Anda di halaman 1dari 50

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(SPESIFIKASI TEKNIK)

PEKERJAAN :
REHABILITASI
DAN RENOVASI PRASARANA SEKOLAH
PASCA BENCANA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1

LOKASI :
TERSEBAR DI KOTA KUPANG
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TAHUN ANGGARAN 2022


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
(SPESIFIKASI TEKNIS)

PASAL 1
SPESIFIKASI UMUM

1.1. LOKASI PROYEK


Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Pasca Bencana Provinsi
Nusa Tenggara Timur 1 berlokasi di 13 Sekolah tersebar di Kota Kupang Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, Daftar Kuantitas
dan penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.

Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :


1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. REKONSTRUKSI GEDUNG
3. REHABILITASI GEDUNG
4. PEMBANGUNAN LAPANGAN UPACARA
5. PEMBANGUNAN JALAN PENGHUBUNG
6. PEMBANGUNAN PAGAR
7. PEMBANGUNAN MENARA AIR DAN GROUND RESERVOIR
8. PEMBANGUNAN PINTU GERBANG SEKOLAH
9. PENGADAAN DAN PEMASANGAN TIANG BENDERA
10. PAPAN NAMA SEKOLAH
11. PEMBANGUNAN TEMPAT CUCI TANGAN
12. PEMBANGUNAN TOILET

1.3. RENCANA JADWAL PEKERJAAN


- Kontraktor Pelaksana harus membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan yang
mencakup strategi penanganan, urutan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu sesuai target kontrak.
- Program yang harus diserahkan oleh Kontraktor harus sesuai untuk membuat
rekaman kemajuan pekerjaan terus menerus dari keseluruhan pekerjaan.
1.4. SARANA KERJA
Kontraktor juga wajib memasukkan identifikasi dari tempat kerja, nama, jabatan dan
keahlian masing-masing anggota pelaksana pekerjaan, serta inventarisasi peralatan
yang digunakan dalam melaksanakan pekerjaan ini. Kontraktor wajib menyediakan
tempat penyimpanan bahan/material dilokasi yang aman dari segala kerusakan,
kehilangan dan hal – hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain. Semua sarana
persyaratan kerja, sehingga kelancaran dan memudahkan kerja dilokasi dapat
tercapai.
- Kontraktor Pelaksana wajib menempatkan minimal 1 orang pelaksana lapangan dan
1 orang logisitik di setiap sekolah (13 sekolah).
- Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan peralatan pekerjaan jika dibutuhkan
sesuai arahan konsultan maupun tim teknis walaupun alat yang dimaksud tidak ada
didalam penawaran.

1.5. BESTEK DAN GAMBAR


1) Pemborong diwajibkan meneliti gambar-gambar dan bestek mengenai pekerjaan
ini.
2) Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar - gambar yang
ada dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun pekerjaan yang terjadi akibat
keadaan dilokasi, Kontraktor diwajibkan melaporkan hal tersebut kepada
Perencana/ Konsultan Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan keputusan
pelaksanaan dilokasi setelah Konsultan Pengawas berunding terlebih dahulu
dengan tim teknis dan PPK.
Ketentuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang waktu pelaksanaan.
3) Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi, dalam keadaan
selesai/terpasang.
4) Bila ada keraguan mengenai ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan Kontraktor wajib berunding terlebih dahulu dengan Perencana.
Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, Kontraktor diwajibkan
memperhatikan dan meneliti terlebih dahulu semua ukuran yang tercantum seperti
peil - peil, ketinggian, lebar ketebalan, luas penampang dan lain – lainnya sebelum
memulai pekerjaan.
5) Kontraktor tidak dibenarkan mengubah dan atau mengganti ukuran – ukuran yang
tercantum didalam gambar pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan
Pengawas.
6) Kontraktor harus menyediakan dengan lengkap masing - masing dua salinan,
segala gambar - gambar, spesifikasi teknis, agenda, berita - berita perubahan dan
gambar - gambar pelaksanaan yang telah disetujui ditempat pekerjaan.
Dokumen - dokumen ini harus dapat dilihat Konsultan Pengawas dan Direksi setiap
saat sampai dengan serah terima kesatu. Setelah serah terima kesatu, dokumen -
dokumen tersebut akan didokumentasikan oleh Pemberi Tugas.

1.6. DAERAH KERJA KONTRAKTOR


- Daerah Kerja Kontraktor adalah diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Penanggung Jawab Pekerjaan/Pejabat Pembuat Komitmen.
- Kontraktor harus memberitahu Direksi Pengawas/Ahli Teknik secara tertulis lokasi
daerah kerja yang diusulkan.

1.7. KEAMANAN
- Kontraktor harus memberitahukan kepada : Pemberi Tugas atau Pejabat Pembuat
Komitmen; nama, alamat, nomor telepon yang harus dihubungi bila terjadi
kecelakaan.
- Kontraktor harus memperhatikan pelaksanaan dan persyaratan K-3 untuk para
pekerjanya.
- Kontraktor harus membuat tanda-tanda khusus untuk keamanan pekerjaan dan lalu
lintas khususnya daerah kerja proyek.

1.8. KONDISI LAHAN PEKERJAAN


- Selama masa pekerjaan konstruksi, Kontraktor harus memelihara kebersihan,
keamanan antara lain :Mengatur tempat/gudang bahan bangunan sedemikian rupa.
a) Kotoran, sampah-sampah harus dibuang/dibersihkan dari daerah pekerjaan.
b) Bila tidak dibuang langsung keluar dari lapangan akan dikumpulkan disuatu
tempat pengumpulan menunggu pembuangan dari lapangan.
- Jalan-jalan proyek harus selalu bersih dari kotoran berupa genangan air, sisa-sisa
beton dan bahan-bahan lainnya.

1.9. DATUM dan PEIL


- Peil / titik ukur referensi (bench mark) untuk proyek ini adalah elevasi lantai dasar
bangunan (+ 0,00 m). untuk mana semua level permukaan diukur untuk kontrak ini.
- Semua ukuran dan peil (titik ukur) tercantum dalam gambar adalah benar, tetapi
Kontraktor diharuskan mengadakan pengukuran ulang yang sama dan hal-hal
khusus lain yang terdapat ditanah dan harus segera memberitahukan setiap
penyimpangan pada gambar kepada Direksi Pengawas.

1.10. PENGUKURAN LEVEL


- Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pengawas sekurang-kurangnya dalam
waktu 24 jam, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian dari pada
pekerjaan.
- Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor semua bantuan yang
diperlukan Direksi Pengawas dalam mengadakan penelitian levelling tersebut.
- Pekerjaan akan diberhentikan beberapa saat bila perlu untuk mengadakan
penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
- Kontraktor harus membuat peil / titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap
bagian pekerjaan dan peil ukur ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
- Kontraktor harus merawat sebaik-baiknya semua peralatan survey untuk pekerjaan
tersebut.

1.11. PEMBERITAHUAN KEGIATAN


- Tidak ada pekerjaan penting yang dilaksanakan diluar jam kerja tanpa persetujuan
Direksi Pengawas secara tertulis.
- Bila ada pekerjaan / kegiatan dilaksanakan diluar jam kerja, Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi Pengawas secara tertulis.
- Hal ini penting bagi pengawas untuk mengatur jadwal inspeksi/jadwal pengawasan.

1.12. PERTEMUAN LAPANGAN


- Pertemuan antara Direksi Pengawas dan Kontraktor penting sekali dan harus
diadakan secara teratur 1 (satu) minggu sekali untuk mendiskusikan kemajuan
pekerjaan dan permasalahan yang mungkin timbul.
- Detil kemajuan pekerjaan sampai dengan hari itu harus diserahkan kepada Direksi
Teknis dan Pengawas dipertemuan tersebut.

1.13. PEKERJAAN SEMENTARA


- 1 (Satu) bulan pertama sebelum Kontraktor akan memulai pelaksanaan bagian-
bagian dari pada pekerjaan sementara yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan permanen, harus menyerahkan gambar yang memperlihatkan metode
(cara-cara) untuk pelaksanaan dari pada macam-macam bagian pekerjaan itu.
- Penyerahan setiap rencana (desain) kepada Direksi Pengawas, tidak
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab dan kewajibannya, sesuai kontrak
dalam hal pekerjaan sementara tersebut atau tahap-tahapannya.

1.14. GAMBAR-GAMBAR KERJA


- Kontraktor harus menyiapkan atas biayanya sendiri dan menyerahkan kepada
Direksi Pengawas dalam 2 (dua) rangkap pada kesempatan pertama semua detil
gambar kerja dari semua bagian-bagian pekerjaan permanen yang menjadi
tanggung jawabnya terhadap desain maupun spesifikasinya atau untuk mana
Kontraktor harus membuat gambar kerja secara detil untuk pelaksanaan konstruksi
di lapangan.
- Bila ada perubahan terhadap gambar yang dibuat oleh Kontraktor, Direksi
Pengawas akan membuat catatan-catatan maupun perubahan di gambar copy
tersebut, dan kemudian 1 (satu) lembar dikembalikan kepada Kontraktor untuk
pedoman pelaksanaan di lapangan sesuai perubahan itu. Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi /Konsultan Pengawas 3 (tiga) copy tambahan Gambar
Kerja yang disetujui.
- Bila Kontraktor berkeinginan untuk merubah/memodifikasi detil dari pada pekerjaan
permanen bila ada, dimana Kontraktor tidak ikut bertanggung-jawab terhadap
desain atau spesifikasi, maka Kontraktor akan menyiapkan gambar detil atas
biayanya sendiri, dan menyerahkan kepada Direksi Pengawas, memberitahu
Direksi /Konsultan Pengawas perobahan-perobahan yang diusulkan, atau bila
diperlukan, informasi lebih lanjut seperti itu, perhitungan dan sebagainya seperti
yang mungkin diminta.
- Dalam hal dimana gambar-gambar untuk setiap pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak atau diminta untuk disediakan oleh Kontraktor atas ijin Direksi Pengawas,
atau dimana Kontraktor memilih mengusulkan modifikasi atas Desain Direksi
/Konsultan Pengawas, setiap perobahan terhadap gambar yang diminta oleh Direksi
Pengawas harus dibuat tanpa biaya tambahan.

1.15. INTERPRETASI GAMBAR


- Pekerjaan permanen harus berdasarkan ukuran yang tertera pada gambar dan tidak
berdasarkan skala gambar.

