Anda di halaman 1dari 81

SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
URAIAN PEKERJAAN UMUM

1.1. KETENTUAN UMUM


1.1.1. Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan Peningkatan Penyediaan Prasarana
dan Sarana Air Baku secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam dokumen
pengadaan maupun perubahan-perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam
Berita Acara Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan
tambahan yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.
1.1.2. Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul
dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan
atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung.
1.1.3. Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan, ketidak
sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
 Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah gambar
yang skalanya lebih kecil;
 Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam Dokumen Pengadaan tidak
disebutkan, maka Gambar Kerja yang mengikat;
 Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan
Pengawas/ Direksi Pekerjaan sebelum dilaksanakan.
1.1.4. Selama berlangsungnya pekerjaan, Penyedia jasa dapat menjaga lingkungan agar
pekerjaan tidak terganggu.
1.1.5. Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan
sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/ Penyedia Jasa bisa
minta ijin kepada pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan dispensasi
pemakaian jalan menuju lokasi dan mendokumentasikan kondisi jalan sebelum
pekerjaan dimulai .
1.1.6. Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Penyedia Jasa dalam keadaan seperti pada
saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan lapangan (apabila ada).

1
SPESIFIKASI TEKNIS

1.1.7. Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
1.1.8. Penyedia Jasa menjamin bahwa semua peralatan dan kendaraan yang akan digunakan
atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-
barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
1.1.9. Penyedia Jasa turut melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja
tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
1.1.10. Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
1.1.11. Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa harus
berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Pekerjaan.

1.2. PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam dokumen
pengadaan ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
1. Undang-Undang RI No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Keputusan-Keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Pembangunan Indonesia (DTPI).
3. Pipa GIP untuk air bersih: sesuai dgn standart SNI BS 1387-85.
4. Peratuaran Beton Bertulang Indonesia 19-’71 dan atau Pedoman Beton Indonesia 1971
(PBI 1971).
5. Peraturan umum dari Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6. Agregat Beton : SNI 03-1750-1990.
7. Pasir untuk adukan dan beton : SNI 03-0394-1989.
8. Pedoman mendirikan Bangunan : SNI 03-1728-1989.
9. Peraturan Semen Portland Indonesia NI. No.: 08.
10. Peraturan Umum tentang Instalasi Air Minum serta Instalasi.
11. Pembuangan dan Perusahaan Air Minum.

1.3. SYARAT-SYARAT TEKNIS KHUSUS


Jenis dan mutu bahan yang dipakai diutamakan produksi dalam negeri dan mengacu
Peraturan Pemerintah yang berlaku kecuali ditentukan lain.

2
SPESIFIKASI TEKNIS

1.4. SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


1.4.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat dan standar yang
ditentukan atau yang berlaku menurut (SNI).
1.4.2. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksakan dahulu kepada
Direksi Pekerjaan dan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
1.4.3. Jika ada perkembangan lain, sehingga suatu ketika Pelaksana mengajukan bahan
bangunan berbeda dengan bahan bangunan yang tercantum dalam Dokumen
Pengadaan, baik berpengaruh atau tidak terhadap konstruksi dan ataupun
arsitektural, Penyedia Jasa Konstruksi sebelum menggunakannya harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
1.4.4. Bahan bangunan khusus yang berkaitan dengan estetika yang telah didatangkan oleh
Penyedia Jasa Konstruksi dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh
Direksi Pekerjaan harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-
lambatnya dalam waktu 2x24 jam, terhitung dari jam penolakan.
1.4.5. Apabila Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Direksi Pekerjaan
berhak mengirimkan bahan tersebut kepada Balai Penelitian Bahan-bahan Bangunan
(Laboratorium) yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian manjadi
tanggungan Penyedia Jasa Konstruksi.
1.4.6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang dilakukan Penyedia Jasa Konstruksi tetapi
ternyata ditolak Direksi Pekerjaan harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Penyedia Jasa Konstruksi dalam waktu yang ditetapkan oleh
Direksi Pekerjaan.
1.4.7. Setiap bahan bangunan yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan digunakan
untuk pelaksanaan, diambil sampelnya dan disaji kemas yang layak untuk
memudahkan pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan atau pihak lain yang berwenang.

1.5. PERSIAPAN DILAPANGAN


1.5.1. Penyedia Jasa Konstruksi harus membuat gudang penyimpanan barang-barang
dengan luas yang cukup dan dapat dikunci.
1.5.2. Pembongkaran bangunan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Konstruksi.
1.5.3. Tempat/lokasi bengkel kerja sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

1.6. KUASA PENYEDIA JASA KONSTRUKSI DILAPANGAN

3
SPESIFIKASI TEKNIS

1.6.1. Dilapangan pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi wajib menunjuk seorang kuasa atau
biasa disebut Koordinator Lapangan/Site Manager yang cakap untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari Penyedia Jasa
Konstruksi, berpendidikan sesuai yang disyaratkan dalam Dokumen lelang.
1.6.2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memberitahu secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan, nama dan jabatan Koordinator Lapangan/Site Manager untuk
mendapatkan persetujuan.
1.6.3. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi Pekerjaan, bahwa Koordinator
Lapangan/Site Manager kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahukan kepada Penyedia Jasa Konstruksi secara tertulis untuk
menggantinya dengan tenaga-tenaga yang memenuhi syarat.
1.6.4. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Penyedia Jasa
Konstruksi harus sudah menunjuk Koordinator Lapangan baru atau Penyedia Jasa
Konstruksi sendiri (penanggung jawab / Team Leader ) yang akan memimpin
pelaksanaan pekerjaan.

1.7. TEMPAT TINGGAL PENYEDIA JASA KONSTRUKSI DAN KOORDINATOR


LAPANGAN
1.7.1. Koordinator Lapangan/site manager selalu berada di Lapangan.
1.7.2. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja, apabila terjadi
hal-hal mendesak, Penyedia Jasa Konstruksi dan Koordinator Lapangan/site manager
wajib memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan.

1.8. PENJAGAAN KEAMANAN DILINGKUNGAN PEKERJAAN


1.8.1. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menjaga keamanan lapangan pekerjaan terhadap
barang-barang milik Direksi Pekerjaan yang berada dilingkungan pekerjaan.
1.8.2. Penyedia Jasa Konstruksi wajib menjaga lingkungan pekerjaan dari kerusakan yang
diakibatkan adanya pekerjaan ini.
1.8.3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memperbaiki dan atau mengganti apabila ada
kerusakan yang diakibatkan adanya pekerjaan ini.

1.9. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


1.9.1. Sebelum memulai pekerjaan dilapangan, Penyedia Jasa Konstruksi wajib membuat
metode pelaksanaan Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa

4
SPESIFIKASI TEKNIS

Barchart dan Curve ”S” untuk bahan/tenaga dan Shop Drawing 3 (tiga) set untuk
gambar yang akan dikerjakan, untuk PPK, Penyedia, dan Pengawas lapangan
1.9.2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Pekerjaan, paling lambat dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender setelah
Surat Perintah mulai Kerja diterima oleh Penyedia Jasa Konstruksi dan disahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
1.9.3. Penyedia Jasa Konstruksi wajib memberikan salinan rencana kerja sebanyak rangkap
4 (empat) kepada Direksi Pekerjaan, satu salinan rencana kerja harus ditempel pada
dinding di bangsal kerja dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan
pekerjaan (prestasi kerja) secara riil.
1.9.4. Direksi Pekerjaan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia Jasa Konstruksi
berdasarkan rencana kerja Penyedia Jasa Konstruksi tersebut.
1.9.5. Selama masa pelaksanaan Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyimpan 1 (satu)
set gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Pada gambar
yang memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak.
Gambar-gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan oleh Direksi
Pekerjaan dan akan diperiksa tiap hari oleh Pihak yang ditunjuk untuk melakukan
pengawasan pekerjaan tersebut, apabila ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan
dan tidak dilaksanakan, diperbaiki kembali selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai (penyerahan pertama/PHO), Penyedia Jasa
harus menyerahkan laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, gambar As
Built Drawing (ABD), disertai dengan soft copy file dan scan gambar yang telah
ditandatangani dalam bentuk flash disk sebanyak 3 (tiga) set, dan penyedia jasa wajib
membuat video pelaksanaan dan foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan 0%, 50%
dan 100% ( sudut pengambilan tetap ). Semua hal tersebut harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan dan atau Pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan
pekerjaan tersebut.
1.9.6. Program Pelaksanaan
Penyedia Jasa harus melaksanakan program pelaksanaan sesuai dengan syarat-syarat
kontrak. Program tersebut harus dibuat dalam bentuk bar-chart yang
memperlihatkan setiap kegiatan :
a. Mulai tanggal paling awal, sampai dengan akhir pekerjaan.
b. Waktu yang diperlukan.
c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan.

5
SPESIFIKASI TEKNIS

d. Kondisi cuaca setiap hari.

1.9.7. Laporan Kemajuan Pelaksanaan


Setiap bulan, penyedia jasa harus menyerahkan laporan bulanan yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan pada bulan sebelumnya sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai
berikut :
a. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada bulan
laporan maupun prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
b. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase
rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada
bulan laporan.
c. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan rencana tanggal
permulaan dan penyeselaian.
d. Daftar tenaga kerja.

e. Daftar perlengkapan kontruksi peralatan dan bahan di lapangan yang digunakan


untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari
lapangan.
f. Jumlah volume pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan tetap harus diuraikan
sebagai berikut :
1. Jumlah volume untuk berbagai pekerjaan beton.
2. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan galian dan timbunan.
3. Jumlah volume dari bahan perkerasan jalan yang digunakan.
4. Jumlah volume dari pekerjaan pasangan batu yang diselesaikan.
5. Jumlah banyaknya bangunan dan lain-lain.
g. Uraian pokok pekerjaan sementara yang dilaksanakan selama masa laporan.

h. Daftar besarnya pembayaran terakhir yang diterima dan dibutuhkan pembayaran


yang diperlukan pada bulan berikutnya.
i. Hal-hal lain yang diminta sesuai dengan kontrak, dan masalah yang timbul atau
berhubungan dengan pelaksanaan selama bulan laporan.

1.9.8. Laporan Kerja Harian, Mingguan dan Bulanan

6
SPESIFIKASI TEKNIS

Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap Laporan Kerja Mingguan yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan
pekerjaan tersebut setiap akhir minggu dan untuk minggu-minggu berikutnya.
Laporan tersebut harus sudah termasuk pekerjaan konstruksi yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan serta lain-lain yang diminta.
Penyedia Jasa harus menyerahkan 3 (tiga) rangkap laporan kerja harian secara
tertulis untuk semua kemajuan yang sudah disetujui oleh Direksi Pekerjaan/Pihak
yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan pekerjaan tersebut setiap hari maupun
untuk hari-hari berikutnya. Laporan kerja harus mencakup semua pekerjaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan pada saat itu. Penyedia Jasa harus menyediakan
Laporan Kerja Bulanan dengan sistem bar-chart pada akhir bulan dan untuk bulan-
bulan berikutnya. Laporan Kerja ini harus memperlihatkan tenggang waktu dari
mulai sampai akhir kegiatan utama dengan volume pekerjaannya. Laporan kerja ini
harus diserahkan kepada Pekerjaan pada hari ketiga tiap bulan untuk perbaikan dan
perubahan.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan laporan-laporan tersebut menjadi
tanggung jawab dari penyedia jasa.
1.9.9. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan.
Rapat tetap antara Direksi Pekerjaan /Pihak yang ditunjuk untuk melakukan
pengawasan pekerjaan tersebut dan Penyedia Jasa diadakan sekurang-kurangnya
sekali dalam dua minggu pada tempat dan waktu yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan/Pihak yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan pekerjaan tersebut.
Maksud daripada rapat ini membicarakan kemajuan pekerjaan yang sedang
dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk seminggu selanjutnya dan membahas
permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan. Sedangkan rapat bulanan
diadakan sebulan sekali dipimpin oleh Pejabat Pembuat Komitmen dihadiri oleh
Penyedia Jasa, Direksi Pekerjaan dan atau Pihak yang ditunjuk untuk melakukan
pengawasan pekerjaan tersebut.

1.10. SARANA PEKERJAAN


Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan dilapangan Penyedia Jasa Konstruksi harus
menyediakan :
1.10.1. Tenaga Pelaksana yang selalu ada dilapangan tenaga kerja yang trampil dan cukup
jumlahnya dengan kapasitas yang memadai sesuai yang ditentukan dalam dokumen.

7
SPESIFIKASI TEKNIS

1.10.2. Penyediaan alat-alat bantu :


Alat alat yang ditentukan sesuai dokumen dan peralatan-peralatan lainnya yang
digunakan harus selalu tersedia dilapangan.
1.10.3. Bahan-bahan bangunan harus tersedia dilapangan dengan jumlah yang cukup dan
kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.
1.10.4. Melaksanakan tepat dengan schedule.

1.11. UKURAN GAMBAR


1.11.1. Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam cm dan mm
kecuali ukuran baja/besi yang dinyatakan dalam inch/mm.
1.11.2. Ukuran penduga perlu dibuat dan merupakan titik ikat tetap yang harus dibuat
pelaksana dibawah pengamatan Direksi Pekerjaan dan dipelihara selama
pelaksanaan.
1.11.3. Ketentuan letak bangunan baru / tambahan diukur dibawah pengawasan Direksi
Pekerjaan dengan patok-patok yang dipancang dan papan bouwplank yang diketam
pada sisi bagian atas dan diberi tanda. Pelaksana harus menyediakan pembantu yang
menguasi hal pengukuran untuk menentukan peil datar dan bidang siku-siku.

1.12. PEMERIKSAAN PEKERJAAN


1.12.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai,
akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa Konstruksi
diwajibkan memintakan persetujuan kepada Direksi Pekerjaan. Apabila telah
disetujui bagian pekerjaan tersebut, Penyedia Jasa Konstruksi dapat meneruskan
pekerjaan.
1.12.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam (dihitung dari jam
diterimanya permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari libur/hari raya) tidak
dipenuhi oleh Direksi Pekerjaan, Pelaksana dapat meneruskan pekerjaannya dan
bagian yang sebenarnya diperiksakan dianggap telah disetujui Direksi Pekerjaan. Hal
ini dikecualikan bila Direksi Pekerjaan minta perpanjangan waktu.
1.12.3. Bila Pelaksana melanggar ayat 1 pasal ini, Pengawas berhak menyuruh membongkar
bagian-bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk memperbaiki, biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
Konstruksi.

8
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB II
URAIAN KETENTUAN
PELAKSANAAN K3

2.1. KETENTUAN PELAKSANAAN K3


2.1.1. Ketentuan administrasi
1. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :
a. Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
b. Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain
yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan kerja,
selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
c. Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
d. Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam
organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
e. Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
f. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan
pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan
yg dipandang perlu.
g. Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua
tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan
cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
h. Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

9
SPESIFIKASI TEKNIS

i. Penyedia jasa wajib mengasuransikan semua tenaga kerja berikut tim Direksi
Pekerjaan.
2. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk
setiap Pekerjaan yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur
organisasi pelaksanaan konstruksi setiap Pekerjaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat Pekerjaan memang
memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
c. Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit
struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia
jasa.
d. Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus
atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin Pekerjaan.
e. Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
1) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-fasilitas
dalam melaksanakan tugas mereka.
2) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam
segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
Pekerjaan.
3) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari
panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu Pekerjaan mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :
a. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Instansi yang terkait.
b. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :

10
SPESIFIKASI TEKNIS

a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-


masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
4. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat
sebelumnya untuk setiap Pekerjaan yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
a. Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :
1) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali.
2) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
b. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
c. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (PPPK).
d. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
e. Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
f. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-
alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
g. Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
h. Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
i. Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).

j. Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan


cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah
sakit atau tempat berobat lainnya.
k. Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis
yang memberitahukan antara lain :

11
SPESIFIKASI TEKNIS

1) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK,
ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
2) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon
dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
3) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat
segera dihubungi dalam keadaan darurat.
5. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi
sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan
biaya suatu pekerjaan konstruksi. Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item
pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan
untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar
dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

2.1.2. Ketentuan Teknis


1. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek
lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2. Tempat kerja dan peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu Pekerjaan terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
a. Pintu masuk dan keluar
1) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
2) Alat-alat/tempat-tempat tsb harus diperlihara dengan baik.
b. Lampu / penerangan
1) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk
pada gang-gang.
2) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
3) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya
apabila lampu mati/pecah.

12
SPESIFIKASI TEKNIS

c. Ventilasi
1) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
2) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tsb di atas.
d. Kebersihan
1) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
2) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
3) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
4) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
5) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan
pada tempat penyimpanan semula.
3. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau Pekerjaan dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
a. Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:
1) Alat-alat pemadam kebakaran.
2) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
b. Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat
pemadam kebakaran.
c. Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang
yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
d. Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus
selalu dipelihara.
e. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.

