SPESIFIKASI TEKNIS
1. Umum
1.1. Peraturan-Peraturan Teknis
Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini, maka
akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan dibawah ini, termasuk segala
perubahan dan tambahannya, yaitu :
1.1.1. Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah
setempat, yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
1.1.2. Peraturan Semen Portland, SNI 15-0302-2004.
1.1.3. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
1.1.4. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Direksi Proyek Proyek (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan ,
Konsultan Pengawas).
1.2. Penjelasan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
1.2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu :
(1) Gambar Rencana terlampir.
(2) Spesifikasi Teknis.
(3) Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
(4) Berita Acara Penunjukan.
(5) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
(6) Petunjuk-petunjuk dari Pengawas lapangan.
1.2.2. Kontraktor Pelaksana menyerahkan Berita Acara Cek Visual peralatan
pekerjaan sesuai yang ditawarkan.
1.2.3. Pemakaian peralatan terkait batching plan berjarak maksimal dari lokasi
kegiatan 40 km.
1.2.4. Kontraktor Pelaksana dan Direksi Proyek diharuskan meneliti Rencana Gambar
Kerja dan Spesifikasi Teknis, termasuk penambahan / pengurangan atau
perubahan yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
1.2.5. Bila terdapat perselisihan antara Rencana Gambar Kerja dengan Spesifikasi
Teknis, maka yang mengikat adalah Spesifikasi Teknis.
1.2.6. Bila terdapat perbedaan antara Rencana Gambar Kerja yang satu dengan
Rencana Gambar Kerja yang lain, maka diambil Rencana Gambar Kerja yang
lebih detail.
1.2.7. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan,
sehingga menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus
2. Pendahuluan
2.1. Lokasi Pekerjaan
Kelurahan Gunung Tinggi Kec. Batulicin.
2.2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Pembangunan Pendopo Kantor Bupati Tanah
Bumbu.
2.3. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedulle)
2.3.1. Sebelum pekerjaan dimulai, maka Kontraktor Pelaksana wajib membuat jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu
pekerjaan, bobot pekerjaan dan grafik hasil pekerjaan secara terperinci.
2.3.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci Kontraktor Pelaksana :
(1) Harus membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang
diketahui/disetujui oleh Direksi Proyek.
(2) Harus membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala
tukang yang harus diketahui Direksi Proyek.
(3) Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2.3.3. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Direksi
Proyek.
2.3.4. Rencana Kerja (Time Schedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor
Pelaksana, paling lambat 7 (tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima.
2.3.5. Kontraktor Pelaksana harus memberikan salinan rencana kerja (Time
Schedule), sebanyak 1 (satu) lembar kepada Direksi Proyek dan 1 (satu)
lembar harus dipasang pada dinding Direksi Proyek Keet.
dan bila sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi Proyek maka
baru diperbolehkan didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan
Proyek. Semua bahan-bahan yang disediakan oleh Kontraktor Pelaksana
harus diperiksa dan diuji.
Contoh bahan yang akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen
harus diserahkan kepada Direksi Proyek untuk disetujui oleh Direksi Proyek
secara tertulis. Direksi Proyek berhak menolak bahan-bahan yang dikirim ke
tempat pekerjaan yang tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui oleh
Direksi Proyek. Dari contoh yang telah memperoleh persetujuan Direksi Proyek
harus dibuat suatu keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan
disamping itu oleh Direksi Proyek harus dipasangkan tanda pengenal
persetujuannya pada 2 (dua) buah contoh, yang semuanya akan dipegang
oleh Direksi Proyek. Bila dikehendaki, pemborong/suplier dapat memintakan
sejumlah set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan untuk
kepentingan dokumentasi. Dalam hal ini, jumlah contoh yang harus
diserahkan kepada Direksi Proyek harus ditambah seperlunya sesuai dengan
kebutuhan tambahan tersebut.
Untuk bahan/produk yang bersifat peralatan/perlengkapan ataupun produk
jadi, permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur dari produk
tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan :
(1) Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik/produsen.
(2) Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (Finishing), dll.