1.16. FOTO-FOTO DAN DOKUMENTASI


- Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan harus diambil photo-photonya prestasi
0% kondisi lapangan untuk dituangkan dalam laporan pendahuluan.
- Pengambilan foto dokumentasi pelaksanaan secara teratur untuk kemajuan setiap
item pekerjaan harus diambil pada kondisi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% (selesai)
untuk dilaporkan setiap bulannya yang disusun dalam album untuk .

1.17. LAPORAN-LAPORAN DAN GAMBAR-GAMBAR


- Semua laporan, catatan-catatan, diagram-diagram, gambar-gambar dan
sebagainya yang dibuat oleh Kontraktor harus rangkap 3 (tiga) selama pekerjaan
berlangsung kecuali diberitahukan lain oleh Direksi Pengawas.

1.18. CATATAN DAN PEMAKAIAN BAHAN


- Kontraktor harus membuat rekaman secara detail dari bahan-bahan yang diterima
(yang masuk lapangan penumpukan atau gudang, disekitar lapangan).
- Catatan-catatan / rekaman-rekaman tersebut dituangkan dalam laporan harian dan
harus diserahkan kepada Direksi Pengawas secara rutin / periodik.

1.19. WAKTU PELAKSANAAN PROYEK


- Waktu pelaksanaan fisik Rehabilitasi dan Renovasi Prasarana Sekolah Pasca
Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 adalah 210 hari kalender.
- Masa pemeliharaan adalah 180 hari kalender .

1.20. LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN


Kontraktor wajib membuat laporan harian (buku harian proyek), laporan mingguan dan
laporan bulanan yang berisikan segala kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor dan
yang berkaitan dengan proyek, termasuk diantaranya dokumentasi, catatan dan
pemakaian bahan, penyelidikan lapangan dan test material serta saran-saran &
teguran dari Direksi Pengawas. Laporan harian (buku harian proyek) harus diberi
halaman, hari, tanggal, waktu/jam dan ditandatangani oleh wakil-wakil dari Direksi,
Pengawas maupun Kontraktor.

PASAL 2
SPESIFIKASI STANDAR

2.1. SPESIFIKASI STANDAR


- Semua standard atau peraturan yang dipakai dalam dokumen kontrak ini atau
penggantinya adalah merupakan edisi yang terbaru.
- Semua persyaratan dan ketentuan dari material yang dipakai, kwalitas dan syarat-
syarat pelaksanaan pekerjaan haruslah sesuai dengan pekerjaan dimaksud.
- Bila bahan-bahan atau barang-barang disyaratkan untuk memenuhi salah satu dari
standard atau peraturan di atas, maka bahan-bahan, barang-barang atau
kemasannya harus mencantumkan merk serta spesifikasinya dari sertifikat dagang
yang terdaftar.

2.2. PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN


- Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan permanen harus
disimpan di tempat yang sesuai untuk masing-masing sifat bahan-bahan tersebut
sebaik-baiknya.
- Bila perlu ada yang harus ditutup/dilindungi untuk menghindarkan dari
kerusakan/keausan dari sebab apapun.
- Penyimpanan bahan-bahan yang spesifik harus sebaik-baiknya sesuai yang
dipersyaratkan.

2.3. SUMBER BAHAN


- Sejauh mungkin seperti yang diwajibkan dalam Kontrak, Kontraktor harus
semaksimum mungkin menggunakan bahan-bahan/barang-barang, peralatan-
peralatan produksi dalam negeri. Kecuali bahan-bahan/barang-barang tersebut
tidak bisa didapatkan maka bisa diganti dengan bahan-bahan/barang-barang yang
setara dan yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas secara tertulis.

2.4. KONDISI BAHAN


- Kontraktor tidak dibenarkan memakai bahan-bahan untuk pekerjaan permanen
yang sebelumnya telah digunakan untuk pekerjaan sementara kecuali seijin Direksi
Pengawas.
- Semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk pekerjaan permanen harus baru
sesuai yang ditentukan dan dipersyaratkan.

2.5. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan persiapan minimal terdiri dari :
a. Pembersihan lapangan di areal kegiatan.
b. Pengukuran dan pemasangan bowplank (setting out).
c. Mobilisasi dan demobilisasi
d. Pembuatan barak pekerja dan gudang
e. Pembuatan kantor lapangan (direksi keet) seluas minimal 60 m2, lengkap dengan
sarananya.
f. Penyediaan sistem penerangan lokasi dan air bersih / air minum, termasuk pagar
pengaman, papan nama, dan lain-lain.

2.6. KANTOR LAPANGAN / DIREKSI KEET


- Kontraktor harus menyediakan Barak dan kantor lapangan atau direksi keet seluas
60 m2 yang minimal terdiri dari :
a. Kantor Direksi Pengawas atau tenaga ahli
b. Kantor kontraktor
c. Ruang rapat
d. Kamar Mandi & W.C.
Ruang-ruang tersebut dibuat dari beton rabat, dinding dari papan, dan penutup atap
seng bjls 20.
- Perlengkapan Kantor Minimal
Bila Dipersyaratkan oleh Direksi maka Kontraktor akan menyediakan perlengkapan
Kantor masing-masing sebagai berikut :
a. Kursi dan meja tamu : 1 bh meja tamu & 4 bh kursi tamu
b. Kursi dan meja rapat : 1 bh meja rapat (1.5 x 3 m) & 6 bh kursi lipat
c. White board (di R. rapat) : 1 bh ukuran 1,2 x 0,8 m
d. Papan tempel : 1 bh ukuran 3 x 0,8 m
e. Kotak P 3 K : 1 set
f. Kursi dan meja tulis : 2 bh meja (1/2 biro) & 2 bh kursi kerja
g. Papan tulis : 1 bh ukuran 1,2 x 0,8
h. Almari buku : 1 bh
i. Computer & printer : 1 bh
j. Alat pemadam kebakaran : 1 set
k. Keranjang sampah : 1 bh disetiap ruangan
- Kontraktor harus menyediakan segala peralatan terkait pencegahan penularan
COVID-19 untuk seluruh pekerja.
- Kontraktor bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan kantor
tersebut.
- Setelah pekerjaan selesai seluruh kantor dan peralatannya harus dipindahkan dan
Kontraktor berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta
Pengawas, dengan biaya ditanggung Kontraktor.

PASAL 3
PEKERJAAN PEMBONGKARAN
3.1. Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan pembongkaran pada bangunan yang akan
direkonstruksi/direhab/diperbaiki, diantaranya yaitu :
a. Bongkar penutup atap, rangka atap, lisplank, kuda-kuda dan gording.
- Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan gambar dan petunjuk rencana atau
pengawas.
- Pembongkaran atap ini harus dilaksanakan dengan hati-hati agar tidak
mengakibatkan kerusakan pada konstruksi bagian lain.
b. Bongkar plafond dan rangka
- Pembongkaran rangka & penutup plafond semua ruangan harus dilaksanakan
secara bertahap dan hati-hati agar tidak merusak bagian lain.
c. Bongkar dinding
- Pelaksanaan bongkaran pasangan batu bata dilaksanakan dengan hati-hati agar
tidak mengganggu kelancaran pekerjaan atau alat-alat yang ada disekitar lokasi
pembongkaran.
- Kerusakan alat-alat akibat pembongkaran menjadi tanggung jawab kontraktor.
- Material bekas bongkaran agar ditumpuk pasa suatu tempat sebelum diangkut
keluar lokasi.
d. Bongkar beton
- Pembongkaran beton agar hati-hati jangan sampai merusak bagian lain yang
tidak termasuk dalam item pekerjaan kecuali membongkar beton bangunan
keseluruhan.
- Pelaksaan pembongkaran beton harus dikerjakan secara bertahap , jangan
menggunakan palu besar (bodem) yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
bagian yang lain.
- Bekas bongkaran beton (besi dan puing-puing) tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.
e. Bongkar kusen/pintu/jendela
- Pelaksanaan pembongkaran kusen/pintu/jendela dilakukan dengan melepas
angkur lama yang terpasang dalam pasangan.
- Pasangan di sekeliling kusen/pintu/jendela supaya dibongkar dan diganti dengan
pasangan baru untuk penguat kusen.
- Pembongkaran daun pintu harus dilaksanakan dengan hati-hati karena ada
beberapa daun pintu eksisting yang akan dipergunakan kembali, sesuaikan
dengan gambar rencana yang ditunjukkan dalam gambar denah kusen.
3.2. Sebelum dilakukan pembongkaran Penyedia Barang/Jasa harus mendapat izin
pembongkaran dari Pemberi Tugas serta izin-izin lain dari Pemda setempat termasuk
izin pemakaian jalan, tempat pembuangan puing dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini,
resiko menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
3.3. Dalam pelaksanaan pembongkaran ini Kontraktor wajib membuat usulan rencana
pembongkaran minimal menyebutkan :
a. Metode Pembongkaran
b. Waktu pengangkatan bongkaran
c. Lokasi pembuangan bongkaran
d. Pengamanan terhadap instalasi M/E
e. Jangka waktu pelaksanaan
f. Lain-lain yang berkenaan dengan pembongkaran ini.
3.4. Seluruh hasil bongkaran material dari komponen yang dibongkar yang tidak digunakan
lagi harus ditempatkan pada tempat yang telah di tentukan oleh Direksi sedangkan
yang masih mempunyai nilai diserahkan ke penggunan jasa untuk diproses lebih lanjut
sebagaimana peraturan yang berlaku terhadap aset-aset negara.

PASAL 4
PEKERJAAN TANAH / URUGAN

4.1. PEKERJAAN GALIAN TANAH


1. Lingkup pekerjaan meliputi : penggalian dan pemindahan/perataan tanah dari lokasi
galian.
2. Kontraktor harus melakukan pengukuran, pematokan dan pembuatan bouwplank
untuk mendapatkan peil/elevasi, penampang dan ukuran galian yang akan
dikerjakan. Peil/elevasi dan ukuran penampang harus mendapatkan persetujuan
Direksi/Konsultan Pengawas sebelum melakukan pekerjaan galian atau timbunan.
3. Bentuk dan ukuran tanah yang akan digali harus dilakukan menurut keperluan
konstruksi yang akan dibuat seperti tertera dalam gambar rencana ditambahkan
dengan ruang gerak yang dibutuhkan untuk melaksanakan konstruksi.
4. Direksi dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari penggalian bilamana
hal tersebut dipandang perlu untuk kebaikan konstruksi.
5. Kontraktor harus melindungi benda-benda yang berharga dilapangan dan benda-
benda lainnya untuk kepentingan umum. Kerusakan pada benda-benda milik
kepentingan umum., didalam atau diluar lapangan pekerjaan semua harus
ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor
6. Tanah hasil galian harus disingkirkan jauh dari lokasi kerja kecuali yang digunakan
sebagai bahan urugan kembali. Diharapkan agar tempat menumpuk hasil galian
tidak mengganggu pelaksanaan konstruksi dan tidak boleh bercampur dengan
bahan / material bangunan konstruksi.
7. Hasil galian yang tidak baik harus dipindahkan keluar lokasi pekerjaan.
4.2. PEKERJAAN TIMBUNAN
1. Pekerjaan timbunan di sini adalah pekerjaan mengurug material pilihan dari
material Karang/Sirtu guna keperluan peninggian areal lokasi sesuai dengan syarat
– syarat Spesifikasi ini dan ketentuan – ketentuan yang tercantum pada gambar
rencana atau petunjuk Direksi Teknis yang meliputi kedudukan, kemiringan,
penampang dan dimensi – dimensinya.
2. Sumber Bahan dan Penggunaannya
Sumber bahan / material untuk material sirtu yang disetujui oleh Direksi Teknis dan
Pengawas lapangan.
Material untuk timbunan sirtu adalah material pilihan yang sesuai untuk keperluan
itu dan disetujui Direksi Teknik yang pengangkutannya dari quarry langsung ke
lokasi pekerjaan. ( material yang kurang baik seperti material yang mengandung
bahan organik, sampah dan lainnya harus segera dibuang ).
3. Pekerjaan timbunan tanah dapat dimulai setelah pekerjaan area telah benar-benar
telah selesai di land clearing dan bersih dari material organik.
4. Metode pelaksanaan galian dan timbunan yang diterapkan Kontraktor harus
disetujui oleh Direksi Pengawas.
5. Pemadatan timbunan dilakukan per layer (maksimal layer dengan ketebalan 20 cm)

4.3. PEKERJAAN URUGAN PASIR


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan material/bahan, penghamparan, perataan dan
pemadatan.
2. Ketentuan bentuk dan ukuran :
a. Ukuran penampang urugan disesuaikan dengan gambar rencana.
b. Ketebalan lapisan urugan disesuaikan dengan gambar rencana.
3. Material yang digunakan sebagai bahan / material urugan pasir harus melalui
persetujuan direksi
4. Untuk urugan pasir pada dasar lantai minimal 10 CM pada daerah galian dan pada
daerah timbunan harus disesuaikan dengan elevasi dasar yang diinginkan.
5. Urugan pasir dipadatkan dengan alat pemadat stamper atau alat lain atas petunjuk
Direksi/Konsultan Pengawas.
6. Sebelum penghamparan material, permukaan dasar lapisan harus bersih dari
kotoran, sampah atau bahan organik dan mendapat persetujuan Direksi/Pengawas
Lapangan. Permukaan dasar lapisan harus rata dan dipadatkan terlebih dulu
dengan menggunakan stamper atau vibro plate.
7. Hasil pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dapat diterima baik apabila telah disetujui
oleh Dikesi/Pengawas lapangan.
BAB 5
PEKERJAAN BETON

5.1. LINGKUP PEKERJAAN


PEKERJAAN BETON WAJIB DILAKUKAN PENGETESAN BAIK SEBELUM
PENGECORAN (DIBUATKAN KUBUS BETON) MAUPUN SETELAH
PENGECORAN (MINIMAL LAKUKAN PENGUJIAN HAMMER TEST) SESUAI
KESEPAKATAN PADA SAAT PCM.
1. Pekerjaan Beton Bertulang
a) Pondasi Foot Plat, Sloof, Kolom, Balok dan Ringbalk semua bangunan, Pintu
Gerbang Sekolah dan Pagar
b) Lantai Ruang Kelas/Kantor (bangunan rekonstruksi), Lantai, Dinding dan Plat
Lantai Ground Reservoir
2. Pekerjaan Beton Tidak Bertulang
a) Lantai Kerja Pondasi Foot Plat
b) Lantai Rabat, Selasar semua bangunan, Lantai Lapangan Upacara dan Jalan
Penghubung

5.2. BAHAN-BAHAN PASANGAN / BETON


Bahan-bahan pasangan / beton pada umumnya mempergunakan bahan yang
memenuhi syarat teknis, sebelumnya harus mengajukan contoh-contoh yang
mendapat persetujuan Direksi secara tertulis :
a. Campuran beton mengikuti Job Mix Formula yang dilakukan pada Laboratorium
yang telah disetujui oleh PPK.
b. Kerikil Beton :
Berasal dari hasil pecahan dari batu kali (stinsnlaag) atau boleh memakai kerikil
cruser/ batu pecah mesin beton dengan ukuran 2 cm (20 mm) bersudut, padat dan
bersih dari segala kotoran, serta mempunyai gradasi dan kekuatan sesuai dengan
yang disyaratkan dalam SNI 03-1750-1990.
c. Pasir Pasang :
Untuk semua pekerjaan pemasangan dan pekerjaan plesteran harus memakai pasir
pasang (bukan pasir urug) berbutir kasar /keras, tajam, bersih dan tidak
mengandung debu (SNI 03-1756-1990)
d. Pasir Cor :
Berbutir sangat kasar tajam dan bersih dari kotoran dan khusus untuk pasir cor
beton (SNI 03-1756-1990).
e. Semen (PC) :
Hasil produksi dalam negeri tipe I dan tidak boleh memakai semen PC yang telah
mengeras (swiping) dan memenuhi SNI 15-2049-1994 tentang Semen Portland.
f. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organic dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang
Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.

5.3. PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG


a. Campuran beton yang dipergunakan adalah:
- K175 untuk cor lantai kerja
- K175 untuk cor lantai rabat
- K250 untuk cor beton bertulang
- ukuran beton beserta penulangannya sesuai gambar.
b. Kontraktor tidak diperbolehkan mengecor sebelum begisting dan pasangan besi
beton diperiksa dan disetujui Pengawas secara tertulis.
c. Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus menggunakan semen PC
produksi dalam negeri standart SNI dan harus memakai satu macam merk dengan
jenis dan kualitas yang sama (harus mendapat persetujuan Direksi).
d. Kerikil untuk semua pekerjaan beton / beton bertulang dapat memakai kerikil ukuran
2 cm (20 mm). Padat dan bersih dan tidak keropos, bersih dari debu dan sebelum
dipakai harus dicuci terlebih dahulu.
e. Pasir cor harus dipakai pasir khusus untuk beton, berbutir tajam bersih dari segala
kotoran dan tidak boleh tercampur oleh bahan-bahan lain.
f. Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan tawar
dengan kadar air pada campuran sederhana supaya beton tidak terlalu cair ( PBI
1983 ).
g. Pembongkaran papan bekisting dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari Pengawas.
h. Pemasangan papan-papan bekisting dipakai kayu kelas IV tebal 2 cm disusun
secara rapat.
i. Setelah pekerjaan bekisting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lubang-
lubang, tidak rata, harus segera ditutup dengan spesi 1 pc : 2 ps.
j. Semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti PBI 1983.
k. Semua pekerjaan beton bertulang pengecorannya harus menggunakan pengaduk
Mixer / Molen.
l. Untuk menentukan perbandingan campuran beton harus menggunakan kotak
takaran dari kayu papan dengan ukuran yang telah disesuaikan.
m. Penyambungan pekerjaan beton harus dilakukan dengan perekatan dan
pembersihan permukaan serta disiram air semen pekat / kental.
n. Bila pada pembongkaran begisting terdapat keropos kecil harus secara langsung
diperbaiki dengan seizing pengawas lapangan, bila keropos besar harus segera
dibongkar dan dicor ulang.
o. Pekerjaan pengecoran tidak dibenarkan dilakukan pada saat hujan, kecuali diberi
pelindung hingga aman.
p. Ketentuan pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
- Pastikan cetakan/bekisting benar-benar rapat dan kuat/kukuh.
- Pada pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m;
- Pada saat pengecoran harus dipastikan adukan di dalam cetakan padat dan
tidak berongga untuk menghindari ada bagian yang keropos.
- Pada pengecoran balok keliling/ring, tulangan dirangkai di atas dinding.
Cetakan/bekisting pada balok yang menggantung harus diberi penyangga di
bawahnya menggunakan kayu atau bambu yang kuat menahan beban
campuran beton.
- Untuk balok yang menumpu pada dinding, cetakan/bekisting dapat dilepas
setelah 3 hari, sedangkan untuk balok yang menggantung baru dapat dilepas
setelah 14 hari.
- Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat menggunakan minyak
yang dilumurkan ke permukaan cetakan/bekisting.
Gambar 5.3.1 Kualitas Cetakan / Bekisting

Gambar 5.3.2 Pemasangan Cetakan / Bekisting untuk Kolom

Gambar 5.3.3 Proses pengecoran Kolom


Gambar 5.3.3 Pemadatan Beton dengan Berulang Memukul Bekisting dan
Dirojok Mengguanakan Besi atau bambu

Gambar 5.3.4 Hasil pengecoran

Gambar 5.3.5 Pengecoran Balok Pengikat/ Sloof


Gambar 5.3.6 Perangkaian tulangan Balok Keliling / Ring di Atas Dinding

Gambar 5.3.7 Penyangga cetakan menggunakan Kayu / Bambu

Gambar 5.3.7 Pelepasan Cetakan / Bekisting

5.4. PENULANGAN BETON


a. Baja Untuk Penulangan
- Baja tulangan untuk beton haruslah dari jenis mild steel bulat atau high yield steel
yang bergerigi (deformed high yield steel bars).
- Baja tulangan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 2052-2017.
- Semua tulangan pokok untuk pekerjaan ini terdiri dari jenis BJTD 32
- Semua pembetonan praktis/sederhana dapat menggunakan baja tulangan polos
(BJTP), dengan mutu BJTP 24.
- Baja tulangan utama yang digunakan dalam pekerjaan ini berukuran D13 dan
tulangan begel Ø8 mm.
- Semua baja untuk tulangan yang dipasok ke lapangan harus diikat berbentuk
bundel yang masing-masing terdiri dari batang baja dengan diameter dan
panjang yang sama dan masing-masing diberi label yang jelas yang menyatakan
jumlah, diameter dan panjang dari baja tulangan tersebut
b. Penyimpanan (Storage)
- Semua batang baja untuk tulangan harus disimpan diatas penyangga dari kayu
atau beton pada ketinggian yang cukup agar tidak menempel pada tanah.
- Penyimpanan baja tulangan harus sedemikian rupa untuk menghindari
terjadinya distorsi pada tulangan, dan harus terlindung agar tidak terjadi proses
korosi.
c. Pembengkokan Tulangan
- Semua pembengkokan tulangan dilaksanakan dalam keadaan dingin, pelan-
pelan dengan tekanan tetap atau dengan peralatan mesin dan tidak boleh
dipanaskan sebelum ada persetujuan dari Direksi Pengawas.
- Ujung dari batang baja dibentuk bengkok melengkung atau siku-siku sesuai yang
ditunjukkan pada gambar, atau dipersyaratkan atau atas petunjuk Direksi
Pengawas.
- Tulangan yang sebagian sudah tertanam didalam beton tidak boleh
dibengkokkan dilapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar rencana,
atau diijinkan oleh Tenaga Ahli.
- Batang baja yang dibengkok salah hanya akan digunakan bila alat untuk
meluruskan dan membengkok kembali adalah alat yang tidak akan melukai
bahan-bahan itu dan hanya Direksi Pengawas yang akan memutuskan apakah
cara-cara yang digunakan bisa diterima dan apakah pembengkokan kembali
batang baja itu bisa dipakai pada pekerjaan permanen.
- Tidak ada pembengkokan batang baja yang akan dipakai pada pekerjaan tanpa
lebih dulu ada persetujuan Direksi Pengawas.
- Pengelasan batang baja hanya dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar dan harus disetujui oleh Direksi Pengawas.
- Daftar pembengkokan batang baja harus diberikan kepada Direksi Pengawas.
- Hubungan, simpai (kait/hook), sengkang dan batang baja yang lain, dibengkok
disesuaikan dengan persyaratan yang tercantum pada SNI 1729-2015. Kecuali
ada petunjuk yang lain dari Direksi /Pengawas.
- Jumlah, panjang dan detil pembengkokan baja tulangan yang tercantum pada
daftar pembengkokan, dalam segala hal haruslah diteliti oleh Kontraktor, dan
kontraktor yang akan bertanggung-jawab akan kebenaran pekerjaan dalam
segala segi.
- Setiap penyimpangan antara gambar dan daftar pembengkokan haruslah
dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk memperoleh keputusan.
d. Pemasangan Tulangan
- Jumlah, ukuran, bentuk dan posisi dari semua tulangan harus mengacu kepada
gambar kerja, kecuali diberi petunjuk lain oleh Direksi Pengawas.
- Batang baja biasanya harus memenuhi panjang yang ditentukan, pengelasan
batang baja utama tidak diperkenankan kecuali di-tunjukkan dalam gambar.
- Jarak horizontal antara batang-batang yang digabung itu tidak kurang dari yang
mana yang berikut ini yang terbesar :
 Diameter batang-batang tulangan bila diameternya sama.
 Diameter batang tulangan yang besar, bila diameternya tidak sama.
 Ukuran nominal maksimum dari agregat kasar yang dipakai untuk campuran
beton.
- Baja tulangan harus dianyam sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah
sangkar.
- Kontraktor harus memperhatikan, bahwa tulangan-tulangan diletakkan dengan
benar dalam setiap hal serta digantung atau ditopang dengan alat yang disetujui
dalam cetakan untuk menahan pelesakan sebelum dan selama pembetonan;
penggunaan potongan baja atau kayu untuk maksud tersebut dibawah maupun
disamping dari cetakan tidak diperkenankan.
- Letak sengkang dan jaraknya pada tulangan utama harus dijaga dengan ketat,
mereka memegang atau menopang tulangan. Tulangan-tulangan harus dijaga
jangan sampai keluar dari permukaan beton, dan jarak yang dipersyaratkan
untuk tulangan terhadap permukaan beton, seperti ditunjukkan pada gambar
harus dipenuhi.
- Semua batang tulangan harus diikat dengan kawat beton sedemikian, sehingga
ujung-ujung kawat harus dibengkokkan kedalam agar tidak keluar dari
permukaan beton atau tertanam diselimut beton.
- Tahu - tahu beton dengan ukuran tertentu terdiri dari campuran 1 PC : 2 pasir
dipakai untuk pemisah antara tulangan dan bagian sisi dan bawah cetakan agar
selimut beton yang dipersyaratkan terjaga jaraknya dari permukaan beton.
- Bahan-bahan lain untuk tahu-tahu beton tidak diijinkan.
- Khusus untuk konstruksi dekat dengan air laut, dipakai tali nylon untuk pengikat
tahu-tahu beton.
- Harus diperhatikan dan diusahakan menghindari setiap penggeseran atau
pelengkungan dari tulangan-tulangan yang diletakkan sebelum pem-betonan.
- Semua tulangan harus dibersihkan dengan cara sand blasting sebelum diadakan
pengecoran.
- Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua kesalahan-kesalahan dalam
detail pembuatan dan pemasangan yang tidak sempurna.
f. Selimut Beton
- Selimut beton diukur terhadap tepi luar tulangan terluar seperti yang ditunjukkan
pada gambar. Toleransi hanya diberikan maksimum 1,5 cm.

g. Baja Tulangan Harus Bersih


- Semua baja tulangan harus bebas dari karat, kerak besar, minyak pelumas atau
segala zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas lekatan.
- Sebelum pengecoran beton, baja tulangan harus dibersihkan dari semua bahan
yang disebutkan diatas, termasuk cetakannya harus bersih.
- Pembersihan tulangan sebelum pengecoran harus memakai sistem “sand
blasting” atau cara lain yang disetujui Direksi.
- Kontraktor harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas mengenai
penulangan yang telah selesai dipasang pada cetakan sebelum pengecoran
beton.
h. Tanggung Jawab Atas Kesalahan-Kesalahan
- Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua kesalahan-kesalahan dalam
detail pembuatan dan pemasangan yang tidak sempurna dari bagian-bagian
struktur.
i. Ketentuan Hubungan Antar Elemen Struktur
1) Hubungan Antara Pondasi dengan Sloof

Gambar 5.4.1 Hubungan Antara Pondasi dengan Sloof


2) Hubungan Antara Sloof dengan Kolom
Gambar 5.4.2 Hubungan Antara Tulangan Sloof dengan Tulangan Kolom

Gambar 5.4.3 Detail Hubungan Balok Pengikat / Sloof dengan Kolom

3) Perkuatan ikatan Begel

Gambar 5.4.4 Perkuatan Begel Melalui Tekukan Ujung Tulangan Begel


dengan Sudut 135⁰
4) Hubungan Antara Kolom dengan Dinding
Gambar 5.4.5 Hubungan Antara Kolom dengan Dinding

Gambar 5.4.6 Pemasangan Angkur Besi Sebagai Pengikat Antara Kolom


dengan Dinding Pada Sudut Bangunan

5) Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling/ Ring

Gambar 5.4.6 Hubungan Antara Kolom dengan Balok Keliling (Balok Ring)
Gambar 5.4.7 Tulangan Kolom yang akan Dibengkokkan ke Dalam Balok
Keliling (Balok Ring)

6) Angkur Gunung-Gunung

Gambar 5.4.8 Hubungan Angkur pada Gunung-Gunung (Ampig)


Gambar 5.4.9 Hubungan Antara Tulangan Bingkai Ampig dengan Tulangan
Kolom dan Balok Keliling

PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN PONDASI

6.1. PEKERJAAN PASANGAN PONDASI


1. Pekerjaan yang dimaksud adalah meliputi semua kegiatan pemasangan batu
dengan mortar / spesi sebagaimana tercantum dalam gambar rencana untuk
berbagai bangunan konstruksi termasuk pasangan batu kosong / aanstamping.
2. Pekerjaan pasangan batu belum bisa dilaksanakan bila bentuk galian belum
memenuhi persyaratan.
3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, Kontraktor harus mengadakan
pengukuran- pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar konstruksi
dan harus dimintakan persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
4. Pelaksanaan pasangan batu kali juga harus memperhatikan gambar rencana yang
terkait dan jika ada kelainan / ketidak cocokan harus dikonsultasikan dengan
Direksi / Pengawas Lapangan.
5. Material batu yang digunakan adalah Batu Kali berwarna abu-abu hitam, keras,
dan tidak berpori yang dipecahkan dengan sudut runcing, dipasang setinggi 80 cm
berbentuk trapesium serta bermutu kwarsa yang disetujui Direksi / Pengawas
Lapangan.
6. Aanstamping atau pasangan batu kosong setinggi 15-20 cm yang disusun di
bawah batu kali pecah.
7. Lantai kerja urugan pasir setebal 5 cm.
8. Semen Tipe I, sesuai ketentuan SNI 15-2049-1994 tentang Semen Portland.
9. Air yang dgunakan adalah air bersih yang dianggap dapat diminum.
10. Adukan yang digunakan sebagai bahan spesi adalah campuran semen Portland
dan pasir pasangan dengan komposisi sesuai dengan gambar rencana.
11. Pengadukan spesi dilakukan sedemikian rupa sehingga pasir dan semen dapat
bercampur secara merata dengan kadar air yang sesuai sehingga adukan / spesi
kelihatan kental. Jumlah air yang digunakan tidak lebih 60 % berat semen yang
digunakan.
12. Tidak diperbolehkan menggunakan adukan / spesi yang telah lama diaduk tidak
kurang dari 45 menit setelah pengadukan awal.
13. Pondasi struktur pasangan batu harus disiapkan dan bersih dari segala bahan
organic, kayu, sampah dan bahan lain yang dianggap tidak baik serta harus
terhindar dari genangan air.
14. Pasangan batu harus dipasang maksimal tinggi 80 cm.
15. Landasan tempat pondasi yang tiris dan mudah mengalirkan air, perlu dilakukan
suatu cara guna menghindari terjadinya penggenangan air pada landasan
tersebut dan bila landasan tersebut tergenang air, harus dikeringkan dulu sebelum
pemasangan batu dilaksanakan
16. Diharuskan memberi lapisan adukan / spesi awal pada landasan pondasi minimal
tebal adukan 3 cm sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan
pertama.
17. Permukaan yang akan diberi adukan / spesi harus bersih dari kotoran, minyak, oli,
lempung dan secara menyeluruh harus dibasahi terlebih dahulu. Air yang
menggenang pada permukaan harus dibuang dan dikeringkan dulu sebelum
penempatan adukan.
18. Pemasangan batu dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tebal adukan / spesi
yang akan merekatkan batu satu sama lainnya tidak kurang dari 2 cm dan
keseluruhan rongga antara batu yang dipasang, terisi penuh dengan adukan /
spesi.
19. Tidak diperkenankan mengadakan penggeseran batu pada saat pemasangan
kecuali diangkat atau dibongkar kemudian dipasang ulang.
20. Pada akhir / puncak pasangan batu dari keseluruhan pasangan harus dibuat rapi
dengan tambahan adukan / spesi setebal 2 cm yang dikerjakan kepermukaan yang
rata.
21. Permukaan pasangan yang telah dilaksanakan perlu dirawat dengan memberi
siraman air setiap waktu bila dianggap pasangan agak mengering.
22. Pengurugan tanah dibelakang dinding pasangan batu harus dilaksanakan setelah
dianggap pasangan telah kuat menerima beban tanah dari samping dengan umur
pasangan minimal 12 hari.

PASAL 7
PEKERJAAN PASANGAN

7.1. PEKERJAAN PASANGAN


1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.
2. Bahan – Bahan
 Semen
Semen untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya seperti semen yang
ditentukan untk pekerjaan beton.
 Pasir
Pasir pasangan untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya dengan
pasir yang ditentukan untuk pekerjaan beton.
Gradasi pasir yang dipakai minimum 0,35 mm.
Adukan yang tumpah ke bawah pada waktu pemasangan Batu batako dan
yang sudang ditinggalkan lebih dari 2 jam tidak boleh dipakai atau dicampur
dengan yang baru.
 Batu batako
Menggunakan Batu batako dengan kualitas baik (tidak mudah pecah).
3. Metode Pelaksanaan
 Cara dan perlengkapan untuk mengangkut Batu batako atau adukan harus
sedemikian rupa sehingga tidak merusak Batu batako atau menunda
pemakaian beton.
 Campuran adukan digunakan perbandingan :
 1 PC : 3 Ps untuk pasangan traasram setinggi 40 cm dari peil lantai
dalam
 dan 1Pc : 5 Ps pasangan diatasnya dengan ketebalan 2,5 cm.
 Batu batako tidak boleh dipasang pada waktu hujan dengan periode yang lama
atau hujan besar. Adukan yang hanyut karena hujan harus segera disingkirkan.
 Tidak diperkenankan berdiri diatas pekerjaan Batu batako sebelum pasangan
mengeras.
 Pada waktu pemasangan, Batu batako tersebut harus bebas dari air yang
melekat.
 Batu batako harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan
alat-alat pengukur datar ataupun tegak (“ lot ” dan sebagainya), tegak tidak
segaris (silang) permukaan baik dan rata, “ bergigi “ (tiap sambungan saling
menutup).
 Pada hubungan-hubungan dengan tiang-tiang beton atau pada ujung pasangan
harus bergigi.
 Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada Batu batako yang menonjol
atau tidak rata, maka bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali
atas biaya Kontraktor, kecuali Konsultan Pengawas mengijinkan penambahan-
penambahan.
 Batu batako yang pecah dengan ukuran yang kurang dari setengah tidak
dibenarkan untuk dipakai. Untuk yang patah dua tidak melebihi 5% (lima
persen).
 Adukan 1pc : 3ps (traasram) digunakan untuk :
 Dinding, setinggi 40 cm dari peil lantai dalam.
 Dinding kamar mandi/WC, setinggi pemasangan keramik dinding sesuai
gambar perencanaan.
 Adukan 1pc : 5ps digunakan untuk dinding diatas pasangan traasram.
 Pemasangan dinding sesuai gambar Pemasangan dilakukan secara bertahap,
tiap tahap tidak boleh melebihi setinggi 100 cm.
 Semua pemasangan harus terikat kuat dengan kolom, dinding-dinding beton,
balok atau pelat beton dan bagian-bagian struktur lainnya. Penguatan untuk
pasangan Batu batako dilakukan menurut kebutuhannya atau atas petunjuk
konsultan pengawas. Kolom-kolom praktis untuk penguat pasangan Batu
batako harus dibuat sedemikian rupa sehingga maksimum setiap luas 12 m2
pasangan Batu batako harus dikelilingi beton praktis ukuran 12 x 12 cm2 dengan
mutu beton K-175 dengan tulangan 4ø12 dan sengkang ø8 jarak 15 cm,
demikian pula untuk pertemuan tegak lurus antara pasangan Batu batako.
Hubungan antara kolom dan dinding dihubungkan dengan pemberian angkur
setiap 3 lapis batako atau 60 cm. Penggunaan angkur dengan diameter 10 mm
dan panjang minimal 40 cm.
 Penguatan beton juga diberikan pada daerah-daerah pembukaan seperti
bagian atas/jendela dan lubang-lubang lainnya menurut konsultan pengawas.
Pemasangan yang terhenti, harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan dari air
hujan dan sebagainya. Segera sesudah pemasangan selesai maka adukan-
adukan yang menempel pada Batu batako dan bagian luar yang tidak dipakai
harus segera dibuang.

7.2. PEKERJAAN PLESTERAN


1. Lingkup pekerjaan adalah : pencampuran, pengadukan spesi, pemasangan
plesteran, perataan dan penghalusan permukaan plesteran.
2. Semen Portland yang digunakan memenuhi NI-8 dan telah disetujui Direksi /
Pengawas Lapangan.
3. Pasir yang dipergunakan harus berkadar Lumpur maksimal 5 % dan bebas dari
bahan organic dan alkali termasuk garam.
4. Air yang digunakan adalah air bersih yang dapat dijadikan sebagai air minum.
5. Komposisi campuran spesi/mortal adalah 1 Pc : 2 Ps untuk plesteran traasram dan
1 Pc : 5 Ps untuk plesteran biasa, kecuali disyaratkan lain oleh Direksi/Pengawas
Lapangan.
6. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan jika hasil pekerjaan beton atau pasangan
Batu batakoh disetujui Direksi / Pengawas Lapangan.
7. Permukaan yang akan diplester harus bersih dan tidak mengandung minyak, oli,
Lumpur dan abu. Permukaan yang akan diplester harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum diplester.
8. Jika tidak ditentukan lain dalam gambar rencana, maka seluruh plesteran
mempunyai ketebalan 20 mm yang harus dilaksanakan secara bertahap lapis
perlapis, menunggu lapisan terdahulu cukup kuat melekat baru dilaksanakan
pelapisan berikutnya.
9. Seluruh permukaan yang kedap air, plesteran harus difinish dengan acian dari
bahan PC. Pemberian lapisan kedap air/acian dilaksanakan segera setelah
pekerjaan plesteran dianggap telah mulai mengeras atau selang waktu 3 – 4 jam
.
10. Untuk semua jenis adukan, selang waktu pencampuran dengan pemasangannya
tidak lebih 45 menit sehingga campuran selalu dalam keadaan baik. Lewat dari
batas waktu tersebut, adukan harus dicampur ulang dengan menambahkan air
secukupnya.
11. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar,
tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan pelesteran minimal 2 kali
setiap hari dan melindungi dari terik panas matahari langsung dengan bahan
penutup yang biasa mencegah penguapan air secara cepat.
12. Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki setiap plesteran yang retak akibat
perawatan yang tidak baik hingga diterima dengan baik oleh Direksi / Pengawas
Lapangan.
13. Untuk pekerjaan dinding yang retak, terlebih dahulu dinding yang retak
dibobok/dicrok/dibongkar selebar 5 cm kemudian diisi dengan campuran spesi 1
Pc : 5 Ps dan diberi finishing acian.

PASAL 8
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

8.1. PEKERJAAN KAYU KUSEN PINTU, JENDELA DAN VENTILASI


I. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.
II. Bahan – Bahan
Kayu (Kode Mutu E20, dengan Modulus Elastisitas min 10000 N/mm2)
Bahan kaca untuk jendela dan ventilasi menggunakan kaca rayben bening 5 mm
kualitas terbaik.
III. Persyaratan Bahan
 Pengukuran
Kayu kasar yang belum dikerjakan harus menurut ukuran-ukuran yang
ditentukan kecuali sedikit variasi atau perubahan dalam menggergaji, dapat
diterima. Kayu kasar harus diketam, dibor atau jika tidak dikerjakan dengan
mesin, menurut ukuran-ukuran dan bentuk yang tertera dalam gambar. Dimana
ukuran-ukuran nominal telah disebutkan untuk kayu yang sudah dikerjakan
maka potongan (kekuarangan) sebanyak 3 mm diperbolehkan untuk tiap
permukaan yang sudah dikerjakan.
 Mata-mata Kayu
Jika terdapat mata kayu yang mulus (keras) pada salah satu permukaan kayu
yang akan dicat, asalkan mata kayu itu diameternya tidak lebih dari 3 cm.
 Pengawet Kayu
Pengawet anti rayap untuk kayu dilaksanakan dengan spray atau kuas dengan
bahan setara WAZARY 10 FW.
 Susut (Mengkerut)
Persiapan penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus
sedemikian rupa hingga susut dibagian manapun tidak akan mengurangi
(mempengaruhi) kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi,
juga tidak menyebabkan rusaknya bahan-bahan yang bersentuhan.
IV. Pelaksanaan
 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, dan Ventilasi
Kusen disini meliputi kusen pintu, jendela dan ventilasi yang terbuat dari Kayu
kelas I lokal (Jati) kualitas terbaik, tidak cacat atau melengkung dan sebelum
dipasang terlebih dahulu dimeni seluruh permukaannya.
Ukuran kayu 6/12 cm bersih (ukuran bersih/sudah disekap) dengan spenning
dibuat langsung bukan ditempel kayu list sedang permukaan yang menghadap
dinding/beton dibuat skur/ditarik diperkuat dengan besi angker 10 mm,
panjang minimal 10 cm dengan ujung dibengkokkan, untuk bagian bawah
kusen pintu dipasang besi ditanam dalam beton.
 Pekerjaan pintu terdiri dari pintu panil dari bahan kayu kelas I lokal (Jati).
 Pekerjaan pintu double teakwood lapis formika dengan rangka pintu dari kayu
kelas II.
 Pekerjaan jendela terdiri dari jendela panil+kaca ungkit bahan dari kayu kelas I
lokal (Jati) dan kaca t=5mm
 Pekerjaan jendela kaca mati, menggunakan kaca mati 5 mm yang dipasang
pada skonning dan dijepit dengan lis kayu menggunakan Kayu kelas II/kayu
keras.

PASAL 9
PEKERJAAN RANGKA KAP DAN PENUTUP ATAP

9.1. PEKERJAAN RANGKA KAP


1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan material, peralatan dan tenaga kerja serta
pemasangan rangka kap kayu. Pada kedudukan sebagaimana tertera pada
gambar rencana.
2. Kwalitas kayu untuk jenis yang ditentukan dalam gambar rencana adalah kayu Kode
Mutu E20, Modulus Elastisitas min 10000 N/mm2. Kayu yang berkwalitas baik,
kering, tidak bergetah, tidak retak, tidak bermata kayu yang lepas, berserat sejajar
dan searah panjang payu, tidak ada bekas dimakan bubuk dan cacat lainnya.
3. Semua ukuran kayu didalam gambar rencana adalah ukuran kayu yang terpasang
dan telah dikerjakan.
4. Sistem pembuatan kuda-kuda seperti yang ditunjukkan dalam rencana, setiap
pertemuan / buhul yang saling menjepit menggunakan sambungan baut dengan mur
baut ø10 mm, dan untuk sambungan saling berpapasan menggunakan sambungan
tumit atau sambungan dengan menggunakan plat strip 40.4.
5. Batang-batang kayu rangka harus lurus, (tidak bengkok) dan ujung kayu harus
padat dan berserat lurus searah panjang kayu.
6. Sambungan masing-masing batang rangka tidak boleh dipaksa atau pada saat
pemasangan sambungan tidak terjadi tegangan sekunder, tekuk atau lendutan pada
maing-masing batang kayu yang disambung.
7. Pemasangan rangka dilaksanakan sesuai dengan dudukan yang sebenarnya yaitu
dipasang vertikal pada posisi/dudukan yang tepat.
8. Pada peletakan kuda-kuda dengan ringbalk/kolom diikat besi angker ø12 mm
dengan cara diputar/diplintir agar kap tidak terangkat.
9. Jarak kuda-kuda sesuai jarak tiang yaitu as ke as 2m~3m dan diantara kuda-kuda
utama dipasang balok kuda-kuda bantu 2x6/12 cm untuk pengaku balok gording.
Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja
Ringan Struktur rangka atap baja ringan harus didesain oleh tenaga
ahli yang berkompeten. Desain harus mengikuti kaidah-kaidah teknis yang
benar sesuai karakter baja ringan yaitu dengan perancangan standar batas
desain struktur baja cetak dingin. Desain struktur rangka atap baja ringan
meliputi top chord, bottom chord, web dan screw sebagai satu kesatuan yang
tidak boleh dipisahkan. Peraturan yang digunakan sebagai pedoman :
- Harus memenuhi standar : AISI (American Iron and Steel Institute)
- Sistem yang digunakan : sisten ASD
- Memiliki sertifikat pengujian lentur dan tekan elemen dari institusi
yang berkompeten dan bersertifikasi.
- Perangkat lunak computer (software) boleh digunakan untuk membantu
proses desain atap baja ringan jika software memang khusus dikembangkan
untuk menghitung struktur baja ringan dan mengakomodasi peraturan- peraturan
yang telah disebutkan diatas.
Persyaratan konstruksi rangka atap baja
ringan.

1) Perangkaian rangka batang dilakukan di lapangan sesuai dengan hasil


pengukuran terakhir dan sesuai dengan actual dilapangan.
2) Perangkaian harus memperhatikan bentuk, ukuran dan gambar
desain.
3) Permukaan ring balok beton sudah rata dan elevasi sesuai
desain.
4) Dalam proses ereksi rangka atap harus diperhatikan support sementara
untuk menjaga stabilitas rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini
tidak boleh dilepas sebelum rangka kuda-kuda dinyatakan cukup kuat oleh
tenagaahli dari pabrik.
5) Jarak antar kuda-kuda adalah ±
1,2 m.
6) Jika diperlukan pemotongan material maka harus diperhatikan hal-hal
berikut:
- Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus
menggunakan peralatan yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan
telah ditentukan oleh pabrik.
- Alat potong harus dalam kondisi baik.
- Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
- Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
Persyaratan Tenaga Pemasang Komponen baja ringan harus dikerjakan oleh tenaga
pemasang yang terlatih serta mampu memahami gambar kerja dan sudah
mendapatkan pengakuan dari pabrik.

9.2. PEKERJAAN GORDING.


a. Kayu gording harus lurus, kering dengan perletakan pada kuda-kuda memakai
klos penahan dan tiap sambungan harus diklem. Ukuran gording 6/12 cm.
b. Jarak gording yaitu as ke as 80 cm
9.3. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan pemasangan penutup atap seperti tampak pada gambar
rencana.
b. Penutup atap dari bahan atap spandek 0.35 dengan warna yang disesuaikan
dengan juknis.
c. Sebelum mendatangkan bahan ke lokasi pekerjaan, Kontraktor harus
menyerahkan contoh bahan kepada Direksi / Pengawas Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
d. Atap tidak cacat, lecet, karatan atau penyot atau yang dianggap cacat oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Atap yang dianggap cacat ini harus disingkirkan dari
lokasi pekerjaan.
e. Pemasangan atap disusun sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik
pembuatnya. Dudukan gelombang pada sambungan atap harus tepat dan tidak
ada celah, bila hal tersebut terjadi, atap harus diganti sampai diperoleh
sambungan gelombang atap yang tepat tanpa celah.
f. Pemasangan atap menggunakan paku seng lurus, kokoh, tidak karatan dan diberi
karet ring paku.
g. Penutup nok harus dipasang saling overlapping tanpa celah dengan jarak
overlapping sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya.

9.4. PEKERJAAN LISPLANK


a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pemasangan listplank papan seperti tampak pada gambar rencana.
b. Listplank terbuat dari bahan GRC tebal 9 mm lebar 30 cm kualitas terbaik, lurus /
tidak melengkung dan tidak retak-retak.
c. Permukaan yang tampang halus disekap halus, rata, waterpass dan tidak
bergelombang.
d. Sebelum dilakukan pemasangan, listplank harus diberi lapisan meni sebanyak 2
lapis.
e. Listplank difinishing dari cat kilap kayu sebanyak 3 kali dan menghasilkan
permukaan yang halus dan licin serta mengkilap.

PASAL 10
PEKERJAAN PLAFON DAN RANGKA
10.1. PEKERJAAN PLAFON TRIPLEKS DAN RANGKA
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja untuk
pelaksanaan pekerjaan plafond tripleks seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
2. Rangka plafon terbuat dari Besi Hollow 4x4 dengan tebal 0,4 mm dengan tiap-tiap
pertemuan rangka memakai kayu klos. Sisi bawah rangka plafon harus disekap
rata dan diberi lapisan meni sebelum dilakukan pemasangan tripleks
3. Rangka Pembantu Besi Hollow 4x2 dengan tebal 0,4 mm
4. Penutup plafond terbuat dari Panel PVC tebal 7 mm.
5. Material Alternatif penutup plafon : a). Multiplek dengan tebal min 6 mm; b).
Gypsum dengan tebal min 9mm; c). GRC dengan tebal min 4mm
6. Penampang diberi lapisan finishing cat tembok sebanyak 3 kali yang terlebih
dahulu diberi lapisan plamur.

10.2. PEKERJAAN PLAFON GYPSUMBOARD, KALSIBOARD DAN RANGKA


1. Penutup plafond dari bahan Gypsumboard tebal 9 mm atau Kalsiboard 4 mm
dengan rangka plafond terdiri dari besi hollow untuk rangka utama hollow 40x40 t
= 0.3mm, rangka pembagi hollow 40x20 t = 0.3mm.
2. List plafond dari bahan gypsum 5 cm (profil menyesuaikan) sesuai persetujuan
Pemberi Tugas dan Pengawas.
3. Syarat pelaksanaan
Pada umumnya pemasangan plafond akan berhenti pada batas tertentu yang
berupa dinding atau lisplank
- Tentukan peil plafond pada dinding atau lisplank
- Waterpass kan ketinggian tersebut pada seluruh batas pasangan plafond
- Pasang rangka plafond pada dinding atau lisplank dengan menggunakan depra
bold
- Tentukan arah tulangan pokok dan pasang tulangan pokok tiap 60 cm dengan
ukuran besi hollow 40x40
- Selanjutnya pasang tulangan pembagi yang terbuat dari besi holo 40x20
dengan jarak tiap 60 cm
- Rangka langit-langit dipasang besi hollow dengan penggantung besi bulat
diameter 10 mm yang dilengkapi dengan mur dan klem penggantung-
penggantung terikat kuat pada beton, dinding atau rangka kuda kuda yang ada.
- Rangka langiot-langit dipasang setelah sisi bagian bawah diratakan,
pemasangan sesuai dengan pola yang ditunjukan / disebutkan dalam gambar
dengan memperhaikan modul pemasangan penutup langit-langit yang
dipasangnya.
- Bidang pemasangan bagian rangka langit-langit harus rata, tidak cembung,
kaku dan kuat kecuali bila dinyatakan lain, missal permukaan merupakan
bidang miring/tegak sesuai yang ditunjukan dalam gambar.
- Rangka plafond yang sudah siap ditutup adalah berupa rangka-rangka
berukuran 60x60 cm dengan kondisi lurus dan waterpass.
- Pada rangka ini penutup plafond dipasang tanpa nat dan sambungan antar
penutup plafond diberi cotton tape dan compound.
- Hasil pemasangan penutupan langit-langit harus rata, tidak melendut.
- Seluruh pertemuan antara permukaan langit-langit Gypsumboard dan dinding
dipasang list profil gypsum dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar

PASAL 11
PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan seluruh alat penggantung,
pengunci dan kelengkapannya serta pengadaan tenaga kerja dan alat-alat untuk
terselenggaranya pekerjaan ini.
2. Bahan – Bahan
 Engsel pintu menggunakan ukuran 4 inch, kualitas baik dari bahan stainless
merk “YANK” atau setara dipasang masing-masing 3 buah setiap daun
pintunya.
 Kunci pintu, system 2 x putar atau dengan System Double Cylinder Lock
kualitas baik merk “ROYAL” atau setaranya.
 Kunci pintu KM/WC System Cylinder Bored merk “KEND” atau yang setara.
 Untuk pintu 2 (dua) daun menggunakan grendel tanam (FLUSH BOLT) merk
“KEND” type 306-6,6 inch atau yang setara.
 Menggunakan handle, khusus untuk pintu dan anak kunci (menggunakan
System Cylinder Lock Double).
 Semua bahan harus diajukan contoh untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
3. Persyaratan Pelaksanaan
 Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam bidang
tersebut dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
 Pemborong harus memberikan contoh-contoh terlebih dahulu disetujui dan
diparaf Konsultan Pengawas.
4. Metode Pelaksanaan
 Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastic atau tempat aslinya
setelah dicoba. Pemasangan silakukan setelah bangunan di cat.
 Sekrup-sekrup harus cocok dengan bahan yang dipasang, jangan memukul
sekrup, cara mencocokkan hanya diputar sampai ujung, sekrup yang rusak
waktu dipasang harus dicabut kembali dan diganti.
 Engsel pintu untuk kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah sedang untuk
engsel ke-3 (ketiga) dipasang ditengah-tengah atau sesuai gambar.
 Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai gambar.

PASAL 12
PEKERJAAN LANTAI

12.1. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK


1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan
dengan pekerjaan lantai / pelapis lantai sesuai dengan RKS dan Gambar-gambar
Rencana.
2. Bahan
Keramik yang digunakan ukuran 40 x 40 cm (bangunan rekonstuksi dan rehab
keseluruhan lantai), dan 30 x 30 cm (untuk rehab peggantian sebagian lantai) merk
“ROMAN” atau yang setara, dengan standar produk klas 1 (KW 1). Dengan ukuran,
warna harus sama dan permukaan harus rata tidak bergelombang.
3. Pelaksanaan
- Seluruh pekerjaan dinding, plafond dan dibawah lantai yang akan dipasang
keramik harus sudah selesai dikerjakan.
- Adukan untuk alas / sambungan 1 Pc : 5 Psr.
- Seluruh permukaan lantai beton yang akan dipasang keramik terlebih dahuli
dilapisi pasir minimal 2 cm untuk mencegah keramik tidah mudah terlepas karena
penguapan panas beton.
- Pemasangan harus rata, lurus dan saling tegak lurus.
- Untuk pekerjaan rehabilitasi, sebelum memasang keramik terlebih dahulu
membongkar/menggali lantai yang lama hingga kedalaman 20 cm, tanah dasar di
padatkan terlebih dahulu menggunakan stamper kemudian diberi lapisan pasir
setebal 10 cm dan di cor beton K175 setebal 7 cm.
- Selesai pemasangan dalam ruangan, lantai harus bebas dari beban berat
diatasnya.
12.2. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING KM / WC
1. Pasang Keramik Lantai dan Dinding
 Keramik yang digunakan untuk lantai ukuran 20 x 20 cm, merk “ROMAN” atau
yang setara.
 Sedangkan untuk dinding menggunakan ukuran 20 x 25 cm, merk “ROMAN” atau
yang setara.
 Seluruh pemasangan keramik, permukaannya harus rata kecuali untuk pasangan
pada lantai harus diatur kemiringan permukaan lantai sesuai petunjuk pada
gambar rencana.
 Pasangan Nat keramik, diisi dengan semen “SUPER GROUTH” atau yang setara.

PASAL 13
PEKERJAAN PENGECATAN

13.1. LINGKUP PEKERJAAN


1. Meliputi semua tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan
pengecatan sesuai dengan gambar kerja dan RKS.
2. Pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan hasil yang tidak
mengglembung, mengelupas atau cacat lainnya.
3. Apabila terjadi hal-hal tersebut diatas, maka Pemborong harus mengadakan
perbaikan/pengecatan ulang hingga Konsultan Pengawas dan Pejabat pembuat
Komitmen merasa puas. Biaya perbaikan tersebut menjadi beban Pemborong.

13.2. BAHAN-BAHAN
1. Bahan
 Pengertian cat disini meliputi cat-cat dinding bata, beton, , besi yang tampak
ter-expose dengan bahan cat emulsion merk sekualitas Decolith (cat tembok)
dan sekualitas Bee brand (cat besi).
a. Cat tembok dan plafond memakai cat interior merk Jotun, Dulux, atau
setar.
b. Sedangkan untuk cat eksterior memakai cat yang bersifat weather
shiled merk Jotun, Dulux.
 Cat-cat/plamir yang didatangkan harus dalam keadaan utuh dalam kemasan
kaleng, tertera nama perusahaannya dan serta masih terdapat segel yang utuh.
 Semua cat yang dipakai harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Pengawas Lapangan/Tim Pengelola Teknis Kegiatan.
 Plamir dan dempul untuk pekerjaan cat tembok dan kayu digunakan merk yang
sama dengan merk cat yang dipilih.
 Cat meni digunakan sesuai dengan cat jadi dan sesuai dengan penggunaan
cat.
 Bahan pengencer digunakan dari produksi pabrik dari bahan yang diencerkan.
2. Penggunaan Warna Cat
a. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Dasar (SD)
- Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi
Sarana Prasarana Sekolah & Madrasah.
- Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode warna :
Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan warna
terdekat, Krem)
- Aksen pada tonjolan kolom, akses pintu masuk, separuh kolom
selasar, dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna
“Dark Red” dengan kode warna :
Web Color : #990000
RGB : 153, 0, 0
CMYK : 0, 100, 100, 40
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat,yaitu Merah Tua atau Maroon)
- Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan kode
warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat, Krem)
- Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai
warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

Gambar 1. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah Dasar


Gambar 2. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Dasar

b. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)


- Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi
Sarana Prasarana Sekolah & Madrasah.
- Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode
warna :
Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat, Krem)
- Aksen pada tonjolan kolom, akses pinto masuk, separuh kolom
selasar, dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna
“Dark Blue” dengan kode warna :
Web Color : #000066
RGB : 0, 0, 102
CMYK : 100, 100, 0, 60
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat,yaitu Biru Tua)
- Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan
kode warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat, Krem)
- Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai
warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

Gambar 3. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah


Menengah Pertama (SMP)
Gambar 4. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Menengah
Pertama (SMP)

c. Penggunaan Warna Cat pada Sekolah Menengah Atas (SMA)


- Penggunaan warna cat mengikuti Petunjuk Teknis Standarisasi
Sarana Prasarana Sekolah & Madrasah.
- Dinding luar menggunakan warna “Super White” dengan kode
warna :
Web Color : #F7F7EF
RGB : 247, 247, 239
CMYK : 0, 0, 3, 3
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat, Krem)
- Aksen pada tonjolan kolom, akses pinto masuk, separuh kolom
selasar, dinding luar samping, dan listplank menggunakan warna
“Grey Bluish” dengan kode warna :
Web Color : #626F8E
RGB : 98, 111, 142
CMYK : 4, 4, 0, 0
( Dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat,yaitu Abu-abu)
- Dinding dalam ruangan menggunakan warna “Seamist” dengan
kode warna :
Web Color : #E6DCD0
RGB : 230, 220, 208
CMYK : 0, 4, 10, 10
(dalam hal warna spesifik tidak tersedia di daerah, digunakan
warna terdekat, Krem)
- Atap, kusen, daun pintu, daun jendela menggunakan warna sesuai
warna material, yaitu Natural Grey, Black, Natural Brown

Gambar 5. Tabel Komponen dan Kode Warna untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA)
Gambar 6. Ilustrasi Penggunaan Warna Pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

13.1. Pelaksanaan
Sebelum diadakan pengecatan dasar, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
 Dinding, plafond, atap, kusen dan bagian lain yang akan dicat harus bebas dari
retak-retak, pecah atau kotoran yang menempel harus dibersihkan.
 Permukaan yang akan dicat sudah rata/kering dan halus serta rapi, dianggap wajar
oleh Konsultan Pengawas untuk dilapisi dengan lapisan dasar (pertama).
 Semua proses pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat cat
tersebut.
1. Pekerjaan Pengecatan untuk tembok
 Cat Tembok Dalam
a. Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk mengering,
setelah permukaan tembok kering/dilakukan dengan membersihkan
permukaan tembok dari pengapuran/pengkristalan yang biasa terjadi pada
tembok-tembok baru dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-
benar bersih.
b. Kemudian dilapisi tipis dengan palmir.
c. Pada bagian dimana banyak terjadi reaksi alkali dan rembesan air harus diberi
lapisan Walter Sealer.
d. Setelah kering permukaan tersebut diamplas lagi sampai halus.
e. Kemudian dicat dengan lapisan pertama.
f. Bagian-bagian yang masih kurang baik, diberi plamir lagi dan diamplas halus
sampai kering.
g. Kemudian dicat dengan lapisan kedua dan seterusnya.
 Cat tembok luar/
Sama halnya dengan proses cat tembok dalam, hanya pada pengecatan akhir
tembok luar ini dapat diberi cat khusus tembok luar sekualitas Dulux Weather
Shield Full Acrylic untuk eksterior.

2. Pekerjaan Pengecatan Meni


a. Meliputi pekerjaan cat meni pada permukaan kayu
b. Persiapan dilakukan dengan mengamplas dan membersihkan permukaannya
dengan lap kering. Minyak dan kotoran tidak boleh menempel pada permukaan
ini.
c. Setelah bersih permukaannya baru dapat dicat meni.
d. Pekerjaan ini diulangi minimum 1 kali atau lebih sampai mendapatkan warna
yang merata.
3. Pekerjaan Pengecatan cat kilap untuk Kayu
a. Semua permukaan kayu yang akan dicat harus dimeni dasar.
b. Permukaan yang akan dicat harus dijamin telah rata dan bersih dari minyak atau
bahan lain yang sejenis.
c. Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual menggunakan kuas
tangan.
d. Hasil pengecatan harus mulus, tidak mengglembung atau cacat-cacat lainnya.
Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuatannya.

PASAL 14
PEKERJAAN SANITASI

1. Pekerjaan Instalasi Air Bersih.


a. Jenis pipa yang digunakan adalah PVC atau GIP ( Galvanizet Iron Pipe )
Medium A ukuran diameter ¾” dan½” .
b. Keran air menggunakan jenis yang disesuaikan dengan sistem pemipaan.
c. Kontraktor harus menyerahkan contoh material sesuai jenis dan mereknya
kepada Direksi / Pengawas.,
d. Pipa-pipa didalam tanah yang dipasang sejajar bangunan harus mempunyai
jarak 1 m dari pondasi dan tertanam minimal 60 cm dibawah permukaan tanah.
e. Pemadatan penimbunan pipa harus dilakukan tanpa merusak jaringan pipa
dibawahnya.
f. Penggantung pipa memakai bahan tahan karat, mudah dipasang dan dibuka
kembali serta kuat menahan beban pipa dipasang setiap 150 cm.
g. Pengujian pipa dilakukan setelah jaringan dibersihkan dengan mengalirkan air
kedalam jaringan.

2. Pekerjaan Instalasi Air Kotor.


a. Air kotor dari WC
b. Pipa-pipa yang digunakan adalah pipa PVC diameter 2” atau sesuai dengan
gambar rencana.
c. Pipa-pipa ventilasi menggunakan pipa PVC dengan diameter sesuai gambar
rencana dengan pemasangan tidak boleh membentuk U trap.
d. Septictank dilengkapi dengan pipa ventilasi dari GIP dan pipa pengerasan dari
pipa PVC dengan diameter sesuai gambar rencana.

3. Pekerjaan Instalasi Kotoran.


Pipa-pipa yang digunakan adalah pipa PVC diameter 4” atau sesuai dengan gambar
rencana.

4. Pekerjaan Septictank dan Resapan.


a. Septictank dan resapan jumlah unit sesuai gambar rencana.
b. Septictank dan resapan dibuat dari konstruksi pasangan Batu batako dengan
campuran 1 PC : 2 Pasir dengan dilapisi plesteran campuran 1 PC : 2 Pasir.
c. Untuk lantai septictank dan resapan menggunakan cor beton campuran 1 PC :
2 Koral : 3 Pasir. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah harus dipadatkan dan
diberi lapis pasir urug setebal 15 cm yang dipadatkan. Tebal lantai disesuaikan
gambar rencana.
d. Antara septictank dan resapan dihubungkan dengan pipa PVC 4” yang
dilubangi. Pada bagian atas septictank ditutup dengan beton bertulang dan
diberi penutup (manhole) dengan lebar 25 x 25 cm yang dapat dibuka dan
ditutup serta diberi saluran udara terbuat dari pipa GIP diameter 2”.
5. Pekerjaan Menara Air
a. Bahan-bahan :
- Baja profil besi siku 50.50.5
- Plat baja tebal 10 mm
- Baut/Mur ø12
- Tendon air fiber 1200 L
b. Pelaksanaan :
- Konstruksi sambungan rangka pada menara air dibuat dengan sambungan
las.
- Pada rangka tiang penyangga dibuat dipasang plat simpul menggunakan
plat baja tebal 10 mm dan dilas.
- Dudukan rangka tiang penyangga diberi plat dudukan plat baja tebal 10 mm
dan dilas.
- Plat penyangga diberi Baut/Mur ø12 masing masing 4 titik setiap dudukan
yang dicor sedalam 30 cm ke dalam dudukan beton bertulang pada Ground
Resesrvoir.
- Rangka menara air keseluruhannya diberi finishing cat besi.
c. Kontraktor harus menyerahkan contoh material sesuai jenis dan mereknya
kepada Direksi / Pengawas.,
d. Pipa-pipa didalam tanah yang dipasang sejajar bangunan harus mempunyai
jarak 1 m dari pondasi dan tertanam minimal 60 cm dibawah permukaan tanah.
e. Pemadatan penimbunan pipa harus dilakukan tanpa merusak jaringan pipa
dibawahnya.
f. Penggantung pipa memakai bahan tahan karat, mudah dipasang dan dibuka
kembali serta kuat menahan beban pipa dipasang setiap 150 cm.
g. Pengujian pipa dilakukan setelah jaringan dibersihkan dengan mengalirkan air
kedalamnya.
6. Pekerjaan Perlengkapan Sanitair.
a. Pekerjaan ini meliputi pasangan klosed jongkok keramik, kran air kepala putih,
floor drain serta sesuai dengan gambar rencana.
b. Bahan Sanitair
 Stop Kran sekualitas merk “TOTO”. Atau standar KIA
 Floor Drain sekualitas merk “TOTO”. Atau standar KIA
 Klosed Jongkok sekualitas merk “TOTO”. Atau standar KIA
 Washtafel keramik sekualitas merk “TOTO”. Atau standar KIA
c. Semua material dari merk dan type yang dipergunakan harus memenuhi ukuran
dan standar pabrik pembuatnya.
d. Semua material yang dipergunakan harus dalam keadaan baru dan tidak ada
cacat-cacat lainya.
e. Kontraktor harus menyerahkan contoh material kepada Direksi / Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan material yang akan dipergunakan
sebelum mendatangkan material ke tempat pekerjaan.
f. Kontraktor wajib memperbaiki mengulangi atau mengganti bila ada kerusakan
material atau ketidak sempurnaan fungsi material.
PASAL 15
PEKERJAAN SEPTICKTANK

Pertama hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan kontruksi septic tank
standar yang benar dan baik adalah sebagai berikut :
a. Septictank dan resapan jumlah unit sesuai gambar rencana.
b. Septictank dan resapan dibuat dari konstruksi pasangan Batu batako dengan campuran 1
PC : 2 Pasir dengan dilapisi plesteran campuran 1 PC : 2 Pasir.
c. Untuk lantai septictank dan resapan menggunakan cor beton campuran 1 PC : 2 Kerikil : 3
Pasir. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah harus dipadatkan dan diberi lapis pasir urug
setebal 15 cm yang dipadatkan. Tebal lantai disesuaikan gambar rencana.
d. Antara septictank dan resapan dihubungkan dengan pipa PVC 4” yang dilubangi. Pada
bagian atas septictank ditutup dengan beton bertulang dan diberi penutup (manhole)
dengan lebar 25 x 25 cm yang dapat dibuka dan ditutup serta diberi saluran udara terbuat
dari pipa GIP diameter 2”.

PASAL 16
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Ruang lingkup pekerjaan instalasi listrik ini diterapkan pada semua bangunan yang terdapat
pekerjaan intalasi listrik termasuk Toilet/KM/WC.
Pemasangan intalasi listrik harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Instalasi listrik
tercantum pada SNI 04-0719-2004, tentang sistem pasokan daya listrik darurat menggunakan
energi tersimpan.

1. Pasang Kabel (Ex kabel metal/kabel indo/supreme)


- Kabel NYY
Kabel ini digunakan untuk pemasangan dalam bangunan melintas pada plafond.
Pada dinding lantai memakai pipa pelindung. Penampang minimal pipa 4 mm
(3x4mm, 4x4mm dan lainnya)
- Kabel NYA
Untuk instalasi penerangan dipergunakan kabel NYA 2 x 1,5 mm, untuk stop kontak
khusus dengan NYA 4 mm, pemasangan diatas plafond dan pada dinding dengan
pipa PVC union.
- Kabel NYA
Kabel NYA warna hijau dipergunakan untuk kawat arde (pentanahan) dari stop kontak
dan armature dari metal, khusus untuk daerah basah (KM/WC)
- Kabel NYM
Kabel NYM dipergunakan pada instalasi penerangan dimana tidak memungkinkan
pemakaian dengan pipa PVC union.
2. Titik Lampu
Titik lampu yang digunakan adalah :
 Lampu TL setara Philips 18 watt
 Saklar tunggal merk BROCO atau yang setara
 Saklar ganda merk BROCO atau yang setara
 Stop kontak merk BROCO atau yang setara
 Box sekring + limit
Kebutuhan semua ruang sesuai dengan gambar, dan merk harus melalui persetujuan
Direksi.
3. Instalasi Listrik
Untuk keperluan ini Pemborong dapat menugaskan pihak ketiga (instalatur) yang
mempunyai sertifikat dari PLN setempat dengan mengadakan persetujuan terlebih dahulu
dari Pengawas secara tertulis.
Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut pihak ketiga (instalatur) harus
membuat gambar/diagram instalasi (Kir listrik) dengan skala 1 : 100 dengan mendapat
persetujuan Pengawas.
4. Pelaksanaan Pekerjaan Instalasi
 Mengikuti penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan yang berlaku.
 Mengikuti segala petunjuk-petunjuk dari Pengawas.
 Mengikuti peraturan-peraturan Listrik yang masih berlaku di Indonesia pada waktu ini
(PUIL) tahun 1987.
5. Penjelasan Dari Bahan-Bahan
 Pemakaian bahan-bahan harus barang baru yang tidak ada cacat, berkualitas baik dan
memenuhi syarat keamanan kerja.
 Sebelum bahan-bahan tersebut dipasang, supaya diperlihatkan terlebih dahulu kepada
Pengawas untuk diperiksa kualitasnya dan mendapat persetujuan.
 Pada tiap-tiap penyambungan kawat dipergunakan las dop.
 Pada tempat-tempat persilangan dan penyeberangan diatas tembok, maka itu
dimasukkan dalam pipa sebagai pengaman.
 Sambungan kawat yang dimasukkan kedalam pipa, tidak boleh ada sambungan.
 Tarikan kawat diatas harus cukup tegang dan kencang tetapi isolasi tidak boleh rusak
karenanya.
6. Pemasangan Skakelar, Stop Kontak, Sekringkast, dll.
 Pemasangan saklar berkekuatan 6 A-250 V, stop kontak 12 Amp dari Ebonit putih merk
Broco harus dipasang serapi-rapinya dan warna harus satu macam, tidak boleh dicat
atau diduco, semua pasangan dalam (inbouwmounting).
 Untuk skakelar seri supaya dipasang memakai double truimel.
 Tinggi skakelar, stop kontak dari lantai menurut petunjuk dari PLN setempat (menurut
ketentuan A.V.E) atau 1,50 m dari lantai.
 Sekering yang digunakan jenis MBC merk Presto lengkap.
7. Jenis Lampu Yang Digunakan
 Semua lampu dipasang menempel pada plafond, sedang jenis lampu lainnya
ditempatkan sesuai dengan gambar.
 Pemasangan Lampu hemat energi 18 watt merk Philip dipasang menempel pada
plafond.
 Untuk pembagian group supaya diatur sedemikian rupa sehingga apabila salah satu
group tersebut putus, penerangan dan stop kontak pada ruangan itu tidak padam
seluruhnya.
 Seluruh penerangan harus dilengkapi dengan bola lampu lengkap sesuai dengan yang
dibutuhkan, dipasang sampai menyala, bila didalam lokasi tersebut belum ada aliran
listriknya, Pemborong tetap memasang seluruh intalasi lengkap termasuk jaringan
instalasi antar gedung hingga menyala.
8. Ukuran Isolasi
Untuk ukuran isolasi ditentukan antara 1/2 Ohm sampai 0,3 Ohm.
9. Pengujian
 Saluran instalasi setelah selesai harus diuji untuk menentukan apakah bekerja
sempurna, dalam segala hal harus memakai syarat-syarat yang ditentukan dalam
peraturan-peraturan PLN setempat.
 Jumlah Titik Lampu Yang Diperlukan
 Jumlah titik lampu, stop kontak, skakelar yang dibutuhkan dan jenisnya disesuaikan
dengan gambar yang ada.

PASAL 17
PENUTUP

1. Apabila didalam Spesifikasi teknis tidak disebutkan hal-hal yang harus dipasang, dibuat,
dilaksanakan dan disediakan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan hal ini menjadi bagian
yang nyata harus dilaksanakan / diselesaikan oleh Pemborong, maka harus dianggap
sebagaimana telah dimuat di dalam spesifikasi ini.
2. Sebelum pekerjaan diserahkan, pemborong diharuskan merawat bangunan,
membersihkan dari kotoran dan merapikan kekurangan-kekurangan yang ada.
3. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan, bila mana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai