Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KABUPATEN INTAN JAYA

INSPEKTORAT
Alamat : Jln. Poros Mamba Distrik Sugapa

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT


TEKNIS ( RKS TEKNIS )

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
INSPEKTORAT TAHAP II

TAHUN ANGGARAN 2021


PASAL 1
URAIAN UMUM
1.1. Jenis Pekerjaan

Satker/OPD : Inspektorat

Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kantor Inspektorat Tahap II

Kabupaten : Intan Jaya

Pejabat Pembuat

Komitmen : ANTONIUS EKO,K.W.N.P, SE

Lokasi : Jl. Poros Mamba – Distrik Sugapa

Sumber Dana : DAU (Dana Alokasi Umum)

1.2. Tentang Pekerjaan


a. Pekerjaan yang harus dilaksanakan ini adalah meliputi Pekerjaan Pembangunan
Gedung Kantor Inspektorat Tahap II.
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar
Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Agenda yang disampaikan
selama pelaksanaan.
d. Pekerjaan dimaksud di atas meliputi seluruh Pekerjaan Persiapan, Struktual,
Arsiktektur, dan Pekerjaan Akhir.
1.3. Pemberi Tugas / Pengguna Jasa
Bila dalam Uraian & Syarat-syarat terdapat istilah Pemberi Tugas, maka itu berarti
Pemilik Proyek atau Pengguna Jasa seperti ditentukan dalam syarat-syarat Umum.
1.4. Pengawas (Supervisor)
Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Pengawas, maka yang disebut itu
adalah suatu Badan Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang bertanggung jawab
seperti ditentukan dalam Syarat-syarat Umum.
1.5. Kontraktor
Bila dalam Uraian dan Syarat-syarat ini terdapat istilah Kontraktor, maka itu berarti Suatu
Badan Hukum atau Perusahaan atau wakilnya yang mengadakan perjanjian untuk
melaksanakan pekerjaan dan yang berhubungan dengan satu atau lebih paket proyek yang
sesuai dengan Dokumen Kontrak.
1.6. Persetujuan Pengawas (Supervisi)
Persetujuan Pengawas adalah merupakan Persetujuan Pengawas secara tertulis yang berisi
persetujuan untuk sesuatu hal yang termasuk dalam persyaratan ini.
1.7. Daerah Proyek
Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada di dalam daerah tersebut ( Pekerjaan )
yang dikuasai untuk segala keperluan proyek.
1.8. Ukuran
Ukuran dengan angka adalah ukuran yang harus diikuti dari pada ukuran skala pada
Gambar Rencana. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran-ukuran, harus segera menanyakan
atau meminta nasihat dan masukan kepada Pengawas.
1.9. Rencana Kerja
Dalam Waktu 1 (satu) minggu setelah penandatanganan Kontrak, Kontraktor wajib
menyerahkan suatu Rencana Kerja yang meliputi :
1. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan masing –
masing bagian pekerjaan.
2. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
3. Jam kerja yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan dilapangan.
4. Jumlah pegawai Kontraktor yang diusulkan, selama pekerjaan berlangsung,dengan
disebutkan fungsi dan keahliannya.
5. Network Planning
1.10. Buku Laporan Harian
Kontraktor harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk-petunjuk,
keputusan-keputusan, dan detail-detail penting dari pekerjaan.
Laporan bulan mengenai kemajuan pekerjaan yang memuat sekurang-kurangnya
keterangan-keterangan yang berhubungan dengan kejadian selama satu bulan dan risalah
kemajuan / progress report tersebut berupa rangkuman dari :
a. Logistik bahan bangunan dan barang perlengkapan
b. Uraian kemajuan pekerjaan dalam akhir bulan
c. Absensi pegawai yang dipekerjakan selama bulan tersebut
d. Keadaan cuaca dari hari ke hari
e. Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek
f. Kejadian khusus
g. Foto-foto berwarna ukuran kartu pos sesuai dengan tahapan pekerjaan ditambah
dengan yang dianggap perlu oleh Direksi. Laporan disampaikan kepada :
h. Pemberi tugas 1 asli + 1 copy
i. Konsultan perencana 1 copy
j. Ketua Direksi di lapangan / pengawas lapangan 1 copy
k. Pengawas lapangan untuk disimpan di kantor Direksi lapangan 1 copy
1.11. Peralatan
a. Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.
b. Kerusakan pada bagian atau keseluruhan dari alat-alat tersebut harus segera diperbaiki
atau diganti sehingga tidak mengganggu aktifitas didalam pekerjaan.
1.12. Material
a. Bila diperlukan, Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis Kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuan tentang nama perusahaan, tempat asal (sumber) material.
b. Sebelum memberikan persetujuan, Pengawas dapat minta didatangkan contoh
barang/material/bahan baku, untuk keperluan pemeriksaan.
c. Dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pengawas.
1.13. Tanggung Jawab Kontraktor
Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat
persetujuan. Pengawas tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada
pekerjaan tersebut sesuai dengan Kontrak maupun Peraturan Pemerintah yang berlaku.
1.14. Mutu Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang dugunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi maupun petunjuk Pengawas.
1.15. Pekerjaan dan Bahan-Bahan
Pekerjaan dan Bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macamnya seperti yang
disebut dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk Pengawas dilapangan, harus
tecakup dalam pembiayaan unruk tenaga kerja, harga bahan, biaya tak terduga,
keuntungan, biaya penggantian atas kerusakan atas milik pihak ketiga dan kerja-kerja lain
yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja.
1.16. Gambar Rencana
Gambar Rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Dokumen
Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan dalam masa
pelaksanaan. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja dan
Spesifikasi ini maupun Spesifikasi lainnya dan tidak dibenarkan untuk menarik
keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada Gambar Rencana atau
perbedaan antara Gambar Kerja dan isi Spesifikasi. Pengawas akan mengoreksi dan
menjelaskan Gambar Rencana tersebut untuk kelengkapan yang telah disebut dalam
spesifikasi. Dimensi dalam Gambar Rencana dapat dihitung dengan teliti dan tidak
dibenarkan untuk menganggap bahwa Gambar Rencana tersebut dibuat pada skala yang
benar, kecuali atas petunjuk Pengawas. Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap
Gambar Rencana akan ditentukan selanjutnya oleh Pengawas dan akan disampaikan
kepada Kontraktor secara tertulis. Kontraktor harus membuat Shop Drawing sebelum
memulai suatu pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
1.17. Ketidak sesuaian Antara Gambar Rencana Dengan Uraian & Syarat-Syarat.
Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar Rencana dan spesifikasi Pekerjaan dan
Syarat-syarat Umum dan Syarat-syarat Khusus, maka hal ini harus sesegera mungkin
ditunjukan kepada Pengawas dan selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemberi Tugas.
1.18. Perbedaan Antara Item Pekerjaan Dengan Gambar Rencana & Rencana Kerja Dan
Syarat-Syarat (RKS).
Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan
apabila dalam hal ini terdapat perbedaan antara Item Pekerjaan dengan Gambar Rencana
dan Spesifikasi, Dalam hal ini Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan.
1.19. Contoh – Contoh Bahan/Material
Contoh-contoh bahan/material yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau wakilnya harus
segera disediakan tanpa kelambatan atas biaya Kontraktor, dan contoh-contoh
bahan/material tersebut harus sesuai dengan standard yang disarankan dalam spesifikasi
ini. Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara demikian rupa sehingga dapat
dianggap bahwa bahan atau pekerjaan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.
1.20. Penerapan SMK3 Konstruksi
1.20.1. Peraturan SMK3 Konstruksi
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan SMK3 konstruksi antara lain:
1. Pasal 22, ayat (2) huruf L, Undang- undang RI No.18 tahun 1999
menyebutkan kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup
Uraian mengenai : perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
serta jaminan sosial.
2. PPNo.29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Pada salah satu ayatnya menyebutkan bahwa: penyedia jasa dalam pemilihan
penyedia jasa berkewajiban untuk menyusun dokumen penawaran yang
memuat :
 rencana dan metode kerja,
 rencana usulan biaya,
 tenaga terampil dan tenaga ahli,
 rencana dan anggaran Keselamatan dan kesehatan kerja dan peralatan.
3. Pasal 30 ayat (1) PP No.29 tahun 2000 menyebutkan bahwa untuk menjamin
terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang :
 tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku,
 pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
1.20.2. Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja
pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik
proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan
dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut
ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah,
akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang
berisiko tinggi. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak ekonomis
yang cukup signifikan.Dari berbagai kegiatan dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang
dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini
kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan
cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar
dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi
tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara
risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali
mengabaikan penggunaan peralatan pelindung yang sebenarnya telah diatur
dalam pedoman K3 konstruksi.
1.20.3. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko dan dilakukan
berdasarkan penilaian risiko terhadap masing-masing item pekerjaan. Dengan
mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah orang yang terlibat pada
masingmasing item pekerjaan, akan dapat diprediksi peluang kejadian dan tingkat
keparahan dari risiko kecelakaan. Menurut hirarki cara berpikir dalam melakukan
pengendalian risiko adalah dengan memperhatikan besaran nilai risiko/ tahapan
pengendalian risiko,seperti berikut:
1. Mengeliminasi /menghilangkan sumber bahaya terhadap kegiatan yang
mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi/besar.
2. Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman.
3. Engineering: Melakukan perubahan terhadap desain alat /proses /layout
4. Administrasi: Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan /standar
untuk mengajak melakukan cara kerja yang aman (menyangkut tentang
prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan peringatan/larangan,
pengawasan/inspeksi,dsb).
5. Penggunaan alat pelindung diri (APD).
5.1.1. Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi
Kebijakan Departemen PU dalam penerapan SMK3, dalam rangka mewujudkan tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta upaya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan
dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang pekerjaan umum. Departemen
Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09/PRT/M/2008
Pedoman Sistem tentang Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum. Sesuai dengan maksud dan tujuan diterbitkannya peraturan menteri
tersebut adalah untuk memberikan acuan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraaan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum, yang dilaksanakan secara
sistematis, terencana, terpadu dan terkoordinasi serta semua pemangku kepentingan agar
mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya dalam penerapan SMK3. Berdasarkan
Peraturan Menteri PU No. 09/PER/M/2008, tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang merupakan acuan bagi
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan
umum, UU.No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi,dimana mensyaratkan Ahli K3 pada
setiap proyek / kegiatan terutama pada kegiatan yang memiliki resiko tinggi.

