Alamat Jl. Bumijo No. 5 Yogyakarta Telepon (0274) 589091 Faksimile (0274) 550320
Website : http://dpupesdm.jogjaprov.go.id Email : dpupesdm@jogjaprov.go.id Kode Pos 55231
SPESIFIKASI TEKNIS
UNTUK PENGADAANPEKERJAAN:
KONSTRUKSI PEMELIHARAAN BERKALA
JARINGAN IRIGASI D.I. BLAWONG
LOKASIPEKERJAAN :
KABUPATENBANTUL
SUMBER DANA :
APBD DIY
1. LATAR BELAKANG
Lokasi Pekerjaan
Program pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan, harus
didukung secara komprehensif dari semua sektor baik dari sisi produksi
maupun pemasaran atau distribusinya. Air merupakan salah satu faktor
yang sangat dibutuhkan dalam proses produksi pertanian tanaman
pangan oleh karena itu investasi dibidang prasarana dan sarana
pengairan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka
mencapai kedaulatan pangan. Penyediaan air irigasi dari hulu sampai
dengan hilir memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang mewadahi,
seperti Bendungan, Bendung, Saluran Primer, Saluran Sekunder dan
seterusnya.
Daerah Irigasi yang saat ini sudah beririgasi teknis maupun semi teknis
belum dapat berfungsi optimal. Hal tersebut disebabkan kondisi
jaringan irigasi yang mengalami kerusakkan karena usia dan ada yang
belum terbangun. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 14/PRT/M/2015 tentang kriteria dan penetapan status
daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota, maka pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai kewajiban pengelolaan dan mempunyai kewenangan
terhadap 41 Daerah Irigasi diantaranya D.I. Blawong.
2. KONDISI CUACA
Wilayah Kabupaten Bantul termasuk beriklim tropis basah dengan
musim hujan antara bulan Nopember – April dan musim kemarau
antara bulan Mei – Oktober.Rata-rata curah hujan tertinggi 135 mm.
Kecepatan angin maksimum 20 m/s, sementara rata-rata kelembaban
nisbi udara tertinggi 95 % dan terendah 70 %. Teperatur udara
tertinggi 29,4 0C dan terendah 24,0 0C.
3. LINGKUP PEKERJAAN DALAM KONTRAK
3.3. Gambar-gambar
3.3.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap
a. Gambar Kontrak / Gambar Tender
Semua gambar-gambar yang diterima oleh Penyedia Jasa
pada awalpekerjaan adalah gambar kontrak dan gambar
tersebut harus telah ditandatanganioleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
b. Gambar-gambar Pelaksanaan/Gambar Kerja (Construction
Drawing)
Penyedia Jasa wajib menggunakan gambar-gambar kontrak
sebagai dasaruntuk mempersiapkan gambar-gambar
pelaksanaan. Gambar-gambar inidibuat lebih detail untuk
pekerjaan tetap.Dan untuk pekerjaan khusus seperti
pekerjaan beton dapat memperlihatkanpenampang
melintang dan memanjang beton. Pengaturan
batangpembesian termasuk rencana pembengkokan,
pemotongan dan daftar besibeton. Tipe bahan yang
digunakan, mutu, tempat dan ukuran yang tepat.Gambar
pelaksanaan ini harus dimintakan persetujuan Pejabat
PembuatKomitmen sebelum dilaksanakan.
a. Umum
Semua gambar untuk pekerjaan sementara yang disiapkan
oleh PenyediaJasa harus terinci dan disetujui Pejabat
Pembuat Komitmen sebelumtanggal program pelaksanaan
atau dalam waktu yang telah ditentukandalam
kontrak.Gambar-gambar harus menunjukkan detail dari
pekerjaan sementaraseperti kisdam, tanggul sementara,
pengalihan aliran dan sebagainya.Gambar perencanaan yang
disusulkan Penyedia Jasa yang dipakai dalampelaksanaan
konstruksi harus diserahkan kepada Pejabat
PembuatKomitmen sebanyak 5 (lima) rangkap.
b. Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang
ditinggalkan
Penyedia Jasa hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara
yangberkaitan dengan pekerjaan tetap. Secara lebih
mendetail dan diserahkankepada Pejabat Pembuat Komitmen
untuk mendapat persetujuan, tujuh harisebelum tanggal
dimulainya pelaksanaan.
3.3.3. Gambar-gambar yang sebenarnya terbangun/terpasang (as-built
drawing).
Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyiapkan dan
menyimpan satu setgambar yang dilaksanakan paling akhir
untuk
tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar yangmemperlihatkan
perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak,
sejauhgambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar
kemudian dicap “sudahdilaksanakan”.
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di
lapangan olehDireksi, apabila ditemukan hal-hal yang tidak
memuaskan dan tidakdilaksanakan, diperbaiki kembali selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja.Pada saat serah terima pekerjaan,
Penyedia Jasa harusmenyerahkan gambar pelaksanaan yang
telah disetujui oleh Pejabat PembuatKomitmen dalam 5 set
cetakan yang dijilid ukuran A3 berikut 2 file CAD ukuranA1.
3.4. Standar Bahan
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dariStandar Normalisasi Indonesia (SNI).
Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada Standar Indonesia, maka
dapat dipakaistandar lain yang disetujui oleh Direksi dan sesuai dengan
spesifikasi ini.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang sepenuhnya diperinci di sini
atau tidak dicakupoleh Standar Nasional haruslah bahan dan mutu
pekerjaan kelas utama.
Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian bahan
yangdipesan atau diantarkan untuk penggunaan dalam pekerjaan,
sesuai untuk pekerjaantersebut dan keputusan Direksi dalam hal ini
pasti dan menentukan.
3.5. Program Pelaksanaan dan Laporan
3.5.1. Program Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus melaksanakan program pelaksanaan sesuai
dengan syarat - syaratkontrak dengan menggunakan CPM
network. Program tersebut harusdibuat dalam dua bentuk yaitu
bar-chart dan daftar yang memperlihatkan setiapkegiatan :
a. Mulai tanggal paling awal;
b. Mulai tanggal paling akhir;
c. Waktu yang diperlukan;
d. Waktu float;
e. Sumber tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan.
Aktivitas yang terlihat pada program harus sudah termasuk
pelaksanaansementara dan tetap kelonggaran waktu yang
diperlukan untuk persiapan danpersetujuan gambar-gambar
pengiriman peralatan dan bahan ke lapangan danjuga
kelonggaran dengan adanya hari liburan umum atau keagamaan.
3.5.2. Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal 3 (tiga) setiap bulan atau pada suatu waktu
yangditentukan Direksi, Penyedia Jasa harus menyerahkan 5
(lima)salinan laporan kemajuan bulanan dalam bentuk yang bisa
diterima, yangmenggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan
selama bulan terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut
:
a. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan
yang dicapai padabulan laporan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan pada bulanberikutnya.
b. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan
maupunprosentase rencana yang diprogramkan harus
sesuai dengan kemajuanyang dicapai pada bulan laporan.
c. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut
dengan ramalantanggal permulaan dan penyeselaian.
d. Daftar tenaga buruh setempat.
e. Daftar perlengkapan kontruksi peralatan dan bahan di
lapangan yangdigunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
termasuk yang sudah datang dandipindahkan dari
lapangan.
f. Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian
pekerjaan tetap harusdiuraikan sebagai berikut :
i. Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan beton.
ii. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan
timbunan.
iii. Jumlah volume dari bahan perkerasan jalan yang
digunakan.
iv. Jumlah volume dari pekerjaan pasangan batu yang
diselesaikan.
v. Jumlah banyaknya bangunan dan lain-lain.
g. Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan
selama masalaporan.
h. Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan
dibutuhkanpembayaran yang diperlukan pada bulan
berikutnya.
i. Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan
masalah yangtimbul atau berhubungan dengan
pelaksanaan selama bulan laporan.
3.5.3. Rencana Kerja Harian, Mingguan
Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 (dua) rangkap Rencana
KerjaMingguan yang disetujui oleh Direksi setiap akhirminggu
dan untuk minggu-minggu berikutnya. Rencana tersebut harus
sudah termasuk pekerjaan tanah, pekerjaankonstruksi lainnya
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,pengadaan
tanah, pengangkutan bahan dan peralatan serta lain-lainyang
diminta Direksi.Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 (dua)
rangkap rencana kerjaharian secara tertulis untuk semua
kemajuan yang sudah disetujuioleh Direksi setiap hari maupun
untuk hari-hariberikutnya. Rencana kerja harus mencakup
pekerjaan tanah,pekerjaan beton dan kegiatan lain yang
berhubungan denganpelaksanaan. Penyedia Jasa harus
menyediakan Rencana KerjaBulanan dengan sistem bar-chart
pada akhir bulan dan untuk bulan-bulanberikutnya. Rencana
Kerja ini harus memperlihatkan tenggangwaktu dari mulai
sampai akhir kegiatan utama dengan volumepekerjaannya.
Rencana kerja ini harus diserahkan kepada Direksi pada hari
ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan perubahan.
3.5.4. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan
Rapat koordinasi antara Direksi dan Penyedia Jasa diadakan
seminggusekali pada tempat dan waktu yang telah disetujui.
Maksud daripada rapat inimembicarakan kemajuan pekerjaan
yang sedang dilakukan, pekerjaan yangdiusulkan untuk
seminggu selanjutnya dan membahas permasalahan yangtimbul
agar dapat segera diselesaikan. Sedangkan rapat bulanan
diadakansebulan sekali dipimpin oleh Pejabat Pembuat
Komitmen dihadiri oleh PPHP, P3K, Penyedia Jasa danDireksi.
3.5.5. Bahan dan Perlengkapan yang harus disediakan oleh Penyedia
Jasa
1. Umum
Bila Penyedia Jasa dalam mengusulkan penyediaan bahan dan
perlengkapantidak sesuai dengan standar, Penyedia Jasa
harus segera memberitahukan kepadaDireksi.
2. Perlengkapan Konstruksi
Penyedia Jasa harus segera menyediakan semua
perlengkapan konstruksi yangdiperlukan dalam pelaksanaan
dalam jumlah yang cukup. Apabila Direksi memandang belum
sesuai dengan Kontrak, maka Penyedia Jasa harussegera
memenuhi kekurangannya dalam penyediaan semua
perlengkapan danperalatan, lengkap dengan spare parts yang
cukup dan memeliharanya agarpekerjaan dapat dikerjakan
dengan sempurna.
3. Bahan Pengganti
Penyedia Jasa harus mendatangkan bahan yang ditentukan,
bila bahan tersebuttidak tersedia di pasaran maka dapat
digunakan bahan pengganti denganmendapat ijin tertulis dari
Pejabat Pembuat Komitmen. Harga satuan dalamvolume
pekerjaan tidak akan disesuaikan dengan adanya
pertambahan hargaantara bahan yang ditentukan dengan
bahan pengganti dan kualitas bahanpengganti sama dengan
bahan yang diganti.
