Anda di halaman 1dari 24

SPESIFIKASI TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT


(RKS)
A. SYARAT –SYARAT UMUM

Pasal 1
PERATURAN – PERATURAN TEKNIS PELAKSANAAN

1. Untuk melaksanakan pekerjaan ini digunakan ketentuan dan peraturan yang sesuai
dengan bidang pekerjaan seperti tercantum dibawah ini termasuk segala perubahannya
hingga kini ialah :

a. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 02/1N/M/20:S tentang Penegasan


Dalam Kontrak.
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 yang terakhir
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Peraturan Presiden No.
172 Tahun 2014 dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun Anggaran 2016
c. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor :
339/KPTS/M/2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.
d. Instruksi Presiden Rl Nomor 1 Tahun 1988.
e. Aigemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare warken,
yang disahkan dengan Surat Keputusan - Pemerintah Hindia Belanda nomor 28
tanggal 9 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 14571 (khusus pasal-
pasal yang masih berlaku).
f. SNI 1728-1989.SKBI 1.3.53.1989 tentang tata cara pelaksanaan mendirikan
bangunan gedung.
g. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang tata cara perencanaan beton
bertulang dan struktur dinding beton bertulang untuk rumah dan gedung.
h. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
i. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
j. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 031 /KPTS/1 981.
k. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/198: tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

1
l. Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI. Nomor
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
m. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan pengawas
pekerjaan untuk mencapai tujuan pembangunan.
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007. Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Apabila ternyata terdapat revisi terakhir dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka
revisi terakhir yang menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula apabila
bertentangan dengan Spesifikasi Teknik berikut ini maka yang berlaku adalah Spesifikasi
atau berdasarkan keputusan Direksi Pengawas.

Pasal 2
ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Kontraktor harus membuat Bagan Organisasi Pelaksana pekerjaan dilapangan, lengkap


dengan nama petugasnya yang terdiri dari personalia yang memiliki kemampuan dan
pengalaman bidang pelaksanaan konstruksi sesuai keahlian yang dibutuhkan.

2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, calon – calon penanggung jawab lapangan dan
pembantunya harus sudah diajukan kepada pengawas lapangan, PTP, pemilik proyek,
lengkap dengan foto copy KTP untuk dipertimbangkan. Pekerjaan baru dapat dimulai
setelah calon – calon tersebut disetujui oleh pemilik proyek / pengawas lapangan,
keterlambatan permulaan pekerjaan akibat kelalaian kontraktor dalam hal ini menjadi
tanggung jawab kontraktor.

3. Personalia Organisasi Lapangan Kontraktor, minimal terdiri dari :


a. Seorang penanggung jawab proyek, dalam hal ini adalah direktur Perusahaan atau
Kuasanya yang menanda tangani kontrak dengan pemilik.
b. Tenaga Ahli: 1) Pimpinan Teknik, 1 orang (S1) Sipil: SKA (Ahli
Teknik Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun dibidangnya. dan;

c. Tenaga Teknis: 1) Pelaksana Lapangan D3 Sipil & Arsitek Masing-masing 1


Org SKTK (Bangunan Gedung) Pengalaman 3 Tahun; 2) Tenaga Surveyor
STM atau Sederajat Pengalaman 3 Tahun; 3) Tenaga Logistik SMA / Sederajat
Pengalaman 3 Tahun; dan 4) Tenaga Administrasi SMK/ Sederajat
Pengalaman 3 Tahun dibidangnya.

2
4. Tenaga Ahli/Teknis harus mendapat kuasa penuh dari penyedia jasa (pemborong)
untuk bertindak atas namanya, dan senantiasa setiap saat harus tetap berada ditempat
pekerjaan

5. Dengan adanya Ahli/Teknis, tidak berarti bahwa kontraktor lepas dari tanggung jawab
sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

6. Penyedia jasa (kontraktor) wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemilik proyek
dan direksi lapangan, tentang susunan organisasi pelaksana lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.

7. Bila kemudian hari, menurut pendapat tim pengelola teknis dan pengawas, pelaksana
kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana. Dalam waktu 7 (tujuh) hari
setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, kontraktor harus sudah menunjuk
pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab / direktur perusahaan) yang
akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

8. Tempat tinggal (Domisili) Penyedia jasa / Kontraktor dan Pelaksana.


Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal - hal
mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis, alamat dan
nomor telephon dilokasi kepada tim pengelola teknis dan pengawas.

Pasal 3
TANGGUNG JAWAB PENYEDIA JASA (PEMBORONG)

1. Pemborong bertanggung jawab atas ketelitian / kebenaran hasil pelaksanaan yang


dilakukan oleh pelaksana, harus sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta
gambar – gambar kerja.

2. Pengangkutan bahan baku / personil dan lain-lainnya yang diperlukan guna pelaksanaan
pekerjaan, serta diwajibkan menjaga atau mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
yang dilakukan pemborong selama pembangunan gedung maupun masa
pemeliharaannya.

3. Kesehatan / kesejahteraan / penginapan karyawan selama pelaksanaan pekerjaan.

4. Kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

3
5. Keamanan / kerusakan dari perlengkapan (equipment) yang dipakai selama
pelaksanaan pekerjaan dan penerangan pada tempat pelaksanaan pekerjaan.

6. Penjagaan keamanan lapangan pekerjaan.

7. Tidak di Perkenankan :

a. Pekerja menginap, memasak ditempat pekerjaan, kecuali dengan izin direksi


lapangan.
b. Membawa masuk penjual makanan, buah, sayur, minuman keras, rokok dan
sebagainya ketempat pekerjaan.
c. Keluar masuk dengan bebas.

Pasal 4
TATA TERTIB PELAKSANAAN

1. Sebelum dimulainya pelasanaan, Pemborong diwajibkan mempelajari dengan seksama


Gambar Kerja dan Rencana Kerja dan Syarat – syarat pelakasanaan serta Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.

2. Pemborong wajib yaitu ; membuat, menyuruh membuat, memasang serta memesan


maupun menyediakan bahan2 bangunan, alat2 kerja dan pengangkutan, membayar upah
kerja dan lain lain yang ada sangkutan dgn pelaksanaan pekerjaan serta meyerahkan
pekerjaannya hingga selesai dan lengkap.

3. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaanya maupun yang sedang dilaksanakan,
Pemborong diwajibkan berhubungan dengan direksi lapangan / pengawas untuk ikut
menyaksikan sejauh tidak ditentukan lain, untuk mendapatkan pengesahan /
persetujuan.

4. Setiap usul perubahan dari pemborong ataupun persetujuan pengesahaan dari


pengawas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.

5. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelakasanaan pekerjaan proyek ini harus
benar2 baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain – lain yang disesuaikan standart /
peraturan – peraturan yang dipergunakan didalam RKS ini. Semua bahan – bahan
tersebut diatas harus mendapatkan pengesahan / persetujuan dari pemilik proyek /
pengawas sebelum akan dimulai pelaksanaanya.

6. Ketelitian dan kerapiahan kerja akan sangat dinilai (bobotnya tinggi) oleh pengawas,
terutama yang menyangkut pekerjaan penyelesaian maupun kerapihan.

4
Pasal 5
RENCANA KERJA

1. Paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan,
Kontraktor berkewajiban membuat Bagan Rencana Kerja (Time Schedule) yang
meliputi semua pekerjaan secara lebih mendetail sesuai dengan Master Time Schedule
yang diajukan pada saat mengajukan penawaran ( pelelangan ).

2. Time Schedule dibuat dalam bentuk Barchart, kemudian ditambah dengan Network
Planing dan lintasan kritisnya (Curva “ S ”).

3. Rencana Kerja tersebut terlebih dahulu disetujui oleh PTP, Pemilik Proyek dan
Pengawas lapangan sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.

4. Konsekwensi dari rencana kerja yang dapat menyulitkan kontraktor meskipun sudah
mendapat pesetujuan dari PTP, pemilik proyek dan pengawas lapangan, pertanggungan
jawab tetap barada pada kontraktor.

Pasal 6
RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT SERTA GAMBAR KERJA

1. Peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan ini, bersama dengan gambar kerjanya
digunakan sebagai pedoman dasar atau ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan ini.

2. Gambar – gambar detail merupakan bagian – bagian yang tidak terpisahkan pada
peraturan dan syarat – syarat teknis pelaksanaan.

3. Jika terdapat perbedaan antara Gambar – gambar dengan hal diatas, maka pemborong
menanyakan secara tertulis kepada perencana / direksi lapangan.

4. Pemborong diwajibkan mentaati keputusan perencana / direksi lapangan dalam hal


yang menyangkut masalah tersebut diatas.

5. Ukuran yang berlaku adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka yang terdapat
didalam gambar terbaru dgn skala terbesar, serta tidak diperkenankan mengukur
gambar berdasarkan skala gambar.

6. Jika terdapat kekurangan penjelasan dlm gambar kerja atau diperlukan gambar
tambahan / gambar detail, maka pemborong harus dapat membuat gambar
tersebut,dan dibuat 3 ( tiga ) rangkap atas biaya pemborong, sebelum dilaksanakan
harus mendapat ijin dari direksi lapangan.

5
Pasal 7
GAMBAR PELELANGAN

1. Yang dimaksud dengan gambar – gambar adalah gambar yang akan dilaksanakan dan
termasuk didalam kontrak.

2. Untuk dimesi atau detail yang lain, kontraktor harus mengecek dan menyesuaikan
dengan gambar – gambar yang lain, baik sipil maupun arsitektur.

Pasal 8
PENJELASAN PERBEDAAN GAMBAR

Pemborong diwajibkan melaporkan setiap ada perbedaan ukuran diantara gambar –


gambar :

1. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Struktur, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam jenis dan kualitas
bahan / konstruksi bangunan adalah gambar struktur.

2. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Mekanikal, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional adalah gambar arsitektur, dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar mekanikal, demikian halnya dengan
gambar kerja sanitair.

3. Gambar kerja Arsitektur dengan gambar Electrical, maka yang dipakai sebagai
pegangan dalam ukuran fungsional ialah gambar arsitektur, dan dalam ukuran kualitas
dan jenis bahan / konstruksi adalah gambar elektrical.

4. Tidak dibenarkan sama sekali bagi pemborong memperbaiki sendiri perbedaan2


tersebut diatas. Akibat – akibat dari kelalaian hal ini, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.

Pasal 9
GAMBAR PELAKSANAAN

1. Kontraktor harus membuat gambar – gambar pelaksanaan pekerjaan dilapangan


( Shop Drawings ), gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar – gambar
pelelangan dan penjelasan pekerjaan yang diberikan.

2. Sebelum gambar – gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak direksi lapangan,


kontraktor tidak diperbolehkan memulai pekerjaan dilapangan.

6
3. Gambar2 pelaksanaan harus memenuhi syarat - syarat yang ditentukan oleh direksi
lapangan. banyaknya gambar2 yang disampaikan kepada pihak direksi lapangan harus
sesuai dengan kontrak.

4. Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada direksi lapangan untuk
meneliti gambar – gambar pelaksanaan.

