Anda di halaman 1dari 21

RKS DAN SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN IPLT KAB.

SERANG

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

A. UMUM

Pasal 1
Peraturan-Peraturan

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini


berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan yang disebut di bawah
ini, dan Pemborong dianggap mengetahui dan memahaminya
termasuk (apabila ada) segala perubahan-perubahan dan
tambahan-tambahan lainnya :

a. Algemene Voorwarden voor de aaneming bij openbare Warken


In Indonesia 28 Mei 1941 disingkat A.V.41 ditambah dengan
Undang- undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan
Gedung
b. Peraturan Umum Pemeriksanaan Bahan-bahan Bangunan
(PUBBI 1960).
c. Keputusan Presiden RI Nomor 80 tahun 2003
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
339/Kpts/M/2003, tanggal 31 Desember 2003
e. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI 1961).
g. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981 (PPI 1981).
h. Peraturan lain yang berhubungan dengan pembangunan yang
berlaku di Indonesia.
i. Petunjuk serta perintah tertulis dari Direksi pada saat
pelaksanaan pekerjaan.

1
Pasal 2
Bestek dan Gambar

1. Pemborong diwajibkan meneliti gambar-gambar dan bestek


mengenai pekerjaan ini.

2. Bila ternyata ada perbedaan antara kontrak, gambar dan


bestek, juga antara gambar-gambar dengan gambar lain, maka
yang berlaku adalah urutan di bawah ini
 Kontrak
 Bestek
 Gambar-gambar yang lebih besar dengan skala yang lebih
kecil.

3. Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang


belakangan hari mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya,
Pemborong wajib menanyakan terlebih dahulu kepada Direksi
untuk mendapatkan ketegasannya.

Pasal 3
Rencana Kerja

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus


menyusun Rencana Kerja (Time Schedulle) yang diajukan
selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) minggu sesudah
tanggal penerimaan Surat Perintah Kerja, dengan disetujui oleh
Direksi

2. Setelah Rencana Kerja disetujui oleh Direksi, satu salinan akan


ditahan oleh Direksi dan satu salinan lainnya harus ditempel di
Bangsal Pemborong di tempat pekerjaan.
Pasal 4
Kuasa Pemborong

1. Pemborong wajib menempatkan seorang wakil yang cukup


cakap dan berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan
pekerjaan ini di lapangan (selanjutnya disebut “Kepala
Pelaksana”).

2. Pelaksana yang ditunjuk oleh Pemborong harus mendapat kuasa


penuh yang bertindak untuk dan atas nama Pemborong.

3. Dengan adanya Pelaksana ini tidak berarti bahwa Pemborong


lepas dari tanggung jawab sebagian atau sepenuhnya dari
seluruh pekerjaan.

4. Pemborong harus memberikan laporan secara tertulis kepada


Direksi tentang segala keterangan mengenai Pelaksana ini.
Pelaksana baru bisa bertindak setelah ada persetujuan dari
Direksi. Dalam satu minggu kalau tidak ada keberatan dari
Direksi, berarti Direksi menyetujuinya.

5. Bilamana kemudian menurut pendapat Direksi, Pelaksana


kurang mampu/tidak bisa menunjukkan kecakapannya dalam
memimpin pekerjaan dengan sebaik-baiknya, maka Direksi
berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk
menggantikannya, dalam waktu 6 (enam) hari setelah
dikeluarkannya surat perintah itu Pemborong harus sudah
menunjuk seorang kuasa yang baru.

Pasal 5
Tempat Tinggal Pemborong dan Pelaksana

Untuk menjaga kemungkinan akan diperlukan hubungan diluar jam


kerja, Pemborong wajib memberitahukan alamat rumah dan nomor
telpon Pemborong dan Pelaksana kepada Direksi. Diharapkan
alamat ini tidak berubah-ubah selama pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
Pasal 6
Pengamanan

1. Pemborong wajib mengadakan penjagaan keamanan untuk


barang-barang di seluruh lokasi pekerjaan.
2. Barang-barang bahan bangunan yang hilang, baik yang sudah
maupun yang belum dipasang tetap menjadi tanggungan
Pemborong dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan di
dalam borongan biaya tambahan.
3. Pekerjaan utama dalam paket pekerjaan ini adalah rehabilitasi
gedung, oleh karenya kontraktor harus bekerja hati-hati
sehingga bagian bangunan yang tidak menjadi obyek yang
direhab tidak mengalami kerusakan.
4. Kerusakan bagian bangunan yang diakibat oleh aktifitas
pelaksanaan harus diperbaiki dengan biaya ditanggung oleh
kontraktor pelaksana.

Pasal 7
Laporan Harian dan Mingguan

1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian dimana


tercantum tentang kemajuan pekerjaan setiap harinya, bahan-
bahan dan alat-alat yang didatangkan, jumlah pekerja dan
petugas lapangan yang ada serta keadaan cuaca pada hari
yang bersangkutan, adalah merupakan kewajiban Pemborong
untuk membuatnya dalam rangkap 3 (tiga), satu untuk
Konsultan Pengawas, satu lainnya untuk Kepala Satuan Kerja.
2. Laporan Harian harus mendapat pesetujuan dari Konsultan
pengawas dan Pengelola Teknis Proyek (PTP) atas substansi
laporan yang disampaikan, jika ada koreksi dari konsultan
pengawas atau PTP maka Laporan harian harus segera
diperbaiki dan hasil perbaikan disampaikan paling lambat 1 x 24
Jam dari saat dikembalikannnya laporan tersebut.
3. Laporan Mingguan-nya disusun oleh konsultan pengawas
berdasarkan hasil laporan harian yang disampaikan oleh
Kontraktor. Laporan Mingguan ini dibuat dalam rangkap 3
(tiga), satu asli sebagai arsip konsultan pengawas dan dua
salinan untuk kontraktor dan Kepala Satuan Kerja setelah diteliti
dan disetujui oleh Kepala Satuan Kerja.
4. Tugas-tugas dan perintah-perintah dari Konsultan pengawas,
PTP dan Direksi berlaku dan mengikat bagi Pemborong, apabila
tugas- tugas dan perintah-perintah itu dimuat dalam
laporan/buku harian dan telah dibubuhi tanda tangan dan nama
jelas petugas/Direksi yang menugaskan/memerintahkan.
5. Pekerjaan-pekerjaan tambah kurang harus pula dicatat dalam
Laporan Harian.
6. Kelalaian membuat Laporan Harian dapat dikenakan sanksi
menurut ketentuan-ketentuan A.V.
7. Pemborong wajib membuat foto proses pekerjaan (berwarna)
yang dilampirkan pada setiap permohonan termyn, minimal 4
(empat) pose rangkap 3 (tiga), dimulai dari 0% sampai dengan
100% dan Pemborong menyediakan dalam album.

Pasal 8
Jaminan Sosial, Kesehatan dan Keselamatan

1. Pemborong diwajibkan menyediakan peti obat-obatan sesuai


syarat-syarat P3K yang selalu harus tersedia secara lengkap di
lapangan. Obat-obatan tersebut disediakan baik untuk Direksi,
staf Pemborong, termasuk pekerja-pekerja dari pihak ketiga.
2. Pemborong wajib menyediakan air minum yang memenuhi
standar kesehatan untuk para pekerja.
3. Segala yang menyangkut kesehatan dan jaminan lainnya yang
belum disebutkan disini, Pemborong wajib melakukan sesuai
dengan peraturan perburuhan yang berlaku bagi para pekerja.
Pasal 9
Pemeriksaan Pekerjaan

1. Sebelum dimulai satu pekerjaan, yang bila pekerjaan ini


dilaksanakan mengakibatkan tidak dapat dilanjutkan pekerjaan
yang telah dikerjakan, Pemborong diwajibkan meminta kepada
Direksi (PTP dan Konsultan Pengawas) memeriksa bagian
pekerjaan yang telah dikerjakan itu. Baru setelah Direksi
menyatakan bagian ini baik, Pemborong dapat memulai
pekerjaan selanjutnya.
2. Bila permintaan pemeriksaan tersebut selama 24 jam tidak
dipenuhi oleh Direksi, maka Pemborong bisa meneruskan
bagian- bagian pekerjaan, yang seharusnya diperiksa itu
dianggap seolah- olah telah diperiksa dan disetujui. Hal ini
dikecualikan apabila Direksi minta perpanjangan waktu
pemeriksaan dan Pemborong menyetujuinya.
3. Bila ayat 1 di atas dilanggar oleh Pemborong, Direksi berhak
menyuruh membongkarnya bagian pekerjaan tersebut, dan
ongkos pembongkaran serta pemasangan kembali karena
kelalaian Pemborong ini dibebankan kepada Pemborong.

Pasal 10
Pemeriksaan Bahan-Bahan

1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut,


Pemborong/Pelaksana terlebih dulu harus memberikan contoh
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan
sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan atau dipakai.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan atau kualitas
jelek yang dinyatakan afkir/ditolak oleh Pengawas
Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan , harus segera dikeluarkan
dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam waktu 3 x
24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak dan
ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Pengelola
Teknis Kegiatan berhak untuk memerintahkan pembongkaran
kembali kepada Pelaksana (Pemborong), dan biaya ditanggung
oleh Pemborong.
B. SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 11
Pekerjaan Persiapan

Biaya pekerjaan persiapan tidak dihitung dengan item tersendiri


pada Rencana Anggaran Biaya, sehingga biaya pekerjaan
persiapan sudah termasuk atau terhitung dalam setiap item
pekerjaan yang ditawar, sehingga biaya pekerjaan persiapan tetap
menjadi tanggungan kontraktor pelaksana. Pekerjaan persiapan
yang dimaksud adalah :

1.Lingkup Pekerjaan :

1 Penyediaan Air Kerja


2 Administrasi &
Dokumentasi
3 Pengukuran & Bouplank
4 Papan Nama Proyek
5 Pek. Direksi Keet

2.Persyaratan Bahan

 Persyaratan Bahan untuk bouplank dari kayu kelas II, untuk


patok 5/7 cm dan untuk papan 3/18 cm

 Air kerja yang dipakai adalah air tawar yang bersih dan harus
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya bagi konstruksi.

3 Pedoman Pelaksanaan

 Ukuran-ukuran patok dan ukuran tinggi telah di tetapkan


dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail. Ukuran-
ukuran dalam gambar tersebut adalah ukuran setelah
pekerjaan selesai dikerjakan.

 Peil ketinggian lantai ( 0,00) diambil sesuai dengan ketetapan


dalam gambar rencana. Penentuan peil ini akan dilakukan oleh
Pemilik Pekerjaan, Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis
Pekerjaan bersama-sama dengan kontraktor.

 Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air


ukuran 1/4" atau dengan alat ukur Theodolit, sedangkan
untuk sudut siku-siku dilakukan dengan benang secara azas
segitiga Pythagoras.

 Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya

 Harus benar-benar waterpass (timbang air) dan sudut-


sudutnya harus siku.

 Bouwplank harus terpasang kuat

 Air kerja yang dipakai adalah air tawar yang bersih dan harus
bebas dari bahan-bahan yang berbahaya bagi konstuksi.

 Administrasi harus dibuat teratur menyangkut aktifitas harian


dilapangan, pencatan material yang masuk maun yang keluar
dari gudang logistik, tenaga kerja dan kondisi cuaca serta
selalu membuat fofo-foto setiap terjadi kemajuan pekerjaan
dilapngan.

 Pelaporan yang harus dibuat oleh kontraktor adalah laporan


harian yang isinya harus mendapat persetujuan dari
pengawas lapangan.

Pasal 12
Pekerjaan Tanah dan
Urugan

1. Lingkup pekerjaan

1 Galian Tanah Pondasi Footplate


2 Galian Tanah Pondasi Menerus
3 Galian Tanah Pondasi Rolaag
4 Pek. Urugan Tanah Kembali
5 Pek. Urugan Pasir Dibawah Pondasi
6 Pek. Urugan Pasir Dibawah Lantai
Baru
2.Persyaratan bahan

Timbunan peninggian peil lantai digunakan tanah dari sirtu


karang kualitas baik. Tanah timbunan dan pasir urugan harus
bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta sampah
lainnya.

3 Pedoman Pelaksanaan :

Galian boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan


penandaan sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui,
Konsultan Pengawas, dan Pemilik Pekerjaan bersama Kontraktor.
Apabila di tempat galian ditemukan utilitas umum yang masih
berfungsi, maka Kontraktor secepatnya memberitahukan kepada
instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya.
Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerusakan yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut.

Pasal 13
Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran

1. Lingkup Pekerjaan
1 Pas. Batu Kosong
2 Pek. Pondasi pasangan batu 1 : 4
3 Pas. Dinding Tembok Bata 1 : 4, Tbl 1/2 Batu
4 Plester Dinding Tembok 1 : 4
5 Acian

2.Persyaratan Bahan
a. Batu karang/gunung/kali untuk pasangan pondasi adalah batu
dengan ukuran 15-20 cm, dengan tiga muka pecahan.
b. Batu yang dipergunakan sebagai pondasi, harus dipilih batu
yang keras dan tidak keropos dan dikerjakan sesuai bentuk
dan ukuran yang tertera dalam gambar dan mendapat
persetujuan Direksi.
c. Bahan pasir, semen dan air untuk pekerjaan pasangan dan
plesteran mengikuti persyaratan yang telah ditentukan dalam
pasal beton bertulang.
d. Bata yang digunakan ádalah bata kualitas baik.

3. Pedoman Pelaksanaan

 Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan


pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi sesuai dengan
gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan Konsultan
pengawas tentang kesempurnaan galian. Setelah selesai
galian itu, baru pelaksanaan pondasi pada bagian dasar
pondasi dilapisi pasir pasang setebal 5 cm dan dipadatkan,
sebagai lantai kerja. Di atas pasir, dipasang aanstamping,
terdiri dari batu kali dan pasir pasang (pasangan batu
kosong). Lapisan ini juga harus dipadatkan, dengan menyiram
air di atasnya, sehingga pasir akan mengisi rongga-rongga
batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai dengan gambar
detail pondasi.

 Pondasi dibuat dari pasangan batu dengan adukan 1 PC : 4


PS, dan plesteran pondasi 1PC : 4Ps diaci PC sampai merata
halus

 Pasangan bata dilakukan dengan teliti sehingga, pasangan


bata rata dan tegak. Spesi perekat menggunakan adukan
dengan komposisi campuran 1 PC : 4 PS.

 Plesteran dibuat dengan campuran 1PC : 4 Ps untuk Plesteran


pada pondasi, dinding bata.

 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus


sama tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu
tipis dan terlalu tebal. Ketebalan yang diperbolehkan berkisar
antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal
plesteran
yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan
secara horizontal dan vertikal.

 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus


diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan.

 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya


selama seminggu sejak permulaan plesterannya.

 Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester


menggunakan perbandingan perbandingan air dan semen
diaduk sampai didapat campuran yang plastis, kecuali pada
dinding saluran tidak diaci.

Pasal 14
Pekerjaan Beton
1. Lingkup Pekerjaan
1. Pas. Lantai Kerja 1 : 3 : 5
2. Pas. Foot Plate K - 250
3. Pas. Kolom Struktur Pedestral 20/25 cm, K -
250
4. Pas. Sloof Bangunan 15/20 cm, K – 250
5. Pas. Kolom Struktur 20/25 cm, K – 250
6. Pas. Kolom Praktis 15/15 cm, K – 250
7. Pas. Ringbalk 15/20 cm, K – 250

2. Persyaratan Bahan

Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah


ditentukan dalam pasal beton bertulang yang disyaratkan dalam
PBI’71.

Beton
a. Semen
 Digunakan Portland Cement Jenis I yang memenuhi
ketentuan NI-8 tahun 1975 dan memenuhi S-400
menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh
Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya
dalam satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya
sebagai bahan campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras.

b. Pasir Beton, Pasir beton yang digunakan adalah harus


berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi
butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
c. Kerikil, harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI
1971.
d. Air, harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
e. Besi Beton,
- Mutu baja/besi beton adalah jenis besi/baja lunak dengan
mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik minimum 2400
kg/cm2). Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari
kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya.
- Pembengkokan, Penyambungan dan pengangkeran besi
tulangan harus sesuai dengan PBI 1971

 Mutu beton. Mutu beton yang digunakan untuk elemen struktur


bangunan adalah mutu beton K-250 atau dengan campuran 1
semen : 2 Pasir dan 3 Batu Pecah.

 Adukan Beton, pengangkutan adukan beton dari tempat


pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara
yang disetujui direksi.
 Pengecoran
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Konsultan pengawas.
- Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

 Perawatan Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan
kelembaban untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari.

Pasal 15
PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP

Lingkup pekerjaan :

1. Pek. Kap Rangka Baja Ringan


2. Pek. Listplank Woodplank
3. Pek. Atap Zinkalum
4. Pek. Bubungan

Sebelum pelaksanan pekerjaan, kontraktor wajib menyediakan


beberapa persyaratan seperti : Jaminan struktur, jaminan
pabrikasi, dukungan pabrik. Sertifikat SNI, dan hasil uji tarik
dari labratorium.
Pekerjaan rangka atap meliputi pekerjaan kuda-kuda, nok,
gording, jurai, reuter, usuk, reng, dan pekerjaan atap lainnya
menggunakan rangka baja ringan seperti yang ditunjukkan
pada gambar kerja hingga rangka atap tersebut siap diberi
penutup atap.

Standar :

a. Pd S-25-2000-03 (Spesifikasi Baja Struktural ).


b. SNI 03-1729-1989 ( Tata Cara Perencanaan Bangunan
Baja Untuk Gedung)
Material :
1). Kuda-kuda baja IWF
2). Goding baja C 150.65.20.3,2
3). Jurai 2 C 150.50.20.3,2
4). Plat buhul 10 mm
5). Baut dia. 16 mm
6). Plat Plendes 2 x 10 mm
7). Angkur Ø 16 mm
8). Trekstang besi
Ø16mm. 9). Sagrot besi
Ø13 mm.
10). Angkur
Ø16mm. 11). Usuk
baja ringan 12).
Reng baja ringan
13). Atap Seng Zinkalum
14). Kalsiplang 8 mm

Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari,
penyedia Jasa konstruksi harus menyiapkan rencana kerja
pekerjaan rangka atap dan penutup atap meliputi volume
pekerjaan, jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan
dan alur pekerjaan, serta contoh material yang akan dipakai
disertai sertifikat hasil pengujian material untuk mendapat
persetujuan dari Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, disertai
gambar shop drawing.
b. Hubungan antara gording dan balok konsol menggunakan baut
yang ditanam pada beton konsol.
c. Antar kuda-kuda baja dihubungkan Track Stang diameter 16
mm dengan spanner,
d. Usuk dipasang melintang di atas gording dengan
menggunakan bantuan kait dari plat yang mengkait pada
gording.
e. Reng terletak melintang diatas usuk dengan dipaku, dipasang
pada jarak tertentu.
g. Material baja profil dab plat sambung minimum masuk BJ-37
h. Baut dan angkuur yang digunakan termasuk baja mutu tinggi
i. Detail pemasangan rangka dan penutup atap menyesuaikan
dengan gambar kerja, dengan spesifikasi material sesuai
dengan yang telah ditentukan di atas.
k. Penyedia Jasa konstruksi harus menyerahkan contoh atap
yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas dan Tim Teknis.

Pasal 16
Pek. Daun Pintu Jendela & Alat-Alat Penggantung

1. Lingkup Pekerjaan
Seluruh item pekerjaan yang tertuang dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

2. Persyaratan Bahan
a. Kusen pintu/jendela kayu yang digunakan adalah kayu kelas
mutu I, ukuran jadi 6/12.
b. Daun pintu utama adalah daun pintu panil dari kayu klas 1
dan atau jati
c. Bingkai daun jendela kaca menggunakan kayu klas
I berkualitas baik.
d. Kaca yang digunakan adalah kaca polos 5 mm dipasang
sesuai dengan ketentuan dalam gambar rencana
e. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak
cacat/bermata.
f. Kunci pintu menggunakan kunci pintu 2 slaag dan atas
persetujuan direksi dan Konsultan pengawas.
g. Engsel dan gerendel harus menggunakan kualitas baik dan
telah mendapat persetujuan direksi dan konsultan pengawas.
3. Pedoman Pelaksanaan

a. Kusen pintu dan jendela

 Ukuran kayu untuk kusen adalah 5/11 (ukuran setelah jadi).

 Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar,


ikatan perkuatan harus menggunakan pen kayu keras yang
sebelumnya bidang sambungan ini harus dilumuri dengan
lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.

 Setiap kusen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah


untuk kiri kanan kusen yang melekat ke tembok. Untuk
kusen jendela 2 buah di kiri kanan kusen yang melekat ke
tembok. Khusus untuk kusen pintu dibawah kusen
dilengkapi dengan dork yang diangker kedalam neut beton.

 Semua bidang kusen yang bersinggungan dengan


dinding/beton dibuat alur-alur kapur, kemudian bidang
tersebut diawetkan dengan cat meni 2 (dua) kali.

a. Daun pintu/jendela dan Ventilasi

Daun pintu dan jendela dikerjakan sesuai gambar rencana dan


disarankan agar kontraktor memesan langsung pada bengkel
yang memproduksi daun pintu dan jendela.

b. Penggantung dan pengunci dipasang setelah kusen dan


daunnya siap untuk dipasang. Pemahatan daun pintu maupun
kusenya harus dilakukan dengan hati-hasi sehingga tidak
merusak daun pintu atau kusen dan hasil akhir pemasangan
harus rapi serta dapat berfungsi secara sempurna.

Pasal 18
Pekerjaan Lantai

1. Lingkup Pekerjaan

1. Pas. Lantai Rabbat 1 : 3 : 5 t = 10


cm
2. Lantai Keramik
2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa
kepadatan tanah peninggian lantai dengan baik sebelum
pemasangan lantai dimulai.

3. Adukan
b. Untuk adukan /campuran untuk rabat 1 PC : 3 Krlkl :5Psr.
4. Pemasangan
a. Pemasangan lantai keramik/rabat harus rata dan tidak
bergelombang.
b. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-
cacat lainnya, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.

Pasal 19
Pekerjaan Cat

1. Lingkup pekerjaan

Seluruh item pekerjaan yang tertuang dalam Daftar Kuantitas


dan Harga.

2. Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :


a. Cat meni Merk ALTEX atau yang setara
b. Cat kayu sekualitas Cap . EMCO
c. Cat tembok dan Plafond sekualitas Cap catylac.

3. Pedoman pelaksanaan
a. Bidang kayu yang akan dicat harus dimeni setelah kering
didempul untuk membentuk permukaan bidang kayu menjadi
rata, kemudian setelah dempul kering lalu digosok dengan
amplas sampai permukaan kayu menjadi licin dan rata.
 Setelah permukaan kayu dibersihan dari debu, baru
dioleskan cat dasar secara merata pada permukaan kayu.
 Pekerjaan harus betul-betul rata, berwarna sama dan
pelalisan cat penutup dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali.
 Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis
dengan memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan
yang digunakan.

b. Pengecatan dinding dan plafond harus dilakukan menurut


proses sebagai berikut :
 Dinding yang akan dicat harus dibersihkan dari kotoran
dan debu dengan menyapunya sampai bersih.
 Melapis dinding dengan plamur tembok pada bagian yang
berlubang sampai rata.
 Setelah plamir kering kemudian permukaan dinding yang
akan dicat digosok dengan kertas amplas sampai
permukaanya licin
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata
dengan 1 lapis cat dasar dan 2 (dua) kali dengan cat
penutup.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata
dan tidak terdapat belang-belang atau noda-noda
mengelupas.

Anda mungkin juga menyukai