TAHAP II
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Lingkup Pekerjaan


Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan
permulaan, penunjang, pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan yang terdir dari :

1. Pek. Papan Nama Proyek


2. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
3. Pek. Pagar Seng Gelombang Sementara Keliling Gedung Tinggi 2 Meter
4. Pek. Dokumentasi dan Laporan Administrasi
2.2. Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang
identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali ditentukan
lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan
nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal
minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk
logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik
Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi , dan
Dinas Pertanian Setempat.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

2.3. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua
pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
i. Helm Pelindung Kepala
ii. Sepatu untuk melindungi kaki
iii. Pemadam Kebakaran
iv. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

2.4. Pek. Pagar Seng Gelombang Sementara Keliling Gedung Tinggi 2 Meter
Lokasi pekerjaan akan ditunjukan setelah rapat Aanwijzing dan nantinya lokasi ini tidak
akan berubah pada waktu penyerahan surat Penyerahan Pekerjaan Lapangan. Untuk
pengamanan bahan-bahan pada waktu membangun, bila perlu dari pihak Penyedia Jasa
mengadakan pagar darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan yang mengharuskan.
Pelaksanaan Kontraktor diwajibkan memasang pagar pengaman dari seng gelombang
dengan tulangan memakai kaso – kaso yang ditanam dengan kedalaman 30 s/d 50 cm,
dimana pemasangan pagar ini berada di luar area tempat kerja mengelilingi area kerja
dengan dilengkapi pintu masuk akses mobilisasi material ke lokasi dan dilengkapi
pengamanan (security, dll)
2.5. Pek. Dokumentasi dan Laporan Administrasi
Kontraktor diwajibkan memberikan dan melaporkan serta membuat laporan harian beserta
kelengkapan dokumentasi visual kepada konsultan pengawas untuk selanjutnya konsultan
pengawas menyusun kelengkapan tersebut dan melaporkan secara berkala kepada Pemilik
Pekerjaan selain itu kontraktor diwajibkan untuk mengurus perijinan baik kepada instansi-
instansi yang berhubungan maupun kepada orang – orang yang berada dilingkungan
pekerjaan.