2.6. Agregat Beton (mutu beton K-225)
Semua agregat beton harus diperoleh dari tempat asal yang disetujui oleh Direksi
Proyek. Bahan tersebut harus tidak mengandung tanah/tanah liat, lempung, kapur,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda organik serta campuran lainnya dan harus
memenuhi persyaratan-persyaratan.
2.6.1. Agregat
(1) Ketentuan Gradasi Agregat
(a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan.
(b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor.
(6) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Proyek Pekerjaan. Jika di dalam
satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Kontraktor
Pelaksana harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai
dengan merk semen yang digunakan.
2.6.3. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organis. Air harus diuji dan harus memenuhi ketentuan dalam
SNI 03-6817-2002. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika
timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas
tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan
mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar
dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
2.6.4. Baja Tulangan
(1) Untuk baja tulangan dengan diameter lebih kecil atau sama dengan 12 mm
digunakan baja mutu U 24 ( polos ).
(2) Untuk membuktikan jaminan dari mutu baja tulangan, harus dilampirkan
sertifikat dari pabrik maupun supplier untuk setiap pengiriman/penerimaan
baja tulangan, jika dipandang perlu atas permintaan Direksi Proyek,
Kontraktor Pelaksana diharuskan mengadakan pengujian mutu besi beton
di laboratorium benda uji yang disetujui/ditunjuk oleh Direksi Proyek.
(3) Baja Tulangan harus bebas dari debu, minyak, karat dan kotoran lain yang
mengganggu perletakan tulangan dengan beton.
(4) Besi beton harus disimpan secara terpisah menurut kelompok ukurannya
dan diletakkan diatas lantai beton atau balok–balok kayu untuk
menghindari kontak dengan tanah, air dan zat–zat lain yang bersifat
merusak besi. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka untuk jangka
waktu lama tidak diperbolehkan.
(5) Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimum 1 mm, telah dipijarkan dan tidak tersepuh seng.
2.6.5. Mengenai jumlah contoh bahan bangunan yang diberikan dapat
dikonsultasikan dengan Direksi Proyek.
2.6.6. Mendatangkan bahan-bahan bangunan untuk pelaksanaan Proyek, harus
tepat pada waktunya dan kualitasnya dapat disetujui oleh Direksi Proyek.
2.6.7. Bahan bangunan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Direksi
Proyek, harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek paling lambat 24 jam
sesudah surat pernyataan penolakan dikeluarkan.
2.6.8. Bahan bangunan yang berada dilokasi Proyek dan akan dipergunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.
2.6.9. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan agar pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan
waktu yang disediakan. Alat- alat tersebut berupa mesin pengaduk beton
(molen), alat pancang manual, vibrator, mesin pemotong besi, mesin pompa
air, dan alat-alat berat/ringan lainnya yang sangat diperlukan.
2.6.10. Pekerjaan Beton
(1) Penyiapan tempat kerja
(a) Kontraktor Pelaksana harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk
dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam Spesifikasi ini.
(b) Kontraktor Pelaksana harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Proyek sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaruk tempat di
sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan
jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh
sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
(c) Seluruh dasar pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam
dan atas persetujuan Direksi Proyek.
(d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan
benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.
(e) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Proyek, maka bahan
lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
(f) Direksi Proyek akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Kontraktor Pelaksana dapat diminta untuk
melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup
tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.
(g) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Kontraktor Pelaksana dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan
mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi
atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Proyek.
(h) Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi
Proyek berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang
dengan benar. Kontraktor Pelaksana juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah
dengan penanganan seperlunya.
(2) Cetakan Beton
(a) Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–
ukuran yang ada di dalam gambar.
(b) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat
sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan
tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
(c) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan satu set yang lengkap,
gambar cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Proyek, sebelum memulai pekerjaan, walaupun
demikian penyerahan tersebut kepada Direksi Proyek untuk disetujui,
tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana bagi
keberhasilannya.
(d) Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus
bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
3) Bangunan untuk tempat tidur pekerja, harus cukup baik, memberikan perlindungan
bagi para pekerja dari panas terik matahari serta memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan keamanan.
g. Setiap pekerjaan baik berupa material dan bahan harus mendapat persetujuan dari pihak
Dinas ( owner).
2. Sarana kerja.Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus tersedia :
a. Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang sudah cukup memadai dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti beton molen (mixer beton) vibrator, pompa air, alat-alat penarik,
pengangkat dan pengangkut, mesin pemadat, alat-alat gali, alat penyipat datar atau
peralatan lain yang benar-benar diperlukan dan dipakai dalam pelaksanaan.Bahan
bahan bangunan dalam jumlah yang cukup, untuk setiap macam pekerjaan yang akan
dilaksanakan paling lambat 4 (empat) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan yang
dimaksud.
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1.2. Pelaksana
Pemborong harus memberikan kepada direksi, untuk persetujuannya, rencana
pelaksanaan pembersihan dan pengurugan lapangannya. Tentukan bersama direksi,
tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon yang harus dipertahankan (bila ada). Singkirkan
semua hasil perataan yang tidak diperlukan, dibuang keluar lokasi site /lapangan kerja.
Bebaskan daerah yang terkena pembersihan lapangan dari genangangenangan air
dengan membuat saluran-saluran ataupun pemompaan air. Lumpur harus dikeruk dan
dikumpulkan disuatu tempat sesuai petunjuk direksi, sebelum dikeluarkannya dari
lapangan pekerjaan.
Daerah-daerah yang memerlukan urugan harus diambilkan tanah urug dari daerahdaerah
lain diluar lapangan yang telah disetujui direksi. Padatkan sesuai dengan cara yang
dipersyaratkan dalam buku dokumen pelelangan. Tanah urug harus dibersihkan dari batu-
batuan, gumpalan-gumpalan tanah keras, lumpur, tanaman-tanaman, akarakar serta
bahan-bahan lain yang dapat merusak.
2.3.1 Tiap Bouwplank menggunakan kayu ukuran 5/7 cm dan papan 2/20 cm dari kayu
meranti, diketam halus dan bagian atasnya harus dipasang datar dengan waterpass.
2.3.2 Pemasangan bouwplank harus dilakukan sepanjang keliling bangunan dengan jarak
minimum 2 (dua) meter.
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
3.3.4 Material batu pecah tidak boleh dari batu kapur dan harus keras, tidak mudah retak
atau patah.
3.3.5 Adukan perekat untuk pasangan pondasi batu kali terdiri dari 1 semen : 5 pasir diukur
dalam takaran volume.
3.3.6 Semen yang dipakai adalah Portland semen lokal dan pasir yang dipakai adalah pasir
pasang dan harus bersih dari Lumpur dan tanah serta sisa-sisa akar.
3.3.7 Dimensi serta elevasi dari pasangan pondasi batu kali harus sesuai dengan gambar
rencana.
3.3.8 Tanah dasar untuk dasar pondasi harus dipadatkan sebelum diberi lapisan pasir urug.
Tebal pasir urug harus sesuai dengan gambar rencana.
PASAL 4
PEKERJAAN STRUKTUR/BETON BERTULANG
4.1. Pekerjaan beton bertulang dengan mutu beton K- 225 untuk pekerjaan:
▪ Pondasi
▪ Sloof
▪ Kolom
▪ Ringbalk
▪ Plat Dag
▪ Bentuk ukuran beton penulangan disesuaikan gambar kerja.
4.1.1. Besi tulangan mengunakan jenis baja lunak mutu U-24, dan besi tulangan harus yang
baru, bersih dari segala kotoran-kotoran termasuk karat-karat.
Pelaksanaan :
▪ Bahan kerikil harus bermutu baik, bentuk besarnya sama tidak lebih dari 2-3 cm
dan tidak mengandung kadar lumpur dan kotoran lainnya.
▪ Bahan pasir harus bermutu baik, bergradasi dan kelembutannya sama serta tidak
mengandung kadar lumpur dan kotoran lainnya.
▪ Untuk mendapatkan perbandingan campuran harus menggunakan takaran yang
tidak berubah dan telah disesuaikan dengan tepat pada salah satu jenis bahan.
