Anda di halaman 1dari 22

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

1. UMUM

1.1. PENDAHULUAN
Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan.
Bagian pekerjaan yang diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen berikut dibawah ini.

 Gambar-gambar pelelangan / pelaksanaan.


 Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pelaksanaan.
 Perincian Volume.
 Berita Acara Rapat Penjelasan.
Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini tidak mencakup salah
satu bagian yang disebutkan di atas bisa diterapkan, maka bagian dari persyaratan teknis
umum tersebut dianggap tidak berlaku.

1.2. REFERENSI

Atas seluruh bagian pekerjaan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan
(RKS) ini, kecuali jika secara khusus disyaratkan lain dalam satu atau lebih dokumen
pelelangan / pelaksanaan, juga berlaku :

 Undang-Undang R.I.
 Peraturan / Surat Keputusan dari instansi yang berwenang.
 Peraturan Pemerintah.
 Peraturan Pemerintah Daerah.
 Standard / Normalisasi / Pedoman di Indonesia.
Dalam hal ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak termasuk dalam
persyaratan teknis umum / khusus. Maka atas bagian pekerjaan tersebut Pelaksana Pekerjaan
/ Pemborong harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini guna
disepakati oleh Konsultan Perencana untuk disepakati sebagai pedoman persyaratan
teknis :
1. Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada bagian
pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh instansi / Institusi / Asosiasi Profesi
/ Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional dari negara lain, sejauh hal
tersebut diperoleh kesepakatan dengan Konsultan Perencana.
2. Brosur teknis dari produsen yang di dukung sertifikat dari lembaga pengujian yang
diakui Badan Nasional / Internasional.
1.3. PEMAKAIAN UKURAN
a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tetap bertanggung jawab dalam
menepati semua ketentuan yang tercantum dalam Spesifikasi teknis dan
gambar-gambar pelaksanaan.
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mengadakan pemeriksaan
menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada (Arsitektur, Struktur
dan M&E) & kondisi lapangan serta kebenaran dari ukuran ukuran keseluruhan
maupun bagian - bagiannya dan segera memberitahukan Konsultan
Manajemen Konstruksi tentang setiap perbedaan yang ditemukan didalam
pelaksanaan. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong baru diizinkan membetulkan
kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas Konstruksi dan Direksi.
c. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal
apapun menjadi tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

1.4. PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN


a. Semua material bangunan yang akan digunakan harus sesuai dengan
ketentuan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS). Untuk
jenis material bangunan tertentu harus disertai pengetesan, dan atau surat
pernyataan sertifikat / klasifikasi) dari instansi yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawas Konstruksi dan disetujui Direksi untuk kebutuhan tersebut.
Konsultan Pengawas Konstruksi berhak menginstruksikan kepada Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong untuk segera mengeluarkan material-material yang
ternyata tidak memenuhi spesifikasi keluar dari site, dalam waktu 24 jam.
Semua biaya yang diperlukan baik untuk field-test ataupun "Lab-test"
menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Konsultan Pengawas Konstruksi berhak memeriksa pekerjaan yang oleh
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong setiap waktu. Meskipun pekerjaan telah
diperiksa oleh Konsultan Pengawas Konstruksi, tanggung-jawab atas hasil
pekerjaan tetap menjadi tanggungan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong bertanggung jawab dan harus
memperbaiki dan apabila perlu, membongkar pekerjaan-pekerjan yang telah
dilaksanakan yang tidak sesuai dengan ketentuan didalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini.
d. Biaya-biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran bahan-
bahan yang tidak memenuhi syarat keluar lapangan dan perbaikan atau
pembongkaran pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat
merupakan tanggung-jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

1.5. PENANGGUNGJAWAB PELAKSANAAN


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menempatkan seorang
penanggungjawab pelaksanaan seorang sarjana Sipil yang ahli dan
berpengalaman dibidangnya dan sebagai pelaksana pekerjaan bangunan
gedung. Penanggungjawab pelaksanaan harus selalu berada di lapangan yang
bertindak sebagai wakil Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dilapangan dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan- keputusan teknis
dengan tanggungjawab penuh dilapangan untuk menerima segala instruksi dari
Konsultan Pengawas Konstruksi. Semua langkah dan tindakannya oleh
Konsultan Pengawas Konstruksi dianggap sebagai langkah dan tindakan
Pelaksanaan Pekerjaan / Pemborong.
b. Penanggung jawab harus terus menerus berada di tempat pekerjaan selama
jam-jam kerja dan saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat
yang dikehendaki Konsultan Pengawas Konstruksi.
c. Petunjuk dan perintah Konsultan pengawas Konstruksi didalam pelaksanaan
disampaikan langsung kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong melalui
penangung jawab tersebut sebagai penanggungjawab di lapangan.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diwajibkan pada setiap saat menjalankan
disiplin dan tata tertib yang ketat terhadap semua buruh, pegawai, termasuk
pengurus bahan-bahan yang berada dibawahnya. Siapapun diantara mereka
tidak boleh melanggar terhadap peraturan umum, mengganggu ataupun
merusak ketertiban, berlaku tidak senonoh melakukan perbuatan yang
merugikan pelaksanaan, harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas
perintah Konsultan Pengawas Konstruksi.

1.6. TANGGUNGJAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT


a. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang
timbul selama jangka waktu tanggung jawab dari Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan yang tidak sesuai
atau cara pengerjaannya yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan didalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini,
menjadi tanggungjawab penuh dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk
mengadakan perbaikan sampai dianggap cukup oleh Konsultan Pengawas
Konstruksi atas biaya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
b. Konsultan Pengawas Konstruksi juga berhak untuk setiap saat minta kepada
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk mengadakan perbaikan- perbaikan
dengan biaya Pelaksana Pekerjaan / Pemborong atas semua pekerjaan yang
cacat yang timbul selama masa pemeliharaan.

1.7. WEWENANG PEMBERI TUGAS UNTUK MEMASUKI TEMPAT PEKERJAAN

Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki tempat
pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lainnya dimana Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong melaksanakan pekerjaan, dan bilamana pekerjaan harus dilaksanakan di bengkel
kerja atau tempat-tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, maka
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong menurut ketentuan-ketentuan dalam Sub-Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong itu harus bisa mendapatkan jaminan agar Pemberi Tugas dan para
wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat lain kepunyaan
Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

1.8. FASILITAS LAPANGAN


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyediakan atas biaya sendiri
fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan didalam pelaksanaan dan
menyelesaikan pekerjaan,
b. Pelaksana Pekejaan / Pemborong harus menyediakan atas biayanya sendiri
fasilitas-fasilitas pembantu untuk melaksanakan pekerjaan, seperti:
Listrik :
Untuk melaksanakan pekerjaan, keamanan dan penerangan didalam bangunan -
bangunan sementara, halaman-halaman dan tempat-tempat pekerjaan yang
dianggap perlu.
Air bersih :
Yang sesuai untuk kebutuhan, baik untuk pelaksanaan pekerjaan, air minum,
kebersihan, air hydrant dll.
Alat-alat Pemadam Kebakaran :
Diletakkan ditempat yang strategis dilokasi pekerjaan dan dilengkapi dilengkapi
dengan sirine / alarm untuk keadaan darurat (emergency).
Alat-alat PPPK :
Harus Lengkap guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan dan
harus selalu berada ditempat pekerjaan.

1.9. PENGATURAN LOKASI KERJA


a. Pengaturan dan penggunaan halaman kerja harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas Konstruksi. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus
membuat rencana detail penempatan los-los kerja, tempat penimbunan bahan
dll, baik untuk keperluan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong, Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong Specialis dan para Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong sesuai dengan pengaturan yang diberikan Konsultan
Pengawas Konstruksi.
b. Selama berlangsungnya pembangunan kebersihan halaman, kantor, gudang dan
los-los kerja dan bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih
dan tertib, bebas dari bahan-bahan bekas, tumpukan tanah dan lain- lain.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam menempatkan barang-barang dan
material-material kebutuhan pelaksanaan, baik di dalam gudang-gudang
ataupun dihalaman terbuka, harus mengatur sedemikian rupa sehingga :
 Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum.
 Tidak menyumbat saluran air.
 Terjamin keamanannya.
 Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Konsultan
Pengawas Konstruksi.

d. Cara penempatan bahan dan peralatannya harus disesuaikan dengan


kondisi yang disyaratkan oleh produsen, untuk menghindarkan kerusakan-
kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
e. Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan
langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk
disimpan didalam site.
f. Tidak diperkenankan :
 Buruh menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan izin Konsultan
Pengawas Konstruksi. Bila izin khusus tersebut diberikan, maka Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong tetap bertanggung-jawab atas kemungkinan
kerugian-kerugian apapun yang disebabkan oleh buruh yang menginap
tersebut.
 Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas izin Konsultan Pengawas
Konstruksi.
 Memberikan izin masuk kepada penjual-penjual makanan, buah-buahan,
minuman, rokok dsb.
 Tanpa seizin petugas keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali
petugas dari Konsultan Pengawas Konstruksi, tidak dibenarkan untuk
keluar masuk secara bebas ke lapangan.
 Melanggar peraturan lain mengenai penertiban yang akan dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas Konstruksi pada waktu pelaksanaan.
 Pekerja-pekerja diwajibkan memakai tanda pengenal. Pembuatan tanda
pengenal atas beban Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
g. Pengaturan mengenai penertiban dan pengamanan site harus
dikoordinasikan dengan bagian security bersama-sama dengan Konsultan
Pengawas Konstruksi pada waktu pelaksanaan akan dimulai.

1.10. KETENTUAN - KETENTUAN DARI PEMBERI TUGAS


a. Kelalaian-kelalaian yang dibuat oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
seperti :
 Tanpa ada alasan ternyata meninggalkan pekerjaan sebelum pekerjaan
seluruhnya selesai atau apabila tidak mengindahkan segala instruksi yang
diberikan oleh Konsultan Pengawas Konstruksi / Pemberi Tugas.
 apabila tidak dapat melanjutkan pekerjaannya secara teratur dan baik,
 atau dalam hal telah menyerahkan bagian yang menjadi tanggung-
jawabnya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas Konstruksi.
 tidak menghadiri rapat-rapat teknis.
b. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah menerima instruksi tertulis dari
Konsultan Pengawas Konstruksi / Pemberi Tugas masih belum ada tanda
adanya perubahan yang berarti atau belum dilaksanakan instruksi
termaksud, maka Konsultan Pengawas Konstruksi akan mengeluarkan
peringatan tertulis. Apabila dalam 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya
peringatan tertulis, masih belum ada perubahan yang berarti maka
Konsultan Pengawas Konstruksi dapat mengambil tindakan dengan tidak
mempertimbangkan alasan-alasan apapun yang terjadi sebelumnya. Tindakan
tersebut dapat berupa dialihkannya tugas termaksud kepada pihak lain dengan
biaya dibebankan kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
c. Apabila ternyata Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut mengalami
kebangkrutan (bankrupt) atau telah terjadi pengambil-alihan oleh pihak lain
atas perusahaannya secara hukum atau tindakan-tindakan lain yang senada
dengan tindakan tersebut diatas, maka pekerjaan Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong dibawah kontrak ini akan diadakan tindakan lebih lanjut. Pekerjaan
tersebut dapat dilanjutkan sesuai dengan kontrak tersendiri, hanya apabila
telah terdapat persetujuan antara Pemberi Tugas dengan pihak lain yang telah
mengambil-alih semua kegiatan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tersebut.
d. Apabila dengan tindakan seperti tercantum diatas ternyata pekerjaan tidak
dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka :
1. Pemberi Tugas akan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan
memberikan kepada pihak lain, dengan menggunakan semua fasiltas dan
peralatan yang telah berada dilapangan seperti bangunan-bangunan
darurat, gudang, peralatan-peralatan kerja, barang-barang, material,
termasuk barang-barang yang telah dibeli (tetapi belum sampai
ditempat) yang akan digunakan untuk mnyelesaikan pekerjaan di lapangan.
2. Bila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas Konstruksi
maka dalam waktu 10 (sepuluh) hari sesudah dikenakannya suatu
tindakan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus tetap menyerahkan
barang-barang dan material yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan dilapangan sesuai dengan isi kontrak ini, melalui supplier atau
Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang menyerahkan barang-barang
dan material sesuai dengan kontrak ini, yang mana ternyata sebegitu jauh
belum dibayar oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yaitu dengan
memotong bagian yang harus dibayarkan kepada Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong sesuai penilaian prestasi.
3. Apabila dianggap perlu oleh Pemberi Tugas maka semua barang yang masih
tinggal di lapangan seperti peralatan-peralatan kerja, barang- barang
material dan barang-barang yang disewanya, harus segera dikeluarkan dari
lapangan dan semua biaya untuk hal tersebut menjadi beban Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong. Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari ternyata hal
tersebut diatas tidak dilaksanakan, maka akan diselesaikan menurut
kebijaksanaan Pemberi Tugas, dengan tidak bertanggung-jawab atas
kerusakan atau hilangnya barang-barang tersebut. Ketentuan tersebut juga
berlaku bagi Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang karena satu dan lain
hal ternyata dihentikan kontrak kerjanya oleh Pemberi Tugas.
1.11. KEWAJIBAN PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG
a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyelesaikan pekerjaan secara
lengkap seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan didalam kontrak.
b. Selekas mungkin sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK) atau
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa belaku
Jaminan Penawaran, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyediakan
Jaminan Pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Bank atau Badan Keuangan lain
yang disetujui oleh Pemberi Tugas. Apabila Jaminan Pelaksanaan belum
diserahkan kepada Pemberi Tugas didalam jangka waktu tersebut, maka hal ini
berarti Pelaksana Pekerjaan / Pemborong mengundurkan diri dari pelaksanaan
pekerjaan kontrak ini. Demikian pula, apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari
setelah dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong belum mulai melaksanakan pekerjaan di lapangan dan / atau belum
membayar dan / atau belum menyerahkan Jaminan Pelaksanaan, maka hal ini
berarti Pelaksana Pekarjaan / Pemborong menolak melaksanakan pekerjaan
dan mengundurkan diri dari pelaksanaan pekerjaan tersebut.
c. Apabila ternyata dalam gambar-gambar kontrak terdapat perbedaan-
perbedaan atau penyimpangan-penyimpangan dengan apa yang telah
tercantum didalam kontrak sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam
pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus segera
memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas Konstruksi untuk
diadakan penyelesaian.
d. Apabila terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan
ketentuan-ketentuan dalam uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat
pelaksanaan (RKS), maka ketentuan yang paling lengkaplah yang mengikat.
e. Yang dimaksud dengan “gambar” adalah gambar pelaksanaan, gambar kerja,
gambar-gambar detail dan gambar-gambar lainnya yang dibuat untuk
pekerjaan ini sebelum atau pada saat pelaksanaan pekerjaan.Apabila terdapat
perbedaan antara gambar-gambar tersebut, maka gambar yang berskala lebih
besarlah yang mengikat.
f. Apabila pada waktu pelaksanaan, oleh Konsultan Perencana diadakan
perubahan-perubahan dalam penggunaan bahan dan ukuran-ukuran, maka
pada saat penyerahan pertama Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
diwajibkan menyerahkan tiga set gambar perubahan yang dikerjakan diatas
gambar cetakan asli dengan tinta berwarna.
g. Atas perintah Konsultan Pengawas Konstruksi kepada Pelaksana Pekerjaan/
Pemborong dapat dimintakan gambar-gambar penjelasan dan rincian atas
bagian-bagian pekerjaan khusus. Gambar-gambar tersebut yang telah dibubuhi
tanda persetujuan dari Konsultan Pengawas Konstruksi selanjutnya dianggap
sebagai gambar pelengkap dari Perencana. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
diwajibkan untuk menyerahkan tiga set cetakannya kepada Konsultan
Pengawas Konstruksi.
h. h. Biaya pembuatan semua keperluan gambar-gambar yang dibutuhkan selama
masa kontrak, baik gambar asli dan atau gambar perubahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan untuk kepentingan Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
maupun gambar-gambar yang memerlukan persetujuan dari Konsultan
Pengawas Konstruksi / Konsultan Perencana yang harus dibuat diatas
kertas kalkir, dan biaya pencetakan gambar-gambar tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
i. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikelurkannya Surat Perintah
Kerja (SPK), Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus telah mulai dengan
pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-
syarat yang diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan harus dipenuhi
terlebih dahulu.
j. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib mempelajari dan memahami
semua Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Persyaratan Umum maupun
supplementnya, Persyaratan Standard Internasional dan Persyaratan yang
dikeluarkan produsen serta tidak menyimpang dari ketentuan didalam
dokumen pelelangan serta segala petunjuk-petunjuk tertulis yang telah
dikeluarkan.
k. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diharuskan menyediakan sedikitnya satu set
gambar-gambar pelaksanaan dan RKS ditempat pekerjaan dalam keadaan
yang tetap rapih dan bersih yang dapat dilihat setiap saat oleh Pemberi Tugas,
Konsultan Pengawas Konstruksi ataupun petugas-petugas lainnya.
l. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong berhak meminta penjelasan kepada
Konsultan Pengawas Konstruksi, Konsultan Perencana atau pihak lain yang
ditunjuk Pemberi Tugas bilamana menurut pendapatnya ada bagian-bagian dari
dokumen kontrak, gambar atau hal-hal lainnya yang kurang jelas.

