( KAK )
PAKET PEKERJAAN :
PEMELIHARAAN BERKALA EMBUNG KECIL
DI KAB. ROTE NDAO
A. LATAR BELAKANG
1. DASAR HUKUM
2. GAMBARAN UMUM
Potensi lahan pertanian yang ada seluas 1,6 juta ha, terdiri dari lahan kering
1,35 juta ha dan lahan basah 0,25 juta ha. Musim hujan terjadi pada bulan
Desember- Maret dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.200mm,
dimana curah hujan yang berpotensi menjadi aliran permukaan sebesar 29,30%
setara 16,67 milyar m3 (528,60 m3/detik). Base flow andalan dari 194 sungai
sebesar 122,50 m3/detik setara 3,863 milyar m3. Pada kondisi normal, memberi
konsekuensi terhadap impor beras tahunan sebesar 140 ribu ton, setara dengan
kebutuhan air (irigasi dan non irigasi) sebesar 140 ribu ton x 8 m3 air = 1,12 juta
m3 (36,53 m3/detik). Dengan demikian kebutuhan air NTT sebesar 4,2 juta x 1.2
m3 x 8m = 5,05 milyar m3 (159,82m3/detik). Defisit air saat ini sebesar
159,82 m3/detik- 122,50 m3/detik = 37,32 m3/detik setara 1,2 milyar
m3/tahun.
Pulau Timor merupakan salah satu Pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Gugusan Pulau ini merupakan bagian dari wilayah kerja Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara II. Korelasinya adalah terdapat Wilayah Sungai (WS) Noelmina
yang merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional berdasarkan Peraturan
Menteri PU Nomor 11A/PRT/M/2006 Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai. Dengan demikian, maka jika meneropong lebih jauh Wilayah Sungai
Noelmina yang meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Noelmina merupakan
Wilayah Sungai Strategis Nasional di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bicara soal pengembangan sumber daya air (SDA) di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT), selalu dihadapkan pada persoalan utama, yakni
kurangnya sarana dan prasarana pendukung (infrastruktur) di bidang keairan
khususnya pembangunan dan pemeliharaan Bendung yang mendukung sektor
pertanian dan sektor strategis lainnya. Pada galibnya, ditemukan persoalan yang
paling krusial dalam keutamaan persoalan ditingkat pengelolaan yakni :
Pertama adalah infrastruktur yang terbangun “kurang disertai” dengan
kegiatan yang memadai pada tahapan akhir pembangunan atau pasca konstruksi.
yakni “OPERASI DAN PEMELIHARAAN (O & P)” yang kurang optimal. Kedua
adalah Wadah atau system Kelembagaan yang partisipatif (P3A) pada tingkat
pengguna (masyarakat tani) umumnya belum berjalan secara formal dan efektif,
yang mengakibatkan jumlah biaya O & P semakin meningkat. Ketiga; Sebagian
besar masyarakat pemakai “tidak merasa memiliki” akan sarana dan prasarana
yang terbangun (bangunan air). Kondisi ini akan berkorelasi positif pada
ketidakharmonisan fungsi maupun umur rencana bangunan dan pada akhirnya
mengalami kerusakan yang lebih serius. Dengan demikian maka fenomena
ini perlu didorong kearah yang positif agar keberlanjutan infrastruktur
sumberdaya air dapat terjamin sesuai dengan tujuan dan rencananya. Dengan
demikian maka kondisi ini akan berkorelasi positif pada ketidakharmonisan
fungsi maupun umur rencana bangunan dan pada akhirnya mengalami
kerusakan yang lebih serius.
D. LOKASI EMBUNG
1. Metode Pelaksanaan
2. Waktu Pelaksanaan
WAKTU PELAKSANAAN
NO URAIAN PEKERJAAN BULAN
MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES JAN FEB MAR
Waktu Pelaksanaan
Waktu Pemeliharaan
2. PERALATAN
No PERALATAN JUMLAH KAPASITAS
1 Excavator 1 Min. 0,91 M3
Pelaksanaan kegiatan yaitu selama 210 (dua ratus sepuluh puluh) hari
kalender. Kepastian pelaksanaan kegiatan akan disesuaikan dengan waktu
awal kontrak pekerjaan dimaksud.
I. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN
J. PENUTUP