PASAL III
PEKERJAAN STRUKTUAL

1.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan struktual sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, seperti acuan,
besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini adalah
pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar dan aman.
1.2. Peraturan – Peraturan.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
 Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15- 1991-
03). Pedoman Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988).
 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-1727- 2002
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
 Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
 Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
 ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.
 Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
 Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
 American Society for Testing and Material (ASTM).
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
 Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81 : 624.04).
1.3. Keahlian dan Pertukangan.
Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan, antara lain ukuran, mutu dan pengamanannya selama
pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman selama pekerjaan tersebut berlangsung, termasuk tenaga ahli untuk acuan/
bekisting, sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu,
Kontraktor wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham
dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, terutama pada saat dan setelah pengecoran
berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi pekerjaan sampai
pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari sebelum
pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan metode kerja dan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
1.4. Persyaratan Bahan.
1.4.1. Semen.
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia
1986, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar
tersebut. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama dan
dalam keadaan baru. Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka
selama pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan. Semen harus terbungkus
dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. Semen
harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan
pada tempat yang tinggi, sehingga tidak menyentuh lantai dan aman dari
kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih
dari 10 sak. Sistem penyimpanan semen harus diatur sedemikian rupa, sehingga
semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang diragukan mutunya dan
rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai.
Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat
dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya Kontraktor.
1.4.2. Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat
kasar/batu pecah dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis agregat ini
disyaratkan berikut ini.
1. Agregat kasar. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3
dari tebal pelat, atau ¾ jarak bersih minimum antar batang tulangan, berkas
batang tulangan atau tendon pratekan atau 30 mm. Gradasi dari agregat tersebut
secara keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh ASTM agar
tidak terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :

Sisa di atas (% berat)

Ayakan 31.50 mm 0

Ayakan 4.00 mm 90-80

Selisih antar 2 02-10


ayakan berikutnya

2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih
kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sbb. :

Sisa di atas (% berat)

Ayakan 4.00 mm ≥ 02

Ayakan 1.00 mm ≥ 10

Ayakan 0.25 mm 80-95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam


spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena sesuatu hal, maka
Kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan
PENGAWAS. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan
tanah.

1.4.3. Air untuk campuran beton.


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton
atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air
tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk
digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.
1.4.4. Besi beton.
Besi beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain di dalam gambar. Agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-
syarat:
 Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
 Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
 Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
Diameter besi beton ulir ditentukan sesuai dengan Pedoman Beton 1989 yaitu :
Mutu fy = 3200 Kg/cm2 untuk besi ulir Mutu fy = 2400 Kg/cm2 untuk besi
polos
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus
mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS. Besi beton harus berasal dari
satu pabrik (manufacture). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merek besi beton
yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill
certificate/ sertifikat pabrik yang memuat label dan nomor pengecoran serta
tanggal pembuatan besi beton tersebut.
1.4.5. Admixture/ material tambahan.
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan
dan cara penggunaan bahan tambahan tersebut harus disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS. Manfaat dari bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil
uji dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek
ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau pengerasan
beton harus memenuhi “Specification for Chemical Admixtures for Concrete”
(ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia.
1.4.6. Kualitas Beton.
Kualitas beton yang dipakai pada untuk bangunan Bertingkat adalah beton dengan
mutu K-250 untuk struktur utama seperti Kolom 30/60 cm, Kolom 35/35 cm,
Kolom 15/40, Kolom 15/30, Balok 30/60 cm, Balok Latiu 15/20, Ringbalok 15/30
cm, Ringbalk 20/40, Ringbalk 25/50 dan Kanopi. Untuk memastikan bahwa
kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor harus melakukan percobaan
sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Untuk itu harus
diadakan trial-mix di laboratorium.
1.4.7. Disain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang dihasilkan
memberikan kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik, sehingga beton
mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi beton, tanpa menimbulkan
segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan. Campuran
beton harus dirancang sesuai dengan mutu beton yang ingin dicapai, dengan
batasan di bawah ini :

Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus
dipenuhi syarat pada Table 4.5.1 Pedoman Beton Indonesia.

Jumlah semen
Faktor air
Jenis Kondisi lingkungan
semen minimum
struktur berhubungan
maksimum
(kg/m3)

Beton Air tawar/payau 0.50 290


Bertulang
Air laut 0.45 360

Beton Air tawar/payau 0.50 300


Pratekan
Air laut 0.45 360

Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan


PENGAWAS untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk beton kedap air,
maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh pemasok
waterproofing.
1.5. Pengujian Bahan.
1.5.1. Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari
Pedoman Beton 1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal lain
yang bertentangan harus dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian
termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji
diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan PENGAWAS.
3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus
melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya
mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil yang
diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan
pengarahan Konsultan PENGAWAS.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana
pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan
spesifikasi ini.
1.5.2. Laboratorium Penguji.
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material yang akan
digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk
melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di
lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli yang menguasai
bidangnya.
a. Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
b. Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
c. Alat pengukur kelecakan beton (slump) d. Alat pembuat benda uji, termasuk
bak penyimpan untuk merawat benda uji pada temperatur yang normal dan
terhindar dari sengatan matahari.
3. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) di
atas harus disiapkan di pabrik beton readymix.
1.5.3. Pengujian Agregat.
1.5.3.1. Pengujian Pendahuluan Agregat.
1. Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai
berikut :
a. Sieve analysis
b. Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain.
c. Pengujian unsur organis.
d. Pengujian kadar chlorida dan sulfat.
2. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan
PENGAWAS untuk mendapatkan persetujuan.
3. Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis
agregat harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial mix.
1.5.3.2.Benda Uji Agregat.
1. Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan
digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah
minimum untuk pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton
adalah sebagai berikut :

Tipe Pengujian Minimum satu contoh


2. J
Sieve analysis Setiap minggu ika hasil pembuatan beton

Moisture content Setiap minggu yang dilakukan oleh


Kontraktor tidak memuaskan,
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
maka Konsultan
Kadar organis Setiap minggu PENGAWAS berhak untuk
meminta pengujian tambahan
Kadar Chlorida dan Setiap 500 m3 beton
Sulfat dengan beban biaya
Kontraktor. Dan sebaliknya
mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil yang diperoleh
ternyata memuaskan.
1.5.4. Pengujian Beton
1.5.4.1.Benda uji beton.
1. Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan.
2. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton
readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke
lokasi pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh Konsultan
PENGAWAS.
1.5.4.2.Jumlah benda uji beton.
1. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1.50 m3
beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama.
Benda uji harus berbentuk kubus berukuran 15cm X 15cm X 15cm.
Benda uji bentuk lainnya dapat digunakan jika disetujui oleh Konsultan
PENGAWAS. Selanjutnya pengambilan benda uji sebanyak 2 (dua)
buah dilakukan setiap 5 m3 beton. Benda uji tersebut ditentukan secara
acak oleh Konsultan PENGAWAS dan harus dirawat sesuai dengan
persyaratan.
2. Jumlah benda uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton yang
dituang pada satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap kali
pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu
data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua
spesimen ini yang diuji pada umur beton yang ditentukan, yaitu umur 7
hari dan 28 hari.
3. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan PENGAWAS
dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas,
dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
4. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu
beton adalah :

Jumlah Waktu perawatan (hari)


Jenis struktur minimum
benda uji 3 7 28

Beton Bertulang 4 - 2 2

Beton Pratekan 6 2 2 2

1.5.4.3.Laporan hasil uji beton.


