Pasal 1
PERATURAN – PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN
1. Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai
dengan bidang pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahannya
hingga kini ialah :
1
l. Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI. Nomor
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan pengawas
pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan.
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007. Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka
revisi terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula apabila
bertentangan dengan Spesifikasi Teknik berikut ini maka yang berlaku adalah Spesifikasi
atau berdasarkan keputusan Direksi Pengawas.
Pasal 2
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, calon – calon penanggung jawab lapangan dan
pembantunya harus sudah diajukan kepada pengawas lapangan, PTP, pemilik proyek,
lengkap dengan foto copy KTP untuk dipertimbangkan. Pekerjaan baru dapat dimulai
setelah calon – calon tersebut disetujui oleh pemilik proyek / pengawas lapangan,
keterlambatan permulaan pekerjaan akibat kelalaian kontraktor dalam hal ini menjadi
tanggung jawab kontraktor.
2
4. Tenaga Ahli/Teknis harus mendapat kuasa penuh dari penyedia jasa (pemborong)
untuk bertindak atas namanya, dan senantiasa setiap saat harus tetap berada ditempat
pekerjaan
5. Dengan adanya Ahli/Teknis, tidak berarti bahwa kontraktor lepas dari tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
6. Penyedia jasa (kontraktor) wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemilik proyek
dan direksi lapangan, tentang susunan organisasi pelaksana lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
7. Bila kemudian hari, menurut pendapat tim pengelola teknis dan pengawas, pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari
setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah menunjuk
pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab / direktur perusahaan) yang
akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 3
TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA (PEMBORONG)
2. Pengangkutan bahan baku / personil dan lain-lainnya yang diperlukan guna pelaksanaan
pekerjaan, serta diwajibkan menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
yang dilakukan pemborong selama pembangunan gedung maupun masa
pemeliharaannya.
3
5. Keamanan / kerusakan dari perlengkapan (equipment) yang dipakai selama
pelaksanaan pekerjaan dan penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.
7. Tidak di Perkenankan :
Pasal 4
TATA TERTIB PELAKSANAAN
3. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang dilaksanakan,
Pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi lapangan / pengawas untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan /
persetujuan.
5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelakasanaan pekerjaan proyek ini harus
benar2 baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain – lain yang disesuaikan standart /
peraturan – peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan – bahan
tersebut diatas harus mendapatkan pengesahan / persetujuan dari pemilik proyek /
pengawas sebelum akan dimulai pelaksanaanya.
6. Ketelitian dan kerapiahan kerja akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh pengawas,
terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun kerapihan.
4
Pasal 5
RENCANA KERJA
1. Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan,
Kontraktor berkewajiban membuat Bagan Rencana Kerja (Time Schedule) yang
meliputi semua pekerjaan secara lebih mendetail sesuai dengan Master Time Schedule
yang diajukan pada saat mengajukan penawaran ( pelelangan ).
2. Time Schedule dibuat dalam bentuk Barchart, kemudian ditambah dengan Network
Planing dan lintasan kritisnya (Curva “ S ”).
3. Rencana Kerja tersebut terlebih dahulu disetujui oleh PTP, Pemilik Proyek dan
Pengawas lapangan sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.
4. Konsekwensi dari rencana kerja yang dapat menyulitkan kontraktor meskipun sudah
mendapat pesetujuan dari PTP, pemilik proyek dan pengawas lapangan, pertanggungan
jawab tetap barada pada kontraktor.
Pasal 6
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT SERTA GAMBAR KERJA
1. Peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan ini, bersama dengan gambar kerjanya
digunakan sebagai pedoman dasar atau ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
2. Gambar – gambar detail merupakan bagian – bagian yang tidak terpisahkan pada
peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan.
3. Jika terdapat perbedaan antara Gambar – gambar dengan hal diatas, maka pemborong
menanyakan secara tertulis kepada perencana / direksi lapangan.
5. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka yang terdapat
didalam gambar terbaru dgn skala terbesar, serta tidak diperkenankan mengukur
gambar berdasarkan skala gambar.
