Keterangan :
BAGIAN I
UMUM
I.1. UMUM
Penyedia Jasa harus melindungi Pemilik Pekerjaan dari tuntutan atas Hak paten, lisensi serta hak
cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan oleh Penyedia
Jasa untuk dan selama pelaksanaan Pekerjaan. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak,
spesifikasi harus mensyaratkan bahwa, semua barang dan bahan yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan adalah baru, belum dipergunakan.
Standar satuan yang dipergunakan pada dasarnya adalah MKS, sedangkan penggunaan standar
satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
iii) Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah
yang timbul atau berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan selama
bulan laporan.
Tidak ada mata pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan
akibat dari kegiaatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan
sebelumnya oleh Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga
penawaran yang dikontrakkan.
I.3.4.5. Dokumentasi
Semua kegiatan di lapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan
dibuatkan album foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan
foto, lokasi dan penjelasan foto. Untuk setiap lokasi pekerjaan minimal
dibuat 3 seri foto yaitu sebelum pelaksanaan, pada saat pelaksanaan dan
setelah selesai dilaksanakan, dimana arah pengambilan melalui satu titik
yang sama. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi foto- foto
yang dibuat oleh ahli foto yang berpengalaman. Foto-foto harus berwarna
dan ditujukan sebagai laporan/ pencatatan tentang pelaksanaan yaitu
pada awal pertengahan dan akhir suatu bagian tertentu dari pekerjaan
yang diperintahkan oleh Direksi.
Pada setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan
harus dari titik dan arah yang sama dan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Bilamana mungkin maka pada latar belakang supaya
diusahakan adanya suatu tanda khusus (initial bangunan dan lokasinya)
untuk memudahkan mengenali lokasi tersebut.
Sebelum pengambilan gambar-gambar, maka harus dibuat rencana/denah
yang menunjukkan lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang
kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui. Tiap foto
berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut :
• Detail Kontrak
• Nama Bangunan atau Lokasi Embung/Bendung
• Tanggal Pengambilan
• Tahap Pelaksanaan
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilengkapi
dengan suatu set pilihan foto-foto yang bersangkutan dengan periode
tersebut. Juga pada akhir pelaksanaan Kontrak, maka foto-foto harus
I.3.6. Lain-Lain
I.3.6.1. Standar
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dari Normalisasi Standar Indonesia dari
edisi/revisi terakhir atau standar internasional yang secara substantial
setara atau lebih tinggi dari standar nasional yang disyaratkan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci
disini atau dicakup oleh Standar Nasional haruslah bahan dan mutu
pekerjaan kelas utama. Direksi akan menetapkan apakah semua
atau sebagian yang dipesan atau diantarkan untuk penggunaan dalam
pekerjaan sesuai untuk pekerjaan tersebut, dan keputusan Direksi dalam
hal ini pasti dan menentukan.
Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar
yang diajukan oleh Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus menjelaskan
secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan,
sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan
setuju atau tidak terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Standar satuan ukuran yang dipergunakan pada dasarnya MKS, sedangkan
penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal
tersebut tidak dapat dielakkan dan dapat dipertanggung jawabkan.
b. Perlengkapan konstruksi
Penyedia Jasa harus segera menyediakan semua perlengkapan
konstruksi yang diperlukan dalam pelaksanaan dalam jumlah yang
cukup. Apabila Direksi memandang belum sesuai dengan kontrak,
maka Penyedia Jasa harus segera memenuhi kekurangannya, dalam
penyediaan semua perlengkapan dan peralatan harus lengkap
dengan spare partnya yang cukup dan memeliharanya agar pekerjaan
dapat dikerjakan dengan lancar dan baik.
c. Bahan Pengganti
Penyedia Jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan, bila
bahan tersebut tidak tersedia dipasaran maka dapat digunakan bahan
e. Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa supaya menyerahkan kepada Direksi tiga set spesifikasi
yang lengkap, brosur dan data bahan dan perlengkapan untuk
mendapat persetujuan, dan harus disediakan sesuai dengan kontrak
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari dari sejak penerimaan Surat
Perintah Kerja. Persetujuan dari spesifikasi, brosur dan data
bagaimanapun juga tidak meringankan Penyedia Jasa dari tanggung
jawabnya dalam hubungannya dengan kontrak.
b. Lapangan Kerja
Lapangan kerja seperti terlihat pada gambar kerja yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan, dijamin oleh Pengguna Jasa dan bebas
dari biaya pembebasan tanah. Penyedia Jasa sedapat mungkin
melaksanakan pekerjaan sementara pada tanah seperti pada gambar
kerja atau seperti petunjuk Direksi. Penyedia Jasa hendaknya
membatasi kegiatan peralatan dan anak buahnya pada tanah yang
sudah diijinkan/disediakan, termasuk arah jalan masuk yang disetujui
Direksi sehingga mengurangi kerusakan tanaman/pemilikan lahan
dan kerusakan tanah. Bekas yang dilalui kendaraan supaya diperbaiki.
Sebelum diterimanya pekerjaan oleh Pemberi Tugas tanah harus
dikembalikan ke keadaan setidaknya seperti semula.
Penyedia Jasa bertanggung jawab langsung kepada Pemberi Tugas
untuk semua kerusakan misalnya kerusakan tanaman atau tanah hasil
galian baik milik Pemberi Tugas atau orang lain. Penyedia Jasa
mengganti kerugian terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena
kerusakan tersebut akibat kelalaian Penyedia Jasa dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.
c. Pengalihan Sementara
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan mengganggu sistim pengairan yang
ada baik permanen atau semi permanen selama pelaksanaan
pekerjaan. Direksi akan meminta Penyedia Jasa untuk mengerjakan
pekerjaan pengalihan aliran sementara pada saluran irigasi yang ada
sebelum melaksanakan pekerjaan saluran serta bangunan yang
berhubungan. Penyedia Jasa supaya menyerahkan rencana pengalihan
sementara untuk mendapatkan persetujuan Direksi. Setelah rencana
itu disetujui/diubah atas petunjuk Direksi pelaksanaan pekerjaan
pengalihan sementara harus sesuai dengan rencana yang telah
disetujui.
Biaya untuk pembuatan rencana pengalihan sementara hanya untuk
pekerjaan Bendung dan supaya dicantumkan dalam volume pekerjaan
sesuai dengan kemajuan pekerjaan dan perintah Direksi yang akan
dimasukkan kedalam butir/ mata pembayaran pekerjaan Dewatering
adalah Lump Sump (Ls) seperti yang telah termasuk dalam kontrak
pekerjaan atau jika ditentukan lain oleh Direksi.
Sedangkan pengalihan sementara atau kistdam-kistdam pada
pekerjaan jaringan/ saluran irigasi dan pembuang tidak ada mata
pembayaran dan atau pembayaran khusus atau tambahan akibat
dari kegiatan ini dan segala resikonya sudah diperhitungkan
sebelumnya oleh Penyedia Jasa yang sudah termasuk dalam harga
penawaran yang dikontrakkan.
I.3.9.13. Lain-Lain
Pekerjaan dibawah ini merupakan pekerjaan yang menjadi kewajiban
Penyedia Jasa untuk melaksanakan atau mengerjakan :
a. Papan Tanda Proyek
i) Penyedia Jasa harus membuat, memasang dan memelihara
minimal 1 (satu) papan tanda proyek. Papan tanda proyek harus
menunjukkan dan memuat nama Pemilik Pekerjaan/Proyek dan
nama Penyedia Jasanya, judul nama proyek disertai perkiraan
jumlah hari pelaksanaan.
ii) Lokasi Pemasangan ditunjukkan oleh Direksi/Engineer
Konsultan dalam jangka waktu sebelum mulai pelaksanaan
pekerjaan. Jika pekerjaan telah selesai dan telah
diserahterimakan, maka papan nama proyek harus dicabut oleh
Penyedia Jasa.
b. Jamuan Tamu
Jamuan tamu yang meninjau atau memeriksa pekerjaan dalam batas
yang wajar.
c. Semua pekerjaan yang telah disebutkan dalam spesifikasi, tetapi
tidak termasuk dalam daftar harga satuan pekerjaan (unit price)
dalam Daftar Kuantitas (Bill of Quantities), maka harus dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa. Pembayaran pekerjaan hanya akan diberikan
kepada jenis pekerjaan yang tercantum di dalam mata pembayaran
seperti disebutkan didalam daftar harga satuan pekerjaan yang
tercantum di dalam Daftar Kuantitas (Bill of Quantities) pekerjaan
yang dikontrakkan.
d. Kontrol kualitas.
Semua material baik tanah, agregat, semen, air dan campuran beton
yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus yang
mempunyai kualitas yang baik. Untuk keperluan ini maka harus
dilaksanakan pengujian-pengujian. Tidak ada mata pembayaran dan
atau pembayaran khusus atau tambahan akibat dari kegiaatan ini dan
segala resikonya sudah diperhitungkan sebelumnya oleh Penyedia Jasa
yang sudah termasuk dalam harga penawaran yang dikontrakkan.
BAGIAN II
PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN UTAMA
1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran. Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan
konstruksi yang terdiri dari pekerjaan persiapan umum dan khusus, pekerjaan konstruksi umum
dan khusus pada rehabilitasi bendung/embung serta pekerjaan lain-lain. Spesifikasi teknis ini
melingkupi paket pekerjaan Rehabilitasi Bendung Danotalu.
2. ACUAN NORMATIF
Rancangan Pedoman Teknis :
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 1, Pekerjaan Tanah
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 4, Pekerjaan Beton dan Bekisting.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 5, Pekerjaan Pasangan Batu, Batu Kosong dan
Bronjong, dan Adukan Semen.
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 6, Pekerjaan Pemancangan
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 7, Pekerjaan Dewatering
Pd. T. xx – xxxx.A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian – 9, Pekerjaan Lain-lain
4.6. Material dan peralatan-peralatan yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa
1) Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan bahan/material dan peralatan yang memenuhi
syarat untuk menyelesaikan pekerjaan kecuali yang sudah disediakan di dalam
Kontrak. Semua peralatan dan material yang merupakan bagian dari pekerjaan harus
baru dan harus sesuai dengan standar yang tercantum dalam Spesifikasi atau Standar
yang ditunjukkan. Jika Penyedia Jasa mengusulkan pengadaan peralatan atau material
yang tidak sesuai dengan standar yang disebutkan diatas harus memberi tahu dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu.
2) Peralatan untuk Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus mendatangkan semua peralatan yang memenuhi syarat dalam
jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai. Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah peralatan, jika
menurut pertimbangannya perlu untuk mencapai progress sesuai dengan Kontrak.
Penyedia Jasa harus mendatangkan semua mesin dan peralatan, lengkap dengan suku
cadangnya yang cukup, untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3) Material Pengganti
Penyedia Jasa harus berusaha untuk mendapatkan bahan material yang ditentukan
dalam spesifikasi teknik atau gambar, tapi jika material tersebut tidak dapat diperoleh
dengan alasan diluar kemampuan Penyedia Jasa, boleh memakai material pengganti
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada material pengganti tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
4) Pemeriksaan Peralatan dan Material
Peralatan dan material yang didatangkan oleh Penyedia Jasa harus diperiksa dan sesuai
dengan Kontrak pada saat di lokasi berikut ini atau seperti yang ditentukan oleh
Pemberi Tugas :
i. Tempat produksi atau pabrik
ii. Pengangkutan
iii. Lokasi Proyek
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengguna Jasa semua spesifikasi peralatan
dan material yang diperlukan oleh Pengguna Jasa untuk tujuan pemeriksaan.
Pemeriksaan peralatan dan material termasuk tempat dimana berasal tidak berarti
melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawabnya untuk mengadakan peralatan dan
material yang tercantum dalam spesifikasi teknik.
5) Program dan Catatan Pengangkutan
Bersamaan dengan penyerahan Jadwal Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan
program pengangkutan peralatan dan material secara rinci, dengan urutan
pengangkutan dan pengiriman di lapangan sesuai dengan rencana Jadwal Pelaksanaan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan
kedatangan peralatan, material dan pemasangan peralatan di lapangan.
6) Spesifikasi, Brosur dan Data yang harus diserahkan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 (tiga) set spesifikasi lengkap, brosur dan data
mengenai material dan peralatan yang akan didatangkan sesuai Kontrak kepada
Direksi Pekerjaan untuk disetujui, dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari
setelah menerima surat perintah kerja. Bagaimanapun juga persetujuan terhadap
spesifikasi, brosur dan data tersebut tidak akan melepaskan Penyedia Jasa dari tanggung
jawabnya sesuai dengan Kontrak.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknik
konstruksi bangunan bendung/embung harus memuat :
Direksi Pekerjaan dan kemudian membongkar semua fasilitas listrik sementara yang
ada antara lain : generator, kawat, alat-alat penyambung dan lain sebagainya.
1) PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung meliputi :
pembersihan; galian; timbunan dan timbunan kembali. Pelaksanaan pekerjaan tanah
mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum,
Bagian-1, Pekerjaan Tanah.
b) Kupasan / Stripping
1) Kupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput, yang akan
dilakukan pada semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yang dipakai
kembali sebagai bahan timbunan, pada semua dasar jalan, pada lokasi borrow
area yang disetujui, semua lokasi yang tercantum pada Gambar dan seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
2) Pelaksanaan kupasan harus dilakukan dengan cara mengupas semua material
yang tidak cocok untuk timbunan atau untuk pondasi dan semua bahan
organik seperti rumput, tanah lapis atas dan sisa akar, yang tidak termasuk
didalam pembersihan medan. Kedalaman minimum pekerjaan kupasan adalah
0,20 meter.
3) Bahan hasil kupasan harus ditumpuk. Tumpukan semua material/sampah
hasil kupasan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
1) Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan
(dewatering) dengan alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana
kerja lengkap yang memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan
waktu pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat 5 hari
sebelum pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar galian
bebas dari air selama masa pembangunan dan menjamin adanya peralatan
pompa yang cukup dan siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna
2) Cara Penggalian
Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian,
termasuk detail dari konstruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna
mendapat persetujuan Direksi secara tertulis sekurang-kurangnya 5 hari
sebelum dimulainya pekerjaan, sehingga keamanan penggaliannya terjamin.
3) Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak
diperintahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia Jasa dengan
tanah
yang dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki Direksi, tanpa menuntut
suatu
tambahan pekerjaan.
2) Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan
di stock dengan Bulldozer .
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan
Wheel Loader untuk diangkut ke tempat pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan
loader dan Excavator.
f) Pelaksanaan Penimbunan
1) Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan
dan dikupas atau digali hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam
gambar. Permukaan tanah yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum
pekerjaan timbunan untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus
dibuat alur-alur terbuka sedalam 20.00 cm dengan jarak antara alur lebih
kurang 1.00 meter.
2) Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk sampai kedalaman
yang lebih besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai
kedalaman 0.15 m, dan kadar air tanah yang digaruk harus dijaga, baik secara
pengeringan alami atau pembasahan dengan alat semprot. Kalau pelaksanaan
pemadatan terhenti, permukaan dari timbunan harus digaruk kembali dan
kadar airnya diperiksa kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan
dilanjutkan.
3) Sebelum pekerjaan penimbunan dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas-
bekas yang terjadi pada permukaan tanah, harus diratakan.
4) Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai garis elevasi
yang ditunjukan pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi.
b. Bila selama pemadatan, tanah keluar airnya (becek) berarti kadar airnya
terlalu tinggi.
b) Pemadatan Timbunan
▪ Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai
persyaratannya.
▪ Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa
dengan Dump Truck, ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang
telah dipersiapkan. Jarak tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila
dihampar dengan ketebalan 30 cm seluruh permukaan dapat
tertimbun.
▪ Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan
Bulldozer atau Grader untuk mencapai ketebalan hamparan kurang
lebih 30 cm. Perhatikan kadar airnya secara visual .
▪ Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja,
dan dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras,
pekerjaan harus dihentikan.
▪ Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan
kurang lebih 50 cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air
dinilai cukup, langsung dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep
Foot Roller dengan lintasan sebanyak percobaan pemadatan yang telah
dilakukan .
▪ Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh
permukaan terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai
dipadatkan, diambil sampelnya setiap jarak 50 meter (atau sesuai
spesifikasi), dan diperiksa kepadatannya .
▪ Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya
baru diperbolehkan untuk dihampar .
▪ Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil
yang ada (daerah profil dilewati dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan
dapat dipakai sebagai pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk
ditimbun mengikutilapisan-lapisan yang telah selesai .
▪ Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk
menjamin mutu timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan
diteruskan sampai separuh kedalaman saluran (untuk saluran yang
tidak lebar)
▪ Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil
saluran, dan juga dipadatkan lapis demi lapis. Dalam proses
pembentukan tanggul harus dipedomani lagi dengan profil saluran.
▪ Agar diingat bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain),
penambahan akan sulit, tidak boleh langsung ditambal dari samping.
▪ Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis
dari bawah dan dengan sambungan bertangga.
h. Pengukuran
1) Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga satuan
per meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang
wajar. Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-
harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menebang,
membabat dan menebar disekitar lokasi.
2) Pekerjaan Kupasan/stripping
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah harga
satuan per meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas
yang wajar. Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja,
harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk menggali,
dan mengangkutnya disekitar lokasi.
3) Pekerjaan Galian
Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator dengan jarak angkut ke lokasi stockpile/lokasi timbunan dan
pembuangan ke lokasi di luar daerah kerja sejauh kurang dari 1.00 km tidak
diperhitungkan Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh maka akan
diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk
material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa
untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.
Galian saluran dan struktur lain yang terkait akan termasuk semua kebutuhan
galian untuk mencapai garis, ketinggian dan ukuran seperti ditunjukan dalam
gambar atau
seperti diarahkan oleh Direksi, termasuk galian di tempat/local atau dental,
perawatan pondasi dan semua galian yang lain dalam area kerja.
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan, setelah dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar
sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian
berikut ini :
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-
1994, tentang Metode Pengujian Batas Susut Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
faktor pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-
6425-2000 tentang Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil
tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan
galian akhir meliputi garis, kelandaian dan elevasi sebagai yang
disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah metode luas
ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan
jarak tidak lebih dari 25 meter.
(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan
pembayaran menurut Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian
hanya jika bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar
dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.
(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan
dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan
oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka volume bahan
galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk
cadangan Penyedia Jasa dengan exploitasi sumber bahan (borrow
area) tidak akan dibayar.
(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma
yang dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar
pondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di
atas bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai
galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
4) Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
(1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan
yang dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang
diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah
asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan
ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan
timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima.Metode perhitungan
volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25
m.
(2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang
yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan
sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam
lereng lama, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali
bila :
(3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan
yang tidak stabil atau gagal jika Penyedia Jasa tidak dianggap
bertanggung-jawab.
(4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan,
atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk
menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran
timbunan.
i. Dasar Pembayaran
1) Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar
di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi
penuh untuk seluruh pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan
dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Bagian
ini.
2) Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapu yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masingmasing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
untuk Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus
sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh
biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.
2) PEKERJAAN BETON
Pekerjaan beton pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain.
Pelaksanaan pekerjaan tanah mengacu dan berpedoman pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan
yang Bersifat Umum, Bagian-4, Pekerjaan Beton.
A) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari
Spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah
dan aman.
(3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus
untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam
dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan
lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung
tanah di bawah pondasi.
(7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan
menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia
Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena
air pasang atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari
kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–
ukuran yang ada di dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat
sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan
tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas
dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat lainnya. Mengisi
celah–celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan
dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah
pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk
cetakan, celah– celah harus diisi secukupnya untuk mencegah hilangnya
air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya
tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk.
Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi
dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan
mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah
cetakan yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan
dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka
harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor
bila cetakan belum disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang– kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap
untuk diperiksa.
c) Pencampuran Beton
(1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur
28 hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti
tabel di bawah ini :
Kuat
Kuat Tekan Ukuran Nilai Faktor Perkiraan
Tekan
Umur 28 Agregat Air Semen Kebutuhan
Tipe Campuran Beton Umur 7
Hari Maksimum Maksimum Semen
Hari
(kg/cm2) (mm) (%) (kg/m3)
(kg/cm2)
AR fc’ = 25 MPa (K-300) 195 300 20 50 400
A fc’ = 22,5 MPa (K-225) 147 225 40 (20) 50 330 (350)
B fc’ = 15 MPa (K-175) 114 175 40 50 310
C fc’ = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250
D fc’ = 10 MPa (K-100 ) 65 100 40 60 200
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang
akan ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan
dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang
diinginkan oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton
yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa
untuk menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton,
acuan, atau bagian – bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan –
lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta
dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi
Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan
kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan
secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus
bekerja lembur untuk mencapai target tersebut.
b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai.
Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran
beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurangkurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25
kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan
getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton
di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor
sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian
tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi
yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau
permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
D) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari
tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan
akan merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu
harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah
maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm.
Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).
E) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada
Gambar atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang
sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
G) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
▪ Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang
tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran
beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah
di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton.
▪ Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
▪ Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
▪ Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan
atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
▪ Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian
pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
▪ Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan
proporsi
▪ yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus
dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan
hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata.
Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di
tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan
penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi
retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal
5 cm paling sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
H) Pengukuran
a) Cara Pengukuran
i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh
pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya
yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa
(conduit) atau lubang sulingan (weephole).
ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap
lainnya untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan
tersebut telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk
Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan
dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan
yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti
disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton
yangdisyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20
MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang
disyaratkan atau disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa
(K- 125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton
yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan
mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan
beton.
I. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran
dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam
Daftar Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk
pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua
biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang
sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini.
3) PEKERJAAN PASANGAN
Pekerjaan pasangan pada pelaksanaan konstruksi bendung/embung harus memenuhi
ketentuan dan persyaratan yang mengacu pada kegiatan detail desain. Kegiatannya
meliputi : pasangan batu kali; pekerjaan siaran; pekerjaan plesteran; pekerjaan batu
kosong dan bronjong yang berfungsi sebagai rip-rap. Pelaksanaan pekerjaan pasangan
mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-5, Pasangan
Batu, Batu Kosong dan Bronjong, Batu Dengan Mortar, dan Adukan Semen.
A. Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat
menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan
menjamin tercapainya mutu adukan yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang
akan dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering
(lebih tinggi dari tanah sekitarnya).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan
bagi petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran
disiapkan secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak
pengangkutan adukan dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah
konstruksi yang akan dibangun.
5) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar
design/kontrak harus di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian
semen dan tiga bagian pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan
dalam gambar kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm
dibawah permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan
dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan
plesteran.
6) Pelaksanaan Siaran
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau
petunjuk Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus
dikorek sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis
siar rata dan siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam,
kemudian pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang
kuat antara pasangan siaran.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh
bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik
atau ulir penarik kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong.
Sambungan antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu
sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat
pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu
lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah
pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong
telah diisi setengah dari tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi
penurunan (settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat
harus mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang
penarik atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan
vertikal harus dibuat berselang seling.
f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai
dengan persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong
dengan kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas
pasangan batu kosong. Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat
pilihan yang lebar diletakkan pada jalur dan arah yang sesuai dengan
gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang
dilaksanakan setiap satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat
kecepatan pemasangan yang menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan
batu hanya dipasang dengan adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai
pelapisan selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap
awal harus dibuat seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu
dengan mortar. Pemangkasan tahap akhir hingga batas-batas yang
ditentukan harus dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan
batu dengan mortar.
3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan.
b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu
batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan
sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai
menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan
permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari
adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang
disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian
Beton dari Spesifikasi ini.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan
dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus
dengan pasangan batu dengan mortar sehingga akan memberikan
drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu dengan mortar.
f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan
adukan mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga
semua batu akan terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun
pelaksanaan pemasangan batu tidak boleh dilakukan dengan cara
menumpuk batu terlebih dahulu batu kemudian dituangkan adukan
mortar ke atasnya.
D. Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran
menunjukkan warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat
semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk
kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air
ditambahkan harus dibuang.
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari
minyak atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah
dibasahi sampai merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang
E. Pengukuran
1) Pasangan Batu
a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik
sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung
sebagai volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang
disyaratkan dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang
disetujui harus tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan
bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai
Drainase Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang
harus dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan
atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan
penimbunan kembali yang diperlukan.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan
ini harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
F. Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga
Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh
formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan
konstruksi, untuk pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi
tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain
yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.
4) PEKERJAAN PINTU
Pelaksanaan pekerjaan pintu mengacu pada Pd T-xx-200x, Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian-8, Pekerjaan Pintu.
A. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan
rencana, yang meliputi:
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncanakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
- Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
- Beban – beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan
terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan,
beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian
pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari
karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup
dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada
gambar. Kapasitas rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu
menaikkan atau menurunkan pintu pada kombinasi yang paling
membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah
sebagai berikut :
Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50%
(lima puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal.
Tegangan ekivalen yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau
triaxial tidak boleh melebihi tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga
tidak diijinkan ada tegangan yang melebihi 90% (sembilan puluh persen)
dari tegangan maksimum material yang digunakan. Tebal pelat baja
untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm. Modulus
kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama harus
kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal
atau kondisi beban rata – rata harus direncanakan berdasarkan angka
keamanan terhadap tegangan batas bahan yang digunakan
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2
dan tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan
desak yang diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan dihindari selama
perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua
kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang terjadi
pada setiap gerakan peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa dengan
teliti, semua pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus diuji.
Setiap cacat atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan
pengujian diulang kembali.
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan. Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu
seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan
pada bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali
yang ada diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai
SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis
pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali
yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar
dan 4 (empat) lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas.
Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20
milimeter. Semua peralatan harus dicat sesuai dengan standar
pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang
tampak selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan
harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam
bensin agar tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan
pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las
lindung busur metal atau las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan
oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin
harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum
batang las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik
dan daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan
bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding
carbon and Carbon Manganise steels.
D. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada
bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan.
E. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan harga
satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup
biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan, penurunan, pemotongan,
finishing, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan
penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk besi beton dan lain–
lain.
BAGIAN III
PEKERJAAN PIPA
Fabrikasi pipa GIP harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-1989 atau SII
2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar pengelasan harus cukup
merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat secara otomatis, kecuali atas persetujuan
Pengguna Barang boleh dilakukan pengelasan manual dengan prosedur yang sesuai oleh
tukang yang berpengalaman.
Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang dibuat dipabrik
harus dengan pengelasan sudut (butt welded). Banyaknya pengelasan pabrik maksimum
yang diizinkan adalah satu pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap
batang pipa. Panjang setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali
ditentukan lain.
Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi yang berlawanan untuk
bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat ataupun pelana (saddle) penguat
baik pada bagian luar maupun pada bagian dalam pipa.
2.3. Fitting
Semua fitting GIP harus dari bahan yang sama dan difabrikasi sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan pada Bagian 3.2 dan harus didisain dengan kekuatan yang sama dengan pipanya.
Ring penguat atau saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar bilamana perlu, sesuai
dengan AWWA Manual M11 atau standar pembuatan yang dapat disetujui. Ketebalan
dinding minimum dan diameter luar dinding fitting harus sesuai dengan persyaratan yang
dispesifikasikan dan standar berikut ini :
Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311
Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311 (sampai dengan 500
mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
"Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih kecil harus terdiri dari
dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 22.5 derajat
sampai dengan 45 derajat harus difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend
yang mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan
bend.
2.3 Umum
1. Singkatan GIP yang digunakan dalam spesifikasi dan dokumen ataupun gambar berarti
Galvanized Iron Pipe.
2. Penyedia harus menyediakan dan memelihara dalam keadaan baik perkakas peralatan
yang sesuai bagi pengamanan dan pemasangan pipa, valve dan fitting.
3. Cara pemasangan pipa dan penggunaan perkakas serta peralatan harus sesuai dan
memahami petunjuk dari pabrik atau mengikuti pengarahan direksi.
2) Bila ada profil pengaku badan (stiffeners) guna melindungi pipa, semua profil
pengaku tersebut harus disingkirkan sampai bersih demikian pula benda asing
lainnya dalam pipa.
4. Perletakan Pipa
1) Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah benda asing masuk
kedalam pipa pada saat pipa diletakan pada jalur.
2) Selama berlangsungnya peletakan, tidak boleh ada kotoran, perkakas, kain, ataupun
benda-benda lainnya ditempatkan dalam pipa.
3) Saat satuan panjang pipa dalam galian, setiap ujung pipa harus dipasang
berhadapan dengan pipa yang sebelumnya, pipa dipasang dan ditempatkan pada
jalur dan ketinggian yang benar. Pipa dimantapkan ditempatkan dengan bahan
urugan yang telah disetujui dan dipadatkan dengan ketinggian yang sama kecuali
pada ujung pipa. Tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah tanah
atau kotoran lainnya masuk ke sambungan.
4) Setiap saat bial pemasangan pipa sedang berlangsung, ujung pipa harus
ditutup/disumbat dengan bahan yang memadai dan dengan cara yang disetujui
oleh direksi.
5. Pemotongan Pipa
1) Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau tujuan
lainnya, harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan cara yang rapih
dan baik, tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa maupun lapisan pelindung
dalamnya dan menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang tepat terhadap
sumbu pipa.
2) Pemotongan pipa besi harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang diminta
terhadap sumbu pipa.
3) Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong
tersebut, harus dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama sebagaimana
yang ditentukan dalam spesifikasi.
4) Tidak boleh ada ”fitting” seperti ”Bend”, ”Tee”, dan ”flange dan spigot” dipotong
untuk pekerjaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi tertulis yang
diberikan kepada Penyedia dari direksi.
1. Umum
1) Pengelasan pipa galvanized di lapangan harus disesuaikan dengan persyaratan
yang ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi ini,
mengacu pada standar ataupun pedoman (code) berikut ini.
a. Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures’ Association (WSP)
b. Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
2) Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan dibuat lebih
dalam agar memungkinkan pengelasan sebagaimana diminta.
3) Jumlah pipa yang akan menjadi satu, dengan panjang yang sesuai yang dilakukan
diatas permukaan tanah, serta cara perletakannya ke posisi yang sesuai, harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.
4) Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap sambungan,
dengan cara pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
5) Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan sambungan
dengan las tumpul tunggal (singgle-welded butt joint) atau las-tumpul ganda
(double-welded butt joint) sesuai yang ditentukan.
2) Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi
pekerjaan pengelasan, dan memegang sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan oleh
badan yang berwenang.
5. Pengelasan
1) Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu,
tanah dan karat dengan menyikat dan mengasah (grinding).
2) Bila pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun lapisan
pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm, kemudian
ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan.
3) Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
4) Kualitas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan pengelasan,
harus terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke bagian atas pinggiran pipa.
5) Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia harus memperhatikan keadaan
cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh
dilakukan dalam kondisi cuaca seperti yang telah disebutkan tanpa perlindungan
atau persetujuan dari Direksi.
6) Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang berlebihan,
tumpang tindih dan ketidak rataan.
2.7 Pengujian Tanpa Merusak pada Pipa dengan Sambungan Pengelasan di Lapangan.
1. Umum
1) Bagian ini dipakai untuk Pengujian Tanpa Merusak Sambungan dengan pengelasan
setelah pemasangan pipa. Bagian pipa baja bawah tanah, semua pengelasan di
lapangan harus diuji dengan cara uji cairan penembus dengan pewarna (dye
penetrant test).
2) Pengujian harus dilakukan oleh penyedia bersama-sama dengan Direksi dan
apabila diperlukan maka dapat diikutsertakan orang yang ahli dab bersertifikat.
3) Penyedia harus memberikan keterangan mengenai pemeriksa yang diusulkan
beserta pengalamannya, bersama dengan kualifikasi kepala pengawas yang
disebutkan untuk persetujuan Direksi.
4) Penyedia harus menyediakan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk
pengujian tanpa merusak pada sambungan dengan pengelasan di lapangan.
5) Semua pengujian harus dilakukan dengan dihadiri Direksi atau wakilnya, kecuali
disetujui lain oleh Direksi.
6) Penyedia harus menunjuk kepala pengawas yang mampu, yang bertanggung jawab
dalam mengawasi prosedur pengujian sambungan dengan pengelasan.
7) Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan mengenai hasil pengujian
sambungan dengan pengelasan yang dilakukan dilapangan kepada Direksi.
Laporan harus berisi analisa dari pengujian; yang ditandatangani oleh pengawas
dan diserahkan kepada Direksi.
Maximum
Ketebalan Dinding
Reinforcement
(mm)
(mm)
12,1 atau lebih kecil 3.2
Lebih besar dari 12,7 4.8
3.1 Umum
• Setelah pemasangan jalur pipa, termasuk pipa induk, "valve", bangunan khusus
jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving), perlintasan pipa dan perlengkapan
lainnya, harus dilakukan pengujian pada jalur pipa tersebut sesuai dengan spesifikasi
ini.
• Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa dilakukan dengan
tujuan untuk meyakinkan/menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya
dalam keadaan balk, kuat dan tidak bocor serta biok-blok penahan (thrus block
permanen) sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja pipa.
• Penyedia harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengulian
tekanan air dan pengujian kebocoran. Peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan oleh Penyedia.
• Bagian jaringan pipa yang akan diuji diisi penuh dengan air. Pemborong dapat
menggunakan sumber air yang ada tanpa biaya atau menyediakan sumber air
tersendiri dengan biaya sendiri. Pengisian air ini dilakukan dengan pemompaan
(electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air, harus dicegah terjadinya
gelombang-gelombang tekanan, semua udara di dalam pipa harus dilepas, dan sebuah
manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian pipa yang diuji ini tidak terdapat katup udara maka cara
pengeluaran udara akan ditentukan oleh Tenaga Ahli.
o Air untuk pengujian akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Penyedia.
o Seluruh pekerjaan pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi atau
wakilnya.
1. Batasan Tekanan
Pengujian tekanan harus sebagai berikut :
1) Tidak boleh lebih kecil dari 1,25 kali tekanan kerja pada tekanan tertinggi selama
pengujian
2) Tidak melebihi tekanan yang direncanakan
3) Paling sedikit dilaksanakan selama 2 jam
4) Tidak bervariasi > ± 5 psi (0,35 bar) untuk selama pengujian
5) Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 2 kali tekanan yang diijinkan untuk
katup atau hidran bila batas tekanan pengujian termasuk pada gate valves atau
hidran.
Catatan :
Katup tidak boleh dioperasikan pada saat tekanan menyebar ke semua arah melebihi
tekanan yang diijinkan
6) Tidak boleh melebihi tekanan katup yang diijinkan bila batas tekanan bagian yang
diuji dari bagian uji termasuk pada saat katup tertutup, baik untuk gate valves atau
katup buterfly.
2. Tekanan Udara
Setiap bagian pipa yang dipasang katup harus diisi dengan air perlahan-lahan dan
ditentukan uji tekan, berdasarkan evaluasi dari titik terendah dari jalur pipa atau
bagian yang diuji dan dikoreksi terhadap evaluasi alat ukur pengujian, harus dilakukan
dengan cara menyambungkan pompa ke pipa. Katup-katup tidak boleh dioperasikan
baik dalam keadaan tertutup pada tekanan differensial melebihi tekanan yang
diijinkan. Cara ini berguna untuk menstabilkan uji tekan sebelum uji kebocoran.
3. Pelepasan Udara
Sebelum pelaksanaan uji tekan ditentukan, udara harus dibuang seluruhnya dari katup
dan hidran. Apabila ventilasi udara tidak dipasang pada semua titik tertinggi, Penyedia
harus memasang katup cock pada titik tersebut diatas sehingga udara dapat
dikeluarkan bersamaan pada saat pipa diisi air. Setelah semua udara dikeluarkan, katup
cock harus ditutup dan uji tekan dilaksanakan. Pada akhir uji tekan cock harus dilepas
dan disumbat atau tinggalkan ditempat sesuai dengan permintaan pemilik.
4. Pemeriksaan
Setiap pipa, fitting, hidran dan sambungan-sambungan yang terlihat harus diperiksa
secara cermat selama pengujian. Setiap pipa, fitting, hidran yang rusak atau cacat
ditemukan pada saat uji tekan harus diperbaiki atau diganti dengan bahan yang baik,
dan pengujian akan diulangi sampai memuaskan pemilik.
1. Definisi Kebocoran
Kebocoran harus diartikan sebagai sejumlah air yang harus disuply kedalam pipa yang
baru dipasang atau setiap bagian yang baru dipasang katup, untuk menjaga tekanan
pada 5 psi (0,35 bar) sebagai tekanan uji yang ditentukan sesudah udara pada jalur
pipa sudah dihilangkan dan pipa telah diisi dengan air. Kebocoran tidak boleh diukur
dalam keadaan tekanan turun pada saat pengujian melebihi periode waktu pengujian
yang ditentukan.
BAGIAN IV
MASA PEMELIHARAAN
1. MASA PEMELIHARAAN
a. Masa pemeliharaan untuk setelah pekerjaan selesai 100 % (seratus persen), dan
Penyedia Jasa mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pengguna Anggaran
untuk penyerahan pertama pekerjaan yang akan diperiksa oleh Tim Panitia Penerima
Pekerjaan. Apabila dilapangan terdapat kekurangan dan / cacat hasil pekerjaan,
Penyedia Jasa wajib menyelesaikan/memperbaiki pekerjaan tersebut sesuai dengan
ketentuan kontrak, maka dibuat berita acara penyerahan pertama pekerjaan dan
Penyedia Jasa harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5 % (lima persen) dari
Nilai Kontrak.
b. Masa pemeliharaan berlaku selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dimulai
sejak serah terima pertama pekerjaan.
c. Penyedia Jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga
kondisi tetap berada seperti pada saat Penyerahan Pertama Pekerjaan. Sudah selesai pada
saat prosentase phisik pekerjaan 100 % (seratus persen) dan dilakukan serah terima
pekerjaan selesai.
d. Apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan pekerjaan
sesuai kontrak, maka Pengguna Anggaran berhak mencairkan Jaminan Pemeliharaan
untuk membiayai pemeliharaan pekerjaan dan mencairkan Jaminan Pelaksanaan dan
disetor ke Kas Negara, Penyedia Jasa dikenakan sanksi masuk Daftar Hitam selama 2
(dua) tahun.
e. Setelah penyerahan akhir pekerjaan atau penyerahan kedua pekerjaan Pengguna
Anggaran wajib mengembalikan Jaminan Pemeliharaan dan Jaminan Pelaksanaan.
BAGIAN V
PERLENGKAPAN OPERASIONAL
1. UMUM
1) Perlengkapan yang disyaratkan harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan yang
tertera dalam daftar banyaknya pekerjaan, untuk tiap jenis baik ditunjukkan dalam detail
atau tidak dalam gambar yang satuan pembayarannya sudah meliputi untuk masing-
masing butir pekerjaan yang tercantum dalam kontrak pekerjaan atau seperti ditunjukkan
dalam daftar kuantitas pekerjaan yang dikontrakkan. Ukuran bahan dan warna yang
harus dipakai dan penjelasan secara umum dinyatakan dalam Album Standar
Perencanaan Irigasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Desember
1986 seperti diterangkan dibawah. Detail lain yang sesuai akan ditunjukkan dalam
gambar kontrak. Penyedia Jasa tidak boleh menggunakan bentuk konstruksi atau detail
tanpa pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu.
2) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi satu kesatuan
dengan harga penawaran yang dikontrakkan dan segala resiko yang mungkin akan timbul
akibat dari kegiatan ini akan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
2. BENCH MARK
1) Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Penyedia Jasa harus dibuat dari
beton atau pasangan, dengan ukuran 0.20 x 0.20 x 1.00 m sesuai dengan gambar dari
album Standar Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain dalam gambar.
2) Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian dengan hati-hati diurug
kembali sampai tinggal 0.20 m diatas permukaan tanah. Penempatan patok-patok BM
dilaksanakan Penyedia Jasa sesuai dengan petunjuk Direksi.
3) Tidak ada mata pembayaran dalam pekerjaan ini karena sudah menjadi satu kesatuan
dengan harga penawaran yang dikontrakkan dan segala resiko yang mungkin akan timbul
akibat dari kegiatan ini akan menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
Juni 2021,