Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS / RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

(RKS)
Program:
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Polri
Pekerjaan :
Pembangunan Rumah Dinas KABAG T.54 / 3 Unit (Konstruksi Dan FASUM)

A. UMUM

Pasal 1
Ketentuan

1.1 Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor wajib memberitahukan kepada


Direksi/Pemilik Pekerjaan mengenai jadwal pelaksanan di lapangan.
1.2 Kontaktor wajib menyediakan jadwal rencana pelaksanaan (time
schedule), buku tamu dan buku catatan harian di lokasi pekerjaan.
1.3 Kontraktor wajib menyampaikan metode pelaksanaannya kepada pihak
Direksi sebelum memulai pekerjaan.
1.4 Demi kelancaran pelaksanaan di lokasi pekerjaan, maka tenaga
pelaksana yang ditempatkan oleh Kontraktor harus memiliki kualifikasi
dan pengelaman yang cukup di bidangnya. Apabila Direksi
menganggap pelaksana yang diberi tugas kurang mampu, maka Direksi
berhak menolak pelaksana tersebut.
1.5 Kontraktor harus mampu memberikan jaminan keamanan, ketertiban,dan
kebersihan selama pelaksanaan pekerjaan.
1.6 Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan kontrak, gambar gambar
rencana, RKS dan Berita Acara Aanwijzing serta ketentuan ketentuan lain
yang dibuat selama pelaksanaan yang telah disetujui oleh direksi.
1.7 Segala penyimpangan yang dilakukan kontraktor tanpa persetujuan
direksi, harus dibongkar dan disesuaikan dengan rencana semula. Segala
biaya akibat kelalaian tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
1.8 Setiap perintah Direksi kepada kontraktor yang menyimpang dari
ketentuan diatas harus disampaikan secara tertulis dengan
sepengetahuan Pemilik Pekerjaan.
1.9 Apabila selama pelaksana pekerjaan harus diadakan pekerjaan tambah
kurang, harus mendapat ijin tertulis dari Pemilik Pekerjaan.

1.10 Sebagian atau seluruh pekerjaan tidak boleh diborongkan kepada pihak
ketiga (Sub Kontraktor) dengan alasan apapun kecuali dengan
persetujuan Pemilik Pekerjaan.
1.11 Selama tidak bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat- Syarat ini,
yang dianggap berlaku sah dan mengikat adalah :

a. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah


Republik Indonesia.
b. Standard Industri Indonesia (SII).
c. Peraturan-peraturan umum (Algemene Voorwaarden) disingkat
A.V.41.
d. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971.
e. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 7394 Tahun 2008 Tentang
Perhitungan Beton.
f. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 disingkat
PPBBI.
g. Peraturan tentang instalasi listrik PUIL-1989 dan Ketetapan PLN.
h. Pedoman Plumbing Indonesia, tahun 1979 dan Perusahaan Air
Minum.
i. Peraturan Kebakaran Menteri Pekerjaan Umum No.02/”KMK”TS/1985.
j. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja
tentang penggunaan tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
k. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia
disingkat DTPI 1969.
l. Peraturan Tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan
Gedung Negara oleh Departemen Pekerjaan Umum.
m. Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1989.
n. Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk gedung 1987
beserta pedomannya.
o. American society for Testing Materials (ASTM).
p. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982.
q. Peraturan Cat Indonesia-N4.
r. Peraturan Semen Portland (NI-8).
s. Tata cara perhitungan beton untuk bangunan gedung SK-SNI-T-15-
1991-03.
t. Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK-SNIT-15-
1990-03).
u. Perturan / pedoman perencanaan penangkal petir SKBI-1.3.53. 1987
UDC: 887.2.
v. Peraturan Pelaksanaan Bangunan Baja Indonesia 1987.
w. Permen PUPR Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan Gedung.

Pasal 2
Bestek dan Gambar

1. Pemborong diwajibkan meneliti gambar-gambar dan bestek mengenai


pekerjaan ini.
2. Bila ternyata ada perbedaan antara kontrak, gambar dan bestek, juga
antara gambar-gambar dengan gambar lain, maka yang berlaku adalah
urutan di bawah ini
 Kontrak
 Bestek
 Gambar-gambar yang lebih besar dengan skala yang lebih kecil.
3. Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang belakangan hari
mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya, Pemborong wajib
menanyakan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
ketegasannya.

Pasal 3
Rencana Kerja

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus menyusun


Rencana Kerja (Time Schedulle) yang diajukan selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) minggu sesudah tanggal penerimaan Surat Perintah Kerja,
dengan disetujui oleh Direktsi
2. Setelah Rencana Kerja disetujui oleh Direksi, satu salinan akan ditahan oleh
Direksi dan satu salinan lainnya harus ditempel di Bangsal Pemborong di
tempat pekerjaan.

Pasal 4
Kuasa Pemborong

1. Pemborong wajib menempatkan seorang wakil yang cukup cakap dan


berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan ini di lapangan
(selanjutnya disebut “Pelaksana”).
2. Pelaksana yang ditunjuk oleh Pemborong harus mendapat kuasa penuh
yang bertindak untuk dan atas nama Pemborong.
3. Dengan adanya Pelaksana ini tidak berarti bahwa Pemborong lepas dari
tanggung jawab sebagian atau sepenuhnya dari seluruh pekerjaan.
4. Pemborong harus memberikan laporan secara tertulis kepada Direksi
tentang segala keterangan mengenai Pelaksana ini. Pelaksana baru bisa
bertindak setelah ada persetujuan dari Direksi. Dalam satu minggu kalau
tidak ada keberatan dari Direksi, berarti Direksi menyetujuinya.
5. Bilamana kemudian menurut pendapat Direksi, Pelaksana kurang
mampu/tidak bisa menunjukkan kecakapannya dalam memimpin pekerjaan
dengan sebaik-baiknya, maka Direksi berhak memerintahkan kepada
Pemborong untuk menggantikannya, dalam waktu 6 (enam) hari setelah
dikeluarkannya surat perintah itu Pemborong harus sudah menunjuk seorang
kuasa yang baru.

Pasal 5
Tempat Tinggal Pemborong dan Pelaksana

Untuk menjaga kemungkinan akan diperlukan hubungan diluar jam kerja,


Pemborong wajib memberitahukan alamat rumah dan nomor telpon
Pemborong dan Pelaksana kepada Direksi. Diharapkan alamat ini tidak
berubah-ubah selama pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Pasal 6
Pengamanan

1. Pemborong wajib mengadakan penjagaan keamanan untuk barang-


barang di seluruh halaman pekerjaan.
2. Barang-barang bahan bangunan yang hilang, baik yang sudah maupun
yang belum dipasang tetap menjadi tanggungan Pemborong dan tidak
diperkenankan untuk diperhitungkan di dalam borongan biaya tambahan.

Pasal 7
Laporan Harian dan Mingguan,dan Bulanan

1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian dimana tercantum


tentang kemajuan pekerjaan setiap harinya, bahan-bahan dan alat-alat
yang didatangkan, jumlah pekerja dan petugas lapangan yang ada serta
keadaan cuaca pada hari yang bersangkutan, adalah merupakan
kewajiban Pemborong untuk membuatnya dalam rangkap 3 (tiga), satu
untuk Konsultan Pengawas, satu lainnya untuk Kepala Satuan Kerja.
2. Laporan Harian harus mendapat pesetujuan dari Konsultan pengawas dan
Pengelola Teknis Kegiatan (PTP) atas substansi laporan yang disampaikan,
jika ada koreksi dari konsultan pengawas atau PTP maka Laporan harian
harus segera diperbaiki dan hasil perbaikan disampaikan paling lambat 1 x
24 Jam dari saat dikembalikannnya laporan tersebut.
3. Laporan Mingguan-nya disusun oleh konsultan pengawas berdasarkan hasil
laporan harian yang disampaikan oleh Kontraktor. Laporan Mingguan ini
dibuat dalam rangkap 3 (tiga), satu asli sebagai arsip konsultan pengawas
dan dua salinan untuk kontraktor dan Kepala Satuan Kerja setelah diteliti dan
disetujui oleh Kepala Satuan Kerja.
4. Tugas-tugas dan perintah-perintah dari Konsultan pengawas, PTP dan Direksi
berlaku dan mengikat bagi Pemborong, apabila tugas-tugas dan perintah-
perintah itu dimuat dalam laporan/buku harian dan telah dibubuhi tanda
tangan dan nama jelas petugas/Direksi yang menugaskan/memerintahkan.
5. Pekerjaan-pekerjaan tambah kurang harus pula dicatat dalam Laporan
Harian.
6. Kelalaian membuat Laporan Harian dapat dikenakan sanksi menurut
ketentuan-ketentuan A.V.
7. Pemborong wajib membuat foto proses pekerjaan (berwarna) yang
dilampirkan pada setiap permohonan termyn, minimal 4 (empat) pose
rangkap 3 (tiga), dimulai dari 0% sampai dengan 100% dan Pemborong
menyediakan dalam album.

Pasal 8
Jaminan Sosial, Kesehatan dan Keselamatan

1. Pemborong diwajibkan menyediakan peti obat-obatan sesuai syarat-syarat


P3K yang selalu harus tersedia secara lengkap di lapangan. Obat-obatan
tersebut disediakan baik untuk Direksi, staf Pemborong, termasuk pekerja-
pekerja dari pihak ketiga.
2. Pemborong wajib menyediakan air minum yang memenuhi standar
kesehatan untuk para pekerja.
3. Segala yang menyangkut kesehatan dan jaminan lainnya yang belum
disebutkan disini, Pemborong wajib melakukan sesuai dengan peraturan
perburuhan yang berlaku bagi para pekerja.

Pasal 9
Pemeriksaan Pekerjaan

1. Sebelum dimulai satu pekerjaan, yang bila pekerjaan ini dilaksanakan


mengakibatkan tidak dapat dilanjutkan pekerjaan yang telah dikerjakan,
Pemborong diwajibkan meminta kepada Direksi (PTP dan Konsultan
Pengawas) memeriksa bagian pekerjaan yang telah dikerjakan itu. Baru
setelah Direksi menyatakan bagian ini baik, Pemborong dapat memulai
pekerjaan selanjutnya.
2. Bila permintaan pemeriksaan tersebut selama 24 jam tidak dipenuhi oleh
Direksi, maka Pemborong bisa meneruskan bagian-bagian pekerjaan, yang
seharusnya diperiksa itu dianggap seolah-olah telah diperiksa dan disetujui.
Hal ini dikecualikan apabila Direksi minta perpanjangan waktu pemeriksaan
dan Pemborong menyetujuinya.
3. Bila ayat 1 di atas dilanggar oleh Pemborong, Direksi berhak menyuruh
membongkarnya bagian pekerjaan tersebut, dan ongkos pembongkaran
serta pemasangan kembali karena kelalaian Pemborong ini dibebankan
kepada Pemborong.

Pasal 10
Pemeriksaan Bahan-Bahan

1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut,


Pemborong/Pelaksana terlebih dulu harus memberikan contoh kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan sebelum bahan-
bahan tersebut didatangkan atau dipakai.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Pengawas Lapangan/Pengelola Teknis
Kegiatan , harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-
lambatnya dalam waktu 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas
Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan dan ternyata masih dipergunakan
oleh Pelaksana, maka Pengawas Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan
berhak untuk memerintahkan pembongkaran kembali kepada Pelaksana
(Pemborong), dan biaya ditanggung oleh Pemborong.

B. URAIAN TEKNIS DAN SYARAT-SYARAT PEKERJAAN

Pasal 11
Pekerjaan Persiapan

1. Pengukuran
 Ukuran-ukuran patok dan ukuran tinggi telah di tetapkan dalam gambar
dan dijelaskan dalam gambar detail. Ukuran-ukuran dalam gambar tersebut
adalah ukuran setelah pekerjaan selesai dikerjakan.
 Peil ketinggian lantai ( 0,00) diambil sesuai dengan ketetapan dalam
gambar rencana. Penentuan peil ini akan dilakukan oleh Pemilik
Pekerjaan, Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis Pekerjaan
bersama-sama dengan kontraktor.
Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air ukuran 1/4" atau
dengan alat ukur Theodolit, sedangkan untuk sudut siku-siku dilakukan dengan
benang secara azas segitiga Pythagoras.
2. Pemasangan Bouwplank
 Lingkup pekerjaan, meliputi seluruh keliling tiap bangunan yang
dikerjakan.
 Persyaratan Bahan dari kayu kelas II, untuk patok 5/7 cm dan untuk
papan 2.5/20 cm.
 Pedoman pelaksanaan
- Papan diketam halus dan lurus pada sisi atasnya
- Harus benar-benar waterpass (timbang air) dan sudut-sudutnya harus
siku.
- Bouwplank harus terpasang kuat.

3. Penyediaan Air Kerja


Air kerja untuk pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung harus
memenuhi persyaratan teknis, antara lain tidak terkontaminasi oleh unsur-
unsur yang membahayakan konstruksi.

Pasal 12
Pekerjaan Tanah Dan Urugan

1. Lingkup pekerjaan , Pekerjaan tanah terdiri dari :


a. Galian Pondasi
b. Urugan Tanah Kembali, Urugan tanah dalam bangunan, pasir di bawah
pondasi dan urugan pasir dibawah lantai.
2. Persyaratan Bahan :
Timbunan bekas galian, digunakan tanah bekas galian. Untuk timbunan
bawah lantai digunakan batu/tanah perataan lokasi campur pasir urug
kualitas baik. Tanah timbunan dan pasir urugan harus bersih dari
kotoran-kotoran dan akar-akar kayu, serta sampah lainnya.
3 Pedoman Pelaksanaan :
 Galian baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank dengan penandaan
sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan disetujui, Konsultan Pengawas, dan
Pemilik Pekerjaan bersama Kontraktor. Apabila di tempat galian
ditemukan pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon atau lainnya yang
masih berfungsi, maka Kontraktor secepatnya memberitahukan kepada
instansi yang berwenang untuk mendapat petunjuk seperlunya. Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan yang diakibatkan
pekerjaan galian tersebut.

Pasal 13
Pekerjaan Pondasi

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pengerjaan urugan pasir bawah pondasi, anstamping dan
pasangan batu kali/gunung untuk pondasi seperti yang tercantum dalam
gambar dan dijelaskan dalam ambar detail.

2. Persyaratan Bahan
a. Batu kali/batu gunung yang dipergunakan berpenampang 15-20 cm,
dengan tiga muka pecahan.
b. Batu kali/batu gunung yang dipergunakan sebagai pondasi, harus dipilih
batu yang keras dan tidak keropos dan dikerjakan sesuai bentuk dan
ukuran yang tertera dalam gambar dan mendapat persetujuan Direksi.
3. Pedoman Pelaksanaan
a Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan
pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi sesuai dengan gambar
konstruksi dan dimintakan persetujuan Konsultan pengawas tentang
kesempurnaan galian. Setelah selesai galian itu, baru pelaksanaan pondasi
pada bagian dasar pondasi dilapisi pasir pasang setebal 5 cm dan
dipadatkan, sebagai lantai kerja. Di atas pasir, dipasang aanstamping,
terdiri dari batu kali dan pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini
juga harus dipadatkan, dengan menyiram air di atasnya, sehingga pasir
akan mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai
dengan gambar detail pondasi.
b. Pondasi dibuat dari pasangan batu kali / batu gunung dengan adukan 1
PC : 5 PS, dan plesteran pondasi 1PC : 5Ps diaci PC sampai merata halus.

Pasal 14
Pekerjaan Beton Bertulang

1. Lingkup Pekerjaan
Beton bertulang dengan perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR atau setara dengan
mutu beton K-175 harus dibuat untuk :
 Sloof praktis
 Kolom-kolom praktis
 Ring balok praktis
 Beton Neut dan cor angker tembok
 Plat Beton Bertulang

2. Pedoman Pelaksanaan :
 Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman dipakai PBI 1971.
 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Pemilik Pekerjaan dan
Konsultan Pengawas apabila ada perbedaan yang didapat di dalam
gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
3. B a h a n
a. Semen
 Digunakan Portland Cement Jenis I menurut NI-8 tahun 1975 dan
memenuhi S-400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan
campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agar semen tidak cepat mengeras.
b. Pasir Beton,
harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan
sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

c. Kerikil,
harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan
sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.

d. Air,
harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan.

e. Besi Beton,
- Mutu baja/besi beton adalah jenis besi/baja lunak dengan mutu U-24
(tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Daya lekat baja
tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan
bahan lainnya.
- Pembengkokan, Penyambungan dan pengangkeran besi tulangan
harus sesuai dengan PBI 1971
-
4. Cetakan dan Acuan
 Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas
yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian
pekerjaan.
 Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan di
dalam pasal 5.1 PBI 1971.

4. Mutu Beton,
Yang digunakan adalah perbandingan volume 1 PC : 2 Ps : 3 Kr atau setara
dengan mutu beton K-175 (mutu beton menentukan)

5. Adukan Beton,
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

7. Pengecoran
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis
Konsultan pengawas.
- Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
8. Perawatan Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban
untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari.

Pasal 15
Pekerjaan Pasangan Tembok

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi seluruh pengerjaan pasangan tembok baik pekerjaan pasangan
tembok kedap air maupun pasangan tembok biasa.

2. Persyaratan Bahan
a. Bataco harus yang berkualitas baik yang bersih dari kototan dan Lumpur
dan mendapat persetujuan Direksi.
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah ditentukan
dalam pasal beton bertulang.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum Pasangan bataco, maka bataco tersebut terlebih dahulu harus
dibersihkan dari kotoran dan lupur dan direndam 1 s/d 2 menit.
b. Sebelum batco / bata dipasang harus diprofil dengan benang / snar agar
terlihat rata permukaan tembok.
c. Adukan pasangan bataco / bata kedap air dipakai campuran 1 PC : 3 PS,
sedangkan pasangan bataco / bata biasa dipergunakan campuran 1 PC :
5 PS.

Pasal 16
Pekerjaan Pintu dan Jendela

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan kayu meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat
bantu yang diperlukan, sehingga konstruksi kayu selesai dilaksanakan. Bagian
Pekerjaannya adalah :
a. Pekerjaan Kosen pintu dan jendela.
b. Daun pintu/jendela dan ventilasi
2. Persyaratan Bahan
a. Semua kosen pintu/jendela digunakan kayu kelas mutu II local (setara
kayu Ampupu), ukuran jadi/Bersih 6/12 cm.
b. Semua daun pintu dan daun jendela digunakan kayu kelas mutu II local
(setara kayu Ampupu)
c. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Kosen pintu dan jendela
 Ukuran kayu untuk semua kozen adalah 6/12 cm (ukuran setelah jadi).
 Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan
harus menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya bidang
sambungan ini harus dilumuri dengan lem kayu, agar sambungannya
dapat melekat dengan baik.
 Setiap kosen pintu harus dilengkapi angker minimal 2 buah untuk kiri
kanan kosen yang melekat ke tembok. Untuk kosen jendela 2 buah di kiri
kanan kosen yang melekat ke tembok. Khusus untuk kosen pintu
dibawah kosen dilengkapi dengan dork yang diangker kedalam neut
beton.
 Semua bidang kosen yang bersinggungan dengan dinding/beton
dibuat alur-alur kapur, kemudian bidang tersebut diawetkan dengan
cat meni 2 (dua) kali.
b. Daun pintu/jendela dan Ventilasi
 Daun pintu panil dibuat dari kayu klas II lokal, sesuai gambar rencana
dan disyaratkan agar Kontraktor memesan langsung pada tempat
khusus pembuat pintu atau pada toko. Tidak dibenarkan Kontraktor
membuat sendiri di lapangan pekerjaan.
 Khusus daun pintu KM/WC dengan rangka kayu klas II, di bagian luar
dilapisi teakwood dan dibagian dalam Aluminium/Formika.
 Jendela kaca / Ventilasi dibuat dengan rangka kayu kelas II lokal
disesuaikan dengan gambar detail. Kaca untuk jendela dipasang
kaca bening tebal 5 mm. Pasangan kaca harus memperhatikan muai
susut baik dari kozen, maupun bahan kaca tersebut.
 Ventilasi dibuat dari papan kayu kelas II harus dipasang dengan rapi.

Pasal 17
Pekerjaan Plesteran Dan Acian Saus Semen

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dan acian saus semen dilakukan pada seluruh
pasangan bataco pondasi dan bagian-bagian konstruksi lainnya yang
menggunakan plesteran dan acian semen kecuali pada pasangan bataco
yang tertutup oleh plafond.
2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah ditentukan
dalam pasal beton bertulang.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
 Dinding dibersihkan dari semua kotoran
 Dinding dibasahi dengan air
 Semua siar permukaan dinding batu bataco dikorek sedalam 0.5 cm
 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan
plesteran dapat merekat dengan baik.
b. Adukan plesteran pasangan bataco kedap air dan beton dipakai
campuran 1 PC : 3 PS, sedangkan plesteran bataco lainnya
dipergunakan campuran 1 PC : 5 PS
c. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama
tebalnya dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu
tebal. Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,5 cm sampai 2,00
cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan
pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang
yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
d. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan.
e. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesterannya.
f. Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester menggunakan
perbandingan perbandingan air dan semen diaduk sampai didapat
campuran yang plastis.

Pasal 18
Pekerjaan Lantai

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan lantai meliputi pemasangan penutup lantai keramik pada semua
ruangan termasuk pemasangan keramik pada dinding KM/WC.
2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah ditentukan
dalam pasal beton bertulang.
 Bila mana tidak ditentukan lain dalam pekerjaan ini untuk semua
pekerjaan lantai mempergunakan Tegel Keramik Motif ukuran 30 x 30
Untuk Keramik Teras Menggunakan Keramik 30 x 30 (Kasar) dengan adukan
spesi 1PC : 3 Ps dan untuk KM/WC menggunakan keramik 20 x 20 (Kasar).
 Untuk pekerjaan dinding KM/WC dan mempergunakan Tegel ukuran 20 x
50 dengan adukan spesi 1PC : 2PS
 Untuk semua nat pasangan ubin lantai dibuat lebar maksimum 5 mm dan
dicor saus PC sesuai dengan warna ubin yang terpasang.
 Semua contoh ubin sebelum pemasangan harus dimintakan persetujuan
Pengawas dan Pemberi Tugas.
3. Dasar lantai
Sebelum diipasang lantai Ubin keramik dasar lantai terlebih dahulu dipasang
rabat beton tebal 5 cm dengan campuran 1PC : 3Psr : 5 Krl dan dilapisi
dengan adukan spesi 1 PC : 3 Ps.
4. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua pasangan
pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang harus sudah terpasang
dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
5. Adukan
a. Untuk adukan /campuran untuk ubin 1 PC : 3 Ps.
b. Saus semen untuk acian menggunakan semen dicampur air, sehingga
didapat campuran yang plastis.
6. Pemasangan
a. Pemasangan lantai ubin harus rata dan tidak bergelombang.
b. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan
cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian
cacat tersebut harus dibongkar sampai berbentuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
c. Penutupan siar-siar lantai tegel keramik menggunakan acian saus semen
berwarna putih atau warna lain dengan memintakan persetujuan Pemilik
Pekerjaan dan Konsultan Pengawas dan dilakukan sampai merata.
Pasal 19
Pekerjaan Rangka atap dan Listplank

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan Kap kuda-kuda baja ringan
b. pemasangan gording baja ringan
c. Papan listplank kalsiboard
2. Persyaratan Bahan

a. Semua bahan untuk kuda kuda,gording digunakan baja ringan sesuai


mutu yang ditetapkan berdasarkan Standart Nasional Indonesi (SNI).
b. Ukuran Bahan/ baja ringan yang tertera dalam gambar merupakan
ukuran terpasang.
c. Jarak Antara kuda kuda tertera dalam gambar.

3. Pedoman Pelaksanaan
a. Baja untuk gording harus dipasang setelah rangka atap terpasang dalam
posisi sempurna.
b. Gording harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.
c. Listplank dipasang sebelum penutup atap dipasang dan pemasangan
harus lurus dengan ukuran lebar jadi 25 cm
d. Semua pelaksanaan pekerjaan rangka atap harus sesuai dengan gambar
rencana dan mendapat petunjuk dari direksi pekerjaan.

Pasal 20
Pekerjaan Penutup Atap

1. Lingkup Pekerjaan
Bagian pekerjaan yang dilaksanakan adalah bidang atap seluruh bangunan
dan canopy
2. Bahan yang digunakan
Untuk penutup atap digunakan Seng genteng metalroof dan untuk
bubungan atap dan talang digunakan seng bubungan genteng metalroof
yang merupakan bubungan hasil pabrikasi
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Pemasangan atap diletakkan pada pasangan gording. Cara
pemasangannya disesuaikan dengan ukuran genteng metalroof yang
tersedia dan gambar rencana.
b. Bubungan ditutup dengan bubungan genteng metalroof.
c. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran.

Pasal 21
Pekerjaan Plafond

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup Pekerjaan Pafond meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan,
alat-alat bantu yang diperlukan, sehingga plafond selesai dilaksanakan
sesuai gambar rencana, dengan lingkup pekerjaannya adalah :
a. Pekerjaan pemasangan rangka plafond.
b. Pekerjaan penutup plafond.
c. Pekerjaan pemasangan list plafond .
2. Persyaratan Bahan
a. Semua rangka plafond menggunakan holoow kotak baja ringan kualitas
baik.
b. Penutup palfond berupa tripleks 4 mm.
c. List plafond dibuat dari profil lebar 5 cm
d. List Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, tripleks tidak mengelupas,
lurus, tidak cacat/bermata.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Rangka plafond
 Rangka plafond yang dipasang dengan ukuran panel 60 x 60 cm,
dipasang sedemikian rupa sehingga jika ditutup dengan penutup
plafond memberikan bidang datar dan rata.
 Pemasangan harus mepertimbangkan azas keseimbangan dimana sisa
panel tepi dibuat sama dengan mengacu pada as-as ruangan yang
akan dipasang plafond.
 Rangka plafond harus digantung pada rangka atap, sedangkan yang
menempel pada tembok dipaku menggunkan Skrup beton.
b. Penutup plafond
 Penutup plafond digunakan tripleks 4 mm.
 Pemasangan penutup plafond Tripleks dengan ukuran 1,2 x 2,4 cm.
 Penutup palfond harus dipaku dengan paku skrup 3 cm secukupnya .
c. List palfond
 List plafond dibuat dari kayu profil 5 cm
 List plafond dipasang pada tepi penutup plafond yang bertemu
dengan dinding, baik partisi mapun dinding batako.
 Listplafond harus dipasang dengan rapi.

Pasal 22
Pekerjaan Pengunci Dan Penggantung

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu,
daun jendela dan ventilasi, selanjutnya pada jendela dan ventilasi dipasang
grendel dan hak angin.
2. Persyaratan Bahan
a. Engsel-engsel dari kuningan berkualitas baik ukuran 5” warna emas atau
brons untuk menggantung daun pintu, Sedangkan untuk jendela
menggunakan Engsel yang berkualitas baik yang dilengkapi hak angin.
b. Kunci pintu dipasang kunci (dua) slaag (dua kali putar) yang berkualitas
baik.
c. Grendel dan hak angin berkualitas baik.

3. Pedoman Pelaksanaan
a. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk YALE atau
yang setara dengannya berkualitas baik.
b. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembaran daun pintu.
Pemasangan dilakukan dengan paku sekerup, tidak dibenarkan
melengketkan engsel ke pintu dan ke kozen dengan menggunakan
paku.
c. Untuk alat-alat tersebut di atas sebelum dipasang, Kontraktor wajib
memperlihatkan contoh terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan
Pemilik Pekerjaan dan Konsultan Pengawas
d. Grendel dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun jendela.
Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik. Untuk melengketkan
alat tersebut ke daun jendela harus menggunakan paku sekerup seperti
tersebut pada ayat b pasal ini.
Pasal 23
Pekerjaan Finishing

1. Lingkup pekerjaan
a. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kozen
b. Politur untuk daun pintu
c. Pengecatan dinding dan plafond
2. Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
a. Cat kayu sekualitas Cap Mowilex atau yang setara.
b. Cat tembok sekualitas Cap niponpain atau yang setara
c. Politur yang digunakan sekualitas Mowilex atau yang setara
3. Pedoman pelaksanaan
a. Pekerjaan harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2
(dua) kali.
b. Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan
memperhatikan waktu pengeringan jenis bahan yang digunakan.
c. Pengecatan dinding warna (disesuaikan dengan Permintaan pemilik
bangunan/pemilik kegiatan) harus dilakukan menurut proses sebagai
berikut
 Dinding yang akan dicat harus dibersihkan dari kotoran dan debu
dengan menyapunya sampai bersih.
 Melapis dinding dengan plamir tembok pada bagian yang
berlubang sampai rata.
 Setelah plamir kering kemudian permukaan dinding yang akan dicat
digosok dengan kertas amplas sampai permukaanya licin
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 2(dua)
kali.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata dan tidak
terdapat belang-belang atau noda-noda mengelupas
d. Pengecatan plafond harus dilakukan menurut proses berikut :
 Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.
 Melapis dinding dengan plamir tembok pada bagian yang
berlubang sampai rata.
 Setelah plamir kering kemudian permukaan plafond yang akan dicat
digosok dengan kertas amplas sampai permukaanya licin
 Mengecat plafond 2 (dua) kali, sehingga menghasilkan bidang
pengecatan yang merata sama dan tidak terdapat belang-belang
atau noda-noda mengelupas

Pasal 24
Pekerjaan Instalasi Listrik

A. Pekerjaan Instalasi Listrik


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi
didalam bangunan, sebagaiman gambar detail. Pemasukan arus yang
bersumber dari instalasi PLN (Perusahaan Listrik Negara, bila ada) atau
penggunaan generator listrik, penyediaan bola lampu, kabel-kabel,
pipa-pipa PVC, tiang listrik dan sebagainya sehingga listrik menyala dan
Pekerjaan Instalasi Penagkal Petir(jika diperlukan)

2. Bahan-bahan yang digunakan


a. Kabel NYM 4X6 mm Eterna/setara asli untuk kabel instalasi utama
b. Kabel NYA 1x6 mm Eterna/setara asli untuk kabel instalasi utama
c. Kabel NYA 1x2,5 mm Eterna/setara asli untuk kabel instalasi stop kontak dan
saklar
d. Kabel NYA 1x1,5 mm Eterna/setara asli untuk kabel instalasi lampu
e. Fiting temple Broco/setara asli
f. Lampu Philips/setara 23 watt asli
g. Lampu Philips/setara 18 watt asli
h. Saklar seri broco/setara asli
i. Saklsr engkel Broco/setara asli
j. Stop kontak Broco/setara asli
k. Batang elektroda (arde)asli
l. Skrup bunga 2 cm2
m. Imbuldos kontak jenis panasonik Asli
n. Pipa kabel dari PVC khusus untuk instalasi listrik diameter 1/2”
o. Panel MCB (Asli)
p. Rel MCB (Asli)
q. Isolator roll Asli
r. MCB 10 Amper Broco Asli
s. Isolasi unibel (asli)
t. Panel box yang dilengkapi fuse, switch untuk pembagian group
pemasangan instalasi listrik, Produksi dalam Negeri (nasional) atau
sekualitas, dengan arde (pentanahan) dari kabel B.C.
3. Pedoman Pelaksanaan
a. Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis
armatur lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar
instalasi listrik. Penggunaan bahan/komponen-komponennya harus
disesuaikan dengan sistem tegangan lokal 220 Volt.
b. Pemasangan penagkal petir harus mengacu pada peraturan menteri
Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1989
c. Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan Pemilik Pekerjaan dan
Konsultan Pengawas. Pemborong boleh menunjuk pihak ketiga (instalatur)
yang telah memiliki izin usaha instalasi listrik atau izin sebagai instalatur yang
masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN).
d. Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban penuh
selama 1 x 24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang timbul akibat
pengujian ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

Pasal 25
Pekerjaan Instalasi Air Bersih

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan Instalasi Air Bersih yang termasuk dalam pekerjaan
pemborongan ini meliputi pengadaan dan pemasangan instalasi dari bak
PDAM kemudian didistribusikan ke KM/WC dan ke tempat pelayanan air
bersih lainnya. Dihubungkan dengan jaringan instalasi pada unit–unit
bangunan sampai dengan air mengalir.
b. Semua bahan dipergunakan, cara pemasangan dan pemeliharaan
teknisnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan umum instalasi air,
tahun 1964 No. 1006 yang dikeluarkan oleh Yayasan Normalisasi Indonesia
berikut perubahan menurut syarat–syarat yang ditentukan oleh BPAM.
2. Persyaratan Bahan
a. Pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa air minum dari pipa
GIP Medim B.
b. Sambungan dan tekukan dengan alat bantu (accessories) dari bahan
yang sama dengan pipanya berkualitas baik.
c. Keran air yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi.

Pasal 26
Pemasangan Alat – Alat Sanitasi, Saluran Pembuangan

Semua peralatan sanitasi yang dipakai terbuat dari bahan porselnt warna putih
hasil produksi industri Keramik Dalam Negeri, berkualitas baik dan mendapat
persetujuan dari direksi.
1. Alat – alat sanitasi :
Alat – alat sanitasi terdiri dari floor drain dan soil fitment berupa water closed
(WC).
a. Floor Strainer;
Model floor grating dengan perangkap udara dapat dibuka untuk
dibersihkan . Dipasang pada lantai WC/Kamar Mandi sesuai notasi
dalam gambar rencana. Pembuangan air floor drain ke bak kontrol
memakai pipa PVC tebal type WA-1 atau pipa galvsnis dengan Ø yang
sama.
Saluran dari bak kontrol keperesapan melalui pipa PVC tebal type AW - 1
Ø4”.
b. Water Closed (WC);
Untuk Pekerjaan ini dipakai WC. Model jongkok proselint tanpa resevois
air, sesuai dengan notasi gambar rencana.
Saluran pembuangan air kotor dari WC ke bak septiktank dipakai pipa
PVC tebal type AW-1 Ø4”.
2. Tangki Septiktank dan peresapan :
a. Tangki septiktank dan peresapan dibuat menurut gambar detail.
Dinding dari pasangan batu bata tebal 1 batu dengan adukan 1 Pc : 5
PSr
Bagian dalam dipleter dengan adukan 1 Pc : 2 Psr setebal = 15 mm.
b. Tutup dari plat beton bertulang tebal 7 cm, dilengkapi dengan tulang
pengontrol atau man hole 60 cm x 60 cm,
c. Ventilasi udara dari pipa galvanis Ø 1 ½ “. Tinggi 2,40 M
d. Jarak Bak septicktank keperesapan ≥ 3.00 m
e. Selokan pembuangan air hujan :
1). Untuk pembuangan air hujan dibuat selokan keliling bangunan
gedung menggunakan pasangan batu atau sesuai dengan gambar
rencana. Selokan dibuat dengan kemiringan 2 % ke arah
pembuangan.
2). Bak kontrol sesuai dengan gambar detail

Pasal 27
Pekerjaan Lain - Lain

1. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Lain – lain adalah pekerjaan pengadaan dan pemasangan
Soctket antena TV dan kelengkapanya, Pekerjaan Jalan Masuk menuju
rumah

Pasal 28
Pekerjaan Pembersihan Akhir

Apabila Peleksaan Konstruksi sudah dikerjakan seluruhnya sesuai dengan kontrak


maka Kontraktor diwajibkan untuk membersihkan sisa sisa material yang tidak
terpakai keluar lokasi pekerjan guna untuk persiapan Serah Terima Pekerjaan
Tahap Pertama (PHO).

Demikian Rencana Kerja dan Syarat –syarat ini kami susun untuk menjadi acuan
pada saat peleksaan dilapangan dan dapat dipergunakan seperlunya.

Anda mungkin juga menyukai