Anda di halaman 1dari 45

SPESIFIKASI TEKNIK

( SPEKTEK )

PAKET PEKERJAAN :
PEMELIHARAAN BERKALA EMBUNG KECIL
DI KAB. ROTE NDAO

KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA I


SATKER OPERASI DAN PEMELIHARAAN SDA
NUSA TENGGARA II

Tahun Anggaran 2023


SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN I

I.1. UMUM
Penyedia Jasa harus melindungi Pemilik Pekerjaan dari tuntutan atas Hak paten, lisensi serta hak cipta
yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan oleh Penyedia Jasa untuk
dan selama pelaksanaan Pekerjaan.Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, spesifikasi harus
mensyaratkan bahwa, semua barang dan bahan yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan adalah baru, belum dipergunakan.
Standar satuan yang dipergunakan pada dasarnya adalah MKS, sedangkan penggunaan standar satuan
lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.

I.2. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pekerjaan Pemeliharaan Embung Kecil seperti yang tertuang dalam Daftar Kuntitas dan
Harga.

I.3. PEKERJAAN PERSIAPAN


Pekerjaan Persiapan adalah semua kegiatan yang kontrak Item pekerjaannya termasuk/dimasukan
dalam pekerjaan persiapan ini yang perlu dilaksanakan baik sebelum, selama berlangsungnya kontrak
dan setelah berakhirnya pekerjaan detail disajikan berikut ini.

I.3.1. Mobilisasi dan Demobilisasi


Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan transportasi peralatan yang akan dipergunakan dalam melaksanakan
paket pekerjaan. Penyedia Jasa harus sudah bisa memperhitungkan semua biaya yang
diperlukan dalam rangkaian kegiatan untuk mendatangkan peralatan dan
mengembalikannya nanti bila pekerjaan telah selesai. Mata pembayaran yang diterapkan
dalam kegiatan mobilisasi dan demobilisasi adalah Lumpsum.

I.3.2. Pembuatan Jalan Sementara


Penyedia Jasa diperbolehkan membuat jalan kerja ke dan melalui daerah yang
menggunakan jalan-jalan setempat yang sudah ada yang berhubungan dengan Jalan Raya
yang berdekatan dengan daerah proyek dimana segala resiko yang mungkin akan timbul
karena adanya jalan kerja tersebut termasuk pembuatan dan pemeliharaannya sudah
merupakan resiko bagi Penyedia Jasa untuk melakukan perbaikan dan pemeliharaannya
selama pelaksanaan kontrak dan tidak ada mata pembayaran dan pembayaran tambahan
karena pembuatan dan pemeliharaan jalan kerja sudah menjadi bagian dari kebutuhan
Penyedia Jasa dan sudah harus diperhitungkan dalam harga satuan kontrak pekerjaan
yang dikontrakkan. Bila Jalan kerja yang dipakai Penyedia Jasa merupakan jalan-jalan yang
sudah ada terlebih dahulu harus mendapat izin penggunaan dari aparat/pemilik jalan
tersebut.
Penyedia Jasa hendaknya berpegang pada semua peraturan dan ketentuan hukum yang
berhubungan dengan penggunaan jalan dan arah angkutan umum. Penyedia Jasa harus
memperbaiki atau memperlebar jalan yang ada dan memperkuat jembatan beton bila ada
sehingga memenuhi kebutuhan pengangkutan, sejauh yang dibutuhkan untuk
pekerjaannya dan harus direncana sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu lalulintas
dan harus mendapat persetujuan Direksi dan perlu pengaturan sebaik-baiknya dengan
Pemerintah setempat dan Badan Swasta bila diperlukan. Penyedia Jasa dapat
menggunakan tanah yang ada atas bebannya sendiri dan biaya yang mungkin akan
timbul akibat pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam harga penawaran dalam Harga
Kontrak pekerjaan yang dikontrakkan.
Penggunaan tanah tersebut sepengetahuan pemberi Tugas, dalam hal ini Penyedia Jasa
diminta membuat permohonan tertulis kepada Direksi jauh sebelumnya, sehingga rencana
kompensasi tanah jika ada dapat dilakukan dan segala resikonya sudah diperhitungkan oleh
Penyedia Jasa.
Tidak ada mata pembayaran dan pembayaran tambahan berkenaan dengan kebutuhan jalan
kerja tersebut dimana Pemberi Tugas tidak bertanggung jawab terhadap segala resiko
yang mungkin akan timbul termasuk pemeliharaan jalan kerja atau bangunan yang
digunakan oleh Penyedia Jasa selama pelaksanaan pekerjaan.
I.3.3. Survey Pengukuran dan Penggambaran
Dalam memulai, mengevaluasi dan mengerjakan pekerjaan baik untuk saluran, bangunan
air dan pekerjaan lainnya harus berdasarkan data ketinggian dan posisi yang pasti sesuai
dengan kondisi lapangan. Untuk ini Penyedia Jasa harus melaksanakan serangkaian
kegiatan survey dan pengukuran berikut penggambarannya untuk mendapat persetujuan
dari pihak Direksi sebelum melaksanaakan semua kegiatannya.
Gambar-gambar yang harus disiapkan Penyedia Jasa adalah:

I.3.3.1. Gambar-Gambar Pekerjaan Tetap


a. Umum
Semua gambar-gambar yang disiapkan oleh Penyedia Jasa haruslah gambar-
gambar yang telah ditanda tangani oleh Direksi, dan apabila ada perubahan
harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
program pelaksanaan dimulai.
b. Gambar-gambar Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar untuk
mempersiapkan Gambar Pelaksanaan. Gambar itu dibuat lebih detail untuk
pekerjaan tetap dan dapat memperlihatkan penampang melintang dan
memanjang dari konstruksi beton, pasangan batu, pengaturan batang
pembesian termasuk rencana konstruksi, pemotongan dan daftar besi beton,
tipe bahan yang digunakan, mutu, tempat dan ukuran yang tepat.
c. Penyedia Jasa harus menyediakan 1 (satu) set gambar- gambar lengkap
di lapangan
Apabila ada pekerjaan dilaksanakan sebelum ada persetujuan Direksi adalah
menjadi resiko Penyedia Jasa. Persetujuan Direksi terhadap gambar-gambar
tersebut tidak akan meringankan tanggung jawab Penyedia Jasa atas kebenaran
gambar tersebut.
Mata pembayaran yang diterapkan dalam kegiatan survey dan penggambaran
adalah Lumpsum .

I.3.3.2. Gambar-Gambar Pekerjaan Sementara


a. Umum
Semua gambar yang disiapkan oleh Penyedia Jasa harus terperinci, dan
diserahkan kepada Direksi sebelum tanggal pelaksanaan pekerjaan atau
dalam waktu yang telah ditentukan dalam Kontrak. Gambar-gambar
harus menunjukan detail dari pekerjaan sementara seperti pengalihan aliran
(kistdam) dan sebagainya. Gambar Perencanaan yang diusulkan
Penyedia Jasa yang dipakai dalam Pelaksanaan Konstruksi (sah) juga harus
diserahkan kepada Direksi sebanyak 1 (satu) rangkap.
b. Gambar–gambar untuk Pekerjaan Sementara yang ditinggalkan oleh
Penyedia Jasa hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan
dengan pekerjaan tetap secara lebih mendetail dan diserahkan kepada
Direksi untuk mengubah dan mendapat persetujuan sebelum tanggal
dimulainya pelaksanaan.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga kegiatan survey dan
penggambaran yang dikontrakkan.

I.3.3.3. Gambar-Gambar Purnalaksana / As Built Drawing


Selama masa pelaksanaan, Penyedia Jasa harus memelihara satu set gambar
konstruksi terpasang yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan.
Pada gambar yang memperlihatkan perubahan yang sudah diberikan sesuai
dengan kontrak, sejauh gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar
kemudian dicap “sudah dilaksanakan”.
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan oleh
Direksi dan tiap hari oleh Pengawas Lapangan, dan apabila ditemukan hal-hal
yang tidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, paling lambat harus diperiksa
kembali selama 6 (enam) hari kerja Gambar purna laksana (As Built Drawing)
harus dibuat di atas kertas berukuran A3 bila pekerjaan telah diselesaikan 100 %.
Dalam waktu 1 (satu) minggu setelah penandatanganan serah terima ke I
(PHO), Penyedia Jasa harus sudah menyerahkan gambar purna laksana (As Built
Drawing) yang terdiri dari satu set gambar lengkap dengan ukuran minimal A3 ,
beserta 1 (satu) set copy blue print jika penggambaran dengan cara manual dan
soft copy apabila penggambaran menggunakan program computer.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga kegiatan survey dan
penggambaran yang dikontrakkan.

I.3.3.4. Permukaan Tanah Asli Untuk Tujuan Pengukuran


Muka tanah yang terlihat pada gambar akan dianggap betul sesuai dengan
Kontrak. Apabila terjadi keraguan dari Penyedia Jasa kebenaran dari muka tanah,
sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) hari sebelum mulai bekerja Penyedia Jasa
memberitahukan kepada Direksi secara tertulis untuk menyelesaikan dan
melaksanakan pengukuran kembali ketinggian muka tanah tersebut. Dalam
segala hal sebelum memulai pekerjaan tanah, Penyedia Jasa akan mengukur dan
mengambil ketinggian terhadap daerah yang diduduki, dengan menggunakan
Bench Mark atau titik referensi yang disetujui oleh Direksi. Ketinggian muka
tanah yang ditentukan perlu mendapat persetujuan Direksi. Pengukuran volume
yang dikerjakan dibuat berdasarkan ketinggian yang disetujui.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.4. Laporan Dan Dokumentasi

I.3.4.1. Program Pelaksanaan


Penyedia Jasa harus melaksanakan Program Pelaksanaan sesuai dengan
Syarat-syarat Kontrak. Program tersebut harus dibuat dalam bentuk yaitu Bar-
Chart.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.4.2. Laporan Kemajuan Pelaksanaan


Setiap tanggal 25 (dua puluh lima) bulan berjalan atau pada suatu waktu yang
ditentukan Direksi, Penyedia Jasa harus menyerahkan 1(satu) salinan laporan
Kemajuan Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
i) Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada
bulan laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya.
ii) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai
pada bulan laporan.
iii) Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang
timbul atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama bulan
laporan.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.4.3. Rencana Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan


Penyedia Jasa harus menyerahkan 1 (satu) rangkap Rencana Mingguan yang
sudah disetujui oleh Direksi setiap akhir Mingguan dan untuk Minggu
berikutnya. Rencana tersebut harus sudah termasuk pekerjaan tanah, pekerjaan
konstruksi lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, pengadaan
bahan, pengangkutan dan peralatan dan lain-lain yang diminta Direksi.
Penyedia Jasa harus menyerahkan 1 (satu) rangkap rencana kerja harian secara
tertulis semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi setiap hari maupun
untuk hari-hari berikutnya. Rencana kerja harus mencakup pekerjaan tanah,
pekerjaan konstruksi dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.4.4. Rapat Bersama Untuk membicarakan Kemajuan Pekerjaan


Rapat tetap antara Direksi dengan Penyedia Jasa diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini
membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang
diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul
agar dapat segera diperoleh solusinya untuk diselesaikan.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga Penawaran yang dikontrakkan.

I.3.4.5. Dokumentasi
Semua kegiatan di lapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan
dibuatkan album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto,
lokasi dan penjelasan foto. Untuk setiap lokasi pekerjaan minimal dibuat 3 seri
foto yaitu sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan setelah selesai
dilaksanakan, dimana arah pengambilan melalui satu titik yang sama. Penyedia
Jasa harus menyerahkan kepada Direksi foto- foto yang dibuat oleh ahli foto yang
berpengalaman. Foto-foto harus berwarna dan ditujukan sebagai laporan/
pencatatan tentang pelaksanaan yaitu pada awal pertengahan dan akhir
suatu bagian tertentu dari pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi.
Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari
titik dan arah yang sama dan yang sudah ditentukan sebelumnya. Bilamana
mungkin maka pada latar belakang supaya diusahakan adanya suatu tanda
khusus (initial bangunan dan lokasinya) untuk memudahkan mengenali lokasi
tersebut.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka harus dibuat rencana/denah yang
menunjukkan lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian
diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Tiap foto berukuran 3R dan diberi
catatan sebagai berikut :
 Detail Kontrak
 Nama Bangunan atau Lokasi Embung/Bendung
 Tanggal Pengambilan
 Tahap Pelaksanaan
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi
dengan suatu set pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode tersebut.
Juga pada akhir pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus diserahkan kepada
Direksi dalam album- album. Foto-foto ditempelkan dalam album secara
beraturan menurut progres kemajuan pekerjaan dan lokasinya masing- masing.
Tiap obyek harus lengkap tahapnya yakni 0%, 50% dan 100% dan ditempelkan
pada satu halaman. Penyerahan dilakukan dalam rangkap secukupnya dan akan
menjadi milik Pemberi Tugas dan tanpa ijinnya tidak boleh diberikan/
dipinjamkan kepada siapapun.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.5. Peralatan dan Perlengkapan Proyek


Untuk menunjang kelancaran pekerjaan Direksi sebagai Pengguna Jasa maka diperlukan
peralatan dan perlengkapan serta kantor Direksi. Penyedia jasa menyediakan fasilitas
tersebut atas biaya Penyedia Jasa, dan tidak ada pembayaran khusus untuk ini.

I.3.6. Lain-Lain

I.3.6.1. Standar
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari Normalisasi Standar Indonesia dari edisi/revisi terakhir
atau standar internasional yang secara substantial setara atau lebih tinggi dari
standar nasional yang disyaratkan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci disini
atau dicakup oleh Standar Nasional haruslah bahan dan mutu pekerjaan
kelas utama. Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian yang
dipesan atau diantarkan untuk penggunaan dalam pekerjaan sesuai untuk
pekerjaan tersebut, dan keputusan Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang
diajukan oleh Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus menjelaskan secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan, sekurang-kurangnya 28
hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan setuju atau tidak terhadap pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
Standar satuan ukuran yang dipergunakan pada dasarnya MKS, sedangkan
penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut tidak
dapat dielakkan dan dapat dipertanggung jawabkan.