5. Persetujuan terhadap gambar – gambar pelaksanaan bukan berarti pemberian garansi


terhadap dimensi – dimensi yang telah dibuat oleh kontraktor, dan tetap tidak
melepaskan tanggung jawab kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 10
GAMBAR – GAMBAR YANG BERUBAH DARI RENCANA

1. Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik proyek
berdasarkan pertimbangan dari direksi lapangan.

2. Perubahan suatu rencana harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pemilik proyek, yang dengan jelas memperlihatkan perbedaan
antara gambar kerja dan gambar perubahan rancangan.

3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 ( tiga ) berikut kalkirnya ( gambar
asli ) dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh pemborong.

4. Gambar perubahan yang disetujui oleh pemilik proyek / direksi lapangan kemudian
dilampirkan dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.

Pasal 11
PEMBAGIAN HALAMAN

Sebelum pemborong memulai pelaksanaan pekerjaan, maka pemborong harus terlebih


dahulu merundingkan dengan direksi lapangan mengenai pembagian halaman pekerjaan,
tempat penimbunan barang2, tempat mendirikan loods2 direksi / loods2 kerja dan lain
sebagainya agar pekerjaan dapat bejalan lancar.

7
Pasal 12
DIREKSI KEET, LOODS KERJA DAN GUDANG BAHAN

1 Pemborong harus membuat loods direksi secukupnya menggunakan bahan – bahan


sederhana, yang dapat dikunci dengan baik, dilengkapi dengan peralatan sederhana dan
disediakan juga dokumen pelaksanaan yang terdiri atas :
* Gambar – gambar Kerja.
* Rencana kerja yang masing – masing sudah disetujui oleh pemilik proyek.
* Data keadaan cuaca .
* Detail pelaksanaan pekerjaan.
* Buku harian, buku intruksi dan buku tamu.
* Arsip – arsip laporan harian dan laporan mingguan.
2. Perlengkapan yang terdiri dari :
a. Meja tulis, lemari arsip, kotak P3K dan alat pemadam kebakaran.
b. Alat – alat kerja lain yang diperlukan.

3. Pemborong diharuskan membuat Loods Kerja dan Gudang yang memenuhi syarat
kesehatan, keamanan baik untuk tempat tinggal pekerja selama pelaksanaan pekerjaan
maupun untuk menyimpan barang–barang atau alat–alat lainya dan untuk kantor
pelaksana.

4. Cara–cara menimbun bahan–bahan bangunan dilapangan maupun digudang harus


memenuhi syarat teknis dan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Pemborong harus membuat Papan Nama Proyek yang ukuran dan modelnya ditentukan
oleh direksi dan bertuliskan :

Nama proyek/satuan kerja :


Jenis pekerjaan :
Lokasi pekerjaan :
Biaya pekerjaan :
Nomor Kontrak :
Tanggal selesai Kontrak :
Pelaksana :

Pasal 13
JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA

1. Pemakaian jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak pemborong
dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek tersebut.

8
2. Pemborong diwajibkan untuk membersihkan kembali jalan masuk pada waktu
penyelesaian, dan memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi
beban pemborong.

Pasal 14
SYARAT – SYARAT DAN PEMERIKSAAN BAHAN / MATERIAL

1. Semua material yang didatangkan harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan
dalam kontrak dan harus diperiksa dulu oleh pengawas untuk mendapatkan
persetujuan, cara – cara pemeriksaan bahan – bahan tersebut akan ditentukan kemudian
oleh pengawas.

2. Pengawas berwenang untuk meminta keterangan asal dari bahan - bahan bangunan,
dan kontraktor wajib memberitahukanya.

3. Material yang telah didatangkan oleh kontraktor dilapangan pekerjaan, tetapi ditolak
pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan,
selambat-lambatnya dalam waktu 2 ( dua ) kali 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor tertapi ternyata
ditolak pengawas harus segera dihentikan, dan selanjutnya dibongkar atas biaya
kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh pengawas.

5. Kontraktor atau pelaksana harus mengerjakan kembali pekerjaan yang dibongkar


sebagai akibat penggunaan bahan – bahan yang cacat.

6. Bahan – bahan yang digunakan harus diutamakan produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan / potensi nasional.
7. Apabila pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, pengawas berhak
mengirimkan bahan tersebut kepada balai penelitian bahan–bahan ( Laboratorium )
yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan
kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tsb.

Pasal 15
ALAT - ALAT KERJA DAN ALAT - ALAT BANTU

1. Pemborong harus menyediakan alat – alat yang diperlukan untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan secara sempurna dan efisien, minimal: 1) Dump Truck : 3
Unit Kapasitas 3 s/d 4 M3; 2) Concrete Mixer : 1 Unit Kap 0.3 s/d 0.6 M3; 3)
Concrete Vibrator : 1 Unit; 4) Lori : 3 Unit Water Pass : 1 Unit; 5) Stamper : 1
Unit; 6) Pompa Air : 1 Unit).

9
2. Pemborong harus menjaga ketertiban dan kelancaran perjalanan alat–alat yang
menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu lintas.

3. Bila pekerjaan telah selesai, pemborong diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat–
alat tersebut serta memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan
bekas–bekasnya.

4. Disamping harus menyediakan alat–alat yang diperlukan, pemborong harus


menyediakan alat2 bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti tenda–
tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan dan lain–lain.

Pasal 16
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SUMBER AIR

1. Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh
pemborong termasuk pemasangan sementara kabel–kabel meteran, upah dan tagihan
serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai, adalah beban pemborong.

2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan di dapat dari
sumber air yang sudah ada dilokasi pekerjaan. Pemborong harus memasang pipa – pipa
untuk mengalirkan air dan membongkar kembali bila pekerjaan sudah selesai. Biaya
untuk mengadakan air kerja tersebut adalah beban pemborong.

3. Pemborong tidak diperbolehkan menyambung dan mengisap air dari saluran induk
lubang penyedot, reservoir dan sebagainya, tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis
dari pemilik proyek / direksi.

Pasal 17
PERLINDUNGAN TERHADAP BANGUNAN LAMA DAN MILIK UMUM

1. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, pemborong bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada, utilitas,
jalan, saluran dan lain – lain yang ada dilingkungan pekerjaan.

2. Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan umum seperti saluran air,
telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi pemborong. Segala biaya
untuk pemasangan kembali beserta perbaikan–perbaikannya adalah menjadi beban
pemborong.

10
Pasal 18
PENGAMANAN LOKASI PEKERJAAN

Setelah pemborong mengetahui batas–batas daerah kerja dan lain–lainya, sebagaimana


diuraikan dalam pasal–pasal dimuka, maka pemborong bertanggung jawab penuh atas
segala sesuatu yang ada didaerahnya ialah mengenai :
1. Kerusakan–kerusakan yang timbul akibat kelalaian / kecerobohan yang sengaja
ataupun tidak.

2. Penggunaan sesuatu yang keliru / salah.


3. Kehilangan–kehilangan bagian alat – alat / bahan – bahan yang ada didaerahnya.

4. Terhadap semua kejadian sebagaimana disebut diatas, pemborong harus melaporkan


kepada pemilik proyek/direksi lapangan dalam waktu paling lambat 1 x 24 jam untuk
diusut dan diselesaikan persoalanya lebih lanjut.

5. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut diatas, pemborong diharuskan


mengadakan pengamanan, antara lain : penjagaan , penerangan malam, pemagaran
sementara dan sebagainya.

Pasal 19
PEKERJAAN DIWAKTU MALAM

Pemborong harus meminta ijin kepada pengawas / direksi pekerjaan dalam hal untuk
melaksanakan pekerjaan atau bagian pekerjaan dimalam hari, ijin akan diberikan kalau
penerangan cukup atau meamakai penerangan PLN / Generator.

Pasal 20
PEIL DAN PENGUKURAN

1. Pemborong wajib memberitahukan kepada pengawas setiap kali suatu bagian pekerjaan
akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketepatan peil – peil dan ukuran – ukurannya.

2. Pemborong diwajibkan senantiasa mencocokan ukuran2 satu sama lain dalam tiap
pekerjaan, dan segera melaporkan secara tertulis kepada pengawas setiap terdapat
selisih atau perbedaan, tidak dibenarkan pemborong membetulkan sendiri kekeliruan
tersebut, tanpa persetujuan pengawas.

11
3. Pemborong bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut
peil – peil dan ukuran – ukuran yang ditetapkan dala Gambar kerja dan syarat – syarat
ini.

4. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian – bagian pekerjaan


selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan
sungguh – sungguh.

5. Kelalaian pemborong dalam hal ini tidak akan ditolelir direksi lapangan, dan direksi
lapangan berhak untuk membongkar pekerjaan yang telah dilakukan tanpa pemeriksaan
terlebih dahulu.

Pasal 21
PEMBERSIHAN / PEMBONGKARAN

1. Dalam rangka persiapan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus membersihkan


lapangan pekerjaan dari segala macam benda atau tumbuh – tumbuhan / pepohonan
yang dapat mengganggu kelancaran kerja serta dapat melemahkan, merusak kualitas
konstruksi bangunan.

2. Apabila terdapat timbunan sampah / humus tersebut harus segera dibuang dan
diadakan perbaikan tanah sesuai dengan petunjuk direksi.

3. Kontraktor harus berusaha bahwa tempat bekerja selalu bersih dari sampah – sampah.
Pada waktu-waktu tertentu dan pada waktu pekerjaan selesai, kontraktor harus
membuang sampah – sampah sebagai akibat hasil pekerjaan ketempat diluar proyek
atau tempat yang telah ditunjuk oleh direksi lapangan.

4. Dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ada pekerjaan pembongkaran, disarankan agar


dilakukan dengan hati – hati supaya tidak merusak / mengganggu terhadap bangunan
lain, kontraktor agar selalu memperhatikan instalasi – instalasi yang terpasang disekitar
lokasi pekerjaan dan disarankan agar tidak merusak instalasi yang ada.

5. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari maka kontraktor yang
bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan
semula.

Pasal 22
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan kontraktor wajib memintakan persetujuan kepada


Pengawas.

12
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan), tidak dipenuhi oleh pengawas, kontraktor
dapat meneruskan pekerjaanya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
disetujui pengawas, hal ini dikecualikan bila pengawas minta perpanjangan waktu.

3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal 22 ini, pengawas berhak menyuruh


membongkar bagian pekerjaan yang telah dikerjakan, baik sebagian atau seluruhnya
untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung
jawab kontraktor.

Pasal 23
PENGAWASAN

Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh direksi lapangan.
Setiap saat direksi lapangan harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan
menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Pemborong harus mengadakan
fasilitas2 yang diperlukan antara lain :

1. Pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawasan direksi, menjadi
tanggung jawab pemborong. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera
dibongkar sebagian atau seluruhnya.

2. Jika pemborong perlu melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja, atau melampui jangka
waktu yang ditetapkan dalam kontrak, yang memerlukan pengawasan pekerjaan oleh
direksi menjadi beban pengguna jasa.

3. Wewenang petugas direksi dalam memberikan keputusan adalah terbatas pada hal - hal
yang jelas tercantum didalam gambar dan RKS dan Risalah pekerjaan. Penyimpangan
harus seizin pemilik.

Pasal 24
LAPORAN

Pelaksana diharuskan membuat laporan yang diserahkan kepada direksi lapangan, PTP dan
pemilik proyek, masing – masing 1 ( satu ) rangkap laporan – laporan sebagai berikut :
1. Laporan Harian yaitu catatan yang berisi kegiatan pekerjaan sehari – hari berupa :

• Tahap berlangsungnya pekerjaan.


• Catatan dan perintah pemilik / pengawas yang ditanda tangani dan disampaikan
secara tertulis.
• Jumlah dan jenis dari bahan – bahan, peralatan dan mesin baik yang dipakai maupun
ditolak.

13
• Jumlah pekerja.
• Dan keadaan lain – lain selama berlangsungnya kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang
di isi setiap hari kemudian diserahkan kepada direksi untuk diketahui atau disahkan.

2. Laporan Mingguan yaitu catatan yang berisi garis2 besar hal – hal yang terjadi dan
tercantum dalam ketikan yang rapi dimana merupakan resume dari laporan harian yg
memperlihatkan bobot prestasi.
3. Koreksi Rencana Prestasi Pekerjaan.
Tiap akhir bulan harus disampaikan kepada direksi, PTP dan pemilik proyek Bar Chart
(“S” Curva) keadaan pekerjaan diatas yang didasarkan bar chart induk untuk diketahui
posisi keadaan pekerjaan tiap bulannya sebanyak 3 ( tiga ) rangkap.
4. Sebagai tembusan laporan2 tersebut dikirim langsung copynya kepada Dinias Pemukiman
dan Pengairan Provinsi Lampung dalam hal ini selaku PTP daerah.

5. Untuk mencegah kesalah pahaman dan kesimpang siuran dalam pelaksanaan pekerjaan,
kontraktor diwajibkan menyediakan :

a. Buku harian / buku direksi di tempat pekerjaan khusus untuk memuat catatan –
catatan direksi, PTP dan Pengguna jasa atau wakilnya kepada penyedia jasa
(kontraktor).

b. Buku tersebut setiap permulaan hari kerja (pagi) harus diletakan diatas meja direksi
untuk diperiksa dan di isi bila perlu.

c. Untuk penerimaan perintan – perintah tersebut penyedia jasa (kontraktor) atau


wakilnya diharuskan membubuhkan tanda tangan, dan kelalaian dalam hal ini
dianggap telah mengetahui dan menyetujuinya.

d. Penyedia jasa mendapat kebebasan untuk memberikan catatan – catatan yang


dianggap perlu olehnya, bila penyedia jasa tidak mengadakanya telah dianggap ia
telah mengetahui dan menyetujui semua isi perintah – perintah dan catatan –
catatan dari direksi, PTP dan pengguna jasa yang tertulis dalam buku harian / buku
direksi tersebut.

14
Pasal 25
DOKUMENTASI

1. Pemborong harus membuat dokumentasi pekerjaan berupa foto – foto berukuran 3 R


pada bagian2 pekerjaan yang penting, sedapat mungkin diusahakan dengan photo
berwarna dalam rangkap 2 (dua) dan diserahkan langsung kepada pemilik proyek.

2. Foto –foto tersebut diambil dari satu titik bidik tetap pada saat :
a. Sebelum pekerjaan dimulai (prestasi 0 %).
b. Saat pekerjaan dalam / mencapai prestasi pekerjaan sebesar ; 0 %, 50 %, 100 %
dan permintaan pembayaran angsuran.

c. Setelah masa pemeliharaan atau pada waktu pekerjaan diserah terimakan.


d. Setelah pekerjaan berakhir, penyedia jasa harus menyerahkan album photo
sebanyak 3 (tiga) set untuk arsip proyek kepada pengguna jasa.

e. Untuk setiap termin pemborong harus melampirkan photo kemajuan pekerjaan


sesuai kontrak.

15
B. SYARAT – SYARAT KHUSUS.

Pasal 1
PENJELASAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksudkan rencana kerja dan syarat -syarat dalam dokumen pengadaan ini
adalah :

PEKERJAAN : PERENCANAAN PEMBANGUNA JALAN TRAIL WISATA

PATROLI, 2600 M2

LOKASI : KUBUPRAHU KEC. BALIK BUKIT KAB. LAMPUNG BARAT

Dimana pekerjaan tersebut diatas terdiri dari :


1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan PERENCANAAN PEMBANGUNA JALAN TRAIL WISATA PATROLI,2600 M2
- Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Beton/ Pasangan
- Pekerjaan Lain - Lain

Pasal 2
PERATURAN TEKNIS KHUSUS UNTUK PELAKSANAAN
DISAMPING PERATURAN – PERATURAN TEKNIS LAINNYA

Pekerjaan agar diselesaikan menurut dan sesuai dengan :

1. Peraturan dan syarat – syarat yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat – syarat
ini, gambar2 bestek, detail konstruksi dan instalasi.

2. Perubahan – perubahan dan penambahan - penambahan yang tercantum dalam Berita


Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ).

3. Gambar – gambar kerja yang dibuat oleh penyedia jasa (kontraktor) pada waktu
pekerjaan berlangsung (Shop Drawings), yang telah mendapat persetujuan dari pihak –
pihak berwenang.

4. Petunjuk – petunjuk dan keterangan yang diberikan direksi / PTP pada saat pekerjaan
berlangsung.

16
Pasal 3
HASIL PEKERJAAN

1. Hasil kemajuan fisik yang diperhitungkan harus memenuhi ketentuan – ketentuan


sebagai berikut :

a. Sesuai dengan ketentuan – ketentuan dalam RKS dan gambar Bestek.


b. Hasil pekerjaan atas dasar perubahan gambar design yang disetujui oleh pemberi
tugas.
c. Termyn tidak melebihi hasil maksimum fisik yang telah dicapai atau ketentuan yang
telah diatur dalam kontrak.
d. Hasil pekerjaan sesuai kualitas dan kuantitas yang telah dicapai.
e. Perubahan – perubahan yang ditetapkan oleh pemilik proyek pada waktu
penunjukan pekerjaan dan selama pekerjaan berjalan.

2. Hasil pekerjaan akhir ( penyerahan pertama ) dapat diterima pemilik proyek apabila
telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

• Pihak kontraktor telah mengajukan permohonan tertulis selambat-lambatnya 2 (dua)


minggu setelah tanggal ditetapkanya penyerahan pertama pekerjaan kepada pemilik
proyek untuk diadakan pemeriksaan hasil akhir yang telah dicapai terdiri dari :
- Semua pekerjaan yang telah diperintahkan baik melalui kontrak maupun
perubahan– perubahan sudah dilaksanakan secara sempurna.
- Pembersihan / perapihan pekerjaan sudah dilaksanakan secara sempurna.
- Gudang sudah dibersihkan dari tempatnya.
3. Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir maka diadakan
penyerahan kedua kalinya. Hal ini dapat diterima apabila sudah memenuhi persyaratan
– persyratan sbb :
a. Pihak kontraktor sudah melaksanakan perbaikan – perbaikan terhadap kerusakan /
cacat – cacat baik dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh kontraktor
tersebut sudah dapat diterima oleh pemilik pekerjaan dalam segi kualitas / kuantitas
sesuai dengan syarat2 teknis .

b. Pihak kontraktor sudah mengajukan permohonan tertulis 2 ( dua ) minggu sebelum


ditetapkannya penyerahan kedua pekerjaan kepada pemilik pekerjaan, untuk
diadakan pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada buku harian
sewaktu penyerahan pertama pekerjaan.

c. Loods kerja / Gudang (bila tidak ditentukan lain oleh pemilik pekerjaan) sudah
dibersihkan sesuai petunjuk pengawas lapangan.
d. Apabila pihak Kontraktor tidak melaksanakan ketentuan – ketentuan yang
diberikan saat penyerahan pertama, maka biaya jaminan 5% tidak dapat diterima
dan pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor lain dengan dana tersebut.
e. Ketentuan – ketentuan atau perintah – perintah yang berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang dimaksud pada pasal ini diatas, pihak kontraktor hanya
dapat melaksanakan atas perintah tertulis dari pemilik pekerjaan.
17
Pasal 4
PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, penyedia jasa terlebih dahulu harus melakukan
segala persiapan yang dapat membantu atau mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
tidak terjadi hambatan dikemudian hari nanti.

2. Persiapan – persiapan yang dimaksud antara lain :


a. Pengecekan lokasi / situasi dimana pekerjaan tersebut akan dilaksanakan, serta
melaporkan segala sesuatunya atau mengkonsultasikan dengan direksi pekerjaan,
direksi lapangan.

b. Mendirikan direksi keet, gudang dan loods kerja yang dapat melindungi para
pekerja dan bahan - bahan bangunan.

c. Menyediakan peralatan penting dilokasi sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan
dilaksananakan dalam keadaan baik dan siap pakai.

d. Pemasangan Papan Nama Proyek

Pasal 5
OBSERVASI LAPANGAN

1. Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan, wajib menunjuk tenaga pelaksana Full


Time untuk pekerjan ini yang bertanggung jawab dan diberi wewenang penuh dalam
tugasnya dan meminta izin secara tertulis kepada pengguna jasa.

2. Tenaga pelaksana kontraktor wajib memimpin pelaksanaan Observasi dilapangan


sesuai ruang lingkup yang tercantum dalam kontrak didampingi pengawas harian
lapangan, hasil observasi ini harus segera dilaporkan secara tertulis kepada pemilik
proyek meliputi :

a. Keadaan dan kecocokan lokasi pekerjaan dengan gambar rencana, tentang ukuran,
dimensi, sasaran dan fungsi.
b. Titik tetap yang digunakan untuk dasar pelaksanaan pekerjaan.

c. Uraian singkat tata cara pelaksanan pekerjaan.


d. Kesimpulan / Saran.

3. Sebelum dimulai pelaksanaan pihak kontraktor bersama pengawas lapangan perlu


mengadakan pra paper kerja membahas program kerja meliputi :

a. Hubungan dengan masyarakat dan pemerintah setempat sehingga mendapat


dukungan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
b. Penyusunan waktu kegiatan pada bagian – bagian pekerjaan dalam bentuk rencana
yang diplot dalam barcart.

18
c. Penyusunan waktu pengadaan bahan serta peralatan sesuai jumlah yang diperlukan
sebelum dimulai agar diplot dalam barcart.
d. Penyusunan waktu pengerahan tenaga kerja sesuai kebutuhan dan sifat pekerjaan
yang diplot dalam barcart.
e. Hal – hal yang dimaksud dalam butir diatas menjadi dasar monitoring pelaksanaan
dan segala perubahan dari rencana pelaksanaan yang telah disusun, pihak
kontraktor dapat mengajukan alasan secara tertulis untuk menjadi bahan
pertimbangan pemilik proyek.

f. Berdasarkan ayat 3 diatas, pihak pemberi tugas bersama kontraktor melaksanakan


rumusan ketetapan program kerja pada tempat yang ditentukan, dan ketetapan ini
bersifat mengikat untuk dipatuhi selama pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI ( UITZET )

1. Pihak Kontraktor wajib melaksanakan pengukuran kembali dengan berpedoman pada


titik tetap yang ditentukan oleh direksi lapangan.

2. Kontraktor wajib memasang patok tetap / pembantu pada lokasi – lokasi sebagai
berikut ;

a. Memasang kembali nuit beton bila titik ikat menurut gambar Bestek sudah hilang,
elevasi nuit harus cocok dengan gambar rencana / revisi, ukuran pelaksanaan
pembuatan patok ditentukan oleh pengawas lapangan.

b. Memasang patok pembantu dari patok kayu untuk petunjuk :


Galian pondasi, pasangan pondasi,
3. Pemasangan Bouwplank dan profil dibuat dari bahan kayu atau bambu yang memenuhi
syarat, ukuran berdasarkan gambar design / revisi dan elevasi rencana yang ditentukan
setelah hasil uitzet.

4. Dokumentasi yang wajib diadakan dan diserahkan kepada pemilik pekerjaan yaitu :

a. Buku ukur yang telah diperiksa dan disetujui.


b. Gambar hasil uitzet yang asli.
c. Patok tetap yang dipasang dan dipelihara selama kontrak.

6. Gambar design yang berdasarkan hasil uitzet yang terakhir, menjadi dasar perhitungan
volume yang dilaksanakan oleh kontraktor.

7. Kontraktor harus menyediakan pembayaran untuk pelaksanaan pengukuran kembali


( uitzet ) pada pekerjaan tersebut sebanyak 3 (tiga) kali yaitu : sebelum, sedang dan
selesai pekerjaan, yang pelaksanaanya diatur / ditetapkan oleh pemilik pekerjaan
(pemberi tugas).

19
Pasal 7
PEMBERSIHAN LAPANGAN
1. Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan
yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih
dalulu pohon – pohon atau tanaman2 harus dibersihkan dari tempat2 itu bersama akar –
akarnya atas biaya pemborong termasuk ganti rugi tanaman sebelum dimulai
pelaksanaannya ( apabila ada ganti rugi tanaman ).

2. Daerah proyek yang kedaan lapanganya terdiri dari tegalan / rumput – rumput, maka
tempat2 / lokasi pekerjaan harus bebas dari rerumputan tersebut.

3. Tanah Humus dikupas sedalam minimal 25 cm dari permukaan tanah tempat lokasi
pekerjaan, hasil galian / kupasan tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai timbunan,
harus dibuang atau dikeluarkan dari daerah pekerjaan. Tempat pembuangan hasil galian
/ kupasan tanah tersebut akan di tunjuk atau ditetapkan dilapangan oleh pengawas
lapangan.

4. Semua kerusakan-kerusakan terhadap pekerjaan ini serta milik umum / perorangan


yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, harus diperbaiki
kembali sesuai dengan semula dan diganti atas biaya dari kontraktor.

Pasal 8
PENGUKURAN DAN PAPAN BANGUNAN

1. Penyedia barang/jasa (Kontraktor) wajib meneliti ukuran-ukuran dilapangan dan


melaporkan segala sesuatu kepada direksi pekerjaan, PTP dan pemilik proyek.

2. Pasangan patok – patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan atas
persetujuan direksi pekerjaan, PTP dan pemilik proyek.

3. Segala pekerjaan pengukuran / persiapan (Uitzet) adalah menjadi tanggung jawab


kontraktor.
4. Pengukuran – pengukuran sudut siku, ketinggian (peil), panjang dan lebar harus
menggunakan teropong waterpass, theodolite prisma penyiku dan lain – lain.
Pengukuran siku dengan benang secara prinsip segitiga phytagoras hanya dibolehkan
untuk bagian2 kecil dan tidak penting saja.

5. Ketidak cocokan yang mungkin ada dilapangan antara gambar dan kenyataan harus
segera dilaporkan kepada direksi pekerjaan, PTP dan Pemilik proyek.

6. a. Pekerjaan pemasangan papan bouwplank adalah termasuk pekerjaan kontraktor dan


harus dibuat dari kayu, bambu tidak diperkenankan untuk digunakan.
c. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan bouwplank
dipasang, tinggi dasar (± 0,00) sumbu – sumbu dinding harus disetujui direksi /
PTP.

20
Pasal 9
PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah.
a Seluruh daerah yang akan terletak dibawah lantai pekerasan harus dikupas lapisan
humusnya, hasil kupasan dibuang ketempat yang akan ditunjuk oleh direksi
lapangan / PTP.
b Galian tanah dilaksanakan untuk :

= Mendapatkan peil yang sesuai dengan peil permukaan lantai sesuai dengan
gambar.
= Konstruksi Pondasi.

c Jika terdapat air hujan menggenang dalam parit / galian pondasi harus dipompa
keluar.

d Jika terdapat tempat yang gembur pada dasar parit/galian pondasi, harus digali dan
ditimbun kembali dengan pasir urug kemudian di siram air dan di padatkan.

e Galian harus mencapai kedalaman seperti tercantum dalam gambar bestek dan
cukup lebar agar para pekerja dapat bekerja dengan leluasa.

f Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yg ditentukan, dan bila hal ini terjadi
pengurugan kembali harus dilakukan tanpa biaya tambahan dari pimilik.

g Apabila ada kemungkinan parit/galian akan runtuh atau longsor, agar dilakukan
usaha – usaha pengamanan misalnya dengan membuat anyaman bambu keliling
dinding parit / galian.

2. Urugan Tanah.

a. Untuk bagian – bagian yang rendah diluar bangunan dilakukan pengurugan tanah /
pasir urug sampai mencapai ketebalan sesuai dgn ketentuan dalam gambar. Urugan
tanah harus dilaksanakan lapis demi lapis maximum 20 cm setiap lapisannya dengan
menggunakan stamper (alat pemadat) untuk mendapatkan kepadatan yang optimal.

b. Tanah humus tidak diperkenankan untuk mengurug, dan tanah yang berasal dari
tanah galian yang tidak dapat dipakai untuk maksud–maksud
penambahan/penimbunan harus dibuang atau ditimbun serta diratakan pada suatu
tempat yang akan ditentukan oleh direksi/PTP dan pimilik proyek.

c. Urugan tanah harus di laksanakan sesegera mungkin terutama untuk urugan kembali
dari parit / galian pondasi setelah pekerjaan pondasi selesai dikerjakan, agar cukup
waktu untuk dipadatkan.

21
Pasal 10
URUGAN PASIR

1. Urugan pasir dilaksanakan untuk :

a. Menguruk kembali galian yang ada dibawah pondasi dan di bawah lapis
perkerasan Jalan Beton setebal 5 – 10 cm.
b. Urugan pasir dibawah pekerasan 5 cm
c. Tempat – tempat lain dianggap perlu sebagai syarat teknis yang baik dan sempurna
sesuai Gambar bestek dan AV 1941.

2. Urugan pasir dilaksanakan lapis demi lapis, maximum 20 cm setiap lapis dan harus
ditumbuk serta diairi sampai padat sebelum lapisan berikutnya dipasang

Pasal 11
PEKERJAAN PONDASI

1. a. Pekerjaan pondasi harus didasarkan pengukuran dan papan bouwplank yang teliti,
sesuai dengan ukuran minimal dalam gambar.
b. Perubahan pada konstruksi pondasi diperbolehkan setelah mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan, PTP dan pemilik proyek.

2. Pondasi pasangan batu belah :


a. Pondasi batu kali / batu belah dipasang dengan adukan 1 semen : 4 pasir.

b. Batu kali / belah yang dipakai adalah jenis keras, batu keropos, bulat, tipis / kecil,
batu karang tidak boleh dipakai.
c. Batu kerikil dan pasir pasangan harus yang baik serta bersih.

Pasal 12
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG

1. Dengan campuran 1 semen : 3 psr : 5 krl dilaksanakan untuk pekerasan, serta bagian2
pekerjaan lainnya yang tercantum dalam gambar bestek / detail, atau sesuai petunjuk
dan instruksi direksi pekerjaan, PTP.

2. Lain – lain pekerjaan dimana dianggap perlu menurut syarat-syarat pelaksanaan yang
baik dan sempurna atau sesuai petunjuk direksi teknik / direksi pekerjaan dan PTP.

22
Pasal 13
PEKERJAAN PLESTERAN / PENGHALUS BETON

1. Pada pasangan batu belah, sebelum diplester bidang harus dibasahi dahulu sampai
jenuh. Permukaan beton yang akan diplester sebelumnya harus diberap dahulu dgn air
semen, kemudian dilakukan pemelesteran. Kesemuanya ini harus dilaksanakan
dengan sesungguhnya oleh kontraktor (penyedia barang/jasa).

2. Permukaan pasangan batu belah / kali yang tidak terpendam didalam tanah harus
diplester kasar (berapen) dengan adukan yang sama.

3. Dengan adukan 1 semen : 4 pasir dilakukan untuk semua plesteran sisi trap tangga.

4. Tebal plesteran diambil maksimum 15 mm, setelah pekerjaan2 plesteran selesai maka
dilanjutkan dengan acian semen.

Pasal 14
PENGUJIAN BAHAN-BAHAN

1. Semua bahan, alat dan perlengkapan yang akan dipakai, sebelum dipergunakan/dibeli
atau dikirim harus telah diuji dan diperiksa oleh direksi pekerjaan, PTP atau instansi
terkait lainnya.

2. Pemasangan dan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan dokumen pelelangan dan
petunjuk direksi pekerjaan, PTP dan pemimpin bagian proyek menjadi resiko penyedia
barang/jasa.

3. Penyedia barang/jasa wajib mengadakan segala fasilitas dan biaya bagi pengujian
bahan-bahan tsb.
Pasal 15
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Penyedia barang/jasa wajib menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat


pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap pakai
dilokasi pekerjaan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas
dan pekerja.

2. Penyedia barang/jasa wajib menyediakan air minum yang cukup bersih/memenuhi


syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja yang ada dilokasi.

3. Penyedia barang/jasa agar menyediakan pula air bersih, km/wc yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja, membuat tempat penginapan sementara didalam lokasi
pekerjaan.

4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial serta keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan
yang berlaku.

23
Pasal 16
PERATURAN PENUTUP

1. Jika dalam Rencana kerja & Syarat-syarat ini tidak disebutkan perkataan Yang dilever
Pemborong atau Yang dipasang Pemborong, maka harus dianggap bahwa perkataan
itu sudah tercantum apabila pekerjaan tsb jelas termasuk pekerjaan penyedia
barang/jasa (Kontraktor) dan tidak diterangkan sebaliknya.

2. Kalau dianggap perlu, maka penyedia barang/jasa diwajibkan membuat gambar2 revisi
pada gambar bestek / gambar detail yang telah dilaksanakan. Gambar tersebut dibuat
dalam 2 (dua) rangkap dan diserahkan kepada direksi pekerjaan, PTP dan pemilik
pekerjaan pada saat penyerahan pertama pekerjaan, satu copy gambar tersebut
diserahkan pada perencana pada waktu yang sama.

3. Jika dalam dokumen pelelangan ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan atau
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam penjelasan pekerjaan
(aanwijzing) dan akan dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

24

Anda mungkin juga menyukai