1.12. TUGAS PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG DALAM PELAKSANAAN


a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK)
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong telah mulai dengan pekerjaan pembangunan
fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-syarat yang diwajibkan agar
dapat dimulainya pekerjaan, harus segera dipenuhi,
b. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mempunyai dan menyediakan atas
biayanya sendiri semua tenaga dan peralatan yang dibutuhkan untuk
terlaksananya pekerjaan sesuai dengan kontrak.
c. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus menyerahkan :

 Daftar / susunan Staf Pelaksana yang ditempatkan dilapangan.


 Daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan.
 Detail rencana waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule)
 Schedule pengadaan meterial.
 Dan lain-lain yang diperlukan.
d. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku, serta instruksi-instruksi tertulis
yang dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan
dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
e. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong wajib berkoordinasi dengan pihak
lainnya dalam kelancaran pelaksanaan pekerjaan proyek terutama
berkoordinasi dengan pihak Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
langsung dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
f. Sub Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus melaksanakan pekerjaannya
diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong, yang telah disetujui Konsultan Pengawas Konstruksi dan Pemberi
Tugas. Dalam hal Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong tidak mengindahkan
teguran tertulis dari Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dalam hal
penyelarasan jadwal dengan pelaksanaan pekerjaan Sub- Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong dapat dikenakan sanksi denda / teguran.
g. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi segala peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku serta instruksi-instruksi tertulis yang
dikeluarkan oleh Pemerintah / Penguasa setempat sehubungan dengan
pekerjaan yang dilaksanakan.
h. Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus :
1. Memperhatikan, melaksanakan dan mengikuti semua ketentuan yang
dikeluarkan oleh Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama sehubungan
dengan fungsinya sebagai koordinator pelaksanaan pekerjaan
sepanjang ketentuan tersebut berhubungan dengan pelaksanaan
kontrak ini.
2. Bekerja sama dan saling tidak mengganggu dengan pihak lainnya
(Pelaksana Pekerjaan / Pemborong Utama, Sub-Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong lainnya dan pihak-pihak lain yang disetujui oleh Pemberi
Tugas untuk melaksanakan pekerjaan tertentu) didalam melaksanakan
pekerjaan yang merupakan bagian dari pembangunan proyek ini.
3. Menjamin pihak-pihak lainnya sebagaimana tersebut diatas dari segala
macam kerugian yang diderita oleh pihak lain tersebut didalam
melaksanakan pekerjaannya yang disebabkan oleh kelalaian dan
kesalahan Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

1.13. INSTRUKSI KONSULTAN PENGAWAS KONSTRUKSI


a. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus mematuhi dan melaksanakan
semua instruksi tertulis yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas Konstruksi.
Apabila dalam waktu 2 (dua) hari sesudah menerima instruksi tersebut,
ternyata masih belum ada realisasinya maka Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong
akan diberi peringatan tertulis dari Konsultan Pengawas Konstruksi. Apabila
dalam waktu 2 (dua) hari setelah peringatan tertulis dikeluarkan ternyata
masih belum ada realisasi dari pelaksana instruksi tertulis tersebut, maka
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong dapat dikenakan tindakan administratip
seperti yang disebut dalam dokumen kontrak.
b. Semua instruksi dari Konsultan Pengawas Konstruksi harus dikeluarkan secara
tertulis (Instruksi tertulis). Suatu instruksi lisan bukan mutlak merupakan
pekerjaan yang harus segera dilaksanakan. Oleh karena itu apabila dalam waktu
2 (dua) hari tidak dikeluarkan instruksi tertulis, hal tersebut tidak perlu
ditanggapi Pelaksana Pekerjaan / Pemborong. Tetapi sebaliknya Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong bertanggung-jawab penuh atas biayanya sendiri untuk
segala pekerjaan yang telah dilaksanakannya tanpa adanya instruksi tertulis
dari Konsultan Pengawas Konstruksi.
c. Instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas Konstruksi tersebut dapat berupa
:
 Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi keteguhan konstruksi, atau pekerjaan finishing
yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari persyaratan-
peryaratan teknis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan
(RKS) dan gambar pelaksanaan.
 Instruksi untuk menyingkirkan material / bahan yang tidak memenuhi
syarat dan harus diangkut keluar areal proyek.
 Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari Pelaksana
Pekerjaan / Pemborong yang dianggap kurang mampu (un-skilled).
 Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (pengurangan dan
penambahan pekerjaan) yang sudah waktunya dilaksanakan dengan
segera.
 Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan / Pemborong yang
dianggap kurang mampu, baik dari segi mutu kerja maupun kecepatan
kerja.
 Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan.
 Dan instruksi-instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas
Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.
d. Bilamana ada instruksi lisan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong berhak untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada
Konsultan Pengawas Konstruksi. Tetapi sebaliknya Pelaksana Pekerjaan /
Pemborong bertanggung-jawab penuh atas segala pekerjaan yang telah
dilaksanakan tanpa adanya instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas
Konstruksi.

