Anda di halaman 1dari 12

BAB I

SPESIFIKASI UMUM PEKERJAAN

A. UMUM
Pasal 1
Peraturan-Peraturan

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan
mengikat ketentuan-ketentuan yang disebut di bawah ini, dan Penyedia
Konstruksi dianggap mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada)
segala perubahan-perubahan dan tambahan-tambahan lainnya :

a. Algemene Voorwarden voor de aaneming bij openbare Warken In Indonesia


28 Mei 1941 disingkat A.V.41 ditamabah dengan UNdang-undang RI Nomor
28 Tahun 2002 tentang bangunan Gedung
b. Peraturan Umum Pemeriksanaan Bahan-bahan Bangunan (PUBBI 1960).
c. Keputusan Presiden RI Nomor 80 tahun 2003
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor :
45/PRT/M/2007, tanggal 27 Desember 2007
e. Peraturan Beton SNI 2847 Tahun 2013 tentang : Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung
f. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-
2002
g. Peraturan pembebanan Indonesia terbaru SNI 1727 Tahun 2013
h. Peraturan Perencanan Tahan Gempa SNI 1726 Tahun 2012
i. Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971).
j. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI 1961).
k. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI 1983)
l. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981 (PPI 1981).
m. Peraturan-peraturan Pembangunan Daerah setempat.
n. Peraturan lain yang berhubungan dengan pembangunan yang berlaku di
Indonesia.
o. Petunjuk serta perintah tertulis dari Direksi pada saat pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 2
Bestek dan Gambar

1. Penyedia Konstruksi diwajibkan meneliti gambar-gambar dan bestek


mengenai pekerjaan ini.

2. Bila ternyata ada perbedaan antara kontrak, gambar dan bestek, juga
antara gambar-gambar dengan gambar lain, maka yang berlaku adalah
urutan di bawah ini
1
 Kontrak
 Bestek
 Hasil Koordinasi Lapangan antar Direksi
 Gambar-gambar yang lebih besar dengan skala yang lebih kecil.

3. Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang belakangan hari


mungkin menimbulkan kekeliruan atau bahaya, Penyedia Konstruksi wajib
menanyakan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan
ketegasannya.

Pasal 3
Rencana Kerja

1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Konstruksi harus menyusun


Rencana Kerja (Time Schedulle) yang diajukan selambat-lambatnya dalam
waktu 1 (satu) minggu sesudah tanggal penerimaan Surat Perintah Kerja,
dengan disetujui oleh Direksi

2. Setelah Rencana Kerja disetujui oleh Direksi, satu salinan akan ditahan oleh
Direksi dan satu salinan lainnya harus ditempel di Bangsal Penyedia Konstruksi
di tempat pekerjaan.

Pasal 4
Kuasa Penyedia Konstruksi

1. Penyedia Konstruksi wajib menempatkan seorang wakil yang cukup cakap


dan berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan ini di
lapangan (selanjutnya disebut “Pelaksana”).

2. Pelaksana yang ditunjuk oleh Penyedia Konstruksi harus mendapat kuasa


penuh yang bertindak untuk dan atas nama Penyedia Konstruksi .

3. Dengan adanya Pelaksana ini tidak berarti bahwa Penyedia Konstruksi lepas
dari tanggung jawab sebagian atau sepenuhnya dari seluruh pekerjaan.

4. Penyedia Konstruksi harus memberikan laporan secara tertulis kepada Direksi


tentang segala keterangan mengenai Pelaksana ini. Pelaksana baru bisa
bertindak setelah ada persetujuan dari Direksi. Dalam satu minggu kalau
tidak ada keberatan dari Direksi, berarti Direksi menyetujuinya.

5. Bilamana kemudian menurut pendapat Direksi, Pelaksana kurang


mampu/tidak bisa menunjukkan kecakapannya dalam memimpin pekerjaan
dengan sebaik-baiknya, maka Direksi berhak memerintahkan kepada
Penyedia Konstruksi untuk menggantikannya, dalam waktu 6 (enam) hari
setelah dikeluarkannya surat perintah itu Penyedia Konstruksi harus sudah
menunjuk seorang kuasa yang baru.
2
Pasal 5
Tempat Tinggal Penyedia Konstruksi dan Pelaksana

Untuk menjaga kemungkinan akan diperlukan hubungan diluar jam kerja,


Penyedia Konstruksi wajib memberitahukan alamat rumah dan nomor telpon
Penyedia Konstruksi dan Pelaksana kepada Direksi. Diharapkan alamat ini tidak
berubah-ubah selama pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Pasal 6
Pengamanan

1. Penyedia Konstruksi wajib mengadakan penjagaan keamanan untuk


barang-barang di seluruh lokasi pekerjaan.
2. Barang-barang bahan bangunan yang hilang, baik yang sudah maupun
yang belum dipasang tetap menjadi tanggungan Penyedia Konstruksi dan
tidak diperkenankan untuk diperhitungkan di dalam borongan biaya
tambahan.

Pasal 7
Laporan Harian dan Mingguan

1. Penyedia Konstruksi diwajibkan membuat Laporan Harian dimana tercantum


tentang kemajuan pekerjaan setiap harinya, bahan-bahan dan alat-alat
yang didatangkan, jumlah pekerja dan petugas lapangan yang ada serta
keadaan cuaca pada hari yang bersangkutan, adalah merupakan
kewajiban Penyedia Konstruksi untuk membuatnya dalam rangkap 3 (tiga),
satu untuk Konsultan Pengawas, satu lainnya untuk Kepala Satuan Kerja.
2. Laporan Harian harus mendapat pesetujuan dari Konsultan pengawas dan)
atas substansi laporan yang disampaikan, jika ada koreksi dari konsultan
pengawas atau PTP maka Laporan harian harus segera diperbaiki dan hasil
perbaikan disampaikan paling lambat 1 x 24 Jam dari saat dikembalikannnya
laporan tersebut.
3. Laporan Mingguan-nya disusun oleh konsultan pengawas berdasarkan hasil
laporan harian yang disampaikan oleh Kontraktor. Laporan Mingguan ini
dibuat dalam rangkap 3 (tiga), satu asli sebagai arsip konsultan pengawas
dan dua salinan untuk kontraktor dan Kepala Satuan Kerja setelah diteliti dan
disetujui oleh Kepala Satuan Kerja.
4. Tugas-tugas dan perintah-perintah dari Konsultan pengawas dan Direksi
berlaku dan mengikat bagi Penyedia Konstruksi , apabila tugas-tugas dan
perintah-perintah itu dimuat dalam laporan/buku harian dan telah dibubuhi
tanda tangan dan nama jelas petugas/Direksi yang
menugaskan/memerintahkan.

3
5. Pekerjaan-pekerjaan tambah kurang harus pula dicatat dalam Laporan
Harian.
6. Penyedia Konstruksi wajib membuat foto proses pekerjaan (berwarna) yang
dilampirkan pada setiap permohonan termyn, minimal 4 (empat) pose
rangkap 1 (satu), dimulai dari 0% sampai dengan 100% dan Penyedia
Konstruksi menyediakan dalam album.

Pasal 8
Jaminan Sosial, Kesehatan dan Keselamatan

1. Penyedia Konstruksi diwajibkan menyediakan peti obat-obatan sesuai


syarat-syarat P3K yang selalu harus tersedia secara lengkap di lapangan.
Obat-obatan tersebut disediakan baik untuk Direksi, staf Penyedia Konstruksi ,
termasuk pekerja-pekerja dari pihak ketiga.
2. Penyedia Konstruksi wajib menyediakan air minum yang memenuhi standar
kesehatan untuk para pekerja.
3. Segala yang menyangkut kesehatan dan jaminan lainnya yang belum
disebutkan disini, Penyedia Konstruksi wajib melakukan sesuai dengan
peraturan perburuhan yang berlaku bagi para pekerja.
4. Penyedia wajib melakukan pekerjaan dengan standar kesehatan COVID-19
disekitar lokasi pekerjaan
5. Jika terdapat pekerja yang teridentifikasi COVID-19 Pekerjaan dihentikan dan
dilakukan pemeriksaan kepada semua pekerja sebelum dilanjutkan.
6. Jika terdapat pekerja yang berasal dari Zona Merah Wajib dilakukan Rapid
Tes

Pasal 9
Pemeriksaan Pekerjaan

1. Sebelum dimulai satu pekerjaan, yang bila pekerjaan ini dilaksanakan


mengakibatkan tidak dapat dilanjutkan pekerjaan yang telah dikerjakan,
Penyedia Konstruksi diwajibkan meminta kepada Direksi (PTP dan/ Konsultan
Pengawas) memeriksa bagian pekerjaan yang telah dikerjakan itu. Baru
setelah Direksi menyatakan bagian ini baik, Penyedia Konstruksi dapat
memulai pekerjaan selanjutnya.
2. Bila permintaan pemeriksaan tersebut selama 24 jam tidak dipenuhi oleh
Direksi, maka Penyedia Konstruksi bisa meneruskan bagian-bagian
pekerjaan, yang seharusnya diperiksa itu dianggap seolah-olah telah
diperiksa dan disetujui. Hal ini dikecualikan apabila Direksi minta
perpanjangan waktu pemeriksaan dan Penyedia Konstruksi menyetujuinya.
3. Bila ayat 1 di atas dilanggar oleh Penyedia Konstruksi , Direksi berhak
menyuruh membongkarnya bagian pekerjaan tersebut, dan ongkos
pembongkaran serta pemasangan kembali karena kelalaian Penyedia
Konstruksi ini dibebankan kepada Penyedia Konstruksi .
4
Pasal 10
Pemeriksaan Bahan-Bahan

1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut, Penyedia


Konstruksi /Pelaksana terlebih dulu harus memberikan contoh kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan sebelum bahan-
bahan tersebut didatangkan atau dipakai.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan atau kualitas jelek yang
dinyatakan afkir/ditolak oleh Pengawas Lapangan/Pengelola Teknis
Kegiatan, harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-
lambatnya dalam waktu 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas
Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Pengawas Lapangan/Pengelola Teknis Kegiatan berhak
untuk memerintahkan pembongkaran kembali kepada Pelaksana (Penyedia
Konstruksi ), dan biaya ditanggung oleh Penyedia Konstruksi .

B. URAIAN TEKNIS DAN SYARAT-SYARAT PEKERJAAN REHABILITASI RUMAH DINAS


STAMET GEWAYANTANA LARANTUKA - FLOTIM

Pasal 11
Pekerjaan Persiapan & Bongkaran

1. Lingkup Pekerjaan :

1, Pemasangan Papan Nama Kegiatan


2, Pemasangan bouwplank
3, Penyediaan Air Kerja dan Listrik Kerja
4, Administrasi proyek (Laporan ,Dokumentasi & Asbuilt drawing)
5, Peralatan P3K
6, Bongkar tembok dapur & KM/Wc
7, Bongkar Plafond Bangunan
Kupas Plesteran rusak Dalam &
8,
Luar + keramik km

2. Persyaratan Bahan
 Gambar-gambar kerja (shop drawing) maupun as bulit drawing disajikan
dalam gambar ukuran kertas A4, HVS 60 gram
 Air kerja yang dipakai adalah air tawar yang bersih dan harus bebas dari
bahan-bahan yang berbahaya bagi konstruksi.

5
3 Pedoman Pelaksanaan
 Administrasi harus dibuat teratur menyangkut aktifitas harian di lapangan,
pencatatan material yang masuk maupun yang keluar dari gudang
logistik, tenaga kerja dan kondisi cuaca serta selalu membuat fofo-foto
setiap terjadi kemajuan pekerjaan di lapangan.
 Pelaporan yang harus dibuat oleh kontraktor adalah laporan harian yang
isinya harus mendapat persetujuan dari pengawas lapangan dan
mendapat pengesahan dari Direksi Pemberi Kerja
 Penentuan titik-titik ketinggian dilakukan dengan selang air ukuran 1/4"
sedangkan untuk sudut siku-siku dilakukan dengan benang secara azas
segitiga Pythagoras.
 Harus benar-benar waterpass (timbang air) dan sudut-sudutnya harus siku.
 Papan nama proyek memuat informasi tentang proyek dan tahan
terhadap cuaca (hujan)
 Seluruh pekerjaan wajib didokumentasikan per tiap item pekerjaan
 Pekerjaan bongkaran dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat
bantu Jack Hammar.
 Pembongkaran plafond harus dilakukan secara hati hati agar tidak
merusak rangka plafond.
 Dalam melakukan pembongkaran pelaksana harus berkoordinasi dengan
direksi/pengawas untuk mendapat persetujuan
 Jika dalam pembongkaran terdapat kerusakan akibat pek bongkaran
maka hal tersebut menjadi tanggung jawab pelaksana untuk
memperbaiki.

Pasal 12
Pekerjaan BETON
1. Lingkup pekerjaan
1, Cor balok Latei & Kolom praktis (15/12)
a. Beton (komp. 1 PC : 2 Psr : 3 Krl)
b. Pembesian BJTP U-24
c. Bekisting (2x pakai)

2. Persyaratan Bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah
ditentukan dalam pasal beton bertulang yang disyaratkan dalam
PBI’71.
 Beton
a. Semen
6
 Digunakan Portland Cement Jenis I Merk Bosowa atau Tonasa
atau Tiga Roda atau Gresik yang memenuhi ketentuan NI-8
tahun 1975 dan memenuhi S-400 menurut Standar Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8
tahun 1972).
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya
dalam satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannya
sebagai bahan campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras.
b. Pasir Beton, Pasir beton yang digunakan adalah pasir beton ex.
Takari, harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi
komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971.
c. Kerikil, harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi
dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.
d. Air, harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton atau baja tulangan.
e. Besi Beton,
- Mutu baja/besi tulangan beton adalah jenis besi/baja lunak
dengan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik minimum 2400
kg/cm2) dengan propil polos (BJTP 24) untuk tulangan dengan
diameter sampai 12 mm (notasi pada gambar Ø).
- Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak,
minyak, karat lepas dan bahan lainnya.
- Pembengkokan, Penyambungan dan pengangkeran besi
tulangan harus sesuai dengan PBI 1971.
- Bekisting
Bekisting yang digunakan adalah 2 x pakai. Dapat digunakan
ulang 1 x setelah digunakan kecuali bekisting plat. Material
bekisting menggunakan tripleks 9mm, kayu kelas III dolken,
paku dan material lainnya.

 Mutu beton. Mutu beton untuk elemen bangunan non struktur (sloof
praktis, kolom praktis, balok latai) adalah K-175 atau campuran
dalam perbandingan Volume 1PC : 2Ps : 3 Krl dan untuk beton
menggunakan mutu K-125 atau dalam perbandingan volume 1PC :
3Ps : 5 Kr.
 Pengecoran
- Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Konsultan pengawas.
- Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

7
 Perawatan Beton
Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton
selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus
seIama paling sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu
beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak lebih
dari 32’C.
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan
membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan
cara lain yang disetujui Direksi Pekerjaan

Pasal 13
PEKERJAAN PASANGAN DINDING, PLESTERAN dan LANTAI

1, Pasangan dinding bata merah 1Pc : 4Psr


2, Plesteran dinding dan beton 1Pc : 4Psr termasuk yang rusak
3, Plesteran pondasi tepi luar 1Pc : 4Psr
4, Acian dinding yang rusak, beton dan pondasi

2. Persyaratan Bahan
a. Bahan pasir, semen dan air untuk pekerjaan pasangan dan plesteran
mengikuti persyaratan yang telah ditentukan dalam pasal beton bertulang.
b. Bataco yang digunakan ádalah bataco kualitas baik, merupakan bataco
hasil campuran pasir dengan semen.

3. Pedoman Pelaksanaan
 Pasangan batako dilakukan dengan teliti sehingga, pasangan batako rata
dan tegak. Spesi perekat menggunakan adukan dengan komposisi
campuran 1 PC : 4 PS untuk pasangan dinding biasa dan 1 PC : 3 PS untuk
pasangan batako trassram yaitu 20 cm diatas sloof dan 1,5 pada dinding-
dinding KM/WC.
 Plesteran dibuat dengan campuran 1PC : 4 Ps untuk Plesteran pada
pondasi, dinding batako, sedangkan plesteran dinding saluran dengan
1PC : 3 Ps.
 Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya
dan tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal.
Ketebalan yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm.
Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan
pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang
yang digerakkan secara horizontal dan vertikal.
 Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan.
 Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama
seminggu sejak permulaan plesterannya.
8
 Acian saus semen untuk semua bidang yang diplester menggunakan
perbandingan perbandingan air dan semen diaduk sampai didapat
campuran yang plastis, kecuali pada dinding saluran tidak diaci.

Pasal 14
Pekerjaan Pintu dan Plafond
1. Lingkup pekerjaan

1, Pek Ganti Kusen PI dan J1(depan)


2, Pek Ganti Kusen j2(depan)
3, Daun Pintu km/wc doubel teakwood anti air, lengkap aksesoris
4, Daun Pintu dapur doubel teakwood , lengkap aksesoris
5, Daun Pintu P3 doubel teakwood , lengkap aksesoris
6, Daun Pintu P2 doubel teakwood , lengkap aksesoris
7, Daun Pintu P1 Panil Papan , lengkap aksesoris
8, Daun jendela panil Kaca
9, boven papan kayu
10, Plafond Tripleks
11, List Plafond Kayu
12, Pek rangka Plafond usuk kayu kelas II
13, Perbaikan atap bocor
14, Perbaikan kusen dan dumpul
15, Ganti lisplank yang rusak
16, Residu anti rayap atap dan rangka plafond

2. Persyaratan Bahan
a. Kayu menggunakan jati yang telah matang dan tanpa cacat
b. Ukuran kayu adalah 6/14 untuk kusen dan dimeny terlebih dahulu
c. Kecuali pintu dan jendela pada KM/WC Kaca yang digunakan adalah kaca
rayban 40% tebal 5 mm untuk boven dan daun jendela.
d. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.
e. Penutup daun pintu KM/WC menggunakan daun pintu aluminium set.
f. Gerendel yang dipasang pada daun jendela dan boven berupa Rambuncis
setara DEKSON 428 COKLAT
g. Kait angin yang dipasang pada boven dan jendela berupa engsel angin setara
SES (B) AC (067307)

3. Pedoman Pelaksanaan
a. Kusen pintu dan jendela
 Kusen kayu dipasang setelah bahan kusen disetujui oleh direksi, dipasang
dengan rapi. Kusen kayu harus dipasang oleh teknis yang berpengalaman
dalam pekerjaan kusen bahan kayu. Kusen-kusen setelah pemasangan tidak
boleh cacat.
9
 Kusen pintu dan jendela yang terbuat dari kayu jati harus dikerjakan atau
dipasang pada saat pasangan bata/batako dan harus diwaterpass agar
benar benar lurus
 Kusen pintu dan jendela yang terbuat dari alumnium harus dipasang dengan
menggunakan paku fisher minimal jarak 75 cm untuk tiap sisi yang mengalami
kontak langsung dengan sisi lubang kusen.
 Sisi Kusen pintu dan jendela yang terbuata dari aluminium yang
mengalami kontak langsung sisi lubang kusen, harus dipasang karet
sealant untuk bagian muka maupun belakang kusen sedemikian hingga
celah yang ada tertutup dengan rapat dan rapi.
 b. Daun pintu/jendela dan Ventilasi
 Daun pintu kaca frame kayu menggunakan kaca rayban 40% tebal 8 mm
harus diisi sealant pada sisi yang bersinggungan dengan frame kayu.
 Daun Jendela kaca frame kayu disesuaikan dengan gambar detail. Kaca
untuk jendela dipasang kaca rayban 40% tebal 5 mm. Pasangan kaca
harus memperhatikan muai susut baik dari kusen, maupun bahan kaca
tersebut dan pada sisi kaca dengan frame aluminium yang bersinggungan
harus diisi list sealant.
 Penggantung dan pengunci dipasang setelah kusen dan daunnya siap untuk
dipasang. Pemahatan daun pintu maupun kusennya harus dilakukan dengan
hati-hasi sehingga tidak merusak daun pintu atau kusen dan hasil akhir
pemasangan harus rapi serta dapat berfungsi secara sempurna.

5. Pembersihan Kembali
− Material Sisa pekerjaan dibersihkan dari area pekerjaan termasuk
membersihkan noda akibat pekerjaan pada bangunan
(keramik/kusen/tembok)
− Material yang merupakan aset kantor dikoordinasikan dengan
PPK untuk tempat penyimpanannya
− Material yang merupakan bekas pakai dan bukan merupakan
aset dibuang ke luar kawasan sesuai dengan aturan sampah
daerah.

10
11

Anda mungkin juga menyukai