▪ Adukan campuran harus dengan alat mesin mollen, pemberian kadar air harus
disesuaikan. Bekisting
▪ Untuk pekerjaan bekisting kayu klas II, yang berKualitas baik tebal 2 cm dan tidak
boleh dipergunakan untuk 2 (dua) kali pekerjaan bekisting,
▪ Bekisting harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat-syarat teknis pelaksanaan. Bekisting harus cukup
kokoh sehingga mampu mencegah kebocoran adukan dan gaya tekan akibat
beban-beban yang bekerja pada bekisting.
▪ Staggerd (penompang) harus kuat menahan beban yang ada diatasnya, oleh
karena itu bahan yang digunakan adalah kayu meranti 5/7 cm dengan kualitas yang
baik, staggerd ini dipasang pada jarak interval 60 cm untuk menghindari lendutan.
▪ Pada ujung-ujung kaki staggerd harus diberi pengikat yang menghubungkan antara
kaki yang satu dengan lainnya agar tidak terjadi pergeseran yang dapat
mengakibatkan terjadinya lendutan pada bekisting, selain itu antara kaki staggerd
juga untuk penunjang dipergunakan balok atau kasau.
▪ Celah-celah antara papan bekisting supaya ditutup dengan plastik yang cukup
tebal agar adukan tidak sampai keluar.
▪ Sebelum mulai mengecor, sebelah dalam dari bekisting disiram air/dibersihkan dari
segala kotoran atau potongan-potongan kayu.
4.1.2. Sarang Kerikil
Sarang kerikil yang terdapat pada beton harus diperbaiki segera setelah dibuka,
sesuai dengan ketentuan PBI 1971, ialah beton sekitar sarang kerikil dipahat kasar,
kemudian permukaan lubang dibersihkan dan disiram air semen / PC, kemudian dicor
dengan campuran yang sama.
PASAL 5
PEKERJAAN DINDING DAN ACIAN
harus disediakan outlet air kerja dengan selang yang cukup dan digerakkan dengan
pompa. Ketinggian pemasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari 1 meter setiap
hari.
5.2. Pekerjaan Acian dan Adukan
5.2.1. Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan adukan yang disebut dalam
gambar. Seluruh pekerjaan dan bahan harus sesuai dengan persyaratan dalam :
▪ SNI –2 1971, SNI –3 1970 dan SNI –8 1972
5.2.2. Pekerjaan acian dibuat dalam campuran 1:2.
Pemasangan adukan :
- Bersihkan permukaan beton/dinding bebas dari sisa bekisting, debu, minyak, cat
dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat acian.
- Pasangan acian setebal 2 mm sampai 3 mm, kasarkan permukaannya,
kemudian pasangkan plesteran acian mengering.
Pasal 6
PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP
6.1. Pekerjaan Rangka kuda-kuda atap menggunakan baja ringan t. 0,75 mm, reng t.0,45 yang
disesuaikan dengan gambar kerja dilapangan.
6.2. Penutup atap menggunakan bahan Spandek Warna. Sebelum penutup atap dipasang,
semua kemiringan atap dan kelurusan akhiran reng serta kuda-kuda diperiksa ulang, karena
kalau kemiringan reng dan kuda-kuda tidak sama mengakibatkan genangan air.
6.3. Pekerjaan Rangka Atap
6.3.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan rangka atap baik yang kasar maupun yang halus seperti tercantum dalam
gambar kerja dan spesifikasi.
6.3.2. Syarat-Syarat
Pekerjaan harus sesuai dengan gambar kerja. Apabila terdapat perbedaan-perbedaan
antara ukuran gambar dan dilapangan harus segera dilaporkan kepada Direksi.
6.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan
▪ Pengukuran Jarak tumpuan pada saatn pemasangan rangka atap spandek
▪ Desain kuda-kuda galvalume yaitu kemampuanya dalam menahan beban, tingkat
kemiringan atap bangunan dan penetuan Panjang top chord.
▪ Pemasangan reng yang pas karena jarak antar reng selalu tidak sama.
▪ Pemasangan atap spandek dilakukan secara teliti dan harus dengan rapi sehingga
tidak terjadi kebocoran ketika hujan
▪ Pemasangan nok pinggir, rabung, dan flashing. Wajib dilakukan secara rapi, kuat
dan teliti.
PASAL 7
PEKERJAAN PLAFOND
7.2 Penutup plafond menggunakan PVC, dipasang tanpa nat dan bagian tepi plafond dipasang
list PVC, selanjutnya lihat gambar kerja.
7.3 Rangka plafond menggunakan besi hollow dan semua rangka balok di cat meni terlebih
dahulu sebelum dipasang, selanjutnya lihat gambar kerja.
PASAL 8
PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK
8.3.2 Pemborong harus menyiapkan ‘tiling menual’, yang berisi uraian tentang bahan, cara
instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan, testing dan lain-lain
untuk diperiksa dan disetujui Direksi Lapangan.
8.3.3 Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out naad-naad, hubungan dengan finishing lain
dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan Direksi/Perencana.
8.3.4 Pemilihan Keramik.
Keramik yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran,
bentuk dan warna yang telah ditentukan.
8.3.5 Potongan Keramik
Ujung potongan keramik harus dipoles dengan gurinda atau batu.
Level
8.3.6 Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang tercantum
pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar harus diatur hingga
memungkinkan pada files dengan ketebalan yang berbeda permukaan finishnya
terpasang rata.
8.3.7 Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar maupun yang
ditentukan mempunyaai kemiringan.
8.3.8 Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, kemiringan tidak boleh kurang dari 25
mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area lain, tidak boleh kurang
dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua
tanpa meninggalkan genangan.
8.3.9 Jika ketebalan screed tidak memungkinkaan untuk mendapatkan kemiringan yang
ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan
jalan keluarnya.
Persiapan Permukaan
8.3.10 Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin.
8.3.11 Secara tertulis, kontraktor harus memberikan laporan kepada Direksi Lapangan tiap
kondisi yang menurut pendapatnya akan berpengaruh buruk pada pelaksanaan
pekerjaan.
8.3.12 Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin, harus dikasarkan
dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas lainnya. Sebelum dilaksanakan
plesteran, permukaan ini harus dibebaskan.
8.3.13 Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm untuk jarak
2 mm, pada semua arah. Tonjolan harus dibuang (chip off) tekukan kedalaman diisi
dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar (setting bed) mempunyai ketebalan
yang sama.
8.3.23 Naad-naad pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout berwarnaa
dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
Pemeriksaan (Inspection)
8.3.24 Rekatan (bond).
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah terpasang,
secara rondom, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah merekat dengan
baik pada bagian belakang tile dan telah terpasang dengan baik.
8.3.25 Tension Test
Tension test harus dilakukan pada pasangan ubin di dinding; terutama di
exterior.Test harus dilaksanakan pada area pekerjaan tiap tukang. Test
dilaksanakan tiap hari kerja dan sampel diambil secara rondom jika umur
pemasangan sample tidak lebih dari 5 hari, kekuatan rekatan harus minimal 3
kg/cm2.
PASAL 10
PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA
PASAL 11
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK LISTRIK
1.1. panel untuk diameter 6 mm2 keatas harus menggunakan schoen kabel yang dipres.
1.2. Kabel yang dianjurkan untuk dipasang adalah kabel yang sudah memenuhi standarisai PLN.
1.3. Instalasi distribusi
1.3.1. Untuk penerangan dan stop kontak biasa, kabel yang dapat digunakan adalah type
NYM dalam pipa PVC heavy duty, penampang kabel minimum yang dapat dipakai
adalah 2.5 mm2.
1.3.2. Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (dura doos)
dari PVC. Terminal box tersebut tutupnya harus dapat dilepas dan dipasang kembali
dengan mudah, dengan memakai sekrup, sedangkan untuk penyambungan didalam
beton harus memakai terminal box metal.
1.3.3. Pemasangan kabel-kabel utama diatas plafond harus disusun rapih dan harus diikat
serta dianyam dengan tali rami pada kabel tray, dan pada prinsipnya kabel-kabel
tidak dipergunakan langsung diklem pada konstruksi bangunan, kecuali kabel tidak
lebih dari pada 2 buah, kabel dipasang parallel.
1.3.4. Kabel-kabel yang dipasang didalam dak beton, kolom beton, dinding beton, harus
menggunakan pipa conduit EGA atau clipsal. Pemasangan pipa Conduit EGA
clipsal, pada daerah-dearah tersebut harus disertai dengan kawat pancingan (trek
draad)
1.3.5. Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak didalam doos harus
memakai las dop yang terbuat dari bakelit berwarna yang dapat disetujui oleh
Pemberi Tugas. Las dop dari bahan porselin tidak diperkenankan untuk
dipergunakan.
1.3.6. Kabel-kabel untuk penerangan harus menggunakan kabel yang disetujui oleh
Pemberi Tugas.
1.4. Stop Kontak dan Saklar
1.4.1. Pada prinsipnya stop kontak dan saklar yang dapat dipergunakan adalah yang dapat
disetujui oleh Pemberi Tugas, Type 3 pin, 6 A, 10 A atau 16 A.
1.4.2. Flush box (inbouw doos) untuk tempat saklar dan stop kontak dinding harus dipakai
dari jenis bahan metal.
1.5. Spesifikasi Teknis Lampu
Lampu LED
▪ Badan lampu : Sielitec, Artolite atau setara
▪ Bola Lampu : Philip atau setara
▪ Fitting : Siemens atau setara
▪ Sambungan kabel : Menggunakan terminal
PASAL 12
PEKERJAAN SANITAIR
12.1. Semua keperluan sanitair harus disesuaikan dengan keperluan dalam rab dan gambar
12.2. Menyediakan dan memasang closed duduk, urinoir dan wastafel sejenis toto, bak air dari
pasangan batu bata camp 1 : 2, ukuran bak air harus disesuaikan dengan ukuran pada
gambar detail
12.3. Instalasi air kotor dari pipa setara wavin diameter 4’’ dengan ukuran sesuai gambar
12.4. Membuat septick Konvensional/Beton.
PASAL 13
PEKERJAAN CAT-CATAN
13.1. Cat dinding exterior menggunakan cat setara Dulux dan cat dinding interior menggunakan
cat setara Dulux yang berKualitas baik dan diterima oleh Direksi.
13.2. Cat kilap menggunakan cat setara Danalux yang berKualitas baik dan diterima oleh Direksi.
13.3. Ketentuan warna pekerjaan ini akan ditentukan kemudian oleh direksi.
13.4. Pelaksanaan Untuk Cat Dinding
13.4.1. Sebelum pengecatan dinding harus dibersihkan dengan air untuk menghindari debu.
Dinding yang akan dicat harus benar-benar dalam keadaan kering
13.4.2. Seluruhpengecatan/pelapisan dilakukan dengan menggunakan kuas/roll sesuai
dengan ketentuan dari pabrik, pengecatan untuk rangka pintu dan daun pintu
dilakukan 2 (dua) kali sebelum dilicinkan dan kemudian dilapis cat.
13.4.3. Semua pekerjaan cat sebelum dilksanakan harus didempul / diplamir dan diampelas
lebih dahulu sampai rata untuk cat ini dikerjakan sampai 3 x, bahan cat dasar, dempul
dan cat harus sejenis/seKualitas pabrik cat
13.5. Semua kayu yang akan dicat kilap terlebih dahulu harus dicat dasar kemudian
didempul/plamir dan diamplas sampai rata. Untuk cat kilat dikerjakan 3 (tiga) kali lapis
sampai rata dengan bahan cat yang berKualitas baik (Danalux) dan diterima oleh Dereksi.
PASAL 14
PENUTUP
14.1. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor Pelaksana wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua item pekerjaan harus ditata
rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
14.2. Meskipun telah ada Direksi Proyek dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan rencana dan gambar menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana, untuk itu
Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
14.3. Selama masa pemeliharaan, Kontraktor Pelaksana wajib merawat, mengamankan
memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan,
pekerjaan benar-benar telah sempurna.
14.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi tidak diuraikan atau
dimuat dalam Spesifikasi Teknis, harus tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana, untuk penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan Direksi
Proyek.
14.5. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (Spesifikasi Teknis) akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).