1.14. PERUBAHAN RENCANA


a. Atas instruksi dan persetujuan KMK, Konsultan Perencana berhak
mengadakan suatu perubahan atas rencana yang telah ada dengan memberi
instruksi tertulis kepada Pelaksana Pekerjaan / Pemborong untuk dilaksanakan.
Dalam hal ini Pelaksana Pekerjaan / Pemborong harus bertanggung-jawab atas
pekerjaan yang tidak sesuai dengan instruksi tersebut.
b. Yang dimaksud dengan perubahan tersebut adalah perubahan (alternatif atau
modifikasi) dari pada design, kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan seperti
yang tercantum didalam gambar-gambar kerja (kontrak). Perubahan tersebut
termasuk penambahan, pembatalan atau penggantian dari suatupekerjaan,
perubahan dari jenis atau standard dari suatu bahan, peralatan atau mesin yang
dipergunakan didalam pekerjaan.
c. Kuantitas dan nilai dari semua perubahan akan dihitung oleh Konsultan
Pengawas Konstruksi menurut ketentuan yang berlaku didalam kontrak ini dan
apabila diperlukan, Pelaksana Pekerjaan / Pemborong diberi kesempatan
untuk mengikuti perhitungan yang dibuat.
Untuk perhitungan nilai dan perubahan, metode atau cara berikut ini harus dipakai:
1. Harga-harga yang tertera didalam kontrak dipakai untuk menghitung nilai dari
item pekerjaan yang bersifat sama.
2. Untuk item pekerjaan dimana sifatnya berbeda maka harga-harga yang tertera
didalam Penawaran merupakan dasar perhitungan dari nilai suatu perubahan,
sepanjang nilai yang didapat adalah wajar dan hanya untuk sifat yang berbeda
saja yang dinilai perubahannya.

1.15. PERATURAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN

Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :

 AV. (Algemen Voor Waarden Voor De Uitvoering Bijaaneming Van Openbare


Werken In Indonesia, tgl. 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran Negara No.
14571).
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI. - 2 / 1971 dan Tata Cara Penghitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan
 SK-SNI T-15-1991-03. Gedung
 Semua SNI yang terkait dengan Mutu Bahan-bahan Bangunan.
 Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI. –3 / 1956.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI.- 5.
 Peraturan Umum Listrik (AVE) NI. - 6.
 Peraturan Umum Air Minum (AVWI-drink water).
 Peraturan Semen Portland Indonesia NI – 8 / 1972.
 Peraturan Pengecatan NI. - 12.
 Peraturan Muatan Indonesia NI.-18.
 Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL).
 PeraturanMenteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
 SNI 0311, Lapis seng, cara uji
 SNI 07-2053-2006, Baja lembaran lapis seng (Bj LS)
 SNI 4096: 2007, Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj
LAS)
 SNI 8389, Cara uji tarik logam
 JIS G3323: 2012, Hot-dip zinc-aluminium-magnesium alloy-coated steel sheet and
strip
 Keputusan – keputusan dar i Majel is Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dar i Badan
Arbi t rasi Nasional Indonesia (BANI )
 SNI 03-2445-1991 / SK SNI S-05-1990-F, Spesi f ikasi kayu gergajian untuk
bangunan rumah dan gedung.
 SNI 03-2353-1987 / SNI 4.3-53.1987/UDC, Spesi f ikasi kayu awet untuk
perumahan dan gedung.
 SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan A (Bahan bangunan bukan logam)
.
 SK SNI S-05-1989, Spesifikasi bahan bangunan bagian B (Bahan bangunan dari besi
/baja) .
 SK SNI -06-1989-F, Spesifikasi bahan bangunan bagian C (Bahan bangunan dar i
logam bukan besi ) .
 SNI 03-2408-1991 / SK SNI T-09-1990-F, Tata cara pengecatan logam.
 SNI 03-2495-1991, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.
 SK SNI 03-1994-03, Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan plesteran.
 SNI 03-1726-1989 / SK SNI 1-03-53-1987, Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk rumah dan gedung.
 SNI 03-2410-1991 / SK SNI T-11-1990-F, Tata cara pengecatan dinding tembok
dengan cat emulsi .
 SNI 03-2835-1992 / SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
persiapan dan tanah untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-2i836-1992 / SK SNI T-01-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
pondasi batu belah untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-2837-1992 / SK SNI T-05-1991-03, Tata cara perhitungan harga satuan
dinding tembok dan plesteran untuk bangunan sederhana.
 SK SNI S-03-1994-03, Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan
plesteran.
 SNI 03-3434-1994 / SK SNI T-11-1992-03, Tata cara perhitungan harga satuan
kayu untuk bangunan sederhana.
 SNI 03-3435-1994 / SK SNI T-11-1992-03, Tata cara perhitungan harga satuan
penutup langit - langi t untuk bangunan sederhana.
 Peraturan Beton Ber tulang Indonesia 1971/1984 (PBI 1971/1984).
 Peraturan Konst ruksi Baja yang ber laku Indonesia
 Peraturan Umum dar i Dinas Keselamatan Ker ja Depar temen Tenaga Kerja.
 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI -3 1970.
 Peraturan Konst ruksi Kayu Indonesia, NI -5 1961.
 Peraturan Semen Portland Indonesia , NI -8.
 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983.
 Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan
Normalisasi di Indonesia yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan
Pengawas. Standard / Normalisasi / Kode / Pedoman yang dapat diterapkan pada
bagian pekerjaan bersangkutan, yang dikeluarkan oleh Instansi / Institusi /
Asosiasi Profesi / Asosiasi Produsen / Lembaga Pengujian Nasional ataupun dari
Negara lain, sejauh mana bahwa atas hal tersebut dianggap relevan.

