Anda di halaman 1dari 69

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

PEKERJAAN REHABILITASI DAN PELUASAN GEDUNG KANTOR UPP KELAS III LABUHAN

PASAL 1
KETENTUAN UMUM

1.1 Lingkup Pekerjaan

Spesifikasi ini mencakup persyaratan-persyaratan dasar yang diperlukan pada Pekerjaan Rehabilitasi
dan Peluasan Gedung Kantor UPP Kelas Iii Labuhan yang berlokasi di Kantor UPP Kelas III Labuhan,
yang meliputi bahan/material, tenaga kerja dan semua peralatan bantu, serta mesin yang
dipergunakan.

1.2 Peraturan(Codes), Referensi Dan Standard


NI-2 (PBI-1991) : Peraturan Beton Indonesia (1991)
PUBI-1992 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
NI-4 : Persyaratan cat Indonesia
NI-5 PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
NI-8 : Peraturan semen Portland Indonesia
NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
SNI 3976 : Standar Tatacara Pengadukan dan Pengecoran Beton
SNI 3449 : Tatacara Pembuatan Campuran Beton Ringan Dengan Agregat Ringan.SNI
2834 : Standar Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal Peraturan
Dinas Keselamatan Kerja dari DEPNAKER
Jika tidak terdapat dalam peraturan, standar dan normalisasi tersebut di atas maka berlaku
peraturan,standar dan normalisai internasional atau dari negara asal produsen bahan/material yang
bersangkutan.

1.3 Pemberi Tugas / Pengguna Jasa


Bila dalam Uraian & Syarat-syarat terdapat istilah Pemberi Tugas, maka itu berarti Pemilik Proyek
atauPengguna Jasa seperti ditentukan dalam syarat-syarat Umum.

1.4 Pengawas (Supervisor)


Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Pengawas, maka yang disebut itu adalah suatu
Badan Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang bertanggung jawab seperti ditentukan dalam
Syarat- syarat Umum.

1.5 Kontraktor
Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Kontraktor, maka itu berarti Suatu Badan
Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang mengadakan perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan
dan yang berhubungan dengan satu atau lebih paket proyek yang sesuai dengan Dokumen Kontrak.
1.6 Persetujuan Pengawas (Supervisi)
Persetujuan Pengawas adalah merupakan Persetujuan Pengawas secara tertulis yang berisi
persetujuan untuk sesuatu hal yang termasuk dalam persyaratan ini.

1.7 Daerah Proyek


Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada di dalam daerah tersebut ( Pekerjaan ) yang dikuasai
untuk segala keperluan proyek.

1.8 Ukuran
Ukuran dengan angka adalah ukuran yang harus diikuti dari pada ukuran skala pada Gambar Rencana.
Jikamerasa ragu-ragu tentang ukuran-ukuran, harus segera menanyakan atau meminta nasihat dan
masukan kepada Pengawas.

1.9 Rencana Kerja


Dalam Waktu 1 (satu) minggu setelah penandatanganan Kontrak, Kontraktor wajib menyerahkan
suatuRencana Kerja yang meliputi :
1. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan masing – masing
bagianpekerjaan.
2. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
3. Jam kerja yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan dilapangan.
4. Jumlah pegawai Kontraktor yang diusulkan, selama pekerjaan berlangsung,dengan disebutkan
fungsidan keahliannya.
5. Network Planning

1.10 Buku Laporan Harian


Kontraktor harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-
keputusan, dan detail-detail penting dari pekerjaan.
Laporan bulan mengenai kemajuan pekerjaan yang memuat sekurang-kurangnya keterangan-
keterangan yang berhubungan dengan kejadian selama satu bulan dan risalah kemajuan / progress
report tersebut berupa rangkuman dari :
a. Logistik bahan bangunan dan barang perlengkapan
b. Uraian kemajuan pekerjaan dalam akhir bulan
c. Absensi pegawai yang dipekerjakan selama bulan tersebut
d. Keadaan cuaca dari hari ke hari
e. Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek
f. Kejadian khusus
g. Foto-foto berwarna ukuran kartu pos sesuai dengan tahapan pekerjaan ditambah dengan yang
dianggapperlu oleh Direksi.

Laporan disampaikan kepada :


h. Pemberi tugas 1 asli + 1 copy
i. Konsultan perencana 1 copy
j. Ketua Direksi di lapangan / pengawas lapangan 1 copy
k. Pengawas lapangan untuk disimpan di kantor Direksi lapangan 1 copy
1.11 Peralatan
a. Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.
b. Kerusakan pada bagian atau keseluruhan dari alat-alat tersebut harus segera diperbaiki atau
digantisehingga tidak mengganggu aktifitas didalam pekerjaan.

1.12 Material
a. Bila diperlukan, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis Kepada pengawas untuk
mendapatkanpersetujuan tentang nama perusahaan, tempat asal (sumber) material.
b. Sebelum memberikan persetujuan, Pengawas dapat minta didatangkan contoh
barang/material/bahanbaku, untuk keperluan pemeriksaan.
c. Dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpaterlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pengawas.

1.13 Tanggung Jawab Kontraktor


Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan.
Pengawas tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaan tersebut
sesuai dengan Kontrak maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku.

1.14 Mutu Tenaga Kerja


Tenaga Kerja yang dugunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan berpengalaman pada
bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi maupun petunjuk Pengawas.

1.15 Pekerjaan dan Bahan-Bahan


Pekerjaan dan Bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macamnya seperti yang disebut dalam
spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk Pengawas dilapangan, harus tecakup dalam pembiayaan
unruk tenaga kerja, harga bahan, biaya tak terduga, keuntungan, biaya penggantian atas kerusakan
atas milik pihak ketiga dan kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan
hasil kerja.

1.16 Gambar Rencana


Gambar Rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Dokumen Kontrak.
Harusjuga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan dalam masa pelaksanaan.
Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi ini
maupun Spesifikasi lainnya dan tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-
kesalahan,kekurangan-kekurangan pada Gambar Rencana atau perbedaan antara Gambar Kerja dan
isi Spesifikasi. Pengawas akan mengoreksi dan menjelaskan Gambar Rencana tersebut untuk
kelengkapan yang telahdisebut dalam spesifikasi. Dimensi dalam Gambar Rencana dapat dihitung
dengan teliti dan tidakdibenarkan untuk menganggap bahwa Gambar Rencana tersebut dibuat pada
skala yang benar, kecuali atas petunjuk Pengawas.
Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap Gambar Rencana akan ditentukan selanjutnya
oleh Pengawas dan akan disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis.
Kontraktor harus membuat Shop Drawing sebelum memulai suatu pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas.
1.17 Ketidaksesuaian Antara Gambar Rencana Dengan Uraian & Syarat-Syarat.
Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar Rencana dan spesifikasi Pekerjaan dan Syarat-syarat
Umumdan Syarat-syarat Khusus, maka hal ini harus sesegera mungkin ditunjukan kepada Pengawas
dan selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas.

1.18 Perbedaan Antara Item Pekerjaan Dengan Gambar Rencana & Rencana KerjaDan Syarat-Syarat
(RKS).
Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan apabila dalam
hal ini terdapat perbedaan antara Item Pekerjaan dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi, Dalam
hal ini Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan.

1.19 Contoh – Contoh Bahan/Material


Contoh-contoh bahan/material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus segera
disediakan tanpa kelambatan atas biaya Kontraktor, dan contoh-contoh bahan/material tersebut
harus sesuai dengan standard yang disarankan dalam spesifikasi ini.
Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara demikian rupa sehingga dapat dianggap
bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

1.20 Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi

Kebijakan Departemen PU dalam penerapan SMK3, dalam rangka mewujudkan tertib


penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta upaya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang pekerjaan umum. Departemen Pekerjaan
Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09/PRT/M/2008 Pedoman Sistem
tentang Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Sesuai dengan maksud dan tujuan diterbitkannya peraturan menteri tersebut adalah untuk
memberikan acuan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam penyelenggaraaan SMK3 konstruksi
bidang pekerjaan umum, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi
serta semua pemangku kepentingan agar mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya dalam
penerapan SMK3. Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 09/PER/M/2008, tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang
merupakan acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 konstruksi
bidang pekerjaan umum, UU.No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi,dimana mensyaratkan Ahli
K3 pada setiap proyek / kegiatan terutama pada kegiatan yang memiliki resiko tinggi.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1 Lingkup Pekerjaan


Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan permulaan,
penunjang,pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan yang terdiri dari :
a. Papan Nama Proyek
b. Direksi Keet dan Los Bahan
c. Air dan Listrik Kerja
d. Administrasi dan Dokumentasi
e. Bongkaran dan Urugan
2.2 Papan Nama Proyek
a. Kontraktor diwajibkan memasang papan nama proyek pada lokasi pekerjaan dimana pemasangan
papan nama proyek di tempat yang mudah dilihat oleh umum. Ukuran dan redaksi papan nama
tersebut 90 x 150 cm dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk
Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame
dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.
b. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan proyek dan dicabut
kembali setelah mendapat persetujuan pemilik proyek.
Pembuatan papan nama proyek harus kuat dan tahan lama, minimal seumur proyek itu berjalan,
disarankan terbuat dari bahan tiang besi serta plat baja, bentuk serta ukuran serta isi penulisan dari
padapapan nama proyek tersebut akan ditentukan kemudian oleh pihak direksi.

2.3 Pembuatan Direksi keet (Kantor Direksi)


Luas yang dibutuhkan adalah : 9 m2, dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut :
a. Rangka bangunan dari kayu Borneo Super
b. Dinding dari bahan tripleks 4 mm
c. Lantai bangunan diplester
d. Atap dari bahan seng gelombang BJLS 30
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatannya antara lain :
- Bangunan / ruangan tidak bocor
- Cukup penerangan / ventilasi
- Pintu / jendela dapat dikunci
e. Untuk kelengkapan direksikeet yang dipakai proyek ini pemborong harus menyediakan
perlengkapan – perlengkapan direksi seperti : meja kerja dan kursi, tempat untuk menempelkan
gambar – gambardan lain – lain yang diperlukan.
f. Direksikeet hanya diperuntukan untuk penyimpanan bahan dan rapat-rapat kecil antara
pelaksana dan konsultan, untuk itu maka pegawai tidak boleh menginap di lingkungan rumah
gedung Kantor.

2.4 Air & Listrik Kerja


a) Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan
termasuk pompa dan bak air. Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak, bahan organik
lainnyayang merusak.
b) Kontraktor harus mengadakan sendiri fasilitas daya listrik secukupnya, dan generator guna
kebutuhanpenerangan proyek dan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
c) Semua biaya pengadaan fasilitas tersebut diatas dan lainnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
d) Fasilitas air dan listrik yang ada ditapak tidak diperkenankan untuk dipergunakan, terkecuali ada
izin tertulis dari pihak yang berwenang.

2.5 Administrasi dan Dokumentasi


Kontraktor diwajibkan memberikan dan melaporkan serta membuat laporan harian beserta
kelengkapan dokumentasi visual kepada konsultan pengawas untuk selanjutnya konsultan pengawas
menyusun kelengkapan tersebut dan melaporkan secara berkala kepada Pemilik Pekerjaan selain itu
kontraktor diwajibkan untuk mengurus perijinan baik kepada instansi- instansi yang berhubungan
maupun kepada orang – orang yang berada dilingkungan pekerjaan.
2.6 Pekerjaan papan Bouwplank
a. Semua papan bouwplank menggunakan hollow 4 x 4, diserut rata dan terpasang waterpass dengan
peil ± 0.00.
b. Jarak papan bouwplank minimal 1.5 m dari garis bangunan terluar untuk mencegah kelongsoran
terhadap galian tanah pondasi.
c. Patok – patok harus dipancang sedemikian rupa sehingga kedudukannya benar – benar stabil
(tidak goyang). Tanda – tanda sumbu / As (dinding dan pondasi struktur), harus ditentukan secara
teliti dan dibuat dengan jelas.
Jenis kayu yang digunakan untuk keperluan ini adalah jenis kayu kelas II yang lurus dan kering.
d. Ukuran – ukuran patok lainnya, harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang tercantum pada
gambarkerja. Apabila terdapat perbedaan atau keraguan pada gambar, maka Pemborong harus
melaporkannyasecara tertulis kepada Direksi supaya dapat memberikan suatu keputusan.
e. Setelah pekerjaan papan bouwplank selesai. Pemborong wajib memintakan pemeriksaan dan
persetujuan tertulis dari Direksi.

2.7 Pagar Pengaman Proyek


Pekerjaan pemagaran dilakukan pada batas-batas lahan proyek atau lahan yang diijinkan untuk
digunakansebagai area kerja. Pekerjaan pemagaran termasuk diantaranya pembuatan pintu gerbang
selain dimaksudkan tujuan di atas; juga bertujuan untuk aspek keamanan, manajemen lalu-lintas, dan
house keeping proyek. Pagar sementara biasanya didesain dengan bahan seng gelombang dengan
corak dan warna cat berciri khas kontraktor atau menurut keinginan atau persyaratan dalam RKS. Pagar
ini senantiasa dipelihara oleh kontraktor selama proyek berlangsung untuk menjaga image proyek
tersebut, maupun image kontraktor itu sendiri.dipasang melingkari area proyek menutup lokasi
pekerjaan dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin.
Tujuan pemagaran ini adalah:
a. Untuk mencegah pencurian.
b. Pengerusakan terhadap barang dan material yang ada di lokasi proyek.
c. Mempermudah pengawasan dan pengontrolan baik pekerja, tamu maupun material yang keluar
danmasuk dalam lokasi proyek.
d. Memberi batas antara lokasi proyek dengan lingkungan sekitarnya agar proyek ini tidak
menggangguatau terganggu oleh aktivitas lain.

2.8 Pembersihan Dilapangan


Kontraktor wajib melaksanaan pekerjaan pembersihan di sekitar lokasi proyek, dari tanaman, pohon,
sisa-sisa bongkaran serta material lain yang dirasa dapat mengganggu jalannya pekerjaan yang ada di
lokasi dan bilamana perlu dilakukan cut dan fill untuk medan tanah yang tidak rata. Dalam
melaksanakan pekerjaan pembersihan, kontraktor wajib melaporkan terlebih dahulu kepada direksi
proyek tentang bagianyang akan dibersihkan untuk mendapatkan persetujuan.

2.9 Keamanan selama proyek berlangsung


Lokasi pekerjaan akan ditunjukan setelah rapat Aanwijzing dan nantinya lokasi ini tidak akan berubah pada
waktu penyerahan surat Penyerahan Pekerjaan Lapangan.
Untuk pengamanan bahan-bahan pada waktu membangun, bila perlu dari pihak Penyedia Jasa
mengadakanpagar darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan yang mengharuskan.
Pelaksanaan sebelum pekerjaan pembersihan site dimulai Penyedia Jasa terlebih dahulu minta ijin
kepada pihak-pihak terkait saat/waktu yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan.
Pemberitahuan untuk Memulai Pekerjaan
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
terlebihdahulu mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Penangggung Jawab Kegiatan.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Direksi/Penangggung Jawab Kegiatan dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan
bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan
tersebut.

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH, SIRTU DAN PEMBETONAN PONDASI

3.1 PEKERJAAN TANAH


3.1.1 Lingkup Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Tanah, ini meliputi :
• Galian Tanah Pondasi Setempat

3.1.2 Pekerjaan Galian Tanah


• Galian Tanah Pondasi Batu Kali dan Pondasi Setempat
Sebelum pekerjaan ini dimulai, kontraktor terlebih dahulu harus melapor pada pengawas mengenai
areayang akan digali.
a) Galian tanah pondasi harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar baik mengenai
lebar, panjang, dalam, kemiringan dan sebagainya dan benar-benar harus waterpass. Kalau
ternyata akan menimbulkan kesulitan-kesulitan pelaksanaan lalu dilaksanakan menurut
gambar, kontraktor boleh mengajukan usul kepada konsultan pengawas mengenai cara
pelaksanaannya.
b) Kontraktor harus memberitahukan kepada konsultan pengawas sebelum mulai mengerjakan
pekerjaan galian sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan
tanahyang belum terganggu.
c) Galian pada batas-batas kemiringan dan peil yang dicantumkan pada gambar rencana atau atas
petunjuk konsultan pengawas galian tersebut mempunyai ukuran yang cukup agar
penempatan konstruksi atau lantai pondasi dengan dimensi yang sesuai dengan gambar
rencana, tidak boleh dianggap bersifat pasti.
d) Galian atau Pengeboran pondasi Straust Pile dikerjakan sebelum melaksanakan galian pondasi
poerkarena akan mempermudah dan bahkan mempercepat proses pengeboran.
e) Konsultan pengawas dapat menentukan perubahan dimensi peil dari lantai pondasi jika
dipandang perlu, agar pondasi tersebut dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya.
f) Dasar dari semua galian harus rata, bilamana pada dasar galian terdapat akar-akar tanaman
atau bagian-bagian gembur, maka bagian ini harus digali melebihi yang ditetapkan, dan harus
diurug dengan pasir dan dipadatkan setiap 15 cm dengan menggunakan mesin stamper lapis
demi lapis sampai mencapai ketinggian/ukuran yang diperlukan, dan dilakukan test kepadatan
lapangan untukmencapai kepadatan optimum, paling tidak mencapai nilai kepadatan tanah dasar
sama dengan CBR> 4%
g) Kelebihan tanah bekas galian dan hal-hal yang mengganggu kelancaran jalannya pelaksanaan,
harus disingkirkan keluar tempat pekerjaan hingga area tapak bersih.
h) Sesudah galian selesai kontraktor harus memberitahukan kepada konsultan pengawas akan hal
ini, tidak diperkenankan untuk melaksanakan lantai pondasi sebleum konsultan pengawas
setuju dengan ukuran dan kedalaman galian tersebut.

3.1.3 Genangan Air di Dalam Galian


Kontraktor harus menjaga pada waktu pelaksanaan agar lubang galian tidak digenangi air yang
ditimbulkan oleh air hujan ataupun yang keluar dari mata air, apabila lubang galian digenangi air
makakontraktor harus mengeluarkan dengan jalan memompa, ataupun mengalirkan lewat parit-
parit pembuang, kontraktor harus menyiapkan pomp air stanbay di lapangan, karena bilamana
diperlukan sewaktu-waktu sudah siap.

3.1.4 Pekerjaan Urugan Sirtu


1. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,penghamparan dan pemadatan tanah,
sirtu atau bahan bebutir yang disetujui untuk pembuatanurugan, untuk penimbunan kembali
galian dan untuk urugan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi urugan sesuai
dengan garis ,kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
2. Urugan yang dicakup dalam hal ini,yaitu urugan biasa dan urugan pilihan.
3. Urugan pilihan akan digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar (improve sub grade) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar.
4. Pekerjaan ini juga mencakup urugan secara manual atau mekanis, dikerjakan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan ketinggian yang ditujukan dalam gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pengawas
Persyaratan Bahan
Standard dan persyaratan perkerjaan urugan sirtu wajib memenuhi:
• Standar Nasional Indonesia (SNI)
• SNI 03-1742-1989 : Metoda Pengujian kepadatan ringan untuk tanah
• SNI 03-1744- 1989: Metoda Pengujian CBR Laboratorium
1. Sirtu Pilihan yang digunakan adalah Sirtu Pilihan yang itdak mengandung lumpur dan ukuran
butiran kerikil antara 1 cm s/d 4 cm.
2. Material yang digunakan harus memenuhi persyaratan sirtu kelas B.
3. Seluruh material harus bersih dari kotoran organic dan mineral.
4. Kontraktor wajib menjelaskan asal usul bahan sirtu.
5. Ketentuan Kepadatan untuk tanah,Sirtu
• Lapisan Tanah ,Sirtu yang lebih dari 30 cm dibawah elevasi permukaan harus dipadatkan
dalam dalam lapisan - lapisan urugan dengan ketebalan maksimum 30 cm dan tidak
boleh kurang dari 10 cm, kepadatan level terakhir mencapai 60 % dari kepadatan kering
maksimum atau sesuai yang di jelaskan oleh Perencana.
• Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis urugan yang dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukan kepadatan kurang
yang disyaratkan , maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan ini. Pengujian harus
dilakukan pada kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pengawas,
tetapi tidak boleh berselang lebih dari 50 m untuk setiap lebar hamparan.
 Persyaratan Pelaksanaan
Paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dimulai untuk setiap urugan awal yang akan
dilaksanakan, Kontraktor harus :
Menyerahkan Gambar hasil penampang melintang dasar urugan yang menunjukan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan urugan kepada Direksi
Pengawas.
Menyerahkan hasil pengujian kepadatan dasar urugan yang membuktikan bahwa
pemadatan pada permukaan yang telah memenuhi persyaratan.
i) Kontraktor harus menyerahkan hal – hal berikut ini kepada. Direksi Pengawas paling
lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya
sebagai bahan urugan.
Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan,satu contoh harus disimpan
oleh Direksi Pengawas untuk rujukan selama perioda kontrak.
Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk bahan
urugan,bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang
menunjukan sifat sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.
ii) Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum
dan selama pekerjaan pekerjaan penghamparan dan
pemadatan,dan selama pelaksanaan urugan haurs mempunyai lereng melintang yang
cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air
hujan dan juga harus menjamin pekerjaan akhir mempunyai Metoda Kerja drainase yang
baik. Bilamana memungkinkan air yang berasal dari tempatkerja ,harus dibuang kedalam
sistim drainase permanen.
iii) Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar
air urugan selama noprasi penghaparan dan pemadatan.
Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaanya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana
yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
Lapis hamparan urugan yang terlalu kering untuk dipadatkan,dalam hal batas-batas
kadar airnya yang disyratkan, harus diperbaiki dengan menggaruk bahan
tersebut,dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya,dan dicampur seluruhnya
dengan mengunakan Motor Ggreader atau peralatan lian yang disetujui.
Urugan yang telah padat dan memenuhi ketentuan yang disyratkan dalam Spesifikasi ini,
menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan
perkerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
Pengembalian Bentuk Pekerjaan setelah Pengujian. Semua lubang pada pekerjaan akhir
yang timbul akaibat pengujian Kepadatan atau lainya harus secepatnya ditutup kembali
oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan
yang disyaratkan oleh spesifikasi ini.
Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja Urugan tanah tidak boleh ditempatkan dihampar
atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilahsanakan setelah hujan
atau bilamana kadar air bahan diluar rentang yang disyaratkan.
Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 30 cm atau yang disyaratkan
Kontraktor harus menyampaikan metoda kerja yang akan dilakukan.
Pelaksanaan Urugan Badan Jalan harus dikerjakan setengah lebar jalan sehingga setiap
saat jalan tetap terbuka untuk lalu – lintas.
Sebelum penghamparan urugan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan
harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pengawas sesuai dengan
Spesifikasi ini.
Kontraktor harus memasang patok batas dasar urugan 3 hari sebelum pekerjaan dimulai.
Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan
pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainya berada dalam galian yang
mengharuskan kepada mereka berada dipermukaan tanah, kontraktor
harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralata galian cadangan(yang
belum terpakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
1. Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya, dan setiap galian terbuka pada badan
jalan atau bahu jalan harus ditambah dengan rambupada malam hari dengan drunm
dicat putih (atau yang serupa) ketentuan pengaturan dan pengendalian lalu – lintas
selama pelaksanaan kostrukasi harus diterapkan pada seluruh galian dalam daerah
milik jalan.
2. Penghamparan Urugan
Urugan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang setelah dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana urugan terakhir yang dipadatkan
lebih dari 30 cm dan kurang dari 60 cm maka dibagi 2 sama tebalnya.
Tanah /Sirtu urugan diangkut langsung dari luar sumber bahan ke permukaan yang
yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah. Penumpukan tanah dilokasi sumber
ataupun dilokasi urugan untuk persedian tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan kecuali dengan perlindungan sehingga airhujan tidak membasahi
tumpukan Tanah / Sirtu.
Penimbunan dalam suatu lokasi(lot)dan pada satu lapis hanya boleh digunakan
bahan tanah yang berasal dari satu sumber galian dan yang seragam.
Bilamana urugan badan jalan akan dipelebar, pelebaran urugan harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar jalan lama, yang
kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas
sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yangdiperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin,dengan demikian pembangunan
dapat dilanjutkan kesisi jalan lainya bilamana diperlukan.
3. Pemadatan Urugan
Segera setelah penempatan dan penghamparan urugan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pengawas sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
Pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan hanya, bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3% dibawah kadar air oftimum sampai 1% diatas kadar air
optimum.
Setiap lapisan urugan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang dsyaratkan ,
diuji kepadatanya dan harus diterima oleh Direksi Pengawas sebelum lapisan
berikutnya dihampar. d. Urugan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan
bergerak menuju ke arah elevasi tertinggisumbu jalan, sehingga setiap titik akan
menerima energi pemadatan yang sama.
Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas,harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari
10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat kurang lebih
70 kg atau timbris(tamper)manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan
dibawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian Khusus untuk mencegah
timbulnya rongga-rongga , dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
4. Pengendalian Mutu
Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan ditetapkan oleh Direksi Pengawas , tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan
satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap, untuk setiap jenis tanah dari setiap
sumber bahan setelah setelah persetujuan terhadap mutu bahan urugan yang
diusulkan, Direksi Pengawas dapat memintakan pengujian mutu bahan ulang untuk
mencegah terjadinya perubahan sifat bahan.
5. Pengandalian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk mengendalikan setiap
perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Setiap perubahan sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan satu pengujian untuk menentukan bahan urugan
ketentuan, seperti yang disyaratkan. Direksi Pengawas setiap saat dapat
memerintahkan dilakukanya uji ke ekspansif an sesuai SNI 03-6795-2002.
6. Percobaan Pemadatan Lapangan
Kontraktor harus menyampaikan usulan percobaan pemadatan termasuk memilh
Metoda dan peralatan untuk mendapatkan ketebalan dan tingkat kepadatan yang
disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak dapat mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti:
 Mengganti alat pemadat yang lebih sesuai atau lebih berat.
 Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai, sehingga
dapat diterima oleh Direksi Pengawas
 Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat digunakan Kontraktor sebagai
bahan untuk menetapkan pola lintasan pemadatan, jumlah lintasan, jenis -
jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.
7. Ketentuan Kepadatan untuk tanah,Sirtu Lapisan Tanah ,Sirtu yang lebih dari 30 cm
dibawah elevasi permukaan harus dipadatkan dalam dalam lapisan - lapisan urugan
dengan ketebalan maksimum 30 cm dan tidak boleh kurang dari 10 cm, kepadatan
level terakhir mencapai 60 % dari kepadatan kering maksimum atau sesuai yang di
jelaskan oleh Perencana.
8. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis urugan yang dipadatkan
sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukan
kepadatan kurang yang disyaratkan , maka Kontraktor harus memperbaiki
pekerjaan ini. Pengujian harus dilakukan pada setiap luas 500m2 atau 1000 m2 luas
lokasi yang ditimbun (tergantung luas dan petunjuk Perencana) pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi Pengawas.
9. Toleransi Dimensi
Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (sub grade), toleransi elevasi permukaan
tidak boleh lebih dari 20 mm dan toleransi kerataan maksimum 10 mm yang diukur
dengan mistar panjang 3 m arah memanjang dan melintang.
10. Seluruh permukaan akhir urugan yang terekpos harus cukup rata dan harus
memiliki memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.
11. Permukaan akhir lereng urugan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis
profil yang ditentukan.

3.1.5 Pekerjaan Timbunan Tanah


1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan Kontraktor Pelaksana harus memastikan lokasi
disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-bungkah, bukan
tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran bangunan lama, dan bukan pasir laut.
3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
4. Untuk penimbunan dalam bangunan tidak boleh dilakukan dengan alat berat.
5. Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stemper, Mini Tendem Roller atau alat lain yang
disetujui oleh Konsultan supervisi lapis berlapis dengan ketebalan tiap lapis minimal 30 cm.
6. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95% dari standar proctor
laboratorium pada kadar air optimum dengan pemeriksaan kepadatan standar.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi

3.1.6 Pekerjaan Urugan Pasir Bawah Pondasi


a) Yang dimaksud dengan pekerjaan urugan pasir padat adalah pekerjaan urugan pasir diatas
dasar galian tanah pondasi dan dibawah lapisan lantai kerja, lapisan bawah lantai, dan seluruh
detail yangditunjukkan dalam gambar.
b) Pasir yang digunakan harus bersih, bebas dari segala kotoran dan gumpalan-gumpalan tanah
liat, lumpur dan bahan-bahan organis lainnya.
c) Pemadatan lapisan pasir urug dilakukan lapis demi lapis maksimum 10 cm, hingga mencapai
tebalyang ditentukan, setiap lapisan pasir harus rata dan disirami dengan air secekupnya hingga
diperolehkepadatan maksimum.

3.1.7 Pekerjaan Lantai Kerja


Pekerjaan lantai kerja ini bertujuan agar tidak terjadi pengeroposan pada tanah asli pondasi juga
dapat mengurangi kebutuhan dan ketebalan item pekerjaan diatasnya. Komposisi Campuran
Pekerjaan Lantai kerja antara lain :
• Semen
• Pasir
• Air
Dengan perbandingan 1 : 3 agar menghasilkan mutu beton baik sehingga dapat menahan beban
diatasnya dengan cara mengurangi ketebalannya.

3.2 PEKERJAAN PONDASI


3.2.1 Lingkup Pekerjaan Pondasi
• Pondasi Beton Pondasi Tapak dengan Mutu Beton K - 175
• Sloof Beton dengan Mutu Beton K – 175
Umum
Didalam teknik pondasi terdapat bermacam –macam cara untuk menghitung besarnya kapasitas daya
dukungtanah pondasi yang dapat disebut pioner dan palin terkenal dikemukakan oleh Terzaghi (1943),
kemudian disusul oleh peneliti lainnya. Beban yang ada didalam tanah mengakibatkan pembagian Zone
Tegangan dalam :
• Zone I ( Zone yang langsung didalam bawah pondasi )
• Sepasang Zone II (Zone dari geser radial, karena dari zone ini terdapat gaya –gaya geser radial)
• Sepasang Zone III (Zone dari gaya geser lincar)
Akibat Beban ini maka pondasi cenderung akan berbentuk segitiga ABC kebawah dengan pergerakan
lateraldari zone I dan zone II. Pergerakan lateral ini akan oleh gaya- gaya yang bekerja pada ab dan ac.
Penentuan Jenis dan Dimensi Pondasi
Tentukan jenis dan dimensi pondasi tiang, baik tiang pancang atau tiang bor atau pondasi khusus
berdasarkanpertimbangan beberapa faktor :
• Daya dukung tanah baik aksial dan lateral
• Kapasitas penampang struktur tiang terhadap tekan, tarik dan lentur
• Ketersediaan peralatan
• Pengalaman konstruksi di lokasi proyek
• Pertimbangan lingkungan (suara, getaran, jalan akses dan lain-lain)
• Ekonomi (biaya)

3.2.2 Pekerjaan Rolag bata


a) Pekerjaan Rollag adalah pekerjaan pasangan batu bata dengan 1 bata menggunakan campuran
composit pc, pasir dan air Untuk pekerjaan ini, kontraktor harus memperhatikan secara detail
sesuai aturan, ikatan-ikatan dan hubungan batu bata dengan material lain dan pelaksanaan
pekerjaan harus dengan gambar kerja.
b) Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih sampai jenuh. Pada saat
pemasangan tidak boleh ada air dipermukaan batu bata.
c) Spesi atau campuran perekat :
d) Campuran untuk pemasangan batu bata menggunakan perbandingan 1PC : 4 PS, yang dipakai
untuk Pemasangan pondasi batu bata.
e) Untuk seluruh pemasangan batu bata campuran 1 ; 4 persyaratan terdapat dalam gambar
kerja.
f) Pemasangan harus benar-benar diperhatikan, ketebalan spesi kira-kira 1 cm s/d 1,5 cm seluruh
kotak horisontal maupun vertikal harus sempurna dan terisi sepenuhnya.
g) Pemasangan batu bata harus rapi, sama ketebalannya, lurus dan tegak.
h) Perencanaan pengikat harus benar-benar diperhatikan selama pelaksanaan seluruh pekerjaan.
i) Untuk pelaksanaan / pemasangan rollag :
1) Masing-masing untuk menghubungkan pasangan dinding 1 batu.
2) Pemasangan dengan batu ½ batu untuk bagian dalam dan bagian luar bangunan.
3) Ukuran kolom praktis beton bertulang harus sesuai dengan gambar kerja.
j) Biaya-biaya untuk perbaikan dan lain-lain harus ditanggung kontraktor dan tidak boleh dituntut
sebagai pekerjaan tambahan.

3.2.3 Pekerjaan Persiapan Pondasi Plat Setempat meliputi :


• Pembersihan lahan daerah pembangunan, dengan penebangan semak – semak / alang – alang,
rumput, tanah humus (top soil) 15 – 20 cm berikut pembuangannya. Menebang pohon jika ada,
termasuk mencabut akarnya serta membuang ketempat sesuai petunjuk Direksi.
• Penggalian / cut dan pengurugan tapak, termasuk mendatangkan tanah dari luar site atau
membuang tanah keluar site.
• Penggunaan besi beton tulangan dengan Ø d 13 ukuran dan jarak sesuai dengan gambar.
• Beton K. 175 dengan bekisting.
PASAL 4
PEKERJAAN PEMBETONAN

4.1 PEKERJAAN PEMBETONAN


4.1.1 Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan beton struktur dengan Mutu Beton K – 250. Pada Tahap
Lanjutanini adalah meliputi dan tidak terbatas dari seluruh daerah yang ditunjukkan dalam
gambar perencanaan, diantaranya sebagai berikut
1. Kolom-kolom pada lantai 1, 2 dan 3.
2. Balok pada lantai 1 dan 2
3. Plat Lantai pada lantai 1 dan 2
4. Ring Balk pada lantai 3
5. dan pekerjaan beton lainnya sesuai gambar.

• Umum
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
1. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan,
bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan
itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukannya.
2. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan
ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan ACI.
3. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar- gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar.
Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-
gambar struktur konstruksibeton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua
macam gambar itu, maka ukuranyang harus berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan perencana atau Direksi Lapangan guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya
disetujui oleh perencana.
4. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan pelaksanaan
maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat
lainnya yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini Direksi Lapangan harus segera
diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi dilakukan.
5. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang berlangsung
dicordi tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-batang dowel ditanamkan di
dalam betonseperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi
Lapangan dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk dinding blok beton.
6. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain
campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari
bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump, yang
akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan akan
menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor berkewajiban mengadakan
dan membiayai TestLaboratorium.
7. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
8. - penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata dengan
kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat beton struktural seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.

Referensi dan Standar-Standar


Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau
diperinci,harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate
Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2
ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2
e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building
i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1 ACI 212.2R-71,
Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete
by the Pressure Method
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
m. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens
in the Field
o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
p ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds
for Curing Concrete
q ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
. Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural
Construction
r ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
. Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
s SII Standard Industri Indonesia
t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
u ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement.
v ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
. Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.

• Bahan Bangunan Secara Umum


a) Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan peraturan
umum bahan bangunan Indonesia (NI-3), British Standard yang relevan atau setara.
b) Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh dari semua bahan-bahan yang akan dipakai
untuk pekerjaan beton, untuk memperoleh persetujuan dari konsultan pengawas dan tidak
boleh memesan bahan-bahan tersebut dalam jumlah besar sebelum diberikan persetujuan
untuk pemakaian tiap bahan.
c) Konsultan pengawas akan menahan contoh-contoh bahan yang sudah disetujui sebagai
patokan, pengiriman-pengiriman bahan selanjutnya akan dicek kesesuaiannya dengan contoh
tersebut.
d) Kontraktor tidak boleh melakukan penyimpangan yang berati terhadap contoh yang sudah
disetujui tanpa persetujuan dari konsultan pengawas.
e) Semua bahan yang ditolak oleh konsultan pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan
atasbiaya kontraktor.

• Semen
a) Semua harus berupa cement portland (PC) biasa yang sesuai dengan standard NI-8
sebagaimana dinyatakan dalam PBI atau British Standard No. 12 : 1958 untuk kelas I-Z475.
b) Semua semen harus berasal dari pabrik yang sudah disetujui oleh konsultan pengawas dan
harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup atau dalam tempat lain dari pabrikan
yang sudahdisetujui.
c) Bilamana dikehendaki oleh konsultan pengawas, kontraktor harus memberikan pada
konsultan pengawas, satu foto copy untuk tiap pengiriman semen, dimana tertera nama
pabrik, jenis dan jumlah semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrik
yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa serta dalam segala hal
sesuai dengan standard.
d) Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan standard bila dianggap perlu
olehkonsultan pengawas.
e) Konsultan pengawas berhak untuk menolak semen yang terbukti tidak memuaskan, sekalipun
sudah terdapat sertifikat dari pabrikan.
f) Kontraktor harus menyediakan semua contoh pengujian dan memberikan bantuan yang
mungkin diperlukan oleh konsultan pengawas untuk melakukan pengujian.
g) Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air serta
dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian. Semen yang membatu atau menggumpal
atau yang rusakkantongnya akan ditolak.
h) Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya kontraktor.
i) Kontraktor harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam jumlah yang
cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan memberikan waktu yang
cukup untuk pelaksanaan pengujian.
j) Kontraktor harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat yang sesuai untuk
menyimpan dan menangani semen. Gudang-gudang tersebut harus benar-benar kering,
berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
k) Lantai gudang minimum 30 cm, di atas permukaan tanah atau di atas air yang mungkin
tergenangdi lantai. Ketika di angkut ke lapangan dengan lori/gerobag, semen harus ditutup
dengan terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus air.
l) Semen harus sesegera mungkin digunakan setelah dikirim dan tiap semen yang menurut
pendapatkonsultan pengawas sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari
udara atau dari manapun harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya kontraktor.
m) Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah. Semen-semen
harus disimpan menurut tanggal pengiriman sehingga yang dikirim terlebih dahulu dapat
dipakai lebih dahulu.

• Agregat Kasar
a) Agregat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1971, bagian 2 point 3.4 atau B.S No.852
1965.
b) Agregat kasar (kerikil atau batu pecah/split) adalah agregat yang tertahan pada saringan 5 mm
danagregat halus (pasir) adalah agregat yang lolos pada saringan 5 mm.
c) Pemakaian agregat “All in” (semua gradasi) tidak diperbolehkan.
d) Sebelum pembetonan dimulai, sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agregat harus
diserahkan kepada konsultan pengawas untuk disetujui.
e) Dari tiap jumlah tersebut kontraktor harus mengambil dua contoh yang representatif dan
mengadakan analisa gradasi serta pengujian lain sebagaimana diperintahkan oleh konsultan
pengawas.
f) Semuanya harus sesuai dengan PBI 1971 atau British Standard No. 812 : 1967.
g) Bila agregat yang disetujui oleh konsultan pengawas sudah terpilih, kontraktor harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang
disetujui untuk menjaga agar mutu dan gradasi dapat dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
h) Pengujian lebih lanjut menentukan variasi kemurnian atau gradasi bahan harus dilakukan
sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 20 m3 yang dipasok.
i) Agregat kasar dan halus harus ditangani dan disimpan secara terpisah dan sedemikian
sehingga tidak terjadi segregasi dari partikel yang berbeda ukuran.
j) Tumpukan persediaan harus diletakkan pada suatu tumpukan dari beton lemah, kayu atau
bahan lain yang kekuatannya disetujui dan agregat harus dijaga tetap bersih dan bebas dari
benda asing.
k) Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber pemasokan atau di
lapang untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta gradasinya sudah disetujui guna
menjaga keseimbangan kerja.

• Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan
syarat-syarat pengawasan mutu agregat halus harus memenuhi satu, beberapa atau semua ayat
berikut ini.
a) Agregat halus harus memenuhi standard yang ditetapkan pada peraturan beton Indonesia (NI-
2) 1971 bagian 2, point 3.3. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.
Butir- butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
b) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat halus harus dicuci.
c) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Agregat
halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan
adukan agregat tersebut pada usia 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih
dengan air, pada umur yang sama.
d) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan dlam pasal 3.3 ayat (5) NI-2 : 1971, harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
 Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berta;
 Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;
 Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
e) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan
petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

• Air
a) Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan atau baja
tulangan.
b) Dalam hal ini dapat dipakai air bersih yang dapat diminum.
c) Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirim contoh air tesebut
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air
itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan.
d) Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (c) tidak dapat dilakukan, maka
dalamhal adanya keragu-raguan mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara
kekuatan tekan mortel sement + pasir dengan memakai air itu dan dengan memakai air suling.
e) Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan tekanan mortel dengan memakai air itu
padaumur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel dengan memakai
air suling pada umur yang sama.

• Additif / Bahan Pembantu


a) Untuk tujuan memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan tambahan
pembantu. Jenis dan jumlah bahan pembantu yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh
konsultan pengawas.
b) Manfaat dari bahan-bahan pembantu harus dapat dibuktikan dengan hasil-hasil percobaan.
c) Selama bahan-bahan pembantu ini dipakai, harus diadakan pengawasan yang cermat terhadap
pemakaiannya, jangan sampai tujuan untuk meningkatkan mutu beton, malah sebaliknya
dengan bahan tambahan tersebut akan rusak.
d) Meskipun pihak konsultan pengawas sudah memberikan izin untuk penambahan additif ini,
kontraktor tetap bertanggung jawab, andai kata pada pencampuran bahan ini menyebabkan
mutu beton menjadi rusak.

• Baja Tulangan dan Kawat Pengikat


a) Baja tulangan yang dipakai harus yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik terkenal dan mutunya
harusdapat dibuktikan dengan data otentik.
b) Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm, yang telah
dipijarkan lebih dahulu dan tidak bersepuh seng. Baja yang dipergunakan adalah mutu U.24
dengan catatan pemakaian di bawah diameter 12 mm, sedangkan mutu baja U.39
dipergunakan diatas diameter 13 mm.
c) Baja tulangan harus bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat, dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas dan sebagainya). Serta mempunyai penampang yang sama.
d) Baja tulangan yang tidak memenuhi persyaratan karena kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi
dari peraturan lain harus segera dikeluarkan dari tapak setelah menerima instruksi dari
konsultan pengawas dalam waktu 1 x 24 jam.

• Adukan Percobaan
a. Kontraktor harus menyerahkan jauh sebelum pengujian dilaksanakan, data-data berikut ini
untuk rencana adukan tiap kelas beton :
1. Usulan distribusi ukuran butiran pasir
2. Usulan distribusi ukuran butiran agregat
3. Asal pasir dan agregat
4. Pengolahan adukan (Crushing Plant)
5. Kandungan semen
6. Perbandingan air dan semen
7. Usulan slump
8. Bahan-bahan additif (Admixture) bila diperlukan
b. Dari adukan yang diusulkan harus diambil kubus uji sebagai berikut :
• Untuk tiap kelas beton harus dibuat 6 kubus
c. Tiga kubus harus diuji pada umur 7 hari dan tiga lagi pada umur 28 hari.
d. Pada tiap umur pengujian kekuatan kubus tidak boleh ada yang lebih rendah dari 1 1/3 kali
kekuatan kerja kubus uji yang disyaratkan. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus
menyerahkan kepada konsultan pengawas untuk disetujui, detail lengkap mengenai pengujian
ini bersama dengan analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran (Mix Design).
Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bagian manapun sebelum rencana
campurannya disetujui olehkonsultan pengawas.
e. Konsultan pengawas berwenang untuk meminta agar kontraktor menyerahkan hasil
pengujian, pada tenggang waktu tertentu, dari beton yang dicor dalam pekerjaan.
f. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biayanya untuk maksud tersebut di atas.
g. Kontraktor harus menyerahkan pada konsultan pengawas detail lengkap mengenai pengujian
ini bersama dengan analisa gradasi dan perhitungan rencana campuran.
h. Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran di bagian manapun sebelum konsultan
pengawas menyetujui rencana campuran.

• Mutu Beton
a) Untuk mencapai kelas beton yang diinginkan , kontraktor harus membuat campuran beton
yang direncanakan (Mixe Design) yang diartikan dengan campuran beton yang direncanakan
adalah campuran yang dapat dibuktikan dengan data otentik dari laboratorium atau
berdasarkan pengalaman-pengalaman pelaksanaan beton di waktu yang lalu atau dengan data
dari percobaan- percobaan pendahuluan, bahwa kekuatan karakteristik yang diisyaratkan
dapat tercapai.
b) Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah semen minimum
dan nilai faktor air semen maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan keadaan
sekelilingnya.
c) Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian Slump. Adukan beton untuk keperluan
pengujian slump ini harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan ember
atau alat lain yang tidak menyerap air. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang
terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai-nilai slump yang terletak
dalam batas-batas yang ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
No Item Pekerjaan Slump (Cm)
Maks. Min.
1. Dinding, plat pondasi dan pondasi 12,5 5,00
telapak bertulang
2. Pondasi telapak tidak bertulang, kaison 9,00 2,50
dan konstruksi di bawah tanah
3. Pelat, balok, kolom dan dinding 15,00 7,50
4. Pengerasan jalan 7,50 5,00
5. Pembetonan masal 7,50 2,50

Atau ditentukan lain berdasarkan dari hasil penelitian laboratorium


d) Sebagai contoh campuran dapat dipergunakan perbandingan campuran berdasarkan
pengalaman dan telah diuji di laboratorium. Namun demikian campuran ini hanyalah sebagai
acuan semata, nanti dalam pelaksanaannya campuran harus tetap menjalani
pemeriksaan/pengetesan di laboratorium yang ditunjuk oleh konsultan pengawas.

Jenis Test K - 175


 Kekuatan kubus karakteristik 175 kg/cm2
(150x150x150 mm) kg/cm2
28 hari yang ditentukan
 Kandungan semen minimum 340 kg/m3
Ukuran agregat kasar
10 –20 mm 455 kg/m3
21 – 30 mm 683 kg/m3
Ukuran agregat halus 668 kg/m3
Air bersih 200 lt/m3
e) Perbandingan campuran yang diberikan diatas telah diperkirakan guna mencapai kekuatan
yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah percobaan dengan ketentuan bahwa material
yang dipakai bermutu baik dan pengawasan dilakukan dengan teliti.
f) Beton hendaknya dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang disyaratkan untuk kelas
tertentulebih menentukan daripada perbandingan campuran yang diperlihatkan.
g) Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak terpenuhi, konsultan pengawas berwenang untuk
memperbaiki perbandingan campuran atas biaya kontraktor untuk mencapai kekuatan yang
direncanakan.
• Pengujian Bahan Beton
a) Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI bagian 4.7 atau British Standard No.
1881:1984 dan dapat juga mencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak
memenuhi persyaratan percobaan slump, adukan yang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan
harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor.
b) Jika pengujian tekan (komresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana
diuraikandalam PBI 1971.
c) Percobaan kubus dilaksanakan menurut instruksi dari konsultan pengawas, tetapi sekurang-
kurangnya 1 kubus untuk 10 m3 dan minimum 6 kubus tiap hari.
d) Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang
sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 hari menurut keputusan konsultan pengawas.
Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor.

• Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan


Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam, yang
memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini, kontraktor harus
menyediakan dengan biaya sendiri, serta mempergunakan alat penimbang yang akurat, sistem
volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mencor
beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana diuraikan
disini atau menurutpetunjuk dari konsultan pengawas. Semen dan semua agregat harus diukur dan
ditetapkan proporsinyamenurut berat. Penggunaan semen untuk adukan yang memakai kantong
semen tidak utuh tidak diperbolehkan.

• Penolakan Beton
a) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standard yang
ditetapkan, maka konsultan pengawas berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton
darimana kubus-kubus tersebut diambil.
b) Konsultan pengawas juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau yang
permukaan akhir tidak baik. Dalam hal ini kontraktor harus menyingkirkan beton yang ditolak
tersebut dan menggantinya menurut instruksi dari konsultan pengawas sehingga hasilnya
menurutpenilaian konsultan pengawas sudah memuaskan.

• Pengukuran Bahan-Bahan Beton


a) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air yang oleh diukur
menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur secara terpisah dengan alat penimbang
yang disetujui, yang memenuhi ketepatan + 1%.
b) Pengukuran berdasarkan volume dapat diizinkan asal disetujui oleh konsultan pengawas.
c) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang ditambah serta
metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh konsultan pengawas jauh sebelum
beton dicor.
• Pengadukan Beton
a) Beton harus diaduk di tempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Pengadukan
harus memakai mixer yang digerakkan dengan daya yang kontinyu serta mempunyai
kapasitasmminimum 350 lt. Jenisnya harus disetujui oleh konsultan pengawas dan dijalankan
dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrik. Pengaturan, pengangkutan,
pengukuran dan pengadukan bahan beton harus mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas dan bila mungkin, harus diatur sedemikian rupa sehingga seluruh operasi dapat
dilihat dari satu titik dan diawasi sertadicek oleh seorang pengawas.
b) Pengadukan beton dengan tangan tidak diizinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh konsultan
pengawas untuk mutu beton kelas III.
c) Pengadukan harus sedemikian rupa, sehingga bahan beton tersebar merata ke seluruh massa,
tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa
adanya airyang berlebihan.

• Pengangkutan dan Pengecoran BetonPengangkutan Beton


a) Pengangkutan beton yang telah diaduk dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang dapat mencegah agregasi dan kehilangan bahan-bahan (semen,
air atau agregat halus). Pengangkutan harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu
pengikatanyang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor.
b) Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran dengan
perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh konsultan
pengawas. Dalam hal ini konsultan pengawas memeprtimbangkan persetujuan penggunaan
talang miring ini setelah mempelajari usul-usul dari kontraktor mengenai konstruksi,
kemiringan serta panjang talang tersebut.
c) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu satu jam setelah pengadukan
denganair dimulai.
d) Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang,
makajangka waktu tersebut bisa diperpanjang sampai 2 jam lagi, dengan syarat harus dipakai
bahan- bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu dan penggunaannya
harus ada izin tertulis dari konsultan pengawas.
e) Pengangkutan beton harus dilindungi terhadap cuaca buruk seperti suhu yang panas, hujan ataupun
angin kencang yang dapat mempengaruhi secara cepat air dalam campuran beton.
• Pengecoran Beton
Pengecoran beton di bagian manapun tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah. Acuan
dan pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan dan
disetujui oleh konsultan pengawas. Kontraktor harus memberikan usulan rencana kerja
pengecoran yang meliputi kapasitas produksi dan volume pekerjaan sebelum pengecoran
dilakukan.

• Persiapan Pengecoran
a) Semua peralatan, material dan tenaga sudah harus siap sebelum pengecoran dimulai.
b) Permukaan sebelah dalam dari acuan dimana akan dilaksanakan pekerjaan pengecoran harus
dibersihkan terlebih dahulu dari bahan-bahan lepas dari kotoran-kotoran dan sebagainya.
c) Acuan yang terbuat dari kayu ataupun bahan-bahan lain yang dikhawatirkan akan dapat
mengurangi air. Semen harus terlebih dulu dibasahi dengan air sehingga jenuh sebelum
dilaksanakan pengecoran.
d) Tulang-tulangan, angker-angker dan lain-lain harus sudah seluruhnya mendapat izin dari
konsultan pengawas mengenai penempatannya dan telah cukup diberi beton decking sesuai
dengan gambar rencana sehingga pengecoran dan pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulang-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
e) Dalam hal-hal dipakainya bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan
acuan setelah beton mengeras, telah betul-betul diperiksa sehingga tidak mengganggu
pelekatan antara besi dan beton.
f) Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton yang akan dicor harus
terlebih dahulu dikasarkan dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah
disiram dengan air sehingga jenuh.
g) Sesaat sebelum pengecoran beton baru dilaksanakan, bidang-bidang kontak beton lama
tersebut harus telah disapu dengan spesi mortel dengan campuran yang sesuai dengan
betonnya.

• Pelaksanaan Pengecoran
a) Pengecoran beton hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali kalau memang diperkenankan
untuk atau diperbolehkan atau diharuskan dilaksanakan juga pada malam hari. Bila
dilaksanakan pengecoran pada malam hari perlengkapan pengecoran dan lain-lain yang
diperlukan harusdisiapkan sehingga pekerjaan itu nantinya nenghasilkan mutu yang sebaik-
baiknya.
b) Pengecoran sebaiknya dilaksanakan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum terjadi
prosespengikatan.
c) Penundaan pengecoran masih diizinkan dalam batas-batas mana beton masih dapat
dikerjakan dengan baik tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus
diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-
bahan pembantu dengan maksud untuk memperlambat proses pengerasan.
d) Pelaksanaan pengecoran beton hendaknya dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
proses pemisah bahan (segregasi) dengan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor
tersebut.
e) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dengan ketinggian lebih dari 1,5 m, tetapi jika bagian
pekerjaan tertentu memerlukan agar beton dijatuhkan dari tempat tinggi, maka alat-alat dan
metode yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas dan juga
tidak boleh menimbun beton dalam jumlah besar di suatu tempat dengan maksud untuk
kemudian meratakannya sepanjang acuan.
f) Lubang-lubang drainage dan sebagainya yang harus dibuat seperti apa yang ditunjukan dalam
gambar ataupun atas perintah konsultan pengawas harus dibuat dari bambu atau batang
pisang dengan diameter 5-7 cm harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengecoran.
g) Pada beton-beton dengan mutu lebih besar dari K-250 atau beton-beton dengan persyaratan
kekuatan yang tinggi, pengecoran harus dilakukan secepatnya sesudah selesainya
pengadukan.
h) Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara berlapis-lapis horizontal dengan tabal yang
pada umumnya diambil 30 cm keseluruh panjangnya sampai dengan pengakhiran yang
disokong oleh acuan yang kokoh atau konstruksi khusus (Contruction Joints) seperti yang
diperlihatkan pada gambar rencana.
i) Beton, acuan dan atau tulang-tulangan yang menonjol keluar harus dicegah dari kemungkinan
terkena sentuhan atau getaran yang dapat membahayakan daya lekatnya dengan beton.
Pengecoran bisa dilaksanakan dengan cara lain misalnya dilaksanakan dari suatu ujung menuju
ujung yang lain untuk setebal bagian dari balok itu jika konsultan pengawas menentukan
begitu.
j) Yang perlu diperhatikan lagi adalah bahwasannya pelaksanaan pengecoran tidak boleh
dilakukanjika pada tempat pengecoran melebihi 380 Celcius atau dibawah hujan lebat tanpa
adanya usaha-usaha untuk melindunginya.
k) Jika suhunya tinggi maka kontraktor harus memperhitungkan kehilangan air pada adukan
beton akibat penguapan pada saat transport ataupun pada saat pengecoran.
l) Jika suhu ditempat pengecoran lebih besar dari 380 Celcius maka dapat dipakai cara-cara
sebagaiberikut :
• Semua persediaan agregat, air tangki penimbunannya dan juga mesin pengaduk harus
dilindungi dari sinar matahari.
• Agregat didinginkan secara kontinyu dengan air jika mungkin.
• Air yang digunakan dapat didinginkan dengan menambah air pada tangki penimbun jika
diperlukan.
• Atau cara-cara lain dibawah pengawasan seorang ahli.
• Kontraktor harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi
pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk diperiksa
oleh konsultan pengawas setiap saat.

• Pemadatan BetonUmum
Selama proses pengecoran berlangsung maka beton harus dipadatkan dengan alat mekanis
(Internal atau External Vibrators) kecuali jika konsultan pengawas mengizinkan pemadatan
dengan menggunakan tenaga manusia. Jika oleh konsultan pengawas diperkenankan cara
pemadatan dengantenaga manusia maka dapat dilakukan dengan cara memukul-mukul acuan
dari sebelah luar, dan mencocok atau menusuk-nusuk adukan beton secara kontinu dengan
menggunakan besi beton dia 16mm. Ketelitian dalam hal ini sangat perlu diperhatikan agar terisi
sela-sela diantara dan sekeliling tulangan terpenuhi tanpa menggeser kedudukan tulangan dan
sebagainya. Membuat agar permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembung-
gelembung udara serta mengisi semua rongga. Juga harus diperhatikan agar
penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang dapat mengakibatkan pemisahan
bahan-bahan (segregasi). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak
pengalaman dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk konsultan
pengawas.

External Vibrator
Alat mekanis yang digunakan harus mampu memberikan getaran paling tidak 8.000 getaran tiap menit
dari berat efektif sebesar 0,25 kg. External vibrator harus diletakkan sedemikian rupa pada acuan
sehingga akan menghasilkan getaran-getaran.
Bila lebih dari satu alat yang digunakan, jaraknya harus diatur sehingga tidak menyebabkan
perendaman getaran alat getar lainnya. Pada beton precast, dapat dibuat suatu meja getar dari
konstruksi yang disetujui oleh konsultan pengawas dan dipakai alat penggetar yang dapat
memberikan paling tidak 8.000 getaran per menit. Untuk lantai beton atau pelat-pelat beton
pemakaian external vibrator yang dilekatkan pada acuan digunakan seizin konsultan pengawas.

Internal Vibrator
Internal digunakan dengan memasukkan alat-alat pulsator atau penggetar mekanis kedalam
adukan beton yang bari dicor. Alat tersebut paling tidak memberikan 8.000 getaran tiap menit
bila dimasukkan kedalam adukan beton yang mempunyai nilai 2,5 cm yang akan memberikan
daerah yangkelihatan bergetar pada radius yang tidak kurang dari 45 cm. Alat itu harus dimasukkan
dalam adukanbeton searah dengan memanjangnya sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu
secara tingginya telah dipadatkan. Kemudian ditarik keluar secara perlahan-lahan dimasukkan lagi
pada posisi selanjutnya. Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama 30 detik dan
ditempatkan padaposisi-posisi yang tidak lebih jauh dari 45 cm. Alat ini tidak diperbolehkan guna
mendorong beton ke samping. Jarum vibrator tidak boleh mengenai beton yang sudah mulai
mengeras ataupun baja tulangan sehingga menyebabkan merambatnya getaran-getaran
kebagian lainnya sudah mulai mengeras.

Jumlah Vibrator
Jumlah minimum banyaknya internal vibrator untuk memadatkan beton akan diberikan pada
tabel dibawah ini :

JUMLAH MINIMUM INTERNAL VIBRATOR

Kecepatan Mengecor Jumlah Alat

4 m3 beton/jam 2 Unt
8 m3 beton/jam 3 Unt
12 m3 beton/jam 4 Unt
16 m3 beton/jam 5 Unt
20 m3 beton/jam 6 Unt

Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya agar apabila terjadi kerusakan
alat,pekerjaan tidak tertunda.
Bila digunakan alat lain, maka cara dan jumlahnya akan ditentukan oleh konsultan pengawas.

• Perlindungan dan Pengeringan Beton


a) Semua permukaan yang terbuka harus dilindungi dari matahari dan semua beton harus dijaga
agar tetap lembab dengan cara dibasahi selama tujuh hari sekurang-kurangnya setelah
pengecoran
b) Perlindungan diberikan dengan cara menutupi dengan pasir basah sekurang-kurangnya
setebal 50mm atau dengan kantong-kantong goni basah. Permukaan-permukaan yang baru
saja dicor harus dilindungi dari hujan maupun dari pengaruh-pengaruh lain yang dapat
merusak permukaan yang lunak sebelum terjadi pengerasan.
Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban yang
intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang timbul akibat pembebanan
yangterlalu dini atau pembebanan berlebih harus diperbaiki oleh kontraktor atas biaya sendiri
hingga memuaskan konsultan pengawas.

• Pengerjaan Permukaan Beton Dengan Sendok Semen (Trowelling)


Bilamana dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat, permukaan
yang dihasilkan harus datar dengan hasil akhir yang rata tetapi bertekstur kasar. Sebelum
pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok dimana perlu
untuk menutup retakan-retakan dan mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada
permukaan beton baru yang terbuka.
• Siar-Siar Konstruksi
a) Semua siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar
tersebut harus berakhir pada cetakan/acuan yang kokoh yang ditunjang dengan baik, jika perlu
dicor gunamelewati penulangan. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah
dicor mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
b) Jika diperlukan siar konstruksi di tempat yang lain dari pada yang telah disetujui, karena terjadi
kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga, harus disediakan penopang tegak lurus pada
garistegangan-tegangan utama, tetapi jika lokasinya dekat tumpuan suatu pelat atau balok
atau tempatlain yang dianggap tidak menguntungkan oleh konsultan pengawas, maka beton
yang sudah dicorharus dipecah kembali dan disingkirkan sehingga dicapai suatu lokasi yang
cocok untuk siar konstruksi sebagaimana disetujui konsultan pengawas.
c) Pelaksanaan pengecoran tidak boleh terputus harus dilaksanakan terus menerus dari satu siar
ke siar berikutnya, usahakan dalam pengecoran dibuat jadwal penggantian pekerja (sip kerja).
d) Siar-siar konstruksi pada permukaan-permukaan yang terbuka harus sungguh-sungguh
horizontalatau vertikal dan jika diperlukan dipasang bending di dalam dinding cetakan/acuan
pada permukaan yang terbuka untuk menjamin penampilan siar yang memuaskan.
e) Sebelum menempatkan beton baru pada beton yang sudah mengeras, permukaan siar beton
yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari benda-benda asing atau serpihan-
serpihan.
f) Jika beton berumur kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan penyikat
seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah keras, permukaan tersebut
harusdilukai secara ringan atau diembus dengan pasir (sand blasted) untuk memperlihatkan
agregat.
g) Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh konsultan pengawas,
cetakan/acuan kana diperiksa dan dikencangkan.
h) Sebelum perleyakan beton baru, permukaan tersebut harus disiram dengan air. Setelah
kelebihan air dibuang, lapisan adukan semen setebal 12 mm dengan campuran dan konsistensi
yang sama dengan campuran beton induk diletakkan di atas permukaan yang sudah bersih
tersebut sesaat sebelum pengecoran berikutnya.

• Penyusutan Beton
a) Siar-siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi.
b) Jenis seal, bila ada, harus diserahkan untuk disetujui oleh tenaga ahli/konsultan pengawas.

Delatasi
Delatasi harus dibuat sesuai dengan gambar perencanaan, untuk pengisian celah delatasi bagian
bawah dengan menggunakan sterofoam dengan ketebalan 7,5 cm, sedangkan untuk bagian celah
atas dipasang pipa PVC diameter 3”, dipasang sepanjang delatasi.
Teknik pelaksanaan pemasangan delatasi adalah pada waktu pemasangan papan cetakan pada sisi
yang belum dicor, papan cetakan harus dipaku dengan paku beton 10 cm jarak 50 cm, nanti setelah
pengecoranselesai dan papan cetakan dibuka, maka paku 10 cm harus dibiarkan menancap pada
permukaan beton delatasi, yang nantinya paku digunakan untuk menahan sterofoam sewaktu
dipasang.
Setelah pemasangan sterofoam selesai maka dipasang diatasnya pipa PVC dia 3” dan untuk
selanjutnya celah yang kosong diisi dengan cairan aspal panas.
Cetakan & Stoot werk
a) Semua acuan/stoot werk harus dirancang dan dibuat hingga dinilai memuaskan oleh konsultan
pengawas. Kontraktor harus menyerahkan rancangannya untuk disetujui, dalam jangka waktu
yang cukup sebelum pekerjaan dimulai.
b) Semua cetakan harus diperkuat dengan klem-klem dari balok kecil dan harus kuat serta cukup
jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan
mengeras.
c) Cetakan dari bahan lembaran multyplex dan papan kayu harus dipilih dari kayu yang sudah diolah
dengan baik. Semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
d) Agar beton tidak menempel pada cetakan, bagian permukaan dalam cetakan diberi lapisan setara
dengan merk “Reebol Emulsion” produk Fosroc yang sebelum dipasang harus diketahui terlebih
dahulu oleh konsultan pengawas.
e) Minyak pelumas sejenis oli, ataupun solar baik yang sudah atau yang belum dipakai tidak boleh
dipakai untuk maksud ini.
f) Harus diperhatikan agar besi tulangan tidak terkena bahan pelapis semacam ini.
g) Pengikat baja untuk di dalam atau blok antara (spacer) yang sudah disetujui bolah dipakai. Bagian
dari pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang-kurangnya harus
berjarak 50 mm dari permukaan akhir beton.
h) Setiap lubang dalam permukaan beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara harus ditutup
dengan rapih segera setelah catakan/acuan dibuka, dengan spesi semen yang campuran serta
konsistensinya sama dengan mutu beton induknya.
i) Untuk pemasangan acuan/cetakan semua permukaan beton yang terbuka halus/exposed maka
pemasangan cetakan/acuan tersebut harus dari lembaran multyplex minimal tebal 12 mm.
j) Jika seandainya pemasangan material cetakan/acuan untuk kedua kalinya, maka sebelum
pemasangan catakan/acuan, konsultan pengawas akan memilih papan kayu maupun lembaran
multiplex yang boleh dipakai ulang. Papan kayu maupun lembaran multiplex yang ditolak oleh
konsultan tidak boleh dipakai kembali dan harus disingkirkan dari lapangan dalam jangka waktu
1 x 24 jam.
k) Konsultan pengawas sama sekali tidak bertanggung jawab atas mutu permukaan akhir setelah
memberikan persetujuan atas pemasangan acuan/cetakan.
l) Semua sudut-sudut kolom, balok-balok yang terbuka harus berbentuk tidak tajam, pada bagian
dalamsudut-sudut cetakan/acuan harus dipasang list/klos kayu dengan ukuran segitiga sama sisi
kurang lebih 2x2x2 cm, pemasangan list/klos harus kuat melekat pada sudut papan
cetakan/acuan, jangan sampai sewaktu pengecoran berlangsung list/klos tersebut lepas dari
tempatnya, atau pembuatan sudut-sudut pada kolom/balok ditentukan lain pada gambar
perencanaan.
m) Cetakan/acuan untuk kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu dan benda
lainnya dapat disingkirkan sebelum beton dicorkan.
n) Beton di bagian manapun tidak boleh dicorkan sebelum cetakan/acuannya diperiksa dan disetujui
olehkonsultan pengawas.

Pembukaan Cetakan/Acuan
a) Cetakan dan acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi tersebut dengan sistem
cetakan dan acuan yang masih ada telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat
sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan
dengan hasil pemeriksaan benda uji yang telah disyaratkan.
b) Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan acuan akan bekerja
beban- beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan/atau akan terjadi keadaan lebih
berbahaya daripada keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan dan acuan dari bagian-bagian
itu tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Pembongkaran cetakan
dan acuan dari konstruksi-konstruksi yang langsung akan memikul praktis seluruh beban rencana,
harus dilakukan dengan hati-hati.
c) Cetakan-cetakan balok dapat dibongkar setelah dari semua kolom-kolom penunjangnya telah
dibongkar cetakannya dan dari penglihatan ternyata baik pembetonannya.
d) Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak akan menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada konstruksi beton.
e) Cetakan/acuan tidak boleh dibuka sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan
tegangan-tegangan yang timbul akibat pembukaan dan jika diperlukan konttaktor harus
membuktikannya sehingga dianggap memuaskan oleh konsultan pengawas.
f) Kontraktor harus bertanggung jawab dan wajib memperbaiki semua kerusakan yang timbul akibat
pembukaan cetakan/acuan yang terlalu dini atas biaya sendiri.
g) Jika setelah pembukaan cetakan/acuan ternyata terdapat “sarang lebah” pada beton atau catat
lainnya,harus segera dilaporkan kepada konsultan pengawas.
h) Perbaikan atau pengerjaan apapun tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan konsultan pengawas.
i) Stelah struktur selesa, semua cetakan/acuan harus dibongkar seluruhnya, namun demikian,
pembongkaran tidak boleh dikerjakan tanpa adanya persetujuan dari konsultan pengawas.
Penulangan
a) Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karet lepas, minyak, gemuk, cat, debu atau zat
lainnya yang dapat mengganggu perlekatan yang sempurna antara tulangan dan beton.
Kontraktor harus mengikutinya jika diinstruksikan oleh konsultan pengawas, bahwa
baja/tulangan harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai.
b) Beton tidak boleh dicorkan sebelum penulangan diepriksa dan disetujui oleh konsultan pengawas.
Bahan-Bahan
a) Baja tulangan polos harus BJTP 24 dengan tegangan leleh minimum = 2400 kg/cm2 sesuai dengan
SII 0136 : 1984, British Standard No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan jenis polos.
b) Baja tulangan bertegangan tinggi harus BJTD 39 dengan tegangan leleh minimum 3900 kg/cm2
yangsesuai dengan SII 0136-1984, British Standard No. 4449 : 1969 atau yang setara untuk baja
ulir bertegangan tinggi.
c) Baja tulangan pabrik harus sesuai dengan bagian yang relevan pada British Standard 4483 : 1969
atauyang setara.
Penyimpanan
Baja tulangan harus disimpan dibawah atap yang tidak terkena air hujan dan diberi ganjal berupa
kayu sebagai alas agar tidak terkena permukaan tanah setinggi +/-20 cm, juga penyimpanan baja tulangan
harus terhindar dari air yang tergenang/banjir, serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan
karat.
Penekukan
a) Pada awal pekerjaan kontraktor harus mempersiapkan daftar tekukan (bending schedule) untuk
disetujui oleh konsultan pengawas.
b) Semua baja tulangan harus ditekuk menurut bentuk dan dimensi yang diperlihatkan dalam
gambar dan sesuai dan sesuai dengan PBI 1971 British Standard 4466 : 1969 atau yang setara
serta dipasangpada posisi yang tepat seperti diperlihatkan pada gambar sehingga beton decking
yang ditetapkan dapat dipenuhi di semua tempat.
c) Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan
dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau
tekukanyang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
d) Harus diperhatikan agar keseluruhan dari tulangan yang mempunyai banyak tekukan, tepat dan
sesudah penekukan dan pemasangan batang baja tetap ditempat tanpa timbul lengkungan atau
puntiran.
e) Bila diperlukan satu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan dengan sebuah
penjepit(pin) yang mempunyai diameter 4 kali besar diameter batang yang ditekuk.

Pemasangan
a) Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan harus
ditahan jaraknya dari cetakan/acuan dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam
menurut kebutuhan dan pada persilangan-persilangan diikat dengan kawat baja yang dipilir
dingin dengan diameter tidak kurang dari 1,6 mm ujung-ujung kawat harus diarahkan ke bagian
tubuh utama beton.
b) Baja tidak boleh ditumpu dengan penahan logam yang menonjol hingga ke permukaan papan
cetakan/acuan, atau baja ditumpu dengan menggunakan agregat kasar.
c) Untuk pengaturan jarak dari permukaan papan cetakan/acuan ke besi, dengan menggunakan
beton decking kekuatan beton decking tersebut sekurang-kurangnya harus sama dengan
kekuatan beton yang sedang dicor.
d) Beton decking/blok-blok ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam didalamnya dan
harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
e) Selama pengecoran berlangsung, seorang pemasang tulangan yang ahli harus berada di tempat
untukmengecek, menyesuaikan dan memperbaiki tulangan.
f) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar konstruksi atau
lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari
konsultan pengawas.
g) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton yang sudah
mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya.
h) Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian pekerjaan harus disetujui
oleh konsultan pengawas.
i) Pemberitahuan kepada konsultan pengawas untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan
dalamtenggang waktu yang cukup.
j) Jarak minimum dari permukaan suatu barang termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat
harusdengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.

Beton Ready Mix


a) Beton ready mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh konsultan pengawas dan
harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada ayat 6 dari British Standard No. 5328 : 1981.
Kontraktorbertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu, keteraturan pengiriman serta pemasokan beton
secara sinambung.
b) Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi, konsultan pengawas dapat
menarik kembali persetujuan dan mengharuskan kontraktor mengganti pemasok.
c) Kontraktor harus menyediakan di lapangan satu mixer drum dengan kapasitas minimum 5 m3 dan
menjaganya agar tetap dalam kondisi jalan untuk dipakai bila terjadi gangguan dalam pemasokan
beton ready mix.
d) Harus disediakan juga stok bahan yang memadai untuk dipakai dengan mixer cadangan.
e) Kontraktor harus menyediakan di lapangan satu timbangan dan saringan-saringan standard
dengan penggetar (shaker) untuk mengecek secara teratur campuran yang sudah direncanakan
dan peralatan untuk melakukan slump test.
f) Kontraktor harus mengatur agar konsultan pengawas dapat memeriksa alat pembuat beton ready
mixbilamana diperlukan.
g) Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan mengenai semen, agregat
dan kadar air tiap adukan harus diserahkan kepada konsultan pengawas setiap hari. Berat semen
dan agregat kasar serta halus harus terus dicatat dalam dokumen pengiriman.
h) Harus dilakukan pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air agregat dan jumlah air
yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut hasil test tersebut.
i) Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan penambahan air.
j) Dikirim bersama dengan pengemudi lori dan di paraf oleh pencatat waktu yang bertanggung jawab
ditempat pengadukan.
k) Di lapangan harus dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini :
1. Waktu kedatangan lori
2. Waktu pengadukan dan penambahan air
3. Nomor registrasi lori dan nama depot
4. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
5. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan dan ukuran agregat maksimum
6. Posisi dimana beton dicorkan
7. Tanda-tanda referensi dari kubus-kubus uji yang diambil dari pengiriman tersebut
8. Slump (atau faktor kompaksi)
l) Beton harus ditempatkan, dipadatkan dan dibiarkan tanpa gangguan dalam posisi akhirnya
dalamwaktu satu jam dari saat semen pertama kali bertemu dengan air pengaduk.
m) Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa oleh konsultan pengawas.

Cacat Pada Beton


Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, konsultan pengawas tetap berhak untuk menolak
beton yangternyata memiliki salah satu atau lebih dari cacat berikut :
 Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada gambar.
 Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan.
 Konstruksi beton keropos/ber”sarang lebah”.
 Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti
dengan yang baru, kecuali pengawas atau konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau
perkuatan daricacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu kontraktor harus mengajukan usulan-
usulan perbaikan
yang kemudian akan diteliti dan diepriksa selanjutnya disetujui kalau perbaikan tersebut dianggap
memungkinkan oleh pengawas.
Sparing Untuk Instalasi
a) Tempat penempatan sparing-sparing pipa instalasi sesuai gambar rencana dan bila tidak
disebutkan, maka kontraktor harus mengusulkan dalam waktu 7 hari sebelum pelaksanaan
melalui gambar shop drawing atau meminta pengarahan kepada pengawas.
b) Pemasangan sparing-sparing harus dihindarkan memotong pembesian beton, andaikata dari
pemasangan sparing tersebut ada yang menembus pembesian beton maka sparing sedikitnya
bisa digeser sehingga tidak mengganggu konstruksi tersebut. Jika pemasangan sparing ini ada
keterkaitannya dengan pekerjaan lain sehingga akan menimbulkan masalah, maka pihak
kontraktor harus memberitahukannya kepada pengawas.
c) Sparing-sparing dipasang harus kuat sehingga tidak bergeser dari tempat asalnya/berubah
kedudukannya selama pengecoran sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi
oleh adukan beton.

Pasal 5
PEKERJAAN DINDING

PEKERJAAN DINDING
Lingkup Pekerjaan Dinding ini, meliputi ;
a. Bata merah spasi 1 : 3 dan 1 : 5
b. Bata ringan Spasi 1 : 4
c. Plesteran spasi 1 : 3 dan 1 : 4
d. Pengacian Dinding plesteran

Pasangan Bata Persyaratan Bahan


a) Seluruh bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding seperti pasir, semen, air,
batadan sebagainnya sesuai dengan bunyi pasal persyaratan bahan yang telah diuraikan di atas
pada buku ini.
b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang
akan dipakai dalam pekerjaan pasangan dinding ini untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.
c) Bata merah yang digunakan adalah bata merah pejal yang dibuat dari tanah liat tanpa
campuran bahan lainnya yang dibakar pada suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi
bila direndam air dan mempunyai luas penampang lubang kurang 15% dari luas potongan
datarnya.
d) Bentuk standard bata merah adalah prisma segi empat panjang,, bersudut siku-siku dan tajam,
permukaan rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan. Persyaratan
ukuran dan kuat tekan harus sesuai dengan PUBI 1982 pasal 27, SII 0021-78.

Persyaratan Pelaksanaan
a) Adukan untuk pasangan dibuat secukupnya untuk pekerjaan lebih kurang satu jam. Adukan
yang tidak terpakai dalam 1 jam tidak boleh dipakai lagi dan atau adukan yang sudah sifat
semennya mulai mengeras.
b) Komposisi jenis adukan disesuaikan dengan bab yang telah disebutkan di atas.
c) Sebelum dilaksanakan pemasangan, bata merah harus dibasahi/direndam air yang bersih,
dalam bakatau drum hingga mencapai kejenuhan.
d) Untuk semua dinding luar maupun dalam, mempunyai ketinggian 100 cm di atas permukaan
pasangan dinding bata existing, daerah ruang basah dan daerah lain sesuai gambar digunakan
adukan kedap air M.1 (trasraam).
e) Bagian pemasangan bata merah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton
(kolom struktur) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 40 cm, yang
terlebih dahuluditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam
dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali ditentukan lain.
f) Pasangan bata merah harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm berikut plesteran.
Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapih, dan tegak lurus dan siku.
g) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah, terkecuali pada posisi tertentu yang
menghendaki bata merah dipasang dengan ukuran harus dibagi dua.
h) Setelah bata merah terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan
dibersihkan kemudian disiram dengan air.
i) Seluruh pasangan bata merah harus dilindungi terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh
pekerjaan- pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, kontraktor wajin memperbaikinya. Seluruh
biaya perbaikan merupakan tanggung jawab kontraktor.
j) Bila ada pekerjaan-pekerjaan pasangan dinding bata merah yang tidak diterima oleh pihak
pengawas, dikarenakan dalam pengerjaannya di luar aturan-aturan yang berlaku, maka
pekerjaan tersebut harus dibongkar, dan diperbaiki lagi atas beban kontraktor.

Plesteran Spasi
Persyaratan Pekerjaan Plesteran
a) Dalam melaksanakan pekerjaan ini, ikuti semua petunjuk dalam gambar kerja bangunan
terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran tebal/tinggi/peil dan
bentuk profilnya.
b) Dituntut keahlian dalam melaksanakannya, ketelitian serta pengunaan peralatan yang baik.

Material/Bahan
a) Semen yang digunakan harus memenuhi syarat NI-8 type I menurut ASTM atau S-400 menurut
standard portland semen. Jenis semen yang dipilih dari produk semen tiga roda, gresik, atau
yang setaraf, penyimpanan harus ditempat yang kering dan rapat air, terangkat dari tanah,
ditumpuk sesuai dengan syarat penempatan semen menurut urutan pengiriman.
b) Pasir dipilih dari jenis pasir pasang yang kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat/lumpur/campuran lain. Pasir ini harus mempunyai gradasi ukuran dan bentuk yang sama
sesuaipersyaratan NI-3 pasal 1, dan NI-2 bab 3.3.
c) Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan minyak, bahan organik, garam asam
alkali.
d) Semua material sebelum dipakai harus mendapat persetujuan konsultan pengawas lapangan.
Contoh bahan oleh kontraktor ditunjukkan dan diserahkan kepada konsultan pengawas
lapangan untuk mendapat persetujuannya sebelum dipasang.

Campuran Plesteran
a) Untuk semua bidang yang di plester dipakai campuran aduk 1 pc : 3 pasir dan 1 pc : 5 pasir
(M.2).
b) Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan campuran yang
homogen.
c) Semua campuran aduk plesteran harus benar-benar tercampur rata dan homogen.

Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran


a) Untuk pemasangan batu andesit sebelum di plester, harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-
siarnya dikerok sedalam + 1 cm.
b) Untuk beton sebelum di plester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa cetakan/acuan
dan kemudian diketrek (scrath) terlebih dahulu.
c) Untuk bidang pasangan batu andesit yang di plester harus di finish dengan plesteran halus
(acian) di atas permukaan plesterannya.
d) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai yang
dinyatakan dalam gambar, atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Minimal tebal plesteran
1,5 cm dan jikaketebalan melebihi 3 cm harus diberi ram kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekatdari plesterannya.
e) Untuk setiap pertemuan bahan berbeda jenis yang bertemu dalam satu bidang datar, harus
diberi naat dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalamnya 0,5 cm.
f) Untuk permukaan yang datar batas toleransi perlengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban
memperbaikinya atas tanggung jawabnya.
g) Kelembaban plesteran harus dijagasehingga pengeringan berlangsung wajar tidak terlalu tiba-
tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya
dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air
secara cepat. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik harus dibongkar
dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh konsultan pengawas lapangan atas
tanggungan kontraktor.
h) Pada dasarnya plesteran dilaksanakan dalam 3 lapis, yaitu sebagai berikut :
• Lapisan Kasar
Lapisan kasar harus menutup seluruh bidang dinding. Sebelum lapisan kasar mengeras harus
dibuat goresa melintang. Lapisan ini harus dibasahi selama tidak kurang dari 24 jam dan
dibiarkanjenuh sebelum lapisan sedang dipasang.
• Lapisan Sedang
Lapisan sedang harus dibentuk menjadi satu permukaann yang betul-betul rata, kemudian
dibuat kasar dengan mistar kayu untuk memperoleh lekatan lapisan halus. Lapisan ini harus
tetap basahselama 48 jam dan dibiarkan mengering.
• Lapisan Halus
Lapisan halus dipasang setelah 7 hari pemasangan lapisan sedang. Lapisan sedang dibasahi
terlebih dahulu sebelum lapisan halus. Lapisan ini harus benar-benar rata dan halus dengan
menggunakan air kapur dan semen, sehingga diperoleh permukaan licin/halus, bebas dari
bidangyang kasar, tanpa bekas sendok atau noda lainnya. Lapisan ini harus dibasahi sekurang-
kurangnya2 hari.
Pemeliharaan
a) Selama pemasangan bata belum finishing, kontraktor wajib memelihara dan menjaganya
terhadapkerusakan-kerusakan dan pengotoran bahan-bahan lainnya.
b) Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor dan wajib memperbaikinya.
c) Tidak diperkenankan pekerjaan finishing permukaan dilakukan sebelum plesteran berumur
lebihdari dua (2) minggu, cukup kering dan bersih dari noda seperti yang disyaratkan.

PASAL 6
PEKERJAAN PENUTUP DINDING

Dinding Keramik
Spesifikasi Bahan/Material
 Dinding Keramik dipasang pada dinding kamar mandi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
 Ukuran Keramik adalah 30 x 60 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
 Warna Keramik dinding ditentukan kemudian dalam Gambar Bestek.
 Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, dan ukuran granit untuk minimal dua merk yang
berbeda kepada Konsultan Perencana untuk disetujui.
 Keramik dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok yang belum diplaster atau
dihaluskan permukaannya dengan perekat spesi beton 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.
 Celah-celah antar ketamik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan perekat dalam arah
tebal minimal 2 mm.
 Sudut-sudut yang timbul akibat hubungan Keramik harus ditumpulkan dengan alat Gerinda / Marble
cutter.
 Hasil pemasangan granit harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak melengkung keatas.
Kedataran pemasangan harus diperiksa dengan pekerjaan waterpassing.

Dinding Rooster
Spesifikasi Bahan/Material
Dinding roster biasanya dapat kita lihat di rumah-rumah tropis zaman dulu. Biasanya dinding roster
diletakkan di atas pintu atau jendela. Bentuk dari dinding roster juga bermacam-macam, seperti
kotak, persegi, segi enam, dan sebagainya.
Fungsi utama dari roster adalah sebagai lubang dinding untuk menciptakan sistem sirkulasi udara
yang lebih maksimal dalam ruangan. Seiring berjalannya waktu, fungsi roster kini kian berkembang.
Selain sebagai lubang angin, roster bisa digunakan untuk mempercantik rumah agar tampilan ruang
lebih menarik dan juga sebagai pengganti pagar. Oleh sebab itu, biasanya roster dibuat dengan
desain secantik mungkin.
Roster dibuat dari berbagai macam bahan, seperti beton, semen dan pasir yang dipadatkan,
keramik, batako, dan tanah liat. Roster yang terbuat dari batako memiliki kualitas yang lebih bagus
dan kuat, tetapi jika dilihat dari tampilannya, kurang menarik dibandingkan dengan roster dari tanah
liat. Namun, harganya memang lebih murah dan irit. Untuk roster tanah liat, tampilannya lebih
cantik, tetapi kurang begitu kuat dibandingkan dengan roster batako.
Motif roster juga kini semakin beragam, seperti motif kotak, motif bulat, dan motif bunga; tinggal
dipilih sesuai selera saja. Motif yang menarik membuat roster dapat dijadikan sebagai ornamen
artistik pada rumah.
Pada umumnya, roster memiliki ukuran 20 cm x 20 cm dengan bobot yang relatif berat yaitu 4,5 kg.
Walaupun terlihat berat, roster tetap dapat ditumpuk dengan aman. Agar tampilannya lebih
menarik, dapat disusun secara selang-seling dan direkatkan menggunakan semen. Selain perekat
semen, roster hanya perlu dikuatkan menggunakan tambahan pelat besi. Pelat besi setebal 4 mm
dapat disekrup pada bagian atas roster. Fungsinya adalah untuk membuat roster bertambah kaku
dan tidak mudah roboh apabila terdorong angin atau tersenggol.
Konstruksi roster biasanya tidak menggunakan tiang maupun balok. Dinding roster hanya bertumpu
pada sloof yang mengikat pondasi di dalam tanah. Sloof yang bertanggung jawab untuk menerima
dan menyalurkan beban roster ke pondasi.
Pemasangan roster
 Untuk memasang roster diperlukan sedikit pengetahuan khusus. Berikut adalah beberapa tips
dan trik untuk memasang dan mendesain ruangan dengan aksesoris roster:
 Pastikan dinding yang akan dipasang roster mendukung dari segi estetika keindahan
 Untuk memasang roster pada rumah tentunya harus tetap memperhatikan estetika keindahan
serta keharmonisan di dalam pemasangannya. Jadi, perlu dipastikan ruangan yang akan dipasang
roster akan menambah keindahannya, bukan malah sebaliknya.
 Pilih ukuran besar kecilnya roster sesuai dengan kebutuhan ruangan
 Setiap ukuran roster memiliki fungsi dan perannya masing-masing untuk estetika keindahan
ruangan. Pastikan untuk membuat harmonisasi di dalam pemasangan roster untuk ruangan.
 Bedakan ukuran penggunaan roster untuk desain interior dan eksterior rumah
 Roster yang dipasang untuk keindahan luar ruangan biasanya bertekstur kasar dan semi halus.
Sedangkan untuk keindahan pemasangan rooster di dalam ruangan idealnya menggunakan roster
dengan motif tekstur yang halus.
 Finishing rooster motif menggunakan bahan coating anti jamur.

PASAL 7
PEKERJAAN KUSEN ALUMUNIUM
PEKERJAAN KUSEN
Pekerjaan Kusen Alumunium
1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakanpekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi seluruh kusen pintu, kusen jendela, kusen bovenlicht seperti yang
dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar serta shop drawing dari Penyedia Jasa.
2. Persyaratan Bahan
a. Kusen alumunium yang digunakan :
- Bahan : Dari bahan alumunium framing system ex. Dacron, Alcomexindo,
Alexindo
- Bentuk Profil : Sesuai shop drawing yang disetujui Perencana/Konsultan Pengawas.
Untuk kusen jendela dan curtain wall luar dibuat dengan system frameless.
- Warna Profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Penyedia Jasa).
- Lebar Profil : 10 cm (pemakaian lebar bahan sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar).
- Tebal Profil : 1.20 mm
- Pewarnaan : Polos
b. Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaanalumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang bersangkutan.
c. Konstruksi kusen alumunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam detail
gambartermasuk bentuk dan ukurannya.
d. Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesi-kuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
dipersyaratkan.
e. Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-profil
harusdiseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit, jendela, pintu
partisi dll,profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam tiap unit didapatkan warna
yang sama. Pekerjaan memotong, punch dan drill, dengan mesin harus sedemikian rupa
sehingga diperolehhasil yang telah dirangkai untuk jendela, dinding dan pintu mempunyai
toleransi ukuran sebagaiberikut :
- Untuk tinggi dan lebar 1 mm
- Untuk diagonal 2 mm
f. Accessories
Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vinyl, pengikat
alat penggantung yang dihubungkan dengan alumunium harus ditutup caulking dan sealant,
angkur- angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plate tebal 2 – 3 mm,
dengan lapisan zink tidak kurang dari (13) mikron sehingga dapat bergeser.
g. Bahan Finishing
Treatment untuk permukaan kusen jendela dan daun pintu yang bersentuhan dengan
bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan lainnya harus diberi lapisan finish
dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment dengan insulating war-nish seperti
asphaltie varnish atau bahan insulation lainnya.
Syarat-syarat Pelaksanaan
h. Sebelum memulai pelaksanaan Penyedia Jasa diwajibkan meneliti gambar-gambar dan
kondisi lapangan (ukuran dan peil lubang dan membuat contoh jadi untuk semua detail
sambungan danprofil alumunium yang berhubungan dengan sistem konstruksi bahan lain).
i. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan dimulai, dengan membuat
lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas meliputi gambar
denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk dan ukuran.
j. Semua frame/kusen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara fabrikasi
dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.
k. Pemotongan alumunium hendaknya dijauhkan dari material besi untuk menghindarkan
penempelan debu besi pada permukaannya. Didasarkan untuk mengerjakannya pada
tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaanya.
l. Akhir bagian kusen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup, rivet, stap dan
harus cocok.
Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
m. Angkur-angkur untuk rangka/kusen alumunium terbuat dari steel plate setebal 2 – 3 mm
dan ditempatkan pada interval 600 mm.
n. Penyekrupan harus dipasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat/stainless steel,
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air dan memenuhi
syarat kekuatan terhadap air sebesar 1000 kg/m2.
Celah antara kaca dan sistem kusen alumunium harus ditutup oleh sealant.
o. Disyaratkan bahwa kusen alumunium dilengkapi oleh kemungkinan-kemungkinan sebagai
berikut
1. Dapat menjadi kusen untuk dinding kaca mati.
2. Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar, dll.
3. Sistem kusen dapat menampung pintu kaca frameless.
4. Untuk sistem partisi, harus mampu moveable dipasang tanpa harus dimatikan secara
penuhyang merusak baik lantai maupun langit-langit.
5. Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan diatas.
p. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kusen alumunium akan kontak
dengan besi, tembaga atau lainnya maka permukaan metal yang bersangkutan harus diberi
lapisan chormium untuk menghindari kontak korosi.
q. Toleransi pemasangan kusen alumunium disatu sisi dinding adalah 10 - 25 mm yang
kemudiandiisi dengan beton ringan/grout.
r. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang yang
dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan synthetic
rubber atau bahan dari synthetic resin. Penggunaan ini pada swing door dan double door.
s. Sekeliling tepi kusen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar diberi sealant supaya
kedapair dan kedap udara.
t. Tepi bawah ambang kusen exterior agar dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.

9.6.7 Pekerjaan Pintu Dan Jendela Kaca Rangka Alumunium


1. Lingkup Pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pembuatan daun pintu dan jendela panil kaca seperti yang
ditunjukkandalam gambar.
2. Persyaratan Bahan
- Bahan Rangka ex. Dacron, Alcomexindo, Alexindo
- Dari bahan alumunium framing sistem, dari produk dalam negeri yang ex. Alcan, Intalan
atau setara disetujui Perencana/Konsultan Pengawas. Type yang dipergunakan untuk
rangkakaca luar adalah jenis frameless.
- Bentuk dan ukuran profil disesuaikan terhadap shop drawing yang telah disetujui
Perencana/Konsultan Pengawas.
- Warna profil alumunium polos.
- Bahan yang diproses pabrikan harus diseleksi terlebih dahulu dengan seksama sesuai
denganbentuk toleransi, ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan, pewarnaan yang
disyaratkan oleh Perencana/Konsultan Pengawas.
- Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan alumunium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
- Daun pintu dengan konsturksi panel kaca rangka alumunium, seperti yang ditujukan
dalam gambar, termasuk bentuk dan ukurannya.
b. Penjepit kaca
Digunakan penjepit kaca dari bahan karet yang bermutu baik dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan dari pabrik, pemasangan disyaratkan hanya 1 (satu) sambungan serta harus
kedap airdan bersifat struktural seal.
c. Bahan Panil Kaca Daun Pintu dan Jendela
- Bahan untuk kaca interior dan exterior menggunakan : Merk Tens type One Way
tebal 5mm, warna ditentukan kemudian oleh Perencana.
- Bahan untuk kaca pada lobby pintu masuk utama menggunakan merk Tens type Clear
Glasstebal 5 mm.
- Semua bahan kaca yang digunakan harus bebas noda dan cacat, bebas sulfide
maupunbercak-bercak lainnya, dari produk Tens (ex. Lokal) atau yang setara.

3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan untuk meneliti gambar-
gambar yang ada dan kondisi dilapangan (ukuran dan lubang-lubang), termasuk
mempelajari bentuk, pola, lay-out/penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-
detail sesuai gambar.
b. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan-bahan pintu ditempat pekerjaan harus
ditempatkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca
langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban.
c. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka alumunium dan penguat lain yang
diperlukan hingga terjamin kekuatannya dengan memperhatikan/menjaga kerapian
terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada cacat bekas penyetelan.
d. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
e. Daun pintu
- Jika diperlukan, harus menggunakan sekrup galvanized atas persetujuan
Perencana/Konsultan Pengawas tanpa meninggalkan bekas cacat pada permukaan yang
tampak.
- Untuk daun pintu Double Teackwood Finishing HPL dan kaca setelah dipasang harus rata
dan tidak bergelombang dan tidak melintir.

Pekerjaan Kusen uPVC


Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat–alat bantu yang diperlukan,
sampai pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela selesai dilaksanakan. Bagian Pekerjaannya adalah :
 Pekerjaan kosen pintu dan jendela uPVC
 Daun pintu / jendela dan ventilasi uPVC

Persyaratan Bahan
Kusen Pintu , Jendela dan Ventilasi
a. Kusen pintu, jendela dan ventilasi terbuat dari bahan Pabrikan uPVC dengan kualitas baik yang
dibentuk sesuai gambar kerja.
b. Seluruh bentuk / model dari kosen, pintu dan jendela serta ventilasi harus sesuai gambar
rencana. Bahan Pabrikan uPVC harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada
gambar-gambar atau yang diisyaratkan atau atas petunjuk Pengawas.
c. Pengunci dan penggantung :
- Engsel 4 inch, merk akan ditentukan kemudian.
- Kunci tanam double slag, merk akan ditentukan kemudian.
d. Persyaratan untuk Kosen uPVC antara lain sebagai berikut :
Daun Pintu Panel, Jendela dan Ventilasi
a. Daun pintu panel kayu bahan Pabrikan uPVC dengan kualitas baik yang dibentuk sesuai gambar
kerja.
b. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada celah, ukuran sesuai gambar. uPVC
yang dipakai harus kualitas baik, lurus dan pabrikasi.
c. Pengunci dan Penggantung.
- Engsel 3 inchi, type dan merk akan ditentukan kemudian.
- Dilengkapi hak angin, pengunci dan tarikan, merk ditentukan kemudian.
d. Kaca harus memenuhi specifikasi Sbb :
- Kaca harus mutu baik
- Ketebalan kaca 5 mm
- Warna akan ditentukan kemudian
Ukuran Pintu dan Jendela uPVC yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang.

Tata Cara Kerja Pelaksanaan


- Dibentuk / dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin pabrik yang berkecapatan 2 kosen
pintu per menit dengan ukuran (2,1 x 0,8) m.
- Hasil produksi sudah termasuk dengan lubang kunci dan engsel.
- Lebar “back opening” (bukaan belakang) minimum 100 mm.
- Hasil akhir menggunakan Achitarap, sehingga terlihat bagus dan rapi.
- Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kusen uPVC beserta kaca harus
dilaksanakan oleh pemborong uPVC yang ahli dalam bidangnya.
- Untuk mendapat ukuran yang tepat, pemborong uPVC harus datang ke lapangan dan
melakukan pengukuran
- Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan/penyetelan kosen uPVC harus dilakukan di pabrik
secara masimal dan dilapangan tinggal pasang
- Antara tembok/kolom/beton dan kusen uPVC harus diisi dengan “sealent" yang elastis
- Pemasangan kaca pada kusen uPVC harus diisi karet gasket

PASAL 8
PEKERJAAN PLAFOND

Pekerjaan Plafond
Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan Plafond ini meliputi :
• Rangka Plafond Hollow 4 x 4
• Penutup Plafond Gypsum 9 mm
• Penutup Plafond PVC.
• List Profil Gypsum

Pekerjaan Persiapan :
a) Pada Pekerjaan Langit-langit ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan langit-langit ini.
b) Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit pekerjan lain yang terletak diatas langit-
langitharus sudah terpasang.
c) Disiplin lain yang termasuk disini atara lain :
1. Elektrikal/Mekanikal
Perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.
d) Bila pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas tidak tercantum dalam gambar rencana plafond,
harus diteliti dahulu pada gambar-gambar instalasi yang lain (Sipil, Elektrikal/Mekanikal,
Plumbing). Untuk pemasangan harus konsultasi dengan perencana.
• Contoh Bahan
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas.
b) Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standard/pedoman
untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh kontraktor ke lapangan.
Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui di
Konsultan Pengawas Keet.

• Syarat-syarat pengiriman dan penyimpanan Barang.


a) Bahan dikirim ke site dalam keadaan tertutup atau kantong-kantong yang rnasih dsegel dan
berlabelpabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya dalam keadaan utuh dan tidak cacad.
b) Bahan harus disimpan ditempat yang kering, berventilasi baik, terlindung dan bersih.
c) Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik sebelum dan
selamapelaksanaan.
d) Bila ada hal-hal yang tidak pada tempatnya bahan rusak dan sebagainya kontraktor harus
menggantikannya dengan persetujuan Pengawas atas beban Kontraktor.

Rangka Plafond
a) Bahan Rangka :
1. Rangka plafond menggunakan Hollow 4 x 4 dengan ukuran sesuai gambar perencanaan serta
memenuhi persyaratan yang berlaku yang telah diuraikan.
2. Bahan yang dikirim ke site harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk, ukuran
ketebalan, kelurusan, serta lain-lain yang disyaratkan oleh Perencana maupun Konsultan
Pengawas.
b) Persyaratan Pekerjaan;
1. Keseluruhan rangka langit-langit menggunakan hollow 4 x 4 yang telah dibentuk sedemikian
rupa, bentuk, ukuran dan pola pemasangan sesuai yang disyaratkan.
2. Batang-batang untuk rangka langit-langit yang dipasang adalah sesuai dengan gambar kerja,
yang telah diseleksi dengan baik, lurus, rata tidak ada bagian yang bengkok atau
melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan telah disetujui oleh Pengawas.
3. Untuk rangka plafond rata-rata menggunakan Hollow ukuran 4/4 dan 2/4 cm. Tergantung
kebutuhan serta bentang antara dinding ke dinding.
4. Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada Gording maupun kuda-kuda dengan
menggunakan penggantung dari logam galvanized suspension/kawat seng BWG 14 yang
dapat diatur ketinggianya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka melekat
dengan baik dan kuat pada gordeng maupun kuda-kuda dan tidak dapat berubah-ubah
bentuk lagi.
5. Hasil akhir pemasangan rangka harus rata, datar / waterpass dengan toleransi kecembungan
2 mm untuk tiap 4 m² dan untuk bagian yang bertemu dengan bagian yang rata harus diserut
halusdan rata.
6. Tidak ada bagian yang bergelombang dan batang-batang rangka harus saling tegak lurus.
7. Awal pemasangan rangka plafond, harus sesuai gambar rencana, dimana sisa buangan
dipasangpada kedua belah sisi dinding, dengan ukuran yang sama besar (Simetris).

Penutup Plafond Gypsum


Bahan penutup plafond dari Gypsum 9 mm Setara Jayaboard dan GRC
a. Persyaratan pelaksanaanLangit-langit Gypsum
- Langit-langit Gypsum dipasang sebagai pembungkus rangka plafond kayu
- Rangka dipasang dengan modul 60 cm X 120 cm, hollow bagian bawah harus diketam.
- Untuk tulangan utama dan pinggiran dipakai hollow dengan ukuran 2/4 cm dan untuk
tulanganlainnya dipakai hollow dengan ukuran 4/4 cm.
- Tripleks dipasang pada rangka dengan dipaku dan kepala paku harus dipipihkan kemudian
dipakuhingga tertanam serta diisi dengan dempul. Antar sambungan tripleks diberi jarak
kurang lebih mm, dan difinishing berupa naad atau tali air.
- Modul dan pola pemasangan dari tripleks ini harus sesuai dengan gambar rencana kecuali ada
hal-hal lain di lapangan.

List Profil Gypsum


a. Bahan List dari Gypsum
b. Persyaratan pelaksanaan List Gypsum :
- List Gypsum Pasangan Plafond Gypsum
- List Gypsum plafond Gypsum dan pasangan Dinding bata/terjepit
- Pemasangan List dengan cara menggunakan air dan compound agar semakin kuat

Plafond PVC
 Material PVC dengan Ketebalan dengan ukuran panel Standar Pabrikasi
 Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus mempunyai
Merk Dagang.
 Pada setiap lembaran PVC harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar dan ketebalan
lembaran.
 Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi
 Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan cacat dan
rusak.
 Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Furing adalah Paku Sekrup Anti Karat / Galvanis.
 Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi papan dan
tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
 Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan PVC harus saling silang.
 Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar PVC minimal 10 mm.
 Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
 Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah mencapai 100
%.
 Pemasangan Plafond PVC dilakukan langsung pada rangka plafond dengan alat sambung paku
Sekrup.
 Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang direkomendasi oleh
pabrik PVC untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan plafond.
 Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.
 Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek
 Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan tidak
melendut.
 Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus tedapat celah
sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
 Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah maksimal 10
mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
 Celah-celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan pemuaian harus
ditutup dengan sticker PVC dan didempul dengan baik, rapi dan datar dengan dempul PVC.
 Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring balok dan
dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut karena suhu.
 Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan Instalasi Mekanikal
dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak dibongkar kembali.
 Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah pekerjaan pemasangan
plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
 Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan-alasan tertentu
atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar sembarangan tetapi
harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi penjangkaranya pada rangka plafond.
 Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin Konsultan Supervisi.

Pembersihan dan Perlindungan


Sisa potongan holow harus dibersihkan setelah pekerjaan selesai. Semua hollow yang telah
dipasang harus dilindungi dari segala kerusakan berupa benturan, pecah, retak, dan cacat lain.
Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab kontraktor dan tidak dapat dituntut sebagai
pekerjaan tambah.

PASAL 9
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI

Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan Penutup Lantai ini meliputi :
• Lantai Granite Uk. 60 x 60 cm Polish
• Lantai Granite Uk. 60 x 60 cm Unpolish
• Plint lantai ukuran sesuai lantai
Pekerjaan Lantai Granite
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pasangan Granite untuk lantai dalam ruangan, tangga, dan teras atau sesuai dengan
gambar kerja. Jenis Granite untuk pekerjaan di atas di antaranya Granite 60 X 60 cm Type Polish
ex. Sandimas, Niro, Garuda untuk 60 x 60 cm Unpolish ex. Sandimas, Niro, Garuda untuk Km/Wc
serta Tempat Wudhu.
• Persyaratan Bahan
Granite harus berkualitas baik yang memenuhi ketentuan SNI, , sisinya tidak lurus, sudutnya
tidak siku, retak, atau cacat lainnya tidak boleh dipasang.
• Pelaksanaan Pekerjaan
a. Persiapan
1) Pekerjaan pasangan boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya selesai.
2) Pemasangan Granite harus menunggu sampai semua alat penggantung, pengunci
pintu/jendela,dan semua pekerjaan pemipaan air bersih/kotor atau pekerjaan lainnya
yang terletak di belakang atau di bawah pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih
dahulu.
b. Pemasangan
1) Sebelum pemasangan, plesteran harus harus dalam keadaan kering, padat, rata, dan
bersih.
2) Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar, dan bagian lain yang kedap air, harus
terdiri dari campuran 1 pc : 2 ps dan sejumlah bahan tambahan, kecuali ditentukan lain
dalam gambar kerja.
3) Adukan untuk pasangan Lantai pada tempat-tempat lainnya menggunakan campuran 1
pc : 4ps.
4) Adukan untuk pasangan ubin pada dinding harus diberikan pada permukaan plesteran
dan permukaan belakang ubin, kemudian dilekatkan pada tempat yang sesuai dengan
yang direncanakan atau gambar kerja.
5) Adukan untuk pasangan Granite pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan pasir
dengan ketebalan sesuai dengan gambar kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC,
permukaannya harus dimiringkan sedemikian rupa menuju ke lubang pembuangan
(saringan air kotor).
6) Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 2,5 cm, kecuali ditentukan dalam
gambar kerja.
7) Keramik harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Pemeriksaan
harus dilakukan untuk menjaga bidang ke ramik yang terpasang tetap lurus dan rata.
Keramik yangsalah letaknya, cacat, atau pecah harus dibongkar dan diganti.
8) Keramik mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetris yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik.
9) Sambungan atau celah-celah antarKeramik harus lurus, rata, seragam, dan saling tegak
lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6 mm, kecuali bila ditentukan lain. Adukan
harusrapi dan tidak keluar dari celah sambungan.
10) Pemotongan Keramik harus dengan keahlian dan dilkaukan hanya pada satu sisi. Pada
pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran, dan bentuk-
bentuk yang lainnya, harus dikerjakan serapi dan sesempurna mungkin.
11) Siar antar Keramik dicor dengan semen pengisi yang berwarna sama dengan warna
keramiknya atas persetujuan pengawas lapangan. Pengecoran dilakukan sedemikian
rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar. Setelah semen pengisi cukup mengeras,
bekas- bekas pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.
• Pembersihan dan Perlindungan
Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih dan tidak ada cacat.
Permukaan ubin harus diberi perlindungan, misalnya dengan sabun antikarat atau cara lain
yang diperbolehkan tanpa merusak permukaan ubin.

PASAL 10
PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP
PEKERJAAN RANGKA ATAP

A. Pekerjaan Rangka Atap :


Rangka atap, kuda-kuda dan usuk reng menggunakan baja ringan
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan harus meliputi pengangkutan/trnsportasi, penyediaan peralatan, pabrikan,
pemeriksaan dan pemasangan structural di bengkel kerja atau di lapangan, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang ditentukan dalam spesifikasi ini.
2. Karakteristik
o Memiliki uji matrial yang dikeluarkan dari badan uji bahan yang diakui dan independen.
o Produk SNI.
o Merk lain sebagai pembanding, BMT Truss, Alfa Truss dan setara
o Perhitungan struktur menggunakan aplikator Truss System dan harus disetujui konsultan
pengawas.
o Jarak antar kuda-kuda tidak lebih dari 0,9 meter.
o Persyaratan bahan / Matrial.
o Matrial harus merupakan produksi pabrik dengan standart SNI dengan spesifikasi sebagai
berikut :
 Komposisi matirial 55% Aluminium, 43,5% Zinc dan 1,5% Silicon.
 Baja mutu tinggi G 550
 Matrial Standart AZI150.
 Kekuatan leleh minimum 550 Mpa.
 Tegangan maximum ≥ 550 Mpa.
 Modolus Elastisitas 200.000 Mpa.
 Modulus Geser 80.000 Mpa.
 Lapisan anti karat, tipe Hot-Dip Zinc / Aluminium Alloy, , Kadar 220 gram/m2.
 Lapisan pelindung terhadap korosi :
Lapisan pelindung tipe Hot – Dip.Zinc / Alumunium Alloy, Kelas Kadar 220 gram/m2,
harus bisa melindungi base metal dengan material seng dan Alumunium
(Zincalume)dengan komposisi sebagai berikut :
 Alumunium (AL) =55%
 Zinc (Zn) =43,5%
 Silicon (Si)=1,5%
Profil Material
 Usuk baja ringan
Profil yang digunakan adalah profil Lip chanel
C.75 (tinggi profil 75 mm dan ketebalan lapisan berikut lapisan pelindung / coating ICT
0,75 mm)
 Reng baja ringan
Profil yang digunakan untuk profil U terbalik (Top – hat)
TS 35.045 (tinggi profil 35 mm dan ketebalan berikut lapisan pelindung / coating TCT
0,45 mm)

3. Lingkup Pekerjaaan
a. Pekerjaaan meliputi desain kuda – kuda, pembuatan kuda – kuda (fabrikasi) di workshop,
pengangkutan ( delivery ) kuda – kuda dan kebutuhan bahan lapangan, dan pemasangan
seluruh rangka kuda – kuda sampai siap dipasangi bahan penutup atap sesuai dengan
Surat Kontrak Kerja dimana kondisi ring balk sudah waterpass, serta pemasangan pengaku
yang terdiri dari :
1) Bottom chord bracing
2) Top chord bracing
3) Ikatan angin
4) Lateral Tie ( sesuai kebutuhan )
b. Pembuatan / fabrikasi kuda – kuda dilakukan di workshop
c. Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan meliputi, struktur rangka kuda – kuda (
truss ), balok tembok ( top plate / murplat ), dan angkur ke ring balok berupa dynabolt,
connector antara kuda – kuda dengan top plate, pekerjaaan struktur pengaku ( bracing )
dan pekerjaaan reng sesuai kebutuhan jenis penutup atap.

4. Persyaratan Bahan
a. Bahan baja yang digunakan untuk rangka kuda – kuda, struktur pengaku dan reng adalah
baja high tensile strength, dengan mechanical properties
b. Lapisan anti karat baja ringan ( coating ) berupa Galvanize, dengan spesifikasi teknis.
C. Spesifikasi Teknis Lapisan Anti Karat
Pelapis Zink Alumunium AZ 100
Minimal Ketebalan Pelapis 100 gr / m2
Tripple spot test ( both surface ) 100 gr / m2
Komposisi 5% Al dan 95% Zn

5. Persyaratan Konstruksi
i. Pembuatan dan pemasangan bahan baja yang digunakan untuk rangka kuda – kuda dan
bahan lain yang terkait harus dilaksanakan sesuai gambar desain yang telah dihitung
dengan computer munggunakan software khusus aplikator TRUSS SYSTEM sesuai
peraturan dan ( Code ) rujukan yang berlaku
ii. Perakitan kuda – kuda dilakukan di workshop in door permanen dengan mesin perakit /
mesin jig yang menjamin keakurasian hasil perakitan ( prefabrikasi ), dengan alat sambung
self drilling screw.
iii. Penanganan, penyimpangan pengiriman dan pemasangan kuda – kuda harus dilakukan
dengan cara tertentu untuk menghindari kerusakan kuda – kuda.
iv. Penanganan dan pemasangan kuda – kuda harus sesuai dengan gambar Layout kuda –
kuda, gambar detail bracing, serta gambar detail pelaksanaan.
v. Penambahan kuda – kuda ke top plate / murplat menggunakan alat sambung gigagrip
untuk menahan gaya vertical dan horizontal. Top plate / murplate harus diangkur ke
struktur ring balok tumpuan kuda – kuda dengan dynabolt.
vi. Pemasangan bracing rangka atap harus dipasang secara benar sesuai design sehingga
system rangka atap dapat bekerja secara bersama – sama ( as an integral structure )
vii. Semua detail sambungan harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
viii. Pemasangan reng harus sesuai jenis penutup atap yang dipakai sesuai dengan Surat
Kontrak Kerja
ix. Perakitan kuda – kuda dilakukan oleh tenaga pemasang yang terlatih dan mampu
memahami gambar desain dan memiliki surat ijin memasang dari pabrikan.
x. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda – kuda. Berkenaan dengan hal tersebut, pihak konsultan perencana
struktur berhak untuk menerima informasi mengenai reaksi peletakan kuda – kuda baja
ringan.

6. Jaminan Struktural dan Laporan Kerja


a. Jaminan yang dimaksud adalah jika terjadi deformasi yang melebihi ketentuan maupun
keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap baja ringan, meliputi : kuda – kuda,
pengaku, dan reng
b. Program perencanaan dan perhitungan rangka baja ringan telah di desain untuk menahan
beban sesuai dengan standart peraturan di indonesia dan Australia.
o Peraturan Muatan Indonesia 1970
o Peraturan Bangunan Nasional 1984
o AS / NZS 4600-2005-S
o BS 5950-5-1998-S
o Peraturan atau design code mengacu pada :
o Pembebanan sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia 1981
o Mengacu pada persyaratan –persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed
Structural steel“ ( Australian Standart / New Zealand Standart 4600:2005 )
o Desain kekuatan structural maengacu pada “ Dead and Live loads and load
Combinations” ( Australian Standart 1170.1Part 1)
o “ Wind Loads “ ( Australian Standart 1170.2 Part 2 ) sesuai dengan peraturan
Pembebanan angin.
o Menggunakan screw berdasarkan ketentuan “ Screw-Self Drilling for the Building And
construction industries ( Australian Standart 3566 )
o Pada akhir proyek, kontraktor harus dapat melaporkan Teknical Report yang
menunjukkan semua pembebanan system rangka atap yaitu termasuk di dalamnya
o Pembebanan Joint
o Bending moment Diagram
o Shear Force Diagram
o Normal Force Diagram

B. Pekerjaan Penutup Atap


1. Syarat – syarat Bahan
Penutup atap rumah digunakan Genteng Morando
Nok Samping digunakan sesuai type genteng Warna ditentukan kemudian

Syarat Pelaksanaan.
 Setelah seluruh kuda-kuda baja ringan dan reng terpasang dengan benar (setting) dilanjutkan
dengan pemasangan penutup atap yaitu menggunakan genteng ringan.
 Sebelum penutup atap dipasang, semua kemiringan atap dan kelurusan akhiran reng serta
kuda-kuda diperiksa ulang, karena kalau kemiringan reng dan kuda-kuda tidak sama
mengakibatkan genangan air.
 Pasang penutup atap pada posisi di atas reng, kemudian dilanjutkan pemasangan nok atap.
 Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan penutup atap adalah jarak reng sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan (sesuai dengan ukuran spesifikasi bahan penutup atap).

PASAL 11
Pekerjaan Instalasi Air Bersih, Kotor dan Sanitasi

Lingkup Pekerjaan
 Pemasangan instalasi pipa air bersih, dan air kotor dengan asesories lengkap
 System instalasi air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih diseluruh
bangunan dengan mengambil sumber air dari Existing. System pembuangan air kotor ; semua
pembuangan air kotor dari WC dibuang ke IPAL , sesuai dengan gambar rencana.

 Pemasangan Tandon Air berbahan Fiber dengan kapasitas sesuai Rencana


 Mengadakan pengujian testing agar instalasi tersebut dapat bekerja dengan sempurna dan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditentukan,untuk air bersih dengan Test Pump,untuk air kotor
dengan test digelontor.
 Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan juga mengikuti peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuanpada Pedoman Plumbing Indonesia dan Internasional Plumbing code serta ketentuan-
ketentuan lainnyayang berlaku dan telah disetujui oleh direksi / pengawas.

Persyaratan Bahan
 Pipa Air Bersih
Bahan : PVC kelas AW
Kuat tekan : 10 Kg/m2
Merek : Wavin, Power, Pralon
 Pipa Air Kotor
Bahan : PVC kelas AW
Kuat Tekan : 10 Kg/m2
Merek : Wavin, Power, Pralon
 Tandon Air
Bahan : Fiber glass
Kapasitas : 500 Liter
Merek : Penguin, Tirta, Excel

Persyaratan Teknis dan Pelaksanaan


 Semua persyaratan dan bahan-bahan yang dipasang harus dalam keadaan baru dengan kualitas
yang disyaratkan, sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan telah mendapat
persetujuan dari direksi / pengawas.
 Semua Pipa PVC yang ditanam didalam tanah harus diurug sekelilingnya dengan pasir setebal ± 20
cmdan dipadatkan, kedalaman pipa 20 sampai 50 cm dan apabila pipa yersebut melintasi jalan yang
dilaluikendaraan maka pipa tersebut harus ditanam sedalam ± 60 cm
 Pipa-pipa yang tidak ditanam harus digantung atau di support dengan kuat dengan memakai besi
siku atau pipa lainnya dengan jarak maksimum 150 cm dan atau seduai dengan kebutuhan
dilapangan, gantungan-gaqntungan harus dicat dengan warna sesuai dengan warna pipa.
 Dalam pemasangan pipa-pipa air bersih dan air kotor , harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
berlaku dari pabrik, dan untuk setiap sambungan/belokan sebelum dilem harus dibersihkan /
diamplasterlebih dahulu.
 Pemborong harus melakukan testing dan comissioning, pembersihan seluruh instalasi sampai
dengan instalasi tersebut dapat berfungsi dengan baik dan diterima dengan baik oleh
direksi/pengawas.

Persyaratan bahan
Lingkup pekerjaan :
- instalasi air bersih
- pompa air
- penyambungan ke semua peralatan penunjang
- instalasi level kontrol
- instalasi air kotor
- Instalasi air hujan

Bahan :
- pipa PVC & fitting : Wavin, Rucika, Power

Pelaksanaan :
- Pemasangan instalasi harus memperhatikan kebersihan, kerapihan, ketinggian / levelserta
memperkecil banyaknya penyilangan.
- Pipa dan fitting harus dibersihkan sebelum dipasang dan sambungan mempergunakanlem
sesuai rekomendasi pabrik pipa.
- Kemiringan menurun dari pekerjaan pipa pembuangan adalah 0,5 s/d 1 % ke arah titik
buangan
- Penggantung dan klem pipa dengan jarak antara yang cukup sehingga tidakmengakibatkan
pipa melengkung.

Pekerjaan Sanitasi
Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pemasangan instalasi pipa air bersih dan air kotor dengan aksesois lengkap.
b. Sistem instalasi air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di seluruh
bangunandengan mengambil sumber air dari air tanah atau PDAM.
c. Sistem pembuangan air kotor; semua pembuangan air kotor dibuang ke septictank/pengolahan
air limbah.
d. Mengadakan pengujian/testing agar instalasi tersebut dapat bekerja dengan sempurna dan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
e. Dalam pelaksanaan pekerjaan, diharuskan juga mengikuti peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan pada Pedoman Plumbing Indonesia dan International Plumbing Code, serta ketentuan-
ketentuannya yang berlaku dan telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.

Persyaratan bahan – bahan


• Pipa air bersih
Bahan : PVC kelas AW, Ketebalan : ½ “ untuk pipa keluaran/out put
¾ ” untuk pipa air distribusi
Diameter :3”
Kuat Tekan : 18 kg/m2
Merk : Maspion, Wavin, Power.
• Pipa air kotor
Bahan : PVC kelas AW, Wavin, Power
Ketebalan : 1,2 mm
Diameter :4”
Kuat Tekan : 8 kg/m2
Merk : Wavin, Power
• Aksesoris (Keni, teste, dll)
Bahan : PVC kelas AW
Ketebalan : 1,2 mm
Diameter : 1/2”, 3/4“, 1”, 2”, dan 4”
Merk : Rucika, Power

Persyaratan Teknis dan Pelaksanaan :


f. Semua peralatan dan bahan-bahan yang dipasang harus dalam keadaan baru dan kualitas yang
telahdisyaratkan, sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan telah mendapat persetujuan
dari Direksi/Pengawas.
g. Semua pipa PVC yang tertanam di dalam tanah harus diurug sekelilingnya dengan pasir setebal +
15 cm dan dipadatkan, kedalaman pipa 20-50cm dan apabila pipa tersebut melintas jalan yang
dilalui kendaraan maka pipa tersebut harus ditanam + 60cm.
h. Pipa-pipa yang tidak tertanam (expose) harus digantung atau disupport dengan kuat memakai besi
siku atau pipa lainnya dengan jarak maksimum 150 cm dan atau disesuaikan dengan keadaan di
lapangan, gantungan-gantungan harus dicat dengan warna yang sesuai dengan warna pipa.
i. Dalam pemasangan pipa air bersih dan air kotor, harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
berlaku dari pabrik, dan untuk setiap sambungan/belokan sebelum dilem sambungan harus
dibersihkan/diamplas terlebih dahulu.
j. Pemborong harus mengadakan testing dan commissioning, perbersihan seluruh instalasi, sampai
dengan instalasi tersebut dapat berfungsi dengan baik dan diterima dengan baik oleh
Direksi/Pengawas.

Alat – alat Sanitair


Umum
a) Pemasangan Peralatan Sanitary dan peralatan lainnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan
standard dari pabrik pembuatnya dan harus dilakukan dengan hati-hati, rapih dan tidak boleh
adanya kotoran- kotoran akibat percikan adukan semen pada peralatan tersebut
b) Apabila peralatan Fixtures dilengkapi dengan plastic pelindung dari pabriknya maka plastik
tersebut boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan
c) Hanya satuan peralatan fixtures yang utuh saja dapat diterima, jika peralatan tersebut dijumpai
cacat maka kontraktor harus segera menggantinya dengan yang baru/utuh tanpa ada biaya
tambahan
d) Kontraktor harus melengkapi peralatan fixtures dengan leher angsa apabila peralatan fixtures
tersebut belum dilengkapi leher angsa secara built in
Pekerjaan – pekerjaan sementara
Sarana perlengkapan atau alat Bantu yang bersifat sementara dan diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan pemasangan alat sanitary fixtures ini, harus disiapkan oleh pemborong. Pada akhir
pekerjaan, atas perintah konsultan pengawas segala sarana atau alat Bantu yang sudah tidak terpakai
/ diperlukan lagiharus dibongkar dan dirapihkan kembali seperti semula.
Penyediaan Alat Sanitair
a) Pemborong harus menyediakan seluruh alat Sanitary serta kelengkapan-kelengkapannya yang
dibutuhkan seperti yang dicantumkan dalam daftar kebutuhan bahan yang dipakai
b) Pemborong harus menyediakan transportasi dan gudang yang ditentukan sampai ke lokasi
pekerjaan.
c) Semua ketentuan bahan-bahan yang harus disediakan oleh pemborong didasarkan atas Standard
Normalisasi Indonesia (SNI) dan Pemeriksaan Umum Bahan-bahan (PUBB).
d) Apabila terdapat peralatan Sanitary Fixtures yang dinyatakan tidak baik oleh konsultan pengawas,
makakontraktor harus mengangkut alat sanitary tersebut keluwr lapangan dalam jangka waktu
yang disyaratkan oleh konsultan pengawas

Daftar Bahan yang dipakai


a. Kloset Jongkok
Produk : TOTO, Amstad
Type : TERASO
Pemakaian : KM/WC
Warna : Standar
b. Floor Drain
Produk : Onda, Toto, San-Ei,
Bahan : Metal/stainlessteel
Pemakaian : Standar
c. Kran Dinding
Produk : Toto, Onda, San EI
Bahan : Metal
Type : Standar, dia. ½”
Pemakaian : pada Dinding KM/WC
Warna : Standar (metallic)

Pasal 12
Pekerjaan Pengecatan

a. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini , sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
Melaksanakan pekerjaan pengecatan, sehingga diperoleh hasil yang baik dan memuaskan.
Tahapan pekerjaan meliputi :
a) Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b) Pengecatan permukaan dengan bahan-bahan yang telah ditentukan.
c) Pengecatan semua permukaan dan area yang ada pada gambar, dengan warna bahan
yang sesuai dengan petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.

b. Standard Pekerjaan (Mock Up).


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang
untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara
pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up akan ditentukan oleh Pemberi Tugas/
Pengawas Lapangan.

Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.
Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli / aplikator yang
berpengalaman dan telah mendapat rekomendasi dari pabrik cat yang digunakan dan cara
pelaksanaannya standar dari pabrik cat yang digunakan.

c. Contoh dan Bahan untuk Perawatan.


Jenis cat yang digunakan adalah produksi yang telah diakui Standard International, memenuhi
ISO.9002.
Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang- bidang
transparan ukuran 30 × 30 cm 2.
Dan bidang-bidang harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis
lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir).

Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan karena Pemberi Tugas / Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis barulah Kontraktor
melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti tercantum di atas.

d. Pekerjaan Cat Besi.


Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi pagar beserta
pintunya, pintu-pintu besi, talang-talang dan pekerjaan besi lain yang ditentukan dalam
gambar.
Cat yang dipakai adalah Ex. Jotun, Ftalite, Avian
Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan bebas
debu, oli dan lain-lain.
Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar Epoxy.
Sambungan las dan ujung-ujung yang tajam diberi “touch up” dengan dua lapis U-pox
Red lead primer 520-1130 setebal 20 mikron.
Setelah kering sesudah 24 jam dan dibersihkan kembali dari kotoran-kotoran oli dan
sebagainya disemprot 1 lapis.
Setelah 48 jam mengering baru lapisan akhir Super Syntethic Enamel disemprot 2 lapis
setebal 70 mikron.
Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 2 lapis.

Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada gelembung-
gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

e. Pekerjaan Cat Dinding Luar.


Yang termasuk pekerjaan cat dinding luar adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan
dan / atau bagian-bagian lain dibagian luar yang ditentukan dalam gambar rencana.
Untuk dinding bagian luar bangunan digunakan cat luar dari bahan Emulsi Acrylic jenis eksterior
merk Ex. Nippon weatherbond, Catylax exterior
Semua pekerjaan yang hendak dicat harus dibersihkan dan bebas dari kotoran lepas, minyak
dan kotoran-kotoran lainnya.
Plamur yang digunakan adalah plamur tembok dari merk yang sama dari cat.
Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak- retak
dan Kontraktor harus meminta persetujuan kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.
Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur (kape) dari plat baja tipis dan lapisan
plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Semua pekerjaan cat dinding luar (full system) harus dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli
dan berpengalaman dalam pekerjaan ini dan mengikuti ketentuan-ketentuan dari pabrik
pembuatnya.Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata,
licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-
pengotoran.
Pekerjaan cat dinding dalam
 Plasteran dan Acian dinding harus diberi waktu yang cukup untuk pengeringan permukaannya.
 Semua pekerjaan plasteran yang cacat harus diperbaiki dahulu dengan plasteran dari jenis yang sama.
 Selanjutnya permukaan dinding yang akan dicat harus dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel
dengan lap yang kering dan kasar. Lalu diulangi lagi dengan lap yang dibasahi dengan air bersih dan
dikeringkan.
 Uleskan cat primer untuk meratakan lubang-lubang pada permukaan, kemudian diuleskan 2X atau lebih
tipis/ plamir.
 Penyelesaian akhir dengan 3 kali lapisan cat tembok.

Pekerjaan Coating (Anti Jamur)


permukaan dinding berbahan batu bata press (ekspos), Roster motif dan batu alam andesit serta Lapis bata
tempel terakota yang akan dicat harus dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel dengan lap yang
kering dan kasar. Lalu diulangi lagi dengan lap yang dibasahi dengan air bersih dan dikeringkan. Pengecatan
minimal 2 (dua) kali, tidak diperkenankan melakukan pengecetan ketika keadaan mendung atau hujan.

PASAL 15
MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

PEKERJAAN LISTRIK
1.1 UMUM

1. Uraian Pekerjaan
Termasuk dalam lingkup pekerjaan dalam kontrak ini adalah:
a. Pengadaan dan pemasangan Panel Utama dan Panel Pembagi.
b. Pengadaan dan pemasangan instalasi tegangan rendah dari Panel Utama ke Panel Penerangan
dan Daya.
c. Pengadaan dan pemasangan kabel feeder dari Panel Utama ke Panel Pembagi sesuai gambar
rencana.
d. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel untuk instalasi penerangan dan stop kontak.
e. Pengadaan dan pemasangan sistem pentanahan.
f. Pengadaan dan pemasangan Armature Lampu sesuai dengan gambar rencana.
g. Pembuatan grounding /Pentanahan.
h. Kontraktor wajib memenuhi mutu lingkup pekerjaan diatas, sehingga setelah dipasang dan diuji
dengan baik, didapat mutu instalasi yang siap untuk dipakai dan juga mudah dalam pemeliharaan
selama masa pakai.

2. Standard Persyaratan
Standard yang digunakan adalah yang terakhir, sebagai berikut:
- Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977 / 2000
- Perubahan dan Tambahan dari Komisi Bidang Listrik Indonesia urusan PUIL – 1987 /2000
- Peraturan-peraturan setempat yang dikeluarkan oleh PLN Daerah Distribusi setempat
- AVE / VDE
- Peraturan-peraturan dari Dinas keselamatan Kerja Daerah setempat.
- Persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik berkenaan dengan peralatan yang dipakai.
- Sakelar, stop kontak, konduit, doos junction box, surface mounting box, floor duct, floor oulet,
floor service box, dan perlengkapan lain memenuhi British Standard dan IEE.
- Kabel memenuhi I.E.C, SII, SPLN

3. Pengajuan Material / Bahan


a. Kontraktor wajib menyampaikan materi Pengajuan sebanyak 3 ( tiga ) rangkap ditentukan
kemudian untuk mendapat persetujuan dari MK / Konsultan Pengawas, mencakup yang disebut
dalam butir-butir berikut.
b. Kontraktor wajib membuat Gambar Rencana Kerja (Shop drawing) yang juga mencakup
Detail-detail Pemasangan, layout dan Coordinated Ceiling Plan, set-outs, untuk disetujui Pengawas
untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sebanyak 2 ( dua ) rangkap.
c. Kontraktor wajib mengajukan contoh-contoh bahan yang akan dipakai.
d. Segera setelah penunjukkan, Pemborong wajib menyerahkan katalog sesuai dengan schedule
material.
e. Material yang diajukan harus dilengkapi salinan sertifikat kesesuaian mutu dari badan standarisasi
yang bersangkutan.
f. Pemborong harus menyerahkan daftar material yang belum tercantum dalam schedule
material selambat-lambatnya 2 ( dua ) minggu setelah penunjukkan, untuk mendapat
persetujuan dari MK / KP
g. Semua material yang tercantum dalam schedule material bersifat mengikat dan merupakan
lampiran dokumen penawaran.
h. Kontraktor wajib menyerahkan Rencana Kerja (Time Schedule) dan rencana kerja
harian/mingguan lengkap dengan jumlah tenaga kerja dan peralatannya.

4. Jaminan Kualitas
a. Sub-kontraktor hanya dapat dilakukan dengan persetujuan MK / KP
b. Kehadiran subkontraktor harus dilaporkan kepada MK / KP
c. Pelaksana harus memiliki pas PLN Golongan C dan pas pemasangan dari Telkom.
d. Gambar serta Rencana Kerja ini harus tersedia di Ruang Kontraktor dan mudah diperiksa
sewaktu-waktu
e. Setiap kemajuan pekerjaan harus dicantumkan pada Gambar dan Rencana Kerja tersebut.
f. Kontraktor wajib menempatkan tenaga-tenaga pengawas untuk mengawasi pekerjaanya
sendiri.
g. Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada ditempat pekerjaan dan dapat
mengambil keputusan penuh, demi kelancaran pekerjaan.
h. Hal-hal yang tidak tercantum dalam Gambar Rancangan, Gambar Rencana kerja, maupun
Spesifikasi, tetapi hal itu diperlukan untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem pemasangan
atau sistem kerja suatu peralatan atau instalasi, maka hal itu menjadi tanggungjawab
Kontraktor untuk melangkapinya.
i. Kontraktor harus mengajukan gambar koordinasi instalasi pada plafon (coordinated ceiling
plan) yang menggambarkan rencana (layout) jalur penarikan kabel dan set-out dari fixtures; dan
dikoordinasikan antara berbagai jenis instalasi, rencana plafon dan pekerjaan lain yang
berkaitan.
1.2 SPESIFIKASI MATERIAL
1. Kabel Listrik
- Kabel yang digunakan sesuai spesifikasi baik Merk, kualitas maupun kapasitas.
- Seluruh instalasi didalam bangunan menggunakan jenis NYY dan NYM sesuai dengan
gambar.
- Seluruh instalasi yang ditanam dan berhubungan langsung dengan tanah, harus
menggunakan jenis kabel tanah NYFGBY 0.6/1 KV.
- Seluruh instalasi yang berhubungan dan dimaksudkan untuk sistem proteksi dari kebakaran
, menggunakan jenis kabel tahan api FRC.
- Sambungan kabel didalam tanah tidak diperkenankan, tanpa persetujuan MK / Pengawas.
Seandainya keadaan tidak memungkinkan dan telah ada ijin dari Pengawas Lapangan,
Kontraktor harus menggunakan sambungan dengan resin dari merk sesuai spesifikasi.

2. Konduit
- Konduit yang digunakan sesuai spesifikasi baik Merk, kualitas maupun kapasitas.
- Konduit dari jenis PVC Hi-impact, kecuali ditunjukkan lain pada gambar.
- Peralatan bantu untuk konduit harus dilengkapi dan dipasang dengan cara yang sebenarnya.
- Pada beberapa tempat yang ditunjukkan dalam gambar, harus digunakan fleksibel konduit
lengkap dengan alat-alat bantunya.
- Mutu konduit yang disetujui oleh pihak Pemilik dan/atau KP
- Konduit untuk instalasi penerangan dan stop kontak yang akan ditanam didalam plat beton lantai
(secara inbow), harus dipasang sebelum pengecoran plat beton lantai dilaksanakan.
- Pada pemasangan konduit didalam beton, Kontraktor harus mengikat konduit tersebut
pada besi sedemikian rupa sehingga tahan terhadap getaran pada waktu pengecoran.

3. Panel Listrik
- Jumlah dan jenis komponen panel listrik ditunjukkan dalam gambar.
- Tebal pelat yang digunakan minimum 2 mm untuk floor mounted dan 1.6 mm2 untuk type
wall.
- Panel tenaga dan panel penerangan berdiri sendiri ( terpisah ).
- Seluruh terminal untuk penyambungan ke luar harus ada di sisi sebelah atas panel (disesuaikan
gambar).
- Terminal kabel masuk disesuaikan dengan kabel masuk.
- Kabel masuk dilengkapi dengan “cable lug” ( kabel schoen ).
- Panel harus dengan 5 bus-bar termasuk 1 bus-bar untuk pentanahan yang besarnya minimum
berukuran sesuai dengan kapaitas beban dan mendapat persetujuan Pengawas.
- Panel-panel yang berada diluar bangunan harus diproteksi terhadap cuaca/weather proof
- Tiap panel diberi name plate sesuai nama panel.
- Untuk panel MDP, harus dilengkapi grounding arrester.

4. Komponen Panel
- Circuit Breaker Panel Utama Circuit Breaker untuk panel-panel utama, harus mempunyai
interrupting minimum 25 KA ( standard ) dilengkapi dengan pengaman terhadap arus lebih, arus
hubung singkat.
- Circuit breaker untuk penerangan, minimum mempunyai interrupting capacity 5 KA / 8 KA sesuai
dengan VDE.
- Fuse Load Break Switch : Fuse Load Break yang digunakan harus dapat memutuskan arus pada
beban. Untuk Fuse Load Break yang lebih besar dapat digunakan sepanjang fuse pengaman
yang sesuai dengan kebutuhan.
- Ampere Meter: Ampere Meter yang digunakan dari tipe untuk dipasang pada panel.
Dilengkapi dengan Trafo Arus dengan maksimum ratio 5.
- Volt Meter: Volt Meter yang digunakan harus dari tipe untuk dipasang pada panel.
Dilengkapi dengan Selector Switch dengan 6 posisi + 0.
- Lampu Indikasi: Lampu Indikasi dari tipe untuk dipasang pada panel. Warna lampu disesuaikan
dengan tanda phase: merah untuk R, kuning untuk S, biru untuk T. Dilengkapi dengan fuse
pengaman.
- Busbar : Material Busbar berupa Hard drawn high conductivity copper dengan kandungan
tembaga ( Cu > 99%), dibuktikan dengan sertifikat yang menunjukkan komposisi untuk setiap jenis
/ ukuran busbar. Tiap Panel terdapat 5 busbar terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1 busbar netral
dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan dengan besar arus yang
mengalir dalam busbar tersebut, penampang busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL. Masing-
masing busbar diberi warna sesuai peraturan PLN, dimana lapisan warna busbar tersebut harus
tahan terhadap panas yang timbul. Bus bar dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai
berikut Phasa : Merah, Kuning dan Hitam ; Netral : Biru ; Ground : Kuning / Hijau.

5. Sakelar
- Sakelar yang digunakan sesuai spesifikasi baik Merk, kualitas maupun kapasitas.
- Sakelar dibuat dari plastik putih untuk sambungan didalam tembok ( recessed type )
- Sakelar dengan kemampuan minimum 10 Ampere 250 V.

6. Stop Kontak
- Stop Kontak yang digunakan sesuai spesifikasi baik Merk, kualitas maupun kapasitas.
- Dalam pengadaan stopkontak harus lengkap dengan box tempat dudukannya dari bahan metal
jenis pasangan recess mounted.
- Two Pole & Earth, 10 A / 16 A, 220 Volt, 50 Hz, untuk keperluan umum, screw fixed.
- Three Pole & Earth, 10 A / 16 A, 380 Volt, 50 Hz.
- Minimal16 A, 250 Volt untuk Peralatan Freezer.

7. Perlengkapan Instalasi
- Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi instalasi
tersebut, supaya kelihatan baik dan memenuhi persyaratan.
- Seluruh klem-klem kabel harus buatan pabrik dan tidak diperkenankan membuat sendiri.
- Seluruh instalasi penerangan & stop kontak harus didalam konduit.
- Doos / junction box yang digunakan harus cukup besarnya dan minimum 10 cm, terbuat dari
jenis logam. Setelah terpasang, doos-doos ini harus ditutup dengan baik dengan penutup yang
khusus untuk itu.
- Semua sambungan kabel harus dipilin kawatnya dengan baik, sehingga tidak menimbulkan beda
tegangan satu sama lain, kemudian di-isolasi dengan isolasi PVC dan terakhir diberi penutup atau
Dop.
8. Lampu
a. Lampu LED
- Lampu, fitting, ballast dan starter yang digunakan sesuai spesifikasi., dilengkapi sertifikat resmi
dari pabrik pembuatnya.
- Type rumah disesuaikan dengan ruang (sesuai gambar).
- Kapasitor minimal menghasilkan Cos . 0.8.
- Bahan besi plat dengan tebal bahan mentah minimum 0.7 mm (untuk rumah lampu dengan louver),
finishing electrostatic powder coating/ ICI Stove enamelled, dengan anti korosi RG film coating
dalam larutan dioxidin, dilengkapi dengan terminal pertanahan.
- Reflector (untuk rumah / armature lampu dengan louver) dibuat dari alumunium mirror tebal
0.45 mm.
- Louver dibuat dari alaumunium anodized double mirror
- Daya tiap Lampu sesuai dengan gambar perencanaan

b. Downlight
- Tipe Downlight LED + Housing + Fitting
- Housing dari aluminium, bagian yang tersebunyi dengan anodize, bagian yang tampak dengan
finishing electrostatic powder coating/ ICI Stove enamelled.
- Reflektor aluminium / Polikarbonat

c. Lampu Dropceiling
- Sesuai dengan gambar perencanaan yang dilengkapi dengan trafo lampu selang LED warna
ditentukan kemudian.

9. Rak kabel
- Jenis Rak Kabel yang digunakan adalah Kabel tray dan Kabel Ladder buatan pabrik Finishing Hot
Dip Galvanized lengkap sambungan dan penggantung ukuran yang sesuai kebutuhan.
- Rak Kabel, baik Kabel Tray maupun Kabel Ladder lengkap dengan Fitting seperti Tee, Elbow, Reduser
,dll.

10.Sistem Listrik
- Sistem tegangan listrik yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Kontraktor adalah tegangan
rendah 220 V.
- Semua titik lampu yang mempunyai rumah terbuat dari logam dan stop kontak harus
disambungkan ke sistem pentanahan, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- Instalasi mengikuti ketentuan normal (dengan sumber daya dari PLN).
- Semua sistem pentanahan harus dipasang dengan baik, dengan tahanan max 2 Ω.

1.3 PEMASANGAN / INSTALASI


1. Instalasi Tenaga
- Yang dimaksud dengan Instalasi Tenaga adalah instalasi listrik untuk Penerangan,
equipment air conditioning, pompa, fan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk dalam
gambar.
- Kontraktor wajib memasang kabel dari panel Utama ke Panel penerangan dan Panel- panel
lain.
- Untuk penerangan diluar bangunan digunakan jenis kabel tanam, type NYFGBY
- Kabel yang digunakan jenis NYY dan NYM didalam bangunan, sesuai dengan kebutuhan
serta yang ditunjukkan dalam gambar.
- Kabel dari P.AC dan P. Pompa ke masing-masing peralatan/equipment menjadi scope
pemborong mekanikal.

2. Instalasi penerangan
- Instalasi penerangan yang dimaksud adalah titik lampu dan stop kontak, sesuai
dengan petunjuk didalam gambar.
- Letak pasti dari lampu-lampu tersebut, disesuaikan dengan keadaan di lapangan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
- Semua jenis panel adalah scope pekerjaan pemborong listrik .
- Diatas plafond , kabel-kabel dipasang pada rak kabel dan diatur dengan baik, di klem
setiap jarak 1,5 meter.
- Lampu-lampu dipasang diatas plafond tiap-tiap lantai (disesuaikan dengan gambar).
- Pada setiap percabangan titik lampu, harus diberi doos / junction box, dari sini
dihubungkan dengan kabel ke titik penerangan.
- Sambungan pada junction box/doos, sesuai dengan jumlah cabang dan
menggunakan las dop merk sesuai spesifikasi.
- Sambungan kabel untuk menuju ke titik penerangan hanya diperlukan pada junction
box/doos tersebut
- Seluruh instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan kabel NYM dipasang
dalam conduit high impact 20 mm lengkap dengan kabel klem, junction box.

3. Saklar dan Stop Kontak


- Sakelar untuk sambungan didalam tembok ( recessed type ) satu atau lebih, Instalasi dapat
dilihat dalam gambar.
- Tinggi sakelar pada umumnya 150 cm dan Stop Kontak 30 cm dari lantai kecuali ada
permintaan dari Pemilik yang menginginkan tinggi lain.
- Letak pasti dari sakelar dan Stop Kontak harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

4. Rak Kabel
- Penggantung-penggantung harus dibuat dengan baik sehingga bila ada
pembebanan, tray tersebut tidak akan berubah bentuk atau melengkung. Penggantung
dibuat dari Hanger Rod, jarak antar penggantung maximum 1 meter. Penggantung harus
rapi & kuat sehingga bila ada pembebanan tidak akan berubah bentuk. Penggantung harus
dicat dasar anti karat sebelum dicat akhir dengan warna abu-abu.
- Kabel-kabel dalam konduit yang terletak diatas tray tersebut harus di klem pada jarak
50 cm dengan menggunakan klabel Ties .

5. Grounding (Pentanahan)
- Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan dan persyaratan yang berlaku
- Seluruh panel, Trafo dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan pada
panel-panel menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm² dan max. 95 mm²,
penyambungan ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug). Ukuran
Penghantar BCC dilihat pada Gambar untuk tiap Panel.
- Elektroda pentanahan berupa batangan tembaga Ø 25 mm dengan panjang minimal 6
meter, kedalaman pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan harus
mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance)
dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 7 (tujuh) hari berturut-
turut.
- Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan setelah mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengukuran ini harus disaksikan Konsultan
Pengawas.
- Tiap Elektroda pentanahan dibuatkan Bak Kontrol.

1.4 PENGUJIAN
1. Umum
- Sebelum daya listrik digunakan ke instalasi, seluruh instalasi harus sudah selesai diuji dan didapat hasil
yang baik yang harus disaksikan dan disetujui oleh KP / Badan Pemerintah yang berwenang.
- Pengujian tahanan isolasi dan kabel tegangan 220 V / 380 V harus menggunakan megger 500 Volts.
Megger yang digunakan harus tipe elektronik.
- Pengujian harus disaksikan oleh KP. Bila didapat hasil buruk / kurang memuaskan pada suatu bagian
instalasi, Kontraktor wajib memperbaiki kembali, kemudian pengujian diulangi sampai mendapatkan
hasil yang baik dan dibuat Berita Acara Hasil Pengujian
- Kontraktor wajib mengadakan peralatan dan tenaga serta biaya yang diperlukan untuk pengujian
tersebut dan pemberitahuan kepada KP harus paling lambat 48 jam dimuka.
- Pengujian instalasi listrik dilaksanakan dengan beban penuh selama 3 x 24 jam secara terus
menerus dengan biaya dari pemborong.
- Pengujian seluruh sistem dilakukan bersama vendor / supplier / sub-kon dan hasilnya harus
baik dan memenuhi persyaratan spesifikasi dan pabrik pembuat.
- Apabila diperlukan pengujian terhadap bahan-bahan instalasi dan peralatan, maka Pengawas boleh
meminta bahan-bahan instalasi dan peralatan tersebut untuk diuji ke lab. atas biaya Kontraktor.

2. Pengujian Tahanan Isolasi


- Pengujian tahanan isolasi instalasi listrik didasarkan atas peraturan yang berlaku, ditambah
dengan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam pasal berikut.
- Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan megger 500 Volt elektronik.
- Pada saat pengujian semua titik lampu dan sakelar harus dalam keadaan terbuka.
- Pengujian dilakukan setiap kali, untuk setiap jurusan ( group ).
- Hasil minimum yang diijinkan adalah 10 Mega-Ohm.

3. Pengujian Tahanan Tanah


- Setelah diadakan penanaman pentanahan (ground rod) pengujian tahanan dapat
dilaksanakan.
- Pengujian untuk ini dapat digunakan alat uji tahanan tanah elektronik.
- Tahanan maksimum yang diijinkan adalah 2 Ohm.

4. Hasil pengujian yang tidak baik


- Bila didapat hasil pengujian yang tidak baik, Kontraktor harus segera memperbaiki
pekerjaannya.
- MK berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk membongkar pekerjaannya bila
ternyata hasil uji tidak baik karena kecerobohan pekerjaan Kontraktor.
- Setelah perbaikan dan dianggap memuaskan oleh MK, pengujian dapat diulangi atas
tanggungan biaya Kontraktor.
- Bila pengujian mendapat hasil buruk sebanyak 3 ( tiga ) kali setelah diperbaiki, Kontraktor
wajib membongkar pekerjaannya.
- Pengujian dilakukan sampai mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan pasal-pasal diatas.

PASAL 16
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

Peraturan Perundang – Undangan

Umum
Terdapat beberapa produk hukum yang mengatur pelaksanaan K3. Konstruksi yaitu:
• Masing-masing No. 3 Tahun 1996 tentang pemenuhan sosial tenaga kerja.
• Peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1996 tentang penyelenggaraan program pemenuhan
sosial tenaga kerja.
• Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja.
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan pada Konstruksi Bangunan Peraturan Pelaksanaan dari UU No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan
2. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri PU No. KEP. 174/MEN/86 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi pada 104 / KPTS/ 1986 Tempat Kegiatan Konstruksi
beserta Buku Pedomannya, sebagai persyaratan teknis pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. PER. 01/MEN/1980.
• Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. KEP.
07 / MEN / 1984 tentang tenaga kerja borongan dan harian 30 / KPTS / 1984bebas pada
proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 425/MEN/1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program
Jamsostek bagi proyek-proyek APBD, Inpres, APP1N instansi lain serta proyek-proyek swasta.
Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau kejadian berbahaya
harus dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum yang
dalam hal ini dapat diinterprestasikan Kadep atau Kanwil masing-masing.
Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-
ketentuan didalam SK tersebut secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggung jawab masing-masing,
Sanksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 01/MEN/1980 menyebutkan bahwa pelanggar
ketentuan K3 Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp. 100.000,-.
Didalam SKB disebutkan bahwa Menteri PU berwenang memberi sanksi administrative terhadap
pihak-pihak yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah ditetapkan.
Organisasi K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan suatu proyek, Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk organisasi K3Konstruksi
dengan ketentuan sebagai berikut :
Ketentuan
• Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung jawab mengawasi
koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
• Petugas K3 Konstruksi harus bekerja full-time untuk mengurus dan menyelenggarakan K3
Konstruksi.
• Penyedia Jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan, wajib membentuk unit struktural dari organisasi
Penyedia Jasa.
• Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-baiknya dibawah
koordinasi Penyedia Jasa.
• Serta bertanggung jawab kepada Pimpinan Proyek.

Kewajiban Petugas K3 Konstruksi


• Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat memahami kewajiban-
kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi.
• Mengusahakan pembuatan sarana dan prasarana yang diharuskan dalam K3 Konstruksi untuk
menghindari kecelakaan atau bahaya kesehatan pada penyelenggaraan proyek.
• Menyelenggarakan keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
• Memeriksa secara berkala semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
• Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja di lingkungan proyek kepada
Departemen Tenaga Kerja dan dapat diperiksa oleh Panitia Pembina K3 Konstruksi tentang
pelaksanaan K3 Konstruksi di proyek.

Kewajiban Penyedia Jasa


• Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3 Konstruksi.
• Memberikan fasilitas kepada Unit Pembina K3 Konstruksi untuk melaksanakantugasnya.
• Jika dalam satu proyek terdapat lebih dari satu Penyedia Jasa, maka harus bekerjasama
dalam kegiatan K3 Konstruksi.

Perlengkapan K3 Konstruksi
Perlengkapan untuk melindungi tubuh dari kecelakaan akibat kerja.
• Tutup Kepala
1. Helm untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.
2. Topi untuk melindungi dari terik matahari.
• Tutup Telinga
Untuk melindungi telinga dari suara yang bising atau keras.
• Masker
Untuk melindungi pernafasan dari kotoran-kotoran debu atau gas beracun.
• Kaca Mata Hitam
Untuk melindungi dari sinar yang terlalu terang.
• Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari luka akibat gesekan atau zat-zat.
• Sabuk Pengaman
Untuk melindungi dari kecelakaan ditempat yang tinggi atau terperosok dalam lubang atau
lumpur yang dalam.
• Jaket Pelampung
Untuk menghindari tenggelam dalam air.
• Sepatu Karet
Untuk melindungi kaki dari luka akibat menginjak benda-benda tajam dan menghindari dari
tergelincir akibat jalan licin.
• Jas Hujan
Untuk melindungi tubuh dari air hujan.

Persyaratan Teknis K3 Konstruksi Pada Tempat Kerja

Tempat Kerja
• Tempat kerja harus ditata dan diperlengkapi sarana dan prasarana untuk mencegah
kecelakaan kerja dan fasilitas yang diperlukan secara darurat bila terjadi kecelakaan kerja.
• Penyediaan sarana penerangan pada tempat kerja yang kurang cahaya.
• Menyediakan ventilasi cukup agar pekerja dapat menghirup udara segar dan mencegah
terkonsentrasinya udara yang dikotori oleh debu, atau zat lainnya yang disebabkan
oleh/akibat kerja.
• Menjaga tempat kerja selalu bersih dan rapi atas barang-barang atau peralatan yang
mengganggu atau mengakibatkan kecelakaan kerja.
• Perencanaan (desain) dan pelaksanaannya harus benar-benar memperhatikan kekuatan
“tempat kerja” sesuai dengan beban (barang atau orang) yang dipikul sehingga tidak goyang
atau melentur.
• Jembatan harus dilengkapi dengan terali atau pagar pengaman yang tingginya antara 1 –1,5
m diatas lantai, terdiri dari 2 rel dan dilengkapi pinggir pengaman (toe board) tinggi15 cm
untuk mencegah orang terpelest.
• Lebar jembatan harus cukup untuk rencana barang atau orang yang melewati, minimum50
cm.
• Di dalam kondisi darurat perlu disediakan perahu penyelamat.

Pencegahan Terhadap Kebakaran


1. Alat
• Ditempat kerja harus selalu tersedia alat-alat pemadam kebakaran.
• Alat pemadam kebakaran harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang.
• Alat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
• Harus diletakkan ditempat yang mudah terlihat.
• Alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat/yang ada alat-alat pengelas, yang
mudah terbakar dan bahaya aliran listrik.
2. Petugas
• Semua pengawas dan beberapa tenaga kerja harus dilatih menggunakan alat pemadam
kebakaran.
• Orang yang terlatih dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran harus selalu siap
selama jam kerja.

3. Pencegah dan Peringatan


• Perlu dihindarkan penempatan peralatan yang mudah mengakibatkan kebakaran pada
bahan yang mudah terbakar seperti kayu, terpal, bahan kanvas dan lain-lain.
• Menghindari penimbunan atau penempatan barang-barang yang mudah terbakardiruang
yang tidak terjaga keamanannya seperti : debu, serbuk gergaji, lap berminyak,potongan
kayu, bahan-bahan kimia, minyak solar atau bensin.
• Pengawasan secara rutin pada tempat-tempat dimana resiko kebakaran sangat besar.
• Tanda, petunjuk, sign dan peringatan atas : tempat/area yang berbahaya untuk umum,
tampat alarm atau alat pemadam kebakaran serta nomor telepon Dinas Pemadam
Kebakaran.

Pencegahan Terhadap Benda-Benda Jatuh


Pada lokasi dimana kemungkinan terjadinya benda jatuh dari suatu ketinggian perlu dibuat
• Jaringan/jalan atau konstruksi pencegah (toe board atau perancah).
• Pemasangan pagar atau papan petunjuk tentang lokasi yang perlu dihindari.
• Alat atau konstruksi khusus untuk transportasi barang/material buangan dari ketinggian.

Perlindungan Terhadap Orang Jatuh


Kepada pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian perlu dibuat atau dilengkapi failitas
pencegah atau alat bantu seperti :
• Pagar atau terali pengaman.
• Konstruksi tempat kerja yang kuat dan stabil.
• Pinggir pengaman (toe board) untuk menghindari kaki terpeleset.

Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan di ketinggian yang tidak dapat dikerjakan secara aman, makaperlu
dibuat perancah dengan ketentuan sebagai berikut :
• Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.
• Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut :
- Kayu untuk konstruksi harus berurat lurus, padat, tak ada mata kayu yang besar, kering,
tidak busuk, tidak ada cacat atau kerusakan yang memperlemah.
- Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai secara utuh, digunakan
tali pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan dilarang untuk hanya menggunakan paku
sebagai pengikat.
- Besi pipa logam untuk konstruksi harus dari material yang baik, lurus dan bebas karat.
- Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat material yang baik,
tidak lapuk/berkarat atau kena asam atau bahan kimia.
- Papan lantai perancah harus tahan retak/pecah.
• Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
- Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
- Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
- Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
- Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan dengan kuat pada
tiang/tembok penyangga.
• Perancah harus secara periodik diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi dan sambungan-
sambungannya).
• Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bambu harus memenuhi ketentuan :
- Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertikal harus overlap 1,5 m.
b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang atau perletakan yang
memadai.
c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2 klaim bulat), pada tempat yang tidak
menerima banyak goyangan, kecuali untuk bambu tidak diperkenankan membuat
coakan.
d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.
- Balok Memanjang
a. Jarak vertikal balok memanjang tidak boleh melebihi 4 m.
b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu dengan tiang
vertikal.
c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang perancah.
d. Balok memanjang harus diberi palang penguat (braced) yang cukup.
- Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus di kopel, secaradiagonal
dari atau ke bawah pada seluruh panjangnya.
b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertikal pada titik-titik
silangnya.
c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan menggunakan palang
penguat.
- Perancah Pipa Logam harus memenuhi ketentuan :
a. Pipa vertikal dan horizontal terpasang kuat satu dengan lainnya.
b. Harus dipasang palang penguat dengan arah diagonal.
c. Tidak boleh dipasang dengan jarak kurang dari 5 m dari jaringan/peralatan listrik.
d. Pipa harus mempunyai ukuran dan ukuran yang cukup untuk menahan beban,
minimal diameter 5 cm.

Tangga
Dalam pelaksanaan pekerjaan Bangunan Air dengan konstruksi yang tinggi mungkindiperlukan
tangga.
1) Tangga Kerja
Tangga kerja menurut penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
• Tangga Kerja Sementara.
• Tangga Kerja Lepas.
Khusus untuk tangga kerja lepas, dapat diklasifikasikan menjadi :
• Tangga kerja lepas (kayu atau besi).
• Tangga yang dapat berdiri sendiri.
• Tangga yang dapat diperpanjang.
2) Umum
• Tangga yang terbuat dari kayu harus terbuat dari mutu yang kuat, tidak ada kerusakandan
kayu yang arah seratnya memanjang.
• Tangga yang terbuat dari logam harus tidak licin, bersih dan tidak berkarat serta dicat
dengan cat anti karat.
• Jarak antara anak tangga harus sama, tidak boleh kurang dari 25 cm atau lebih dari 35cm.
• Tangga kerja terbuat dari kayu tidak boleh dicat tetapi harus dipernis atau diberi
pengawat yang jernih (transparan).
• Tangga kerja yang dipergunakan dalam waktu lama perlu dirawat dan diadakan
pemeriksaan pada waktu-waktu tertentu.
• Jarak perletakan kaki bawah ke dinding sandaran harus lebih kurang ¼ panjang
tangga.
• Pekerja yang menggunakan tangga harus :
- Kedua tangan bebas untuk memegang tangga dan tidak membawa beban berat.
- Menghadap tangga.
- Tidak menggunakan alas kaki yang licin.
• Tempat/kedudukan tangga harus dalam kondisi yang sempurna/stabil dan aman dari
gangguan kendaraan atau orang serta tidak diletakkan di depan pintu yang terbuka ke
arahnya, dan terikat kuat/tidak bergeser.
• Pengaman diperlukan bila dipakai di tempat ramai.

3) Tangga Lepas Dua Kaki


• Tinggi maksimal tangga lepas 9 m setiap perbedaan tinggi 9 m harus diberi bordesyang
mempunyai ukuran yang cukup dan mempunyai railing.
• Tangga kerja lepas yang terbuat dari kayu harus diberi besi pengikat silang untuk
menjamin kekuatannya.
• Setiap tangga lepas yang digunakan untuk hubungan tingkat harus :
- Paling sedikit 1 m lebih tinggi dari tingkat yang dituju.
- Satu dari kaki tangga diperpanjang ke atas 1 m untuk pegangan.
-
4) Tangga yang dapat berdiri sendiri :
• Tangga boleh lebih panjang dari 6 m, lebar antara kaki di ujung atas minimal 40 cm,lebar
di bawah minimal 50 cm.
• Kaki bagian belakang diberi alas yang kuat.
• Tangga yang melebihi 1,5 m panjangnya harus diberi dua atau lebih ikatan silang.
• Antara kaki depan dengan belakang harus terikat dengan kuat.
• Dalam kondisi terbuka anak tangga harus horizontal.

5) Tangga yang dapat diperpanjang :


• Tangga lepas yang dapat disambung tidak boleh lebih panjang 15 m.
• Tangga lepas yang disambung harus dibuat oleh orang yang ahli dilengkapi dengankunci
dan alat pengaman, satu atau lebih.
• Tali penggerak, diangker kuat dan dikaitkan melalui roda kerekan.
• Pada bagian sambungan yang berhimpit anak tangga harus berhimpitan juga.

6) Tangga Lepas Mekanik


Tangga lepas mekanik artinya dapat diperpanjang secara mekanik dan ditumpu oleh alas
yang beroda dengan ketentuan sebagai berikut :
• Dilengkapi dengan peralatan tempat bekerja yang aman dan terbuat dari kerangka besi
yang tipis tetapi kuat.
• Bila sedang digunakan rodanya harus terkunci.
• Tangga lepas mekanik tidak boleh digerakkan bila seseorang sedang bekerja, kecuali
sudah dirancang untuk hal tersebut.

Kendaraan Proyek
Dalam pelaksanaan pekerjaan pengurugan lahan untuk peninggian level Bangunan sesuai
dengan perencanaan maka diperlukan tanah urugan yang harus didatangkan ke lokasi proyek.
Sehingga Penyedia Jasa harus memperhatikan beberapa hal :
• Tanah yang didatangkan dari quarry menuju lokasi pngurugan (lokasi proyek) dengan
menggunakan dump truck harus ditutup dengan terpal agar tanah yang dibawa tidak
berjatuhan ke area jalan yang dilalui oleh dump truck tersebut.
• Setiap dump truck yang keluar dan masuk di quarry maupun di lokasi proyek (pengurugan)
harus dilakukan pembersihan tanah yang melekat pada semua roda denganmenggunakan air
atau dengan alat lainnya (terutama di musim penghujan) agar tanah yang melekat di roda
tersebut tidak membahayakan pengendara lain baik pejalan kaki maupun kendran roda dua.
• Tenaga-tenaga untuk pelaksanaan kebersihan tersebut sudah merupakan tanggungjawab
serta kewajiban (sudah diperhitungkan seluruh biayanya) dari Penyedia Jasa dari mulai awal
pelaksanaan sampai dengan akhir pelaksanaan proyek.

Kecelakaan Kerja
Pengertian Istilah
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Pengusaha adalah :
a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.
4. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yangterjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumahmelalui
jalan yang bisa atau wajar dilalui.
5. Jaminan Tenaga Kerja (BPJS) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggaldunia.
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BPJS) meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh) orang tenaga kerja
atau membayar upah kepada seluruh tenaga kerja, kerjanya paling sedikit Rp 1.000.000,-
(satu juta rupiah) sebulan, wajib mengikut sertakan kerjanya dalam programjaminan sosial
tenaga kerja.
2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas diselelnggarakan oleh
Badan Penyelenggara, dalam hal ini BPJS.
3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi
tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak
dalam program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.
5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh :
a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. :KEP-
07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29 Januari 1984, khusus bagipekerja yang
bekerja di proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : KEP.425/MEN/1984 tentang petunjuk pelaksanaan
Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian lepas pada Penyedia Jasa jasa
konstruksi khusus bagi pekerja pada :
• Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain, pemotongan iuran ASTEK dilaksanakan oleh
bendaharawan proyek.
• Proyek-proyek APBN, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa dengan
menyetorkan langsung ke bank yang ditunjuk atas rekening Perum ASTEK.
• Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa/pemilik proyek
pada saat menerima Ijin Mendirikan Bangunan dan/atau Surat Ijin Pelaksanaan
Pembayaran (SIPP).
6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko kecelakaan
kerja yang meliputi seluruh biaya pengangkutan, pengobatan, perawatan di rumah sakit dan
tunjangan sementara tidak mampu bekerja, tunjangan cacat, tunjangan kematian dan biaya
penguburan.
7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja, tenaga kerja atau siapa saja harussecepatnya
memberitahukan ke perusahaan/pengusaha.
8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan.
9. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir Jamsostek 3 kepada Depnaker dan BPJS
Setempat sebagai Laporan Kecelakaan Kerja Tahap 1 tidaklebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh
empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
10. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap ke II kepada Kantor Depnaker dan BPJS
setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu tidaklebih dari 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam setelah menerima surat keterangan dokter (formulir Jamsostek 3b)
yang menerangkan :
a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.
b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau
c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, atau
d. Meninggal Dunia.
Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
Dalam hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan sendiri.
2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24
jam.
3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa
kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggal dunia.
4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja dibayarkan langsung
kepada yang bersangkutan, dalam hal tenaga kerja meninggal dunia kepada ahli warisnyayang
sah.

Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja


Pengertian
Menurut keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993, penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
• Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak
mendapat Jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerjamaupun
setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi
tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir akan diberikan, apabila menurut hasil
diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selamatenaga
kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan kerja tersebut
akan diberikan, apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
• Bila tenaga kerja tertimpa penyakit yang timbul karena hubungan kerja, pengusaha wajib
mengisi dan mengirimkan formulir khusus tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat)
jam sejak menerima diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Penyampaian formulir tersebut
berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran jaminan kecelakaan kerja.Karena itu
harus disertai bukti-bukti sesuai ketentuan yang berlaku.

Penyakit Akibat Hubungan Kerja


Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana dimaksud disini, sesuai denganyang
tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 (terlampir).

DAFTAR PENYAKIT YANG MUNGKIN TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA

1. COVID – 19 yang disebabkan penularan dalam lingkungan kerja.


2. Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (Silikosis, antrakosilikosis,
asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau
kematian.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (Bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu, logam keras.
4. Penyakit paru dan saluran pernafasan (Bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh kapas, vlas henepdan
sisal (Bissinosis).
5. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyakit sensitisasi dan zat perangsang yang dikena yang
berada dalam proses pekerjaan.
6. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organis.
7. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaan yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaan yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan krom atau persenyawaan yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan mangan atau persenyawaan yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan arsen atau persenyawaan yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan raksa atau persenyawaan yang beracun.
14. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
15. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian,
pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
16. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
17. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
18. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologik.
19. Kanker kulit spitelioma primer yang disebabkan oleh terpic, bitumen, minyak mineral, antrasemaatau
persenyawaan produk atau residu dari zat tersebut.
20. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
21. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat dalam suatupekerjaan
yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
22. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara
tinggi.
23. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

PEKERJAAN LAIN –LAIN


Pekerjaan Pembuangan Sisa – sisa Pekerjaan dan Bongkaran.
• Lingkup Pekerjaan Lain –lain ini meliputi :
Sebelum diserahkan lokasi pekerjaan dan sekitarnya harus bersih dari sisa bahan bangunan dan ini
harusdikerjakan oleh Pihak Pemborong.

1. Sebelum penyelesaian pertama yang direncanakan, Pemborong harus meneliti bidang-bidang


pekerjaan yang belum sempurna dan harus segera diperbaiki dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab.
2. Pekerjaan yang perlu mendapat penelitian akhir antara lain : Kesempurnaan pekerjaan terutama
di bagian belakang dan tempat-tempat tersembunyi.
3. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan harus sudah rapih, bersih, licin dan mengkilap.
Halaman luar harus sudah digarap, dibersihkan dari segala macam sampah dan kotoran lainnya.
4. Pemborong harus menyelesaikan pekerjaan ini seluruhnya dengan baik sehingga memuaskan
Direksidan Bouwheer, serta tidak memerlukan lagi pekerjaan perbaikan.
5. Meskipun telah ada Pengawas, dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan
Bestek dan gambar tetap menjadi tanggung jawab Pemborong, kecuali ada bukti tertulis bahwa
perintah penyimpangan perubahan tersebut atas perintah dari Direksi yang dapat ditunjukkan
kepada Direksi/Bouwheer.
6. Setelah penyerahan kedua, semua barang-barang/peralatan yang menjadi milik Pemborong
harus segera diangkut dari lokasi pekerjaan.
7. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh direksi dan kontraktor. Bila diperlukan, akan dibicarakan bersama
konsultan pengawas.
8. Selain persyaratan teknis yang tercantum di atas, kontraktor diwajibkan pula mengadakan
pengurusan-pengurusan Surat bukti kir listrik/pengetesan dari PLN dan pengetesan lainnya yang
diperlukan.
9. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan yang diperlukan akan
dicantumkan Berita Acara Penjelasan

Labuan , 27 Februari 2023


Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Labuhan
Pejabat Pembuat Komitmen

MUHAMAD RIDWAN , SE
NIP : 19750124 200604 1001

Anda mungkin juga menyukai