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari
laboratorium penguji untuk disahkan oleh Konsultan PENGAWAS.
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya.
1.5.4.4.Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton.
1. Deviasi Standar - S Deviasi standar produksi beton ditetapkan
berdasarkan jumlah 30 buah hasil test kubus. Deviasi yang dihitung dari
jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan
faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :

∑(𝑓𝑐 − 𝑓𝑐𝑟)²
𝑆=
𝑁−1

Jumlah Benda Uji (N)-


Faktor Pengali - S
buah

≤ 15 1.16 2. K
uat tekan rata-rata - f’cr
20 1.08
Target f’cr yang digunakan
25 1.03 sebagai dasar dalam

≥30 1.00 menentukan proporsi


campuran beton harus
diambil sebagai nilai yang terbesar dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S atau f’cr = fc’ + 2.64 S - 40 kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan
tercapai dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi : a.
Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri
dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S). b. Tidak
satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’. Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak
dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata
hasil uji kuat tekan berikutnya atas rekomendasi KP.
1.5.4.5.Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)
Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak
dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan PENGAWAS,
Kontraktor harus melaksanakan pengujian yang tidak merusak yang dapat
terdiri dari hammer test, pengujian beban dan lain lain. Semua biaya
pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya
pengujian akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus per kasus.
1.5.5. Pengujian Besi Beton.
1.5.5.1.Benda uji besi beton.
1. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji
besi beton masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm
sesuai dengan diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya
benda uji besi beton harus diambil dengan disaksikan oleh Konsultan
PENGAWAS sebanyak 2 buah untuk setiap 20 ton untuk masing-
masing diameter besi beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik dan uji
lentur.
2. Pengujian mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Konsultan PENGAWAS. Contoh besi beton yang
diambil untuk pengujian tanpa disaksikan Konsultan PENGAWAS
tidak diperkenankan dan hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal
pengiriman, lokasi terpasang, bagian struktur yang bersangkutan dan
lain-lain data yang perlu dicatat.
4. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan,
maka Konsultan PENGAWAS berhak untuk meminta pengambilan
contoh benda uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban
biaya ditanggung oleh Kontraktor.
1.5.5.2.Laporan hasil uji besi beton.
Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari
laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Konsultan PENGAWAS dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi
beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.
1.6. Syarat – syarat Pelaksanaan
1.6.1. Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara
khusus adalah antara 5 - 12 cm. Cara uji slump sebagai berikut. Beton diambil
sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan slump
dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai
kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan
besi beton diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang bulat. Pengisian
dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-
tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan di
bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahanlahan
dan diukur penurunannya.
1.6.2. Persetujuan Konsultan Pengawas.
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus
diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Hal hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara
semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus
dicatat secara baik dan jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data
tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.
1.6.3. Persiapan dan Pemeriksaan.
Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa izin tertulis
dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan
Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut
harus disampaikan paling lambat 3 hari sebelum waktu pengecoran, sesuai dengan
kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan Pengawas melakukan
pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan
fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar
Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa
fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran.
Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki
dalam waktu 1x24 jam dan selanjutnya Kontraktor harus mengajukan izin lagi
untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan
waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak
berarti membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke
tidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan
harus dipastikan dan dikoordinasikan dengan Konsultan PPengawas bahwa semua
peralatan yang akan tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya, dan
semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian pula untuk siar
pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.
1.6.4. Siar Pelaksanaan.
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya.
Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur
dapat dikurangi. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang
diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Pengawas. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar
pelaksanaan harus terletak pada daerah di mana gaya geser adalah minimal,
umumnya terletak pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen
struktur. Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar
pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar pada beton tersebut, yang dapat berakibat
retaknya beton, disamping adanya tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar
pelaksanaan dapat dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat dibagi menjadi
berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya,
segala hal yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat
beton, dowel dsb., maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan
antara beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan
bekas beton yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan,
harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat, tetapi
tetap melekat dengan baik.

1.6.5. Pengangkutan dan pengecoran beton.


Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi
proyek dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi
pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus digunakan admixtures yang
dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton diangkut ke
lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan antara
bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton
segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi
pemisahan antara batu pecah yang berat, dengan pasta beton, sehingga
mengakibatkan kualitas beton menjadi menurun. Untuk itu harus disiapkan alat
bantu seperti pipa tremie sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran
beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup,
sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik. Kontraktor harus
mengajukan jumlah alat dan personel yang akan mendukung pengecoran beton,
yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Sebagai gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5 - 8 m3 beton
segar per jam. Beton segar harus ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi
akhir, sehingga masalah segregasi dan pengerasan beton dapat dihindarkan, dan
selama pemadatan beton masih bersifat plastis. Untuk menjaga kelangsungan
pengecoran beton, Kontraktor harus mempersiapkan alat pelindung yang mungkin
berguna seperti hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
1.6.6. Pemadatan Beton.
1. Alat pemadat beton Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat
pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan
mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan
(workability) beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus
disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya
volume pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus dipersiapkan satu
vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat
pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak menyentuh besi beton.
2. Lokasi pemadatan yang sulit Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk
dipadatkan seperti pada pertemuan balok-kolom, dinding beton yang tipis, dan
pada lokasi pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor harus
mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang disampaikan
kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pengecoran
dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos pada beton, sehingga secara kualitas
tidak akan disetujui.
3. Pemadatan kembali Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi
masih plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan
rekomendasi Konsultan Pengawas agar retak tersebut dapat dihilangkan.
4. Metode pemadatan lain Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan
cara pemadatan lain yang dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur
yang besar antara permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan
keretakan struktur dan terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa adanya
beban yang bekerja.
1.6.7. Temperatur beton segar.
Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai
skala -5 s/d 100 derajat C, harus dimasukkan ke dalam contoh tersebut sedalam
100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, maka temperatur tersebut
harus dicatat dengan ketelitian 1 derajat C.
1.6.8. Perawatan Beton.
1. Tujuan perawatan Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar
tidak terjadi kehilangan zat cair pada saat pengikatan awal terjadi, dan
mencegah penguapan air dari beton pada umur beton awal, dan juga mencegah
perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan terjadinya
keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton harus dilakukan
begitu pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan
perawatan beton sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat
terutama pada permukaan beton yang baru dipadatkan.
2. Lama perawatan Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus
dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran
selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding beton, maka beton
tersebut harus diselimuti dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7
hari.
3. Perlindungan beton tebal Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari
600 mm, maka permukaan beton harus dilindungi dengan material (antara lain
stirofoam atau metoda lainnya) yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, agar
dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap,
agar kelembaban permukaan beton dapat dipertahankan.
4. Acuan metal Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain
yang sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
Acuan tersebut harus dihindari dari terik matahari langsung, karena sifatnya
yang mudah menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik
akan menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan beton.
5. Curing compound Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan
menggunakan curing compound. Jenis dan tipe curing compound yang akan
digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar
tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan beton sehingga
dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.
1.6.9. Cara untuk menghindari keretakan pada beton.
1. Alat Monitoring Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dar 600 mm,
Kontraktor harus menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan
memonitor segala kejadian yang mungkin terjadi selama pekerjaan beton
berlangsung. Monitoring dilakukan minimal selama 7 hari terhitung sejak
pengecoran selesai. Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur
yang akan diletakkan pada dasar beton, di dalam beton dan di permukaan beton
dengan jarak vertikal antara alat ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak
horisontal antara titik satu dengan lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat
pengukur dan metode pengukuran suhu tersebut harus diusulkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2. Perbedaan temperatur Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan
secara mendadak, yang terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur
yang besar (> 20o C) antara permukaan dan inti beton, dan beton harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
3. Material Bantu. Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang
mungkin dapat dicampur ke dalam beton maupun yang akan digunakan pada
saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya penguapan yang terlalu cepat.
4. Lebar retak Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar
retak yang diizinkan maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.
5. Antisipasi perbedaan temperatur Kontraktor harus menyiapkan semua
perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengatasi jika perbedaan temperatur
menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya dengan mempertebal isolasi yang
sudah digunakan atau membuat isolasi menjadi benar-benar kedap terhadap
angin dan udara. Hal ini harus segera dilakukan agar perbedaan temperatur
tidak menjadi lebih besar. Untuk itu harus disiapkan material isolasi lebih dari
kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.
6. Hal-hal lain Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama
maupun sesudah pengecoran beton adalah :
a. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi
terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
b. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti
sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih rendah.
c. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
d. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
e. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal
2 jam.
f. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan
membuat siar pelaksanaan secara horisontal pada beton yang tebal,
sehingga tebal satu lapis pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter, dan
perbedaan temperatur dapat dikontrol.
g. Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan pada siang hari.
h. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh permukaan beton
yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur
tidak terlalu berbeda pada seluruh penampang beton.
i. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan harus
diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
j. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar
matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding
pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau material sejenis,
demikian juga pada bagian atasnya. 7. Retak di luar batas yang
disyaratkan. Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan di luar
batas yang diizinkan, maka Kontraktor harus melaporkan hal tersebut
secara tertulis dan mengajukan perbaikan yang berisi antara lain metode
kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang
digunakan, kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut.
Kontraktor tidak diizinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
1.6.10. Adukan Beton yang dibuat di tempat (Site Mixing)
Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di
lapangan harus memenuhi syarat-syarat :
 Semen diukur menurut berat.
 Agregat kasar diukur menurut berat.
 Pasir diukur menurut berat.
 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
batching plant).
 Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
 Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada
dalam mesin pengaduk.
 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih
dahulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
1.6.11. Besi Beton
1. Merek besi beton
Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan merek
besi beton dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan
digunakan untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara baik
sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup
terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
3. Gambar kerja dan bending schedule
Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan
berdasarkan standar ditail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan
dengan menggunakan alat-alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan
harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar
cutter. Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali tidak
diizinkan. Untuk itu Kontraktor harus membuat gambar kerja pembengkokan
(bending schedule) dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
4. Bebas karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan gambar
dan harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya. Sebelum besi beton
dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain
yang dapat mengurangi lekatan besi beton.
5. Selimut beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan gambar
standar ditail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama
tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah
penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-
ketentuan tersebut diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
6. Penjangkaran
Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang penjangkaran,
penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar
yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka
Kontraktor harus meminta klarifikasi kepada Konsultan Pengawas.
7. Kawat beton dan penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan
yang kokoh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan
kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada
setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton tahu atau
penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada
gambar standar atau dibantu Pengawasan pada spesifikasi ini. Penunjang-
penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan
dari kawat harus dimasukkan ke dalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol pada permukaan beton.
8. Sengkang-sengkang.
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka
sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan
gambar. Akhiran/ kait sengkang harus dibuat seperti yang disyaratkan di dalam
gambar standar agar sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan.
Demikian juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan
utama.
9. Beton tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan,
dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan
dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal 100 cm.
10. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu
penyempurnaan pembesian yang ada maka Kontraktor harus dapat
menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera
dalam gambar.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
 Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
 Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini
yang dimaksud adalah jumlah luas). Khusus untuk balok portal,
jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih
besar jauh dari pembesian aslinya.
 Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan
pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat
menyulitkan pengecoran.
 Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.
11. Toleransi Besi

Toleransi
Diameter besi (mm) Toleransi berat (%)
dia (mm)

6    10  0.4 7

10    16  0.4 5

16    28  0.5 4

   28  0.6 2

1.6.12. Toleransi dimensi elemen-elemen struktur


Dimensi elemen struktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus memenuhi
toleransi sbb. :

Toleransi
Dimensi Elemen
terhadap B, Toleransi selimut beton (mm)
Struktur (mm)
(mm)