1.16. Lingkup pekerjaan meliputi :

Penyediaan bahan berikut pelaksanaan pembangunan gedung sesuai dengan gambar,


persyaratan dan lain-lain sesuai dengan apa yang tercantum dalam gambar dan syarat teknis
pelaksanaan.
Pekerjaan atau bagian-bagian yang walaupun tidak disebutkan dalam bestek tetapi
masih berada dalam lingkungan pekerjaan haruslah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi.
1.17. Pembangunan yang dilaksanakan ialah :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Plafon
c. Pekerjaan Instalasi Penerangan
d. Pekerjaan Atap
e. Pekerjaan Pengecatan

2. LOKASI PROYEK
Pekerjaan ini dilaksanakan / dilakukan di REHAB SARPRAS OLAHRAGA GOR BUNG
KARNO Kabupaten Kudus selanjutnya akan ditunjukkan pada saat aanwijzing.
Pekerjaan REHAB SARPRAS OLAHRAGA GOR BUNG KARNO sebagai berikut :

NO URAIAN PEKERJAAN SPESIFIKASI BRAND

Rangka besi
1 Plafon Rangka besi hollow 35.35.0,35mm
hollow
Kalsiboard Kalsiboard
PVC Petrafon, DAK, Elite
Pengecatan
2 Pengecatan Catylac, Vinilex
plfon
Water proofing
No Drop
coating dag
Rangka baja
3 Atap Kencana, Taso, Gigasteel
ringan C75
Atap galvalum
Kencana, Taso, Well
0,3mm
4 Instalasi Penerangan NYM 2x2,5mm Eterna, Extrana (setara)
Conduit Legrand, Clipsal, Boss (setara)
Lampu Down
light led outbow Philips, Panasonic
18W
SYARAT – SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
LINGKUP PEKERJAAN
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
 Pekerjaan Pembuatan Papan Nama Proyek
 Bahan :
Untuk papan nama proyek menggunakan banner yang dipasang
menggunakan tiang kayu.
 Pelaksanaan :
Membuat papan nama proyek menggunakan banner yang dipasang pada
papan dengan ukuran 80 x 120 cm. Didirikan tegak diatas kayu ukuran 5/7 cm
setinggi 200 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan
nama proyek memuat:
• Nama Proyek
• Pemilik Proyek
• Lokasi Proyek
• Jumlah Biaya ( Kontrak )
• Nama Konsultan Perencana
• Nama Konsultan Pengawas
• Nama Pelaksana ( Kontraktor)
• Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun

 Pekerjaan Pembongkaran
Pada pekerjaan pembongkaran harus dilakukan dengan hati – hati dan
mengutamakan keselamatan sekitar

 Pekerjaan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


 Bahan :
1). Pengadaan APD ( Helm Keselamatan, Kacamata Keselamatan, Sepatu
Keselamatan, Sarung Tangan, Masker, Rompi Keselamatan, dan
perlengkapan lainya sesuai dengan pekerjaan)
2). Pengadaan Rambu – Rambu ( Rambu Peringatan, Rambu Petunjuk,
Rambu Larangan dan Rambu Kewajiban ) Sesuai dengan petunjuk
pengawas.
3). Pengadaan Kotak P3K beserta isinya.
4). Pembayaran BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja.

2. PEKERJAAN ATAP
 Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja ringan menggunakan Baja
ringan C75 seperti tercantum dalam gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan Baja baik.
Pekerjaan baja ada pada pekerjaan atap baja ringandengan tetap mengacu peraturan
sbb:

B. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
- SNI – 03. 1729 - 2002 Tata cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung
- Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia (PUBI-1982)
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat

C. Material Baja
 Semua material untuk Konstruksi Baja ringan harus menggunakan Baja yang baru dan
memenuhi Baja Mutu Tinggi G 550, Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa, Tegangan
Maksimum 550 Mpa, Modulus Elastisitas 200.000 Mpa, Modulus geser 80.000 Mpa,
menggunakan bahan dengan merk Kencana, Taso, Gigasteel.
.
 Penyedia Jasa Konstruksi harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik pembuat Baja
tersebut. Apabila Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai keraguan terhadap hasil
test tersebut dan atau keraguan terhadap mutu baja yang dipakai di lapangan / di
workshop, maka Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk meminta
diadakan test tambahan/ulang dengan ketentuan jumlah test maximum 3 (tiga) buah
untuk masing-masing ukuran profil. Biaya test tersebut tetap menjadi beban Penyedia
Jasa Konstruksi.
 Semua material Baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan
kerusakan lainnya. Semua material Baja tersebut juga harus lurus, tidak perpuntir,
tidak ada tekukan-tekukan.
 Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan di atas papan atau balok-balok
kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak
merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak ataupun
bengkok.
 Direksi / Konsultan Pengawas akan menolak material-material Baja yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut di atas dan tidak diperkenankan untuk difabrikasi.
 Kontraktor bila mana diminta harus mengadakan pengujian mutu baja yangakan
dipakai, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Batang percobaan diambil
dibawah kesaksian Konsultan Konsultan Pengawas. Jumlah test baja dengan interval
setiap 1 truk=1 buah benda uji atau tiap 1 ton=1 buah test besi. Percobaan mutu besi
beton juga akan dilakukan setiap saat bila mana dipandang perlu oleh Konsultan
Pengawas.
 Pemakaian baja dari jenis yang berlainan dari ketentuan- ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan Konsultan MK/Pengawas.
 Kontraktor wajib melakukan Pengujian berat baja dan uji Tarik baja dilakukan di
lembaga independen yang sudah ditetapkan sama PPK.

D. Perubahan Sistem Sambungan


1. Apabila Penyedia Jasa Konstruksi berpendapat untuk lebih memudahkan pelaksanaan
atau erection atau alasan lainnya, maka Penyedia Jasa Konstruksi dimungkinkan untuk
mengajukan usulan sistem sambungan lain yang tidak sama dengan Gambar rencana.
2. Usulan sistem sambungan tersebut harus diajukan lengkap dengan gambar dan
perhitungan sistem sambungan pengganti untuk diperiksa dan disetujui Konsultan
Perencana Struktur .
3. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan sistem sambungan yang
diusulkan Penyedia Jasa Konstruksi dan Penyedia Jasa Konstruksi tetap mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai denganTime Schedule semula.
E. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Gambar kerja (Shop Drawing).
Sebelum fabrikasi dimulai, Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gambar- gambar
kerja yang diperlukan untuk diperiksa dan disetujui Direksi / Konsultan
Pengawas. Bilamana disetujui, Penyedia Jasa Konstruksi dapat dimulai pekerjaan
fabrikasinya.
2. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas atas gambar kerja
tersebut hanyalah menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti :
Ukuran-ukuran/dimensi-dimensi profil, ketebalan pelat-pelat, ukuran/jumlah
bout/las, tebal pengelasan. Ketetapan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi
dari elemen-elemen konstruksi Baja yang berhubungan dengan erection tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi. Dengan kata lain walaupun semua gambar
kerja telah disetujui Direksi / Konsultan Pengawas, tidaklah berarti mengurangi atau
membebaskan Penyedia Jasa Konstruksi dari tanggung jawab ketidaktepatan serta
kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi Baja.
3. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
4. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan
untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.

 Pekerjaan Atap Galvalum


 Penutup atap menggunakan atap Galvalum 0,3mm menggunakan bahan dengan merk
Kencana, Taso, Well yang dipasang rata rapat sehingga tidak bocor bila ada hujan.
 Sebelum pemasangan penutup atap dilaksanakan, harus dicek kemiringan dan
kerataan rangka atap sehingga diperoleh bidang yang sesuai

3. Pekerjaan Langit – Langit


 Bahan :
1). Kalsiboard ( PapanKalsiboard )
Untuk langit-langit bagian dalam bangunan menggunakan bahan
Kalsiboard ketebalan 4 mm dengan merk KALSIBOARD.
2). PVC( PVC )
Untuk langit-langit bagian dalam bangunan menggunakan bahan
PVC ketebalan 8 mm dengan merk Petrafon, DAK, Elite.
3). List Plafond PVC
Untuk list langit-langit bagian dalam bangunan menggunakan
bahan PVC dengan ukuran tinggi profil 2,2 cm – 3,6 cm. sesuai dengan
persetujuan pengawas.
4). Rangka Plafond
Untuk rangka plafond menggunakan hollow galvanis dengan
ukuran 35 x 35 x 0.35 mm
5). Penyedia/Kontraktordiwajibkan untuk mengajukan contoh terlebih
dahulu diantara merk bahan plafond gypsum yang direkomendasi untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi maupun Konsultan Pengawas.

 Pelaksanaan :
1). Pemasangan Plafond
a. Ketinggian, ukuran, pembidangan dan konstruksi plafond
dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan dalam gambar.
b. Pemasangan Rangka Plafond baru menggunakan hollow galvanis
ukuran 35x35x0.35 dengan modul rangka 60x120cm sesuai dengan
gambar rencana dan persetujuan pengawas lapangan.
c. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka
plafond sudah mencapai 100 %.
d. Pemasangan Plafond dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Sekrup.
e. Jika diperlukan oleh pihak Direksi, maka Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material
plafond.
f. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam
Gambar Kerja.
g. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir
yang rata dan tidak melendut.
h. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya
harus tedapat celah sebesar 3 mm untuk keperluan pemuaian dan
susut.
i. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok
lantai, ring balok dan dinding harus tedapat celah sebesar 3 mm
untuk keperluan pemuaian dan susut.
j. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan
pekerjaan instalasi listrik, instalsi AC, instalasi air bersih dan
instalasi air kotor sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
k. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Listrik, Instalasi AC,
Instalasi Air Bersih dan Instalasi Air Kotor setelah pekerjaan
pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh pihak
direksi.
l. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpaksa dibongkar karena
alasan-alasan yang disetujui oleh pihak direksi tidak boleh dibongkar
sembarangan.

4. Pekerjaan Pengecatan & Waterproofing


Pekerjaan Pengecatan
 Bahan :
1). Pengecatan Plafond
Merk Cat yang digunakan untuk plafond adalah Catylac, Vinilex.

 Pelaksanaan :
1). Pengerjaan pengecatan sesuai dengan gambar rencana.
2). Permukaan dinding dan plafond sebelum dicat harus dicat dasar
kemudian diamplas dengan kertas pasir sampai rata dan halus.
3). Semua bidang tembok, plafond dan batu alam dicat minimal 2 (dua) kali
sampai kelihatan rata dan cukup tebal.
4). Warna Cat tembok yang digunakan sesuai dengan persetujuan direksi.
Pekerjaan Waterproofing
 Bahan :
Bahan waterproofing yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan
kualitas, antara lain yang direkomendasi produk NO DROP untuk area atap
beton maupun bagian yang disebutkan dalam gambar rencana dengan maksud
agar tidak bocor Pekerjaan kedap air ( waterproofing ) ini harus dilaksanakan
oleh Ahli khusus dalam bidang pekerjaan ini, tidak diperbolehkan dilaksanakan
oleh yang bukan ahlinya.

 Pelaksanaan :
1). Sebelum melaksanakan pekerjaan waterproofing ini,
Penyedia/kontraktor harus membuat rencana kerja pemasangan
waterproffing ini dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diteliti
untuk mendapat persetujuan.
2). Material yang akan digunakan terlebih dahulu juga harus diajukan
kepada Konsultan Pengawas untuk diteliti dan mendapatkan persetujuan
bila sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3). Melaksanakan pekerjaan pemasangan waterprofing pada area atap (dak
beton) dilakukan oleh aplikator dibidangnyadan sesuai yang ditunjuk
pada gambar menggunakan type yang telah ditentukan serta sudah
disetujui oleh Direksi atau Konsultan pengawas.

5. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


 Bahan :
1). Pemasangan Instalasi Listrik
a. Kabel Instalasi mengunakan NYM 2 X 2,5mm, merk Eterna, Extrana
(setara) .
b. Kabel yang di gunakan harus sesuai dengan persetujuan pengawas.
c. Lampu yang digunakan menggunakan Lampu Down light led outbow
18W dan instalasi menggunakan merk Philips, Panasonic. Sebelum
pemasangan penyedia jasa harus menunjukan contoh lampu kepada
konsultan pengawas, pemasangan dilaksanakan apabila Owner
sudah menyetujui lampu tersebut.
 Pelaksanaan :
1). Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2000.
2). Inslatasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan listrik yang
terpasang di area proyek.
3). Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah
jenis NYM diameter 2,5 mm dengan pelindung PVC diameter 5/8" dan
dipasang inbouw.
4). Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan Tee Dos dan
ditutup dengan dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang aman.
5). Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon
ditutup dan pelesteran diding dikerjakan.
6). Pada semua stop kontak dan panel harus di beri arde dengan
menggunakan kawat BC, dan khusus pentanahan harus dikerjakan
sampai mendapatkan tahanan yang disyaratkan, serta diberi pelindung
pipa Paralon diameter 3/4".
7). Pemasangan Stop Kontak AC dilaksaanakan sesuai titik yang telah
ditentukan atau persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi.
8). Pemasangan kabel fiber optic yang masuk ke area gedung ditanam pada
dinding menggunakan pipa PVC ukuran 1¼ “ untuk menghidari
kemungkinan kabel fiber optic pecah saat dilakukan pemasangan.
9). Pemasangan jaringan listrik, internet dan telepon harus dikerjakan
tenaga ahli untuk mengurangi resiko pekerjaan.
PENUTUP

1) Meskipun dalam bestek ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-bahan tidak
dinyatakan, tetapi disebutkan dalam penjelasan pekerjaan (aanwijzing) mengenai
suatu bagian pekerjaan yang termasuk harus dikerjakan oleh Pemborong/kontraktor,
maka bagian tersebut dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini.
2) Apabila ada perubahan material harus disetujui oleh konsultan pengawas dan direksi
3) Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pelaksanaan pekerjaan ini, tetapi
tidak diuraikan atau tidak dibuat dalam bestek ini, tetap diselenggarakan dan
diselesaikan oleh kontraktor.
4) Setiap melalui pekerjaan kontraktor, harus ijin tertulis serta membuat gambar
penjelasan / shop drawing dan berikut target volume pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Kontraktor harus membuat gambar sesuai pelaksanaan (as build Drawing) yang harus
mendapat persetujuan dan pengesahan dari konsultan Pengawas dan Pengendali
kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai