Anda di halaman 1dari 13

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN


1.1. Dalam melaksanakan pekerjaan, bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya.
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang
/ Jasa Pemerintah beserta lampiran-lampirannya.
b. Peraturan pembangunan dari Pemerintah Daerah setempat.
c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember 2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971).
e. Ubin lantai Keramik, Mutu dan Cara Uji SNI 03-1016-1987.
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977.
g. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Instalasi.
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961.
i. Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1994.
j. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
k. Peraturan Semen Portland Indonesia NI - 08.
l. Peraturan Muatan Indonesia NI - 18.
m. Petunjuk dan peringatan tertulis yang diberikan direksi / pengawas konstruksi.
n. Selain ketentuan tersebut diatas juga terkait kepada peraturan tentang bangunan lainnya
yang berlaku.
1.2. Untuk melaksanakan pekerjaan, berlaku dan mengikat pula :
a. Gambar-gambar Kerja dan Gambar Detail yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan telah
disyahkan oleh Pemberi Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
d. Dokumen Lelang beserta Addendumnya.
e. Surat Penunjukan Penyedia Barang / Jasa (SPPBJ).
f. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
g. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui Pengelola Teknis
Kegiatan.

Pasal 2 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


2.1. Pelaksana wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
2.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan
gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang berlaku.
2.3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam
pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka Pelaksana wajib menanyakan kepada Konsultan
Pengawas / Direksi dan Pelaksana harus mengikuti keputusannya.

Pasal 3 : JADWAL PELAKSANAAN


3.1. Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan pekerjaan, Pelaksana wajib membuat
rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart-chart dan Curve “S”
yang telah mendapat persetujuan tertebih dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas .
3.2. Pelaksana wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada Direksi /
Konsultan Pengawas. Satu salinan dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan
pekerjaan (prestasi kerja) di lapangan.
3.3. Konsultan Pengawas / Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Pelaksana berdasarkan rencana
kerja tersebut.

Spesifikasi Teknis dan Gambar 1


Pasal 4 : KUASA PELAKSANA DI LAPANGAN
4.1. Dilapangan pekerjaan, Pelaksana wajib menunjuk seorang kuasa Pelaksana atau biasa disebut
MANAJER LAPANGAN (site manager) yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Pelaksana, berpendidikan minimum
STM jurusan bangunan yang berpengalaman minimal 9 tahun dan memiliki Sertifikat
Ketrampilan (SKTK) Pelaksana. Penunjukan atau penugasan tenaga trampil yang bertugas di
lapangan ditujukan kepada Pemberi Tugas dan Pengelola Teknis serta Direksi sebagai
tembusannya.
4.2. Dengan adanya pelaksana Lapangan, tidak berarti bahwa Pelaksana Lepas tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
4.3. Pelaksana wajib memberi tahu secara tertulis kepada pengelola Teknis Pekerjaan dan Direksi,
nama dan jabatan pelaksana untuk mendapat persetujuan.
4.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Pengelola Pekerjaan dan Direksi pelaksana kurang
mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Pelaksana
secara tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut.
4.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Pelaksana harus sudah
menunjuk pelaksana baru atau Pelaksana sendiri (penanggung jawab/direktur perusahaan)
yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Pasal 5 : TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) PELAKSANA


5.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja (lembur) apabila terjadi hal-
hal yang mendesak, Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pengelola
Pekerjaan dan Direksi/ Pengawas.
5.2. Alamat Pelaksana atau pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan. Bila
terjadi perubahan alamat, Pelaksana/pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

Pasal 6 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


6.1. Pelaksana wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik pekerjaan,
Direksi/Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.
6.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum, menjadi
tanggung jawab Pelaksana dan tidak diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
6.3. Apabila terjadi kebakaran, Pelaksana bertanggung jawab atas akibatnya baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Pelaksana harus menyediakan alat-alat
pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.

Pasal 7 : JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA


7.1. Pelaksana diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat pertolongan pertama
pada kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan untuk
mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja di lapangan.
7.2. Pelaksana wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas dan pekerja
yang ada di lapangan membuat tempat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk penjaga
keamanan.
7.3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pada pekerja wajib diberikan
Pelaksana sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 8 : SITUASI DAN UKURAN
8.1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurang telitian Pelaksana dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan tuntutan.
8.2. Ukuran
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuran-
ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam inch atau mm.
b. Pedoman titik duga lantai (permukaan atas lantai) ± 0.00 bangunan adalah sesuai dengan
gambar kerja, atau ditentukan kemudian oleh Pengelola Teknik dan Direksi atas
persetujuan Pelaksana.

Pasal 9 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


9.1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
9.2. Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan Pelaksana wajib memberitahukan.
9.3. Pelaksana wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh ini harus
mendapat persetujuan dari pengawas.
9.4. Bahan bangunan yang telah didatangkan Pelaksana di lapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Pelaksana dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakan.
9.5. Pekerja atau bagian pekerjaan yang tetah ditakukan Pelaksana tetapi ditolak oleh pengawas,
maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Pelaksana dalam waktu yang telah ditetapkan oteh pengawas.

Pasal 10 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN


10.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi
belum diperiksa oleh pengawas, Pelaksana wajib meminta persetujuan kepada pengawas. Baru
apabila pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Pelaksana dapat meneruskan
pekerjaan.
10.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterima surat
permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya / libur) tidak dipenuhi oleh pengawas,
Pelaksana dapat meneruskan pekerjaannya dari bagian yang seharusnya diperiksa dianggap
telah setuju Pengawas minta perpanjangan waktu.
10.3. Bila Pelaksana melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak, menyuruh membongkar bagian
pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan
kembali menjadi tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 11 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG


11.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam buku harian
oleh pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas.
11.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari
Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
11.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar Harga Satuan pekerjaan,
yang dimasukkan oleh Pelaksana sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya
diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhir.
11.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang
dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh pengawas
bersama-sama Pelaksana dengan persetujuan Pemberi Tugas.
11.5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan penyerahan
pekerjaan, tetapi pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya
pekerjaan tambah tersebut.
Pasal 12 : LINGKUP PEKERJAAN
12.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan 2 Ruang Kelas Baru SDN 02 Sukadana
Adapun lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pendahuluan
1. Pembersihan Lokasi Dan Papan Nama Proyek
2. Pemasangan bowplank
II. Pekerjaan Pondasi
1. Galian Tanah Pondasi
2. Urugan Kembali
3. Tiang Tongkat Kayu Belian 9 / 9 - 200 Cm
4. Laci Kayu Belian 2 X 4/8 - 75 cm
5. Alas Kayu Hutan
6. Baut
7. Keep Kayu Belian uk. 9/9 cm
III. Pekerjaan Rangka Badan
1. Rangka Badan Kayu Belian 7/7 Cm ( Ketam )
2. Rangka Sengkang Kayu Klas I 7/7 Cm ( Ketam )
3. Rangka Pembagi Jendela Kayu Klas I 3,5/7 Cm ( Katam )
4. Rangka Balok Penutup Kayu Klas I 7 / 7 cm ( Ketam )
IV. Pekerjaan Lantai
1 Pemasangan Gelegar Kayu Belian 3,5 / 7 - 0,50 Cm
2. Penulangan Lantai Weremesh Besi Ulir M 5
3. Pemasangan Bikisting
4. Lantai Cor Gantung T. 7 Cm
V. Pekerjaan Dinding
1. Pekerjan Pasangan Bataco
2. Pekerjaan Plesteran Dinding Bataco
VI. Pekerjaan Pintu, Jendela Dan Ventilasi
1. Pintu Panel Dua Daun Kayu Klas I
2. Jendela Kaca Hidup Kayu Klas I ( Belakang )
3. Jendela Kaca Mati Kayu Klas I ( Depan )
4. Kunci Tanam 2 Slaag Pintu ( Ruang Kalas )
5. Kait Angin
6. Kunci Sloot Jendela
7. Kunci Sloot Pintu
8. Engsel Pintu
9. Engsel Jendela
10. Handle Jendela
VII. Pekerjaan Atap
1. Kuda-kuda + Blk Nok + Gapit + Skor
2. Gording + Ikatan Angin Kayu Klas II uk. 4/8 cm
3. Pekerjaan Atap Genteng Metal
4. Pekerjaan Kasau 4/6 Dan Reng 3/5 Kayu klas II
5. Perabung Papan Lapis Seng Plat bjls 0.30
6. Listplank Papan Kayu Klas I
VIII. Pekerjaan Plafond GRC
1. Rangka Plafond GRC Kayu Klas II
2. Pemasangan Plafon GRC
IX. Pekerjaan Instalasi Listrik
3. Rangka Plafond GRC Kayu Klas II
4. Pemasangan Plafon GRC
X. Pekerjaan Meubelair 2 Ruang Kelas
1. Meja Siswa TunggalMCB Dan Panel Box
2. Meja Guru
3. Kursi Siswa
4. Kursi Guru
5. White Boart Standar
6. Papan Absen
7. Papan Jadwal
8. Papan Piket
9. Almari Ruang Kelas
10. Box Sampah

Pasal 13 : PEKERJAAN PENDAHULUAN


13.1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana harus membersihkan lokasi dari segala
sesuatu yang dapat mengganggu kalancaran pelaksanaan pekerjaan, menyingkirkan barang-
barang, alat-alat dan benda-benda milik pihak lain dari lapangan pekerjaan.
13.2. Setelah segala sesuatunya dibersihkan dan disingkirkan dari lapangan pekerjaan, Pelaksana
dapat melakukan pembongkaran bagian-bagian yang disyaratkan sesuai petunjuk dan arahan
dari Pengawas.
13.3. Material / bahan-bahan dan sampah hasil bongkaran harus disingkirkan dan dibuang pada
tempat yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Pengawas atas persetujuan Pemilik.

Pasal 14 : PEKERJAAN TANAH


14.1. Pekerjaan Galian Tanah
a. Pekerjaan galian tanah untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum tanda tinggi dasar 0,00,
sumbu dinding dan tiang disetujui oleh Direksi.
b. Pekerjaan galian tanah dilaksanakan pada semua titik / pasangan barau penahan tanah
serta lain-lain yang nyata-nyata harus dilakukan sesuai dengan Gambar Rencana dan
tanah kelebihannya harus digunakan untuk urugan kembali sebagai penutup samping
bangunan atau dibuang.
c. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat didalam atau didekat tanah galian seperti
tunggul-tunggul, kayu-kayuan, batuan dan sebagainya harus dikeluarkan dan disingkirkan.
d. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian disetujui Direksi,
segera dimulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.

Pasal 15 : PEKERJAAN KAYU


15.1. Lingkup Pekerjaan
15.1.1. Meliputi pengadaan, pemasangan, pengerjaan dan penyediaan tenaga kerja, alat-
alat dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan kayu kasar dan pekerjaan
kayu halus sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam gambar rencana.
15.1.2. Pelaksanaan pekerjaan kayu kasar meliputi pengadaan dan pemasangan cerucuk
alas pondasi, pondasi tiang tongkat beserta laci dan alas, balok keep, rangka
plafond dan rangka penggantung plafond, rangka dinding acoustic serta pekerjaan
kayu lain yang tidak disebutkan secara khusus dalam persyaratan ini atau ditunjukan
dalam gambar.
15.1.3. Pelaksanaan pekerjaan kayu halus meliputi pengadaan dan pemasangan daun
pintu, plint lantai dan listplank serta pekerjaan kayu halus lain yang tidak disebutkan
secara khusus dalam persyaratan ini atau ditunjukan dalam gambar.
15.1.4. Mengadakan hubungan dan koordinasi kerja dengan item-item pekerjaan bidang lain
yang berkaitan.
15.2. Persyaratan dan Bahan-Bahan
15.2.1. Kayu yang dipakai harus sesuai persyaratan PKKI 1961 (NI - 5) lampiran 1, dari
kelas I dan Kelas II. Kayu kualitas baik, tua, kering dan tidak bercacat, tidak pecah-
pecah, tidak terdapat kayu mudanya (spint), sesuai pasal III PKKI 1961 mutu A.
15.2.2. Selama pelaksanaan, mutu dan kekeringan kayu, harus dijaga dengan penyimpanan
ditempat yang kering, terlindung dari hujan dan panas terik matahari terutama kayu-
kayu untuk rangka plafond, rangka dinding acoustic dan pintu yang sudah distel.
15.2.3. Sebagai bahan perekat untuk sambungan antara kayu dapat dipakai bahan yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
15.2.4. Penggunaan kayu untuk konstruksi dan pekerjaan lainnya menggunakan jenis kayu
seperti tersebut dibawah ini :
a. Kayu Belian
 Tiang tongkat, laci dan balok keep.
b. Kayu Kelas I (Punak, tekam, tembesu, bengkirai dan Meranti Batu)
 Rangka / bingkai pintu dan papan panel pintu.
c. Kayu Kelas II (Mabang, Nyatoh , keladan dan atau yang sejenis)
 Seluruh rangka plafond dan penggantung serta rangka dinding acoustic.
15.2.5. Jika terdapat perbedaan yang menyolok antara ukuran dilapangan dan ukuran
dalam gambar rencana, hendaknya dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana untuk disetujui cara-cara pemecahannya.
15.3. Klasifikasi Bahan dan Macam Pekerjaan
Klasifikasi bahan berdasarkan PKKI dan macam pekerjaan untuk jenis pekerjaan kayu kasar
dan pekerjaan halus, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
a. Pekerjaan Kayu Kasar
Kelas
Kuat Jenis Kayu Penggunaan dan Dimensi Bahan Keterangan
(1) (2) (3) (4)
Belian 9/9 cm a. Pondasi / Tiang Tongkat b.  Bidang kayu tersebut
Balok Keep diresidu.
2 x 5/10 cm Laci  Bentuk dan ukuran
sesuai gambar

Kls.II Mabang, 4/6 cm a. Rangka Plafond dan  Sisi bawah perlekatan


Keladan atau Penggantung Plafond diserut rata.
yang sejenis b. Rangka Dinding Acoustic

b. Pekerjaan Kayu Halus


Kelas
Kuat Jenis Kayu Penggunaan dan Dimensi Bahan Keterangan
(1) (2) (3) (4)
Kls. I Bengkirai, 3½/10 cm Rangka Pintu Papan Pada sisinya harus diserut rata.
Tekam, 2/20 cm Lisplank Papan Panel
Masang, 2/18 cm Pintu
Tembesu,
Balau atau
yang sejenis
Kls II Mabang, 2/10 cm Plint Lantai Pada sisinya harus diserut rata.
Keladan atau
yang sejenis

15.4. Syarat Pelaksanaan


15.4.1. Pekerjaan Pondasi ( Rangka Bawah )
a. Hubungan laci dan tiang tongkat diperkuat dengan baut diameter 5/8".
b. Sebelum tiang tongkat ditumbuk, terlebih dahulu dipancang kayu cerucuk Ø8/10
cm panjang 2 m sebagai alas pondasi pada dasar galian.
c. Tiang tongkat ditumbuk dengan alat penumbuk, sehingga mencapai peil sesuai
dengan bangunan yang ada atau sesuai petunjuk konsultan pengawas / direksi
lapangan.
d. Hubungan tiang tongkat dengan balok keep menggunakan pen dan lobang
serta diperkuat dengan pasak kayu sejenis.
15.4.2. Pekerjaan Balok Keep
a. Balok keep dipasang di atas pondasi dimana hubungan balok keep dan pondasi
diperkuat dengan pasak dari kayu sejenis.
b. Pada setiap sambungan balok keep harus menggunakan sambungan bibir
miring berkait, sedangkan hubungan balok keep memanjang dan melintang
menggunakan hubungan ekor burung dan diperkuat dengan baut diameter 5/8".
c. Sebelum balok keep disambungkan terlebih dahulu harus di cat meni pada
bagian sambungan tersebut.
d. Pelaksanaan pekerjaan ini harus mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas.
15.4.3. Pekerjaan Dinding Acoustic
a. Pekerjaan ini meliputi pemasangan rangka dinding menggunakan kayu kls. II
ukuran 4/6 cm dengan jarak rangka atau pola pemasangan sesuai dengan
gambar rencana dan penutup dinding menggunakan triplek tebal 9 mm serta
pemasangan karpet sebagai finishing dinding acoustic.
b. Bahan-bahan tersebut diatas sebelum dipasang harus mendapat persetujuan
pengawas.
15.4.4. Pekerjaan Plafond
a. Pekerjaan ini meliputi pemasangan rangka dan penutup plafond gypsum board
serta pemasangan list gypsum pada plafond bangunan.
b. Sebelum memasang lembaran-lembaran plafond, kedudukan struktur kerangka
harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh struktur atap ( kuda-kuda )
dan letak, pola dan ukuran-ukurannya sudah sesuai petunjuk pengawas.
c. Kayu-kayu kerangka diserut rata pada sisi-sisi yang akan ditempeli plafond.
d. Kerangka kayu harus datar pada semua arah dan tidak melengkung.
e. Pelaksana harus bertanggung jawab atas kerapian dan kesempurnaan
pekerjaan ini, apabila ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja,
maka pelaksana harus memperbaikinya atas beban biaya sendiri.
15.4.5. Pekerjaan Pintu
a. Semua pintu digunakan pintu panel kayu kelas I, dengan bentuk dan ukuran
sesuai gambar rencana.
c. Semua pekerjaan daun pintu, harus diketam rata ke empat sisinya dan
dipasang dengan bentuk sesuai gambar rencana.
Hal-hal lain yang belum diuraikan diatas disesuaikan dengan bentuk dan ukuran seperti pada
gambar rencana dan petunjuk Konsultan Pengawas / Direksi Lapangan.

Pasal 16 : PEKERJAAN RANGKA BADAN


16.1. Lingkup Pekerjaan
16.1.1. Meliputi pengadaan semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk
pelaksanaan dan penyelesaian seluruh pekerjaan dinding batako cetak atau lainnya,
sesuai dengan gambar dan persyaratan yang telah ditentukan.
16.1.2. Mengadakan koordinasi yang baik dengan pekerjaan lain, yaitu pekerjaan
pemasangan dinding batako dan plesteran, instalasi listrik dan lain-lain yang
berkaitan erat dengan pekerjaan pasangan dinding batako.
16.1.3. Sebelum pemasangan batako dimulai terlebihdahulu rangka badan kayu belian
sudah terpasang da sengkang ukuran belian 7/7 – 3.5 M bentu dan ukuran
disesuaikan dengan gambar kerja dan harus dikoordinasikan dengan konsultan
pengawas dilapangan.
16.2. Persyaratan dan Bahan
16.2.1. Batu Cetak / Batako
Penggunaan batu cetak / batako untuk konstruksi adalah beton cetak (berlobang
atau pejal) yang dibuat dari campuran semen portland dan agregat halus yang
sesuai serta diperuntukan bagi pembuatan konstruksi-konstruksi dinding bangunan,
baik yang memikul beban maupun tidak memikul beban.
16.2.2. Batu cetak beton / batako yang memiliki lobang sedemikian rupa hingga jumlah luas
penampang lobangnya serta jumlah isi lobangnya masing-masing lebih besar dari
25% luas penampang serta isi batu cetak / batako yang bersangkutan.
16.2.3. Tebal minimum setiap dinding lobang dan sirip pada batako tidak lebih tipis dari 15
mm. Sisi ke arah panjang, tebal dan tinggi dari batako harus tegak lurus satu
dengan lainnya, tepi-tepi serta sudutnya-sudutnya harus cukup kuat
sehingga tidak mudah diserpihkan dengan tangan, pada bahan batako
tidak boleh terdapat cacat yang merugikan.
16.2.4. Pada saat diserahkanp pada pembeli atau wakilnya, batako tidak boleh
mengandung air lebih dari 40% berat penyerapan air maksimum.
16.2.5. Ukuran nominal batako untuk dinding adalah panjang 30 cm, tinggi 15 cm dan tebal
7 cm dengan mutu batako K40.
16.2.6. Ukuran batako lebih diperlukan pada ukuran tebal (7 cm) sedangkan ukuran panjang
dan lebarnya dapat bervariasi.
16.2.7. Batako yang digunakan harus utuh menurut standar. Batako yang ukuran tebalnya
kurang dari 7 cm tidak boleh dipakai, kecuali untuk pembukaan-pembuakaan atau
sudut-sudut yang memang diperlukan ukuran lebih kecil.
16.3. Cara Pengerjaan
16.3.1. Semua pekerjaan pasangan dinding harus diatur sebelumnya agar hubungan-
hubungan vertikal dan horizontal dapat bertepatan dengan pembukaan-pembukaan
dan dimensi yang dikehendaki.
16.3.2. Pemasangan dinding harus lurus, tegak dan rata dalam lapisan-lapisan sejajar dan
waterpass yang teratur rapi, dipasang dalam ”running board” tidak satupun batako
yang berukuran kurang dari 7 cm boleh dipakai, kecuali pada pembukaan-
pembukaan atau sudut-sudut yang memang dikehendaki ukuran yang lebih pendek.
16.3.3. Sebelum dipasang, bahan pasangan harus dicelup air, hingga jenuh, terutama pada
pengerjaan di musim kemarau, dengan maksud pengerjaan tidak terlalu cepat
sehingga terjalin ikatan yang sempurna antara batako dengan adukan. Siar-siar
harus dikeruk sedalam 1 cm sehingga terdapat alur-alur yang rapi sebelum
pekerjaan plesteran dimulai.
16.3.4. Pada prinsipnya semua dinding merupakan dinding ½ batu. Dalam satu hari
pasangan dinding tidak boleh melebihi ketinggian 1,5 m. Pekerjaan dapat diteruskan
setelah pasangan terdahulu betul-betul mengeras.
16.3.5. Pasangan dinding tidak boleh diterobos, paralel / horozontal, kecuali pembukaan-
pembukaan dan lobang-lobang yang sudah direncanakan dan disediakan sesuai
dengan gambar-gambar untuk keperluan pekerjaan mekanikal, listrik, pemipaan dan
lain-lain.
16.3.6. Semua pasangan dinding batako harus di finishing dengan plesteran semen.
16.3.7. Pasangan harus lurus, teratur dan rapi.

Pasal 17 : PEKERJAAN PLAFOND / LANGIT-LANGIT


17.1. Lingkup Pekerjaan
17.1.1. Meliputi pengadaan dan pemasangan, penyediaan tenaga kerja, bahan dan
peralatan yang diperlukan sehubungan dengan pekerjaan plafond / langit-langit
grc.
17.1.2. Mengadakan koordinasi dengan pekerjaan lain yang erat kaitannya dengan
pekerjaan plafond / langit-langit seperti pekerjaan kayu penggantung dan pekerjaan
listrik.
17.2. Persyaratan dan Bahan
17.2.1. Untuk semua bahan penutup plafond / langit-langit harus diajukan contoh untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum didatangkan ke lokasi
pekerjaan.
17.2.2. Semua bahan penutup plafond / langit-langit terdiri dari gypsum board.
17.2.3. Ukuran dan pola pemasangan seperti persyaratan dan ketentuan dalam gambar
dengan rangka plafond dari kayu, ukuran rangka pembagi adalah 4/6 cm dan rangka
penggantung adalah 3/5 cm.
17.2.4. Penutup plafond / langit-langit yang digunakan harus mempunyai dua bidang yang
datar dan halus, seragam dimensinya, sisi-sisinya lurus, tajam dan siku, tidak cacat,
tidak melengkung dan cukup keras serta rapi.
17.3. Penutup Plafond / Langit-Langit
Bahan penutup plafond / langit-langit dari GRC dipasang di seluruh ruangan seperti yang
ditunjukan dalam gambar rencana.
17.4. Cara Pengerjaan
17.4.1. Sebelum lembaran penutup plafond / langit-langit dipasang, Pelaksana wajib
memeriksa apakah letak, pola dan ukuran bidang kerangka kayu plafond / langit-
langit telah sesuai dengan gambar rencana.
17.4.2. Seluruh struktur rangka harus cukup kuat hubungannya satu sama lain. Kerangka ini
ditahan oleh dinding dan rangka kayu penggantung.
17.4.3. Kayu-kayu kerangka harus diserut rata pada sisi yang akan dipasangi lembaran
penutup plafond / langit-langit. Kerangka harus datar waterpass kesemua arah dan
tidak melengkung atau melendut.
17.4.4. Lembaran penutup plafond / langit-langit harus sama ukurannya dan pada keempat
sisinya harus saling siku. Untuk itu Pelaksana harus membuat 1 lembar sebagai mal
dan mengecek lembaran-lembaran lainnya satu per satu.
17.4.5. Lembaran penutup plafond / langit-langit dipasang pada kerangka kayu dengan
sekrup gypsum pada setiap jarak maksimum 20 cm dan jarak pinggir/ tepi lembaran
1,5 cm. Di bagian tengah lembaran dipaku secukupnya ke kerangka, agar bidang-
bidang plafond tidak melendut.
17.4.6. Pemasangan harus lurus, tepi-tepinya harus rata dan tidak timbul retak-retak.
Plafond / langit-langit yang retak-retak, tidak rata atau cacat harus digant.
Perbaikan, pembongkaran dan penggantian pekerjaan yang telah terpasang akibat
ketidaksempurnaan pekerjaan sebelumnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pelaksana.

Pasal 18 : PEKERJAAN BETON DAN PLESTERAN


18.1. Lingkup Pekerjaan
19.1.1. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang diperlihatkan pada
gambar rencana.
Pekerjaan ini meliputi pelaksanaan pengecoran beton plat lantai bangunan dan
halaman parkir, plesteran dinding batako dan lantai dilakukan pada seluruh detail
yang disebutkan / dinyatakan dalam gambar rencana atau atas petunjuk Konsultan
Pengawas.
19.1.2. Melaksanakan koordinasi dengan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan beton dan plesteran antara lain adalah pekerjaan pasangan dinding
batako, pemasangan instalasi listrik dan lain-lain.
18.2. Persyaratan Bahan
18.2.1. Semen Portland
 Semen yang dipakai harus Portland Cement yang telah disetujui oleh pemberi
tugas, dan memenuhi syarat S.400 menurut Standart Semen Indonesia (NI-8-
1972).
 Untuk seluruh pekerjaan plesteran harus mengunakan mutu semen yang baik
dari satu jenis merk atas persetujuan Direksi / Konsultan Pengawas.
 Semen yang telah mengeras tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
18.2.2. Pasir
 Pasir harus bersih dari bahan organis, lumpur, zat-zat alkali dan substansi yang
merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut
lebih dari 5%.
 Pasir laut tidak boleh digunakan untuk campuran adukan plesteran.
18.2.3. Batu Split / Koral Beton
 Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak
berpori dan berbentuk kubus serta tidak terpengaruh oleh cuaca.
 Bila ada butir-butir yang pipih, jumlah beratnya tidak boleh melebihi 20% dari
jumlah berat seluruhnya. Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %, juga tidak boleh mengandung
zat yang merusak beton sesuai dengan ketentuan ketentuan yang tertera dalam
PBI 1971 serta harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar menurut ASTM-
C-33.
18.2.4. Air
 Air yang digunakan untuk adukan plesteran harus tawar, bersih, dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali serta bahan-bahan organis / bahan yang
dapat merusak mutu beton maupun mempengaruhi daya lekat semen dan
harus memenuhi NI - 3.
 Bila dianggap perlu, Direksi / Konsultan Pengawas dapat meminta pada
Pelaksana untuk memeriksa mutu air di Laboratorium atas biaya Pelaksana.
18.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
18.3.1. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering dan diaduk dengan air hingga
merata dalam warna dan konsistensi. Adukan yang mulai mengeras harus dibuang.
Melunakkan adukan yang telah mengeras tidak diperbolehkan.
18.3.2. Komposisi adukan untuk pekerjaan beton dan plesteran dibuat berdasarkan
perbandingan volume seperti tersebut dibawah ini :

Komposisi Penggunaan Keterangan

1pc : 2pp : 3kr Untuk pengecoran beton pada plat lantai Kelas/Mutu beton yang digunakan adalah K
bangunan dan halaman parkir untuk lantai dalam bangunan dan K.175 u
lantai
halaman parkir.
1pp : 2pc Untuk plesteran dinding batako Semua plesteran setebal 1,5 cm
dan lantai dengan toleransi hingga 1,3 cm.
18.3.3. Beton dan plesteran yang baru saja selesai tidak boleh langsung difinishing, dan
selama proses pengeringan bidang beton dan plesteran harus disiram air agar tidak
terjadi retak-retak akibat proses pengeringan.
18.3.4. Plesteran untuk bidang / dinding yang akan dicat tembok sebelumnya harus
diratakan dengan acian dan digosok hingga halus dan rata.
19.3.5. Perbaikan bidang plesteran, baik pada bidang baru yang dibongkar kembali dan
diperbaiki, harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga hubungan bidang plesteran
benar-benar merupakan satu bidang yang rata, tidak retak-retak dan terjadi ikatan
yang kuat.
Pasal 20 : PEKERJAAN PASANGAN PELAPIS LANTAI
19.1. Lingkup Pekerjaan
19.1.1. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua jenis pelapis untuk lantai seperti yang
tertera atau disebutkan dalam gambar rencana.
19.1.2. Mengadakan koordinasi dengan bidang lain yang berkaitan dengan pekerjaan
pemasangan pelapis lantai.
19.1.3. Persyaratan dan Bahan-Bahan
a. Sebelum bahan pelapis lantai didatangkan ke site, contoh-contoh semua bahan
yang akan digunakan harus diajukan untuk dimintakan persetujuan dari
Perencana/Konsultan Pengawas dan pemilik.
b. Bahan pelapis lantai yang digunakan adalah keramik ukuran 40x40 cm dan
papan parquet (wood flooring). Semua peruntukannya dipasang sesuai dengan
gambar rencana.
19.2. Cara Pengerjaan
19.2.1. Lantai Keramik dan Wood Flooring
a. Untuk pola pemasangan keramik dan wood flooring sesuai dengan gambar
rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.
b. Keramik dipasang dengan spesi adukan 1pc : 3ps, tebal minimal spesi adukan
adalah 0,5 cm.
c. Celah antara keramik lebarnya maksimum 3 mm. Setelah pasangan cukup
kering diisi pasta Tile Grout AM 50 yang sesuai dengan warna keramik.
d. Permukaan keramik harus datar dan bertekstur halus.
19.2.2. Pemotongan Keramik
Pada prinsipnya pemotongan keramik harus dihindarkan, apabila memang
dikehendaki dan terpaksa harus dilakukan, maka potongan terkecil tidak boleh
kurang dari ½ ukuran keramik. Pemotongan harus dilakukan dengan alat pemotong
keramik dan dikerjakan dengan hati-hati agar hasil pemotongan rapi, kemudian sisi
bekas potongan harus dihaluskan.
19.2.3. Pengawasan Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan keramik dan wood flooring dilakukan, Pelaksana harus
melakukan persiapan yang baik terutama yang berkaitan dengan semua pekerjaan
pemipaan dan saluran, pemasangan keramik dan wood flooring harus ditempatkan
sesuai gambar rencana. Sebelum pekerjaan pelapisan dilaksanakan harus diadakan
pemeriksaan dan disetujui pengawas ahli.

Pasal 20 : PEKERJAAN RANGKA ATAP / KAPSPANT


20.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
20.1.1. Perbaikan, penggantian atap genteng metal yang baru serta pemasangan
perlengkapan penggantian kasau dan reng lainnya dan perbaikan lisplank
dalam daftar keperluan dan sekaran atap yang lama yang baru dan pembongkaran
dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam spesifikasi teknis pada bagian ini.
20.1.2. Pengadaan dan pemasangan perlengkapan konstrusi, bahan serta perlengkapan
pendukung lainnya sesuai dengan daftar keperluan dan spesifikasi teknisnya.
20.2. Kualitas Barang
Pelaksana harus memasok barang-barang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
20.2.1. Barang yang dibeli atau dipasang harus berkualitas baik, tidak cacat dan belum
pernah digunakan.
20.2.2. Barang yang dipasok harus sesuai dengan yang ditawarkan dan mempunyai merk
yang sudah dikenal, minimum 3 (tiga) tahun operasional dengan kapasitas sama
dan tanpa ada kerusakan atau keluhan dan bersedia menunjukan dimana saja
lokasi barang tersebut telah digunakan.
20.2.3. Barang yang dipasok harus mempunyai suku cadang yang dijamin ada dijual di
pasaran sehingga tidak sulit untuk mencari bilamana diperlukan.
20.2.4. Barang yang dipasok harus memenuhi Standar Internasional (khusus komponen
panel), SNI atau standar mutu bahan. Standar barang yang digunakan
harus tertera dalam label (tanda) barang atau brosur / liflet dan berlaku untuk semua
material yang ada dalam barang tersebut.
20.2.5. Penggunaan peralatan / bahan seperti atap, kayu, f dan lainnya
harus dari kualitas baik dan lurus dan tidak rusak.
20.3. Persyaratan Bahan
20.3.1. Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan
dipasaran, kecuali bila ditentukan lain.
20.3.2. Material seperti kayu yang digunakan adalah produksi lokal dengan merk
pasaran, seperti atap Metal, bahan kayu, paku dimana bahanl yang digunakan
tersebut sudah diakui oleh pemerintah setempat.
20.3.3. Bahan Atap Metal
 Atap metal kulitas baik
 Yang sudah Standar SNI
 Paku menggunakan paku khusus metal

Pasal 21 : PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR


21.1. Segala kerusakan yang timbul akibat adanya pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi
gedung ini, misalnya kerusakan jalan akibat mobilisasi kendaraan maupun
kerusakan-kerusakan lain yang nyata-nyata akibat pelaksanaan pekerjaan ini, yang
dipandang perlu adanya perbaikan menjadi tanggungjawab dan atas beban biaya
Pelaksana.
21.2. Setelah seluruh pekerjaan selesai 100 % pada saat sebelum penyerahan, segala
kotoran, potongan-potongan kayu dan lainnya, harus disingkirkan dan di buang pada
tempat yang sesuai dengan petunjuk pemberi tugas.
21.3. Pelaksana wajib memelihara kebersihan tempat pekerjaan baik berupa sampah-
sampah, maupun bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi dan sebagainya.
21.4. Semua sisa-sisa bahan bangunan / alat-alat bantu harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya Pelaksana.

Pasal 22 : PENUTUP
17.1. Semua ketentuan yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini
akan dijelaskan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan (aanwijzing).
17.2. Perubahan konstruksi dan penjelasan-penjelasan yang belum termasuk dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat (RKS) ini harus melalui persetujuan Direksi.
17.3. Dalam dokumen ini terlampir item pekerjaan untuk dijadikan acuan bagi Pelaksana, namun tidak
terlepas kemungkinan adanya penambahan item pekerjaan maupun volumenya oleh Pelaksana
atas perintah Pemberi Tugas.

Kayong Utara, 2017

CV. SHINTA

SAHUDIN, SE
Direktur
Spesifikasi Teknis dan Gambar 12

Anda mungkin juga menyukai