I.3.6.2. Bahan dan Perlengkapan Yang Harus Disediakan


a. Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan dan perlengkapan yang
diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang tercantum dalam kontrak,
semua bahan dan perlengkapan yang merupakan bagian dari pekerjaan
harus baru dan sesuai dengan standar yang diberikan dalam
spesifikasi atau standar dalam Spesifikasi Umum. Bila Penyedia Jasa
dalam mengusulkan penyediaan bahan dan perlengkapan tidak sesuai
dengan suatu standar seperti tersebut diatas, Penyedia Jasa harus segera
memberitahukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan tertulis
dari Direksi.

b. Perlengkapan konstruksi
Penyedia Jasa harus segera menyediakan semua perlengkapan konstruksi
yang diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang cukup. Apabila
Direksi memandang belum sesuai dengan kontrak, maka Penyedia Jasa
harus segera memenuhi kekurangannya, dalam penyediaan semua
perlengkapan dan peralatan harus lengkap dengan spare partnya yang
cukup dan memeliharanya agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan lancar
dan baik.

c. Bahan Pengganti
Penyedia Jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan, bila bahan
tersebut tidak tersedia dipasaran maka dapat digunakan bahan pengganti
dengan mendapat ijin tertulis dari Direksi. Harga satuan dalam volume
pekerjaan tidak akan disesuaikan dengan adanya pertambahan harga antara
bahan yang ditentukan dengan bahan pengganti.

d. Pemeriksaan Bahan dan Perlengkapan


Perlengkapan dan yang disediakan oleh Penyedia Jasa akan dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak pada salah satu
atau lebih tepat ditentukan Direksi.
 Tempat produksi dan pembuatan
 Tempat pengapalan
 Lapangan / Lokasi Proyek.
Penyedia Jasa supaya menyerahkan penjelasan yang menyangkut
perlengkapan dan bahan kepada Pengguna Jasa sesuai yang dimintanya
untuk tujuan pemeriksaan, tetapi tidak mengurangi tanggung jawab
Penyedia Jasa untuk menyediakan perlengkapan dan bahan sesuai dengan
Spesifikasi.

e. Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus disediakan olehPenyedia Jasa.


Penyedia Jasa supaya menyerahkan kepada Direksi tiga set spesifikasi yang
lengkap, brosur dan data bahan dan perlengkapan untuk mendapat
persetujuan, dan harus disediakan sesuai dengan kontrak dalam waktu 30
(tiga puluh) hari dari sejak penerimaan Surat Perintah Kerja. Persetujuan
dari spesifikasi, brosur dan data bagaimanapun juga tidak meringankan
Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya dalam hubungannya dengan kontrak.

I.3.6.3. Pengukuran Untuk Pembayaran


Penyedia Jasa bersama-sama dengan Direksi dalam pemeriksaan setting-out
dan dalam melaksanakan pengukuran untuk mengetahui secara pasti kemajuan
pekerjaan yang diperlukan dalam proses pembayaran. Setting out/pengukuran
harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam pemasangan patok
yang cukup, tiang, pinggir yang lurus, penyangga, cetakan profil dan lain-lain
yang perlu untuk pemeriksaan setting out dan pengukuran kemajuan pekerjaan
harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
Semua biaya untuk bahan dan buruh untuk maksud tersebut diatas
merupakan beban Penyedia Jasa karena tidak ada mata pembayaran dan atau
pembayaran khusus atau tambahan akibat dari kegiaatan ini dan segala resikonya
sudah diperhitungkan sebelumnya oleh Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam
harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.6.4. Pekerjaan Sementara


a. Umum
Penyedia Jasa akan bertanggung jawab terhadap perencanaan, spesifikasi,
pelaksanaan dan berikut pemindahan semua pekerjaan sementara untuk
pelaksanaan pekerjaan sebaik-baiknya. Detail dari pekerjaan sementara
dimana Penyedia Jasa bermaksud untuk melaksanakan pekerjaan dilapangan,
pertama-tama diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
sesuai dengan prosedur dalam Spesifikasi Umum. Apabila Penyedia Jasa
bermaksud mengajukan alternatif untuk pekerjaan sementara diluar
daerah lapangan/kerja seperti ditunjukkan pada gambar kerja, semua biaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan termasuk pembebasan
tanah, sewa tanah dan sebagainya, ditanggung oleh Penyedia Jasa dan
semua biaya yang mungkin timbul sudah termasuk pada uraian pekerjaan
pada daftar volume pekerjaan yang dikontrakkan. Keterlambatan tidak akan
meringankan Penyedia Jasa terhadap tanggung jawab untuk memenuhi
ketentuan dalam Kontrak. Dalam hal tersebut tidak diberikan perpanjangan
waktu bila terjadi keterlambatan dan akan mendapat sanksi sesuai dengan
peraturan yang diberlakukan.

b. Lapangan Kerja
Lapangan kerja seperti terlihat pada gambar kerja yang digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan, dijamin oleh Pengguna Jasa dan bebas dari biaya
pembebasan tanah. Penyedia Jasa sedapat mungkin melaksanakan pekerjaan
sementara pada tanah seperti pada gambar kerja atau seperti petunjuk Direksi.
Penyedia Jasa hendaknya membatasi kegiatan peralatan dan anak buahnya
pada tanah yang sudah diijinkan/disediakan, termasuk arah jalan masuk yang
disetujui Direksi sehingga mengurangi kerusakan tanaman/pemilikan lahan
dan kerusakan tanah. Bekas yang dilalui kendaraan supaya diperbaiki.
Sebelum diterimanya pekerjaan oleh Pemberi Tugas tanah harus dikembalikan
ke keadaan setidaknya seperti semula.
Penyedia Jasa bertanggung jawab langsung kepada Pemberi Tugas untuk
semua kerusakan misalnya kerusakan tanaman atau tanah hasil galian baik
milik Pemberi Tugas atau orang lain. Penyedia Jasa mengganti kerugian
terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena kerusakan tersebut akibat
kelalaian Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan dalam Kontrak.

c. Pengalihan Sementara
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengganggu sistim pengairan yang ada
baik permanen atau semi permanen selama pelaksanaan pekerjaan.
Direksi akan meminta Penyedia Jasa untuk mengerjakan pekerjaan
pengalihan aliran sementara pada saluran irigasi yang ada sebelum
melaksanakan pekerjaan saluran serta bangunan yang berhubungan. Penyedia
Jasa supaya menyerahkan rencana pengalihan sementara untuk
mendapatkan persetujuan Direksi. Setelah rencana itu disetujui/diubah atas
petunjuk Direksi pelaksanaan pekerjaan pengalihan sementara harus sesuai
dengan rencana yang telah disetujui.
Biaya untuk pembuatan rencana pengalihan sementara hanya untuk
pekerjaan Bendung dan supaya dicantumkan dalam volume pekerjaan sesuai
dengan kemajuan pekerjaan dan perintah Direksi yang akan dimasukkan
kedalam butir/ mata pembayaran pekerjaan Dewatering adalah Lump Sump
(Ls) seperti yang telah termasuk dalam kontrak pekerjaan atau jika ditentukan
lain oleh Direksi.
Sedangkan pengalihan sementara atau kistdam-kistdam pada pekerjaan
jaringan/ saluran irigasi dan pembuang tidak ada mata pembayaran dan
atau pembayaran khusus atau tambahan akibat dari kegiatan ini dan
segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh Penyedia Jasa yang
sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.6.5. Kantor Penyedia Jasa, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh, Dsb.


Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara mengerjakan dan memindahkan
bangunan sementara lainnya setelah selesai pekerjaan dan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya oleh Penyedia Jasa untuk mengembalikan lokasi bangunan-
bangunan sementara setidaknya seperti semula sehingga tidak menimbulkan
permasalahan lingkungan dan kenyamanan. Penyedia Jasa supaya menyerahkan
rancangan tempat kerja dan bangunan sementara secara umum kepada Direksi
untuk mendapat persetujuan pada waktu yang ditetapkan. Pelaksanaan
pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan Direksi.
Perkampungan staf Penyedia Jasa dan pemondokan buruh harus dilengkapi
dengan semua pelayanan yang perlu seperti saluran pembuang, penerangan
jalan, air bersih, MCK, gang, tempat parkir, pemagaran, kesehatan, ruang
masak, pencegahan kebakaran dan peralatan pencegahan api sesuai dengan batas
yang ditentukan dalam kontrak. Penyedia Jasa supaya juga melengkapi keperluan
air bersih dan penerangan yang cukup untuk kantor Penyedia Jasa,
perkampungan stafnya, pemondokan buruh, bengkel dan tempat lainnya di
daerah kerja.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.6.6. Pekerjaan Pengeringan Selama Pelaksanaan.


Pembuangan genangan air dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan seperti
kisdam, saluran, drainase dari genangan atau bangunan sementara yang lain.
Pada saat pembuangan air dilaksanakan. Penyedia Jasa harus memasang,
mengerjakan, mengoperasikan dan memelihara semua pipa, pompa dan
peralatanlain yang diperlukan untuk membuang air bermacam- macam
pekerjaan dan untuk memelihara dasar pondasi serta bagian pekerjaan yang lain
agar bebas dari air dan pekerjaan konstruksi sesuai dengan syarat-syarat.
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan akibat
banjir/luapan air atau kegagalan pembuangan air atau pekerjaan pangamanan
atas biaya Penyedia Jasa.
Semua sistim pengeringan sementara seperti kisdam, tanggul- tanggul atau
pembuangan air sementara yang lain harus segera dibongkar atau diratakan pada
saat pekerjaan telah selesai atau jika ditentukan lain sehingga kelihatan baik
dan tidak mengganggu kelancaran pekerjaan saluran dan bangunan- bangunan
yang berhubungan dengan pembuangan atau parit alam, dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Cara pembuangan air yang dilakukan oleh Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan Direksi, kecuali lebih jauh sebagaimana disetujui atau
diijinkan oleh Direksi untuk pekerjaan pembuangan air tidak akan mengganggu
jalanannya air yang dibutuhkan untuk pengairan yang ada baik permanen
atau semi permanen selama masih diperlukan.
Apabila peleksanaan pekerjaan berada dibawah muka air tanah, air tersebut
supaya dipompa dahulu sebelum dilakukan penggalian. Pembuangan air
dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat dipelihara kestabilan dari dasar dan
sisi miring yang digali sehingga semua pelaksanaan konstruksi dikerjakan pada
keadaan kering. Apabila diadakan pengeringan saluran
irigasi yang ada maka Penyedia Jasa harus mengajukan jadual waktu dan periode
pengeringan kepada Direksi untuk dibahas dengan Instansi terkait/ketua
masyarakat sehingga mendapatkan persetujuan bersama dari pihak-pihak yang
berwenang. Penyedia Jasa tidak diperkenankan menutup aliran air sebelum ada
jadual pengeringan yang telah disetujui bersama.
Tidak ada mata pembayaran / pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh
Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.

I.3.6.7. Hari Kerja dan Jam Kerja


a. Hari kerja adalah hari kalender, Bulan adalah bulan kalender
b. Dayworks adalah berbagai input pekerjaan yang pembayarannya
tergantung kepada waktu untuk kegiatan Penyedia Jasa yang inputnya
tergantung pada peralatan dan tenaga kerja, sebagai tambahan terhadap
pembayaran yang terkait pada material dan bahan.
c. Hari-hari libur
Dalam pengaturan orang-orang yang dipekerjakannya, Penyedia Jasa harus
menghormati perayaan resmi, hari-hari libur dan upacara keagamaan atau
lainnya sesuai dengan penetapan hari libur nasional oleh Menteri Agama dan
yang ditentukan oleh Pemerintah setempat. Penyedia Jasa harus membuat
pengaturan khusus dengan persetujuan Direksi Pekerjaan bila terjadi keadaan
yang mendesak, sehingga rencana kerja mengharuskan pekerjaan
berlangsung terus selama perayaan atau hari libur tersebut.
d. Pekerjaan malam hari atau hari Minggu
Pekerjaan permanen tidak diperbolehkan dilakukan pada malam hari, pada
hari Minggu, atau hari libur resmi tanpa ijin tertulis dari Direksi Pekerjaan,
kecuali:
i) Pekerjaan itu tidak dapat dihindari
ii) Mutlak perlu demi keamanan jiwa atau harta benda atau demi
keamanan pekerjaan
iii) Apabila ada ketentuan-ketentuan yang sebaliknya, tercantum
dalam Kontrak, atau
iv) Sebagaimana yang selanjutnya ditetapkan disini.

Dalam hal demikian, Penyedia Jasa harus dengan segera memberitahu Direksi
Pekerjaan, dengan ketentuan bahwa Pasal ini tidak berlaku untuk pekerjaan
yang menurut kebiasaan dilakukan secara bergilir atau dengan penggiliran
ganda.