6. Jika terdapat kekurangan penjelasan dlm gambar kerja atau diperlukan gambar
tambahan / gambar detail, maka pemborong harus dapat membuat gambar
tersebut,dan dibuat 3 ( tiga ) rangkap atas biaya pemborong, sebelum dilaksanakan
harus mendapat ijin dari direksi lapangan.
5
Pasal 7
GAMBAR PELELANGAN
1. Yang dimaksud dengan gambar – gambar adalah gambar yang akan dilaksanakan dan
termasuk didalam kontrak.
2. Untuk dimesi atau detail yang lain, kontraktor harus mengecek dan menyesuaikan
dengan gambar – gambar yang lain, baik sipil maupun arsitektur.
Pasal 8
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR
1. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam jenis dan kualitas
bahan / konstruksi bangunan adalah gambar struktur.
2. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Mekanikal, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar mekanikal, demikian halnya dengan
gambar kerja sanitair.
3. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Electrical, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional ialah gambar arsitektur, dan dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar elektrical.
Pasal 9
GAMBAR PELAKSANAAN
6
3. Gambar2 pelaksanaan harus memenuhi syarat - syarat yang ditentukan oleh direksi
lapangan. banyaknya gambar2 yang disampaikan kepada pihak direksi lapangan harus
sesuai dengan kontrak.
4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada direksi lapangan untuk
meneliti gambar – gambar pelaksanaan.
Pasal 10
GAMBAR – GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA
1. Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik proyek
berdasarkan pertimbangan dari direksi lapangan.
2. Perubahan suatu rencana harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pemilik proyek, yang dengan jelas memperlihatkan perbedaan
antara gambar kerja dan gambar perubahan rancangan.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 ( tiga ) berikut kalkirnya ( gambar
asli ) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh pemborong.
4. Gambar perubahan yang disetujui oleh pemilik proyek / direksi lapangan kemudian
dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
Pasal 11
PEMBAGIAN HALAMAN
7
Pasal 12
DIREKSI KEET, LOODS KERJA DAN GUDANG BAHAN
3. Pemborong diharuskan membuat Loods Kerja dan Gudang yang memenuhi syarat
kesehatan, keamanan baik untuk tempat tinggal pekerja selama pelaksanaan pekerjaan
maupun untuk menyimpan barang–barang atau alat–alat lainya dan untuk kantor
pelaksana.
5. Pemborong harus membuat Papan Nama Proyek yang ukuran dan modelnya ditentukan
oleh direksi dan bertuliskan :
Pasal 13
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA
1. Pemakaian jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak pemborong
dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.
8
2. Pemborong diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi
beban pemborong.
Pasal 14
SYARAT – SYARAT DAN PEMERIKSAAN BAHAN / MATERIAL
1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan
dalam kontrak dan harus diperiksa dulu oleh pengawas untuk mendapatkan
persetujuan, cara – cara pemeriksaan bahan – bahan tersebut akan ditentukan kemudian
oleh pengawas.
2. Pengawas berwenang untuk meminta keterangan asal dari bahan - bahan bangunan,
dan kontraktor wajib memberitahukanya.
3. Material yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan,
selambat-lambatnya dalam waktu 2 ( dua ) kali 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor tertapi ternyata
ditolak pengawas harus segera dihentikan, dan selanjutnya dibongkar atas biaya
kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh pengawas.
6. Bahan – bahan yang digunakan harus diutamakan produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan / potensi nasional.
7. Apabila pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, pengawas berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada balai penelitian bahan–bahan ( Laboratorium )
yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan
kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tsb.
Pasal 15
ALAT - ALAT KERJA DAN ALAT - ALAT BANTU
1. Pemborong harus menyediakan alat – alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, minimal: 1) Dump Truck : 3
Unit Kapasitas 3 s/d 4 M3; 2) Concrete Mixer : 1 Unit Kap 0.3 s/d 0.6 M3; 3)
Concrete Vibrator : 1 Unit; 4) Lori : 3 Unit Water Pass : 1 Unit; 5) Stamper : 1
Unit; 6) Pompa Air : 1 Unit).
9
2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat–alat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.
3. Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat–
alat tersebut serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan
bekas–bekasnya.
Pasal 16
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SUMBER AIR
1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh
pemborong termasuk pemasangan sementara kabel–kabel meteran, upah dan tagihan
serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai, adalah beban pemborong.
2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan di dapat dari
sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan. Pemborong harus memasang pipa – pipa
untuk mengalirkan air dan membongkar kembali bila pekerjaan sudah selesai. Biaya
untuk mengadakan air kerja tersebut adalah beban pemborong.
3. Pemborong tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran induk
lubang penyedot, reservoir dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis
dari pemilik proyek / direksi.
Pasal 17
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM
1. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas,
jalan, saluran dan lain – lain yang ada dilingkungan pekerjaan.
2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum seperti saluran air,
telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi pemborong. Segala biaya
untuk pemasangan kembali beserta perbaikan–perbaikannya adalah menjadi beban
pemborong.
10
Pasal 18
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN
Pasal 19
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM
Pemborong harus meminta ijin kepada pengawas / direksi pekerjaan dalam hal untuk
melaksanakan pekerjaan atau bagian pekerjaan dimalam hari, ijin akan diberikan kalau
penerangan cukup atau meamakai penerangan PLN / Generator.
Pasal 20
PEIL DAN PENGUKURAN
1. Pemborong wajib memberitahukan kepada pengawas setiap kali suatu bagian pekerjaan
akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil – peil dan ukuran – ukurannya.
2. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran2 satu sama lain dalam tiap
pekerjaan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada pengawas setiap terdapat
selisih atau perbedaan, tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan
tersebut, tanpa persetujuan pengawas.
11
3. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil – peil dan ukuran – ukuran yang ditetapkan dala Gambar kerja dan syarat – syarat
ini.
5. Kelalaian pemborong dalam hal ini tidak akan ditolelir direksi lapangan, dan direksi
lapangan berhak untuk membongkar pekerjaan yang telah dilakukan tanpa pemeriksaan
terlebih dahulu.
Pasal 21
PEMBERSIHAN / PEMBONGKARAN
2. Apabila terdapat timbunan sampah / humus tersebut harus segera dibuang dan
diadakan perbaikan tanah sesuai dengan petunjuk direksi.
3. Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah – sampah.
Pada waktu-waktu tertentu dan pada waktu pekerjaan selesai, kontraktor harus
membuang sampah – sampah sebagai akibat hasil pekerjaan ketempat diluar proyek
atau tempat yang telah ditunjuk oleh direksi lapangan.
5. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan
semula.
Pasal 22
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
12
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh pengawas, kontraktor
dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui pengawas, hal ini dikecualikan bila pengawas minta perpanjangan waktu.
Pasal 23
PENGAWASAN
Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh direksi lapangan.
Setiap saat direksi lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus mengadakan
fasilitas2 yang diperlukan antara lain :
1. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan direksi, menjadi
tanggung jawab pemborong. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
dibongkar sebagian atau seluruhnya.
2. Jika pemborong perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja, atau melampui jangka
waktu yang ditetapkan dalam kontrak, yang memerlukan pengawasan pekerjaan oleh
direksi menjadi beban pengguna jasa.
3. Wewenang petugas direksi dalam memberikan keputusan adalah terbatas pada hal - hal
yang jelas tercantum didalam gambar dan RKS dan Risalah pekerjaan. Penyimpangan
harus seizin pemilik.
Pasal 24
LAPORAN
Pelaksana diharuskan membuat laporan yang diserahkan kepada direksi lapangan, PTP dan
pemilik proyek, masing – masing 1 ( satu ) rangkap laporan – laporan sebagai berikut :
1. Laporan Harian yaitu catatan yang berisi kegiatan pekerjaan sehari – hari berupa :
13
• Jumlah pekerja.
• Dan keadaan lain – lain selama berlangsungnya kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang
di isi setiap hari kemudian diserahkan kepada direksi untuk diketahui atau disahkan.
2. Laporan Mingguan yaitu catatan yang berisi garis2 besar hal – hal yang terjadi dan
tercantum dalam ketikan yang rapi dimana merupakan resume dari laporan harian yg
memperlihatkan bobot prestasi.
3. Koreksi Rencana Prestasi Pekerjaan.
Tiap akhir bulan harus disampaikan kepada direksi, PTP dan pemilik proyek Bar Chart
(“S” Curva) keadaan pekerjaan diatas yang didasarkan bar chart induk untuk diketahui
posisi keadaan pekerjaan tiap bulannya sebanyak 3 ( tiga ) rangkap.
4. Sebagai tembusan laporan2 tersebut dikirim langsung copynya kepada Dinias Pemukiman
dan Pengairan Provinsi Lampung dalam hal ini selaku PTP daerah.
5. Untuk mencegah kesalah pahaman dan kesimpang siuran dalam pelaksanaan pekerjaan,
kontraktor diwajibkan menyediakan :
a. Buku harian / buku direksi di tempat pekerjaan khusus untuk memuat catatan –
catatan direksi, PTP dan Pengguna jasa atau wakilnya kepada penyedia jasa
(kontraktor).
b. Buku tersebut setiap permulaan hari kerja (pagi) harus diletakan diatas meja direksi
untuk diperiksa dan di isi bila perlu.
14
Pasal 25
DOKUMENTASI
2. Foto –foto tersebut diambil dari satu titik bidik tetap pada saat :
a. Sebelum pekerjaan dimulai (prestasi 0 %).
b. Saat pekerjaan dalam / mencapai prestasi pekerjaan sebesar ; 0 %, 50 %, 100 %
dan permintaan pembayaran angsuran.
15
B. SYARAT – SYARAT KHUSUS.
Pasal 1
PENJELASAN PEKERJAAN
Pekerjaan yang dimaksudkan rencana kerja dan syarat -syarat dalam dokumen pengadaan ini
adalah :
PATROLI, 2600 M2
Pasal 2
PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAAN
DISAMPING PERATURAN – PERATURAN TEKNIS LAINNYA
1. Peraturan dan syarat – syarat yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat – syarat
ini, gambar2 bestek, detail konstruksi dan instalasi.
3. Gambar – gambar kerja yang dibuat oleh penyedia jasa (kontraktor) pada waktu
pekerjaan berlangsung (Shop Drawings), yang telah mendapat persetujuan dari pihak –
pihak berwenang.
4. Petunjuk – petunjuk dan keterangan yang diberikan direksi / PTP pada saat pekerjaan
berlangsung.
16
Pasal 3
HASIL PEKERJAAN
2. Hasil pekerjaan akhir ( penyerahan pertama ) dapat diterima pemilik proyek apabila
telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
c. Loods kerja / Gudang (bila tidak ditentukan lain oleh pemilik pekerjaan) sudah
dibersihkan sesuai petunjuk pengawas lapangan.
d. Apabila pihak Kontraktor tidak melaksanakan ketentuan – ketentuan yang
diberikan saat penyerahan pertama, maka biaya jaminan 5% tidak dapat diterima
dan pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor lain dengan dana tersebut.
e. Ketentuan – ketentuan atau perintah – perintah yang berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud pada pasal ini diatas, pihak kontraktor hanya
dapat melaksanakan atas perintah tertulis dari pemilik pekerjaan.
17
Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa terlebih dahulu harus melakukan
segala persiapan yang dapat membantu atau mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
tidak terjadi hambatan dikemudian hari nanti.
b. Mendirikan direksi keet, gudang dan loods kerja yang dapat melindungi para
pekerja dan bahan - bahan bangunan.
c. Menyediakan peralatan penting dilokasi sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan
dilaksananakan dalam keadaan baik dan siap pakai.
Pasal 5
OBSERVASI LAPANGAN
a. Keadaan dan kecocokan lokasi pekerjaan dengan gambar rencana, tentang ukuran,
dimensi, sasaran dan fungsi.
b. Titik tetap yang digunakan untuk dasar pelaksanaan pekerjaan.
18
c. Penyusunan waktu pengadaan bahan serta peralatan sesuai jumlah yang diperlukan
sebelum dimulai agar diplot dalam barcart.
d. Penyusunan waktu pengerahan tenaga kerja sesuai kebutuhan dan sifat pekerjaan
yang diplot dalam barcart.
e. Hal – hal yang dimaksud dalam butir diatas menjadi dasar monitoring pelaksanaan
dan segala perubahan dari rencana pelaksanaan yang telah disusun, pihak
kontraktor dapat mengajukan alasan secara tertulis untuk menjadi bahan
pertimbangan pemilik proyek.
Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI ( UITZET )
2. Kontraktor wajib memasang patok tetap / pembantu pada lokasi – lokasi sebagai
berikut ;
a. Memasang kembali nuit beton bila titik ikat menurut gambar Bestek sudah hilang,
elevasi nuit harus cocok dengan gambar rencana / revisi, ukuran pelaksanaan
pembuatan patok ditentukan oleh pengawas lapangan.
4. Dokumentasi yang wajib diadakan dan diserahkan kepada pemilik pekerjaan yaitu :
6. Gambar design yang berdasarkan hasil uitzet yang terakhir, menjadi dasar perhitungan
volume yang dilaksanakan oleh kontraktor.
19
Pasal 7
PEMBERSIHAN LAPANGAN
1. Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan
yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih
dalulu pohon – pohon atau tanaman2 harus dibersihkan dari tempat2 itu bersama akar –
akarnya atas biaya pemborong termasuk ganti rugi tanaman sebelum dimulai
pelaksanaannya ( apabila ada ganti rugi tanaman ).
2. Daerah proyek yang kedaan lapanganya terdiri dari tegalan / rumput – rumput, maka
tempat2 / lokasi pekerjaan harus bebas dari rerumputan tersebut.
3. Tanah Humus dikupas sedalam minimal 25 cm dari permukaan tanah tempat lokasi
pekerjaan, hasil galian / kupasan tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai timbunan,
harus dibuang atau dikeluarkan dari daerah pekerjaan. Tempat pembuangan hasil galian
/ kupasan tanah tersebut akan di tunjuk atau ditetapkan dilapangan oleh pengawas
lapangan.
Pasal 8
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN
2. Pasangan patok – patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan atas
persetujuan direksi pekerjaan, PTP dan pemilik proyek.
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan kepada direksi pekerjaan, PTP dan Pemilik proyek.
20
Pasal 9
PEKERJAAN TANAH
1. Galian Tanah.
a Seluruh daerah yang akan terletak dibawah lantai pekerasan harus dikupas lapisan
humusnya, hasil kupasan dibuang ketempat yang akan ditunjuk oleh direksi
lapangan / PTP.
b Galian tanah dilaksanakan untuk :
= Mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan lantai sesuai dengan
gambar.
= Konstruksi Pondasi.
c Jika terdapat air hujan menggenang dalam parit / galian pondasi harus dipompa
keluar.
d Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi, harus digali dan
ditimbun kembali dengan pasir urug kemudian di siram air dan di padatkan.
e Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan
cukup lebar agar para pekerja dapat bekerja dengan leluasa.
f Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yg ditentukan, dan bila hal ini terjadi
pengurugan kembali harus dilakukan tanpa biaya tambahan dari pimilik.
g Apabila ada kemungkinan parit/galian akan runtuh atau longsor, agar dilakukan
usaha – usaha pengamanan misalnya dengan membuat anyaman bambu keliling
dinding parit / galian.
2. Urugan Tanah.
a. Untuk bagian – bagian yang rendah diluar bangunan dilakukan pengurugan tanah /
pasir urug sampai mencapai ketebalan sesuai dgn ketentuan dalam gambar. Urugan
tanah harus dilaksanakan lapis demi lapis maximum 20 cm setiap lapisannya dengan
menggunakan stamper (alat pemadat) untuk mendapatkan kepadatan yang optimal.
b. Tanah humus tidak diperkenankan untuk mengurug, dan tanah yang berasal dari
tanah galian yang tidak dapat dipakai untuk maksud–maksud
penambahan/penimbunan harus dibuang atau ditimbun serta diratakan pada suatu
tempat yang akan ditentukan oleh direksi/PTP dan pimilik proyek.
c. Urugan tanah harus di laksanakan sesegera mungkin terutama untuk urugan kembali
dari parit / galian pondasi setelah pekerjaan pondasi selesai dikerjakan, agar cukup
waktu untuk dipadatkan.
21
Pasal 10
URUGAN PASIR
a. Menguruk kembali galian yang ada dibawah pondasi dan di bawah lapis
perkerasan Jalan Beton setebal 5 – 10 cm.
b. Urugan pasir dibawah pekerasan 5 cm
c. Tempat – tempat lain dianggap perlu sebagai syarat teknis yang baik dan sempurna
sesuai Gambar bestek dan AV 1941.
2. Urugan pasir dilaksanakan lapis demi lapis, maximum 20 cm setiap lapis dan harus
ditumbuk serta diairi sampai padat sebelum lapisan berikutnya dipasang
Pasal 11
PEKERJAAN PONDASI
1. a. Pekerjaan pondasi harus didasarkan pengukuran dan papan bouwplank yang teliti,
sesuai dengan ukuran minimal dalam gambar.
b. Perubahan pada konstruksi pondasi diperbolehkan setelah mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan, PTP dan pemilik proyek.
b. Batu kali / belah yang dipakai adalah jenis keras, batu keropos, bulat, tipis / kecil,
batu karang tidak boleh dipakai.
c. Batu kerikil dan pasir pasangan harus yang baik serta bersih.
Pasal 12
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG
1. Dengan campuran 1 semen : 3 psr : 5 krl dilaksanakan untuk pekerasan, serta bagian2
pekerjaan lainnya yang tercantum dalam gambar bestek / detail, atau sesuai petunjuk
dan instruksi direksi pekerjaan, PTP.
2. Lain – lain pekerjaan dimana dianggap perlu menurut syarat-syarat pelaksanaan yang
baik dan sempurna atau sesuai petunjuk direksi teknik / direksi pekerjaan dan PTP.
22
Pasal 13
PEKERJAAN PLESTERAN / PENGHALUS BETON
1. Pada pasangan batu belah, sebelum diplester bidang harus dibasahi dahulu sampai
jenuh. Permukaan beton yang akan diplester sebelumnya harus diberap dahulu dgn air
semen, kemudian dilakukan pemelesteran. Kesemuanya ini harus dilaksanakan
dengan sesungguhnya oleh kontraktor (penyedia barang/jasa).
2. Permukaan pasangan batu belah / kali yang tidak terpendam didalam tanah harus
diplester kasar (berapen) dengan adukan yang sama.
3. Dengan adukan 1 semen : 4 pasir dilakukan untuk semua plesteran sisi trap tangga.
4. Tebal plesteran diambil maksimum 15 mm, setelah pekerjaan2 plesteran selesai maka
dilanjutkan dengan acian semen.
Pasal 14
PENGUJIAN BAHAN-BAHAN
1. Semua bahan, alat dan perlengkapan yang akan dipakai, sebelum dipergunakan/dibeli
atau dikirim harus telah diuji dan diperiksa oleh direksi pekerjaan, PTP atau instansi
terkait lainnya.
2. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan dokumen pelelangan dan
petunjuk direksi pekerjaan, PTP dan pemimpin bagian proyek menjadi resiko penyedia
barang/jasa.
3. Penyedia barang/jasa wajib mengadakan segala fasilitas dan biaya bagi pengujian
bahan-bahan tsb.
Pasal 15
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
3. Penyedia barang/jasa agar menyediakan pula air bersih, km/wc yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja, membuat tempat penginapan sementara didalam lokasi
pekerjaan.
4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial serta keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan
yang berlaku.
23
Pasal 16
PERATURAN PENUTUP
1. Jika dalam Rencana kerja & Syarat-syarat ini tidak disebutkan perkataan Yang dilever
Pemborong atau Yang dipasang Pemborong, maka harus dianggap bahwa perkataan
itu sudah tercantum apabila pekerjaan tsb jelas termasuk pekerjaan penyedia
barang/jasa (Kontraktor) dan tidak diterangkan sebaliknya.
2. Kalau dianggap perlu, maka penyedia barang/jasa diwajibkan membuat gambar2 revisi
pada gambar bestek / gambar detail yang telah dilaksanakan. Gambar tersebut dibuat
dalam 2 (dua) rangkap dan diserahkan kepada direksi pekerjaan, PTP dan pemilik
pekerjaan pada saat penyerahan pertama pekerjaan, satu copy gambar tersebut
diserahkan pada perencana pada waktu yang sama.
3. Jika dalam dokumen pelelangan ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan atau
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam penjelasan pekerjaan
(aanwijzing) dan akan dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
24