13
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-


tempat sebagai berikut :
1) Di setiap gedung dimana barang2 yg mudah terbakar disimpan.
2) Di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
g. Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
1) Di tempat yg terdapat barang2/benda2 cair yg mudah terbakar.
2) Di tempat yg terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yg menggunakan api.
3) Di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
h. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
i. Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,
pipa tersebut harus :
1) Dipasang di tempat yg strategis demi kelancaran pembuangan.
2) Dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
3) Mempunyai sambungan yangg dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran

4. Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dlm melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
a. Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau pemelihara alat-alat .
b. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
c. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
d. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah
tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
e. Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan
sebagainya.
f. Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan
dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising, misalnya pemadatan tanah
dgn stamper dsbnya.

14
SPESIFIKASI TEKNIS

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

2.1.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


1. Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
a. Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan.
Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan
kerja yang telah diterapkan.
b. Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja
dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan
pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.
c. Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada Pekerjaan yang dilaksanakan.
d. Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan
jaminan bahwa peralatan atau material yg digunakan utk melaksanakan pekerjaan
dlm kondisi aman.
e. Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian)
untuk program keselamatan kerja.
2. Pedoman untuk manajer dan pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
a. Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja
konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan
K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran
terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan

15
SPESIFIKASI TEKNIS

pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan


target yang realistis untuk K3.
b. Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan
dan memberikan dukungan yang positif.
c. Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang
erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi
kecelakaan dan permasalahan dalam Pekerjaan konstruksi. Manajer dapat
melakukannya dengan cara
1) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar
mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya
memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada
hari-harinya yang pertama.
2) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang
pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak
(“merongrong”) kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk
memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
3) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga
harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat
membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para
mandor untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan
kekuasaan yang tunggal untuk memberhentikan pekerja).
3. Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
a. Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian
membiarkannya begitu saja.
b. Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan
pekerjanya.

16
SPESIFIKASI TEKNIS

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi


kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
a. Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal
dengan para mandor di lapangan.
b. Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran
perusahaan.

4. Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
a. Permasalahan pribadi dihilangkan pd saat masuk lingkungan kerja.
b. Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
c. Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
d. Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
e. Memahami lingkup kerja yang diberikan.

17
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB III
PEKERJAAN
KONSTRUKSI SIPIL

3.1 UMUM
3.1.1 Pendahuluan
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan
gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah
pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus
dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen
kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan
peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan
material yang harus disepakati, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi
tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau
material tersebut dijumpai.

3.1.2 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan akan ditunjukkan oleh direksi dan dapat dilihat pada gambar-
gambar rencana terlampir.

3.1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan yang setara pada daftar kuantitas (form
rencana anggaran biaya).
Perijinan
Setelah penyedia barang/jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain
yang berwenang, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan harus membantu
menyelesaikan perijinan tersebut.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang diperlukan belum
diperoleh.
Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang
menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan
memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus
didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.

18
SPESIFIKASI TEKNIS

3.1.4 Penyediaan Air, Tenaga Listrik dan Lampu Penerangan


Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan harus disediakan oleh penyedia barang/jasa,
termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk mengangkut air ke lokasi
pekerjaan, sehingga tidak akan mempengaruhi kelancaran pekerjaan. Biaya untuk keperluan
tersebut menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa. Kualitas air yang diisyaratkan
ditentukan pada bagian lain dari spesifikasi teknis ini.
Tenaga listrik yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri
oleh penyedia barang/jasa dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga listrik tersebut
termasuk pula kabel-kabel, alat-alat pengukur serta fasilitas pengaman yang diperlukan dan
lampu-lampu penerangan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan.

3.1.5 Gambar-Gambar Kerja


Gambar-gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada penyedia
barang/jasa dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen kontrak. Gambar-
gambar tersebut adalah gambar-gambar yang paling akhir setelah diadakan perubahan-
perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan pekerjaan. Penyedia barang/jasa wajib
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar
rencana dan spesifikasi yang berhubungan dengan hal tersebut.
Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar rencana dan spesifikasi
teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal-hal lain yang
meragukan, penyedia barang/jasa harus mengajukannya kepada direksi secara tertulis, dan
direksi akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-gambar tersebut untuk kelengkapan yang
telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan keadaan lapangan
terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh direksi dan disampaikan secara tertulis
kepada penyedia barang/jasa.
Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, penyedia barang/jasa
harus menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak direksi sebanyak 3 (tiga)
rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan gambar tersebut.
Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan.
Gambar-gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil
revisi terakhir. Penyedia barang/jasa juga harus menyiapkan gambar-gambar yang

19
SPESIFIKASI TEKNIS

menunjukkan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu
menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa.
3.1.6 Ukuran-ukuran
Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar
tersebut adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaan antara ukuran dan gambarnya,
maka penyedia barang/jasa harus segera meminta pertimbangan dari para ahli untuk
menetapkan mana yang benar.

3.1.7 Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan
oleh penyedia barang/jasa. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, penyedia barang/jasa
harus mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap
pekerjaan tersebut. Penyediaan peralatan di tempat pekerjaan, dan persiapan peralatan
pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa
persetujuan direksi, penyedia barang/jasa tidak diperbolehkan untuk memindahkan
peralatan yang diperlukan dari lokasi pekerjaan.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti hingga
direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.

3.1.8 Penyediaan Material


Penyedia barang/jasa harus menyediakan sendiri semua material seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain di
dalam dokumen kontrak.
Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, penyedia barang/jasa harus
mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan. Penyedia
barang/jasa harus memeriksa dahulu material-material tersebut dan harus bertanggung
jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Penyedia barang/jasa harus mengganti
material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan yang salah atau hilang akibat
kelalaian penyedia barang/jasa.
Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama
produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan, laporan
pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta

20
SPESIFIKASI TEKNIS

untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut pendapat direksi hal-hal tersebut tidak
memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, maka harus diganti oleh penyedia barang/jasa tanpa biaya tambahan.
Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian
rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
jadwal untuk pekerjaan lainnya.

3.1.9 Contoh-contoh Material


Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara
pengambilan contoh menurut Acuan Normatif yang disetujui direksi. Contoh-contoh harus
menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak
tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran
penyedia barang/jasa harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material.
Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-
material dari jenis atau merk tertentu, maka penyedia barang/jasa harus meminta petunjuk
direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan dapat diperbolehkan
untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia barang/jasa dapat mengganti
dengan produk atau merk material yang baik dan diperbolehkan untuk digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia barang/jasa dapat mengganti dengan produk atau merk
lain yang sekurang-kurangnya mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang
ditentukan oleh direksi.

3.1.10 Perlindungan Terhadap Cuaca


Penyedia barang/jasa dengan tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi
terlebih dahulu harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk
melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau
berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.

3.1.11 Pematokan
Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan
dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya harus mendapat
persetujuan direksi terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat

21
SPESIFIKASI TEKNIS

melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia barang/jasa
harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk direksi.
Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, penyedia barang/jasa harus
memberitahukan kepada direksi sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga
direksi dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan pengawasan.
Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh penyedia barang/jasa untuk
mendapat persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui direksi yang
dapat digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Penyedia barang/jasa wajib
menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur serta pekerjaan lain yang
diperlukan oleh direksi untuk melakukan pemeriksaan untuk pemeriksaan/pengujian hasil
pengukuran.
Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh direksi atau dipasang sendiri
oleh penyedia barang/jasa harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh penyedia
barang/jasa. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan meminta
kembali persetujuan dari direksi. Bila terdapat penyimpangan dari gambar rencana, penyedia
barang/jasa harus mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang
dipatok tersebut. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dari pendapat/revisi
pada satu copy gambar tersebut dan mengembalikannya kepada penyedia barang/jasa.
Setelah diperbaiki, penyedia barang/jasa harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya.
Gambar-gambar tersebut harus dibuat pada kertas kalkir agar memungkinkan untuk
diproduksi. Semua gambar-gamba yang telah disetujui harus diserahkan kepada direksi
dalam kalkir asli dan 2 (dua) copy hasil reproduksinya. Ukuran dan huruf digunakan pada
gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan direksi.

3.1.12 Rambu-rambu
Di tempat-tempat yang dipandang perlu, penyedia barang/jasa harus menyediakan
rambu-rambu untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup jelas
untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi
jalan dengan lalu lintas padat, penyedia barang/jasa harus melaksanakan pekerjaan secara
bertahap atau apabila dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya untuk
keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam penawaran penyedia barang/jasa.

3.1.13 Program Kerja

22
SPESIFIKASI TEKNIS

Penyedia barang/jasa harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus
diserahkan kepada direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan
pekerjaan dimulai, rencana kerja tersebut harus mencakup:
1. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.
2. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke lapangan.
3. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan dan/atau
pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
4. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh penyedia barang/jasa.
5. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar
belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
6. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
7. Cara pelaksanaan pekerjaan.
Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta lampiran
penjelasan.

3.1.14 Pemberitahuan untuk Memulai Pekerjaan


Penyedia barang/jasa diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis
selengkapnya apabila direksi memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula
material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan
tersebut. Dalam keadaan apapun, penyedia barang/jasa tidak dibenarkan untuk memulai
pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi.
Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada
direksi sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan persetujuannya.
Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut direksi penting, harus dihadiri dan
diawasi langsung oleh direksi atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya
pekerjaan-pekerjaan tersebut harus sudah diterima oleh direksi selambat-lambatnya 2 (dua)
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

3.1.15 Rapat-rapat
Apabila dipandang perlu, direksi dan/atau penyedia barang/jasa dapat mengadakan
rapat-rapat dengan mengundang penyedia barang/jasa dan konsultan serta pihak-pihak
tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan.

23
SPESIFIKASI TEKNIS

Semua hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi penyedia
barang/jasa.

3.1.16 Prestasi Kemajuan Pekerjaan


Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang
telah diselesaikan penyedia barang/jasa dan disetujui oleh direksi. Prosentase pekerjaan ini
dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap
nilai kontrak keseluruhan.
Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan
harga satuan yang tercantum dalam kontrak.

3.1.17 Penyelesaian Pekerjaan


Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak
diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap
diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan
sesuai dengan kontrak.
Penyedia barang/jasa harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara
keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian
terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, penyedia barang/jasa dengan biaya
sendiri harus melaksanakan perbaikan sanpai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan
dapat diterima oleh direksi.

3.1.18 Laporan-Laporan
Selama periode pekerjaan di lapangan, penyedia barang/jasa harus membuat laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan, masing-masing 3 (tiga) rangkap yang
menggambarkan kemajuan pekerjaan. Laporan tersebut memuat sekurang-kurangnya
informasi yang mencakup :
a. Uraian mengenai kemajuan kerja yang sesungguhnya dicapai menjelang akhir minggu.
b. Jumlah personil yang bertugas selama minggu tersebut.
c. Material dan barang-barang serta peralatan yang disediakan.
d. Kondisi cuaca.
Setelah pekerjaan selesai, penyedia jasa harus menyerahkan gambar terbangun as built
drawing 3 (tiga) rangkap.

24
SPESIFIKASI TEKNIS

3.2 ACUAN NORMATIF


Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telah ada, antara lain :
SNI 07-0076-1987 Tali kawat baja
SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding
SNI 03-1727-1989 Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung
SNI 03-1738-1989 Panduan pengujian CBR lapangan
SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1743-1989 Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah
SNI 03-1744-1989 Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 05-0820-1989 Baja profil I, C dan L
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan dan beton
SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70 mikron agregat
kasar untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50 mikron agregat
kasar untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus untuk beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk beton
SNI 03-1964-1990 Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990 Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990 Metode pengujian batas plastis
SNI 03-1967-1990 Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
SNI 03-1968-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar
SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 03-1971-1990 Metode pengujian tentang kadar air agregat
SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles
SNI 03-2455-1991 Metode pengujian laboratorium traxial A
SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar
SNI 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium

25
SPESIFIKASI TEKNIS

SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton


SNI 15-2530-1991 Metode pengujian kehalusan Semen Portland
SNI 15-2531-1991 Metode pengujian berat jenis Semen Portland
SNI 03-2647-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
SNI 03-2813-1992 Metode pengujian geser langsung tanah terkonsolidasi dengan
drainase
SNI 03-2815-1992 Metode pengujian laboratorium traxial B (benda uji tanah)
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran
mortar dan beton
SNI 03-2819-1992 Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan alat
ukur tipe baling-baling
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus pasir
SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kapadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan struktural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan sodium sulfat
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4142-1996 Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan no. 200 (0,0075 mm)
SNI 03-4431-1997 Metode pengujian lentur beton normal dengan 2 titik
pembebanan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat
SNI 03-6154-1999 Kawat bronjong
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6451-2000 Metode pengujian kuat lentur semen hidrolik
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk agregat

26
SPESIFIKASI TEKNIS

SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk tulangan
beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan agregat
ringan
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah dengan
beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak betulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran
dengan bahan dasar semen
SNI 03-6821-2002 Spesifikasi agregat ringan untuk batu cetak beton pasangan
dinding
SNI 03-6825-2002 Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk
pekerjaan sipil
SNI 03-6861.2-2002 Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton structural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi mortar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat
SNI 03-6897-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding
AASHTO M133-86 Pengawetan kayu untuk tiang pancang

3.3 PEKERJAAN TANAH


3.3.1 Umum
Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi dari tempat pekerjaan harus ditinjau
dahulu oleh tenaga ahli.

27
SPESIFIKASI TEKNIS

Kalau sekiranya tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dan keadaan seperti
yang ditunjukkan dalam gambar, Penyedia barang/jasa harus segera menyampaikan kepada
Direksi secara tertulis untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut, juga Penyedia
barang/jasa harus menentukan letak bangunan pelengkap seperti Direksi Keet, Gudang, dan
sebagainya.

3.3.2 Pembersihan Tempat Pekerjaan


Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon di dalam daerah batas
pekerjaan untuk seluruh panjang dari bangunan harus dibersihkan dan ditebang, termasuk
setiap pohon di luar batas-batas ini yang diperkirakan dapat jatuh dan menghalangi
bangunan, kecuali ada pernyataan lain yang tertera di dalam syarat-syarat khusus dan
gambar rencana.
Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira kedalaman 20 cm
dan ditimbung di satu tempat yang layak, agar dapat digunakan lagi.
Pembersihan dan pengupasan di luar batas daerah pekerjaan tidak diberikan
pembayaran kepada Penyedia barang/jasa, kecuali pekerjaan tersebut atas permintaan dari
Direksi dan persetujuan dari pengguna barang/jasa.
Bila dinyatakan syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh Direksi bahwa
pepohonan rindang dan tanaman ornament tertentu akan dipertahankan, maka
pepohonan/tanaman tersebut harus dijaga betul dari kerusakan atas biaya Penyedia
barang/jasa.
Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa dengan tidak
merusak pepohonan/tanaman lain yang dipertahankan, semua pohon, batang pohon, akar
dan sebagainya harus dibongkar dengan kedalaman minimal 20 cm di bawah permukaan
tanah asli dari permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah).
Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam segala bentuknya harus dibuang pada
tempat yang tidak terlihat dari tempat pekerjaan menurut cara yang praktis atau dikubur.
Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat pembersihan, harus
diperbaiki oleh Penyedia barang/jasa atas tanggungannya sendiri. Bila akan dilakukan
pembakaran hasil penebangan, Penyedia barang/jasa harus memberitahukan kepada
penghuni terhadap milik-milik yang berbatasan dengan pekerjaan minimal 48 jam
sebelumnya. Penyedia barang/jasa akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku mengenai pembakaran di tempat terbuka.

28
SPESIFIKASI TEKNIS

Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia barang/jasa harus berhati-hati untuk tidak


mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya.
Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan, tenaga dan
pembuangan bahan-bahan sisa dibebankan kepada Penyedia barang/jasa dan dikerjakan
sesuai dengan petunjuk Direksi.

3.3.3 Galian Tanah


3.3.3.1 Umum
Galian tanah dilaksanakan pada :
1. Semua bagian dari bangunan yang masuk dalam tanah
2. Semua bagian dari tanah yang harus dibuang

Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai
lebar, panjang, dalam, kemiringan dan sebagainya, dan benar-benar waterpass. Kalau ternyata
akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan kalau dilaksanakan menurut gambar,
Penyedia barang/jasa boleh mengajukan usul kepada Direksi mengenai cara pelaksanaannya.

3.3.3.2 Klasifikasi Galian


Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut:
1. Galian tanah biasa
2. Galian tanah sedang, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, dan sebagainya
3. Galian batu terdiri dari galian material yang umumnya menurut Direksi perlu
menggunakan bor dan atau bahan peledak atau alat-alat khusus lainnya.
4. Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm dari
permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian pondasi.