B ≤ 200  9.0  5.0

B ≥ 200  12.0  9.0

dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi.
Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh
Konsultan PENGAWAS, untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat kesalahan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1.6.13. Pemasangan alat-alat di dalam beton/sparing
1. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi
sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Kontraktor wajib
mempelajari gambar M&E dan mendiskusikan dengan pihak terkait jika
terdapat keraguan tentang gambar tersebut. Kebutuhan sparing yang terjadi
akibat perubahan disain harus diinformasikan dan dikoordinasikan segera
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan
membobok, membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi
harus dihindarkan dan jika diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas.
2. Ukuran lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan sparing dan
sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar lain yang
terkait atau menurut petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas.
3. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E harus
mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam gambar standar. Jika tidak/ belum
tertera di dalam gambar maka Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut
kepada KP/ Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaiannya.
1.6.14. Beton Kedap Air.
1. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air untuk jangka
waktu yang lama. Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti segala ketentuan yang
disyaratkan oleh pemasok bahan kedap air/ waterproofing, termasuk cara
pembuatan beton tersebut.
2. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan spesifikasi
pabrik. Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam gambar kerja/ shop
drawing, sehingga rencana pengecoran harus direncanakan dengan baik. Biaya
waterstop tersebut sudah termasuk di dalam penawaran yang diajukan oleh
Kontraktor.
3. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka Kontraktor harus
mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor. Prosedur
perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-bagian
lain yang sudah selesai.
3.7. Acuan/Bekisting
3.7.1. Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk
digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna
untuk membentuk struktur beton agar sesuai dengan gambar rencana
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam penawarannya, Kontraktor wajib
menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan yang
tertanam di dalam struktur beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup
dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran. Semua pengikat acuan (ties)
harus dilengkapi dengan material tertentu seperti water baffles sehingga pada
saat dicor akan menyatu dengan struktur beton.
3.7.2. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga kerja, bahan dan peralatan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga
kerja, bahan, peralatan seperti release agent, pengangkutan dan pelaksanaan
untuk menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan beton sesuai
dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain yang
berhubungan seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaan,
secara aman dan benar.
2. Ditail ditail khusus Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus
termasuk yang ditawarkan di dalam penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika
disyaratkan menggunakan material acuan yang khusus untuk menghasilkan
ditail khusus.
3.7.3. Persyaratan Bahan
1. Acuan dan Penyanggah. Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk
beton, baja, pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan siap pakai produksi
pabrik tertentu diizinkan untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Acuan yang terbuat dari multipleks yang dilapisi dengan
sejenis kertas film yang khusus digunakan untuk acuan multipleks dengan tebal
minimal 12 mm. Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi
perubahan bentuk/ ukuran dari elemen beton yang dibuat. Penyanggah yang
terbuat dari baja lebih disukai, walau penggunaan material penyanggah dari
kayu dapat diterima. Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk pekerjaan beton yang
langsung berhubungan dengan tanah, maka sebagai lantai kerja harus dibuat
dari beton K175. Sebagai acuan samping dari beton tersebut dapat
menggunakan pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Untuk elemen beton tertentu seperti kolom bulat
disarankan menggunakan acuan baja.
2. Release Agents Release agent harus merupakan material yang memenuhi
ketentuan berikut ini :
 Cream emulsion
 Neat oil dengan ditambahkan surfactant
 Release agent kimiawi yang tidak merusak beton.
Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik
pembuatnya. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang
digunakan cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika
permukaan beton merupakan finishing atau umum disebut beton exposed maka
Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan beton yang dihasilkan sesuai
dengan yang diinginkan KP. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent
tersebut tidak akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
3.7.4. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur acuan Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa
sedemikian rupa, sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang
mungkin terjadi (kuat), tanpa mengalami deformasi yang berlebihan (kaku),
dan juga harus memenuhi syarat stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari
1/360 bentang. Peninjauan terhadap kemungkinan beban di luar beban beton
juga harus dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi, angin,
hujan dan lain lain. Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen
pendukungnya harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan dilakukan.
2. Dimensi acuan Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur
adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plester/finishing.
Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/ profil khusus yang tercantum di
dalam gambar arsitektur juga harus diperhitungkan baik sebagai beban maupun
dalam analisa biaya.
3. Gambar kerja Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan
berdasarkan analisa yang dilakukannya. Gambar kerja tersebut harus lengkap
disertai ukuran dan ditailditail sambungan yang benar dan selanjutnya
diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuannya. Tanpa
persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan
acuan di lapangan.
4. Tanggung jawab Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas,
tanggung jawab sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor. Jika terjadi hal-hal yang tidak
sesuai dengan perkiraan ataupun kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya
biaya tambah, maka semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar kerja.
Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus segera dibongkar.
5. Stabilitas acuan Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga
kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat
dihindari. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Kontraktor untuk
memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna dengan beban biaya
Kontraktor.
6. Inspeksi Konsultan Pengawas Susunan acuan dengan penunjang-penunjang
harus diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi
dengan mudah oleh Konsultan Pengawas.
7. Ditail acuan Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang
bersangkutan.
8. Jumlah pemakaian Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 3 (tiga)
kali, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. Acuan yang akan
digunakan berulang harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dapat
dijamin permukaan acuan tetap rapih dan bersih.
9. Akurasi Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran
kerataan/kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi. Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum di
dalam spesifikasi ini.
10. Sistem pengaliran air Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran. Harus dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga
pada saat dibasahkan, air dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan
tidak tergenang oleh air. Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak
akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus
(tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang.
11. Ikatan acuan di dalam beton Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas baut-baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan
dalam beton harus diatur sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali,
tidak akan merusak beton yang sudah dibuat.
12. Acuan beton exposed Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release
agent pada permukaan acuan yang menempel pada permukaan beton.
Berhubung release agent berpengaruh pula pada warna permukaan beton, maka
pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan dengan seksama. Cara
pengecoran beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga siar-siar
pelaksanaan tidak merusak penampilan beton exposed tersebut. Merek dan
jenis release agent yang telah disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan
merk dan jenis lain. Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan terlebih
dahulu nama perdagangan dari release agent tersebut, data bahan-bahan
bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah utamanya, cara-
cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang
dianggap perlu untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas.
13. Bukaan untuk pembersihan Pada bagian terendah (dari setiap phase
pengecoran) dari acuan kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah
dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
14. Scaffolding Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan
steger besi (scaffolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan
diatur agar mudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
15. Persetujuan Konsultan Pengawas Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor
harus meminta persetujuan dari Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga)
hari sebelum pengecoran Kontraktor harus mengajukan permohonan tertulis
untuk izin pengecoran kepada Konsultan Pengawas.
16. Anti lendut (Cambers) Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua
acuan untuk balok dan pelat, harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut
dengan besar sbb. :

Lokasi % terhadap bentang

Di tengah bentang balok 0.3

Di ujung balok kantilever 0.5

3.7.5. Pembongkaran Acuan


1. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian konstruksi
yang dibongkar acuannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaannya.
2. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sbb. :

Elemen Struktur Waktu Minimum

Sisi-sisi balok, kolom dan dinding 3 hari

Balok dan pelat beton (tiang 21 Hari


penyanggah tidak dilepas)

Tiang-tiang penyanggah pelat beton 21 Hari

Tiang-tiang penyanggah balok- 21 Hari


balok

Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal, dan harus


dipertimbangkan secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja beban
yang lebih besar dari beban rencana. Untuk mempercepat waktu
pembongkaran, Kontraktor dapat merencanakan dan mengusulkan metode dan
perhitungan yang akan digunakan, dan usulan tersebut harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk
hal tersebut. Semua akibat yang timbul akibat usulan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
3. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih dahulu
secara tertulis untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak
bergelombang, berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala
keropos/ tidak sempurna.
5. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang
dapat menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain
disekitarnya, dan pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa
sehinggah tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan. Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Kontraktor menjadi
tanggungan Kontraktor.
6. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi
tersebut, maka Kontraktor harus segera memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan,
pengisian atau pembongkarannya. Kontraktor tidak diperbolehkan
menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa persetujuan tertulis
Konsultan Pengawas. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan
tersebut dan biayabiaya perbaikan, pembongkaran, pengisian atau penutupan
bagian tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari
lokasi proyek dan dibuang pada tempat yang telah ditentukan oleh Konsultan
Pengawas sehingga tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.
3.7.6. Alternatif Acuan
Seperti diuraikan di atas, Kontraktor dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang
akan dipakai, dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta
perhitungannya untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah dan
tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan agar
Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu
pelaksanaan tanpa mengurangi/membahayakan mutu beton dan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.

PASAL IV
PEKERJAAN ARSIKTEKTUR
4.1. Pekerjaan Plafond dan Atap
4.1.1. Umum
Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan
struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat berupa
ZAM ( zinc, Alumunium dan Magnesium ). Rangka batang berbentuk
segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
a. Rangka utama atas (top chord) tebal minimum 0.73 mm
b. Rangka utama bawah (bottom chord) minimum 0.73 mm
c. Rangka pengisi (web) minimum 0.63 mm. Seluruh rangka tersebut disambung
menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang
cukup.
d. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama
dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng
4.1.2. Produk Profile “S”
 Rangka Baja Ringan yang digunakan harus mempunyai hitungan struktur yang
didukung oleh program SAF diaman rangka baja ringan ini harus mampu
menahan bentangan kosong tanpa balok penjaga sampai dengan 24 m1
 Rangka Baja Ringan yang digunakan untuk dapat menahan bentang sampai
dengan 24 m1 Harus memiliki nbentuk profil S dengan tinggi profil 85 mm
dan lebar profil 40 mm dengan pengikat baut dan mur dengan ukuran diameter
12 mm dan sambungan antara kuda-kuda dengan web berbentuk kapsul
dengan tinggi 62 mm dan lebar 27 mm.
Spesifikasi material yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Hight Tensile Steel G550 (HI – Ten)
- Minimum Yield Streng : 550 MPa
- Modulus Elasticity : 2.1 x 105 Mpa
- Shear Modulus : 8 x 104 Mpa
- Lapis dasar material baja ringan dilapisi dengan zinc, almunium and silicon
alloy
- Rangka
Profil berbentuk S dan Web bentuk capsule dengan pengikat baut- mur
a. Frame : bentuk S 85.50 (Tinggi profil 85 mm dan Tebal 0.75 – 08 mmBMT)
b. Web : Capsule 62.27 (Tinggi 62 mm dan tebal 0.45 – 0.5 mm BMT)
c. Aut-Mur : Hexagonal Bolt, diameter 12 mm
 PROFIL “ S” SEBAGAI FRAME
Semakin besar luas permukaan profil “S” maka semakin besar Momen Inersia
/ bebean yang dapat ditahan diatas permukaan tersebut (profil S TRUSS lebih
kuat menahan beban dan bisa untuk bentang besar hingga 24 meter).
 Dengan bentuk profil S resiko puntiran dapat diminimalkan. Jika profil ‘S”
dapat gaya dari atas, maka bagian bawah akan menahannya, begitu juga
sebaiknya. (Profil S TRUSS lebih kuat menahan puntiran).
 Dibandingkan dengan profil C, maka jumlah tekukan pada profil “S” lebih
banyak yaitu 5 tekukan. Dengan semakin banyak tekukan, maka semakin
banyak tulangan yang meperkuat daya dukung beban (Profil S TRUSS lebih
kuat)
4.1.3. Profil Kapsul Sebagai WEB
 Pengguna kapsul sangat baik untuk pelaksanaan, karena permukaan kapsul
tidak memiliki sudut yang tajam.
 Bentuk capsul digunakan karena simetris terhadap as vertika; dan as
horizontal.
 Untuk bisa dipasangn ke frame, ujung-ujung kapsul dipress. Ini dilakukan agar
beban-beban yang bekerja tepat di tengah titik pusatnya.
 Rangkaian kuda –kuda TRUSS jika sudah menyatu maka berat gravitasinya
terjadi di tengah –tengah pertemuan, sehingga terjadi beratt ke satu sisi saja /
seimbang.
 Bentuk kapsul merupakan bentuk C double, sehingga menjamin kekuatan
dalam distribusi/penyaluran beban atap. Dengan menggunakan 1 kapsul
TRUSS berarti sama dengan menggunakan 2 profil C
4.1.4. Baut + Mur Sebagai Sambungan
Menggunakan baut dengan diameter 12 mm. dengan menggunakan baut dan mur,
maka sambungan tidak bisa lepas karena ikatan dari dua arah. Dibandingkan
dengan sekrup yang digunakan pada system struktur Profil C, maka sekrup
memiliki kekurangan sebagai berikut :
 Hanya mengandalkan kekuatan jepit dari drat sekrup terakhir
 Bila terjadi sobek pada lubang material, maka kekuatan sekrup untuk mengikat
sama sekali tidak ada (lepas).
 Diameter sekrup lebih kecil dibandingkan baut, sehingga kekuatan sekrup
akan lebih kecil juga

4.1.5. Aksesories Sebagai Pendukung Kekuatan Struktur.


TRUSS Profil C menggunakan aksesories yang lengkap dan banyak dengan dibuat
untuk memperkuat kesatuan antara kuda-kuda yang lainnya.
a. Penutup Atap
1. Pemasangan penutup atap baru dapat dimulai setelah rangka atap dipasang
dengan jarak sesuai dengan luas penutup atap yang akan dipasang dan telah
disetujui Konsultan Pengawas.
2. Penutup atap harus memenuhi persyaratan NI-19.
3. Cara penumpukan dan pemasangan penutup atap harus sebelah menyebelah
nok agar tidak ada pembebanan eksentris kecuali pada bentuk atap
emperan, pemasangan harus dimulai dari bawah (sesuai petunjuk/ketentuan
dari produk atap yang dipilih). Pemasangan penutup atap dari satu arah,
pertemuan pemasangan terletak ditengah bidang atas pada pertemuan nok
atas. Pemotongan penutup atap untuk pertemuan sudut harus dilakukan
hati-hati agar tidak mengakibatkan
4. Pemasangan penutup atap harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan
kerapian. Tepi-tepi penutup atap dan alur-alurnya garis-garis lurus baik dari
atas kebawah maupun dari sisi yang lainnya. Hal ini bisa tercapai bila
dalam pemasangan penutup atap juga ditimbang dengan terikan benang.
Khusus untuk pemasangan sudut + 45 o harus dipaku/dibaut ulir.
5. Untuk memulai pemasangan penutup atap harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
6. Bubungan yang dipakai juga menggunakan bubungan Metal.
b. Penutup atap lainnya yang belum termasuk dalam RKS, namun tertera dalam
gambar akan diatur oleh Pengawas.
4.1.6. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Pemasangan penutup atap harus lurus, rapi sehingga hasilnya baik, pola
pemasangan seperti petunjuk pabrik. Persyaratan pemasangan penutup atap
harus sesuai ketentuan yang tersebut dalam manual pabrik, serta pemasangan
reng yang terakhir harus berdiri.
b. Pemasangan bubungan harus rapi, lurus dan sesuai dengan ketentuan .
c. Seluruh struktur kerangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh
struktur atap dan dinding, sesuai ukuran gambar.
d. Kerusakan akibat penyambungan ruangan/bangunan harus dilakukan
penggantian seperti gambar.