I.3.9.12. Gangguan dan Keadaan Darurat


a. Selama berlangsungnya pekerjaan, Direksi sewaktu-waktu berwenang untuk
memerintahkan secara tertulis :
i) Penyingkiran bahan dari lapangan yang menurut Direksi tidak sesuai
dengan pekerjaan/ Kontrak,
ii) Penggantian bahan dengan bahan yang tepat dan sesuai,
iii) Penyingkiran dan pelaksanaan ulang suatu pekerjaan atau bagian dari
padanya, yang bahan atau mutu pekerjaannya menurut pendapat Direksi
Pekerjaan tidak sesuai dengan Kontrak, meskipun sebelumnya telah
dilakukan pengujian, atau telah dilakukan pembayaran angsuran,
untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tersebut. Apabila dalam
pengujian akhir membuktikan atau menunjukkan adanya kesalahan
b. Dalam hal terjadi kelalaian Penyedia Jasa dalam melaksanakan hal
tersebut diatas, maka Pengguna Jasa berhak mempekerjakan orang lain
untuk melaksanakan perintah tersebut. Semua pengeluaran sebagai
konsekuensinya atau pertabahan biayanya harus ditanggung oleh Penyedia
Jasa, dan Pemilik dapat menahan pembayaran uang yang menjadi hak
Penyedia Jasa, sampai Penyedia Jasa membayar pengeluaran tersebut.
c. Perbaikan Mendesak
Apabila sebagai akibat dari kecelakaan, atau kegagalan, atau peristiwa lain
yang timbul sehubungan dengan pekerjaan, atau bagian dari pekerjaan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan maupun selama masa Pemeliharaan,
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, segera diperlukan penanggulangan,
atau pembuatan pekerjaan lain atau perbaikan yang mendesak untuk
pengamanan, dan Penyedia Jasa tidak sanggup atau tidak bersedia dengan
segera melaksanakan pekerjaan atau perbaikan tersebut, Pengguna Jasa
dapat mempekerjakan atau membayar pihak ketiga atau pekerja-pekerjanya
sendiri.
Apabila pekerjaan atau perbaikan itu seharusnya dilakukan oleh Penyedia
Jasa dengan biaya Penyedia Jasa sendiri sesuai dengan ketentuan dalam
Kontrak, maka semua biaya dan ongkos yang wajar sebagaimana
dikeluarkan oleh Pengguna Jasa dalam melakukan perbaikan tersebut,
jika diminta, harus dibayar kembali oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa,
atau dapat dipotong oleh Pemilik dari uang yang merupakan hak atau
menjadi hak Penyedia Jasa. Dengan ketentuan bahwa Direksi Pekerjaan
segera setelah terjadinya keadaan mendesak tersebut, dalam kesempatan
pertama memberitahukan perihal tersebut secara tertulis kepada
Penyedia Jasa.

I.3.9.13. Lain-Lain
Pekerjaan dibawah ini merupakan pekerjaan yang menjadi kewajiban Penyedia
Jasa untuk melaksanakan atau mengerjakan :
a. Papan Tanda Proyek
i) Penyedia Jasa harus membuat, memasang dan memelihara minimal 1
(satu) papan tanda proyek. Papan tanda proyek harus menunjukkan
dan memuat nama Pemilik Pekerjaan/Proyek dan nama Penyedia
Jasanya, judul nama proyek disertai perkiraan jumlah hari pelaksanaan.
ii) Lokasi Pemasangan ditunjukkan oleh Direksi/EngineerKonsultan
dalam jangka waktu sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan. Jika
pekerjaan telah selesai dan telah diserahterimakan, maka papan nama
proyek harus dicabut oleh Penyedia Jasa.
b. Jamuan Tamu
Jamuan tamu yang meninjau atau memeriksa pekerjaan dalam batas yang
wajar.
c. Semua pekerjaan yang telah disebutkan dalam spesifikasi, tetapi tidak
termasuk dalam daftar harga satuan pekerjaan (unit price) dalam Daftar
Kuantitas (Bill of Quantities), maka harus dilaksanakan oleh Penyedia
Jasa. Pembayaran pekerjaan hanya akan diberikan kepada jenis pekerjaan
yang tercantum di dalam mata pembayaran seperti disebutkan didalam
daftar harga satuan pekerjaan yang tercantum di dalam Daftar
Kuantitas (Bill of Quantities) pekerjaan yang dikontrakkan.
d. Kontrol kualitas.
Semua material baik tanah, agregat, semen, air dan campuran beton yang
akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus yang mempunyai
kualitas yang baik. Untuk keperluan ini maka harus dilaksanakan
pengujian-pengujian. Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran
khusus atau tambahan akibat dari kegiaatan ini dan segala resikonyasudah
diperhitungkan sebelumnya oleh Penyedia Jasa yang sudah termasuk
dalam harga penawaran yang dikontrakkan.
BAGIAN II
PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN UTAMA

1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu
serta pengukuran dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan konstruksi yang
terdiri dari pekerjaan persiapan umum dan khusus, pekerjaan konstruksi umum dan khusus pada
rehabilitasi bendung/embung serta pekerjaan lain-lain. Spesifikasi teknis ini melingkupi paket
pekerjaan pemeliharaan berkala embung kecil di Nusa Tenggara Timur.

2. ACUAN NORMATIF
Rancangan Pedoman Teknis :
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 1, Pekerjaan Tanah
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 4, Pekerjaan Beton dan Bekisting.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 5, Pekerjaan Pasangan Batu, Batu Kosong dan Bronjong, dan
Adukan Semen.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 6, Pekerjaan Pemancangan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 7, Pekerjaan Dewatering
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum,
Bagian – 9, Pekerjaan Lain-lain

3. ISTILAH DAN DEFINISI


1) Construction Joint adalah hubungan/sambungan permukaan antara konstruksi beton baru dengan
beton lama/yang telah ada sehingga merupakan suatu kesatuan yang rigid
2) Contraction joint adalah hubungan/sambungan permukaan antara konstruksi beton baru dengan
beton lama/yang telah ada, namun satu sama lain merupakan konstruksi yang saling terpisah
sehingga biasaya untuk mencegah adanya rembesan atau perbedaan penurunan perlu dilengkapi
dengan dowel Bar atau injeksi semen.
3) Direksi pekerjaan adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik pekerjaan untuk membimbing dan
mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana
4) Dokumen perencanaan adalah keterangan yang mencakup tentang spesifikasi teknik, gambar
perencanaan maupun gambar detail dari seri krib yang akan dibuat
5) Gambar pelaksanaan adalah gambar bangunan yang sudah dilaksanakan apabila terjadi
perubahan dimensi dari perencanaan
6) Intake adalah bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, guna mengatur
pemasukan air ke saluran irigasi
7) Konstruksi adalah merupakan rangkaian proses kegiatan yang dituangkan dalam bentuk pekerjaan
fisik di lapangan berdasarkan gambar yang didapatkan dari hasil kegiatan perencanaan teknik
8) Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dengan campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil,
dipergunakan untuk tatakan mencetak tiang pancang beton.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi
teknik konstruksi bangunan bendung/embung harus memuat :

4.1. Program Pelaksanaan


1) Pengguna Jasa menyiapkan Jadwal Pelaksanaan untuk semua pekerjaan yang termasuk
dalam Kontrak. Jadwal pelaksanaan tersebut untuk membantu para penawar dan
Penyedia Jasa didalam menyiapkan Jadwal Pelaksanaan yang lebih terperinci.
2) Empat belas (14) hari setelah menerima Surat Penunjukan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan Jadwal Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan berisi jadwal pelaksanaan
semua pekerjaan dan pekerjaan sementara yang harus dikerjakan berdasarkan Kontrak.
Jadwal Pelaksanaan ini harus sesuai dengan hari kelender, jangka waktu yang
diperlukan, tanggal mulai paling awal, tanggal selesai paling awal dan paling lambat,
lama pelaksanaan dan sebagainya.
3) Jadwal Pelaksanaan tersebut diatas diserahkan sesuai dengan modifikasi dan perubahan
yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan di dalam waktu yang logis. Jadwal Pelaksanaan
yang direvisi yang sudah disetujui dan sudah ditandatangani oleh Penyedia Jasa dan
Direksi Pekerjaan harus dianggap merupakan Jadwal Pelaksanaan yang mengikat dan
menjadi bagian dari Dokumen Kontrak.
4) Jadwal Pelaksanaan yang sudah mengikat tersebut harus diperbarui oleh Penyedia Jasa
pada setiap jangka waktu 1 (satu) bulan jika diminta oleh Direksi Pekerjaan dan Jadwal
Pelaksanaan yang diperbarui harus disetujui oleh Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan,
dan termasuk dalam Dokumen Kontrak.
5) Jika selama pelaksanaan pekerjaan, rata-rata kecepatan pekerjaan ternyata dibawah
yang disetujui menurut pendapat Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus dapat
menyelesaikan setiap bagian pekerjaan pada waktu yang disetujui, maka Direksi
Pekerjaan akan memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah pekerja dan atau
peralatan pelaksanaan ke lokasi pekerjaan untuk mengejar ketinggalan pada bagian
pekerjaan tersebut.

4.2. Aspek–aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan Pekerjaan

1) Aspek Keselamatan Kerja


Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memperhatikan ketentuan kesehatan dan Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Ketentuan-ketentuan tersebut harus diadopsi oleh pelaksana
pekerjaan dalam prosedur/manual pekerjaan secara menyeluruh untuk setiap tahapan
pekerjaan, mulai dari tahap pekerjaan persiapan hingga pemeliharaan setelah penyerahan
pekerjaan.
2) Aspek Lingkungan
Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Penyedia Jasa harus membuat program
dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan kegiatan dengan mengacu pada
Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau
manual prosedur pengelolaan/ pemantauan lingkungan (jika RKL/RPL atau UKL/UPL tidak
ada). Program ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3) Aspek Administrasi
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memiliki prosedur dan tata cara administrasiyang
baku dalam bentuk surat menyurat, surat pengumuman, surat undangan dan surat-surat
lainnya untuk menunjang seluruh kegiatan pekerjaan.Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari
pekerjaan persiapan, pelaksanaan, serahterima, dan pemeliharaan harus didokumentasikan
secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau kategori lain yang
dianggap penting. Dokumentasi ini diperlukan guna menunjang laporan proyek (Laporan
Mingguan dan Bulanan).

4) Aspek Ekonomis
Penyedia Jasa pekerjaan wajib memperhatikan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan. Termasuk
dalam hal ini aspek SDM, Peralatan, dan pengadaan bahan. SDM yang digunakan harus
secara efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis
peralatan-peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama sesuai
jadwal pekerjaan terutama bila peralatanperalatan tersebut diadakan dengan sewa.
Pengadaan bahan/material harus diupayakan efektif sesuai pekerjaan yang dijadwalkan.

5) Aspek Sosial dan Budaya


Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan budaya
masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan. Hal-hal yang cukup sensitif, seperti gangguan
kebisingan pada waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal yang ditabukan, atau lokasi-lokasi
yang dianggap suci oleh masyarakat setempat sedapat mungkin dihindarkan dari gangguan
pekerjaan atau personil yang terlibat dalam pekerjaan.

4.3. Sumber Bahan Pelaksanaan


1) Penyedia Jasa bertanggung jawab atas pengadaan material beton pasangan, bronjong dan
sebagainya dengan jumlah yang cukup dan berkualitas baik. Proyek akan memberi petunjuk
beberapa sumber bahan pelaksanaan yang ada untuk bahan timbunan dan material beton
berikut jarak dari lokasi pekerjaan.
2) Jika Penyedia Jasa akan mengambil material untuk beton dan batu dari sumber lain, Penyedia
Jasa harus mengatur sedemikian hingga mendapatkan ijin dari instansi terkait dan membayar
semua biaya dan kompensasi yang diperlukan.

4.4. Pekerjaan Pengeringan (Dewatering)


Daerah galian harus dikeringkan secukupnya dan dijaga jangan sampai ada air tergenang.
Penyedia Jasa harus membuat dan merawat semua dan sementara, bila perlu melakukan
pemompaan sumber-sumber air dan aliran lainnya untuk mengeluarkan air tersebut dari lokasi
pekerjaan sepanjang masa pelaksanaan. Semua bangunan sementara harus dibongkar bila
pekerjaan telah selesai dan disetujui Direksi Pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan mengacu Pd T-xx-
xxxx, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-7,
Pekerjaan Dewatering

4.5. Pemagaran Lokasi Pekerjaan


Jika tidak ditentukan lain, maka Penyedia Jasa harus membuat dan merawat pagar yang sesuai
dan disetujui Direksi Pekerjaan untuk menutup semua areal pekerjaan–pekerjaan pelaksanaan.
Bila pagar ini dibuat disepanjang jalan umum dan lain-lain, harus dibuat tipe yang sesuai dan
cukup baik untuk daerah tersebut. Pelaksanaan pekerjaan mengacu Pd T-xx-xxxx, Pedoman
Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain

4.6. Material dan peralatan-peralatan yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa

1) Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan bahan/material dan peralatan yang memenuhi syarat untuk
menyelesaikan pekerjaan kecuali yang sudah disediakan di dalam Kontrak. Semua peralatan
dan material yang merupakan bagian dari pekerjaan harus baru dan harus sesuai dengan
standar yang tercantum dalam Spesifikasi atau Standar yang ditunjukkan. Jika Penyedia Jasa
mengusulkan pengadaan peralatan atau material yang tidak sesuai dengan standar yang
disebutkan diatas harus memberi tahu dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu.
2) Peralatan untuk Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus mendatangkan semua peralatan yang memenuhi syarat dalam jumlah
yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai. Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah peralatan, jika menurut pertimbangannya
perlu untuk mencapai progress sesuai dengan Kontrak. Penyedia Jasa harus mendatangkan
semua mesin dan peralatan, lengkap dengan suku cadangnya yang cukup, untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3) Material Pengganti
Penyedia Jasa harus berusaha untuk mendapatkan bahan material yang ditentukan dalam
spesifikasi teknik atau gambar, tapi jika material tersebut tidak dapat diperoleh dengan alasan
diluar kemampuan Penyedia Jasa, boleh memakai material pengganti dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada material pengganti tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
4) Pemeriksaan Peralatan dan Material
Peralatan dan material yang didatangkan oleh Penyedia Jasa harus diperiksa dan sesuai
dengan Kontrak pada saat di lokasi berikut ini atau seperti yang ditentukan oleh Pemberi
Tugas :
i. Tempat produksi atau pabrik
ii. Pengangkutan
iii. Lokasi Proyek
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa semua spesifikasi peralatan dan
material yang diperlukan oleh Pengguna Jasa untuk tujuan pemeriksaan. Pemeriksaan
peralatan dan material termasuk tempat dimana berasal tidak berarti melepaskan Penyedia
Jasa dari tanggung jawabnya untuk mengadakan peralatan dan material yang tercantum
dalam spesifikasi teknik.
5) Program dan Catatan Pengangkutan
Bersamaan dengan penyerahan Jadwal Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan
program pengangkutan peralatan dan material secara rinci, dengan urutan pengangkutan
dan pengiriman di lapangan sesuai dengan rencana Jadwal Pelaksanaan tersebut kepada
Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan kedatangan peralatan,
material dan pemasangan peralatan di lapangan.
6) Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 (tiga) set spesifikasi lengkap, brosur dan data mengenai
material dan peralatan yang akan didatangkan sesuai Kontrak kepada Direksi Pekerjaan untuk
disetujui, dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah menerima surat perintah
kerja. Bagaimanapun juga persetujuan terhadap spesifikasi, brosur dan data tersebut tidak
akan melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya sesuai dengan Kontrak.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknik
konstruksi bangunan bendung/embung harus memuat :

5.1. Pekerjaan Persiapan Umum


Pelaksanaan pekerjaan yang bersifat umum meliputi :
1) Mobilisasi dan Demobilisasi
Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan Spesifikasi
Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
2) Jalan Penghubung Sementara
Pelaksanaan pekerjaan mengacu pada Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan Spesifikasi
Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain
3) Laboratorium dan Peralatan
Ketentuan dan persyaratan untuk laboratoriuum dan alat pengujian lapangan sebagai berikut
:
a) Penyedia Jasa di dalam hal ini tidak diperkenankan melakukan pengujian laboratorium,
pengujian dilakukan oleh laboratorium yang telah ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan
b) Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan pengetesan lain yang diperlukan seperti
yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknik untuk mengontrol material pelaksanaan dan
tanah.
4) Kantor, Gudang dan Bengkel untuk Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus membuat, merawat dan selanjutnya membongkar bangunan sementara
seperti kantor, bengkel, dan gudang yang hanya diperlukan pada saat pelaksanaan. Penyedia
Jasa harus mengirimkan rencana pelaksanaan secara detail termasuk fasilitas sementara
kepada Direksi Pekerjaan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah SPMK
diterbitkan.
5) Perumahan dan Barak untuk Staf dan Tenaga Penyedia Jasa
Jika tidak ditentukan lain, Penyedia Jasa harus menyediakan, merawat dan membongkar
semua bangunan sementara dimana Direksi Pekerjaan atau Pengguna Jasa, Staf Penyedia Jasa
dan Sub-Penyedia Jasa akan berada termasuk perabot, penerangan, air minum, saluran, jalan,
tempat parkir, tempat buangan dan akomodasi yang bersifat sementara. Sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari sebelum penanganan pekerjaan ini. Penyedia Jasa harus mengirimkan rencana
dan detail usulan bangunan termasuk fasilitasnya kepada Direksi Pekerjaan.
6) Air Kerja
Penyedia Jasa harus menyediakan/membuat sumber air baku untuk tempat tinggal staf
Penyedia Jasa, Pekerja, Laboratorium, Bengkel dan tempat lain yang perlu dilokasi pekerjaan.
Sistim jaringan air minum tersebut harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.
7) Sumber Listrik untuk Pelaksanaan Pekerjaan
Penyedia Jasa harus mengatur kebutuhan penerangan listrik di lokasi pekerjaan, perumahan
staf Penyedia Jasa, Barak, Laboratorium, Bengkel, Gudang dan Kantor. Penyedia Jasa harus
membuat jaringan listriknya, mengoperasikan dan merawat sampai dengan akhir masa
perawatan atau lebih cepat sesuai dengan pengarahan Direksi Pekerjaan dan kemudian
membongkar semua fasilitas listrik sementara yang ada antara lain : generator, kawat, alat-
alat penyambung dan lain sebagainya.

5.2. Pekerjaan Persiapan Khusus


Pekerjaan persiapan khusus untuk pelaksanaan konstruksi bendung/embung meliputi :
1) Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Kegiatan pengukuran meliputi pemasangan benchmark dan pelaksanaan pekerjaan
pengukuran itu sendiri. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran mengacu dan berpedoman pada
Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran Topografi dan
Pemetaan.
2) Gambar-gambar Pelaksanaan
Gambar-gambar yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan ditentukan
berdasarkan Pd T-xx-xxxx, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian-9, Pekerjaan Lain-lain.

5.3. Pekerjaan Konstruksi Bangunan Utama dan Penunjang Bendung/Embung


Pelaksanaan kegiatan konstruksi bangunan utama dan penunjang bendung/embung terdiri dari
pekerjaaan :
1) PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung meliputi : pembersihan;
galian; timbunan dan timbunan kembali. Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan
berpedoman pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-1, Pekerjaan Tanah.

a) Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan


pembabatan rumput liar yang tumbuh sepanjang dasar saluran, talud luar dan dalam,
serta di atas tanggul saluran, sehingga profil saluran terlihat rapih kembali seperti
sebelumnya. Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan semak
belukar, dimana lokasi tersebut akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen, jalan
masuk, tanggul-tanggul dan saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan
untuk menunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Luas areal yang
akan dibayar untuk pekerjaan ini adalah dihitung berdasarkan luasan.

b) Kupasan / Stripping
1) Kupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput, yang akan
dilakukan pada semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yang dipakai
kembali sebagai bahan timbunan, pada semua dasar jalan, pada lokasi borrow area
yang disetujui, semua lokasi yang tercantum pada Gambar dan seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.
2) Pelaksanaan kupasan harus dilakukan dengan cara mengupas semua material yang
tidak cocok untuk timbunan atau untuk pondasi dan semua bahan organik seperti
rumput, tanah lapis atas dan sisa akar, yang tidak termasuk didalam pembersihan
medan. Kedalaman minimum pekerjaan kupasan adalah 0,20 meter.
3) Bahan hasil kupasan harus ditumpuk. Tumpukan semua material/sampah hasil
kupasan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

c) Penggalian Pada Bangunan


Penggalian harus dilaksanakan sedemikian hingga memungkinkan dikerjakan dengan
baik, dapat membuat penyokong bagi tebing galian, dan masih cukup ruangan untuk
pembuatan acuan, pengecoran beton, memasang pasangan batu dan melaksanakan
timbunan, termasuk pemadatan dan kegiatan pekerjaan lainnya.

1) Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan
(dewatering) dengan alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja
lengkap yang memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan waktu
pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat 5 hari sebelum
pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar galian bebas dari air
selama masa pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang cukup dan
siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna menghindari terputusnya
kontinuitas pengeringan air. Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan
pembuangan air harus dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi.
Penyedia Jasa harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup
dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.

2) Cara Penggalian
Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian, termasuk
detail dari konstruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna mendapat
persetujuan Direksi secara tertulis sekurang-kurangnya 5 hari sebelum dimulainya
pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya terjamin.

3) Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak
diperintahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia Jasa dengan tanah
yang dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki Direksi, tanpa menuntut suatu
tambahan pekerjaan.

4) Perapihan Permukaan Galian


Setiap permukaan galian harus dirapihkan dengan cara manual atau alat lain yang
disetujui oleh Direksi, sehingga bidang pondasi atau bagian lain dari bangunan atau
timbunan ang berhubungan lansung dengan tanah asli bisa berhubungan baik.
Apabila tanah dasar pondasi atau bagian lain yang dianggap peka oleh Direksi rusak
akibat berlangsungnya pekerjaan maka Penyedia Jasa wajib memperbaikinya sesuai
dengan petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa. Dasar galian yang akan menerima
beton, pasangan batu atau isian dipadatkan, 0,15 m yang terakhir dari galian harus
dirapikan dengan tangan, atau dengan cara yang mungkin dibenarkan atau
diperintahkan oleh Direksi. Hal inidilakukan setelah pembersihan semua lumpur
pada waktu akan menempatkan konstruksi diatasnya.

d) Pekerjaan galian dengan menggunakan alat berat

1) Di Lokasi Embung/Bendung dan Saluran


a. Untuk menetapkan letak batas-batas galian, dapat dipasang patok-patok
pembantu dan atau tali rafia yang menghubungkan dua profil yang berdekatan.
b. Berpedoman pada tali batas galian, maka galian kasar dapat dilaksanakan dengan
Excavator. Jumlah Excavator yang diperlukan dihitung berdasarkan kapasitas alat
dan waktu yang tersedia .
c. Galian dari Excavator langsung dimuat ke Dump Truck yang telah disiapkan
(jumlah kebutuhan Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas Excavator),
dan kemudian diangkut ke tempat yang ditentukan. Usahakan posisi Dump Truck
sedemikian rupa sehingga swing dari Excavator bersudut kecil.
d. Bila karena suatu hal profil rusak atau berubah posisi, maka sebelum galian
finishing dilakukan, profil tersebut diperbaiki dengan pedoman patok-patok
bantuan yang selalu terjaga.
e. Galian finishing dilakukan oleh tenaga orang dengan cangkul. Sebenarnya
dengan kerjasama yang baik antara pelaksana dan operator excavator yang
mahir, dapat langsung dilakukan penggalian sampai garis/bidang finishing.
f. Dalam hal desain saluran terdapat saluran gendong, seperti sket di bawah,
sebaiknya pembuatan saluran tersebut didahulukan, karena dapat berfungsi
sebagai saluran drainase.

2) Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan di stock
dengan Bulldozer .
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan Wheel
Loader untuk diangkut ke tempat pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan loader
dan Excavator.

e) Pembuangan Sisa Galian Yang Tidak Terpakai


1) Material sisa galian yang tidak bisa dipergunakan untuk timbunan akan dibuang
disuatu tempat didalam dan/atau diluar daerah irigasi yang disetujui oleh pemilik
sesuai yang ditunjukan dalam gambar atau Direksi. Penyedia Jasa harus merapihkan
dan mengatur ketinggian serta meratakannya dengan rapi dan tinggi maksimum
3.00 m.
2) Penyedia Jasa harus memelihara tanpa mengganggu aliran air disaluran dan jalan
masuk serta yang berhubungan dengan hal tersebut. Sisa galian dari pekerjaan galian
di bendung/embung, mata air dan pompa akan dibuang pada lokasi sekitar lokasi
pekerjaan tersebut diratakan dan dirapihkan dengan tingginya penimbunan sesuai
dengan persetujuan Direksi. Sedangkan sisa galian dari pekerjaan jaringan irigasi
bisa dibuang disekitar lokasi asalkan tidak mengganggu fungsi jaringan dan stabilitas
tanggul/lereng dan material tersebut tidak akan masuk/turun kembali kesaluran
yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan saluran. Kalau lokasi setempat
tidak memungkinkan maka material sisa tersebut harus dibuang kesuatu tempat
diluar Daerah irigasi, diratakan dan dirapihkan. Lokasi pembuangan harus mendapat
persetujuan Direksi dan mendapat ijin pemilik tanah.
3) Material dari galian saluran pembuang atau saluran yang tidak pergunakan akan
diangkut untuk dibuang ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan seperti
yang disetujui oleh Direksi. Sebagian material yang layak pakai akan dtempatkan
sementara di lokasi memenuhi syarat yang akan dipergunakan nantinya atau
langsung dipergunakan sebagai bahan timbunan untuk konstruksi permanen seperti
ditentukan oleh Direksi.
4) Penyedia Jasa harus menyediakan/membuat jadwal rincian rencana kerja dari
pekerjaan tanah seperti lokasi dan program galian dari saluran dan penggunaan
material galian untuk pekerjaan timbunan. Bila diminta seperti ditentukan oleh
Direksi, lokasi pembuangan harus di ratakan, untuk menghindari dari erosi akibat
hujan.
5) Perubahan atau penambahan dari luasan lokasi pembuangan untuk kenyamanan
dari Penyedia Jasa sendiri adalah merupakan tanggung jawab dan atas biaya dari
Penyedia Jasa serta harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
6) Penyedia Jasa harus mengajukan proposal kepada Direksi paling tidak sepuluh (10)
hari untuk mendapatkan persetujuan berkenaan dengan pembuangan material di
tempat lain selain dari lokasi yang telah disetujui dan untuk perlindungan material
dari erosi.
7) Biaya pengangkutan pembuangan material galian ke tempat pembuangan dan untuk
perawatan dari lokasi pembuangan yang ditentukan disini harus sudah terangkum
dalam harga satuan per meter kubik untuk pekerjaan galian.