3.3.3.3 Cara Pelaksanaan Pekerjaan


Penyedia barang/jasa harus memberitahukan kepada Direksi sebelum mulai
mengerjakan pekerjaan galian, sehingga penampang, peil, dan pengukurannya dapat
dilakukan pada keadaan tanah yang belum diganggu. Penyedia barang/jasa harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk inspeksi semacam itu, termasuk inspeksi untuk
semua pekerjaan dalam air.
Permukaan tanah yang berdekatang dengan konstruksi ini tidak dibenarkan untuk
diganggu tanpa seijin Direksi.

29
SPESIFIKASI TEKNIS

Galian dari pondasi pada batas-batas kemiringan dan peil yang dicantumkan pada
gambar rencana atau atas petunjuk Direksi, galian tersebut harus mempunyai ukuran yang
cukup, agar penempatan konstruksi atau lantai pondasi dengan dimensi yang sesuai dengan
gambar rencana mudah dilaksanakan.
Peil dasar lantai pondasi seperti yang tercantum pada gambar rencana, tidak boleh
dianggap bersifat pasti. Direksi dapat menentukan perubahan dimensi peil dari lantai
pondasi jika dipandang perlu, agar pondasi tersebut dapat berfungsi sebaik-baiknya. Batu-
batu besar, kayu, serta rintangan-rintangan lain yang mungkin ditemui dalam galian, harus
dibuang. Sesudah galian selesai, Penyedia barang/jasa harus memberitahukan Direksi akan
hal ini, dan tidak diperkenankan untuk melaksanakan penaikan tanah dasar pondasi dan
melaksanakan lantai pondasi sebelum Direksi setuju dengan ukuran dan kedalaman galian
material-material pondasi serta konstruksi-konstruksi yang akan dipasang pada lubang
galian tersebut. Semua retakan atau celah-celah yang ada harus dibersihkan dan diisi dengan
spesi (injeksi), serta semua material lepas, batu-batuan lapuk, lapisan-lapisan yang tipis
harus dibuang.

3.3.3.4 Genangan Air di Dalam Galian


Pada waktu pelaksanaan pekerjaan Penyedia barang/jasa harus menjaga, agar lubang
galian tidak digenangi air yang ditimbulkan oleh air hujan ataupun yang keluar dari mata air.
Kalau lubang galian digenangi air, maka Penyedia barang/jasa harus mengeluarkan dengan
jalan memompa, menimba, atau mengalirkan lewat parit-parit pembuang. Bila terjadi
keadaan dimana menurut pandangan Direksi adalah tidak mungkin memompa air tanah yang
cepat sekali naik atau karena sebab-sebab lain sehubungan dengan adanya daya angkat air,
maka mungkin diperlukan suatu lantai pondasi beton seal dengan dimensi cukup, agar
penempatan besi/pengecoran beton untuk pondasi dapat dikerjakan sebagaimana layaknya.
Usahan pemompaan air ini tidak dari coffer dam hendaknya dilengkapi dan
dikerjakan sedemikian agar beton muda atau bagian-bagian daripadanya tidak ikut terbawa
dalam proses pemompaan.
Pemompaan tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum lantai beton seal cukup menjadi
keras.

3.3.3.5 Pemeriksaan Penggalian dan Pengisian


Penggalian dan pengisian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan kalau perlu
oleh pengawas setempat sebelum dimulainya tahap konstruksi. Direksi akan segera

30
SPESIFIKASI TEKNIS

memberitahukan kalau pengisian selesai sehingga ia dapat bersiap-siap untuk mengetes


secara tepat kepadatannya.
Setelah penggalian disetujui, Penyedia barang/jasa harus segera mulai dengan tahap
konstruksi berikutnya dan tidak boleh membiarkan parit penggalian ditinggal terbuka dalam
jangka waktu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.

3.3.4 Urugan Tanah


3.3.4.1 Umum
Urugan dilaksanakan pada :
1. Semua bekas lubang pondasi
2. Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun dengan urugan tanah harus
dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan, juga termasuk
perataan dan penyelesaian tanah halaman di sekitarnya.
3.3.4.2 Penggunaan Material Bekas Galian
Penyedia barang/jasa harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan
dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala pengotoran-
pengotoran seperti bahan-bahan yang dapat merusak beton, akar dari pohon, kayu dan
sebagainya.
Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang
sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan sebagainya.
Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan penggunaan harus ada
persetujuan dari Direksi.

3.3.4.3 Urugan Tanah


Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis secara horizontal
dan dipadatkan.
Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang
sesuai.
Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, misalnya dapat merusak permukaan beton ataupun lapisan finishing yang
lain.

31
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan


sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan, bergelombang,
dan sebagainya.

3.3.5 Urugan Pasir


Pada prinsipnya, pekerjaan pengurugan dengan pasir dilaksanakan sama seperti pada
pengurugan dengan tanah timbunan.

3.3.6 Lain-Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu merah,
dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan-bahan tersebut harus
bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang
diperuntukkan.

3.3.7 Cara Pengukuran Hasil Kerja dan Dasar Pembiayaan


Jumlah yang akan dibayar, adalah jumlah kubikasi dalam m 3 dari tanah galian yang
diukur dalam keadaan asli dengan cara luas ujung rata-rata atau kubikasi dalam m 3 dari tanah
yang dipadatkan pada pekerjaan urugan.
Volume tanah atau batu-batuan yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
bidang-bidang, sebagai berikut:
1. Bidang atas, adalah bidang horizontal seluas bidang pondasi yang melewati titik
terendah dari pertokoan tanah asli. Di atas bidang horizontal ini galian tanah
diperhitungkan sebagai galian tanah biasa yang sesuai dengan sifatnya.
2. Bidang bawah, adalah bidang yang sesuai dengan sifatnya.
3. Bidang tegak, adalah bidang vertikal keliling.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang dilakukan di bawah
bidang dasar pondasi atau di bawah bidang batas bawah yang ditentukan oleh Direksi. Juga
tidak diperhitungkan untuk galian yang diakibatkan oleh pengembangan tanah,
pemancangan, longsor, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar rencana, hanya bersifat
pendekatan dan perubahan-perubahan sesuai dengan ketentuan Direksi dapat diadakan
tanpa tambahan pembiayaan.

32
SPESIFIKASI TEKNIS

Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah di bawah muka air tanah, akan dibayar
tersendiri, yaitu untuk volume tanah galian yang terletak minimum 20 cm di bawah muka air
tanah konstan pada lubang galian.
Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut di atas tanpa mempertimbangkan
cara dimana material tersebut akan dibuang, dibayar menurut harga satuan sesuai dengan
mata pembiayaan yang akan disebut di bawah ini.
Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang perlu dan hal-hal lain
yang umum dikerjakan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

3.4 PEKERJAAN BETON


3.4.1 Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah semen yang
terdapat di dalamnya minimal sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. Hasil akhir
pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan
sifat-sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi
bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimal dengan ketentuan bahwa bila dicampur
dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi ruang-ruang rongga-
rongga di antara agregat kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing.
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang
dipakai dalam adukan harus minimal sehingga menghasilkan kemudahan untuk dikerjakan
dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi dan cara pengecoran beton.
Semua bahan, pengujian lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini mengikuti
Acuan Normatif Indonesia yang telah diterapkan dengan tujuan menerapkan suatu Acuan
Normatif yang dapat diterima. Acuan Normatif lokal atau Acuan Normatif lainnya dapat pula
diterapkan asal sudah disetujui oleh Direksi sebagai setara.

3.4.2 Bahan Bangunan Secara Umum


Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan
“Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (NI – 3)”, British Standar yang relevan atau
setara.
Penyedia barang/jasa harus menyediakan contoh dari semua bahan yang dipakai
untuk pekerjaan beton. Untuk memperoleh persetujuan dari Direksi dan tidak boleh

33
SPESIFIKASI TEKNIS

memesan bahan tersebut dalam jumlah besar sebelum diberikan persetujuan untuk
pemakaian bahan.
Direksi akan menahan contoh-contoh bahan yang sudah disetujui sebagai patokan,
pengiriman-pengiriman bahan selanjutnya akan dicek kesesuainnya dengan contoh tersebut.
Penyedia barang/jasa tidak boleh melakukan penyimpangan yang berarti terhadap
contoh yang sudah disetujui, tanpa persetujuan dari Direksi.
Semua bahan yang ditolak oleh Direksi harus segera disingkirkan dari lapangan atas
biaya Penyedia barang/jasa.

3.4.3 Semen
Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan Normatif
SNI 15-2049-1994.
Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh direksi dan harus
dikirim ke lapangan dalam kantong tertutup atau dalam tempat lain dari pabrikan yang
sudah disetujui.
Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Penyedia barang/jasa harus memberikan Direksi,
satu faktur untuk setiap pengiriman semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah
semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan
bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan Acuan
Normatif.
Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air serta
dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu atau menggumpak
atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan Normatif bila
dianggap perlu oleh Direksi. Direksi berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya
Penyedia barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyediakan semua contoh pengujian
dan memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengujian.
Penyedia barang/jasa harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen
dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan
memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat
yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang tersebut harus benar-

34
SPESIFIKASI TEKNIS

benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup. Lantai gudang
minimal harus 30 cm di atas tanah atau di atas air yang mungkin tergenang di lantai. Ketika
diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup dengan terpal atau bahan
penutup lain yang tidak tembus air, semen harus sesegera mungkin digunakan setelah
dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat Direksi sudah rusak atau tidak sesuai lagi
akibat penyerapan air dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari
lapangan atas biaya Penyedia barang/jasa.
Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah, semen-
semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat
dipakai lebih dahulu.

3.4.4 Agregat
Agregat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1971, bagian 2 atau B.S No. 852
1965.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan 5 mm dan agregat halus
adalah agregat yang lolos saringan 5 mm.
Untuk struktur atas dan beton tumbuk, agregat kasarnya harus bergradasi dari 25
mm sampai 5 mm. Pemakaian agregat all – in (semua gradasi) tidak diperbolehkan.
Untuk beton kurus harus bergradasi dari 38 mm – 5 mm sebelum pembetonan
dimulai, sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agregat harus diserahkan kepada Direksi
untuk disetujui. Dari jumlah tiap tersebut Penyedia barang/jasa harus mengambil dua contoh
yang representative dan mengadakan analisa gradasi serta pengujian lain sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi. Semuanya harus sesuai dengan British Standard No. 812 : 1968
atau yang setara.
Bila agregat yang disetujui oleh Direksi sudah terpilih, Penyedia barang/jasa harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang
disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan harus
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 ton yang dipasok.
Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau di lapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta gradasinya
sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.

3.4.5 Unsur-Unsur Tambahan / Additif

35
SPESIFIKASI TEKNIS

Pada umumnya pemakaian additif dalam beton diperbolahkan asalkan sudah


memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi.
Untuk beton kelas K 225 dianjurkan pemakaian super plasticizer, pada dasarnya
untuk mengurangi rasio semen air guna membatasi penyusutan. Penyedia barang/jasa harus
memenuhi bahwa waktu pengadukan yang sangat tepat sangat penting dan jika dipakai
additif ini, Penyedia barang/jasa harus memberikan usulan secara terinci.

3.4.6 Adukan Percobaan


Dari adukan yang diusulkan harus diambil kubus uji sebagai berikut :
a. Untuk tiap kelas beton harus dibuat 6 kubus.
b. Tiap kubus harus diuji pada umur 7 hari dan tiga kali pada umur 28 hari.
c. Pada tiap umur pengujian kekuatan kubus tidak ada boleh yang lebih rendah dari 11/3
kali kekuatan kerja kubus uji yang disyaratkan, sebelum memulai pekerjaan, detil lengkap
mengenai pengujian ini bersama analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran ( mix
design) Penyedia barang/jasa tidak boleh melakukan pengecoran bagian manapun
sebelum rencana campurannya disetujui oleh Direksi. Direksi berwenang untuk meminta
agar Penyedia barang/jasa menyerahkan hasil pengujian pada tenggang waktu tertentu
dari beton yang di cor dalam pekerjaan Penyedia barang/jasa harus sudah
memperhitungkan biayanya dalam nilai Penyedia barang/jasa.
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia barang/jasa harus menyediakan 6 kubus beton dari
tiap kelas, kubus harus diuji pada tiap kekuatan 28 hari setelah dibuat. Penyedia
barang/jasa harus menyerahkan pada Direksi detil lengkap mengenai pengujian ini
bersama dengan analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran. Penyedia
barang/jasa tidak boleh melakukan pengecoran sebelum Direksi menyetujui rencana
campuran.

3.4.7 Mutu Beton


Tabel Kelas Beton
Penggunaan Kuat Tekan (kg/cm2)

- Pondasi telapak / lantai 300


- Thrust block dan lain-lain struktur ringan yang 100 / Camp 1:2:3
tidak perlu kedap air

36
SPESIFIKASI TEKNIS

3.4.8 Pengujian Beton dan Bahan-Bahan Beton


Pada umumnya metode pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat juga
mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat memenuhi syarat
percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan
dari lapangan oleh Penyedia barang/jasa. Jika pengujian tekan (kompresi) gagal, harus
diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.
Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi sekurang-
kurangnya 1 kubus untuk tiap 10 m3 atau 5 m3 minimal 3 kubus tiap hari.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi
yang sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 hari harus menurut keputusan Direksi.
Biaya percobaan ini akan dibebankan pada Penyedia barang/jasa.

3.4.9 Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan


Penyedia barang/jasa bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton
yang seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini
Penyedia barang/jasa harus menyediakan dengan biaya sendiri serta menggunakan alat
penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang
sesuai untuk mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang diuraikan di sini atau menurut petunjuk
Direksi.

3.4.10 Penolakan Beton


Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standar
yang ditetapkan, maka Direksi berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton darimana
kubus-kubus tersebut diambil.
Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau yang
permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal Penyedia barang/jasa harus menyingkirkan beton
yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut instruksi dari Direksi sehingga hasilnya
menurut penilaian Direksi sudah memuaskan.

3.4.11 Pengukuran Bahan-Bahan Beton


Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air
yang boleh dikukur menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur menurut volume

37
SPESIFIKASI TEKNIS

terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi ketepatan 1%. Pengukuran
volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi.
Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metode penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi sebelum
beton di cor.

3.4.12 Pengadukan Beton


Beton harus diaduk di tempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang kontinyu serta
mempunyai kapasitas minimal 1 m3 jenisnya harus disetujui oleh Direksi dan dijalankan
dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh
Direksi untuk mutu beton tertentu.
Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa, tiap
partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa
adanya air yang berlebihan.

3.4.13 Pengangkutan dan Pengecoran Beton


Pengecoran beton di bagian manapun tidak boleh dimulai sebelum Direksi memeriksa
dan menyetujui bekisting, penulangan, angkur-angkur dan lainnya dimana beton akan di cor.
Isi pengaduk beton (mixer) harus dikeluarkan dalam satu operasi menerus dan beton
harus diangkut tanpa terjadi segregasi komponen-komponennya.
Beton harus diangkut dalam ember yang bersih dan tidak tembus air atau gerobak
dorong, metode pengangkutan yang lain dapat dipakai asalkan sudah mendapat persetujuan
dari Direksi dan harus tepat mengikuti instruksi terinci yang diberikan untuk maksud
tersebut. Alat-alat yang dipakai untuk mengangkut dan mencor beton harus dibersihkan dan
dicuci setiap hari setelah dipakai bekerja dan bila pengecoran dihentikan selama lebih dari 30
menit.
Semua beton yang diaduk di lapangan harus ditempatkan pada posisi akhirnya dan
dipadatkan dalam waktu 40 menit setelah ditambahkan dari dalam mixer. Pada umumnya
beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 meter tetapi jika bagian
pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat tinggi maka dikerjakan

38
SPESIFIKASI TEKNIS

sedemikian sehingga mencegah segregasi dan harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-
putus. Seluruh operasi ini harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Pengecoran suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilaksanakan dalam satu operasi
menerus atau hingga mencapai bagian yang ditentukan.
Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari
Direksi. Semua beton harus dicorkan pada siang hari, pengecoran bagian manapun tidak
boleh dimulai jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari
Direksi untuk pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia
barang/jasa tidak menyediakan sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh
Direksi.
Penyedia barang/jasa harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan
kondisi. Pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.

3.4.14 Pemadatan Beton


Beton harus dipadatkan seluruhnya dengan memakai vibrator mekanis yang
dioperasikan oleh tenaga ahli, berpengalaman dan terlatih.
Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga, segregasi dan
sarang lebah (Honey Comb) memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting dibuka
dan mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
Vibrator bertipe “Rotary Out of Balance” (berputar di luar keseimbangan) dengan
frekuensi tidak kurang dai 8000 putaran per menit dan mampu menghasilkan percepatan
sebesar 69 pada beton yang disentuhnya. Harus diperhatikan agar semua bagian beton
terkena vibrasi tanpa timbul segregasi akibat vibrasi yang berlebihan.
Vibrator tidak boleh langsung mengenai penulangan terutama jika penulangan
menerus pada beton yang sudah mulai mengeras. Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu
pengecoran harus sesuai dengan laju pengecoran. Penyedia barang/jasa harus juga
menyediakan sekurang-kurangnya 1 vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.

3.4.15 Lantai Kerja


Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah, kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm (1:3:5) di atas tanah sebelum
tulangan beton ditempatkan.

39
SPESIFIKASI TEKNIS

3.4.16 Spesi Semen (Semen Mortar)


Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat halus
yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan campuran akhir
yang konsistensinya plastisnya disetujui oleh Direksi. Spesi harus diaduk pada satu landasan
kayu atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai
mengeras atau telah tercampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh dipakai dalam
pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.

3.4.17 Perlindungan dan Pengeringan Beton


Semua permukaan yang terbuka dilindungi dari matahari dan semua beton harus
dijaga tetap lembab dengan cara dibasahi sekurang-kurangnya setelah pengecoran.
Perlindungan diberikan menutupi dengan pasir basah sekurang-kurangnya setebal 5 cm, atau
dengan kantong-kantong goni basah ataupun dari pengaruh lain yang dapat merusak
permukaan yang lunak sebelum terjadi pengerasan.
Penyedia barang/jasa harus menjaga agar pekerjaan beton baru selesai tidak diberi
beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang timbul
akibat pembebanan terlalu dini atau pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh Penyedia
barang/jasa atas biaya sendiri hingga memuaskan Direksi.

3.4.18 Pengerjaan Permukaan Beton dengan Sendok Semen


Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi bertekstur kasar
sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan
sendok dimana perlu untuk menutupi keretakan dan mencegah timbulnya lelehan yang
berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.

3.4.19 Siar-Siar Konstruksi


Semua siar konstruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar
tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang dipasang dengan baik, jika perlu
dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai pengecoran beton mulai
mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi. Pengecoran beton harus dilaksanakan
menerus dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan.

40
SPESIFIKASI TEKNIS

Siar-siar konstruksi pada permukaan yang terbuka harus sungguh horizontal atau
vertikal dan jila diperlukan dipasang juga beading di dalam dinding bekisting pada
permukaan yang terbuka untuk menjamin penampilan siar yang memuaskan sebelum
menempatkan beton baru pada beton yang sudah mengeras, permukaan siar beton yang
sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari benda-benda asing atau serpihan.
Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan
penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras,
permukaan tersebut harus dicetak secara ringan atau ditembus dengan pasir (Sand Blasted)
untuk memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh
Direksi bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus dikerjakan
sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi.

3.4.20 Bekisting
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat sehingga dinilai memuaskan oleh
Direksi. Penyedia barang/jasa harus menyerahkan rancangannya untuk menyetujui dalam
jangka waktu yang cukup sebelum pekerjaan dimulai.
Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balol kecil dan harus yang kuat
serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan,
dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu dan triplek harus dibuat dari kayu yang sudah
diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Pengikat baja untuk di dalam atau blok antara (spacer) yang sudah disetujui atau dipakai,
bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang-
kurangnya harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan
beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara yang harus ditutup dengan rapi segera
setelah bekisting dibuka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya sama
dengan mutu beton induknya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi.
Pada umumnya bekisting, akan diperiksa oleh Direksi lebih dari 3 kali sebelum
memasang kayu bekisting, Direksi akan memilih panil kayu yang boleh dipakai ulang, panil
kayu lapis yang ditolak oleh Direksi harus disingkirkan. Direksi sama sekali tidak
bertanggung jawab atas mutu permukaan akhir setelah memberikan persetujuan atas

41
SPESIFIKASI TEKNIS

bekisting. Semua sudut kolom dan balok yang terbuka harus diberi alur (1,5 cm) kecuali jika
ditetapkan lain oleh Direksi. Kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu, dan
benda lainnya dapat disingkirkan sebelum beton dicorkan.

3.5 PENULANGAN 1)
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk, cat, debu
atau zat lainnya yang dapat mengganggu perletakan yang sempurna antara tulangan beton.
Jika diinstruksikan oleh Direksi, baja harus harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai.
Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diperiksa atau disetujui oleh Direksi.

3.5.1 Bahan-Bahan
Baja tulangan sedang harus BJTP 24 yang sesuai dengan SII 0136-1984, British
Standard No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan yang polos. Baja tulangan
bertegangan tinggi harus minimal BJTP 32 yang sesuai dengan SII 0136-1984, British
Standard No. 4449 : 1969 atau yang setara untuk baja ulir yang bertegangan tinggi,
tegangan rendah baja tulangan bertegangan tinggi harus minimal 32,0 kg/cm2.
3.5.2 Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas kaki
dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan
dan karat.

3.5.3 Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia barang/jasa harus mempersiapkan daftar
tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi. Semua baja tulangan harus ditekuk
secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai
dengan British Standard 4466 : 1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang
ditetaplan dapat dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah
disetujui oleh Direksi.
Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan
gambar tidak boleh dipakai.

1
Penulangan diperlukan untuk pembuatan thrust block dengan diameter pipa yang besar, atau sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana hasil analisa dan perhitungan

42
SPESIFIKASI TEKNIS

Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjakan dengan
sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan diameter batang yang
ditekuk.

3.5.4 Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai dengan posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau
gantungan logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat dengan kawat baja pada
pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan
ke bagian tubuh utama beton.
Bila pengatur jarak dari spesi pracetak untuk mengatur tebal beton deking sekurang-
kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan untuk
beton yang sedang di cor dan harus sekecil mungkin. Block-block ini harus dikencangkan
dengan kawat yang ditanam di dalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh
persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton
yang sudah mongering atau mongering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan harus
disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk melakukan pemeriksaan harus
disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang
termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.

3.6 BETON READY MIX


Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi dan
harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada ayat 6 dari British Standard No. 1926,
1962, Penyedia barang/jasa harus bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton
memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu, keteraturan
pengiriman serta pemasukan beton secara berkesinambungan. Jika salah satu dari
persyaratan dalam spesifikasi ini tidak terpenuhi, Direksi akan menarik kembali
persetujuannya dan mengharuskan Penyedia barang/jasa mengganti pemasok.

43
SPESIFIKASI TEKNIS

Penyedia barang/jasa harus menyediakan di lapangan 1 timbangan dan saringan-


saringan standard dengan penggetar (Shaker) untuk mengecek secara teratur campuran yang
sudah direncanakan.
Penyedia barang/jasa harus mengatur agar Direksi dapat memeriksa alat pembuat
beton ready mix bilamana diperlukan.
Penyedia barang/jasa harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-
catatan mengenai semen, agregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan kepada
Direksi setiap hari. Berat semen dan agregat kasar serta halus harus terus dicatat dalam
dokumen pengiriman, harus dilakukan pengujian secara periodik untuk menentukan kadar
air agregat dan jumlah air yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut
hasil tes tersebut.
Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan
penambahan air, dikirimkan bersama dengan pengemudi lori diparaf oleh pencatat waktu
yang bertanggung jawab di tempat pengadukan.
Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini :
1. Waktu kedatangan lori
2. Waktu registrasi lori dan nama depot
3. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
4. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat maksimum
5. Posisi dimana beton dicorkan
6. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut
7. Slump (atau faktor kompaksi)
Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya dalam waktu
1 jam dari saat semen pertama kali bertemu dengan air pengaduk.
Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa oleh Direksi atau Wakilnya.

3.7 TOLERANSI UNTUK BETON YANG TIDAK TERBUKA (TIDAK DIEKSPOS)


Posisi bagian-bagian struktur antara lain as-as balok/dinding/pelat harus tepat
dalam batas-batas toleransi 1 cm tetapi akumulasi toleransi tidak diperbolehkan. Ukuran
bagian antara lain pada potongan-potongan balok/pelat harus tepat dengan toleransi – 0.3
cm sampai + 0.3 cm.

3.8 TOLERANSI DENGAN MUKA BETON YANG HALUS (FAIR FACE)

44
SPESIFIKASI TEKNIS

Toleransi untuk beton dengan muka halus adalah 0.6 cm, posisi bagian struktur
maksimum 0.3 cm untuk bagian struktur. Pergeseran papan bekisting pada siar-siar tidak
boleh melebihi 0.1 cm dan perbedaan garis sepadan (alignment) bagian struktur harus dalam
batas 0.1 % akumulasi toleransi tidak diperbolehkan.

3.9 PEMASANGAN KOLOM-KOLOM PRACETAK


Kolom-kolom pracetak harus dipasang sedemikian sehingga tidak timbul kerusakan
pada kolom. Sebelum mulai pemasangan kolom, level yang tepat harus ditentukan dengan
memakai blok-blok batas yang dicor pada pondasi, semuanya harus disetujui oleh Direksi.
Posisi kolom yang dapat selama pengerasan spesi dijaga dengan penopang-penopang yang
didesain dengan baik dan diangkur pada balok atau pelat pondasi.
Penopang-penopang ini dapat dilepaskan menurut persyaratan kekuaatan bahan
spesi, tetapi tidak boleh kurang dari 7 hari setelah spesi diterapkan. Direksi berhak untuk
menolak kolom yang mengalami kerusakan.

3.10 PEMBERIAN LAPISAN PERMUKAAN


Lantai permukaan sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus merupakan master
cron, non metallic florr Herdaner. Pemberian lapisan harus mengikuti petunjuk dari pabrikan.

3.11 KEMIRINGAN PLAT LANTAI


Semua kemiringan plat lantai sebagaimana ditunjukkan pada gambar harus dihitung
dari tebal plat lantai yang diperlukan, bagian bawah yang diperlukan, bagian bawah dari plat
lantai ini baik miring maupun yang horizontal.

3.12 CACAT PADA BETON


Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk menolak
yang ternyata memiliki salah satu atau lebih dari cacat berikut :
a. Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada gambar
b. Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan
c. Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya
Setiap permukaan yang terlihat bersarang lebah tetapi diterima oleh Direksi harus
diisi dengan spesi semen yang memakai perbandingan semen dan agregat halus yang sama
seperti beton yang harus dikerjakan hingga mencapai permukaan yang benar dengan
memakai kikir.

45
SPESIFIKASI TEKNIS

3.13 PERCOBAAN BEKISTING UNTUK FINISHING


Untuk menghasilkan akhir yang halus, Penyedia barang/jasa harus melakukan
percobaan finishing untuk permukaan halus, percobaan ini akan dilakukan pada balok
pondasi dan kepala tiang menurut petunjuk Direksi.
Jika percobaan ini tidak memenuhi standar beton muka halus sebagaimana
disebutkan dalam spesifikasi ini, Penyedia barang/jasa harus mengubah rencana campuran
beton dan/atau rencana bekisting dan selanjutnya melakukan percobaan lagi sampai
dihasilkan standar beton muka halus yang disetujui oleh Direksi.
Rencana Penyedia barang/jasa untuk percobaan ini diserahkan kepada Direksi dalam
jangka waktu yang cukup lama sebelum pekerjaan beton dimulai.

3.14 AIR
Air untuk mengaduk dan mengeringkan beton harus bersih dari unsur-unsur atau
kotoran yang berbahaya yang dapat mempengaruhi daya pengikat semen.
Direksi dapat meminta agar dilakukan uji kimiawi setiap saat dan biaya pengujian ini
dibebankan pada biaya Penyedia barang/jasa.

3.15 PENGUJIAN STRUKTUR-STRUKTUR HIDROLIS


3.15.1 Umum
Pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih dari timbunan supaya
kebocoran pada dinding dapat diketahui dengan jelas.
Setiap konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan dibiarkan terisi
sekurang-kurangnya 48 jam, ketinggian air selama waktu tersebut harus diamati dan tidak
boleh terlihat adanya penurunan muka air, penurunan maksimum yang diijinkan selama 24
jam adalah 1 (satu) cm.

3.15.2 Perbaikan
Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai tidak terlihat lagi adanya
kebocoran.
Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang diijinkan, Penyedia
barang/jasa harus mengadakan perbaikan secara umum atas biaya sendiri, setelah perbaikan
selesai, metode pengujian hidrolis harus diulangi sebagaimana diuraikan pada ayat ini.
Pengujian tidak perlu diulangi jika :

46
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Tidak terlihat adanya kebocoran dan


2. Penurunan taraf muka air tidak melebihi nilai yang ditetapkan yaitu 1 cm
Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus dikerjakan misalnya dengan
sumber air dari luar atau produk lain yang disetujui Direksi. Semua bahan harus dipakai dan
diterapkan tepat sesuai dengan petunjuk pabrikan.

3.16 PEKERJAAN PASANGAN


A. Umum
Pekerjaan pasangan yang diuraikan dalam pasal ini diantaranya meliputi : Pekerjaan
pasangan bata merah, pasangan batu kali, pasangan pondasi batu kali dan pasangan
batu/beton hiasan. Rekanan harus menyerahkan contoh bahan pekerjaan pasangan pada
Direksi Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Contoh harus mencerminkan mutu,
texture, warna dan kekuatan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan.

B. Pasangan Batu Kali


1. Bahan
a. Batu kali/belah.
Batu yang dipakai harus bermutu tinggi, kuat, bersih, bersudut (tidak bulat), tanpa
retak-retak pecah-pecah dan tidak ada cacat yang mempengaruhi mutunya. Kualitas
yang diperlukan adalah agar merata dengan kerapatan penuh (padat) dan juga
harus begitu kuatnya serta ketahanannya sehingga bisa dipakai untuk setiap
maksud yang ditentukan. Batu itu hendaknya mempunyai berat jenis tidak kurang
dari 2,6. Batu kali yang dipakai adalah batu sungai yang dibelah atau batu gunung
yang keras. Sama sekali tidak diizinkan memakai batu sungai dalam bentuk bulat
atau batu endapan, dan batu yang digunakan harus disetujui Direksi Pengawas.
Bilamana diminta, Rekanan harus mengajukan contoh batu kepada Direksi Pengawas
untuk bisa diadakan pengujian laboratorium atas biaya Rekanan.
b. Pasir.
Pasir Pasangan yang dipakai harus berupa pasir kasar, keras, bersih dan sebelum
diaduk dengan semen harus dalam keadaan kering. Pasir yang digunakan harus
disetujui Direksi Pengawas.
c. Semen.

47
SPESIFIKASI TEKNIS

Semen yang dipakai adalah Portland Cement kelas I, dan mendapat persetujuan
Direksi Pengawas. Rekanan hanya diperbolehkan memakai dari satu jenis dan satu
merk PC untuk seluruh pekerjaan.
d. Air.
Air yang dipakai untuk adukan apesie harus air tawar yang bebas dari
larutan-larutan lain yang membahayakan konstruksi. Air yang dipergunakan harus
mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
2. Penyimpanan Bahan
Semua batu-batu untuk pasangan yang ditumpuk ditempat kerja harus diatur
penempatannya sedemikian rupa supaya dapat disemprot dengan air dan harus ditutup
untuk melindunginya dari sinar matahari, atau dengan cara-cara lain yang disetujui
Direksi Pengawas.
3. Campuran Adukan
Bila tidak ditentukan lain, campuran adukan adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasangan pondasi batu kali 1 PC : 4 Pasir (campuran type 1) atau 1 PC : 1 Kapur:
8 Pasir (type 2).
b. Untuk pasangan batu kali biasa 1 PC : 4 Pasir (type 1).

c. Untuk pasangan batu kali kedap air 1 PC : 2 Pasir (type 3).

d. Campuran mortar :
 Finishing mortar 1 PC : 2 Pasir.
 Plestering mortar 1 PC : 2 Pasir, (tebal 1,5 cm).
 Plestering mortar 1 PC : 3 Pasir, (tebal 1,5 cm).
e. Perbandingan ini berdasarkan perbandingan volume semen dan pasir dengan volume
air secukupnya.

4. Syarat Pengadukan.
a. Kalau pengadukan mempergunakan mixer (mesin pencampur), perencanaannya harus
telah dapat persetujuan Direksi Pengawas, dan waktu pencampuran setelah semua
bahan-bahan masuk kedalam mixer, minimum 1 1/2 menit.
b. Mortar yang akan dicampur hendaknya hanya cukup untuk pemakaian dalam waktu
singkat dan semua materi-materi yang tak dipakai sesudah 30 menit dari penambahan
air kepada campuran tersebut harus dibuang.

48
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Syarat Pemasangan Batu Kali.


a. Pekerjaan-pekerjaan pasangan hendaknya diselesaikan sesuai dengan bentuk serta
ukuran seperti yang dicantumkan pada gambar-gambar.
b. Apabila setelah pekerjaan pasangan diselesaikan ternyata tidak sesuai dengan
bentuk-bentuk dan ukuran yang diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka pasangan
tersebut harus dibongkar dan diganti oleh Rekanan atas biayanya sendiri.
c. Jika ada masalah-masalah lapangan yang tidak sesuai dengan gambar bestek atau
syarat-syarat bestek, maka Rekanan harus melapor terlebih dahulu pada Direksi
Pengawas. Tidak boleh diatasi sendiri tanpa persetujuan Direksi Pengawas.
d. Variasi (perubahan) dalamnya pondasi, dapat diterima atau diperintahkan oleh Direksi
Pengawas jika ternyata keadaan pada suatu tempat pekerjaan berbeda dengan keadaan
yang diharapkan semula dan tambahan atau pengurangan biayanya akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah/kurangan. Perubahan kedalaman atau lebar
pondasi tidak diizinkan tanpa persetujuan Direksi Pengawas.
e. Batu-batu untuk pasangan harus bersih, tanpa kotoran-kotoran organik atau
lain-lainnya ataupun materi-materi yang berbahaya, dan boleh dipasang setelah
dibersihkan dengan sempurna, seperti yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas.
f. Batu-batu yang bulat akan diperbolehkan hanya dalam jumlah terbatas yang
dikombinasikan dengan yang bersudut (angular) dan tidak boleh dipakai untuk
tembok-tembok yang tebalnya kurang dari 40 cm.
g. Pasangan pondasi batu kali harus disusun dengan baik dan padat.
h. Pemasangan batu dilakukan satu demi satu dan tiap-tiap susunan batu harus
mempunyai antara dan tidak boleh bersinggungan, agar spesie dapat masuk pada
celah-celah batu dan dapat membungkus setiap batu pasangan dengan baik.
i. Ukuran spesie dan dimensi tidak boleh dirubah, kecuali atas perintah Direksi
Pengawas. Jika terbukti ukuran spesie dan dimensi tidak sesuai dengan apa yang
disyaratkan, maka pekerjaan tidak dapat diterima.
j. Sambungan-sambungan harus disempurnakan dengan mortar dan harus dikuatkan
dengan memasukkan pecahan-pecahan batu kedalamnya.
k. Mortar pada sambungan-sambungan pasangan pertama- tama harus diambil sedalam 3
cm. Kemudian sambungan pada permukaan pasangan yang kelihatan harus
dibersihkan seluruhnya dengan sikat kawat dan diisi dengan mortar type 1 PC : 2 Pasir,
kecuali kalau ditentukan lain.

49
SPESIFIKASI TEKNIS

l. Pemasangan batu tidak boleh dilakukan pada waktu hujan yang bisa menghanyutkan
mortarnya.
m. Pemasangan batu tidak boleh dipasang dalam air, kecuali telah mendapat persetujuan
tertulis dan cara pemasangan pasangan tergantung dari persetujuan Direksi Pengawas.
n. Pemasangan pasangan batu kali tidak lebih tinggi dari pada 1 meter dalam sehari.
o. Sambungan-sambungan pada batu-batu permukaan tidak boleh begitu ketat, namun
lebar sambungan-sambungan itu pada batu permukaan tidak boleh lebih dari 3 cm
tebalnya.
p. Pada setiap persambungan harus dibuatkan gigi-gigi dan bila dilanjutkan
persambungan itu harus terlebih dahulu dibersihkan dengan sikat kawat dan disiram
dengan air kemudian dengan air semen.
q. Semua bidang pasangan batu kali yang disiar hanya pada setiap alur spesienya saja
yang permukaannya tidak lebih menonjol dari permukaan batu kalinya.
r. Sebelum disiar, alur-alur yang akan disiar harus dikorek-korek dahulu dan disiram
dengan air sampai basah.
s. Siar batu kali tidak diizinkan saling bertumpuan atau terjadi rongga-rongga,
seluruhnya harus dibatasi atau diisi dengan adukan.
t. Kecuali ditentukan lain, pekerjaan siaran pasangan batu kali dengan adukan 1 PC : 2
Pasir, dengan tebal tidak lebih dari 1,5 cm.
u. Pada waktu penyelesaian akhir, permukaan batu-batu harus dibersihkan dari sisa-sisa
mortar.
6. Perawatan.
a. Pasangan tak boleh kena air mengalir sebelum mortar menjadi keras (kuat).
b. Semua pasangan hendaknya dirawat dengan membasahinya terus menerus dengan air
selama 7 hari setelah didirikan atau cara lain yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
a. Kalau perawatan, ("curing") dilakukan dengan
memakai air, pasangan batu harus tetap dibasahi selama 14 hari, kecuali ditentukan
lain, dengan jalan menutupinya dengan bahan yang basah/lembab atau cara-cara lain
yang disetujui Direksi Pengawas, yang akan tetap bisa membasahi semua permukaan
yang akan dirawat ("cured").
c. Air yang dipakai untuk "curing" harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam
spesifikasi untuk air.
d. Pasangan yang berada di udara terbuka, selama waktu-waktu hujan terus menerus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atasnya.

50
SPESIFIKASI TEKNIS

7. Penyisipan bagian-bagian logam (metal fixture) ke dalam pasangan.


a. Pada waktu pelaksanaan pasangan, Rekanan dapat
diminta untuk menyisipkan perlengkapan yang terbuat dari besi, baja atau bahan lain
kedalam pasangan batu tersebut, seperti : baut-baut, sleves angker, alat-alat penarik
(lugas) dan lain sebagainya.
b. Sebagian pasangan akan dipasang dengan beton untuk
memegang besi dan baja itu pada posisinya.
c. Semua "fixtures" harus dipasang mutlak benar pada
posisinya seperti terlihat pada gambar-gambar dengan menggunakan balok-balok
penunjang yang dipasang dengan teliti pada posisinya.
b. Biaya untuk pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Rekanan dan sesudah
diperhitungkan dalam penawaran harga.
8. Blockouts (ruangan-ruangan yang disiapkan untuk diisi kembali).
a. Blockouts pada pasangan batu ("Masonry Blockouts")
hendaknya dibuat dimana bagian-bagian logam dan lain-lainnya akan dipasang oleh
Rekanan.
b. Pada tempat blockouts akan dibuat, permukaan masonry pada tempat-tempat itu harus
dikasarkan, dibersihkan dan tetap dibasahkan paling sedikit selama 4 jam, sesudah
permukaan-permukaan itu disetujui oleh Direksi Pengawas dan bahan-bahan logam
dan lain sebagainya seperti tersebut dalam spesifikasi telah dipasang pada tempatnya,
maka Rekanan harus memasang "reinforcement" (kalau perlu) dan mortar semen type
1 PC : 2 Pasir.
c. Jika blockouts tersebut akan diisi dengan beton, harus diperhatikan bahwa beton yang
baru dipasang itu harus kuat menempel pada pasangan yang telah dipasang terlebih
dahulu dan bahwa rekatan yang sempurna terjadi antara masonry dan semua
bagian-bagian logam serta bagian-bagian lainnya didalam blockouts tersebut.
d. Biaya untuk semua pekerjaan itu hendaknya sudah diperhitungkan dalam penawaran.

C. Pasangan Bata Merah


1. Bahan
a. Bata Merah
Bata harus bata biasa dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan ukuran nominal 6 x 12
x 24 cm, tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang biasa
diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas, harus

51
SPESIFIKASI TEKNIS

diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut. Sesuai


dengan pasal 81 dari AV 1941, minimum daya tekan ultimate harus 30 kg/cm².
Semua bata untuk satu bangunan harus berasal dari satu pabrik dan mendapat
persetujuan Direksi Pengawas.
b. Pasir
Pasir pasangan yang dipakai harus pasir kasar, keras, bersih dan sebelum diaduk
dengan semen harus dalam keadaan kering, dan harus mendapat persetujuan Direksi
Pengawas.
c. Semen
Semen yang dipakai harus Portland Cement kelas I yang disetujui Direksi Pengawas.
Rekanan hanya diperbolehkan memakai satu jenis PC untuk seluruh pekerjaan.
d. Air
Air yang dipakai untuk adukan spesi harus air tawar yang bebas dari larutan-larutan yang
membahayakan konstruksi, Air yang dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi
Pengawas.
e. Kapur
Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang disetujui Direksi
Pengawas.
2. Campuran Adukan
a. Perbandingan campuran adukan.
Bila tidak ditentukan lain, campuran adukan dibuat sebagai berikut :
Adukan untuk pasangan batu bata biasa (M1) 1 PC : 1 Kapur : 6 Pasir atau 1 PC : 4 Pasir,
dan untuk pasangan batu bata kedap air (M2) 1 PC : 2 Pasir.
b. Pencampuran dan penggunaan adukan.
Adukan harus dicampur diatas permukaan yang keras yang disetujui Direksi Pengawas.
Adukan semua dinding mulai dari ujung atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas
lantai dasar yang sudah jadi harus dibuat dari adukan jenis M2. Dinding untuk kamar
mandi, WC dan sebagainya harus memakai adukan M2, sampai ketinggian 1,5 meter
diatas lantai tadi. Untuk dinding lainnya dipakai adukan jenis M1, kecuali bila dinyatakan
lain. Dilarang memakai adukan yang sudah mulai mengeras atau membubukkannya
kembali untuk dipakai lagi.

3. Syarat Pemasangan

52
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Pemasangan pasangan bata dilaksanakan pada semua pasangan dinding tembok mulai
dari beton sloof atau balok baja hingga bagian bawah kerangka baja atau beton, lantai
tingkat atau atap, dan bagian lain yang ditetapkan dalam gambar maupun petunjuk
Direksi Pengawas.
b. Cara-cara pemasangan bata harus baik, benar dan sesuai dengan peruntukkannya.

c. Waktu akan dipasang, bata harus mengandung banyak/ jenuh air.

d. Pada pemasangan dinding harus dipasang uitzet, dimana dinding harus betul-betul
vertikal dan horizontal dan didirikan menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan
ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan pada gambar dan Rekanan harus
memasang piket (uitzet), lubang-lubang dan sebagainya dengan alat uitzet yang disetujui
Direksi Pengawas.
e. Besi penulangan yang dipasang pada dinding tembok bata pada arah tegak maupun datar
yang berhubungan dengan kolom atau balok baja, dipasang pada angkur 1/2" yang
dilas/diikat pada besi beton/balok baja, dan panjang angkur minimum 60 cm, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
f. Bata dipasang dengan adukan pengikat sambungan 10 mm dengan baik dan sambungan
yang menerus dan rata.
g. Siar-siar dibuat rapi setebal 1 cm dan dikorek paling sedikit 0,5 cm, dan untuk siar-siar
tegak tidak diperbolehkan bertemu dalam satu garis lurus.
h. Tiap pemasangan batu bata tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter dan untuk
penghentiannya harus dalam posisi miring dan pada tempat-tempat yang nantinya
bersambung, harus dipasang gigi-gigi.
4. Perawatan
a. Dinding-dinding yang sudah terpasang harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh bahaya
luar.
b. Dinding tembok harus dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7 hari setelah
didirikan.
c. Jika pemasangan ternyata tidak sesuai dengan gambar dan persyaratan yang telah
ditentukan, maka Rekanan harus membuat lagi sampai betul dan biayanya menjadi
tanggungan Rekanan.

D. Kolom Praktis dan Ring balk

53
SPESIFIKASI TEKNIS

Setiap pertemuan tegak lurus dan bidang dinding bata 1/2 batu yang luasnya labih dari 12
m², harus ditambahkan kolom praktis dan balok penguat dengan ukuran 12x12 cm, sesuai
dengan lebar bata dengan tulangan pokok 4 x  12 mm dan beugel  8 - 15 cm. Semua bagian
atas dinding batu bata harus diakhiri dengan ring balk 15x15 cm dari beton bertulang
dengan pembesian 4  12 mm dan beugel  8 - 15 cm.

3.17 PEKERJAAN PLESTERAN


A. Umum
Pekerjaan yang dimaksudkan dalam pasal ini meliputi semua tenaga kerja, bahan, alat dan
perancah yang diperlukan untuk menyelesaikan semua plesteran yang tercantum dalam
gambar atau diuraikan disini.
1. Plesteran halus pada dinding bata, permukaan beton dan sponningan sudut-sudut.
2. Bagian lain yang ditetapkan dalam gambar maupun dengan petunjuk Direksi Pengawas.

B. Bahan
1. Semen
Semen harus Portland Cement sesuai PBI-1971 NI-2 dan pasal 5.07.
2. Agregat halus atau pasir
Agregat halus atau pasir harus bersih, keras dan awet, bebas dari minyak, bahan organis
dan unsur lain yang merusak dan harus sesuai dengan ketentuan pasal 5.07.
3. Air
Air untuk mencampur harus bersih, segar dan bebas dari bahan yang merusak, seperti
minyak, asam atau bahan nabati.

C. Campuran dan Tebal Plesteran


1. Campuran
Adukan plesteran harus dicampur dengan perbandingan seperti terlihat pada tabel
berikut:
PEKERJAAN PC PASIR
1. Pasangan bata 1 4
2. Pasangan bata trasraam (rapat air) 1 2
3. Plesteran biasa 1 4
4. Plesteran trasraam (rapat air) 1 2
5. Plesteran beto 1 2

54
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Tebal
Tebalnya plesteran dinding bata tidak boleh kurang dari 1 cm atau lebih dari 2 cm dan
untuk beton tidak lebih tebal dari 1 cm, kecuali ditetapkan lain. Tebal tambahan
diperlukan untuk menutup bagian yang tidak rata pada beton atau permukaan
pekerjaan pasangan.

D. Pemasangan Plesteran
1. Semua permukaan beton dan bata yang akan diplester sebelumnya naad-naad dikorek
sedalam 1 cm, dibuat kasar dan dibersihkan dari segala macam kotoran. Kemudian
dinding disikat sampai bersih dan disiram air untuk memberikan pegangan pada
plesteran.
2. Setelah pasangan bata/beton dibersihkan, kemudian pada tahap pertama dibuat lapisan
kasar yang harus menutupi seluruh bidang dinding. Lapisan kasar harus dipasang merata
dan dengan cukup tekanan untuk menghasilkan ikatan yang baik dan harus dibasahi
selama tidak kurang dari 24 jam dan dibiarkan jenuh selama lapisan sedang dipasang.
Sebelum lapisan kasar mengeras, harus dibuat goresan melintang untuk memperoleh
ikatan mekanis bagi lapisan berikutnya.
3. Tahap berikutnya dipasang lapisan kedua.
Sebelum dimulai memasang lapisan kedua, permukaan dari lapisan kasar harus dibasahi.
Pekerjaan plesteran tahap kedua harus benar-benar lurus, sama rata, datar ataupun tegak
lurus, kecuali bila dalam gambar ditentukan lain dan sudut-sudut pertemuan luar maupun
dalamnya harus siku-siku.
Kemudian dibuat kasar dengan mistar kayu atau dibuat goresan melintang untuk
memperoleh lekatan lapisan ketiga.
Lapisan ini harus tetap basah selama 48 jam dan dibiarkan agar mengering.
4. Pada plesteran tahap ketiga dipasang lapisan halus yang berupa acian plesteran.
Lapisan halus tidak boleh dipasang sebelum lapisan kedua dibiarkan selama 7 hari. Sesaat
sebelum lapisan halus dipasang, lapisan kedua harus dibasahi lagi secara merata. Acian
lapisan ketiga "diapungkan" dahulu, sehingga menjadi suatu permukaan yang benar rata,
kemudian disendok sedemikian rupa, sehingga butir pasir masuk ke dalam plesteran dan
dengan penyendokan terakhir diperoleh permukaan yang licin dan bebas dari bidang
yang kasar, tanda bekas sendok, atau noda lainnya. Lapisan halus harus dibasah
sekurang-kurangnya 2 hari dan selanjutnya harus dilindungi terhadap pengeringan yang
cepat sampai mengeras dengan seksama dan sempurna.

55
SPESIFIKASI TEKNIS

5. Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan seperti tidak rata, tidak
vertikal ataupun bengkok, adanya pecahan atau retak, maka bagian tersebut harus
dibongkar kembali untuk diperbaiki dan biayanya menjadi tanggungan Rekanan.

3.18 PEKERJAAN LOGAM DAN BAJA


A. Umum
1. Sebelum pekerjaan logam dibuat dan dipasang, Rekanan harus menyerahkan contoh logam
yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
2. Dimana gambar-gambar tidak disediakan oleh Direksi Pengawas, maka gambar-gambar yang
terperinci mengenai semua pekerjaan logam harus diajukan oleh Rekanan untuk
memperoleh persetujuan, sebelum suatu pekerjaan logam dimulai.
Sebelum pembuatan bangunan baja dimulai, gambar kerja harus sudah siap dan disampaikan
pada Direksi Pengawas.

B. Bahan
Bahan untuk pekerjaan logam harus berkualitas baik dan dibuat sesuai dengan standard SII
atau standard internasional lainnya yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

C. Baut dan Mur


1. Semua baut berkepala sisi enam beraturan dan murnya bersisi enam rangkap berat. Baut
jangkar mempunyai kepala yang luas. Baut harus cukup panjangnya melampaui mur
seluruhnya tetapi tidak boleh lebih panjang empat (4) uliran.
Cincin dibawah mur harus dipasang, mur harus mampu dikembangkan sampai kekuatan
baut yang penuh.
2. Ulir semua mur dan baut harus sesuai dengan ISO-R-7 "Uliran pipa terdaftar untuk gas
dan benda-benda sambungan yang berulilr".
3. Ulir baut dan mur yang bergalvanis harus terbentuk lekukan (tap) dan mata (die) nya
sedemikian rupa sehingga dapat menunjang ruang bebas yang normal sesudah celupan
galvanis panas.

D. Pelaksanaan Pengerjaan
1. Pekerjaan logam harus dipasang sesuai dengan yang tertera dalam gambar atau yang
diperintahkan. Pekerjaan logam yang bengkok, patah, rusak, berbentuk lain harus

56
SPESIFIKASI TEKNIS

diperbaiki atau diganti oleh Rekanan sampai memuaskan Direksi. Pekerjaan logam
berujung kasar, digurinda rata halus dan ditutupi seperti yang diharuskan, berguna
secara baik dan tampak rapi dengan hasil kemahiran.
2. Semua gerigi yang terjadi karena pemotongan dan pengeboran hendaknya dihilangkan
agar rapi. Dimana pemotongan dilakukan dengan api acetylene, maka permukaan yang
dipotong harus bersih dan licin.
3. Semua pekerjaan las harus dilakukan dengan metode api listrik yang terlindung
(electricare) dan oleh tukang las yang berpengalaman.
4. Permukaan yang akan dilas harus dibersihkan dengan baik dari karatan, sisa-sisa besi,
cat, kotoran dan materi-materi lain yang mungkin merusak kualitas las tersebut.
Pekerjaan las harus sempurna, sesuai dengan petunjuk Direksi Pengawas. Kalau
pengelasan dilakukan terhadap logam yang terbungkus chroom maka setelah
pemasangan las semacam itu harus dichroom kembali. Semua pengelasan baja dilakukan
pengolahan secara bunga api yang tidak bermacam-macam dengan mengenyampingkan
udara selama pengolahan pengelasan sedangkan logamnya dalam keadaan mencair.
5. Semua las harus bersusunan seragam, rapi, halus, rata, berkekuatan penuh serta cocok
untuk saluran, tanpa keropos dan kerak, dibuat secara teknik menjamin pembagian
tegangan, bebas secara merata sepanjang bagian yang kena las dengan kecenderungan
secara minimal menghasilkan tegangan atau penurunan miring (Eccentric) pada baja
didekatnya.
6. Corak dan ukuran bahan las (elektrode) harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
Bahan las elektrode yang berkarat atau rusak tidak boleh digunakan, dan pemaksaan
persyaratan tersebut sudah cukup alasan untuk menolak pekerjaan.
7. Semua pekerjaan logam hendaknya disimpan dan ditangani ditempat pekerjaan
demikian rupa agar bagian-bagiannya tidak mengalami tekanan-tekanan yang
berlebihan.
8. Semua besi-besi penguat, pelat-pelat, pipa-pipa dan lain sebagainya, harus dipotong,
dibor, dibengkokkan dan sebagainya tepat dengan bentuk-bentuk serta ukuran seperti
terlihat pada gambar.
9. Semua pekerjaan logam dalam pasangan batu (masonry) atau pasangan beton harus
tepat menuruti bentuk-bentuk serta posisi seperti terlihat dalam gambar-gambar atau
seperti yang ditentukan oleh Direksi Pengawas.
Logam-logam yang akan disisipkan kedalam pasangan harus dibersihkan dan tidak
boleh dicat.

57
SPESIFIKASI TEKNIS

10. Jika instalasi dengan "grouting" atau dengan memakai angker expansi tidak disetujui,
maka baut-baut angker serta bahan-bahan logam yang akan disisipkan kedalam
pasangan haruslah dipasang pada posisinya sebelum pasangan tersebut dipasang dan
harus dipegang dengan kuat dan teliti pada posisinya sementara pasangan itu sedang
dipasang.
11. Pengecatan.
a. Semua pekerjaan logam harus dicat kecuali jika ditentukan lain dalam spesifikasi ini.
b. Baja-baja yang akan dicat harus dibersihkan seluruhnya sampai kepada logam
dasarnya dengan jalan "sandblasting" atau dengan cara lain yang disetujui oleh
Direksi Pengawas dan permukaannya harus disiapkan dengan baik, diberi cat-cat
dasar dan cat-cat penghabisan.
c. Lapisan-lapisan cat sebelah bawah harus memakai warna-warna yang berbeda dan
warna terakhir harus mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.
d. Pengecatan berikutnya tidak boleh dilakukan sebelum 24 jam berlalu setelah
pengecatan yang terdahulu, begitu pula tidak boleh mencat permukaan yang masih
basah.
e. Setelah pekerjaan-pekerjaan logam itu dipasang, semua bagian-bagian yang
kelihatan, harus dibersihkan dan diberi dua lapisan cat dasar dan bila perlu diberi lagi
satu lapis pada penyelesaian akhir.
f. Semua lapisan cat pada logam harus digosok dengan kertas gosok sebelum
pengecatan berikutnya.
g. Bagian-bagian logam yang terendam atau kena air yang berlebihan, misalnya dari
"spray" atau kondensi, harus diberi tiga lapisan cat tir (coal-tar) yang telah disetujui
Direksi Pengawas.

E. Simpai.
Simpai baja merupakan bagian lapisan dinding rabat terbuat dari bahan baja strip dalam
rangkaian anyaman. Bahan simpai baja harus berkualitas baik, bebas dari karat dengan
anyaman berbentuk diagonal dengan jarak antara pelat baja (strip) 15 cm.

3.19 PEKERJAAN PLAMBING


A. Umum

58
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Rekanan harus menyediakan tenaga kerja, perlengkapan, bahan dan piranti lainnya yang
diperlukan untuk memasang sistem plambing seperti diuraikan dibawah ini atau
tercantum dalam gambar.
a. Sistem pembuangan air hujan.
b. Sistem pembuangan air buangan, air kotoran dan sistem vent.
c. Sistem penyediaan air minum.
d. Alat plambing dan katup.
2. Gambar dan Bahan
Susunan perpipaan plambing tertera pada gambar. Gambar kerja terinci yang diusulkan
sesuai dengan tempat lapangan kerja atau sebab lainnya dapat diajukan oleh Rekanan
kepada Direksi Pengawas untuk mendapatkan pengesahan. Rekanan diwajibkan
mempelajari gambar dan kondisi pekerjaan secara teliti dan cermat, mengatur pekerjaan
dan menyediakan semua fitting, perangkap, katup serta peralatan yang diperlukan. Bahan
dan perlengkapan yang digunakan harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
3. Hubungan silang (cross conection)
Alat plambing, perlengkapan dan pipa yang dipasang tidak boleh menyebabkan terjadinya
hubungan silang (cross connection) antara air minum dengan air bukan air minum, seperti
air kotoran, air pembuangan dan air hujan.
4. Pembobokan, pemotongan dan perbaikan.
Perbaikan kembali pembobokan tembok/beton, pemotongan kabel, pemotongan pipa,
ducting dan perlengkapan lainnya harus dikerjakan dan dengan biaya Rekanan.
5. Pengamanan alat plambing, bahan dan perlengkapan.
Pada waktu pemasangan, lubang pipa harus ditutup dengan dop, plug atau penutup yang
sejenis. Alat plambing dan perlengkapan harus ditutup dan dilindungi terhadap kotoran,
air, bahan kimia atau kerusakan mekanis.
Pada saat penyelesaian pekerjaan semua alat plambing, bahan dan perlengkapan harus
dibersihkan, diatur dan dicoba.

D. Perpipaan Air Kotor, Air Buangan, Vent dan Air Hujan


1. Umum
Pipa air kotoran, buangan dan air hujan dianggap mulai dari titik alat plambing di dalam
gedung/talang sampai ke septic tank/bak kontrol.
2. Bahan

59
SPESIFIKASI TEKNIS

a. Bahan pipa harus sesuai dengan persyaratan berikut


dan dipasang seperti tertera pada gambar.
b. Pipa polyvinil chloride (PVC) harus dari Unplasticed Polyvinyl Chloride Pipe dengan
tekanan kerja 8 bar dengan fitting PVC atau standard internasional lainnya yang
disetujui oleh Direksi Pengawas. Type socket dipasang dengan cara penyambungan
"SOLVENT" (Solvent Cement).

3. Pemasangan
a. Pemasangan pipa dan fitting harus sesuai dengan
petunjuk pabrik.
b. Semua alat plambing atau perlengkapan lain yang terpasang pada pipa air bekas dan
air buangan harus dilengkapi dengan perangkap.
c. Pipa air bekas, air buangan dan air hujan mendatar harus dipasang sesuai dengan
kemiringan yang tercantum pada gambar. Bila karena sesuatu hal kemiringan
tersebut tidak dapat dipenuhi, Rekanan dapat mengusulkan kemiringan lain pada
Direksi Pengawas.
d. Pipa Vent dan cabangnya harus dipasang dengan kemiringan ke arah alat plambing,
sehingga air pengembunan yang mungkin terjadi dapat mengalir ke arah alat
plambing.
e. Perubahan dari diameter ke diameter lain pada pipa air bekas, air buangan dan air
hujan harus dilakukan dengan pemasangan "reducer", Penggunaan bushing
dilarang.
f. Perubahan arah harus dilakukan dengan penggunaan knee DV 45o belokan 1/4, 1/6,
1/8, 1/16 atau kombinasi fitting ekivalen.
g. Tee saniter atau TY-DV 45o hanya dapat dipasang pada pipa air bekas dan air
buangan dengan perubahan arah dari datar ke tegak.
h. Setiap alat plambing atau perlengkapan yang perlu dihubungkan dengan sistem
pembuangan air kotoran harus dilengkapi perangkap sesuai dengan penggunaanya,
kecuali alat plambing atau perlengkapan yang sudah memiliki perangkap terpadu.
i. Setiap perangkap harus ditempatkan sedekat mungkin dengan alat plambing yang
dilayani, tidak dibenarkan adanya alat plambing yang diberi perangkap dua kali.

E. Talang Tegak

60
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Pipa talang tegak yang ukurannya sesuai dengan gambar harus terbuat dari PVC dengan
tekanan kerja 8 bar atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Pengawas. Semua offset
dan belokan harus dibuat dengan knee 45o penggunaan sambungan ulir tidak dibenarkan.
2. Pipa talang tegak harus diangker dengan angker baja pada struktur yang terdekat supaya
tidak bergerak.

F. Selubung
Pipa yang menembus atap harus diselubungi dengan timah hitam atau tembaga dan flange
terpadu yang cukup ukurannya, melebar tidak kurang dari 20 mm kesegala arah diukur dari
pipanya dan menutup atap, sehingga terdapat hubungan yang rapat air.

G. Pengering Lantai dan Pengering Atap (Floor Drain and Roof Drain)
Pengering lantai dan pengering atap harus mempunyai saringan kuningan berlapis krom
yang dapat dibuka, dengan luas bagian saringan terbuka sekurang-kurangnya tiga kali luas
penampang pipa yang disambungkan.
H. Penggantung dan Penumpu Alat Plambing
Letak penggantung dan penumpu pipa harus disesuaikan dengan pekerjaan struktur.

3.20 PEMBERSIHAN AKHIR


Sebelum pekerjaan diserahkan, semua bagian harus dibersihkan dan bagian yang
rusak harus diganti. Bahan untuk membersihkan harus disetujui oleh Direksi Pengawas.

3.21 PEKERJAAN BAHAN - BAHAN / ALAT BANGUNAN


1. Ketentuan Umum
a. Semua bahan yang diperlukan harus dengan ketentuan-ketentuan Spesifikasi Bahan
Bangunan SK SNIS-04-1989-F atau ketentuan yang sudah diatur dalam bidang
pembangunan pada umumnya.
b. Semua bahan-bahan ataupun perlengkapan yang dipakai, dipasang ataupun
dikerjakan dalam pembangunan ini harus seijin dengan Direksi.
c. Bahan alat - alat perlengkapan yang telah dibeli oleh pemborong untuk pekerjaan
ini, diletakkan ditempat yang mudah diperiksa oleh Direksi. Untuk itu pemborong
wajib mempersiapkan segalanya agar pemeriksaan tersebut terlaksana.
2. Air Untuk Pembangunan

61
SPESIFIKASI TEKNIS

Untuk pembangunan, air yang digunakan haruslah air tawar yang bersih dan bebas dari
mineral zat organik, bebas lumpur, larutan air kali dan lain - lain.
3. Semen Portland
Untuk beton struktur dipakai yang memenuhi persyaratan NI 8.
4. Pasir, Split dan Bekisting
Pasir harus bersih, bebas kotoran.
Split harus pecahan dan bebas dari kotoran.
Kayu bekesting dari kayu sedemikian rupa, harus sesuai dengan PBI 1971, kuat dan
cukup tebal sehinga gejala melengkung tidak terjadi.
11. Semua bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini dapat bersifat pabrikasi yang
dimaksudkan adalah sekualitas. Semua bahan - bahan yang bersifat pabrikasi : besi / baja
/ PVC dimensi yang dipakai sesuai yang ada dan beredar diperdagangan umum.
12. Lain - lain
a. Semua bahan dan alat perlengkapan yang akan diperoleh atau dipasang pada
bangunan ini sebelum dipergunakan harus diperiksakan dan diluluskan oleh Direksi.
b. Pemasangan dan penggunaan yang tidak sesuai dengan syarat - syarat alat tersebut
akan ditolak atau dikeluarkan atas perintah Direksi dengan segala resiko pemborong.
c. Apabila diperlukan pemeriksaan laboratorium atas bahan, maka biaya pemeriksaan
ditanggung pemborong.

62
SPESIFIKASI TEKNIS

BAB IV
PENGADAAN ACCESSORIES
DAN PEMASANGAN PIPA

4.1 FITTING
Fitting sambungan harus sesuai dengan standar SNI 06-0162-1987 / SNI 06-0135-
1989 / SNI 06-0084-2002 / ISO 4422/4065 dan bila tidak disebutkan dalam Volume
Pekerjaan (Bill of Quantity) maka sistem sambungan menggunakan sistem rubber ring joint.
Semua fitting direncanakan mempunyai tekanan kerja 1.25 mpa (12.5 kg/cm 2). Kecuali
ditentukan lain, semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process (pencetakan
atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan kekuatan yang sama dengan pipa
yang disambung. bila fitting yang dispesifikasikan bukan terbuat dari PVC maka harus dari
besi tuang ductile (Ductile Cast Iron) atau yang disyaratkan. Beil and flange yang
dispesifikasikan harus mempunyai flange pada satu ujungnya dan push-on beil satu
sambungan jenis mekanikal pada ujung yang lain. Tee dengan cabang flange, jika
dispesifikasikan, harus berupa ujung-ujung dengan push-on dan ujung pipa cabang dengan
flange. Permukaan luar fitting tersebut harus dilapisi lapisan pelindung dari bahan bitumen,
yaitu coal tar atau asphaltic base, yang mempunyai ketebalan kering tidak kurang dari 0,3
mm. Permukaan dalam dari fitting tersebut harus dilapisi epoxy atau coal tar epoxy yang
dipakai untuk lining harus dari bahan yang tepat untuk pipa air minum dan dilengkapi
sertifikasi dari instansi yang berwenang (public health authorities). Baut dan mur yang akan
dipakai untuk flange dan sambungan mekanikal harus dari baja yang digalvanis.

4.2 PENGUJIAN “QUALITY ASSURANCE” (JAMINAN KUALITAS)


Pengujian quality assurance sesuai dengan persyaratan berikut harus cukup mewakili
unit yang disuplai sesuai kontrak. Engineer harus diijinkan untuk mengunjungi tempat
pembuatan untuk menyaksikan test/pengujian tersebut.
- Pengujian Tekanan Hidrostatis
Pengujian tekanan harus dilakukan pada semua pippa dan fitting dan memenuhi standar
SNI 0084-1987 dan SNI 06-2549-1991.
Setiap pipa harus diuji untuk dapat menahan tekanan pengujian hidrostatis pada tekanan
paling sedikit 42 N/mm.

63
SPESIFIKASI TEKNIS

- Pengujian Lain
Pengujian lainnya seperti flattering test, toksisitas, tekanan terus menerus dan lain-lain
harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.

4.3 VALVE
- UMUM
Rekanan harus melengkapi valve sesuai dengan yang dibutuhkan dan menurut standar
yang disetujui. Seluruh valve sesuai dengan ukuran yang disebutkan dan bila mungkin dari
jenis atau model yang sama dan dikeluarkan oleh satu pabrik.
Seluruh valve pada badan bagian luar harus tercetak asli dari pabrik dan dicor dengan
huruf timbul yang dapat menunjukkan :
 Nama atau merk dagang pembuatnya
 Tahun pembuatan
 Tekanan kerja
 Diameter nominal
 Arah panah aliran bila valve tersebut digunakan satu aliran
 Valve dengan diameter lebih kecil 50 mm tersebut dari brass/kuningan, bila tidak
disebutkan lain, kecuali untuk handwheel tersebut dari besi tuang atau besi tempa atau
jenis sambungan dari sambungan ulir.
 Ulir valve harus sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa threads where pressure tight joint are
made in the thread”
 Valve dengan diameter 50 mm keatas menggunakan sambungan sistem dengan flange
dan terbuat dari ductile cast iron/besi tuang.
 Ketebalan flange harus ditentukan berdasarkan tekanan kerja seperti yang
dispesifikasikan dan sesuai dengan standar internasional yang diakui. Penyedia Jasa
harus menyerahkan perhitungan desain atas permintaan Engineer.
 Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka seluruh valve
harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja minimal 10 bar dan untuk flange
harus mempunyai dimensi sesuai dengan standar SNI /ISO 2531.
 Seluruh unit yang beroperasi harus didesain untuk pembukaan berlawanan arah jarum
jam dan searah jarum jam untuk penutupan. Tanda panah harus tertera untuk
menunjukkan arah rotasi membuka atau meutup valve.
 Semua lubang/bukaan sambungan pipa harus ditutup untuk mencegah masuknya
benda-benda asing.

64
SPESIFIKASI TEKNIS

 Harga penawaran valve sudah termasuk perlengkapan untuk penyambungan seperti


gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange dengan imbuhan 10 %.
 Mur Baut untuk penyambungan harus dari Stainless steel (minimal SS.316).
 Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi teknis dari
flange valve, mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan material bekas dan sudah
tergalvanis dengan merata dan baik. Ketebalan gasket minimal 3 mm terbuat dari karet
sintetis.
 Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force pada
hardwheel, engkol (crank), T-bar dan perlengkapan lain sehingga tidak menimbulkan
kesulitan pada operator. Rekanan harus menyertakan besarnya maksimum torque yang
dibutuhkan untuk setiap valve yang dikirim.
 Coating seluruh permukaan logam seperti badan valve, flange, surface box dan lain-lain
yang terkontak dengan air bersih atau tanah harus dilapisi dengan non toxic coalter
epoxy, enamel, bitumen atau bahan lain yang sama dan disetujui oleh Direktur
Pengawas.)
 Permukaan harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan. Coating
dengan cara penyemprotan harus dilakukan di pabrik. Ketebalan minimum coating
setelah kering ± 400 micron (16 mils). Material yang berkontak dengan air harus dari
jenis non toxic sedangkan bahan yang dapat larut tidak boleh digunakan.
 Setiap jenis valve dan kelengkapannya harus dilengkapi dengan petunjuk operasi
(operating manual) dalam bahasa Indonesia.
 Rekanan harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang menerangkan bahwa setiap
valve telah memenuhi persyaratan yang diminta dalam spesifikasi ini.

4.4 GATE VALVE


 Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate valve yang
ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising Stem”.
 Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water ang Other Liquids” (AWWA C 500)
atau standar internasional lain yang sama atau yang lebih tinggi kualitasnya dan
didesain khusus untuk tekanan kerja.
 Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi dengan kunci T (T
key) minimal satu buah dan maksimum saw untuk 20 buah yang seukuran.
Tee key tersebut dilengkapi dengan pendongkel tutup surface boxlstreet cover dan
terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis.

65
SPESIFIKASI TEKNIS

 Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension spindle maka
material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis.
Harga penawaran extension spindle sudah termasuk potongan pipa PVC untuk
melindungi extension spindle tersebut dari urugan tanah.
 Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu atau bahan
dengan kualitas yang lebih tinggi.
 Badan gate valve harus terbuat dari ductile cast iron (GGG.50 / GJSN.500 – setara ),
tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup yang solid (solid wedge gate). Valve
harus cocok untuk pemasangan dengan posisi tegak (vertikal mounting). Valve harus
dirancang untuk saluran air yang bebas hambatan yang mempunyai diameter fisik
kurang dari diameter nominal valve apabila dalam posisi terbuka.
 Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve seperti telah
dispesifikasikan di atas dan harus dalam posisi terbuka. Tinggi dari stuffing box tidak
boleh kurang dari diameter valve. Packing pada stuffing box harus terbuat dari asbes
atau bahan lain yang sesuai dan disetujui engineer. Packing dari hemp atau jute (rami)
tidak boleh digunakan. O-ring stem seal dapat digunakan atas persetujuan engineer
dan seal ini harus terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan paling sedikit 1 (satu) buah
ditempatkan di atas stem-collar dan dapat dilakukan penggantian dalam keadaan
tekanan kerja penuh dimana valvenya dalam posisi tebuka penuh.
 Stem terbuat stainless steel sandart EN 10088
 Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan .
 Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata dan tahan
terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang padat. Joint antara
tutup dengan badan tidak berupa engsel melainkan dihubungkan dengan baut. Ukuran
surface box disesuaikan dengan masing-masing dimensi valve dan sudah dicoating
dengan anti karat.
Semua valve, kecuali ditentukan lain, harus dilengkapi dengan mur (wrench nuts).

SPESIFIKASI TEKNIS GATE VALVE DUCTILE IRON ( DI )


STANDARD SPECIFICATION FOR RESILIENT SEATED GATE VALVE

Ukuran DN 50mm – 600mm


Standarisasi BS 5163, Type B
Flanges ISO 7005-2 (EN 1092-2: 1997) BS 4504
Model Resilient Seated, Fully Vulcanised. (Lapisan karet)
Maximum Tekanan kerja PN 16
Temperatur max Seal 100 ˚C 

66
SPESIFIKASI TEKNIS

Working Medium Fresh Water, Tap Water


Test Pressure Shell Test 1.5 times of Working Pressure, 24 Bar
Seat Test 1.1 times of Working Pressure, 17.6Bar
Material Body Ductile Iron, GGG 50, BS 2789 500-7
Seat Ductile Iron, GGG 50 dilapis full dengan karet
EPDM
Baut Stainless Steel SS304
Gasket EPDM
Karet pelapis EPDM
Ulir Stem Dezincification Resistant Brass, CZ 132
Stem Stainless Steel SS 420
Bushing Polyamid
Coating Electro-statically applied epoxy coating internally
& externally to WIS 4-52-01

Garansi minimal 2 tahun, dilampiri sertifikat garansi dari Pabrik/Produsen untuk masing
- masing Gate Valve dengan menyebutkan nomor seri di body .

4.5 CHECK VALVE


 Rekanan harus menyediakan check valve jenis Swing Check Valve / Klep Tabok dengan
sambungan flange.
 Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank flange) yang dapat dibuka sewaktu-
waktu bila diperlukan.
 Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang dapat
menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya, besarnya diameter,
tekanan kerja, dan arah aliran air.
 Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi tuang Ductile
Iron .
 Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber yang berkualitas
baik.
 Tekanan kerja dari check valve mampu menahan minimal 16 kg/cm2.
 Check valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan, dudukan, dudukan
cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk perbaikan harus
mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti tanpa menggunakan peralatan
khusus atau harus memindahkan valve dari jalurnya.
 Check Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau vertikal
dengan aliran ke atas dan ketika terbuka penuh check valve harus mempunyai daerah
aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari luas diameter nominal pipa dan ujung
flange.

67
SPESIFIKASI TEKNIS

4.6 PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA BAJA (STEEL)


Umum
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara dalam kondisi baik perkakas dan
peralatan untuk menangani dan memasang pipa, dan valve. Cara pemasangan pipa dan
penggunaan perkakas dan peralatan juga harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
Penopang pipa yang memadai harus disediakan bagi pemasangan pipa walaupun
bahan penopang tidak diperlihatkan dalam gambar kerja.
Bagian dalam semua pipa, dan valve yang dipasang, harus dijaga tetap bersih dan
bebas dari benda asing dan kotoran di sepanjang waktu. Langkah pencegahan mencakup
penggunaan kain pembersih dan alat bantu lain yang memadai menurut petunjuk direksi
selama pemasangan pipa, dan penyumbatan yang rapat semua lubang/celah yang ada pada
setiap akhir hari kerja.
Pipa dipasang secara seragam dan menerus pada jalur dan ketinggian sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar kerja dan sesuai dengan cara pemasangan yang ditetapkan
terlebih dahulu. Sebelum menempatkan pipa pada posisinya, ketinggian dan alinyemen akhir
harus diperiksa terlebih dahulu dengan menggunakan peralatan survei.
Pipa, valve, dan fitting harus diperiksa secara teliti dari kerusakan pada saat
pemasangan. Bahan yang didapati rusak sebelum, selama, atau setelah dipasang harus diberi
tanda secara permanen; disingkirkan dari lokasi pekerjaan, dan diganti dengan yang baik.
Secara umum, setiap 3 batang pipa disambung di atas tanah agar pelaksanaan
penyambungan lebih mudah dan pada kondisi yang stabil.
Pipa-pipa yang disambung menjadi satu diangkat dan diletakkan ke dalam galian dan
di dalam galian pipa tersebut disambung dengan pipa lainnya dengan menggunakan
“coupling”.
Jika Penyedia Jasa mengusulkan menggunakan “Heat – shinkable sleeves” untuk
lapisan pelindung sambungan daripada “Heat – shinkable sleeves”, “sleeves” tersebut perlu
dipasang pada pipa sebelum diletakkan.
Galian sekitar daerah yang diperkirakan tempat sambungan dan tempat untuk “Heat-
shinkable sleeves” atau “sleeves”, harus digali lebar untuk kemudahan pelaksanaan pekerjaan
yang diperlukan.

Pemasangan Pipa

68
SPESIFIKASI TEKNIS

 Penurunan Pipa ke dalam Galian


Peralatan, perkakas dan fasilitas direksi yang memuaskan direksi harus disediakan dan
digunakan oleh komperator untuk keamanan dan kenyamanan pekerjaan. Semua pipa
“fitting”, dan “valve” harus diturunkan secara hati-hati ke dalam galian, satu persatu,
dengan batasan diameter memakai “crane”, derek, tali, atau dengan mesin, perkakas, atau
peralatan lainnya yang sesuai, dengan cara sedemikian rupa agar mencegah kerusakan
terhadap bahan, lapian pelindung luar (protective coating) serta lapisan pelindung dalam
(linning). Bahan tersebut sama sekali tidak diperkenankan dijatuhkan atau dilemparkan
ke dalam galian.
Jika kerusakan terjadi pada pipa “valve” atau perlengkapan dapa saat penggunaannya,
harus segera dilaporkan kepada direksi. Direksi akan menentukan perbaikan yang
diperlukan atau menolak bahan yang rusak tersebut.
 Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
Semua pipa “fitting” harus diperiksa secara hati-hati dari kemungkinan kerusakan, pada
saat di atas galian sesaat sebelum dipasang pada posisi akhir.
Setiap ujung pipa harus diperiksa dengan secara khusus, karena daerah ini paling mudah
mengalami kerusakan dalam penanganannya.
Pipa atau “fitting” yang rusak/cacat harus diletakkan terpisah untuk pemeriksaan oleh
direksi yang akan menentukan perbaikan yang diperlukan ataupun menolaknya.
 Pembersihan Pipa dan “Fitting”
Bagian luar dan dalam ujung pipa harus dibersihkan dengan kain kering dan bersih,
dikeringkan dan bebas dari minyak dan lemak sebelum pipa dipasang.
Bila ada profil pengaku badan (stiffeners) guna melindungi ujung pipa, semua profil
pengaku tersebut harus disingkirkan sampai bersih demikian pula benda asing lainnya
dalam pipa.
 Perletakan Pipa
Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah benda asing masuk ke dalam pipa
pada saat pipa diletakkan pada jalur.
Selama berlangsungnya perletakan, tidak boleh ada kotoran, perkakas, kain, ataupun
benda-benda lainnya ditempatkan dalam pipa.
Saat satuan panjang pipa dalam galian, setiap ujung pipa harus dipasang berhadapan
dengan pipa yang sebelumnya, pipa dipasang dan ditempatkan pada jalur dan ketinggian
yang benar. Pipa dimantapkan ditempatkan dengan bahan urugan yang telah disetujui dan

69
SPESIFIKASI TEKNIS

dipadatkan dengan ketinggian yang sama kecuali pada ujung pipa. Tindakan pencegahan
perlu dilakukan untuk mencegah tanah atau kotoran lainnya masuk ke sambungan.
Setiap saat bila pemasangan pipa sedang berlangsung, ujung pipa harus ditutup/disumbat
dengan bahan yang memadai dan dengan cara yang disetujui oleh direksi.

 Pemotongan Pipa
Pemotongan pipa untuk menyisipkan “Tee”, “Bend” atau “Valve” atau tujuan lainnya, harus
dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan cara yang rapih dan baik, tanpa
menyebabkan kerusakan pada pipa maupun lapisan pelindung dalamnya dan
menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang tepat terhadap sumbu pipa.
Pemotongan pipa baja harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang diminta
terhadap sumbu pipa.
Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelinding luar maupun
lapisan pelindung dalam pipa. Ujung potongan pipa yang dipotong tersebut, harus
dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama sebagaimana yang ditentukan dalam
spesifikasi.
Tidak boleh ada “fitting” seperti “bend”, “tee”, dan “flange dan spigot” dipotong untuk
pekrejaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi tertulis yang diberikan kepada
Penyedia Jasa dari direksi.

Penyambungan dengan Pengelasan di Lapangan


 Umum
Pengelasan pipa baja di lapangan harus sesuai dengan persyaratan yang ditentukan
berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi ini, mengacu pada standar
ataupun pedoman (code) berikut ini.
a. Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures’ Association (WSP)
b. Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan dibuat lebih dalam
agar memungkinkan pengelasan sebagaimana diminta.
Jumlah pipa yang akan menjadi satu, dengan panjang yang sesuai yang dilakukan di atas
permukaan tanah, serta cara perletakannya ke posisi yang sesuai, harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi.

70
SPESIFIKASI TEKNIS

Pengelasan yang diminta oleh Direksi harus diuji dengan cara pengujian yang
dicantumkan dalam “4 PENGUJIAN TANPA MERUSAK PADA PENGELASAN DI LAPANGAN”
DALAM 3.3.4 atau cara yang diterima oleh Direksi.
Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap sambungan, dengan
cara pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan sambungan dengan las
tumpul tunggal (single-welded butt joint) atau las-tumpul ganda (double-welded butt
joint) sesuai yang ditentukan.
 Juru Las (Welder)
Penyedia Jasa harus memasukkan pengalaman dan kualifikasi juru las yang diusulkan
untuk persetujuan Direksi.
Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi perkerjaan
pengelasan, dan memegang sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan oleh badan berwenang.
 Batang Las dan Mesin Las
Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan 3212 atau yang
memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar bahan pipa.
Batang las yang menyerap lengas (moisture) tidak boleh digunakan dan tingkat lengas
harus lebih kecil dari 2,5 % untuk batang yang diluminasi (illuminated rod) dan 0,5 %
untuk batang yang hidrogennya rendah (low hydrogenous rod).
Mesin las, harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding Machine) dengan arus AC
atau pengelasan busur nyala DC, sebagaimana yang ditentukan dalam JIS C 9301 atau pada
standar yang telah diterima oleh Direksi.
 Penyiapan Ujung Pipa
Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai alur menyudut/serong (bewel) yang sesuai
sebelum pengelasan. Kecualiu ditentukan lain atau disetujui oleh Direksi, alur tersebut
harus dibuat pada bagian permukaan luar (exterior) untuk pipa dengan diameter 700 mm
dan yang lebih kecil dan pada permukaan dalam (interior) untuk pipa dengan diameter
800 mm dan yang lebih besar.
Pipa yang mempunyai ketebalan dinding 16 mm atau lebih, harus alur di kedua sisi pipa
agar dapat dilakkan sambungan las tumpul ganda (double welded butt joint). Bentuk dan
ukuran celah yang terbentuk oleh alur menyudut tersebut, harus sesuai dengan JIS G-3443
atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi.
 Pengelasan

71
SPESIFIKASI TEKNIS

Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu, tanah dan
karat dengan menyikat dan mengasah (grinding).
Bila pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun lapisan pelindung
luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm, kemudian ujung pipa dibuat
alur sebagaimana yang ditentukan. “Fitting” tidak boleh dipotong di lapangan.
Atas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan pengelasan, harus terus
menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke bagian atas pinggiran pipa.
Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia Jasa harus memperhatikan keadaan
cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Pekerjaan tidak boleh dilakukan
dalam kondisi cuaca seperti yang telah disebutkan tanpa perlindungan atau persetujuan
dari Direksi.
Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang berlebihan,
tumpang tindih dan ketidak rataan.

Pengujian Tanpa Merusak pada Pengelasan di Lapangan


 Umum
Bagian ini dipakai untuk Pengujian Tanpa Merusak Sambungan dengan pengelasan setelah
pemasangan pipa. Bagian pipa baja bawah tanah, semua pengelasan di lapangan harus
diuji dengan cara uji cairan penembus dengan pewarna (dye penetrant test).
Pengujian harus dilakukan oleh perusahaan pemeriksa yang independen yang memiliki
sertifikat dari badan yang berwenang.
Penyedia Jasa harus memberikan keterangan mengenai perusahaan pemeriksa yang
diusulkan beserta pengalamannya, bersama dengan kualifikasi kepala pengawas yang
disebutkan untuk persetujuan Direksi.
Penyedia Jasa harus menyediakan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk
pengujian tanpa merusak pada sambungan dengan pengelasan di lapangan.
Semua pengujian harus dilakukan dengan dihadiri Direksi atau wakilnya, kecuali disetujui
lain oleh Direksi.
Penyedia Jasa harus menunjuk kepala pengawas yang mampu, yang bertanggung jawab
dalam mengawasi prosedur pengujian sambungan dengan pengelasan.
Penyedia Jasa harus menyusun dan menyerahkan laporan mengenai hasil pengujian
sambungan dengan pengelasan yang dilakukan di lapangan kepada Direksi. Laporan harus
berisi analisa dari pengujian, film, rekaman fotografi dan sebagainya; yang ditandatangani
oleh pengawas : dan diserahkan sebanyak 5 (lima) copy kepada Direksi.

72
SPESIFIKASI TEKNIS

 Pemeriksaan secara amatan (fisual inspection)


Pengelasan alur dan pengelasan kedua harus diperiksa secara amatan. Kerusakan berikut
ini dapat menyebabkan ditolaknya hasil pengelasan dan Penyedia Jasa yang mengelas dan
menguji kembali atas biayanya sendiri.
a. Adanya lubang (pit) di permukaan
b. Adanya potongan berlebih (undercut) dengan kedalaman 1 mm atau lebih.
c. Adanya potongan berlebih (undercut) dengan kedalaman lebih dari 0,5 mm dan kurang
dari 1,0 mm dan lebih dari ketebalan dinding.
d. Adanya tumpang tindih (overlap)
e. Adanya penguatan berlebihan

Ketebalan Dinding Maximum Reinforcement


(mm) (mm)
12,1 atau lebih kecil 3,2
Lebih besar dari 12,7 4,8

f. Butiran yang tidak merata (unven beads), dan


g. Adanya kerusakan akibat nyala (are strike)

 Uji cairan penembus dengan warna


Penetrasi warna harus dipakai pada pengelasan terakhir dan prosedur pelaksanaan harus
memenuhi rekomendasi pabrik.
Adanya retakan dan/atau lubang harus diperbaiki dan diuji ulang atas biaya Penyedia Jasa
sendiri.
Direksi dapat meniadakan uji cairan penembus dengan warna, bila kemampuan
pengelasan Penyedia Jasa dapat diterima atas dasar pengujian yang diserahkan oleh
perusahaan pemeriksa yang independen.

INSTRUKSI TAMBAHAN

I. PEMASANGAN PIPA
1. Untuk pekerjaan galian tanah baik menggunakan alat berat maupun tidak harus
langsung dimasukan kedalam Dump Truck dan apabila sudah penuh, harus segera
dibuang ketempat yang sudah ditentukan atau sudah di ketahui oleh direksi.

73
SPESIFIKASI TEKNIS

2. Pemadatan urugan tanah harus layer per layer maksimal 20 ( dua puluh ) cm , dengan
alat pemadat ( stamper / baby roller ).
3. Segala hal yang disebutkan diatas (mobilisasi dan demobilisasi) menjadi resiko dan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
4. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap segala resiko dari pelaksanaan
pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun non fisik

BAB V
URAIAN PEKERJAAN
LAIN-LAIN

a. Penyedia Jasa Konstruksi diharuskan menyiapkan dalam jumlah yang cukup peralatan dan
pengamanan penunjang lapangan yang diperlukan seperti: Topi Lapangan, Sepatu
Lapangan, Jas Hujan dan P3K.
b. Pelaksanaan pekerjaan papan peringatan dibuat dari bahan seng dengan tebal 2 mm
ukuran 0,6m x 0,8m, tepi papan peringatan dilengkapi dengan plat strip sesuai dengan
petunjuk direksi pekerjaan. Tiang pipa galvanized ukuran 2” sesuai dengan standart yang
ada dan mendapat persetujuan direksi pekerjaan.
c. Pengadaan dan pemasangan nomenklatur ukuran 20cm x 30cm tebal 2cm. nomenklatur
terbuat dari batu marmer pilihan bertuuliskan nama instansi, nama bangunan, dan nama
lokasi. Tulisan diukir dan dicat warna hitam sesuai standart nomenklatur atau menurut
petunjuk direksi pekerjaan. Nomenklatur dipasang pada bangunan inti, pelaksanaan harus
sesuai gambar dan petunjuk direksi pekerjaan. Biaya penulisan dan pemasangan sudah
termasuk dalam biaya pengadaan.
d. Sebelum penyerahan pertama, Penyedia Jasa Konstruksi wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel,
halaman harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari
Lapangan.
e. Meskipun dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan dan unsur-unsur lainnya, semua
penyimpangan dari ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk
itu pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.

74
SPESIFIKASI TEKNIS

f. Selama masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Konstruksi pelaksana wajib merawat,


mengamankan, dan memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan
ke II dilaksanakan, pekerjaan benar-benar telah sempurna.
g. Semua yang belum tercantum peraturan ini (Spesifikasi Teknis) akan ditentukan
kemudian dalam Rapat Penjelasan (Aanwijzing) atau Berita Acara dalam rapat Koordinasi
Pelaksanaan / Rapat Evaluasi Lapangan.

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS
IPA BAJA

A. UMUM

Instalasi Pengolahan Air pada dasarnya merupakan prinsip klasik dalam bidang
pengolahan air tapi dengan terapan teknologi yang maju, maka instalasi ini menjadi lebih
kompak dan sanggup mengolah air dengan nilai angka kekeruhan yang tinggi juga mampu
menurunkan warna yang diakibatkan oleh zat organik yang dikandung, akan tetapi Instalasi
Pengolahan Air ini tidak dirancang dan dibuat untuk mengolah air asin dan air payau.

B. KEMAMPUAN INSTALASI

1. Dapat mengolah air dengan standard kualitas air bersih sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Kualitas Air
Minum.
2. Pengoperasiannya mudah.
3. Penerapan teknologi yang cukup baik dalam perawatan.
4. Untuk pencucian media filter bisa/tidak menggunakan pompa atau lainnya.
5. Mempu mengolah air dengan tingkat kekeruhan dan warna yang cukup tinggi dengan
batasan kekeruhan air baku yang dapat diolah adalah 800 ppm SIO2.
6. Sedangkan proses pengolahan air sebagai berikut :
 Pengaturan pH
 Koagulasi
 Flokulasi

75
SPESIFIKASI TEKNIS

 Sedimentasi
 Filtrasi
 Koreksi pH
 Chlorinasi

Instalasi pengolahan air dirancang dengan teknologi tepat guna yang dapat
dioperasikan dengan mudah, sistem ini dirancang dengan cara gravitasi yang dimensinya
sesuai perhitungan yang mengacu pada SNI 6774‐2008 (tentang Tata Cara Perencanaan
Paket Unit IPA), dan mempunyai urutan sebagai berikut :
1. Koagulasi
2. Flokulasi
3. Sedimentasi
4. Filtrasi
Jika dilihat dari urutan tersebut maka proses ini dapat dinamakan proses pengolahan
lengkap.

C. TEKNIK PROSES PENGOLAHAN

Proses Koagulasi
Proses koagulasi adalah proses pertama yang mana pada proses ini air baku yang
akan diolah dicampur dengan bahan koagulan dan diharapkan proses ini terjadi
pencampuran yang sempurna antara air baku dengan bahan koagulan. Hal ini sangat
diperlukan karena bahan yang terlarut didalam air baku (tersuspensi) akan dirubah bentuk
fisiknya menjadi partikel‐partikel yang cukup berat (koloidal), dan bilamana pH air baku
turun akibat pencampuran koagulan maka ditambahkan soda ash agar pH kembali normal.
Dalam proses ini dapat dikatakan pengadukan secara cepat (flash mixing) dan dapat bekerja
secara gravitasi.
KRITERIA PROSES KOAGULASI

URAIAN SPESIFIKASI
Tipe Hidrolis (pipe line mixing/pengaduk statis).
Waktu Pengadukan 1 – 5 detik
Nilai Gradient Kecepatan > 750 /detik
Kecepatan Aliran 1,0 ‐ 3,0 m/detik
Bentuk Pipa yang di dalamnya terdapat sekat atau
bafflel dan terdapat lubang injeksi untuk
pompa dosing sebanyak tiga buah
Spesifikasi diatas harus dilengkapi dengan perhitungan

76
SPESIFIKASI TEKNIS

Proses Flokulasi
Proses Flokulasi adalah proses pengaduk lambat yang bertujuan untuk membentuk
partikel yang dihasilkan oleh proses koagulasi menjadi berat dan besar.

KRITERIA PROSES FLOKULASI

URAIAN SPESIFIKASI
Tipe Hidrolis / Up and Down Flow / Helicoidal.
Bentuk Kompartemen Hexagonal/Persegi yang dibawah terdapat katup
penguras lumpur, jumlah minimal 6 buah bak.
Nilai Gradient Kecepatan 60 – 5 /detik (Tiap bak berbeda nilai gradiennya
dengan maksud untuk memperlambat aliran)
Waktu Tinggal 20 -100 menit
Spesifikasi diatas harus dilengkapi dengan perhitungan

Proses Sedimentasi
Proses sedimentasi adalah proses pengendapan partikel‐partikel yang sudah
dihasilkan oleh unit flokulasi (berat dan besar) diharapkan pada proses ini sudah terlihat
perbedaan kualitas air baku yang diolah. Hal ini disebabkan adanya pengendapan dari hasil
proses flokulasi sehingga sudah ada pemisah antara air dengan partikel. Untuk mempercepat
pengendapan dibantu dengan tube settler yang dipasang berlawanan dengan aliran dan
dipasang dengan kemiringan 60º .
KRITERIA PROSES SEDIMENTASI

URAIAN SPESIFIKASI
Tipe dan Bentuk Hidrolis / Aliran masuk
Horizontal / aliran keluar
vertikal. / Persegi Panjang
Media Penyambung Antara Manifold pipe yang disisi kiri dan kanannya terdapat
Proses Flokulasi dan Proses lubang, dengan kriteria luas lubang di sisi kiri dan
Sedimentasi kanan pipa manifold harus lebih dari luas 2 kali dari
pipa manifold, ini dimaksudkan agar aliran tetap
laminar dan tidak turbulen dengan kecepatan aliran di
dalam pipa manifold 0,1 – 0,25 m/dt
Beban Permukaan 3,8 – 7,5 m3/m2/jam
Kemiringan Tube Settler 30/60º
Jarak Antara Tube Settler 2,5 ‐ 5 cm
Jarak Minimum Antara Atas 25 ‐ 40 cm
Settler dengan Tinggi Air di
Unit Sedimentasi
Jarak Minimum antara 100 cm
Bawah Settler dgn Ruang
Lumpur
Tinggi Tube Settler Setelah 60 – 100 cm
dimiringkan

77
SPESIFIKASI TEKNIS

Bilangan Reynold (Re) < 500


Bilangan Freud (Fr) > 10‐5
Pelimpah Gutter dengan deretan V‐notch
Pengurasan Lumpur Hidrostatik dengan daya tampung lumpur di ruang
lumpurnya 2-3 menit dari kapasitas produksi paket IPA
Waktu Tinggal Tidak > 25 menit
Termasuk Ruang Lumpur
Tinggi Paket IPA 2–6M
Periode Antara Waktu 12 – 24 jam
Pengurasan
Spesifikasi diatas harus dilengkapi dengan perhitungan
Proses Filtrasi
Proses ini adalah proses terakhir, diharapkan pada proses sedimentasi semua partikel
dapat diendapkan, akan tetapi ada beberapa partikel yang lolos karena terlalu ringan dan
melayang dengan adanya partikel tersebut perlu adanya proses filtrasi untuk menjaga hasil
air olahan memenuhi standard. Karena aliran gravitasi maka proses filtrasi ini menggunakan
saringan pasir cepat terbuka dengan dua media, yaitu : media antrasit dan media pasir silica.

KRITERIA PROSES FILTRASI

URAIAN SPESIFIKASI
Tipe Gravitasi / Saringan Pasir Cepat Terbuka.
Jenis Media Filter Antrasit dan Pasir Silika.
Kecepatan Penyaringan Media Filter 6 – 11 m3/m2/jam
Kecepatan Pencucian Media 36 – 50 m3/m2/jam
Filter  
Bentuk Kompartemen Persegi Empat
Media Pasir Jenis : Pasir Silica
Tebal 80 cm
Es 0,3 – 0,7 mm
Uc 1,2 – 1,4
Berat Jenis 2,5 – 2,65 kg/m3
Porositas 0,4
Spesifikasi diatas harus dilengkapi dengan perhitungan

Sistim Pencucian Proses Filtrasi


Proses filtrasi ini apabila berjalan terus menerus dengan menyaring partikel yang
ringan dan halus maka pori‐ pori media filter akan tersumbat, oleh sebab itu diproses filtrasi
perlu dilakukan pencucian media pasir. Volume air bersih untuk mencuci 5 M3 untuk luas 1
M2 media filter yang akan dicuci.

KRITERIA PROSES PENCUCIAN FILTER

URAIAN SPESIFIKASI

78
SPESIFIKASI TEKNIS

Kecepatan Pencucian 36 - 50 m3/m2/jam


Lama Pencucian 10-15 menit
Periode Pencucian 18-24 jam sekali
Ekspansi Pasir 30%
Spesifikasi diatas harus dilengkapi dengan perhitungan

D. BAHAN BAKU

Bahan Baku Unit Paket IPA adalah Plat Baja Mild Steel AH36/DH36 dengan
Ketebalan plat yang dipergunakan adalah:
1. Untuk penyekat minimal 6 mm
2. Untuk dinding tepi minimal 8 mm
3. Untuk plat dasar minimal 10 mm

E. PROSES PENGECATAN

Mengingat Instalasi Pengolahan Air paket ini dari plat baja, maka dalam pengecatan
harus dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Paket IPA Baja di sand blasting luar dan dalam dengan grade Sa 2,5.
2. Pelapisan atau pengecatan bagian dalam :
a. Cat dasar (food grade) dengan cat jenis epoxy primer yang diperuntukan
untuk air minum dengan ketebalan lapisan minimal 150 micron.
b. Cat finish
c. (Finished coat) dengan cat epoxy non toxic dengan ketebalan lapisan
minimal 100 micron dengan warna putih.
3. Pelapisan atau pengecatan bagian luar :
a. Cat dasar (food grade) dengan cat jenis epoxy primer yang diperuntukan
untuk air minum dengan ketebalan lapisan minimal 150 micron.
b. Cat finish (finished coat) dengan cat enamel dengan ketebalan lapisan
minimal 100 micron dengan warna biru.

F. KELENGKAPAN STANDARD PAKET IPA SISTEM PAKET

1. Pompa dosing untuk koagulan (alum sulfat).


2. Pompa dosing untuk disinfektan
3. Pompa backwash minimal 2 unit.

79
SPESIFIKASI TEKNIS

G. BAHAN PIPA, ACCESORIES DAN VALVE

1. Perpipaan menggunakan jenis pipa galvanized Medium A .


2. Gate valve / butterfly valve bodi ductile iron

H. PEKERJAAN YANG MENYATU DENGAN IPA

1. Pondasi IPA
2. Unit IPA (termasuk pipa dan accesories)

I. PEKERJAAN ATAP IPA

Atap IPA berfungsi melindungi IPA dari sinar matahari secara langsung supaya tidak
mudah tumbuh alga pada instalasi. Kontruksi kolom penyangga atap, kuda-kuda adalah baja
IWF dan atapnya dari genteng galvalum.
Kolom : IWF 175.125.5,5.8
Kuda-kuda : IWF 175.125.5,5.8
Gording : C 75.40.5.7
Atap : galvalum

IPA harus bisa beroperasi sesuai dengan kapasitas yang direncanakan, untuk
kelengkapan yang tidak tertuang didalam spekteknis diatas pihak penyedia jasa sudah harus
memperhitungkan di dalam penawaran harga .
Segala bahan yang akan dipasang harus mendapat persetujuan dari pengguna jasa,
apabila tidak ada persetujuan dari pengguna jasa , pengguna jasa berhak untuk menolak
tanpa ada ganti rugi dan menjadi tanggung jawab penyedia jasa untuk pengadaan ulang.
Untuk menyatakan bahwa IPA tersebut berfungsi dengan tepat dan akurat maka penyedia
jasa harus mengadakan uji coba dan commissioning juga pelatihan selama waktu maksimal 7 (
tujuh ) hari atau yang akan ditentukan oleh pengguna jasa.

80

Anda mungkin juga menyukai