4. Pemeriksaan Bahan dan Perlengkapan
Perlengkapan dan bahan yang disediakan oleh Penyedia Jasa
akan dilakukanpemeriksaan sesuai dengan ketentuan dalam
Kontrak pada salah satu atau lebihtempat yang ditentukan
Direksi :
a. Tempat produksi dan pembuatan
b. Tempat penyimpanan
c. Lapangan
Penyedia Jasa supaya menyerahkan penjelasan yang
menyangkut perlengkapandan bahan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai yang dimintanya untuktujuan pemeriksaan,
tetapi bagaimanapun juga tidak meringankan Penyedia
Jasadari tanggung jawabnya untuk menyediakan
perlengkapan dan bahan sesuaidengan spesifikasi.
3.6. Survey dan Pengukuran Pekerjaan
3.6.1. Bench Marks ( Titik ikat )
Tanda dasar untuk Proyek merupakan Bench Mark yang terletak
berdekatandengan Saluran Induk seperti terlihat pada Gambar.
Ketinggian dari Bench Markini adalah didasarkan pada titik tetap
utama.Bench Mark yang lain dan titik referensi yang terletak
pada Gambar diberikankepada Penyedia Jasa sebagai referensi.
Sebelum menggunakan suatu BenchMark dan titik referensi
kecuali Bench Mark dasar untuk setting out pekerjaan.Penyedia
Jasa harus melakukan pengukuran/pemeriksaan atas
ketelitiannya.Pejabat Pembuat Komitmen tidak akan
bertanggung jawab atas ketelitian BenchMark yang lain begitu
juga dengan titik referensinya.Penyedia Jasa perlu mendirikan
Bench Mark tambahan sementara untukkemudahannya, tetapi
setiap Bench Mark sementara yang didirikan, rencana
dantempatnya harus disetujui oleh Direksi dan akan
merupakanketelitian yang berhubungan dengan Bench Mark
yang didirikan oleh Direksi atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh
Pejabat Pembuat Komitmen.
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan
atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini
untuk pekerjaan galian.
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui
untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau
struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian
dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
2.1. Umum
Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan
yang berkaitan sebagai berikut:
Pembersihan
Galian termasuk pembentukan dan saluran
Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan
Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari
galian
Penimbunan
Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus
diusulkan kepada Direksi dan mendapatkan persetujuan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak surat perintah mulai
kerja.
Penyedia akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari
beberapa tempat dan akan membuang material galian seperti
yang telah ditentukan dalam gambar atau seperti yang diarahkan
oleh Direksi.
2.2. Ketelitian dalam pekerjaan tanah
Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai
diterangkan dibawah ini, apabila luas rata-rata penampang basah
saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera pada gambar
atau yang diperintahkan oleh Direksi.
Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m
vertikal
Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m
vertikal
Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal
Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan
dengan teliti dan tidak boleh dipengaruhi oleh toleransi tersebut
diatas.
Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi dan halus.
2.3. Pekerjaan Survey dan Pengukuran
Yang termasuk Pekerjaan Survey dan Pengukuran adalah
pemasangan Bench Mark dan pelaksanaan pengukuran itu
sendiri.
Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak Penyedia
diminta untuk mengajukan request kepada Direksi untuk
pekerjaan pengukuran ini. Penarikan / penentuan titik-titik elevasi
dilakukan dari patok elevasi yang telah disetujui / ditentukan oleh
Direksi. Jika tidak ada patok elevasi yang dapat dipakai, biasa
digunakan elevasi lokal yang dipindahkan ke Patok Bantu Elevasi
(PBE) dari ukuran 4/6, dengan persetujuan Direksi.
Semua alat ukur topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan
disetujui oleh Direksi.
Pada saat pelaksanaan pengukuran alat ukur harus dilindungi dari
terik matahari/hujan.
Semua pemasangan Patok Bantu Elevasi (PBE) harus diikatkan
pada titik atau diletakkan pada bangunan yang sifatnya
tetap/tidak berubah.
Identifikasi PBE harus dilakukan agar fungsi patok tersebut dalam
pekerjaan pengukuran mudah digunakan. Pekerjaan ini
diantaranya meliputi : pemberian nomor, pengecatan dan
pemberian catatan lain yang perlu, sehubungan dengan jenis
pekerjaan pengukuran yang dilakukan.
Tiap patok bench mark (BM) tambahan yang dipasang Penyedia
harus dibuat dari beton bertulang klas K-175, dengan ukuran 0.20
x 0.20 x 1.00 m sesuai dengan gambar dari album Standar
Perencanaan Irigasi, atau menurut petunjuk lain dalam gambar.
Tiap BM harus dilengkapi dengan paku kuningan tanda elevasi
dan plat nama dari marmer ukuran 0.12 x 0.12 m pada satu sisi.
Patok-patok BM harus dipasang vertikal dalam galian, kemudian
dengan hati-hati diurug kembali sampai tinggal 0.20 m diatas
permukaan tanah. Penempatan patok-patok BM dilaksanakan
Penyedia sesuai dengan petunjuk Direksi.
KEMIRINGAN GALIAN
MATERIAL KEMIRINGAN DISKRIPSI
(V:H)
Batu 1:0.5 Untuk kemiringan
permanen
Batu Lapuk 1:0.8 Untuk kemiringan
permanen
Tanah 1:1.0 Untuk kemiringan
permanen
Galian Deposit 1:1.0 Untuk kemiringan
Sungai permanen
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Pekerjaaan Persiapan
Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat diketahui
volume dan lokasi galian, serta volume dan lokasi timbunan.
a. Penetapan Disposal area :
a) Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah
tempat pembuangan hasil galian yang tidak dapat dipakai
sebagai material timbunan
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan
daerah-daerah pembuangan yang menguntungkan ditinjau
dari segi biaya dan waktu. Dalam banyak hal daerah yang
terdekat biasanya menjadi pilihan yang baik.
c) Ukur jarak tempat pembuangan ( Disposal Area) dari
tempat galian. Untuk dapat menghitung jumlah dump truck
yang diperlukan (ingat cara menghitung kebutuhan Dump
Truck didasarkan atas volume lepas) dan menghitung biaya
angkutan.
b. Penetapan Quarry Tanah Timbunan
a) Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal untuk
mencari daerah-daerah yang tanahnya dapat diambil dan
memenuhi syarat untuk material timbunan.
b) Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan
daerah yang menguntungkan dengan pertimbangan biaya,
waktu dan mutu tanahnya. Usahakan letaknya searah
dengan disposal area (atau sebaliknya) sehingga dump
truck yang balik dalam keadaan kosong dapat
dimanfaatkan
c) Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat volume
kering maksimumnya di laboratorium, untuk dipergunakan
sebagai standar pengukuran kepadatan dalam
pelaksanaan. Karena standar hanya berlaku untuk jenis
tanah yang sama, maka harus diberi tanda supaya tidak
tertukar dengan yang lain.
d) Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif,
maka jalan kerja jalan kerja menuju quarry dan disposal
area, perlu dapat perhatian yang serius serta dilengkapi
dengan drainase lingkungan.
3.2. Pembersihan Medan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan
lokasi pekerjaan dari semua tumbuhan harus dikerjakan oleh
Penyedia setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak
belukar dan pembabatan rumput liar yang tumbuh sepanjang dasar
saluran, talud luar dan dalam, serta di atas tanggul saluran,
sehingga profil saluran terlihat rapih kembali seperti sebelumnya.
Sampah yang berasal dari pembersihan harus diatur dan disebar
disekitar lokasi yang dijamin tidak akan mengganggu kegiatan
pertanian. Pengaturan dari semua sampah tersebut harus sesuai
petunjuk Direksi. Kemudian Penyedia harus membongkar akar-
akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah dan dipadatkan
kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan
hasil pembersihan lapangan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus
dibersihkan / tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya,
maka Penyedia harus melindunginya dari kerusakan.
Semua bahan yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan
apabila keadaan mengijinkan harus dibakar sampai habis.
Penumpukan untuk pembakaran harus dikerjakan dengan cara dan
pada tempat-tempat tertentu agar tidak menimbulkan resiko
terhadap bahaya kebakaran. Semua pembakaran harus
sesempurna mungkin sehingga bahan yang dibakar akan menjadi
abu. Penyedia setiap saat harus mengambil langkah-langkah
pencegahan secara khusus untuk mencegah penyebaran api dan
harus mempunyai peralatan sesuai untuk digunakan dalam
pencegahan dan pemadaman.
Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan
semak belukar, dimana lokasi tersebut akan dipakai untuk
bangunan-bangunan permanen, jalan masuk, tanggul-tanggul dan
saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan untuk
menunjang pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran.
Luas areal yang akan dibayar untuk pekerjaan ini adalah dihitung
berdasarkan luasan seperti dalam tabel berikut:
Luas Area
No Diameter Batang (Cm)
(konversi) m2
1 10-15 4
2 15-20 9
3 20-25 16
4 >25 25
Kode Satuan
NO Uraian
AHSP Pengukuran
29 T.09.a.4 Galian tanah cadas atau tanah keras sedalam Meter kubik
≤ 1 m (cara semi mekanis)
30 T.09.b.1 Galian tanah cadas atau tanah keras sedalam Meter kubik
> 1 m s.d. 2 m (cara semi mekanis)
31 T.09.b.2 Galian tanah cadas atau tanah keras sedalam Meter kubik
> 2 m s.d. 3 m (cara semi mekanis)
32 T.09.b.3 Galian lumpur sedalam ≤ 1 m (Cara Manual) Meter kubik
Galian lumpur sedalam > 1 m s.d. 2 m (Cara
33 T.10.a.1 Manual) Meter kubik
34 T.10.a.2 Galian lumpur sedalam > 2 m s.d. 3 m (Cara Meter kubik
Manual)
35 T.10.a.3 Galian lumpur > 3 m untuk setiap Meter kubik
penambahan kedalaman 1 m (Cara Manual)
36 T.10.a.4 Galian lumpur sedalam ≤ 1 m (cara semi Meter kubik
mekanis)
37 T.10.b.1 Galian lumpur sedalam > 1 m s.d. 2 m (cara Meter kubik
semi mekanis)
38 T.10.b.2 Galian lumpur sedalam > 2 m s.d. 3 m (cara Meter kubik
semi mekanis)
39 T.10.b.3 Galian lumpur > 3 m untuk setiap Meter kubik
penambahan kedalaman 1 m (cara semi
40 T.10.b.4 mekanis) Meter kubik
Galian pasir sedalam ≤ 1 m1 (cara Manual)
Timbunan tanah atau urug tanah kembali
41 T.11.a.1 Pemadatan Tanah Meter kubik
42 T.14.a. Timbunan pasir sebagai bahan pengisi Meter kubik
43 T.14.b. Pemadatan pasir sebagai bahan pengisi Meter kubik
44 T.14.c. Menggali dengan Excavator dan material atau Meter kubik
45 T.14.d. hasil galian dibuang di lokasi pekerjaan Meter kubik
46 TM.02.a. DT angkut material atau hasil galian sejauh 3 Meter kubik
km
47 TM.02.b.1 Tanah dihamparkan, diratakan dan dirapikan Meter kubik
(dengan Bulldozer)
48 TM.02.c Meter kubik
III. BAB III. PEKERJAAN PASANGAN
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi
bronjong, pasangan batu, pasangan batu kosong, plesteran siaran dan
acianserta pekerjaan adukan semen.
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke
dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada
landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam
pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
2.1. Toleransi
1) Pasangan Batu, Pasangan Batu dengan Mortar, dan Adukan
Semen.
a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan
batu dengan mortar tidak boleh melebihi 1 cm dari profil
permukaan rata-rata pasangan batu dengan mortar di
sekitarnya.
b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan
rata-rata selokan dan saluran air yang dibentuk dari
pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda lebih dari
2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan
atau disetujui, juga tidak bergeser lebih dari 5 cm dari profil
penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan
mortar 10 cm.
d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban
seperti lubang penangkap dan lantai golak tidak boleh
bergeser lebih dari 2 cm dari profil yang ditentukan atau
disetujui.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Ukuran batu, 85% minimal ukurannya sama.
b) Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari
40%.
c) Lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5%, sedangkan
terhadap panjangnya ±3%.
d) Kelebihan / tambahan pada tepi pasangan batu kosong yang
horizontal dibuat selebar 30 cm dari batu-batu yang terpilih.
2.2. Persyaratan Bahan
1) Pasangan Batu
a) Batu belah Hitam
i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau
retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah.
ii. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat,
batu kali yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh
tidak keropos, tidak berpori.
iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan
dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama.
iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari
lapisan tanah yang menyelimuti agar permukaan batu
bersih.
v. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari
2,5 t/m3 dengan ukuran batu berkisar antara diameter
15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya boleh
digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dan
digunakan bersama-sama dengan batu belah.
vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang
dari satu setengah kali lebarnya.
b) Batu Belah Putih
i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau
retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila
perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah.
ii. Batu yang digunakan adalah batu belah Putih yang
dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos,
tidak berpori.
iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan
dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang
bersama-sama.
iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari
lapisan tanah yang menyelimuti agar permukaan batu
bersih.
v. Berat jenis batu belah putih yang digunakan tidak boleh
kurang dari 1,9 t/m3 dengan ukuran batu berkisar
antara diameter 15-30 cm. Sesuai persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, batu harus memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang
dari satu setengah kali lebarnya.
c) Pasir
i. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam
yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
d) Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah
organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak
terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam
dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan
batu.
e) Adukan
Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan
dari Bagian Adukan Semen dari Spesifikasi ini.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a) Kawat Bronjong yang digunakan adalah sesuai dengan
spesifikasi SNI 03-0090-1999 tentang bronjong kawat
dengan Karakteristik sebagai berikut :
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar
dapat menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi
pengawas dan menjamin tercapainya mutu adukan yang
baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
konstruksi yang akan dibangun. Pasir dan semen disiapkan
terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari tanah sekitarnya ).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang
memudahkan bagi petugas pengaduk dan pengangkutan
adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak
takaran disiapkan secukupnya dilokasi timbunan pasir dan
semen. Gerobak pengangkutan adukan dan ember disiapkan
dekat kotak adukan kearah konstruksi yang akan dibangun.
2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan
sesuai dengan syarat untuk Bagian Galian Spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar,
dasar pondasi untuk struktur dinding penahan harus tegak
lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus terhadap muka
dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus
mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung
penyaring harus disediakan jika disyaratkan sesuai dengan
ketentuan.
d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, suatu pondasi beton
mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.
3) Pelaksanaan Pemasangan Batu
a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan
batu, pasir dan air dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan
alat bantu seperti kotak penampung adukan, penampung
air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh
pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar
design bangunan. Dalam kotak dan hamparkan serta
ratakan pasir setebal 5 - 10 cm sebagai lantai kerja.
c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh
juru ukur) dan minta persetujuan Direksi bila telah selesai
gambar pelaksanaan (Shop drawing).
d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau
tanah yang melekat serta basahi dengan air agar ikatan
dengan adukan menjadi kuat.
e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan
menghamparkan adukan setebal 3 - 5 cm, kemudian
menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 – 3 cm
(tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut
agar terikat kuat dengan adukan.
f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai
penuh/mampat dengan menggunakan sendok adukan.
g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak
(pada dinding penahan, sayap bendung dan sebagainya).
Suling dari pipa paralon yang dibungkus ijuk diujung pipa
bagian dalam dipasang bersamaan dengan pasangan batu.
h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah
horizontal dengan jarak tertentu sesuai gambar kontrak.
Baris pipa suling berikutnya (diatasnya) dipasang berselang-
seling arah vertikal.
i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik
agar pasangan yang masih baru tersebut tidak rusak karena
air hujan.
4) Pelaksanaan Kotak Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi
sampai merata dan dalam waktu yang cukup untuk
memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus
dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan
dipasang.
b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4
bagian pasir (1 Pc : 4 Ps)
c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk,
disusul 1 takar semen dan 2 takar pasir berikutnya.
d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai
rata (homogen) .
e) Tuangkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk terus sampai
diperoleh adukan homogen. Adukan sudah baik apabila
sudah terlihat lengket dan tidak terurai saat dituang serta
tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat dituang tidak
terlalu kering, sehingga mudah digunakan.
f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan
pelaksanaan pasangan batu. Tidak terlambat dan tidak
boleh di buat terlalu banyak, adukan harus sudah dipasang
paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm
sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk
menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang
terisi penuh.
h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada
suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang
pada adukan baru yang belum mengeras.
i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan
mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus
dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut
dipasang lagi dengan adukan yang baru.
b) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar
design/kontrak harus di plester. Plesteran dibuat dari
campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar
kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 1 - 2 cm dari permukaan batu atau
sesuai yang ditunjukan didalam gambar, Sebelum plesteran
dipasang diantara batu-batu harus dikorek sampai
kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan batu. Kemudian
permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air agar
terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
c) Pelaksanaan Siaran
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai
kontrak atau petunjuk Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian
pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam
gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–
batu halus dikorek sampai kedalaman 1-2 cm dibawah
permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan 2-
3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan
dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat
antara pasangan siaran.
d) PekerjaanAcian
a) Acian dapat dilaksanakan setelah permukaan plesteran
sudah kering (cukup umur).
b) Permukaan plesteran sebelum diaci telebih dahulu disiram
air. Untuk memperoleh hasil acian yang halus, setelah
plesteran diberi lapisan acian semen, permukaan acian
sebelum mengering digosok dengan menggunakan kertas
gosok.
c) Dalam pelaksanaan pekerjaan acian tidak diperbolehkan
menyiram air semen diatas plesteran yang diratakan
menggunakan kuas.
e) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian,
termasuk kunci pada tumit yang diperlukan untuk pasangan
batu kosong dan bronjong. Landasan harus dipasang sesuai
dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan harus
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK sebelum
penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk
memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan
menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum
pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan
antara keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu
sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua
lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi
enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm
kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikatan
terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh
kepadatan maksimum dan rongga seminimal mungkin.
Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya,
dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan (settlement).
Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus
mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada
anyaman.
c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan
dengan batang penarik atau ulir penarik pada permukaan
atasnya dan diikat.
d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya,
sambungan vertikal harus dibuat berselang seling.
3) Penempatan Pasangan Batu Kosong
a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat
dan pada garis dan arah yang tercantum dalam gambar atau
sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang
baik dan dipadatkan lapis per lapis setebal 15 cm. Bila
pondasinya telah disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, maka lapisan dasar berupa lapisan saringan
pasir setebal 7,5 cm dan lapis saringan kerikil diatasnya
setebal 12,5 cm atau seperti tercantum dalam gambar,
harus dibuat.
c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi
Teknik. Lapisan dasar harus diletakkan dengan tebal yang
sama dan cukup rata, meskipun demikian menjadi pondasi
yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu pecah.
d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan
batu kosong harus diletakkan pada lapisan dasar dengan
cara sedemikian rupa sehingga pasangan batu kosong yang
selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak akan longsor.
e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus
dihindari. Harus diusahakan agar semua batu belah dapat
dijamin dan dipasang dengan baik pada bidang yang datar.
Batu belah harus diletakkan demikian rupa sehingga tidak
menonjol diatas garis yang dicantumkan dalam gambar atau
menurut petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Semua
celah dalam pasangan batu kosong harus diisi (dikunci)
dengan batu pecah yang baik. Banyaknya batu pecah yang
dipakai tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk
mengisi rongga diantara batu belah.
f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan
dasar sesuai dengan persyaratan atau menurut petunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan
batu kosong dengan kemiringan yang layak sehingga dapat
memperkuat lapisan atas pasangan batu kosong. Lapisan
penutup harus terdiri dari batu pelat pilihan yang lebar
diletakkan pada jalur dan arah yang sesuai dengan gambar
atau menurut petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan
a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi
sampai jenuh sebelum ditempatkan. Beton harus diletakkan
di atas batu yang telah dipasang sebelumnya selanjutnya
batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus
ditanamkan secara kokoh pada lereng dan dipadatkan
sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan
sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong yang
diperlukan.
b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji
atau batu-batu kecil, sedemikian hingga sisa dari rongga-
rongga tersebut harus diisi dengan beton sampai padat dan
rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari
permukaan batu-batu tersebut.
c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi
selama tidak kurang dari 3 hari setelah selesai dikerjakan
f) Pasangan Batu dengan Mortar
1) Metode Pekerjaan
a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar
yang dilaksanakan setiap satuan waktu harus dibatasi sesuai
dengan tingkat kecepatan pemasangan yang menjamin agar
seluruh pekerjaan pasangan batu hanya dipasang dengan
adukan yang baru.
b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng
sebagai pelapisan selokan, maka pembentukan penampang
selokan pada tahap awal harus dibuat seolah-olah seperti
tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan
tahap akhir hingga batas-batas yang ditentukan harus
dilaksanakan sesaat sebelum pemasangan pasangan batu
dengan mortar.
2) Penyiapan Formasi atau Pondasi
a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar
harus disiapkan sesuai dengan ketentuan.
b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari
pasangan batu dengan mortar atau untuk struktur harus
disiapkan sesuai dengan ketentuan Bagian Galian.
c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket)
harus disediakan jika disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.
3) Penyiapan Batu
a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.
b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh
permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk
proses penyerapan air sampai jenuh.
4) Pemasangan Lapisan Batu
a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3
cm harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan.
Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit
sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam
pada adukan sebelum mengeras.
b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan
semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan
dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang
diperlukan di mana tebal ini akan diukur tegak lurus
terhadap lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu
dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus
dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan
lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas,
dan permukaan harus segera diselesaikan setelah
pengerasan awal dari adukan dengan cara menyapunya
dengan sapu yang kaku.
d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat
seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton dalam
Pengerjaan Akhir dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.
e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus
dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar
muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dengan
mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu
dengan mortar.
f) Pemasangan batu harus dilaksanakan dengan cara
pemasangan adukan mortar kemudian diikuti dengan batu
sedemikian sehingga semua batu akan terlapisi dengan
adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan
batu tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu
terlebih dahulu batu kemudian dituangkan adukan mortar ke
atasnya.
5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan
Struktur
a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam
galian parit di mana terdapat kestabilan akibat daya lekat
tanah atau akibat disediakannya cetakan, harus
dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan
adukan setebal 60 % dari ukuran maksimum batu yang
digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di
atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan
harus segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi
sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya
harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian puncak
sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling
mengunci dengan kuat, dan jika digunakan adukan yang
liat, pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur
dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang
diuraikan untuk Pasangan Batu dalam Bagian Pasangan Batu
dari Spesifikasi ini.
c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk
struktur yang terekspos harus diselesaikan dan dirawat
seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai
dirawat harus ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian
Timbunan.
g) Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak
yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang
disetujui, sampai campuran menunjukkan warna yang
merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran
dilanjutkan lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan
konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh
melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang
diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika diperlukan,
adukan semen boleh diaduk kembali dengan air dalam
waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah
air ditambahkan harus dibuang.
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus
dibersihkan dari minyak atau lempung atau bahan
terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai merata
sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang
pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan
adukan semen.
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen
harus ditempatkan pada permukaan yang bersih dan lembab
dengan jumlah yang cukup sehingga menghasilkan tebal
adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi
permukaan yang halus dan rata.
h) Bongkaran Pasangan Batu
1) Pasangan batu yang akan dibongkar terlebih dulu diukur bagian
mana yang akan dibongkar. Setelah diukur dan mendapat
persetujuan dari Direksi pekerjaan dapat dimulai.
2) Peralatan dan perlengkapan disediakan di lokasi pekerjaan. Alat
yang dipakai adalah bodem, pahatbeton dan linggis.
3) Atas petunjuk Direksi, pelaksana mengarahkan prosedur
pekerjaan bongkaran kepada mandor dan diteruskan kepada
pekerja.
4) Pekerja melaksanakan pekerjaan bongkaran dengan instruksi
mandor diawasi oleh pelaksana dan Direksi.
5) Pembongkaran pasangan dimulai dari bagian atas terlebih
dahulu kemudian dilajutkan ke bawah pasangan.
6) Pasangan dibongkar dengan hati-hati menggunakan palu/
bodem, spesi yang melekat pada batu bongkaran dibersihkan
dengan cetok, apabila dengan cetok tidak kuat maka dibersihkan
dengan dipukul menggunakan palu kecil.
7) Setelah pekerjaan bongkaran pasangan batu kali selesai, pekerja
harus membersihkan lokasi dari spesi hasil bongkaran.
8) Pelaksana berkoordinasi dengan Direksi dalam proses
pengerjaan.
9) Pelaksana selalu mengawasi pekerjaan yang sedang
berlangsung, sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan cepat
dan efisien.
10) Setelah pekerjaan bongkaran pasangan batu kali selesai,
Penyedia Jasa memberitahukan kepada Direksi pekerjaan untuk
diadakan pengukuran pekerjaan galian apakah sesuai dengan
rencana kerja, spesifikasi dan RAB.
i) Pekerjaan Gebalan Rumput
1) Material
Untuk melindungi lereng-lereng supaya tidak mudah rusak
karena hujan, Penyedia harus memasang gebalan rumput
seperti yang ditunjukkan di dalam gambar atau seperti yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
2) Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari persiapan, pemotongan, pengangkutan,
dan penghamparan humus. Kemudian gebalan rumput empat
persegi ( + 20x20 cm) dipasang pada lereng dan dipaku dengan
bambu yang di belah kecil-kecil. Lereng agar dipelihara supaya
rumput tumbuh secara normal dan seragam.
Semua areal yang akan ditutup gebalan rumput harus diratakan
dengan baik hingga menjadi permukaan yang seragam dan
dibuat lunak sampai kedalaman 3 cm di bawah permukaan.
Gebalan rumput harus ditempatkan secara bersilangan. Setelah
gebalan-gebalan rumput itu ditempatkan harus dipadatkan
untuk menghindari tumbuhnya rongga-rongga yang dapat
mengakibatkan lepasnya gebalan rumput, kemudian gebalan
rumput dipaku dengan bambu yang dibelah kecil-kecil. Celah-
celah diantara gebalan-gebalan harus diisi dengan humus
dengan kualitas yang baik.
Penyedia harus bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan
pembersihan daerah-daerah yang telah diberi gebalan-gebalan
rumput sampai rumput itu mencapai pertumbuhan yang normal
dan seragam.
Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam gambar, lereng dari
saluran, dan saluran gendong harus digebal dengan rumput.
Sebelum gebalan rumput dipasang, permukaan harus diratakan
dan digemburkan bila perlu dan dilapisi dengan humus 2 cm.
Permukaan gebalan rumput harus rata dengan permukaan
lereng saluran.
Setelah gebalan rumput dipasang harus disiram dengan air
secukupnya sampai gebalan itu tumbuh dengan baik, sedang
gebalan rumput yang tidak tumbuh harus dibuang dan diganti.
Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :
Selebar 0.30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.
Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.20 m
dibawah muka air rencana untuk saluran tanah dan
sampai tepi atas pasangan untuk saluran pasangan.
Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.
Persyaratan gebalan rumput.
Rumput gebalan tebal 4 cm dan bersama akar-akarnya
Bukan berasal dari tanah yang susut besar
Ukuran-ukuran 25 cm x 25 cm
Cerucuk untuk Gebalan
Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang
gebalan rumput. Ukuran dari cerucuk tadi paling tidak
panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang 2
buah cerucuk untuk setiap gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4
cm
3) RumputAkar Wangi
a) Tanamanakarwangiyang ditanam adalah yang baik. Cara
pengambilan bibit, tanaman tersebut digali akarnya dan
dipotong sekitar 20 cm dari pangkal atas dan bagilah
rumpun akar itu menjadi beberapa bagian atau diambil 5
ikat perbundel dan harus dijaga jangan sampai mati, tapi
dianjurkan untuk menanam dalam ukuran kecil. Langkah
berikutnya dilakukan didaerah irigasi untuk mempercepat
pertumbuhan. Dalam waktu 6 (enam) bulan bisa
menghasilkan seluas 100 ha.
b) Penanaman dilakukan dengan jarak 40 cm, tanaman ini
tidak dipengaruhi oleh hujan lebat. Untuk mempercepat
tumbuhnya tanaman dapat digunakan pupuk phospat
dengan campuran nitrogen sebagai contoh sulfat amoniac
superphospat atau urea super phospat atau diammonium
phospat apabila dalam waktu 2 bulan sudah tumbuh potong
setinggi 50 cm. Setelah 6 bulan akan berkembang menjadi
80 – 100 tanaman. Untuk penyangkutan potong daunnya 30
cm akarnya 20 cm dari pangkal, rumput ini bertahan sampai
10 hari, lebih baik ditanam dalam waktu bersamaan,
penanaman lebih bagus lagi pada awal musim hujan.
4) Cara penanaman
Jarak penanaman apabila diambil dari stek adalah 22 – 40 cm,
ditanam pada awal musim hujan.
j) Lubang Drainase
Penyedia harus menyediakan dan memasang pipa PVC (Poly Vinyl
Cloride) untuk pipa-pipa lubang pembuang seperti yang tercantum
pada gambar-gambar atau petunjuk Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
Pipa PVC untuk lubang pembuang harus mempunyai diameter 100
(seratus) milimeter seperti yang tercantum pada gambar, atau
ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Pipa PVC harus terbuat dari merek yang terkenal yang dapat
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dan dipasang pada posisi
yang betul pada bangunan tanpa adanya perubahan selama
pengecoran beton seperti yang tercantum pada gambar atau seperti
yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
4. PENGENDALIAN MUTU
4.1. Pasangan Batu
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan
bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus
sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang
sulingan. Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih
dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus
berdiameter 50 mm.
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding
penahan tanah, maka delatasi harus dibentuk untuk panjang
struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm
lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi
dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi
yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase
Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih
sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut
jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut
melewati sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan
hampir rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak
sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari
seluruh pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan
adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan dikerjakan sampai
permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang
dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukkan
ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan
masih baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari
bekas adukan.
d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang
disyaratkan untuk Pekerjaan Beton.
e) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat,
dan dalam waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah
pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali
harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, sesuai
dengan ketentuan yang berkaitan dengan Bagian Pekerjaan
Timbunan.
f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus
dipangkas dan untuk memperoleh bidang antar muka rapat
dan halus dengan pasangan batu sehingga akan
memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan
pada tepi pekerjaan pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak
5.1 Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi
yang diberikan di atas harus diperbaiki oleh Penyedia
dengan biaya sendiri, dengan cara yang diperintahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
5.2 Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan
keutuhan dari semua pekerja yang telah diselesaikannya dan
harus dengan biayanya sendiri untuk menukar dan
mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang
menurut Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian
Penyedia. Penyedia tidak diminta pertanggungjawabannya
terhadap kerusakan akibat bencana alam, seperti angin
topan atau tanah longsor yang tidak dapat dihindari di
tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut telah diterima
dan dinyatakan secara tertulis bisa diterima alasannya oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
4.2. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan
bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan di atas
4.3. Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan
bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak
memenuhi toleransi yang disyaratkan dalam persyaratan
bahan di atas dari Spesifikasi ini harus diperbaiki oleh
Penyedia dengan biaya sendiri dan dengan cara yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah
diselesaikan terganggu atau rusak, yang menurut pendapat
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK diakibatkan oleh kelalaian
Penyedia, maka Penyedia harus mengganti dengan biayanya
sendiri untuk setiap pekerjaan yang terganggu atau rusak.
Penyedia tidak bertanggungjawab atas kerusakan yang
timbul berasal dari alam seperti angin topan atau
pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindarkan,
dengan syarat pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima
dan dinyatakan secara tertulis oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia untuk melaksanakan
perbaikan terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan
atau gagal sebagaimana disyaratkan di atas, Penyedia juga
harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua
pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk drainase yang
telah selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk
Periode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut
harus dilaksanakan dan harus dibayar terpisah.
4.4. BongkarPasangan Batu
1) Bahan Yang Diamankan Dalam Bongkaran
a) Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik Pemilik
yang sah sebelum pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak
ada bahan bongkaran yang akan menjadi milik Penyedia.
b) Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana
yang diminta oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
c) Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, semua batu yang dibongkar yang ukuran
bahannya cocok untuk pasangan batu kosong (rip rap) dan
tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, harus
ditumpuk pada lokasi yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
2) Bahan Yang Dibuang Dalam Bongkaran
Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk
dipertahankan atau diamankan dapat dibakar atau dikubur
atau dibuang seperti yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
4.5. Adukan Semen
1) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan
kerusakan pada pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang
bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus terdiri dari semen dan
pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam
beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang
disiapkan harus memiliki kuat tekan yang memenuhi ketentuan
yang disyaratkan untuk beton dimana adukan semen dipakai.
2) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
adukan semen untuk pasangan harus mempunyai kuat tekan
paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari. Dalam adukan
semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak 10%
berat semen.
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
5.1. Pengukuran
1) Pasangan Batu
a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter
kubik sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan
diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang ditentukan
oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis
yang disetujui harus tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan
kembali dengan bahan porous atau kantung penyaring harus
diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous. Tidak ada
pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan
untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau
pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan
penimbunan kembali yang diperlukan.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter
kubik dari bronjong atau pasangan batu kosong lengkap di
tempat dan diterima. Dimensi yang digunakan untuk
menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing
masing keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti
yang diuraikan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
1) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk
pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal
pekerjaan yang selesai dan diterima.
2) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan
pada selokan dan saluran air, atau pelapisan pada
permukaan lainnya, volume nominal harus ditentukan dari
luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk
keperluan pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil
yang terkecil dari berikut ini :
i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar atau diperintahkan Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK;
ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang
ditentukan dalam pengukuran lapangan.
3) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan
bukan untuk pelapisan, volume nominal untuk pembayaran
harus dihitung sebagai volume teoritis yang ditetapkan dari
garis dan penampang yang ditentukan atau disetujui.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang
terpisah. Pekerjaan ini harus dianggap sebagai pelengkap
terhadap berbagai jenis pekerjaan yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
5) Pembongkaran Pasangan Batu
Pekerjaan diukur seperti ditentukan di atas harus dibayar
berdasarkan Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pembuangan atau pengamanan, penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan, untuk semua
pekerja, peralatan, perkakas, dan semua pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana
mestinya seperti disyaratkan.
6) Pekerjaan Gebalan Rumput
Pengukuran untuk pembayaran gebalan rumput akan dilakukan
atas areal pelaksanaan dalam meter persegi sampai pada batas-
batas seperti yang ditentukan di dalam gambar atau seperti
yang diperintahkan oleh Direksi.
7) Lubang Drainase
Pembayarannya dibuat berdasarkan harga satuan meter seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitias dan Harga, mencakup
upah pekerja, material, peralatan termasuk pengadaan,
transportasi pipa PVC dan pemasangan filter ijuk dan kerikil.
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton
bertulang, beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan
baja komposit, Bekistingdan waterstop.
Pekerjaan ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi
tetap kering.
2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
2.1. Toleransi
2.1.1. Bangunan Beton
a) Batas penyimpangan pada gambar – gambar plat, balok
mendatar dan pengganti pagar
Terlihat : 1 cm setiap
3m
Tertimbun : 5 cm setiap
3m
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom,
pilar, lantai, dinding, balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar pondasi
Penyimpangan ukuran – ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar
pondasi, terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang
terbuka : 5 cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk
pintu dan bangunan–bangunan air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
i. Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
ii. Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
iii. Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1%
dari panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5
cm.
1) Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
iv. Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang
ditempatkan vertikal tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.
3.1.2. Penakaran
(1) Penyedia harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dan harus memelihara serta
mengoperasikan peralatan seperti yang diperlukan agar secara
tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari masing–masing
bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
(2) Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara
keseluruhan dengan mencampurkan agregat, semen, bahan
additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran yang
merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga mampu
mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
(3) Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang
diukur dengan takaran. Meskipun demikian material beton
dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
(4) Penyedia juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi
dan tiap – tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta
melakukan pengujian periodik terhadap perubahan harga
pengukuran dalam pekerjaan–pekerjaan adukan.
3.1.3. Mesin Pengaduk Beton
(1) Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang
berpenakar dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah
menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam
alat pengaduk tersebut.
(2) Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat
waktu pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan
yang volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah
seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
(3) Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang
melebihi kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi
kecepatan yang dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut
dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan warna yang
merata secara menerus dan disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
(4) Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah
pembersihan, tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades
penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu diganti bila
telah aus menjadi 2 cm.
3.1.4. Truk Pencampur
(1) Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik.
(2) Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit
setelah bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam
pencampur, setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat
pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air pengecoran
harus selesai.
(3) Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang
cepat mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam,
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
3.1.5. Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
(1) Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan
kecuali jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan
mesin pencampur setelah mendapat persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
(2) Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan.
Harus dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air.
Jika bak dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup
agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
(3) Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsurangsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat
kembali diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3
(tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran
3.1.6. Pengecoran
(1) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia harus memberitahukan Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum
memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran
beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam
(finalsetting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK akan memberi tanda terima atas
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan
dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia
tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK atau wakilnya tidak hadir
untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya
yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan
tertentu, berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru
dapat menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton
digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator).
vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan
besi tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan
sampai terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan
pada dasar cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan
selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan
yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih
dari yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60
menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika
ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30
menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK. Beton yang dicor ditempatkan
langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan
beton, acuan, atau bagian – bagian yang tertanam, serta
membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal dari 40
cm padat.
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai
sambungan ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK untuk menjatuhkan
ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil
lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan
sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.
(2) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari
dalam atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika
diperlukan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, penggetaran harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan
yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik
ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk
memastikan semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan
benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap
rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurangkurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya
dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain
maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih
dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik
lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih
besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
3.1.7. Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana
untuk disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Sambungan
pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemenelemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan.
Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik
dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat
bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan
ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara
dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat
yang terletak di atas permukaan dengan cara manual,
sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan
akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian
pekerjaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
f) Atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, bonding agent
yang dapat digunakan untuk pelekatan pada sambungan
pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan
tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan
lain dalam Gambar Kerja.
3.1.8. Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan
atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum
ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh melebihi
sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60
cm, tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15
cm; jarak antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap
permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi
dengan beton penutup (caping).
3.1.9. Lining Beton
i. Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan
pada Gambar atau ditentukan lain oleh Direksi.
ii. Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus
sesuai dengan ketentuan.
iii. Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul
selesai dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
iv. Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk
Direksi, dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang
ada terutama yang telah disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
v. Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar
atau petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
3.1.10. Pekerjaan Pondasi Beton
i. Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak,
serpihan tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air
yang ada sesuai dengan permintaan Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
ii. Selama pengecoran Penyedia harus menjaga permukaan yang
dicor bersih dari genangan air.
iii. Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK memeriksa dan menyetujui persiapan
pekerjaan pondasi tersebut.
iv. Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan
persiapannya disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai dengan
gambar atau atas petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
v. Jika tidak ditentukan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
sebelum melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil
harus disiram air semen setelah bersih.
vi. Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya
dibersihkan dan dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat,
baru adukan semen ditempatkan diatasnya.
vii. Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–
pasir yang sama dengan perbandingan semen pasir yang
digunakan untuk beton.
viii. Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja
beton atau proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
3.1.11. Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding,
kolom yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30
jam setelah pengecoran beton tanpa mengabaikan
perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah
pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh
dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang
digunakan untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang
sandaran, tembok pengarah (parapet), dan permukaan
vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan
perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat
kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang
acuan, dan acuan yang melewati badan beton, harus dibuang
atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya
yang disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK harus memeriksa permukaan
beton segera setelah pembongkaran acuan dan dapat
memerintahkan penambalan atas kekurang sempurnaan
minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi
lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.
Jika Pejabat Pembuat Komitmen/PPK menyetujui pengisian
lubang besar akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai
ke bagian yang utuh (sound), membentuk permukaan yang
tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa
pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri
dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan.
Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit
sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan
akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK :
Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara
manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu
secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain
yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin,
seperti untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata
dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, sebelum
beton mulai mengeras.
Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau
yang masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda
yang agak kasar (medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi
yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan
harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi,
serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan
dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan
kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang
ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton
mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah)
dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat
menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang
harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari.
Semua bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap
air harus menempel pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut
harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai
lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling
sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai
70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
(2) Perawatan dengan Uap
i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan
kekuatan awal yang tinggi, tidak diperkenankan
menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus
sampai waktu dimana beton telah mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari. Perawatan
dengan uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di
bawah ini:
Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan
beton tidak boleh melebihi tekanan luar.
Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton
tidak boleh melebihi 380C selama 2 jam sesudah
pengecoran selesai, dan kemudian temperatur
dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 650C
dengan kenaikan temperatur maksimum 140C / jam
secara bertahap.
Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam
ruangan uap tidak boleh melebihi 5,50C.
Penurunan temperatur selama pendinginan
dilaksanakan secara bertahap dan tidak boleh lebih
dari 110C per jam.
Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan
dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 110C
dibanding udara luar.
Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu
jenuh dengan uap air.
Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan
dengan uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah
selesai perawatan uap tersebut.
iii. Penyedia harus membuktikan bahwa peralatannya
bekerja dengan baik dan temperatur di dalam ruangan
perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok
harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena
langsung semburan uap, yang akan menyebabkan
perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
- Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh
permukaan beton segera sesudah air meningggalkan
permukaan (kering), terlebih dahulu setelah beton
dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika
seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau
seandainya lapisan membran rusak maka harus
dilakukan pelapisan ulang lagi.
- Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan
beton dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan
mencegah kehilangan kelembaban ari permukaan beton.
Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada
kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama periode
perawatan berlangsung.
(4) Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan
pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton
dalam masa perawatan
3.2. Pekerjaan Besi Tulangan
3.2.1. Umum
Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang
sama disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata–rata besi
tulangan yang digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar
atau lebih kecil dari 2 (dua) % diameter yang telah ditentukan. Besi
tulangan harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cacat–cacat
pembuatannya.
Jika oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, Penyedia harus
menyerahkan 3 copy daftar besi tulangan yang dikeluarkan oleh
pabrik untuk mendapatkan persetujuan sebelum mendatangkan besi
tulangan di lokasi pekerjaan, dan mutu besi tulangan harus sesuai
dengan spesifikasi dan copy daftar tulangan tersebut.
3.2.2. Pemasangan Besi Tulangan
a) Sebelum dipasang, besi tulangan harus bersih dari karat, oli,
lemak–lemak, kotoran lain. Penulangan harus dilaksanakan secara
teliti dan dipasang ditempat yang benar sebagaimana ditunjukkan
didalam gambar dan dijaga kedudukannya agar tetap dan tidak
berubah selama berlangsungnya pengecoran, penggetaran dan
pemadatan beton.
b) Semua ujung bebas besi tulangan berpenampang bulat biasa
harus mempunyai kait sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
atau ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Penyedia
harus menempatkan tulangan dengan jarak tertentu dan terikat
kuat pada tempatnya.
c) Bagian dalam dari lengkungan besi tulangan, harus
bersinggungan dengan besi tulangan lainnya disekitar tulangan
tersebut diikat. Besi tulangan harus diikat dengan kawat baja
lunak yang disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, dan
pengikatan harus cukup kuat dengan tang. Ujung kawat pengikat
harus mengarah kedalam.
d) Penulangan yang sudah siap untuk pengecoran, harus diperiksa
dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Tidak
diperkenankan melaksanakan pengecoran, sebelum
penulangannya disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
e) Penyedia harus memberitahukan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam
sebelum penulangan siap dicor.
3.2.3. Penyiapan Gambar Penulangan
Penyedia dengan biaya sendiri, harus menyiapkan semua gambar–
gambar penulangan secara rinci berdasarkan gambar yang diberikan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, sebagaimana diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan. Gambar penulangan tersebut harus
mencakup gambar penempatan besi tulangan, daftar besi tulangan
dan gambar lain yang diperlukan untuk memudahkan pembuatan dan
pemasangan tulangan.
3.2.4. Penyambungan Besi Tulangan
Jika perlu sambungan besi tulangan dibuat lain dari pada yang
ditunjukkan didalam gambar, posisi dan metode dari sambungan
harus ditentukan dari perhitungan kekuatan yang disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Bagian tak
Bagian dalam Bagian Luar terlihat
No. Jenis Bangunan
(cm) (cm)
(cm)
1. Lantai 1,0 1,5 2,0
2. Dinding 1,5 2,0 2,5
3. Balok 2,0 2,5 3,0
4. Kolom 2,5 3,0 3,5
5. Bangunan yang 5,0 - -
langsung menyentuh
tanah atau dipengaruhi
cuaca
2) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai
dan alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan
jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
c) Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga
tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan
sisa air untuk menyempurnakan campuran.
d) Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air
dimasukkan ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air
yang diperlukan harus sudah dimasukkan sekira seperempat
waktu pencampuran tercapai. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5 menit;
untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15
detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
e) Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK dapat menyetujui pencampuran beton
dengan cara manual dan harus dilakukan sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton
dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-
bangunan.
4) Pengujian Campuran
1. Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, harus
dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan,
dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK atau wakilnya.
Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada diluar
rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan.
2. Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah
benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan
jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton
dan untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor
terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat
sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus
dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama
dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah
kuantitas pengecoran atau komponen bangunan yang dicor
secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara
keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton
harus dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen
bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda
uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set
untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut
terdapat perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua
buah benda uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga
dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan
yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari
2 buah benda uji yang berdekatan nilainya. viii. Kekuatan
beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari
benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc
karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar
dari hasil uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung
pada jumlah hasil kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk
jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau sama
dengan dari 30)
n
Ʃ (fci – f cm)2
S=
n-1
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
viii. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc’.
ix. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak
dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan
rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-
langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas daya dukung
dari bangunan tidak membahayakan.
x. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang
diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam
hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor
inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk
setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
xi. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-
rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak
kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti
yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji
bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk
penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila
disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
3. Pengujian Tambahan
Penyedia harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Pengujian tambahan tersebut
meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti
Impact Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat
penguji lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan
sebagai dasar penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan
yang dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
4. Pelaksanaan pekerjaan (konstruksi) beton yang bersifat khusus:
Untuk volume pekerjaan beton < 5 m3, dengan pengawasan
mutu pekerjaan yang memadai (sesuai arahan direksi
pekerjaan/teknis) dapat dilakukan dengan cara manual, tidak
harus melakukan job mixed dan tidak perlu uji sampel beton.
Kasus khusus untuk pelaksanaan pekerjaan beton di lokasi
pekerjaan remote/terisolir > 5 km tidak ada akses jalan
kendaraan mobil dan tidak dimungkinkan untuk melakukan
pengawasan secara aktif. Untuk volume beton < 5 m3 (volume
kecil) dapat dilaksanakan secara manual dengan kriteria seperti
tercantum pada tabel berikut ini
Kode Satuan
No Uraian
AHSP Pengukuran
Beton untuk lantai kerja (bedding) Meter kubik
campuran beton tumbuk Fc' 1,8 s.d 3,7
1 B.01.a
(BO : K-40 s.d K-60) atau setara 1Pc : 3Pb
: 5 Kr
Beton untuk lantai kerja (bedding) Meter kubik
2 B.01.b campuran Beton fc' = 5,6 s.d 7,4 Mpa (K-
80 s.d K-100) atau setara 1Pc:2Pb:3Kr
Beton untuk lantai kerja (bedding) Meter kubik
3 B.01.c campuran Beton fc' = 7,4 Mpa (K-100)
atau setara 1Pc:2Pb:3Kr
beton mutu, f’c = 7,4 MPa (K100), slump Meter kubik
4 B.02.a
(12±2) cm, w/c = 0,87 (Manual)
beton mutu, f’c = 7,4 MPa (K100), slump Meter kubik
5 B.02.b (12±2) cm, w/c = 0,87 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu, f’c = 9,8 MPa (K125), slump Meter kubik
6 B.03.a
(12±2) cm, w/c = 0,78 (Manual)
Beton mutu, f’c = 9,8 MPa (K125), slump Meter kubik
7 B.03.b (12±2) cm, w/c = 0,78 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu, f’c = 12,2 MPa (K150), slump Meter kubik
8 B.04.a
(12±2) cm, w/c = 0,72 (Manual)
Beton mutu, f’c = 12,2 MPa (K150), slump Meter kubik
9 B.04.b (12±2) cm, w/c = 0,72 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu f’c=14,5 MPa (K175), slump Meter kubik
10 B.05.a
(12±2) cm, w/c = 0,66 (manual)
Beton mutu f’c=14,5 MPa (K175), slump Meter kubik
11 B.05.b (12±2) cm, w/c = 0,66 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu, f’c = 16,9 MPa (K200), slump Meter kubik
12 B.06.a
(12±2) cm, w/c = 0,61 (Manual)
Beton mutu, f’c = 16,9 MPa (K200), slump Meter kubik
13 B.06.b (12±2) cm, w/c = 0,61 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump Meter kubik
14 B.07.a
(12±2) cm, w/c = 0,58 (Manual)
Beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K225), slump Meter kubik
15 B.07.b (12±2) cm, w/c = 0,58 (Menggunakan
Molen)
Beton mutu, f’c = 21,7 MPa (K250) kedap kubik Meter
16 B.08.a
air,slump (12±2) cm, w/c = 0,56 (Manual) kubik
Beton mutu, f’c = 21,7 MPa (K250) kedap Meter kubik
17 B.08.b air,slump (12±2) cm, w/c = 0,56
(Menggunakan Molem)
18 B.09.a Beton mutu, f’c = 24,0 MPa (K275) kedap Meter kubik
air, slump (12±2) cm, w/c = 0,53
(Manual)
Beton mutu, f’c = 24,0 MPa (K275) kedap Meter kubik
19 B.09.b air, slump (12±2) cm, w/c = 0,53
(Menggunakan Molen)
Beton mutu, f’c = 26,4 MPa (K300) kedap Meter kubik
20 B.10.a air, slump (12±2) cm, w/c = 0,52 (kedap
air) (Manual)
"Beton mutu, f’c = 26,4 MPa (K300) kedap Meter kubik
21 B.10.b air, slump (12±2) cm, w/c = 0,52 (kedap
air) (Menggunakan Molen)
Beton mutu, f’c = 28,8 MPa, (K325) kedap Meter kubik
22 B.11.a air, slump (12±2) cm, w/c = 0,49 (kedap
air) (Manual)
Beton mutu, f’c = 28,8 MPa, (K325) kedap Meter kubik
23 B.11.b air, slump (12±2) cm, w/c = 0,49 (kedap
air) (Menggunakan Molen)
Beton mutu, f’c = 31,2 MPa, (K350) kedap Meter kubik
24 B.12.a air , slump (12±2) cm, w/c = 0,48 (kedap
air) (Manual)
Beton mutu, f’c = 31,2 MPa, (K350) kedap Meter kubik
25 B.12.b air , slump (12±2) cm, w/c = 0,48 (kedap
air) (Menggunakan Molen)
Pembesian 100 kg dengan besi polos atau Kilogram
26 B.17. a
ulir (untuk plat)
Pembesian 100 kg dengan besi polos atau Kilogram
27 B.17. b ulir (untuk Untuk pembesian kolom, balok,
ring balk dan sloof)
Pembesian 100 kg jaring kawat Kilogram
28 B.18
(Wiremesh) untuk pelat atau dinding
Bekisting lantai beton biasa dengan Meter persegi
29 B.21.b
multiflex 12 mm atau 18 mm (TP)
Bekisting lantai beton biasa menggunakan Meter persegi
30 B.21.c
papan kayu 3/20 cm (TP)
Perancah bekisting lantai menggunakan Meter persegi
31 B.21.d
kaso 5/7 cm, tinggi 4 m**, JAT < 60 cm
Perancah bekisting lantai menggunakan Meter persegi
32 B.21.e
dolken ø 8-10 cm, tinggi 4 m, JAT < 80 cm
Perancah bekisting lantai menggunakan Meter persegi
33 B.21.f
bambu ø 8-10 cm, inggi 4 m, JAT < 80 cm
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan
atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini
untuk pekerjaan galian.
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui
untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau
struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian
dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
2.1 Toleransi
1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda
a) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus
selalu kurang dari 5 m.
b) Kecepatan aliran yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari
5 m/dt.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt.
b) Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3
dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m.
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah
penimbunan selesai.
c) Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material
quarry, baik quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun
sebagai batuan urug yang terseleksi yang digunakan dari bongkah
besar dengan berat 1 sampai 5 ton.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur
bendungan.
b) Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek
sekarang menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan
pertambahan kedalaman kerusakan sungai dan atau sesuai dengan
beda tinggi tenaga 20 atau bahkan 30 meter antara elevasi muka
air maksimum di hulu dan di hilir.
c) Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih
besar dari material basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan
memerlukan 60% lebih berat dari blok granit (ρ = 2,7).
2.2 Persyaratan Bahan
2.2.1. Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda
Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat,
lembaran plastik kedap air dan material lain yang biasanya tidak
diperkenankan untuk bendungan permanen.
2.2.2. Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Pasangan Batu
(1) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak
dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu
harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau
lemah.
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat,
batu kali yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak
keropos, tidak berpori.
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan
tanah yang menyelimuti agar permukaan batu bersih.
- Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5
t/m3 dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30
cm. Batu bulat atau batu kali hanya boleh digunakan setelah
salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK dan digunakan bersama-sama
dengan batu belah.
- Terkecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, batu harus memiliki ketebalan yang tidak
kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah
kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu
setengah kali lebarnya.
(2) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang
diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah
organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak
terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam
dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan
batu.
2.2.3. Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Penutupan Sungai Secara Vertikal
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah
material quarry, baik quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1
ton maupun sebagai batuan urug yang terseleksi yang
digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material yang digunakan unutk penutupan-penutupan penting
adalah beton, baik yang berbentuk kubus maupun struktur
yang lebih kompleks;
- Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih
besar dari material basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4)
akan memerlukan 60% lebih berat dari blok granit (ρ = 2,7);
- Bentuk kubus akan lebih baik dalam aliran turbulen dan
superkritis dan bentuk kerakal akan lebih baik untuk kondisi-
kondisi lainnya.
b) Penutupan Sungai Secara Horisontal
- Material penutupan horisontal terdiri dari batuan atau beton.
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah
material quarry, baik quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1
ton maupun sebagai batuan urug yang terseleksi yang
digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material urugan batu yang diklasifikasi atau blok beton harus
lebih diperketat, sejumlah besar material lebih sesuai untuk
material kuari daripada untuk beton mana yang lebih ekonomis
untuk digunakan blok beton yang besar;
- Pemilihan material berdasarkan elevasi terandah dan tidak
sama dengan elevasi rata-rata;
c) Pekerjaan Bendung Pengelak
Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat,
lembaran plastik kedap air dan material lain yang biasanya tidak
diperkenankan untuk bendungan permanen.
2.3 Persyaratan Kerja
2.3.1. Pekerjaan Pengelakan Tahapan Ganda
a) Ujung bendung pengelak yang berhubungan dengan aliran harus
dilindungi dengan urugan batu-batu besar yang berat, bronjong
atau turap pancang berongga atau penuh.
b) Ruang kerja di belakang bendung harus cukup untuk penempatan
alat-alat konstruksi dan jalan masuk.
c) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus
selalu kurang dari 5 m.
2.3.2. Pekerjaan Saluran Pengelak
Kekedapan air pada dinding saluran dan lapisan lindung dapat dicapai
dengan menggunakan beton, tetapi dapat juga digunakan bahan lain
(turap, urugan batu, pasangan batu).
2.3.3. Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar untuk jalan masuk dan ruang
gerak alat angkut, biasanya sekitar 15 m;
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah
penimbunan selesai;
c) Menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin
fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di lapangan untuk para
pekerja;
d) Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal
dapat dilakukan dengan alat keruk kapasitas besar.
2.3.4. Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Bendung pengelak dibangun di alur sungai;
b) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur
bendung;
c) Banjir rencananya sampai pada kisaran minimal 25 tahun;
d) Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin
fasilitas sanitasi cukup tersedia untuk pekerja.
2.3.5. Pekerjaan Pengeringan Pondasi
a) Alat pengeringan rembesan tersedia dalam berbagai jenis dan
dapat dioperasikan dengan baik;
b) Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke
bawah muka air tanah, bagian tersebut sebelumnya harus
dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses penggalian;
c) Proses pengeringan harus dilakukan dengan cara yang benar.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pengeringan air harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan saluran,
drainase dan bangunan. Penyedia harus memasang, memelihara semua
pipa dan peralatan lain yang diperlukan untuk pengeringan air agar lokasi
pekerjaan bebas dari air sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilakukan
sesuai dengan syarat-syarat. Penyedia bertanggung jawab untuk
memperbaiki kerusakan akibat banjir atau kegagalan pengeringan air atau
pekerjaan pengamanan.
Cara pengeringan air yang dilakukan oleh Penyedia harus mendapat
persetujuan Direksi, dan tidak boleh mengganggu jalannya air yang
dibutuhkan untuk pengairan pada jaringan pengairan yang ada.
Apabila pelaksanaan pekerjaan berada di bawah muka air tanah, air
tersebut supaya dipompa dahulu sebelum dilakukan penggalian. Daerah
galian harus dikeringkan secukupnya dan dijaga jangan sampai ada air
tergenang.
Pengeringan air dilakukan sedemikian rupa, sehingga dapat dipelihara
kestabilan dari dasar dan sisi miring yang digali sehingga semua
pelaksanaan konstruksi dikerjakan pada keadaan kering.
Kisdam, semua tanggul atau pengeringan air sementara harus segera
dibongkar atau diratakan sehingga kelihatan baik dan tidak mengganggu
kelancaran aliran air setelah pekerjaan perbaikan bangunan dan saluran
selesai dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
3.1. Pengelakan Tahapan Ganda
1) Urutan Pekerjaan
Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut:
a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya
diperpanjang sampai alur sungai untuk menyediakan ruang kerja
yang kering agar konstruksi bangunan pengeluaran permanen dan
sebagian dari bendung utama dapat dikerjaan, penggalian dapat
dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar penampang
sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;
b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada
lokasi yang kering di belakang bendung pengelak;
c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai
untuk memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai
dielakkan ke bangunan pengeluaran permanen;
d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga
dapat melalui bangunan pengeluaran permanen;
e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;
f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di
belakang bendung pengelak tahap kedua;
g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan
pengeluaran.
2) Tahap Pengelakan
Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000,
sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing
untuk pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air
pelayaran.Kecepatan permukaan air yang masuk melalui ruang
antara tidak lebih dari 5 m/dt yang merupakan kecepatan
maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di sungai
dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di
belakang bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak
tahap kedua;
b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah
alur untuk bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama
dibongkar untuk memungkinkan aliran sungai mengalir melalui
bukaan pelimpah dan dua pintu turbin di tebing kanan tempat
stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat sebelumnya. Pintu
air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.
3.2. Saluran Pengelak
Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar. Saluran
alami atau alur dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada
kenyataannya kasus diperlukan penggalian. Oleh karena kecepatan rata-
rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan kebanyakan volume galian
sebanyak 200 m3/setiap m3/det aliran. Apabila ada tipe aliran tidak
memungkinkan untuk dihitung, model hidraulik perlu dibuat. Keadaan
aliran pada bagian masuk dn bagian keluar dengan bagian yang
meruncing menggambarkan belokan tajam dengan resiko gerusan lokal
yang sangat tinggi sesuai dengan SNI 03- 6456.1-2000.
3.3. Penutupan Alur Sungai
Berdasarkan SNI 03-6456.2-2000 pekerjaan penutupan alur sungai adalah
sebagai berikut :
1) Penutupan Sungai Secara Vertikal
Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung
kapasitas angkut serta jalan masuk. Penyelesaian penutupan yang
tinggi, digunakan beberapa blok yang sangat besar (satu diantaranya
diletakkan ke hulu untuk menenangkan air) yang dirangkai dengan
kabel sehingga akan sangat membantu dalam tahap yang sulit. Kajian
tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan guna menentukan
penutupan.
Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda,
yaitu:
a) Tahap pertama, apabila perbandingan antar kedalaman dan
tekanan air cukup besar, aliran belum mencapai kritis,
kecepatannya yang menyinggung material penutup lebih rendah
dari kecepatan rata-rata di alur sungai. Kepadatan serta lebar
tanggul memerlukan diameter material D yang secara kasar
sepadan dengan 1/3 tinggi tekan air dan dapat dikurangi menjadi
¼ jika material yang dapat diterima hanya sedikt atau untuk beda
tekan yang kecil.
b) Tahap kedua atau tahap terakhir penutupan kondisi kritis akan
muncul dan tidak dapat dihindarkan. Biasanya kondisi kritis terjadi
pada saat ujung timbunan mendekati penyambungan. Untuk
mempertahankan tampang melintang yang tetap dengan
menggunakan material yang jauh lebih besar atau tetap dengan
menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak
butir yang hilang. Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2 m) dapat
dihemat banyak material jika material penutupan (yang dibatasi
sampai beberapa ratus m3) ditempatkan bulldozer dalam beberapa
menit. Selama tahap akhir atau ketika aliran kritis terjadi dalam
tahap pertama, perilaku material akan serupa dengan
dipergunakan sebagai pelindung pemecah gelombang.
Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu
terbagi dua pada masing-masing tanggul. Penutupan ganda lebih
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan penutupan tunggal.
2) Penutupan Sungai Secara Horisontal
Penutupan dilakukan dengan membuat tanggul secara merata dan
serentak melintang sungai. Untuk meletakkan material secara serentak
diperlukan peralatan khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan
layang, derek kabel (untuk blok sampai 10 ton atau lebih), atau ban
berjalan atau kapal keruk (untuk material ukuran kecil). Tahapan
penutupan secara horisontal adalah sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh
tinggi tekan air.
b) Pada tahap akhir, ukuran material ditentukan oleh debit per aliran
per meter pada lereng downstream.
c) Pada tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit), ditentukan
oleh kedua parameter yaitu oleh tinggi tekan air dan debit per
eliran per meter serta produk yang dihasilkannya misalnya energi
per meter.
Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat
penutupan alur sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran
per meter sehingga energi maksimum dapat berkurang.
Pekerjaan penutupan alur sungai mengacu dan berpedoman pada.
3.4. Pekerjaan Bendung Pengelak
Berdasarkan SNI 03-6465.2-2000 pembuatan bendung pengelak dapat
terbuat dari urugan batu atau urugan tanah. Bendung urugan batu
dengan membran di hulu hampir tidak pernah digunakan karena
pemasangannya memakan waktu yang sangat lama dan kesulitan dalam
pelaksanaan kaki pondasi hulu untuk membran. Penempatan inti lempung
atau urugan dengan spesifikasi dan pemeriksaan kadar air yang tepat
akan mengalami kesulitan jika harus dikerjakan dalam waktu singkat.
Untuk mencapai kekedapan pada bendung pengelak urugan sedang
sampai tinggi dilakukan sebagai berikut :
a) dengan inti lempung dipasang di bawah air sebagaimana kebanyakan
materialmaterial transisi dan urugan.
b) dengan diahpragma sentral yang dibangun di tempat kering atau di
bawah air selama atau setelah pengurugan.
Dinding turap pancang dapat dihubungkan dengan batuan dasar di
tempat kering atau sebagai alternatif di dalam air (kemungkinan
dilengkapi dengan grouting).
3.5. Pekerjaan Pengeringan Pondasi
Penyedia sebaiknya menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala
jenis pompa serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan
pengeringan rembesan pada berbagai bagian pekerjaan dan juga untuk
menjaga agar pondasi bebas dari air, sesuai dengan ketentuan konstruksi
untuk setiap jenis pekerjaan.
Metoda yang digunakan Penyedia untuk memindahkan air dari galian
pondasi akan bergantung pada persetujuan Tenaga Ahli atau Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah
muka air tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih
dahulu untuk memudahkan proses penggalian.
Proses pengeringan harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan daya dukung pondasi,
mempertahankan kestabilitasan pada kaki galian, menghasilkan kegiatan
konstruksi yang bebas dari genangan air, dan menghasilkan pondasi yang
kering sehingga ikatan yang baik antara pondasi dengan material
timbunan kembali.
Penyedia perlu mengontrol saluran pembuang di sepanjang galian
pondasi atau di tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya akumulasi
limpasan air.
4. PENGENDALIAN MUTU
4.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh Direksi, penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa
bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan dewatering.
Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan
pengeringan (dewatering) dengan alat pompa, Penyedia harus
mengajukan rencana kerja lengkap yang memuat metode, tahap-tahap
pekerjaan dan kebutuhan waktu pengeringan dan dimintakan persetujuan
Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pembangunan.
Penyedia harus menjaga agar galian bebas dari air selama masa
pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang cukup dan
siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna menghindari terputusnya
kontinuitas pengeringan air. Cara menjaga galian bebas dari air,
pengeringan dan pembuangan air harus dilaksanakan dengan cara yang
dapat disetujui oleh Direksi.
Penyedia harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan
cukup dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
4.2. Kondisi Cuaca
Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada saat
musim kemarau atau tidak terjadi hujan.
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
5.1 Pengukuran
Kuantitas pekerjaan dewatering diukur berdasarkan biaya tenaga kerja,
peralatan dan meterial digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Biaya
tenaga Keja meliputi keterlibatan tenaga, tukang dan mandor. Biaya
peralatan dihitung berdasarkan biaya sewa peralatan atau pembelian.
Biaya material dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang dilakukan.
5.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan
Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan, penanganan, perawatan, semua tenaga kerja
dan setiap peralatan yang diperlukan dan semua biaya lain yang perlu
dan biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan
yang diuraikan dalam Bagian ini.
Kode Satuan
No Uraian
AHSP Pengukuran
1 D.01.a. Kistdam pasir/tanah dibungkus karung Buah
plastik bagor 43 cm x 65 cm
Kerangka kayu untuk 1 m3 kistdam
2 D.02. Meter kubik
3 D.04. pasir/tanah ukuran 43 cm x 65 cm Jam
Pengoperasian per-jam pompa air diesel
daya 5 kW dengan suction head maks. 3
m dan discharge head maks. 20 m
(kapasitas 0,5 m3/s pada suction head 1
m dan dischargehead 10 m)
VI. BAB VI. PEKERJAAN PINTU
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing,
pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
2. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
2.1. Toleransi Dimensi
1) Pekerjaan besi/baja
a) Batang sambungan geser (struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari
masing-masing flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm,
dipilih yang lebih besar.
b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan
mesin tidak boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat
dipahat dalam suatu segiempat dengan sisi 0,5 m
(1) Diameter Lubang
Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : +1,8 mm - 0,4 mm
(2) Alinyemen Lubang
Elemen utama, dibuat di bengkel : ± 0,4 mm
Elemen sekunder dibuat di lapangan : ± 0,6 mm
c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan
teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3
(tiga) meter
2) Pekerjaan Kayu
Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5
mm untuk setiap panjang balok 2.00 meter
3) Pekerjaan Pengelasan.
Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran
bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali
ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm untuk material yang
tebalnya lebih besar 12 mm
2.2. Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Daun Pintu
a. Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan
SNI 03-6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan
bangunan dari besi/baja
b. Kayu.
Jenis kayu Jati atau Merbabu kelas 1 dan memenuhi ketentuan NI-5
PKKI 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)mengacu pada KP-
09, Kementerian Pekerjaan Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air Direktorat Irigasi dan Rawa 2013.
Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm,
100 mm dan 120 mm.
Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan
kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI 03–3959–1995, Metode
Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium dan persyaratan
pengujian kuat Tekan sesuai SNI 03–3958–1995, Metode Pengujian
Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum dipasang harus
diawetkan terlebih dahulu sesuai SNI 03–3233–1009, Tata Cara
Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung.
2) Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur
maupun kerangka ambang baik yang tertanam di beton maupun
yang terbuka agar tahan terhadap cuaca harus dicat dengan “coaltar
epoxy resin”, Pengecatan Komponen tersebut harus memenuhi
persyaratan sesuai SNI 06 – 6452 – 2000, Metode Pengujian cat
bitumen sebagai lapis pelindung
3) Pekerjaan alat angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur
penggerak yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada
balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu;
b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat
batang Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur ( sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan
bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja;
c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air
pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter.
2.3. Persyaratan Kerja
1) Daun Pintu
a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama
penyekat dan komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan
harus sesuai dengan Gambar dengan konstruksi las, lebar dan tinggi
bersih daun pintu;
b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini
maka Penyedia harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat
pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2
(dua) milimeter;
d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran
korosi 2 (dua) milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus
kurang dari 1/800 bentang pada beban maximum;
e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan
baut, mur dan cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya
dengan cara divulkanisir agar menerus. Tegangan tarik pada
sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh persen) pada
bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian sehingga
dapat menahan air dengan baik.
2) Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu,
kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain
yang diperlukan pada pemasangan rangka pintu yang lengkap dan
memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka pintu tidak
dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh Penyedia dengan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka
ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya – gaya
yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi
pelenturan.
b) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan
maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang
dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter.
Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan diperkeras untuk
memberikan perlindungan terhadap keausan.
c) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu
menahan beban pengangkat.
3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara
manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka
pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu. Stang
harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur
penggerak, roda gigi, handel pemutar dan komponen lain yang
memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus
direncanakan agar mampu menahan beban yang terjadi.
Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini,
maka harus dibuat oleh Penyedia dengan persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
(1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
(2) Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari
brons pospor tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja
tempa. Roda gigi dan bantalan harus cukup kaku terhadap
gerakan. Roda gigi harus mempunyai “rumah” yang dapat
dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
(3) Kloping
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian
dan pelekatan secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian
kedudukan pintu dilapangan.
(4) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain
yang disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat
yang dapat dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri
dari penopang roda gigi dan bantalan pemandu sebagai
penguat.
(5) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
(6) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual
yang dapat mengangkat beban penuh sebagaimana
direncanakan. Gaya untuk memutar alat harus lebih kecil dari 15
(lima belas) kilogram.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan
tegangan rencana, yang meliputi :
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncanakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
(1) Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada
gambar.
(2) Beban – beban lain
(3) Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang
akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan
pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan,
beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan
pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu
meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan
batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu pada setiap posisi di antara
keadaan pintu tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian
pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas rata – rata
pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau
menurunkan pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja
haruslah sebagai berikut :
Batang Baja Tegangan Izin
- Tegangan Tarik 1200 kg/cm2
- Tegangan Desak 1200 kg/cm2
- Tegangan lentur 1200 kg/cm2
- Tegangan Geser 700 kg/cm2
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50
kg/cm2 dan tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5
kg/cm2, tegangan desak yang diijinkan pada pasangan batu kali
tidak lebih dari 15 kg/cm2.
3.2. Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat
perakitan, pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan
ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang
ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seal karet harus tepat pada
posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok atas dan
balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua
ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus
diperiksa dan setiap kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang
ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan dihindari
selama perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa
kehalusan permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk
menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan
tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan
gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak
tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian
diulang kembali.
3.3. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
- Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti
gambar yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan
toleransi yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus
dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang tepat.
- Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga
pada saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika
diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi
dengan penjepit tambahan.
- Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada
permukaan yang tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
Pengecoran tidak diperkenankan bila belum dirakit dengan lengkap
dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus diperiksa agar ukuran
dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas toleransi. Jika
terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui.
Pintu–pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang
diizinkan.
3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan
lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok
yang akan disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus
diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya,
harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan
alat pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan
dengan pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa,
sesudah selesai pemeriksaan tersebut, mur penggerak
dihubungkan dengan pintu dan stang, kemudian ditest dandistel
sehingga dapat dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus
diperbaiki dan prosedur pengujian diulang kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan
petunjuk pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara
dan peralatan yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang
dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi
pekerjaan;
f) Penyedia harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di
lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan. Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga
kekentalannya agar seragam selama dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan
logam yang suhunya kurang dari 10°C;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban
selama pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan. Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih
dahulu seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus
dilaksanakan pada bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu
kecuali yang ada diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen
sebagai lapis pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan,
kecuali yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu)
lapis cat dasar dan 4 (empat) lapis cat “ chlorinated rubber”
atau yang sekualitas. Tebal total lapisan tersebut termasuk
cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan harus
dicat sesuai dengan standar pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup
yang tampak selama pengangkutan atau selama menunggu
pemasangan harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang
mudah larut dalam bensin agar tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan
pemasangan pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga
dengan cara las lindung busur metal atau las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia, jika diperlukan
oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan
mesin harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum
ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran
minimum batang las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam
yang baik dan daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik”
untuk menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum
dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces
of Arc welding carbon and Carbon Manganise steels.
6) Pekerjaan Alat Angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur
penggerak yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang
pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu;
b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut,
tongkat batang penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi,
reduksi, tumpuan/bantalan, maupun rangka alur ( sponning) harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi
Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air
pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata.
Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis
harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter;
d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir
dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka
ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya–gaya
yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi
pelenturan.
4. PENGENDALIAN MUTU
4.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa
bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan).
4.2. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau
dan dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua
jenis pekerjaan)
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
5.1. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang
pada bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya
pemasangan.
5.2. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan
harga satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran
Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan material, pengangkutan,
penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah
pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat
keras yang diperlukan termasuk besi beton dan lain – lain.
Kode Satuan
No Uraian
AHSP Pengukuran
3.2.3. Pengecatan
Pembayaran untuk pengadaan dan pengecatan dibuat berdasarkan
harga satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran
Biaya, mencakup biaya–biaya pengadaan material, pengecatan semua
bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua
perangkat keras yang diperlukan termasuk besi.
3.2.4. Pembongkaran Struktur
Pekerjaan diukur seperti ditentukan diatas harus dibayar berdasarkan
Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran yang
terdaftar dibawah dan ditunjukkan dalam daftar kuwantitas dan harga,
dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi
penuh untuk pembuangan atau pengamanan, penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan, untuk
semua pekerjaan, peralatan, perkakas, dan semua pekerjaan lainnya
yang diperlukan untuk menyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya seperti disyaratkan.
3.2.5. Tulangan dowel
Pembayaran untuk tulangan dowel harus dibuat berdasarkan harga
satuan kilogram besi batang tulangan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
Harga satuan mencakup semua biaya pengadaan, pemasanagn seperti
dinyatakan diatas, berikut penutup selang PVC, tabung atau pipanya.
3.2.6. Pengisi Sambungan Elastik
Pembayaran pengisi sambungan elastis dibuat dengan harga satuan
permeter panjang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, sudah mencakup pengisian aspal panas cair pada sambungan
seperti tersebut diatas.
3.2.7. Pipa PVC
Pembayaran pipa PVC dibuat berdasarkan harga satuan permeter
panjang seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang
mencakup semua biaya pengadaan dan pemasangan pipa PVC seperti
diuraikan diatas.
3.2.8. Blok Beton / Paving Block
Kuantitas yang diukur harus dibayar dengan harga satuan Kontrak per
satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
dan diberikan dalam Daftar Kuantitas, dimana harga dan pembayaran
tersebut sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan semua
bahan, pekerja, peralatan, perkakas dan keperluan biaya lainnya yang
diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang mememenuhi ketentuan
dari Spesifikasi ini.
Satuan
N Kode
Uraian Pengukura
o AHSP
n
1 LA.01a Pemagarandaerahkerjadengansenggelombang Meter
BJLS-30, tinggi 1,8 m’ denganRangkabaja
L.40.40.4
PEKERJAAN:
LOKASI:
PELAKSANA:
ALAMAT:
NO./TANGGAL KONTRAK: 0,8m
NILAI KONTRAK: 0,8 M
SPMK:
JANGKA WAKTU PELAKSANA:
KONSULTAN PENGAWAS:
ALAMAT:
NO./TANGGAL KONTRAK:
KEGIATAN INI DILAKSANAKAN DENGAN DANA YANG DIHIMPUN DARI PAJAK YANG SAUDARA BAYAR 0.2 m
0,1 m
Muka Tanah
0,15 m