f) Pelaksanaan Penimbunan
1) Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan dan
dikupas atau digali hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam gambar.
Permukaan tanah yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum pekerjaan
timbunan untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus dibuat alur-alur
terbuka sedalam 20.00 cm dengan jarak antara alur lebih kurang 1.00 meter.
2) Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk sampai kedalaman yang
lebih besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0.15
m, dan kadar air tanah yang digaruk harus dijaga, baik secara pengeringan alami
atau pembasahan dengan alat semprot. Kalau pelaksanaan pemadatan terhenti,
permukaan dari timbunan harus digaruk kembali dan kadar airnya diperiksa
kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan dilanjutkan.
3) Sebelum pekerjaan penimbunan dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas-bekas
yang terjadi pada permukaan tanah, harus diratakan.
4) Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai garis elevasi yang
ditunjukan pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.
5) Tanah timbunan untuk tanggul harus bersih dari tunggul-tunggul pohon, akar,
rumput, humus-humus dan unsur lain yang bisa membusuk.
6) Penyedia Jasa harus memperhitungkan tambahan pengisian pemadatan sendiri, dan
penurunan dari tanggul, baik disebutkan atau tidak, maka tinggi, lebar dan ukuran
yang ditunjuk dalam gambar-gambar, harus dilebihkan (freeboard), sehingga setelah
penurunan selesai dan tanggul dirapihkan maka akan tercapai dimensi/ukuran
sesuai dengan gambar.
7) Secara berurutan material harus ditempatkan agar supaya menghasilkan distribusi
material yang baik sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi dan dimana diperlukan
untuk mencapai tujuan ini Direksi akan menunjuk lokasi di area timbunan dimana
material akan ditempatkan.
8) Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum hamparan
material sebelum dipadatkan adalah 30 cm. Penghamparan dan pemadatan material
pada sisi kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis
rencana agar pada saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh
bidang rencana. Bila dianggap perlu, Direksi bisa meminta pada Penyedia Jasa untuk
melasanakan pemadatan khusus di tempat-tempat tertentu tanpa mengubah harga
satuan.
9) Hasil akhir pekerjaan timbunan untuk saluran diatas tanah asli harus rapat air dan
tidak boleh ada rembesan pada tanah timbunan yang dianggap membahayakan oleh
Direksi, maka Penyedia Jasa wajib memperbaikinya tanpa ada biaya penggantian.
Ketika masing-masing lapisan material telah dikondisikan untuk kadar air yang
diperlukan, kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal 90 % (sembilan
puluh persen) dari kepadatan kering maksimum laboratorium.
10) Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi kadar air untuk pemadatan
yang dibutuhkan dengan menggunakan alat vibrator roller dengan berat lebih dari 9
(sembilan) ton atau alat pemadat lain yang telah disetujui. Ini akan dapat dipenuhi
dengan dilewati alat pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis (sama dengan
lebar kepadatan yang dibutuhkan, bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah
lintasan dari alat vibrator roller tergantung dari uji coba timbunan/trial
embankment.
11) Untuk mendapatkan acuan kerja lapangan diperlukan uji coba (trial test) timbunan
dengan menggunakan peralatan yang akan digunakan Penyedia Jasa di lapangan. Uji
percobaan ini harus disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita acaranya. Selanjutnya
tes kepadatan dilakukan per 50 meter panjang saluran per lapis timbunan.
12) Pembayaran pekerjaan timbunan sudah termasuk penggalian di tempat asal material,
pengangkutan, penghamparan, penyiraman (bila perlu), pemadatan dan tes
kepadatan dihitung dalam meter kubik timbunan terlaksana sesuai garis rencana
atau sesuai perintah Direksi.
13) Penyedia Jasa harus merawat timbunan yang telah disetujui hingga akhir
penyelesaian dan penerimaan dari pekerjaan. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab
terhadap erosi dari permukaan timbunan dan setiap material timbunan yang hilang
akibat erosi harus diganti oleh biaya Penyedia Jasa.
14) Penyedia Jasa harus hati-hati dalam pemadatan material timbunan yang berdekatan /
berada di sekitar struktur beton. Kerusakan apapun yang berakibat pada struktur
beton oleh peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki dengan biaya Penyedia Jasa.
15) Untuk material yang ditempatkan berdekatan dengan struktur beton, penempatannya
harus ditunda atau menunggu hingga struktur telah mencapai umur 28 hari atau
seperti arahan Direksi. Material akan ditempatkan sepanjang mungkin disekitar
struktur beton untuk memperkecil pembebanan tidak seimbang pada struktur, yang
mana telah dipertimbangkan dalam perencanaan.

g) Pekerjaan timbunan dengan menggunakan alat berat

1) Di dalam praktek tidak mudah menetapkan berapa banyak air yang diperlukan pada
saat pemadatan, kecuali pelaksana yang sudah berpengalaman sekali. Tetapi untuk
pedoman kasar, adalah sebagai berikut :
a. Bila selama pemadatan timbul debu, berarti kadar air kurang;
b. Bila selama pemadatan, tanah keluar airnya (becek) berarti kadar airnya terlalu
tinggi.

2) Hal-hal yang berpengaruh terhadap kepadatan adalah :


a. Tebal lapisan tanah lepas, yang akan dipadatkan;
b. Berat dan energi alat pemadat;
c. Banyaknya lintasan pemadatan;
d. Kadar air.

2) Urutan pelaksanaan, sebagai berikut :

a) Percobaan Pemadatan
 Hamparkan tanah lepas setebal yang kita kehendaki, diatas permukaan yang
telah dipadatkan seperlunya (biasanya dalam spesifikasi teknik ditetapkan
tidak boleh lebih dari 30 cm).
 Semprotkan air, bila dirasakan hamparan tanah kadar airnya masih kurang
(tetapi lebih baik agak kurang daripada kelebihan).
 Kemudian dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Roller
dan dicoba misalnya dengan 6 lintasan. Sesudah itu diambil sampel tanah dan
diukur kepadatannya (berat volume keringnya). Bila ternyata masih kurang
padat, maka lintasan pemadatan ditambah lagi, misalnya ditambah dua
lintasan. Bila tingkat kepadatannya telah dicapai, maka cara-cara tersebut
dipakai sebagai pedoman selanjutnya.

b) Pemadatan Timbunan
 Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai
persyaratannya.
 Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa dengan
Dump Truck, ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah
dipersiapkan. Jarak tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila dihampar
dengan ketebalan 30 cm seluruh permukaan dapat tertimbun.
 Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan Bulldozer atau
Grader untuk mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan
kadar airnya secara visual .
 Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus
dihentikan.
 Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang
lebih 50 cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup,
langsung dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep Foot Roller dengan
lintasan sebanyak percobaan pemadatan yang telah dilakukan .
 Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh
permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan,
diambil sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai spesifikasi), dan
diperiksa kepadatannya .
 Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru
diperbolehkan untuk dihampar .
 Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil yang ada
(daerah profil dilewati dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai
sebagai pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk ditimbun
mengikutilapisan-lapisan yang telah selesai .
 Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjamin
mutu timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai
separuh kedalaman saluran (untuk saluran yang tidak lebar)
 Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil saluran,
dan juga dipadatkan lapis demi lapis. Dalam proses pembentukan tanggul
harus dipedomani lagi dengan profil saluran.
 Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain),
penambahan akan sulit, tidak boleh langsung ditambal dari samping.
 Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis dari
bawah dan dengan sambungan bertangga.

h. Pengukuran

1) Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga satuan per
meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.
Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menebang, membabat dan menebar
disekitar lokasi.

2) Pekerjaan Kupasan/stripping
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah harga satuan
per meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.
Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menggali, dan mengangkutnya disekitar
lokasi.

3) Pekerjaan Galian
Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan alat/excavator
dengan jarak angkut ke lokasi stockpile/lokasi timbunan dan pembuangan ke lokasi
di luar daerah kerja sejauh kurang dari 1.00 km tidak diperhitungkan Untuk jarak
pembuangan yang lebih jauh maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan
pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan
dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan
tidak diperhitungkan.
Galian saluran dan struktur lain yang terkait akan termasuk semua kebutuhan galian
untuk mencapai garis, ketinggian dan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau
seperti diarahkan oleh Direksi, termasuk galian di tempat/local atau dental,
perawatan pondasi dan semua galian yang lain dalam area kerja.
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :

(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-1994,
tentang Metode Pengujian Batas Susut Tanah.

(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-6425-2000
tentang Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli
sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir meliputi
garis, kelandaian dan elevasi sebagai yang disyaratkan atau diterima. Metode
perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang
melintang pekerjaan dengan jarak tidak lebih dari 25 meter.
(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan
pembayaran menurut Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya
jika bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Bagian lain
dari Spesifikasi ini.

(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia
Jasa sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak
terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk cadangan Penyedia Jasa
dengan exploitasi sumber bahan (borrow area) tidak akan dibayar.

(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi
yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang
horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau
galian batu sesuai dengan sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama
pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser,
runtuh atau karena sebab-sebab lain.

(d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi


timbunan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan
jarak yang melebihi 300 meter harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak
tempat penggalian sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
dalam kilometer.

(e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan


kelebihan volume galian ke luar daerah kerja yang disetujui oleh Direksi
adalah sejauh > 1 km. Kecuali untuk material bahan galian yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain
maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.

3) Pekerjaan Timbunan

Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
(1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis,
kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima.Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang
jarak tidak lebih dari 25 m.
(2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai
akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
(3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak
stabil atau gagal jika Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
(4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

i. Dasar Pembayaran

1) Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana
harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan
galian sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.
2) Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapu yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masingmasing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan,
pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu
atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam Bagian ini.

2) PEKERJAAN BETON
Pekerjaan beton pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung harus memenuhi ketentuan
dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang
Bersifat Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton.

A) Pembetonan

a) Penyiapan tempat kerja

(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta
menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat
menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan
jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut
pekerjaan dengan mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur,
bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus
dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi
kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang
lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air
hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan menunda
pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus
memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka
air tanah dengan penanganan seperlunya.

b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual
sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk
beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau bahan
lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam
gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya
dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan sesuai
dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan,
sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan tersebut kepada
Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari
sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat lainnya. Mengisi celah–
celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban
beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah– celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun penggunaan
kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan air
dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat
dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada posisinya,
semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup lubang harus
dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam beton
tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak
boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua
permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli
untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan harus
berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi tulangan.
Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah cetakan yang telah diisi
dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat
dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tidak
diperkenankan mengecor bila cetakan belum disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan sekurang–
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.

c) Pencampuran Beton

(1) Perbandingan Campuran


i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan bahan
additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan digunakan
untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28 hari
dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah
ini :

Kuat
Kuat Tekan Ukuran Nilai Faktor Perkiraan
Tekan
Umur 28 Agregat Air Semen Kebutuhan
Tipe Campuran Beton Umur 7
Hari Maksimum Maksimum Semen
Hari
(kg/cm2) (mm) (%) (kg/m3)
(kg/cm2)
AR fc’ = 25 MPa (K-300) 195 300 20 50 400
A fc’ = 22,5 MPa (K-225) 147 225 40 (20) 50 330 (350)
B fc’ = 15 MPa (K-175) 114 175 40 50 310
C fc’ = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250
D fc’ = 10 MPa (K-100 ) 65 100 40 60 200
iii. Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan diberikan
oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan campuran yang
dikerjakan Penyedia Jasa.
iv. Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan pengerjaan,
kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang sekecil mungkin
dengan persetujuan Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan
tersebut.
v. Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam batas yang
ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton dengan
kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan penambahan air untuk
mengatasi mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman
kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu. Slump dari pada
adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini, setelah beton
diendapkan.

(2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti
yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah
dari masing–masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk
Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5
(lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga
mampu mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat, serta
merubah berat material–material yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat
ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap – tiap
skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik
terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–pekerjaan
adukan.

(3) Mesin Pengaduk Beton


i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar dalam
waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah air yang
diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya
lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap
penambahan 0,5 m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton
dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan disetujui
Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan
pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat
pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.

(4) Truk Pencampur


i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum
yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang
dianjurkan oleh Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah itu
beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah
penambahan air pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.

(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika
situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur
setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat
mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak
pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka sela–
sela kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
ii. Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering sekurang–
kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-angsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3
(tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran

B) Pengecoran

a) Pelaksanaan Pengecoran

i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi
tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan
dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan
seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau wakilnya
tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan mulai
dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya,
adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan dan
bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa dan
disetujui Direksi Pekerjaan secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat,
dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang
sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua pengecoran
harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali
jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus segera
dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih
dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan ditentukan
kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus ditempatkan
pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal, dengan permukaan
dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal
1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton yang dicor
ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari
pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal
dari 40 cm padat.
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan
pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi
dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya atau
mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus sampai
dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai
target tersebut.

b) Pemadatan

i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok
untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di
dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di
antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan
sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurangkurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di
atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut
harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan
jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik
lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu
ikat awal (initial setting).

C) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)

a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemenelemen
bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk
pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara manual,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa
mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak diperkenankan
berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

D) Beton Siklop

a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat
yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total
batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum
30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas
dilindungi dengan beton penutup (caping).

E) Lining Beton

a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar atau
ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai dilakukan,
pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi, dilaksanakan
sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang telah disetujui Direksi
Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.

F) Pekerjaan Pondasi Beton

a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus membersihkan


semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik, sisa
kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor bersih dari
genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan memeriksa
dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai dengan
gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan pengecoran,
permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang sama
dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau proteksi
pondasi dibuat dengan cara lain.

G) Pengerjaan Akhir

a) Pembongkaran Cetakan
 Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa
mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat,
balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton.
 Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan
vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan
tanpa mengabaikan perawatan.

c) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

 Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah


pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah
digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus
dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton.
Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan
cetakan harus dibersihkan.
 Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi lain
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil
dan lekukan dengan adukan semen.
 Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada
permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental
yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan.
Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai
agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non
shrinkage cement).

d) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
 Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran
beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai
sebelum beton mulai mengeras.
 Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
 Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum rata
harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
 yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh
rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.

e) Perawatan Beton

(1) Perawatan dengan Pembasahan

i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,


temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan
yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus
dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan
atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang
dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus dipertahankan
dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah
terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling
sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari.

(2) Perawatan dengan Uap


i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang
tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti
ketentuan di bawah ini:
 Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan luar.
 Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian
temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 650C
dengan kenaikan temperatur maksimum 140C / jam secara bertahap.
 Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,50C.
 Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam.
 Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
 Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap
air.
 Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
iii. Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.

(3) Perawatan dengan Cara Lain


i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah
beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan
turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan
pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan
bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan
kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran
kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung.
iii. Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai
dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton
dalam masa perawatan.

H) Pengukuran
a) Cara Pengukuran

i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar Kerja atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang
dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja
tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton
yangdisyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-
250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K- 125). Jika beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di
lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus
diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki

i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah
memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap pengujian
atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

I. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar
Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan
dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain,
termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang
perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang
diuraikan dalam Bagian ini.

