Anda di halaman 1dari 38

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT

PASAL 1
URAIAN PEKERJAAN

1.1 Nama Kegiatan yang Dilelangkan


a. Sub Kegiatan : Pengelolaan Leger Jalan
b. Pekerjaan : Jasa Konsultansi Perencanaan Jalan
c. Lokasi Kegiatan : Wilayah Kecamatan Indramayu
d. Sumber Dana : APBD Kabupaten Indramayu Tahun Anggaran 2022

1.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan yang harus dilaksanakan disesuaikan dengan yang dinyatakan dalam
Gambar Kerja, Rencana Kerja & Syarat-syarat dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan,
diantaranya :
A. Divisi Umum
 Mobilisasi
 Manajemen Mutu
 Dan Lainnya
B. Divisi Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi (SMKK)
 Manajemen Keselamatan Lalu Lintas
 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
C. Divisi Drainase
D. Divisi Pekerjaan Tanah dan Geosintetik
E. Divisi Perkerasan Berbutir
F. Divisi Struktur
1.3 Sarana Kerja
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa wajib :
a. Menyediakan tenaga ahli yang cukup memadai sesuai jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan;
b. Menyediakan peralatan berikut alat bantu lainnya, serta bahan - bahan untuk
pelaksanaan pekerjaan ini;
c. Menyediakan bahan / material dan komponen jadi bangunan dengan kualitas
sesuai syarat-syarat dalam RKS ini dengan jumlah yang cukup untuk setiap
pekerjaan yang harus dilaksanakan tepat pada waktunya;

d. Menyediakan tempat menyimpan bahan / material dan komponen jadi bangunan di


tapak yang harus aman dari segala kerusakan, kehilangan dan lain-lain yang dapat
mengganggu pekerjaan yang sedang berlangsung;
e. Membuat dan mengkoordinasikan Rencana dan Schedule Pelaksanaan Pekerjaan
pada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 1


(PPTK) dan atau Pengawas Lapangan yang ditunjuk, sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat dikendalikan seaman dan seefisien mungkin terhadap
keterkaitannya dengan waktu pelaksanaan yang tersedia.

1.4 Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan Ketentuan -
Ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat - Syarat (RKS),
Gambar Kerja, dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), serta
mengikuti petunjuk dan mengikuti keputusan PPK,PPTK, Pengawas Lapangan dan
atau Tim Pemeriksa dan Penerima Kegiatan.
b. Jika Penyedia Jasa menunjuk suplyer dan atau sub Penyedia Jasa dalam hal ini
pengadaan bahan / material dan atau pekerjaan / pemasangannya, maka Penyedia
Jasa wajib memberitahukan terlebih dahulu ke PPK, PPTK dan Pengawas
Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Pelaksanaan pemasangan bahan / material dan komponen jadi keluaran pabrik
yang bersangkutan. Dalam hal ini Penyedia Jasa tidak dapat mengajukan ”Claim”
biaya perkerjaan tambahan maupun penambahan waktu pelaksanaan.
Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan dan tiap-tiap bagian pekerjaan,
Penyedia Jasa wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja antara
pekerjaan yang tersebut dalam Daftar Kuantitas dan Harga dalam dokumen
kontrak dengan pihak Pengawas/PPK.
d. Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan dan tiap - tiap bagian pekerjaan,
Penyedia Jasa wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja antara
pekerjaan yang disebut dalam RAB dokumen Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
dengan PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan atau Tim Pemeriksa dan Penerima
Kegiatan.

PASAL 2
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya :
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tanggal 6 Agustus 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
c. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja ;
d. Peraturan Muatan Indonesia PM1 ;
e. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia N1-PUBI 1970 ;
f. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Dinas/Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan masalah bangunan yang berlaku dan mengikat
pula sebagai berikut ;
 Gambar Kerja yang dibuat dan disahkan oleh Pemberi Tugas
termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan oleh
Pengguna Jasa dan sudah disahkan dan disetujui oleh PPK, PPTK atau Pengawas
Lapangan.
 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 2


 Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwizjing)
 Surat Perintah Kerja (SPK) atau Kontrak.
 Jadual Pelaksanaan yang telah disetujui oleh Pengawas/Direksi dan
Pemberi Tugas.

PASAL 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

3.1 Penyedia Jasa wajib meneliti semua gambar kerja. Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) termasuk tambahan dan perubahannya dalam Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan yang dibantu oleh Pengawas Lapangan.

3.2 Ukuran
Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :
As – As
Luar – Luar
Dalam – Dalam
Luar – Dalam

3.3 Perbedaan Gambar


a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
maka yang mengikat/berlaku adalah Gambar Kerja;
b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar lain dalam satu disiplin kerja,
maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar (detail) yang
berlaku/mengikat;
c. Bila ada perbedaan antar Gambar Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka yang
berlaku/mengikat adalah Gambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi
segi Konstruksi.

3.4 Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)


a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib
dibuat Penyedia jasa berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan;
b. Penyedia Jasa wajib membuat Shop Drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta
oleh PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan;
c. Dalam Shop Drawing digambarkan semua data yang diperlukan termasuk
pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan
atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum
tercakup secara lengkap didalam Gambar Kerja Dokumen maupun Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat (RKS);
d. Penyedia Jasa wajib mengajukan Shop Drawing kepada PPK, PPTK dan
Pengawas Lapangan dan atau Tim Direksi Teknis untuk mendapatkan persetujuan
tertulis bagi pelaksanaan kegiatan;

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 3


e. Penyedia Jasa tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum didalam Gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahuan PPTK atau
Pengawas Lapangan;
f. Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Penyedia Jasa, baik dari segi
biaya maupun waktu pelaksanaan dan konsekuensi keputusan dari Pengguna
Anggaran.

PASAL 4
JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Penyedia Jasa wajib membuat
rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart & S-Curve
Bahan dan Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada PPK, PPTK atau
Pengawas Lapangan, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dikendalikan sesuai
gambar kerja dan waktu yang diberikan.

4.2 Rencana kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari PPK,
PPTK, Tim Pemeriksa dan Penerima Kegiatan paling lambat dalam waktu 21 (dua
puluh satu) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukaan diterima oleh Penyedia
Jasa.

4.3 Rencana kerja yang telah disetujui oleh PPK, PPTK, Tim Pemeriksa dan Penerima
Kegiatan akan disahkan oleh Pengguna Anggaran.

4.4 Penyedia Jasa wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada
PPK, PPTK, Tim Pemeriksa dan Penerima Kegiatan. 1 (satu) salinan Rencana Kerja
harus ditempelkan pada bangsal Penyedia Jasa di lapangan yang selalu diikuti dengan
grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.

4.5 PPK, PPTK, Tim Pemeriksa dan Penerima Kegiatan akan menilai prestasi pekerjaan
Penyedia Jasa berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

PASAL 5
KUASA PENYEDIA JASA DI LAPANGAN

5.1 Di lapangan untuk pekerjaan, Penyedia Jasa wajib menunjuk seseorang Kuasa
Penyedia Jasa atau biasa disebut Pelaksana yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Pengguna Jasa,
berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil atau sederajat dengan pengalaman
minimum 3 (tiga) tahun, atau STM Jurusan Bangunan dengan pengalaman minimum 7
(tujuh) tahun.

5.2 Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Penyedia Jasa/Kontraktor lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 4


5.3 Penyedia Jasa/Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada PPK dan PPTK
tentang nama dan jabatan dalan Struktur Pelaksanaan Pekerjaan untuk diketahui dan
selanjutnya mendapatkan persetujuan.

5.4 Apabila di kemudian hari menurut PPK dan PPTK bahwa Pelaksana dianggap kurang
mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Penyedia Jasa secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

5.5 Dalam waktu 7 (Tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Penyedia Jasa
harus sudah menunjuk Pelaksana yang baru atau Penyedia Jasa sendiri (penanggung
jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 6
TEMPAT TINGGAL ( DOMISILI ) PENYEDIA JASA

6.1 Untuk menjaga kemungkinan kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang
mendesak. Penyedia Jasa dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat
dan nomor telepon di lokasi kepada PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan.

6.2 Penyedia Jasa wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel Kerja (Workshop)
dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan konstruksi akan dilaksanakan.

6.3 Alamat Penyedia Jasa dan Pelaksana diharapkan tidak berubah selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi berlangsung. Bila terjadi perubahan alamat Penyedia Jasa dan
Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis kepada PPK, PPTK dan Pengawas
Lapangan.

PASAL 7
PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN

7.1 Penyedia Jasa diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik
Pemerintah dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan.

7.2 Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui PPK, PPTK dan
Pengawas Lapangan baik yang telah dipasang maupun yang belum adalah menjadi
tanggungjawab Penyedia Jasa dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambahan (bila ada).

7.3 Apabila terjadi kebakaran Penyedia Jasa bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Penyedia Jasa diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap ditempatkan yang akan
ditetapkan kemudian oleh PPK dan PPTK.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 5


PASAL 8
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1 Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap
digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dan pekerjaan dilapangan.

8.2 Selama masa pandemi covid-19, Penyedia Jasa wajib menyediakan fasilitas : pncuci
tangan (air, sabun dan handsanitizer), tisu, masker di kantor dan di lapangan bagi
seluruh pekerja dan tamu.

8.3 Penyedia Jasa wajib menyediakan air minum yang bersih dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua petugas yang ada di bawah kekuasaan Penyedia Jasa.

8.4 Penyedia Jasa wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja.
8.5 Tidak diperkenankan membuat penginapan di dalam lapangan untuk Pekerja, kecuali
untuk penjaga keamanan.
8.6 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku.

PASAL 9
ALAT-ALAT PELAKSANAAN

Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia Jasa, sebelum
pekerjaan fisik dimulai, dalam keadaan baik dan siap pakai, antara lain :
a. Beton molen
b. Theodolite dan waterpass yang telah diijinkan oleh PPTK dan Pengawas Lapangan
c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur
d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk sistem pengeringan jika diperlukan
e. Penggetar beton yang jumlah dan tipenya akan ditentukan kemudian oleh PPTK dan
Pengawas Lapangan
f. Alat megger, alat ukur listrik dan alat ukur lainnya
g. Alat berat peninggian site dipadatkan sesuai spesifikasi dibutuhkan di lapangan atas
persetujuan PPTK dan Pengawas Lapangan.

PASAL 10
SITUASI DAN UKURAN

10.1 Situasi
a. Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 adalah Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan
Jalan
b. Lingkup Pekerjaan tersebut dalam pasal dan ayat-ayat terdahulu dimaksudkan
sebagai garis besar/prinsip/patokan pelaksanaan dan pegangan Penyedia Jasa.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 6


c. Penyedia Jasa wajib meneliti kembali situasi tapak, terutama keadaan tanah sifat
dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga
penawaran.
d. Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang ada (Existing) di
tapak yang meliputi antara lain bongkaran existing, pepohonan, saluran drainase,
pipa, kabel dibawah tanah dan lain sebagainya yang dapat menggangung
kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
e. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan pembongkaran ataupun
pemindahan hal-hal tersebut di atas, maka Penyedia Jasa diwajibkan memperbaiki
kembali, atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa
mengganggu sistem yang ada.
f. Didalam kasus ini Penyedia jasa tidak dapat mengajukan ”Claim” biaya pekerjaan
tambah sebelum melakukan pemindahan/pembongkaran segala sesuatu yang ada
di lapangan penyedia jasa diwajibkan melaporkan dahulu ke Pengawas/Direksi.
g. Kelalaian atau kekurang telitian Penyedia Jasa dalam hal ini tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan “claim” baik dari segi waktu maupun biaya.

10.2 Ukuran
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semua dinyatakan dalam centimeter, kecuali
ukuran-ukuran untuk baja dan pipa yang dinyatakan dalam inch atau mm
(milimeter).
b. Dibawah pengawasan PPTK dan Pengawas Lapangan, Penyedia Jasa wajib
memasang patok-patok ukuran/titik duga yang terpenting di tapak, untuk patokan
melaksanakan setiap bagian dari pekerjaan.
c. Memasang papan bangunan (bouwplank)
d. Ketetapan letak bangunan diukur di bawah pengawasan PPTK dan Pengawas
Lapangan dengan patok ukuran dan papan bangunan
e. Penyedia Jasa harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara-cara mengukur,
alat-alat penyipat datar (Theodolit, Waterpass), prisma silang pengukuran menurut
kondisi dan situasi tanah bangunan, selalu berada di lapangan
f. Jika terdapat perbedaan antara gambar dan keadaan yang sebenarnya di lapangan,
maka PPK dan PPTK akan mengeluarkan keputusannya tentang hal tersebut, dan
Penyedia Jasa wajib melakukan penggambaran kembali tapak proyek, lengkap
dengn keterangan mengenai peil atau ketinggian tanah, batas-batas, letak pohon-
pohon dan sebagainya
g. Tidak dibenarkan Penyedia Jasa mengambil tindakan tanpa sepengetahuan PPK,
PPTK dan Pengawas Lapangan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 7


PASAL 11
PEMERIKSAAN BAHAN DAN KOMPONEN JADI

11.1 Semua bahan, material dan komponen jadi yang didatangkan harus memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan dalam pasal 2.

11.2 PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan berwenang menanyakan asal bahan/material dan
komponen jadi, dan Penyedia Jasa wajib memberitahu.

11.3 Contoh bahan/material dan komponen jadi yang akan digunakan harus diserahkan
kepada PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan. Paling
lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal
pelaksanaan.
Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih; akan diinformasikan
kepada Penyedia Jasa selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah
penyerahan contoh bahan tersebut.

11.4 Semua bahan/material dan komponen jadi harus disetujui secara tertulis atau tercatat
dalam BUKU DIREKSI oleh PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan sebelum dipasang.

11.5 Bahan material dan komponen jadi yang telah didatangkan oleh Penyedia Jasa di
lapangan tetapi ditolak pemakaiannya oleh PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan harus
segera dikeluarkan dari lapangan, selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam
terhitung dari jam penolakan.

11.6 Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material dan komponen jadi harus sesuai
dengan persyaratan dari pabrik pembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan
tersebut.

PASAL 12
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

12.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Penyedia Jasa tetapi
bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak
oleh PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan harus segera dihentikan dan selanjutnya
dibongkar atas biaya Penyedia Jasa.

12.2 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai,
akan tetapi belum diperiksa oleh PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan , Penyedia
Jasa diwajibkan meminta persetujuan lebih dahulu kepada PPK, PPTK dan Pengawas
Lapangan. Setelah disetujui bagian perkerjaan tersebut, Penyedia Jasa dapat
meneruskan pekerjaannya.

12.3 Bila permohonan pemeriksaan belum diperiksa dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari
jam diterimanya Surat permohonan Pemeriksaan tersebut dan belum diperiksa oleh
PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan, maka Penyedia Jasa dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh
PPK, PPTK dan Pengawas Lapangan. Hal ini dikecualikan bila PPK, PPTK dan
Pengawas Lapangan minta perpanjangan waktu.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 8


PASAL 13
PEKERJAAN TAMBAH KURANG DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

PEKERJAAN TAMBAH KURANG


13.1 a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah kurang diberitahukan dengan tertulis atau
ditulis dalam buku harian oleh PPTK dan Pengawas Lapangan serta telah disetujui
oleh Pengguna Anggaran/PPK atau Tim Pemeriksa dan Penerima Kegiatan.
b. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah
tertulis dari PPK atas Persetujuan Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran.
c. Biaya pekerjaan tambah kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan harga penawaran
dalam buku kontrak yang pembayarannya akan diperhitungkan bersama angsuran
terakhir.
d. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
yang dimasukkan dalam penawaran, maka harga satuannya akan ditentukan lebih
lanjut oleh PPTK dan Pengawas Lapangan bersama-sama Penyedia Jasa dengan
persetujuan Pengguna Anggaran.
e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan
penyerahan pekerjaan, tetapi PPK dan PPTK dapat mempertimbangkan
perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

PERSIAPAN PEKERJAAN
13.2 a. Papan Nama Proyek
Penyedia Jasa diwajibkan memasang Papan Nama Proyek atas biaya sendiri sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Ijin-ijin lain yang berkaitan dengan pelaksanaan , misalnya ijin pemakaian jalan,
dan semua beban yang ditimbulkan karena Pelaksanaan Pekerjaan menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.
c. Pekerjaan menyediakan air dan daya listrik (apabila memang diperlukan) untuk
bekerja.
 Penyedia Jasa harus membuat tempat untuk penampungan air sementara yang
senantiasa terisi penuh untuk sarana bekerja.
 Air yang disediakan harus air yang bersih dan bebas dari bau, bebas lumpur,
minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Peyediaan air harus sesuai
dengan petunjuk dan persetujuan PPTK dan Pengawas Lapangan.
 Listrik untuk bekerja harus disediakan oleh Penyedia Jasa dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan berlangsung
yang pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari PPTK
dan Pengawas Lapangan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 9


PASAL 14
PEKERJAAN PERSIAPAN

14.1 Lingkup Pekerjaan


a. Pembuatan papan nama proyek digital printing
 Rekanan//Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama Proyek
dan ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat dilihat dari jalan
yang dapat dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi Proyek. Dimensi, warna,
bentuk, tulisan dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada lampiran
dan atau Gambar Kerja
 Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai
kebutuhan untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi
pekerjaan yang dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan
oleh kelalaian Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut rambu-rambu dan
peringatan maupun peletakan alat-alat dan bahan bangunan yang tidak teratur
menjadi tanggung jawab Rekanan/ Kontraktor.
b. Pembuatan Rambu-Rambu Proyek
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan jalan sedemikian rupa sehingga
terlindungi dari kerusakan akibat lalu lintas umum maupun proyek.
 Pengendalian dan pengalihan lalu lintas harus dilaksanakan sebagaimana
diperlukan untuk melindungi pekerjaan jalan.
 Pengendalian lalu lintas harus mendapat perhatian khusus, pada saat kondisi
cuaca yang buruk, lalu lintas padat, dan selama periode pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sangat peka terhadap kerusakan.
 Penyedia Jasa harus menyediakan, memelihara, dan membongkar semua
pekerjaan jalan atau jembatan sementara yang diperlukan untuk
menghubungkan dengan jalan umum.
 Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang terjadi
atau yang disebabkan oleh jalan atau jembatan sementara ini.
 Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Penyedia Jasa harus
melakukan semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk
pembayaran kepada pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu
dan harus memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi
Pekerjaan.
 Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus membersihkan dan
mengembalikan kondisi tanah itu ke kondisi semula sampai diterima oleh
Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang bersangkutan.
 Penyedia Jasa harus melakukan semua pengaturan agar pekerjaan yang sudah
dilaksanakan dapat dilewati dengan aman oleh peralatan konstruksi, bahan dan
karyawan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat proyek.
Untuk keperluan ini, Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa lain yang melaksanakan
pekerjaan di dekat proyek, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15
(lima belas) hari sebelumnya.
 Jalan alih sementara (detour) harus dibangun sebagaimana yang diperlukan
untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan
keselamatan dan kekuatan struktur, sesuai dengan kelas jalan. Semua jalan alih
yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu lintas umum sampai alinyemen,
pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu lintas sementara telah
disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu lintas umum

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 10


 Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan, drainase
dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
 Penyedia Jasa harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping
sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat,
apabila jalan masuk tersebut sudah ada sebelum pekerjaan dimulai, dan pada
tempat lainnya yang diperlukan, atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
 Pembangunan jalan dan jembatan sementara harus sesuai dengan gambar
rencana.
 Agar dapat melindungi pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan
kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, dalam hal ini
jika kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum, Penyedia Jasa
harus memasang dan memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas
lainnya yang sejenis pada setiap tempat. Semua rambu lalu
 lintas dan penghalang harus diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau
terlihat dengan jelas pada malam hari.
 Penyedia Jasa harus menyediakan dan menempatkan petugas bendera di semua
tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada
pengaturan lalu lintas satu arah.
 Tugas utama dari petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu
lintas yang melewati lokasi pekerjaan tersebut.
c. Mobilisasi dan Demobilisasi
 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa
melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM) yang
dihadiri Pemilik, Direksi
 Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal baik
teknis maupun non teknis dalam proyek ini
 Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa menyerahkan
program mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan.
 Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti
aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya
(DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
 Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di
sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya
yang telah disebutkan dalam kontrak.
 Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang
akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
 Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
 Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.
 Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan
kendaraan/peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya
dan tidak mencemari tanah dan air.
 Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek dan
sudah mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan
instansi terkait.
 Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 11


 Pengajuan izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.
 Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu
diambil contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak
memenuhi syarat, segera diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek
dalam waktu 3 x 24 jam.
d. Manajemen Mutu
 Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan
sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun
perubahan-perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara
Aanwijzing serta Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan
tambahan yang telah disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
 Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang
timbul dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk
Direksi Proyek atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan
berlangsung
 Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan,
ketidak sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
 Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah
gambar yang skalanya lebih kecil
 Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS
 Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka
Gambar Kerja yang mengikat
 Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan,
maka yang mengikat adalah RKS
 Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan
persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan
 Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga
lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
 Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan
sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/
Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik yang bersangkutan untuk
mendapatkan dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi ataupun lahan sekitar
yang diperlukan
 Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam
keadaan seperti pada saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan
lapangan
 Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga
kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
 Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-
alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan
keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat
dipergunakan secara aman.
 Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar
tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat
 Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 12


 Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa harus
berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Proyek.

PASAL 15
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

15.1. MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS


a) Urutan pekerjaan dan Rencana Manajemen Lalu Lintas
Penyedia Jasa harus menjaga seluruh kegiatan pekerjaan sepanjang jalan dalam
kondisi sedemikian hingga agar lalu lintas dapat terbuka dengan selamat dan
seluruh pekerja, dan pengguna jalan terlindungi.
Sebelum memulai pekerjaan apapun, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan
mengajukan kepada Direksi Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan
Lalu Lintas (RMKL) untuk pengoperasiannya selama periode pelaksanaan.
RMKL harus berdasarkan analisa arus lalu lintas tingkat makro dan juga mikro
dan tidak hanya terfokus di daerah konstruksi. RMKL harus disusun oleh Tenaga
Ahli Keselamatan Jalan dari Penyedia Jasa, disampaikan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (PCM) dan mendapatkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. RMKL harus dimutakhirkan secara regular berdasarkan
kondisi tempat pekerjaan. RMKL harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
RMKL harus memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus untuk pejalan
kaki dan kendaraan tidak bermotor jika dibutuhkan.
b) Pembagian Zona Pekerjaan Jalan
Zona Pekerjaan Jalan dibagi menjadi empat zona berdasarkan fungsinya (sesuai
dengan Instruksi Dirjen Bina Marga No. 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis
Rekayasa Keselamatan Jalan) sebagaimana ditunjukkan pada gambar pada
Lampiran 1.8.A. Zona tersebut adalah:
 Zona peringatan dini adalah segmen jalan dimana pengguna jalan
diinformasikan tentang akan adanya pekerjaan jalan dan apa yang harus
dilakukan.
 Zona pemandu transisi adalah segmen jalan dimana pengemudi dipandu untuk
menurunkan kecepatan dan masuk ke lintasan yang benar.
 Zona kerja adalah segmen jalan dimana pekerjaan dilaksanakan dan terdapat
pekerja, peralatan, perlengkapan, serta material.
 Zona terminasi adalah segmen jalan dimana lalu lintas dituntun kembali ke
kondisi normal setelah melalui lokasi pekerjaan.
Bilamana pekerjaan belum selesai, dan jalan atau lajur dibuka untuk lalu lintas
umum, Penyedia Jasa wajib memasang marka sementara (pre marking), dan
rambu sementara atau perlengkapan jalan lainnya yang dibutuhkan untuk
menjamin keselamatan pengguna jalan.
c) Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
Jika pada setiap saat, Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa ketentuan yang
sebagaimana mestinya untuk pengendalian lalu lintas yang berkeselamatan tidak
disediakan, tidak dipelihara atau tidak dilaksanakan sesuai lingkup dari RMKL,
Direksi Pekerjaan dapat membatasi operasi Penyedia Jasa yang mempengaruhi
situasi semacam ini sampai penyesuaian yang diperlukan telah dilaksanakan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 13


Direksi Pekerjaan dapat juga menangguhkan seluruh pekerjaan sampai
penyesuaian tersebut dicapai.
Bilamana keselamatan pengguna jalan atau pekerja diabaikan secara serius dan
dengan sengaja oleh Penyedia Jasa, Direksi Pekerjaan dapat melakukan tindakan
perbaikan yang sepadan dan memotong biaya dari hak Penyedia Jasa sebagai
kompensasi kerugian dari jumlah yang dibayarkan kepada Penyedia Jasa.
Semua pekerja paling sedikit berusia 18 tahun, dan pekerja harus mengenakan
baju yang reflektif, sepatu boot dan helm kerja pada setiap saat selama jam kerja
di dalam daerah kerja.
Pelaksanaan pengaturan lalu lintas perlu berkoordinasi dengan pihak Kepolisian
dan/atau Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan setempat.
Pekerjaan pada malam hari harus diterangi dengan lampu dan atau sistem reflektif
yang disetujui Direksi Pekerjaan. Sistem penerangan harus ditempatkan dan
dioperasikan sedemikian hingga agar sorot cahaya tidak mengganggu pengguna
jalan pada lokasi tersebut. Lampu pijar tidak diperkenankan untuk digunakan.
Pada saat pelaksanaan konstruksi, Direksi Pekerjaan wajib memeriksa dan
mengawasi pelaksanaan keselamatan lalu lintas di lokasi pekerjaan dengan
membuat formulir pemantauan kesesuaian berdasarkan RMKL yang telah
disepakati pada saat rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi termasuk di
dalamnya adalah kelengkapan perlengkapan jalan sementara.

d) Pemeliharaan Perlengkapan Jalan Sementara


Penyedia Jasa harus menyediakan personil untuk melakukan pengawasan
berkesinambungan terhadap operasi pengendalian lalu lintasnya. Personil tersebut
harus tersedia baik siang maupun malam untuk menanggapi panggilanjika ada
kerusakan antara lain terhadap barikade, lampu, rambu-rambu, dan sebagainya
baik karena vandalisme atau kecelakaan lalu lintas.
Penyedia Jasa harus memberitahu identitas personil tersebut kepada Direksi
Pekerjaan maupun pejabat lalu lintas setempat (termasuk polisi) di tempat kerja.

e) Bahan dan Peralatan


Penyedia Jasa harus menyediakan perlengkapan jalan sementara sesuai RMKL
atau sesuai perintah Direksi Pekerjaan bila dianggap perlu. Perlengkapan jalan
sementara, dapat berupa :
 alat pemberi isyarat lalu lintas sementara
 rambu lalu lintas sementara;
 marka jalan sementara;
 alat penerangan sementara;
 alat pengendali pemakai jalan sementara, terdiri atas :
 alat pembatas kecepatan;
 alat pembatas tinggi
 lebar kendaraan.
 alat pengaman pemakai jalan sementara, terdiri atas:
 pagar pengaman/Penghalang lalu lintas;
 cermin tikungan;
 tanda patok tikungan (delineator);
 pulau-pulau lalu lintas;
 pita penggaduh (rumble strip);
 Traffic Cones.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 14


Penyediaan dan penempatan alat pemberi isyarat lalu lintas dan rambu lalu lintas
sementara sekurang-kurangnya harus sesuai dengan pedoman Perambuan
Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003, Instruksi Dirjen Bina Marga
No. 02/IN/Db/2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan Jalan:
Panduan Teknis 3: Keselamatan di Lokasi Pekerjaan Jalan, dan Peraturan Menteri
Perhubungan No. PM 13/2014 tentang Rambu Lalu lintas.
Semua bahan dan peralatan yang disediakan untuk implementasi kegiatan-
kegiatan manajemen dan keselamatan lalu lintas harus disediakan oleh Penyedia
Jasa dan tetap menjadi miliknya pada akhir periode kontrak.
Perlengkapan jalan sementara yang rusak oleh sebab apapun selama periode
pelaksanaan harus diperbaiki atau diganti segera, termasuk pengecatan jika perlu
oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri.
Bilamana tidak diperlukan lagi, perlengkapan jalan sementara harus disingkirkan
dari daerah kerja.
Perlengkapan jalan sementara harus dibuat sedemikian hingga tidak merusak
kendaraan yang melalui atau melukai pengguna jalan jika tertabrak dan harus
tetap stabil dan berdiri di tempat ketika diterpa angin maupun getaran akibat LL
kendaraan lewat.

f) Koordinasi Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas


Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga Koordinator Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) yang memadai, dengan pengalaman yang
sesuai minimum 3 tahun dalam tugas-tugas semacam ini dan staf yang diperlukan
(jumlah minimum 2 orang) yang dibawahinya untuk seluruh pengendalian dan
pelaksanaan dari manajemen dan keselamatan lalu lintas, termasuk koordinasi
dengan pejabat lalu lintas setempat yang bertanggungjawab sesuai yuridiksi
Daerah Kerja, sedemikian hingga dapat memperkecil halangan, risiko
keselamatan dan memperlancar arus lalu lintas yang melalui daerah pekerjaan
konstruksi dan melalui jalan-jalan pengalihan yang sesuai dan disetujui.
Pemilihan KMKL harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan. KMKL harus secara
aktif berpartisipasi dalam semua rapat reguler maupun khusus dengan Direksi
Pekerjaan. KMKL harus siap dihubungi pada setiap saat (24 jam per hari, 7 hari
per minggu) melalui komunikasi bergerak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan,
keadaan darurat, dan hal-hal lain terkait lalu lintas dan manajemen keselamatan
selama Periode pelaksanaan.
KMKL adalah individu yang bertanggungjawab atas semua permintaan Direksi
Pekerjaan yang terkait dengan hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas.
KMKL mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan berkoordinasi
dengan personil Penyedia Jasa untuk hal-hal manajemen dan keselamatan lalu
lintas.
Tugas-tugas KMKL harus mencakup berikut ini:
 Memahami persyaratan kontraktual, termasuk denah, spesifikasi, dan
lingkungan di mana pekerjaan sipil akan dilaksanakan;
 Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari pengaturan lalu lintas
yang digunakan dalam kegiatan dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut
berfungsi sebagaimana mestinya, bersih, dapat dilihat dan memenuhi
spesifikasi, denah, serta peraturan-peraturan setempat;
 Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan lalu lintas yang
sesuai, memberi pendapat kepada Direksi Pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 15


memastikan bahwa RMKL telah diimplementasikan untuk pergerakan lalu
lintas yang aman dan efisien;
 Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian lalu lintas dengan
Direksi Pekerjaan;
 Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan Penyedia Jasa sebelum
pelaksanaan dimulai, dan rapat berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan harus diberitahu
sebelumnya untuk menghadiri rapat-rapat ini.

g) Penutupan Jalan yang Tidak Sah


Semua penutupan dini/lambat atas jalan atau lajur di luar waktu yang ditetapkan
dapat dikategorikan sebagai penutupan jalan yang tidak sah.
Semua penutupan total jalan tanpa suatu jalan pengalihan yang pantas harus
dipandang sebagai penutupan jalan yang tidak sah dan Penyedia Jasa harus
menanggung segala tuntutan yang timbul dari pihak ketiga.

h) Akses Menuju Daerah Kerja


Penyedia Jasa harus menggunakan sebuah Kendaraan Penghantar ketika
memasuki atau meninggalkan daerah kerja sampai jalan tersebut dibuka untuk
lalu lintas. Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas yang sama untuk Personil
Direksi Pekerjaan dan Pengguna Jasa.
Manuver ini (memasuki dan meninggalkan daerah kerja) harus dilaksanakan
dengan selamat sehingga memperkecil risiko terhadap para pekerja dan pengguna
jalan

i) Penutupan Lajur/Jalan dengan Menggunakan Tanda Visual


Penutupan lajur dengan menggunakan tanda visual harus dilakukan sesuai dengan
detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

j) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan Umum


Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan umum harus dilakukan sesuai dengan
detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

k) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan dalam Kota


Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan dalam kota harus dilakukan sesuai
dengan detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

l) Rambu Lalu Lintas dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Tambahan
Atas permintaan Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan tambahan
rambu-rambu lalu lintas sementara atau alat pemberi isyarat lalu lintas. Peralatan
tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan tersebut dalam waktu 48 jam dan
memasang serta memelihara peralatan tersebut selama Periode Pelaksanaan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 16


15.2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3
untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam
struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time)
untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan
pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang
memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
c) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit
struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia
jasa.
d) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia
pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi
pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
e) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
 Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-
fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
 Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam
segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
proyek.
 Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi
dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
f) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

PASAL 16
DRAINASE

 Perbedaan elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh lebih
dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada setiap titik, dan harus mempunyai
permukaan yang cukup halus dan rata, dan menjamin aliran yang bebas serta tanpa
genangan jika alirannya kecil.
 Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan
tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada
setiap titik.
 Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus diserahkan
Kepada Direksi Pekerjaan atau Pengawas Lapangan.
 Apabila pekerjaan pembentukan penampang selokan telah selesai, Penyedia Jasa harus
meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan dipasang.
 Drainase yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus selalu lancar tanpa terjadinya
genangan air dan berfungsi dengan baik sebelum pekerjaan timbunan dan struktur
perkerasan dimulai.
 Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang melintang
yang disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan dari setiap
kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan setelah
seluruh pekerjaan yang berdekatan atau bersebelahan selesai.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 17


 Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan
yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, serta lokasi semua lubang
penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus diberi tanda
dengan cermat oleh pelaksana sesuai dengan gambar rencana atau detail pelaksanaan
yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang
diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama, sehingga memenuhi kelandaian
yang ditunjukkan pada gambar rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis
selokan yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
 Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan seperti
yang disyaratkan.
 Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa sedemikian
rupa sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang mungkin terjadi di lokasi
yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam kontrak ini, tidak
boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari, maka setelah
pekerjaan ini selesai, Penyedia Jasa harus menimbun kembali seluruh galian sampai
permukaan tanah asli atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui Direksi
Pekerjaan.
 Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan fondasi atau akibat
galian lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus dibuang seluruhnya setelah
pekerjaan selesai.
 Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen lainnya
dalam kontrak ini yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi sebagian atau
seluruh saluran air yang ada, maka saluran air tersebut harus direlokasi agar tidak
mengganggu aliran air pada ketinggian air banjir normal yang melalui pekerjaan
tersebut. Relokasi yang demikian harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan
kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun pada
bangunan di sekitarnya.

PASAL 17
PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK

a) Pekerjaan Galian
 Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak
digunakan untuk pekerjaan permanen.
 Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin
terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
 Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau fondasi
dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Teknis

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 18


tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus dibuang seluruhnya atau
sebagian, dan diganti dengan bahan timbunan
 Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang sukar
dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan,
atau pada dasar galian pipa atau fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali
15 cm lebih dalam dari permukaan rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu
yang diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil galian yang
disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang
disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.
 Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan, jika menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau
suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan dapat
melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara lain,
jika peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.
 Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan
anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan
harus dibatasi waktunya sebagai yang ditetapkan oleh Direksi Teknis.
 Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan peledakan atau
cara lainnya, sehingga permukaan galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman
dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil
atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang atau
diperkuat dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang
lama.
 Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan acuan dan
untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan
 Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser selama pekerjaan galian
harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin
kebebasan ruang gerak yang diperlukan selama pelaksanaan.
 Cofferdam, penyokong dan pengaku yang dibuat untuk fondasi jembatan atau
struktur lainnya harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

b) Pekerjaan Timbunan
 Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
 Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum
pekerjaan dimulai.
 Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi
kepadatan sebagai disyaratkan.
 Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat
dapat beroperasi.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 19


 Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan
sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-
1742-1989.

PASAL 18
PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR
18.1. LAPISAN PERKERASAN BERBUTIR
 Lapis fondasi agregat adalah suatu lapisan pada struktur perkerasan jalan yang terletak
diantara lapis permukaan dan lapis tanah dasar yang telah disiapkan. Lapis fondasi
agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu kelas A, kelas B dan kelas C.
Agregat kelas A atau agregat kelas B digunakan untuk lapis fondasi, sedangkan
agregat kelas C digunakan untuk lapis fondasi bawah, bahu jalan dan perkerasan tanpa
penutup aspal.
 Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pengadaan, pemasokan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai persyaratan dan detail yang
ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan
memelihara lapis fondasi agregat yang telah selesai sesuai yang disyaratkan.
 Pengadaan, mencakup pemecahan, pemisahan, pencampuran dan operasi lainnya yang
perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan pada seksi ini. Lapis
fondasi agregat pada seksi ini mencakup lapis fondasi bawah dan lapis fondasi.

a) Elevasi Permukaan
Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Tinggi Permukaan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis + 1,5 cm
pondasi bawah -1,5 cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan + 1 cm
untuk lapis pondasi jalan yang akan di tutup -1 cm
dengan lapis resap ikat atau pelaburan

b) Ketebalan Lapis Pondasi Agregat


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Ketebalan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi + 1cm
bawah -1cm
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan 0 cm
lapis resap ikat atau pelaburan
Tebal total minimum lapis pondasi agregat kelas A dan kelas C atau kelas B dan kelas C
tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan.

c) Kerataan
b) Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Kerataan
Agregat kelas C digunakan sebagai lapis pondasi -1cm
bawah
Agregat kelas B atau kelas A digunakan untuk + 1 cm
lapis pondasi jalan yang akan di tutup dengan
lapis resap ikat atau pelaburan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar perata panjang 3 m yang diletakkan sejajar
dan melintang sumbu jalan, dilakukan setelah semua bahan yang dilepas di bersihkan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 20


 Bahan lapis fondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui Direksi Pekerjaan
sesuai dengan Pasal 1.2.7 tentang logistik, dari spesifikasi ini.
 Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 50 kg contoh agregat
yang akan digunakan untuk dijadikan rujukan selama pelaksanaan pekerjaan.
 Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel yang keras
dan awet.
Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling
sedikit dua bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai.
Agregat kasar kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikit
satu bidang pecah, bila diuji sesuai Angularitas agregat kasar sesuai prosedur.
 Agregat kasar kelas C berasal dari kerikil.
 Fraksi Agregat Halus ,Agregat halus (lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri atas
partikel pasir atau batu pecah halus dengan atau tanpa clay.
 Agregat untuk lapis fondasi harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, harus memenuhi ketentuan gradasi
yang diberikan.
 Pencampuran Bahan untuk Lapis Fondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan
bahan lapis fondadi harus langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang
disetujui oleh Direksi Teknis, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan
melakukan pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau backhoe kecuali
dengan alat khusus pulvimixer.
 Peralatan
Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada
spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar supaya selalu
dalam keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok
untuk kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan
Direksi Teknis sebelum pekerjaan dimulai. Peralatan processing harus direncanakan,
dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur
agregat, air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Apabila
instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi
terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar.
 Alat Penghampar
 Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang mampu
menyebarkan bahan lapis fondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang
diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi
 Alat Pemadat
 Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau
pemadat roda karet, dapat digunakan untuk pemadatan fondasi agregat.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 21


 Alat Pengangkut
 Dump truck yang akan digunakan, bak penampungnya tidak boleh bocor dan
dilengkapi terpal yang digunakan pada saat pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan
dan menjamin tidak banyak terjadinya penguapan air sepanjang perjala nan.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama,
semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki
terlebih dahulu.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau
tanah dasar baru, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya.
 Sebelum pekerjaan lapisan fondasi agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar
yang akan dilapisi harus telah disiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani
dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis dengan panjang
paling sedikit 60 m secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari
60 m karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui
sebelum lapis fondasi agregat dihampar.
 Apabila lapis fondasi agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan
aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Teknis dalam kondisi tidak rusak, maka
harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama
dengan greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.
 Material lapis fondasi agregat setelah ditempatkan harus segera dihampar dan
dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air.
 Bahan lapis fondasi agregat harus diangkut ke badan jalan dan harus segera dihampar
dan dipadatkan agar tidak terjadi penurunan kadar air sehingga kadar air pemadatan
yang merata dalam rentang yang disyaratkan.
 Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
 Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal
padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Apabila diperlukan
penghamparan lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan
sama tebalnya.
 Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar
agregat lapis fondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.
 Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Teknis, hingga kepadatan akhir mencapai paling sedikit 100% dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,
Metode D.
 Direksi Teknis dapat memerintahkan agar digunakan mesin pemadat beroda karet
untuk pemadatan lanjutan untuk menghasilkan ikatan butiran yang lebih baik dan
stabil. Alat pemadat roda besi berpenggetar hanya digunakan untuk pemadatan awal.
 Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 2%
di bawah kadar air optimum sampai 2% di atas kadar air optimum, kadar air optimum

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 22


adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi
(modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, Metode D.
 Pelaksanaan pemadatan memanjang harus dimulai dari sisi terendah dan bergerak ke
sisi tertinggi bergeser dalam arah melintang demikian juga di daerah super-elevasi.
 Pemadatan harus dilakukan dengan tumpang tindih satu lajur dengan lajur lainnya
selebar tebal lapisan.
 Pemadatan yang berbatasan dengan kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat
lainnya yang disetujui Direksi Teknis.

PASAL 19
PEKERJAAN STRUKTUR

19.1. Pekerjaan Beton


 Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan .
 Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali fondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin
dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
 Seluruh dasar fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah
atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan
cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau
cofferdam dan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
 Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai kerja
untuk pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan bahan lain di
atasnya.
 Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk fondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah
keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup
tidaknya daya dukung tanah di bawah fondasi.
 Apabila dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi ketentuan, maka
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman fondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
fondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 23


 Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air hujan
dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran
sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan
penanganan seperlunya.
 Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
 Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
 Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang
tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang terekspos harus
digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh sudut-sudut tajam
acuan harus ditumpulkan.
 Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).
 Pelaksanaan Pengecoran
 Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6
(enam) jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
 Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran
beton tidak boleh dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak
hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
 Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan acuan tanpa
menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
 Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya pengikatan
awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari laboratorium,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan
(setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan bahan tambahan untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai dengan lokasi
sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau
sampai pekerjaan selesai.
 Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran. Beton harus dicor

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 24


dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir
beton.
 Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan penulangan
yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan tebal yang tidak
melampaui 150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis pengecoran dapat sampai
300 mm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
 Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m. Beton
tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam air dan
tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 (empat puluh delapan) jam
setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode tremi atau metode
Drop- Bottom-Bucket, dimana pengggunaan bentuk dan jenis yang khusus untuk
tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal
pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton tremi maka campuran beton
tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa agar campuran tersebut mempunyai
slump tertentu, kelecakan yang baik dan pengecoran secara keseluruhan dari
bagian dasar sampai atas tiang pancang selesai dalam masa setting time beton.
Untuk itu harus dilakukan campuran percobaan dengan menggunakan bahan
tambahan (retarder) untuk memperlambat pengikatan awal beton, yang lamanya
tergantung dari lokasi pengecoran beton, pemasangan dan penghentian pipa tremi
serta volume beton yang dicor. Pipa tremi dan sambungannya harus kedap air dan
mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan beton mengalir dengan
baik. Tremi harus selalu terisi penuh selama pengecoran. Apabila aliran beton
terhambat maka tremi harus ditarik sedikit keatas dan diisi penuh terlebih dahulu
sebelum pengecoran dilanjutkan. Baik tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus
mengalirkan campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor
sebelumnya.
 Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.
 Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
 Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan pekerjaan
beton, tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk perawatan dengan
pemberian air di atas permukaan, dapat dilakukan sebelum 24 (dua puluh empat)
jam setelah pengecoran dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton dari alat
Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan
beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan ketentuan.
 Pemadatan
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar acuan
yang telah disetujui. Apabila diperlukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok
untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh
digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di
dalam acuan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 25


 Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut, di
antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser tulangan
sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
 Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
 Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas
acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
 Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di dalam
acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
kedalaman 100 mm dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut
akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara
perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari
450 mm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik
atau permukaan beton sudah mengkilap. Jumlah minimum alat penggetar mekanis
dari dalam diberikan dalam Tabel berikut ini.
Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton
Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6

Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam, maka
harus digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 75 mm.
 Sambungan Pelaksanaan (CONSTRUCTION JOINT)
 Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen
struktur kecuali ditentukan demikian.
 Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
 Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
 Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman
paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar fondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara
manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-
pelat mempunyai luas maksimum 40 m2 .
 Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan apabila pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 26


 Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
 Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
 Beton Siklop
Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa dengan
batu- batu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati
dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan
yang dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop. Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm,
tiap batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar batu
pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum 150 mm.
Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping) sesuai dengan Pd T-
07-2005-B.
 Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Acuan
 Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan struktur yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam setelah pengecoran
beton tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di
bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga
pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85% dari kekuatan
rancangan beton.
 Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit
9 (sembilan) jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
 Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelahpembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah
digunakan untukmemegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton,
harus dibuang atau dipotongkembali paling sedikit 25 mm di bawah permukaan
beton. Tonjolan mortar danketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.
 Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari
pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen.
 Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada
permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental
yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan.
Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekitar 30 menit sebelum dipakai

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 27


agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non
shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan:
 Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan horizontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar
bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata
dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau
dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
 Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.
 Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang
digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh
rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
 Perawatan dengan Pembasahan
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton.
Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan bahan
yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang harus
dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang
menggunakan fly ash perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
Apabila acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Butir 7.1.3.2) a), maka
acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan
pengeringan beton.
Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus dirawat
setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah)
dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit
selama 21 (dua puluh satu) hari.
Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.
 Perawatan dengan Uap

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 28


Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang
tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur
28 (dua puluh delapan) hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus
mengikuti ketentuan berikut ini: Departemen Pekerjaan Umum –
Desember 2007 7 - 14
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan luar.
- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 38°C selama 2 (dua) jam sesudah pengecoran selesai, dan
kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai
65°C dengan kenaikan temperatur maksimum 14°C/jam secara
bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,5°C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 11°C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 11°C dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap
air.
- Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus
dibasahi selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
 Perawatan dengan Cara Lain
Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah
beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan
turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan
pelapisan ulang lagi.
Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan
lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari
permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup
angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung
Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan sebagai
dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan beton
dalam masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 29


Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder
Kuat Tekan Minimum rata-rata
Benda Uji Silinder (MPa) Diameter (150 –
Mutu Beton
300) mm
Jenis beton
fc’ 3 hari 7 hari
28 hari
(MPa)
Mutu 50 34 42 60
tinggi 45 31 39 55
35 25 31 44
Mutu 30 22 27 39
Sedang 25 17 25 34

20 13 20 27
Mutu 15 9 15 22
rendah 10 7 11 17

Tabel Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus


Kuat Tekan Minimum rata-rata
Benda Uji Kubus
(Kg/cm2)
Mutu Beton
150 x 150 x 150 mm3
Jenis beton
σbk’
3 hari 7 hari
(Kg/cm2) 28 hari

K600 392 490 670


Mutu
tinggi K500 336 420 570
K400 272 340 470
K350 244 305 420
Mutu
K300
Sedang 189 281 370
K250
K175 164 245 320
Mutu
rendah 103 167 245
K125
78 131 195

Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa harus melakukan percobaan


campuran (trial mix) di lapangan sesuai dengan rancangan campuran yang

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 30


dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat
pada umur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat tekan beton lebih kecil dari
85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang
beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai
dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan.
Apabila percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran
beton sesuai dengan hasil percobaan campuran.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan apabila hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh
dari rumus
 Penyesuaian Campuran
Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan
rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah
ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang
memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah
dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diizinkan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diizinkan bila
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan
syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
Bahan Tambahan (Admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus,
sebagian besar berupa mineral yang bersifat semen (cementious) seperti
abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron
furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar
Rencana dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan
bahan tambahan dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 31


pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan
untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
o Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air.
o Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan.
o Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
o Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton.
o Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton.
o Mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump loss).
o Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan
volume beton (ekspansi).
o Mengurangi terjadinya bliding (bleeding).
o Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut:
o Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung).
o Meningkatkan kekuatan pada beton muda.
o Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
o Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut.
o Meningkatkan keawetan jangka panjang beton.
o Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton).
o Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat.
o Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
o Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan.
o Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan bahan tambahan (admixture)
perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manual penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar
pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara merata
pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis
yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau
dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton.

 Pelaksanaan Pencampuran
Penakaran Agregat
o Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk
mutu beton fc’ < 20 MPa diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI
03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan
adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
o Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (JKP). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus
dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 32


Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan
dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran
untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan;
o Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan
penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada
perangkat siap pakai (ready mix).
Pencampuran
o Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi
yang merata dari seluruh bahan.
o Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
o Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen
yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata.
Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
o Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekitar seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus
sekitar 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
o Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada
beton non-struktural.
Pengujian Campuran
o Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran
beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan
kecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Untuk nilai
slump 80 mm, maka toleransi terhadap nilai slump yang disyaratkan
adalah - 20 mm , + 20 mm. Toleransi untuk perkerasan kaku adalah –
10 mm, + 10 mm.
o Pengujian Kuat Tekan
 Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda
uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton
yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
 Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 33


diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat
sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
 Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
 Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 m3 beton harus dibuat 1
(satu) set benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah
benda uji).
 Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk
setiap truk). 1set = 3 buah benda uji.
 Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus
disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran
sebagai fungsi waktu.
 Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28
(dua puluh delapan) hari.
 Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus
diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 (dua) buah benda uji yang
berdekatan nilainya.
 Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik
dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc
karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut: fc’= fcm –
( k.S).r , dimana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah benda
uji (k=1,64 untuk jumlah benda uji lebih besar atau sama dengan
30) dan r adalah angka koreksi deviasi untuk jumlah benda uji
kurang dari 30
 Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah
0,85 fc.
 Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari struktur tidak
membahayakan.
 Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung struktur berkurang, maka diperlukan suatu
uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan
aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling
tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak
membahayakan struktur untuk setiap hasil uji tekan yang
meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di
atas.
 Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari
ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc, dan

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 34


tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75 fc. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat
pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau
lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
o Pengujian Tambahan
 Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi:
 Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan).
 Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang
dipertanyakan.
 Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
 Lubang bekas uji inti (core) harus diisi kembali dengan bahan
beton tidak susut (non shrink).
 Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan dalam Butir 7.1.2.3), atau yang tidak memiliki
permukaan akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi
sifat-sifat campuran yang disyaratkan , harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain:
 Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan.
 Penanganan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal.
 Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan
khusus.
 Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton
atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan
dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan seperti
dijelaskan dalam Butir 7.1.4.3) d) (3) yang diperlukan untuk menjamin
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan
adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser . Penyedia Jasa
harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

19.2. Pekerjaan Baja Tulangan

 Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
 Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut:

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 35


 35 mm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap air
tanah atau terhadap bahaya kebakaran.
 Untuk beton yang terendam/tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau
timbunan tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan.
 75 mm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja
tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton
yang ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang
berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya.
 Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan gambar
dan memenuhi tegangan leleh baja tulangan yang di syaratkan.
 Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi SNI 07-0663-1995 tentang jaring kawat baja las
untuk tulangan beton dapat digunakan.
 Tumpuan untuk Tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu > fc’ 20 MPa (K-250) seperti yang disyaratkan , terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh
digunakan sebagai tumpuan.
 Pengikat untuk Tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja
lunak yang memenuhi SNI 07- 6401-2000.
 Pada lingkungan yang korosif atau lingkungan laut, perlindungan terhadap beton harus
ditingkatkan sesuai dengan keperluan, dengan cara meningkatkan mutu beton,
menambah kepadatan serta kerapatan dan kekedapannya terhadap air, dengan cara
mengurangi nilai rasio air-semen yang digunakan, dan menambah tebal selimut beton.
Bila dianggap perlu, aditif bisa ditambahkan dalam campuran beton.
 Pada baja tulangan non prategang, untuk mencegah proses korosi pada tulangan beton
prategang, perlu diberikan tebal selimut beton yang cukup tebal.
 Tebal selimut minimum ditentukan berdasarkan nilai-nilai sebagai berikut:
 Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan tanah :
75 mm.
 Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
o Batang D-19 hingga D-56 : 50 mm
o Batang D-16 dan yang lebih kecil : 40 mm
 Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah atau cuaca:
o Pelat, dinding dan pelat berusuk:
 Batang D-44 dan D-56 : 40 mm
 Batang D-36 dan yang lebih kecil : 25 mm
o Balok dan kolom:
 Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral : 40 mm
o Komponen struktur cangkang dan pelat:
 Batang D-19 dan yang lebih besar : 25 mm
 Batang D-16 dan yang lebih kecil : 20 mm
 Cara lain dari perlindungan korosi boleh dilakukan dengan tulangan yang dilindungi
dengan epoxy (epoxy coated) harus sesuai dengan AASHTO M 284-03, pelapisan
ulang beton, atau membran rapat, atau suatu kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
 Pengajuan Kesiapan Kerja
 Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi label,
dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang, mutu,

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 36


dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram
tulangan.
 Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian
untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan lainnya.
 Pembengkokan
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-
bengkokan atau kerusakan.
 Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja
tidak terlalu banyak berubah.
 Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok.
 Pemotongan
 Baja tulangan tidak boleh dipotong dengan proses panas kecuali ditentukan lain
oleh Direksi
 Penempatan dan Pengikatan
 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang
dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
 Tulangan harus ditempatkan secara akurat sesuai dengan gambar dan dengan
kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau
pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
 Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan
pada gambar,
 tidak akan diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga
penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan
harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
 Apabila penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang
tindih minimum harus 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait
pada ujungnya.
 Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam
gambar atau secara khusus diizinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
Apabila Direksi Pekerjaan
 menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah
sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
 Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kereb dan bukaan, dan
harus dihentikan pada sambungan antara pelat.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 37


 Apabila baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup
lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan
semen acian (semen dan air saja) atau cara lain sehingga tulangan dapat terhindar
dari bahaya korosi.
 Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja
atau beban konstruksi lainnya.

PASAL 20
PEKERJAAN LAIN-LAIN

 Sebelum penyerahan pertama, pemborong wajib meneliti semua bagian pekerjaan


yang belum sempurna dan harus diperbaiki , semua ruangan harus bersih dipel,
halaman harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan
dari lokasi kegiatan.
 Meskipun telah ada pengawasan dan unsur – unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggungan pemborong untuk itu pemborong
harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
 Adanya pelaksanaan pekerjaan di bengkel kerja sebelum mendapat persetujuan dari
Pengawas/PPTK apabila menurut penilaian Pengawas/PPTK dan atau Tim Direksi
Teknis tidak diterima, maka segala resiko yang diakibatkannya menjadi
tanggungjawab Penyedia Jasa tidak dapat dijadikan claim tambah kurang pekerjaan
(bila ada) dan Penyedia Jasa harus mengulang kembali pekerjaan tersebut sesuai
dengan petunjuk/syarat yang telah ditentukan.
 Pemborong wajib menyerahkan bahan penutup atap / genting secukupnya kepada
pengguna barang / jasa sebagai cadangan. Bahan tersebut harus diserahkan sebelum
dilaksanakan serah terima pekerjaan ke II.
 Selama masa pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan
memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan ke II
dilaksanakan, pekerjaan benar – benar sempurna.
 Hal - hal yang belum tercantum dalam Dokumen ini akan ditentukan kemudian dalam
rapat penjelasan ( Aanwijzing).
PASAL 21
PENUTUP

1) Rekanan/ kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan (100%)


dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
Dokumen Kontrak secara keseluruhan serta petunjuk Direksi Proyek / Pengawas.
2) Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun perubahan/
tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing dan atau diberi
petunjuk Direksi Proyek / Pengawas
3) Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban
menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil
pekerjaan nampak bersih dan sempurna
4) Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai 100% dan
diserahkan untuk kedua kalinya pada Direksi Proyek.

Rencana Kerja & Syarat-Syarat – Perencanaan Jalan 38

Anda mungkin juga menyukai