dapat diminta oleh direksi untuk diuji ke Laboratorium atas
tanggungan biaya kotraktor.
6. 2. Tahapan-tahapan pengunjian adalah sebagai berikut:
a. Semua pelaksanaan instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan sesudah
bagian tersebut tertutup sehingga diperolah baik menurut PLN, spesifikasi dan pabrik.
c. Semua panel listrik sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus diuji tegangan
dan tahanan isolasi dalam kondisi baik.
f. Semua penyambungan harus diperiksa tersambung dengan mantap dan tidak terjadi
kesalahan sambung atau polaritas.
PASAL 8
PERATURAN PENUTUP
1. Meskipun dalam Bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan
kata-kata yang harus disediakan oleh Pemborong dan tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan pembangunan ini, maka pekerjaan tersebut diatas tetap dianggap ada dan dimuat
dalam Bestek ini.
2. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam Bestek ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh
Pemborong, harus dianggap seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam Bestek
ini, untuk menuju ke penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan
Direksi.