3) PEKERJAAN PASANGAN
Pekerjaan pasangan pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain. Kegiatannya meliputi :
pasangan batu kali; pekerjaan siaran; pekerjaan plesteran; pekerjaan batu kosong dan
bronjong yang berfungsi sebagai rip-rap. Pelaksanaan pekerjaan pasangan mengacu pada Pd
T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-5, Pasangan Batu, Batu Kosong dan
Bronjong, Batu Dengan Mortar, dan Adukan Semen.

A. Pasangan Batu

1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan


a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjamin
kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan menjamin tercapainya
mutu adukan yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang akan
dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari
tanah sekitarnya).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi
petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran disiapkan
secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak pengangkutan adukan
dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah konstruksi yang akan
dibangun.

2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)

a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untuk Bagian Galian Spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi
untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga
tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi
harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan,
suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus
memenuhi ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.

3) Pelaksanaan Pemasangan Batu

a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan air
dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh
pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design bangunan.
Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10 cm sebagai lantai
kerja.
c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta
persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 – 3
cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat
kuat dengan adukan.
f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan
menggunakan sendok adukan.
g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada dinding
penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon yang
dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang bersamaan dengan
pasangan batu.
h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak
tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya (diatasnya)
dipasang berselang-seling arah vertikal.
i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan
yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.

4) Pelaksanaan Kotak Adukan

a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1 Pc :
4 Ps)
c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk, disusul 1 takar
semen dan 2 takar pasir berikutnya.
d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata (homogen) .
e) Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh adukan
homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan tidak terurai
saat dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat dituang tidak terlalu
kering, sehingga mudah digunakan.
f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan batu.
Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan harus sudah
dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga
antara batu yang dipasang terisi penuh.
h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum
mengeras.
i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

5) Pelaksanaan Plesteran

a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak harus


di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir
yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah
permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air
agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.

6) Pelaksanaan Siaran

a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk
Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus dikorek
sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan
siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan
siaran.

B. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci
pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan
harus dipasang sesuai dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan harus
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu kosong atau
bronjong.

2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh
bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir
penarik kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan
antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam
harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka
bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm
kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan
dibengkokkan ke dalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi
setengah dari tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan
(settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai
permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik
atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal
harus dibuat berselang seling.

3) Penempatan Pasangan Batu Kosong


a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis dan
arah yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan
lapis per lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka lapisan dasar berupa lapisan saringan pasir setebal 7,5 cm dan
lapis saringan kerikil diatasnya setebal 12,5 cm atau seperti tercantum dalam
gambar, harus dibuat.
c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi Teknik. Lapisan
dasar harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun
demikian menjadi pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu
pecah.
d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus
diletakkan pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga pasangan
batu kosong yang selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak akan longsor.
e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus
diusahakan agar semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan baik
pada bidang yang datar. Batu belah harus diletakkan demikian rupa sehingga
tidak menonjol diatas garis yang dicantumkan dalam gambar atau menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan. Semua celah dalam pasangan batu kosong harus
diisi (dikunci) dengan batu pecah yang baik. Banyaknya batu pecah yang
dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk mengisi rongga
diantara batu belah.
f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai dengan
persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong dengan
kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas pasangan batu
kosong. Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat pilihan yang lebar
diletakkan pada jalur dan arah yang sesuai dengan gambar atau menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan.

4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.

5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan


a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang
sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus
ditanamkan secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan
dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan
batu kosong yang diperlukan.
b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu
kecil, sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan
beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari
permukaan batu-batu tersebut.
c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari
3 hari setelah selesai dikerjakan

C. Pasangan Batu dengan Mortar

1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan
setiap satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan
yang menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya dipasang dengan
adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai pelapisan
selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal harus dibuat
seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan
tahap akhir hingga batas-batas yang ditentukan harus dilaksanakan sesaat
sebelum pemasangan pasangan batu dengan mortar.
2) Penyiapan Formasi atau Pondasi
a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai
dengan ketentuan.
b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan
mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan Bagian
Galian.
c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan jika
disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.

3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi
kelekatan dengan adukan.
b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.

4) Pemasangan Lapisan Batu


a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang
pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan
sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam
pada adukan sebelum mengeras.
b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian
rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal
pelapisan yang diperlukan di mana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap
lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus diisi
adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan
harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan
untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian Beton dari
Spesifikasi ini.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan
untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan
batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan
mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga semua batu akan
terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan
batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu batu
kemudian dituangkan adukan mortar ke atasnya.

5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur


a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit di
mana terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat disediakannya
cetakan, harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan
adukan setebal 60 % dari ukuran maksimum batu yang digunakan dan
kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan yang belum mengeras.
Selanjutnya adukan harus segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi
sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya harus segera
ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan
atas yang rata.
b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat,
dan jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu dengan mortar
untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan
untuk Pasangan Batu dalam Bagian Pasangan Batu dari Spesifikasi ini.
c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang
terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk
pelapisan batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus
ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian Timbunan.

C. Adukan Semen

1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau
dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan
warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan
lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga
menghasilkan adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi
tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali
dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.

2) Pemasangan

a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak
atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai
merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada
permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan
pada permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup sehingga
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi
permukaan yang halus dan rata.

D. Pengukuran

1) Pasangan Batu

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume
teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan
disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan
porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase
Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan
untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk
acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.

2) Pasangan Batu Kosong

Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari
bronjong atau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi yang
digunakan untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari
masingmasing keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang diuraikan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pasangan Batu dengan Mortar

a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran dalam
meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan dan
saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal harus
ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan
pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut ini :
i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan;
ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.
c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk
pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume
teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang ditentukan atau
disetujui.
4) Adukan Semen

Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan ini
harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang diuraikan
dalam Spesifikasi ini.

E. Dasar Pembayaran

Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga Kontrak
per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan,
untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk
pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk
penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua
pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

5) PEKERJAAN PAVING BLOCK


Pekerjaan harus diselesaikan menurut dan sesuai :
1. Peraturan dan Syarat - syarat yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat –
syarat ini.
2. Gambar –gambar bestek , dan Detail
3. Perubahan perubahan dan penambahan yang tercantum dalam Berita Acara Aanwijzin
g.
4. Gambargambar kerja yang dibuat oleh Pemborong pada waktu pekerjaan berlangsun
g dan telah mendapat persetujuan dari Direksi / Pimpinan Proyek.
5. Petunjuk-petunjuk dan keterangan yang diberikan Direksi pada waktu pelaksanaan.

DASAR UKURAN TINGGI DAN UKURAN-UKURAN POKOK


1. Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0,00 (titik duga) dipakai tinggi pada den
ah bangunan yang akan
dilaksanakan. Selanjutnya titik ditentukan secara Permanen dan oleh Pemborong dib
eri tanda jelas dengan
noit beton yang kokoh dan baru boleh dibongkar setelah pekerjaan selesai untuk pe
nyerahan pertama. Ukuran –
ukuran tinggi ini diambil diatas ketinggian sumbu jalan dimuka bangunan.
2. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-
ukuran detail tertera pada gambar Bestek dan Detail Pemborong
hendaknya meneliti kembali ukuran –
ukuran tersebut . Jika ada perbedaan dan ketidak cocokan.
Pemborong melapor / membicarakan dengan Direksi dan Pimpinan Proyek. Pemboro
ng harus memperhatikan hal - hal sebagai berikut :
a. Ukuran yang tertera pada gambar kontruksi beton harus disesuaikan
dengan ukuran jadi.
b. Ukuran - ukuran lainnya disesuaikan pada gambar kerja
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN
1. Pemborong wajib meneliti ukuran -
ukuran dilapangan dan melaporkan segala sesuatu kepada Direksi.
2. Pemasangan Patok –
patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan atas persetujuan Dire
ksi.
3. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (Uitzet) adalah tanggung jawabPemborong.
4. Pengukuran–
pengukuran sudut siku, ketinggian peil, panjang lebar harus menggunakan teropong
, waterpass, theodolit, prisma penyiku dan lain-
lain. Pengukuran siku dengan benang secara prinsip
segitiga phitagoras hanya dibolehkan pada bagian-
bagian yang kecil dan tidak penting saja.
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan kepada Direksi.
6. Pekerjaan pemasangan bowplank adalah .
a. Termasuk pekerjaan Pemborong dan harus dibuat dari kayu, tidak diperkenankan
menggunakan bambu
b. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan bowplank dipasan
g, tinggi dasar ( 0,00 ), sumbu-sumbu dinding dan sumbu-
sumbu kolom ditetapkan dengan persetujuan Direksi dan
Pejabat Pelaksana Kegiatan (PPK).

PEKERJAAN TANAH
1. Lingkup pekerjaan :
Bagian ini meliputi semua penggalian dan penimbunan kembali bekas galian, urugan p
asir dibawah paving, serta pekerjaan-pekerjaan tanah lainnya yang nyata-
nyata tertera dalam gambar dan syarat-syarat teknik. Pekerjaan galian
tanah akan mencakup tetapi tidak terbatas pada :
a. Tahapan untuk mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan
lantai yang tertera dalam gambar.
b. Kontruksi Pondasi
2. Pelaksanaan :
a. Penggalian :
1). Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman
-kedalaman
yang disyaratkan atau ditentukan dan diindikasikan dalam gambar dengan cara yan
g sedemikian rupa, sehingga persyaratan dari pekerjaan selanjutnya terpenuhi.
2). Galian mencakup pemindahan tanah serta batu-
batuan dan bahan lain yang dijumpai dalam pelaksanaan pekerjaan.
3). Galian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun.
4). Jika terdapat air menggenang dalam parit / galian pondasi harus dipompa keluar, s
ehingga pada
waktu pemasangan pondasi parit / galian pondasi dalam keadaan kering.
5). Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit / galian pondasi harus digali d
an ditimbun kembali dengan pasir urug, disiram air dan dipadatkan.
6). Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan cuku
p lebar untukbekerja dengan leluasa.
7). Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dic
apai
kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pad
a galian harus
diurug kembali dengan pasir. Biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi beban kontrakto
r.
8). Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang diperlih
atkan dalam gambar-
gambar, penggalian harus dilanjutkan/diperbesar atau diubah sampai disetujui olehD
ireksi/Pengawas.
9). Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dapat dipakai kembali akan dit
imbun ditempat yang ditunjuk untuk digunakan dalam pekerjaan landscaping.
10). Jika dalam pelaksanaan pekerjaan galian dijumpai akar-akar / bahan-
bahan yang bisa lapuk pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar, maka akar-
akar/bahan - bahan tersebut harus diangkat dan diurug dengan pasir sampai padat.
b. Urugan Tanah
1). Urugan tanah dilaksanakan di bawah paving seperti tertera pada gambar, dan pelak
sanaannya harus lapis demi lapis.
2). Seluruh bagian bangunan yang direncanakan harus ditimbun sampai mencapai ketin
ggian yang
ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dari sisa
-sisa rumput, akar-akar dan lain-
lainnya serta dapat mencapai nilai CBR minimal 4 % rendam air. Dalam hal
ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk pengawas teknik.
3). Untuk pekerjaan penimbunan kembali dibawah atau disekitar bangunan dan perkera
san harus
sesuai dengan gambar rencana, dan material penimbunan harus memenuhi spesifika
si ini.
c. Urugan kembali bekas galian
1). Pengurugan kembali bekas galian harus disertai dengan pemadatan dengan menggu
nakan alat pemadat sehingga minimal sama dengan keadaan tanah sebelum digali.
2). Pekerjaan penimbunan kembali harus disertai dengan pekerjaan pemadatan, dimana
dalam proses
pemadatan tersebut kadar air optimum harus dipertahankan (jika kondisi urugan terl
alu kering,harus ditambahkan dengan air/disiram)
3). Tidak dibenarkan mengurug galian dengan tanah yang mengandung lumpur dan sis
a-sisa tumbuhan.
4). Urugan tanah harus dilaksanakan setelah urugan kembali dari parit / galian ponda
si kaki kolom selesai dikerjakan agar cukup waktu untuk dipadatkan.
d. Urugan Pasir
1). Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan untuk :
a) Urugan dibawah Canstin Beton dengan tebal 5 cm padat.
b) Urugan pasir dibawah Paving dengan tebal 5 cm padat.
c)Tempat –
tempat lain yang dianggap perlu sebagai syarat teknis yang baik dan sempurna
(sesuai dengan gambar bestek).
2). Semua urugan pasir harus dipadatkan dengan penyiraman air, sehingga mendapatka
n angka kepadatan maksimum.
3). Pasir yang dipakai harus pasir kali bukan pasir laut, dengan persyaratan bahwa pas
ir harus dalam
keadaan bersih dari lumpur, tanah dan tidak mengandung garam atau mineral lain
nya.
PEKERJAAN PASANGAN CANSTIN BETON
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan Canstin
Beton meliputi penyediaan peralatan, tenaga kerja dan pemasangan semua
pekerjaan canstin beton atau bagian-bagian lain sesuai dengan gambar
dan persyaratan yang ditentukan dalam RKS ini.
2. Bahan-bahan
a. Kayu
Kayu yang dipakai pada pekerjaan ini yaitu sebagai bekisting/mal pembuatan canstin
beton. Kayu yang digunakan adalah kayu papan dengan lebar minimal 20 cm dengan
kualitas baik, tidak cacat, melengkung. Dan penyangga berupa balok kayu dengan ukuran
5 x 5 cm, atau sesuai petunjuk dan persetujuan direksi.
b. Adukan
Jika tidak ditentukan lain, adukan untuk pekerjaan canstin beton
harus dibuat perbandingan 1 PC : 2 Psr : 3 Kr untuk pasangan kedap air (
selanjutnya dipakai singkatan PC untuk Portland Cement, Ps untuk pasir,
Kr untuk kerikil dalam kode perbandingan suatu adukan ).
Pasir haruslah mempunyai gradasi yang baik dan kekerasan yang memungkinkan u
ntuk menghasilkan
adukan yang baik. Semen haruslah Portland semen seperti yang dimaksud. Kerikil
haruslah mempunyai gradasi seragam dan keras sebaiknya menggunakan batu pecah yang
memiliki sudu yang tajam. Air yang dipakai untuk
membuat adukan harus memenuhi spesifikasi dan cukup untuk menghasilkan aduka
n yang baik.
Cara dan alat yang dipakai untuk mencampur haruslah sedemikan rupa sehingga j
umlah dari setiap
bahan adukan bisa dikontrol dan ditentukan secara tepat sesuai persetujuan Direksi.
Apabila mesin
aduk yang dipakai, bahan adukan kecuali air harus dicampur lebih dahulu di dala
m mesin selama
paling tidak 2 menit. Bila pengadukan dilakukan dengan tangan, bahan adukan har
us dicampur didalam semacam kotak diaduk 2 kali secara kering dan akhirnya 3 k
ali setelah diberi air sampai adukan
sewarna semua dan merata. Adukan harus dicampur sebanyak yang diperlukan unt
uk dipakai, adukan
yang tidak dipakai selama 2 (dua) jam harus dibuang. Pemakaian kembali adukan t
ersebut tidak
diperkenankan. Kotak untuk mengaduk harus dibersihkan setiap akhir dari hari kerja.
3. Penyimpanan dari Bahan-bahan
Semen dan pasir untuk adukan harus disimpan seperti yang disyaratkan dan juga haru
s dilindungi dengan atap atau penutup lain yang tahan air.
4. Perlindungan dan Perawatan
a. Dalam membangun pekerjaan canstin
beton dalam cuaca yang tidak menguntungkan dan dalam melindungi /
merawat pekerjaan yang telah selesai, Pemborong harus memenuhi persyaratan yang
sama seperti yang ditentukan untuk beton.
b. Pekerjaan canstin
beton tidak boleh dilaksanakan pada hujan deras atau hujan yang cukup lama yang
dapat
mengakibatkan adukan larut. Adukan yang telah dipasang dan larut karena hujan h
arus dibuang dan
diganti sebelum pekerjaan pasangan selanjutnya diteruskan. Pekerja tidak boleh berd
iri di atas pasangan canstin yang belum mantap.

PEKERJAAN PASANGAN PAVING BLOCK


1. Lingkup pekerjaan
Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pemasangan untuk semua pasangan P
aving Block seperti yang
tertera pada gambar, pelaksanaan pemasangannya harus benar-
benar mengikuti garis-garis ketinggian dan bentuk-
bentuk yang terlihat pada gambar dan disebutkan dalam spesifikasi ini.
2. Material :
Paving Block yang digunakan harus baru, keras dan tidak patah-patah atau bahan
paving menggunakan beton dengan kuat tekan beton minimal K-200 yang ditentukan
dengan hasil uji kuat tekan beton atau sertifikat. Ukuran yang dianjurkan
adalah 6 cm x 12 cm x 21 cm
3. Pengerjaan dan Penyimpanan
a. Untuk pasangan paving blok yang langsung di atas tanah, maka lapisan pasir urug sub
grade di bawahnya harus sudah dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai
persyaratan)dan telah mempunyai daya dukung maksimal sesuai yang ditujukkan dalam
gambar.
b. Pekerjaan-pekerjaan di bawah tanah, lubang service dan lainnya harus dikerjakan dan
diselesaikan sebelum pekerjaan paving blok dilaksanakan.
c. Jarak antara unit-unit pemasangan paving block yang terpasang (lebar siar-siar), harus
sama lebar maksimum 5 mm, atau sesuai detail gambar, yang membentuk garis-garis
sejajar dan lurus yang sama lebarnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk
sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
d. Areal pemasangan paving block harus dipadatkan dengan plate vibrator ukuran plate 0,3
– 0,5 m dan mempunyai tekanan sentrifugal 1,6 – 2,0 ton. Pemadatan dilakukan
beberapakali sebelum siar-siar di isi pasir, setelah itu dipadatkan kembali.
e. Area paving block tidak boleh digunakan sebelum seluruh area selesai dan terkunci.
f. Untuk setiap paving block, toleransi deviasi tidak lebih dari 6 mm dan perbedaaan
ketinggian setiap blok tidak lebih dari 5 mm.
g. Seluruh pekerjaan paving block harus bebas dari kotoran semen maupun oli.
h. Selama pemasangan dan setidaknya 3 hari setelah selesainya pekerjaan, seluruh area
paving block harus tertutup dari lalu lintas dan pekerjaan lainnya
4. Contoh-contoh
a. Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Direksi Penga
was dan persetujuan atas bahan-
bahan tersebut sudah didapat sebelum bahan yang dimaksud dipergunakan.
Pengambilan contoh atas bahan yang telah ada dilapangan akan diadakan sewaktu-
waktu sesuai dengan kebutuhan Direksi Pengawas guna keperluan pengujian.
b. Direksi berhak menolak paving block bila tidak memenuhi syarat.

PEKERJAAN PLESTERAN / PENGHALUS ACIAN BETON


1. Lingkup pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran beton berupa canstin beton.
2. Material
a. Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang me
miliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
b. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam ke
masan standard pabrik dan terlindung.
c. Air yang digunakan bersih dan bebas dari bahan-
bahan yang merusak seperti minyak, asam dan unsurorganik. Kontraktor harus men
yediakan air kerja atas biaya sendiri.
3. Campuran adukan
a. Plesteran/Adukan 1 Pc : 3 Ps
Penggunaan untuk canstin yang diharuskan memakai plesteran kedap air.
b. Acian
Acian dibuat berupa campuran semen dan air dengan campuran sedemikian rupa sehingga
menhasilkan acian yang baik.
4. Pelaksanaan
a. Umum
1). Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang yang akan diplester harus dis
iram air sampai jenuh
2). Sedapat mungkin mempergunakan mesin-
mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai.
Persiapkan dan bersihkan permukaan-permukaan yang akan diplester, dari kotoran-
kotoran dan bahan bahan lain yang dapat merusak plesteran. Tukang-
tukang plester yang dinilai tidak
cakap, karena pekerjaan yang buruk harus diganti dengan yang baik.
3). Plesteran/adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis ini harus disingkirkan
dari pekerjaan.
4). Pekerjaan plesteran harus rata pada bidang pemasangannya, dan pekerjaan yang tid
ak rata harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.
5). Tebal plesteran yang , kecuali bila dinyatakan lain adalah 10 mm dengan toleransi
maksimum 15 mm. Bila
mana ketebalan toleransi ini ternyata dilampaui karena kondisi permukaan canstin
beton harus diperbaiki.
6). Semua bidang plesteran canstin beton diaci dengan air semen.
b. Pencampuran
1). Buat adukan dalam jumlah yang dapat dipakai habis dalam waktu 45 menit. Aduka
n/Plesterandapat dipakai sampai batas adukan/plesteran tidak dapat lagi diolah (lebi
h kurang 90 menitsetelah adukan jadi).
2). Membuat campuran adukan/plesteran tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksana
kan dengan izin pengawas.
PEKERJAAN AKHIR
1. Pada akhir pekerjaan, seluruh pekerjaan harus bersih dari sisa-
sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
2. Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-
bahan bangunan, kotoran-kotoran dan gundukan-
gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta bahan-
bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.

5) PEKERJAAN PAGAR PENGAMAN EMBUNG

 Pemagaran dilakukan dengan kawat berduri dengan tiang besi siku 5 x 5 cm,
tinggi tiang 1.2 m dari muka tanah, jarak antara tiang 2,5 m.
 Pada setiap sudut bidang tanah, tiang diperkuat dengan tiang miring 45o
sehingga kuat terhadap gaya resultan kawat pagar. Pondasi tiang pagar harus
dicor beton ukuran 30 x 30 cm, tinggi 40 cm, bagian tiang yang masuk pondasi
harus diangker dengan besi diameter 10 mm.
 Kawat berduri baru boleh dipasang setelah cor beton tiang telah kuat, minimum
setelah 3 hari yaitu dengan memaku. Jumlah baris kawat berduri adalah 5
baris/larikan.
 Kawat duri berkualitas SNI : 07-0107-1987 dengat bahan kawat hot dipped
galvanized kualitas SNI dengan spesifikasi sebagai berikut :
Kawat = Bwg 14 (2,10 mm),
Duri = Bwg 12 (2,85 mm),
dimensi = 26x26x30,5 cm, 1Kg = ± 7,7 m (4,2 Kg = ± 32,5 m),
Pegangan = 0,04 Kg – kemasan = 4,2 Kg ; 4,3 Kg ; 4,5 Kg/ Roll
BAGIAN III
PEKERJAAN PIPA
1. PENGADAAN PIPA GIP DAN PERLENGKAPANNYA

1.1 Material Dan Fabrikasi


Pipa PVC harus memenuhi Standart Nasional Indonesiadan sambungannya menggunakan
sambungan buatan pabrik, dites dan dibersihkan.

2.2 Dimensi Pipa


Kecuali ditentukan lain, pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus mempunyai
ukuran diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi pelindung dalam dan luar
sebagai berikut :

2. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA

2.1 Lingkup Pekerjaan


Penyedia harus mengerjakan pekerjaan pemasangan pipa berupa perletakan pipa dan
penyambungan, dengan cara yang diterima direksi dengan spesifikasi ini dan sebagaimana yang
diperlihatkan dalam gambar kerja.

2.2 Penanganan Bahan Pipa, Perkakas dan Peralatannya


1. Perhatian perlu diberikan dalam menangani semua bahan pipa yang disediakan oleh pemilik
untuk menghindari kerusakan pada bahan tersebut selama pengangkutan, penurunan,
pemasangan dan penyambungan sampai pada penyelesaian pada pekerjaan. Kerusakan pada
bahan pipa yang disebutkan tadi harus diperbaiki atas beban biaya Penyedia.
2. Penyedia juga harus menangani perkakas dan peralatan yang disediakan oleh pemilik
sedemikian rupa guna menghindari kerusakan pada peralatan tersebut.
3. Semua perkakas dan peralatan harus dijaga kebersihannya dan dipelihara dengan baik
sehingga selalu siap digunakan dalam kondisi yang baik.
4. Kerusakan yang terjadi pada perkakas dan peralatan tersebut harus diperbaiki atas biaya
beban Penyedia. Dalam hal perkakas dan peralatan tidak dapat diperbaiki atau hilang,
Penyedia harus memberi kompensasi kepada pemilik pekerjaan.

2.3 Umum
1. Singkatan PVC yang digunakan dalam spesifikasi dan dokumen ataupun gambar berarti.
2. Penyedia harus menyediakan dan memelihara dalam keadaan baik perkakas peralatan yang
sesuai bagi pengamanan dan pemasangan pipa, valve dan fitting.
3. Cara pemasangan pipa dan penggunaan perkakas serta peralatan harus sesuai dan
memahami petunjuk dari pabrik atau mengikuti pengarahan direksi.

2.4 Pemasangan Pipa


1. Penurunan Pipa Ke Dalam Galian
Peralatan, perkakas, dan fasilitas yang memuaskan direksi harus disediakan dan digunakan
oleh Penyedia untuk keamanan dan kenyamanan pekerjaan. Semua pipa, fitting dan valve
harus diturunkan secara hati-hati kedalam galian, satu persatu dengan batasan diameter
memakai crane, derek, tali atau dengan mesin perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai
dengan cara sedemikian rupa agar mencegah kerusakan terhadap bahan lapisan pelindung
luar (protective coating) serta lapisan pelindung dalam (lining). Bahan tersebut sama sekali
tidak diperkenankan dijatuhkan atau dilemparkan kedalam galian.

2. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan


1) Semua pipa dan fitting harus diperiksa secara hati-hati dari kemungkinan kerusakan pada
saat berada diatas bagian sesaat sebelum dipasang pada posisi akhir.
2) Setiap ujung pipa harus diperiksa dengan secara khusus, karena daerah ini paling mudah
mengalami kerusakan dalam penanganannya. Pipa atau fitting yang rusak/cacat harus
diletakan terpisah untuk pemeriksaan oleh direksi yang menentukan perbaikan yang
diperlukan ataupun menolaknya.

3. Pembersihan Pipa dan Fitting


1) Bagian luar dan dalam ujung pipa harus dibersihkan dengan kain kering dan bersih,
dikeringkan dan bebas dari minyak, lemak sebelum dipasang.
2) Bila ada profil pengaku badan (stiffeners) guna melindungi pipa, semua profil pengaku
tersebut harus disingkirkan sampai bersih demikian pula benda asing lainnya dalam pipa.
4. Perletakan Pipa
1) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah benda asing masuk kedalam pipa
pada saat pipa diletakan pada jalur.
2) Selama berlangsungnya peletakan, tidak boleh ada kotoran, perkakas, kain, ataupun
benda-benda lainnya ditempatkan dalam pipa.
3) Saat satuan panjang pipa dalam galian, setiap ujung pipa harus dipasang berhadapan
dengan pipa yang sebelumnya, pipa dipasang dan ditempatkan pada jalur dan ketinggian
yang benar. Pipa dimantapkan ditempatkan dengan bahan urugan yang telah disetujui
dan dipadatkan dengan ketinggian yang sama kecuali pada ujung pipa. Tindakan
pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah tanah atau kotoran lainnya masuk ke
sambungan.
4) Setiap saat bial pemasangan pipa sedang berlangsung, ujung pipa harus ditutup/disumbat
dengan bahan yang memadai dan dengan cara yang disetujui oleh direksi.

5. Pemotongan Pipa
1) Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau tujuan lainnya,
harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan cara yang rapih dan baik, tanpa
menyebabkan kerusakan pada pipa maupun lapisan pelindung dalamnya dan
menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang tepat terhadap sumbu pipa.
2) Pemotongan pipa besi harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang diminta
terhadap sumbu pipa.
3) Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar maupun
lapisan pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong tersebut, harus
dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama sebagaimana yang ditentukan dalam
spesifikasi.
4) Tidak boleh ada ”fitting” seperti ”Bend”, ”Tee”, dan ”flange dan spigot” dipotong untuk
pekerjaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi tertulis yang diberikan kepada
Penyedia dari direksi.

2.5 Penyambungan Pipa PVC


Bila penyambungan pipa PVC dilakukan dengan memakai sok seperti yang ditentukan sebelum
pipa disambung, maka bagian dari sok atau ujung-ujung pipa harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran. Setelah itu pada sambungan pipa dipasang Lim Pipa dan baru dimasukan secara hati-hati
pada sok dan direkatkan kencang betul.

2.6 Pengujian Tanpa Merusak pada Pipa di Lapangan.

1. Umum
1) Bagian ini dipakai untuk Pengujian Tanpa Merusak Sambungan dengan pengelasan
setelah pemasangan pipa. Bagian pipa baja bawah tanah, semua penyambungan di
lapangan harus diuji dengan cara uji cairan penembus dengan pewarna (dye penetrant
test).
2) Pengujian harus dilakukan oleh penyedia bersama-sama dengan Direksi dan apabila
diperlukan maka dapat diikutsertakan orang yang ahli dab bersertifikat.
3) Penyedia harus memberikan keterangan mengenai pemeriksa yang diusulkan beserta
pengalamannya, bersama dengan kualifikasi kepala pengawas yang disebutkan untuk
persetujuan Direksi.
4) Penyedia harus menyediakan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian
tanpa merusak pada sambungan di lapangan.
5) Semua pengujian harus dilakukan dengan dihadiri Direksi atau wakilnya, kecuali disetujui
lain oleh Direksi.
6) Penyedia harus menunjuk kepala pengawas yang mampu, yang bertanggung jawab dalam
mengawasi prosedur pengujian sambungan dengan pengelasan.
7) Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan mengenai hasil pengujian
sambungan dengan pengelasan yang dilakukan dilapangan kepada Direksi. Laporan harus
berisi analisa dari pengujian; yang ditandatangani oleh pengawas dan diserahkan kepada
Direksi.

2. Pemeriksaan dengan Pengamatan Mata (visual inspection)


Pengelasan alur dan pengelasan kedua harus diperiksa secara pengamatan. Kerusakan berikut
ini dapat menyebabkan ditolaknya hasil pengelasan dan Penyedia harus mengelas dan
menguji kembali atas biayanya sendiri.
o Adanya lubang (pit) di permukaan.
o Adanya potongan berlebih (undercut) dengan kedalaman 1 mm atau lebih.
o Adanya potongan berlebih (undercut) dengan kedalaman lebih dari 0,5 mm dan kurang
dari 1,0 mm dan lebih dari ketebalan dinding.
o Adanya tumpang tindih (overlap).
o Adanya penguatan berlebihan.

Maximum
Ketebalan Dinding
Reinforcement
(mm)
(mm)
12,1 atau lebih kecil 3.2
Lebih besar dari 12,7 4.8

o Butiran yang tidak merata (unven beads), dan


o Adanya kerusakan akibat nyala (are strike)

3. Uji Cairan Penembus Dengan Warna


o Penetrasi warna harus dipakai pada pengelasan terakhir dan prosedur pelaksanaan harus
memenuhi rekomendasi pabrik.
o Adanya retakan dan/atau lubang harus diperbaiki dan diuji ulang atas biaya Penyedia
sendiri.
o Direksi dapat meniadakan uji cairan penembus dengan warna, bila kemampuan
pengelasan Penyedia dapat diterima atas dasar pengujian yang diserahkan oleh
perusahaan pemeriksa yang independen.

3. PENGUJIAN HIDROSTATIS DAN DESINFEKSI

3.1 Umum
 Setelah pemasangan jalur pipa, termasuk pipa induk, "valve", bangunan khusus jembatan
pipa, penembusan pipa (pipe driving), perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, harus
dilakukan pengujian pada jalur pipa tersebut sesuai dengan spesifikasi ini.
 Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa dilakukan dengan tujuan
untuk meyakinkan/menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya dalam keadaan
balk, kuat dan tidak bocor serta biok-blok penahan (thrus block permanen) sanggup
menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja pipa.
 Penyedia harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengulian tekanan air
dan pengujian kebocoran. Peralatan meter yang diperlukan untuk penguatan tekanan dan
kebocoran harus disediakan oleh Penyedia.
 Bagian jaringan pipa yang akan diuji diisi penuh dengan air. Pemborong dapat menggunakan
sumber air yang ada tanpa biaya atau menyediakan sumber air tersendiri dengan biaya
sendiri. Pengisian air ini dilakukan dengan pemompaan (electric piston type test pump) yang
dilengkapi meteran air, harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua
udara di dalam pipa harus dilepas, dan sebuah manometer dengan kran penutupnya harus
dihubungkan pada cabang jaringan pipa yang diuji. Apabila bagian pipa yang diuji ini tidak
terdapat katup udara maka cara pengeluaran udara akan ditentukan oleh Tenaga Ahli.
o Air untuk pengujian akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Penyedia.
o Seluruh pekerjaan pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi atau
wakilnya.

3.2 Uji Tekan


Setelah pipa dipasang, semua pipa baru yang dipasang atau setiap bagian pipa baru yang dipasang
katup harus bertekanan hidrostatis minimal 1,5 kali tekanan kerja pada saat pengujian.

1. Batasan Tekanan
Pengujian tekanan harus sebagai berikut :
1) Tidak boleh lebih kecil dari 1,25 kali tekanan kerja pada tekanan tertinggi selama
pengujian
2) Tidak melebihi tekanan yang direncanakan
3) Paling sedikit dilaksanakan selama 2 jam
4) Tidak bervariasi > ± 5 psi (0,35 bar) untuk selama pengujian
5) Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 2 kali tekanan yang diijinkan untuk katup
atau hidran bila batas tekanan pengujian termasuk pada gate valves atau hidran.
Catatan :
Katup tidak boleh dioperasikan pada saat tekanan menyebar ke semua arah melebihi
tekanan yang diijinkan
6) Tidak boleh melebihi tekanan katup yang diijinkan bila batas tekanan bagian yang diuji
dari bagian uji termasuk pada saat katup tertutup, baik untuk gate valves atau katup
buterfly.

2. Tekanan Udara
Setiap bagian pipa yang dipasang katup harus diisi dengan air perlahan-lahan dan ditentukan
uji tekan, berdasarkan evaluasi dari titik terendah dari jalur pipa atau bagian yang diuji dan
dikoreksi terhadap evaluasi alat ukur pengujian, harus dilakukan dengan cara
menyambungkan pompa ke pipa. Katup-katup tidak boleh dioperasikan baik dalam keadaan
tertutup pada tekanan differensial melebihi tekanan yang diijinkan. Cara ini berguna untuk
menstabilkan uji tekan sebelum uji kebocoran.

3. Pelepasan Udara
Sebelum pelaksanaan uji tekan ditentukan, udara harus dibuang seluruhnya dari katup dan
hidran. Apabila ventilasi udara tidak dipasang pada semua titik tertinggi, Penyedia harus
memasang katup cock pada titik tersebut diatas sehingga udara dapat dikeluarkan bersamaan
pada saat pipa diisi air. Setelah semua udara dikeluarkan, katup cock harus ditutup dan uji
tekan dilaksanakan. Pada akhir uji tekan cock harus dilepas dan disumbat atau tinggalkan
ditempat sesuai dengan permintaan pemilik.

4. Pemeriksaan
Setiap pipa, fitting, hidran dan sambungan-sambungan yang terlihat harus diperiksa secara
cermat selama pengujian. Setiap pipa, fitting, hidran yang rusak atau cacat ditemukan pada
saat uji tekan harus diperbaiki atau diganti dengan bahan yang baik, dan pengujian akan
diulangi sampai memuaskan pemilik.

3.3 Uji Kebocoran


Uji kebocoran harus dilakukan segera setelah uji tekan

1. Definisi Kebocoran
Kebocoran harus diartikan sebagai sejumlah air yang harus disuply kedalam pipa yang baru
dipasang atau setiap bagian yang baru dipasang katup, untuk menjaga tekanan pada 5 psi
(0,35 bar) sebagai tekanan uji yang ditentukan sesudah udara pada jalur pipa sudah
dihilangkan dan pipa telah diisi dengan air. Kebocoran tidak boleh diukur dalam keadaan
tekanan turun pada saat pengujian melebihi periode waktu pengujian yang ditentukan.

2. Kebocoran yang diijinkan


Pemasangan pipa dianggap gagal apabila tingkat kebocoran melebihi dari yang ditentukan
dalam ketentuan mengenai kebocoran.
Formula berdasar pada kebocoran yang diijinkan dari 11,65 gpd per mil, dengan diameter
nominal D = 1 inch dan tekanan P = 150 psi
1) Kebocoran yang diijinkan, dengan variasi tekanan ditunjukan pada Tabel A.
2) Pada pengujian terhadap dudukan katup tertutup, penambahan kebocoran sebesar 0,0012
lt/jam dari ukuran katup nominal dapat diijinkan
3) Bila hidran pada bagian uji pengujian harus dilakukan pada hidran tertutup.

3. Penerimaan Hasil Pemasangan


Penerimaan harus ditentukan sesuai dengan tingkat kebocoran yang diijinkan. Bila pada suatu
uji pipa ternyata mengeluarkan bocoran yang lebih besar dari pada yang disyaratkan maka
Penyedia akan menentukan lokasi kebocoran dan melakukan perbaikan seperlunya sampai
kebocoran sesuai persyaratan yang diijinkan, dan atas biaya sendiri.
Semua kebocoran yang kelihatan harus diperbaiki.

3.4 Penggelontoran Pipa


1. Air untuk penggelontoran akan disediakan oleh Pemilik atas beban biava Penyedia dan
Penyedia harus membersihkan semua pipa yang terpasang dengan Penggelontoran memakai
air bersih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi.
2. Penggelontoran dilakukan dengan membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch),
mulai dari hulu dan secara bertahap ke arah hilir. Jangka waktu pengurasan cabang
pembuang akan diperintahkan oleh Direksi.
3. Penyedia harus dengan segera menentukan lokasi dan memperbaiki apabila ditemukan
kebocoran selama penggelontoran, sebagaimana diperintahkan Direksi, walaupun hasil
pengujian yang disebutkan di atas disetujui oleh Direksi.
BAGIAN IV
MASA PEMELIHARAAN
1. MASA PEMELIHARAAN
a. Masa pemeliharaan untuk setelah pekerjaan selesai 100 % (seratus persen), dan Penyedia
Jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pengguna Anggaran untuk
penyerahan pertama pekerjaan yang akan diperiksa oleh Tim Panitia Penerima Pekerjaan.
Apabila dilapangan terdapat kekurangan dan / cacat hasil pekerjaan, Penyedia Jasa wajib
menyelesaikan/memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai dengan ketentuan kontrak, maka dibuat
berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan Penyedia Jasa harus menyerahkan Jaminan
Pemeliharaan sebesar 5 % (lima persen) dari Nilai Kontrak.
b. Masa pemeliharaan berlaku selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dimulai sejak
serah terima pertama pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi
tetap berada seperti pada saat Penyerahan Pertama Pekerjaan. Sudah selesai pada saat
prosentase phisik pekerjaan 100 % (seratus persen) dan dilakukan serah terima pekerjaan
selesai.
d. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan pekerjaan sesuai
kontrak, maka Pengguna Anggaran berhak mencairkan Jaminan Pemeliharaan untuk
membiayai pemeliharaan pekerjaan dan mencairkan Jaminan Pelaksanaan dan disetor ke Kas
Negara, Penyedia Jasa dikenakan sanksi masuk Daftar Hitam selama 2 (dua) tahun.
e. Setelah penyerahan akhir pekerjaan atau penyerahan kedua pekerjaan Pengguna Anggaran
wajib mengembalikan Jaminan Pemeliharaan dan Jaminan Pelaksanaan.
BAGIAN V
PERLENGKAPAN OPERASIONAL
1. UMUM
1) Perlengkapan yang disyaratkan harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan yang
tertera dalam daftar banyaknya pekerjaan, untuk tiap jenis baik ditunjukkan dalam detail atau
tidak dalam gambar yang satuan pembayarannya sudah meliputi untuk masing-masing butir
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak pekerjaan atau seperti ditunjukkan dalam daftar
kuantitas pekerjaan yang dikontrakkan. Ukuran bahan dan warna yang harus dipakai dan
penjelasan secara umum dinyatakan dalam Album Standar Perencanaan Irigasi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Desember 1986 seperti diterangkan
dibawah. Detail lain yang sesuai akan ditunjukkan dalam gambar kontrak. Penyedia Jasa tidak
boleh menggunakan bentuk konstruksi atau detail tanpa pemberitahuan secara tertulis terlebih
dahulu.
2) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi satu kesatuan dengan
harga penawaran yang dikontrakkan dan segala resiko yang mungkin akan timbul akibat dari
kegiatan ini akan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

2. BENCH MARK
1) Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Penyedia Jasa harus dibuat dari beton
atau pasangan, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x 1.00 m sesuai dengan gambar dari album Standar
Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain dalam gambar.
2) Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan hati-hatidiurug kembali
sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan tanah. Penempatan patok-patok BM dilaksanakan
Penyedia Jasa sesuai dengan petunjuk Direksi.
3) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi satu kesatuan dengan
harga penawaran yang dikontrakkan dan segala resiko yang mungkin akan timbul akibat dari
kegiatan ini akan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

. TANDA DUGA MUKA AIR SALURAN


Kupang, Desember 2022

Pejabat Pembuat Komitmen


Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air I

RINO PRASETYO, S.T.,M.T


NIP. 197709302009011001

Anda mungkin juga menyukai