4.2. Pekerjaan Dinding dan Lantai


4.2.1. Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan
Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm, dan
tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti
dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
4.2.2. Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding
kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan
tidak satu garis sambungan.
5. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal. 6
6. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk
ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
7. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus
disetujui oleh Konsultan supervisi.
4.3. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela dan Boven
4.3.1. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan pintu kusen kayu yang lengkap dan
sesuai/memenuhi syarat dokumen kontrak
b. Pekerjaan kaca meliputi seluruh detail yang disebutkan/ditunjukan dalam
gambar

4.3.2. Persyaratan Bahan


a. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus, kering dengan permukaan rata,
bebas dari cacat seperti retak-retak, mata kayu dan lainnya. Kayu harus kering
udara, diproses dengan cara dry klin mempunyai kelembaban maksimum 12
%. Kayu diberi zat anti rayap dengan sistem impregnated vacuum.
b. Kusen pintu, jendela dan Boven dibuat dari Kayu Nabire seperti disyaratkan
dalam dokumen kontrak. Kayu Mutu A, Keawetan kelas II, Kekuatan kelas II.
c. Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat
diperoleh dari prosesproses tarik tembus cahaya, tarik, gilas dan
pengambangan (float glass).
d. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter
e. Bahan kaca dari jenis Clear Glass dengan ketebalan 5 mm harus sesuai SNI
0047- 1989-A digunakan setaraf produk PT. ASAHI MAS ATAU Mulia
Glass. Kaca Stopsol blue green dengan ketebalan 18 mm setaraf produk PT.
ASAHI MAS atau Mulia Glass
4.3.3. Standard Pekerjaan
Seluruh permukaan kayu yang terlihat harus diserut halus, sebelum difinish
lakukan pekerjaan dempul untuk menutup lubang-lubang kemudian diamplas halus
hingga siap untuk difinishing. Digunakan perekat kayu jenis Resistent Adhesive
dengan kekuatan geser 14 kg/cm2. Tidak dibenarkan menggunakan sistem
penyambung dengan sistem jari atau rusuk. Penuhi syarat-syarat untuk mendapat
kualitas serta kelas ketahanan terhadap kebakaran dengan standard-standard yang
berlaku bagi pekerjaan ini.
4.3.4. Fabrikasi
a. Umum Kerjakan dengan baik sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku,
buatkan sudut siku yang tepat, kokoh dan kuat dalam ketebalan pintu seperti
yang direncanakan.
b. Rangka Pasangan rangka pintu sesuai dengan persyaratan yang berlaku untuk
kebutuhan dari setiap jenis pintu.
c. Ukuran Perhatikan ukuran lebar, tinggi dan ketebalan pintu untuk mendapatkan
hasil pekerjaan yang tepat sehingga dapat berfungsi dengan baik.
4.3.5. Pemasangan
a. Daun pintu harus terpasang dengan sempurna, hubungan sudut-sudut harus
benarbenar 90 derajat.
b. Semua sistem mekanis dari daun pintu harus dapat bekerja dengan sempurna.
c. Bila ada daun pintu panel yang melintir pada saat dibuka dan ditutup, dan ada
bidang permukaan daun pintu yang tidak rata dengan permukaan kusen, maka
daun pintu tersebut harus dibongkar dan diganti dengan yang baik/memenuhi
persyaratan. Pembongkaran penggantian adalah atas beban Penyedia Jasa.
d. Pintu hanya dipasang bila semua pekerjaan dengan bahan dasar semen tersebut
telah selesai dan kering.
4.3.6. Pengamanan
a. Daun pintu yang terpasang, sebelum menerima finishing akhir harus
diamankan dari cacat-cacat dan noda-noda pada saat pelaksanaan finishing
daun pintu, daerah pelaksanaan daun pintu harus dilokalisir dari pekerjaan lain
dan lalu lintas orang.
b. Setelah pemasangan atau finishing, berikan perlindungan atas seluruh
permukaan pekerjaan agar dapat terhindar dari kemungkinan pengaruh atau
kerusakankerusakan yang diakibatkan aktifitas pekerjaan lain.
c. Pengamanan ini sepenuhnya dibawah tanggung jawab dan atas beban Penyedia
Jasa.
4.3.7. Syarat – syarat Pelaksanaan Kaca
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini.
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian.
3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Bahan yang terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur.
Tandatanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat
pemotong kaca khusus.
6. Pemotongan kaca harus disesuaikan ukuran rangka, minimal 10 s/d 20 mm
masuk kedalam alur kaca pada kusen.
7. Pembersih akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan
menggunakan cairan pembersih kaca.
8. Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui
kusen, harus diisi dengan lem silikon warna transparan cara pemasangan dan
persiapanpersiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan
pabrik.
9. Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan
retak dan pecah pada sealant/ tepinya, bebas dari segala noda dan bekas
goresan

PASAL 5
PEKERJAAN AKHIR
5.1. Setelah pekerjaan pembangunan selesai, kontraktor harus melaksanakan
pembersihan dan pemeliharaan areal pekerjaan dari segala kotoran, bekas sisa
bahan pekerjaan, saat penyerahan pekerjaan akhir.
5.2. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, untuk kesempurnaan pekerjaan
walaupun tidak tersebut dalam uraian dokumen ini, adalah merupakan tugas bagi
pihak Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan finishing.
5.3. Pihak Kontraktor diharuskan melakukan opname photo untuk dokumentasi proyek,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali pengambilan yaitu, sebelum pekerjaan dimuiai
(prestasi 0 %) Pekerjaan yang sedang dikerjakan (prestasi 50 %) dan setelah
pekerjaan selesai dikerjakan (prestos 100 %) dengan pandangan yang sama dari 1
(satu) arah.
5.4. Apabila terdapat suatu ketentuan yang belum tercantum dalam rencana kerja dan
syarat-syarat ini, apabila dianggap perlu penambahan lebih lanjut, akan
disampaikan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan sebagai lampiran
Kontrak serta akan berlaku mengikat.
5.5. Hasil pelaksanaan pekerjaan harus diserahkan oleh pihak Kontraktor kepada
Direksi/Pengawas lapangan, adalah dalam keadaan selesai sama sekali, sehingga
memuaskan dan mendapat persetujuan dari pihak Direksi Pengawas lapangan.
5.6. Pihak Kontraktor diharuskan membuat As-Build Drawing guna Melihat
hasil/gambar pekerjaan yang telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai