Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

PEKERJAAN
PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST

TAHUN ANGGARAN
2022

Konsultan Perencana :
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST

KATA PENGANTAR

Buku Laporan Pendahuluan ini disusun sesuai dengan yang


dilaksanakan dalam Kegiatan Pekerjaan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST.
Buku Laporan Pendahuluan ini disusun untuk memberikan Laporan
Awal atas hasil pekerjaan antara lain berisi latar belakang proyek,
lingkup proyek, lingkup pekerjaan dan tugas, pelaksanaan pekerjaan
baik itu tahap survey persiapan, survey pengamatan, survey
pengukuran, serta metodologi yang digunakan pada pekerjaan ini.
Terima kasih disampaikan kepada pihak terkait yang telah
membantu penyusunan Laporan tersebut, semoga buku Laporan ini dapat
bermanfaat sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan.

Banjarmasin, Juli 2022

Konsultan Perencana
CV. PRESMATEK Consultant

KHAIRUN FADILLAH, SE
Direktur

i
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… i

Daftar Isi .………………………………………………………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1

1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………… 2

1.3 Ruang Lingkup…………………………………………………………………. 3

1.4 Tahapan Perencanaan………………………………………………………… 3

1.5 Sistematika Laporan…………………………………………………………. 4

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Wilayah………………...……………………………………. 5

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten ……………………………………………….. 6

2.3 Lokasi Pekerjaan…………………………………………………………….. 8

BAB III. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 Umum………………………………….…………………………………..…… 10

3.2 Pendekatan………………………………….………………………………… 10

3.3 Metodologi………………………………….………………………………….. 18

BAB IV. PROGRAM KERJA DAN ORGANISASI PROYEK

4.1 Program Kerja………………………………….……………………………… 34

4.2 Organisasi dan Personil………………………………….…………… 43

4.3 Jadwal Pelaksanaan………………………………….………………………. 44

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan………………………………….………………………………… 46

Ab

iii
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST
BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pengeloaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama merupakan
kegiatan yang harus diwujudkan untuk menunjang fasiltas
pendidikan maupun menyediakan sarana prasarana penunjang
lainnya demi kenyamanan bagi siswa sekolah menegah pertama.
Adapun salah satu factor untuk memaksimalkan fungsi
pendidikan adalah dengan pembangunan / perbaikan ruang kelas
dan fasilitas lainnya. Dengan adanya upaya tersebut, maka
perlu adanya suatu perencanaan untuk melaksanakan
pembangunan/ rehabilitasi sesuai kebutuhan dengan
memanfaatkan kondisi lahan yang yang ada.
Menyadari pentingnya peranan sekolah demi tercapainya
tujuan pembangunan pendidikan nasional, terutama untuk
program pendidikan yang bermutu, maka Pemerintah Kabupaten
Hulu Sungai Tengah perlu memberdayakan sekolah semaksimal
mungkin sehingga dapat menyelenggarakan dan memberika
pelayanan pendidikan yang bermutu. Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Tengah dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui
kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan
& Ruang Guru SMPN 13 HST, memberikan bantuan yang bersifat
stimulant kepada sekolah. Setiap bangunan harus direncanakan
dan dirancang dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memenuhi
criteria teknis pembangunan yang layak dari segi mutu, biaya
dan kriteria administrasi. Pekerjaan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST ini
bertujuan unutk memfasilitasi kebutuhan perencanaan dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Anggaran
2022.
Pemerintahan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam hal ini
Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah melalui
kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan
& Ruang Guru SMPN 13 HST untuk Pekerjaan Rehabilitasi Sedang
Ruang Perpustakaan Beserta Perabotnya SMPN 13 HST &
Rehabilitasi Sedang Ruang Guru Beserta Perabotnya SMPN 13
HST mengupayakan peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan, sehingga mampu meghasilkan bangunan gedung

iii
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST
yang memadai dan layak menurut kaidah, norma serta tata
laku professional.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1 MAKSUD
Maksud dari pelaksanaan Kegiatan Pengeloaan Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama Pekerjaan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST
adalah :

a. Mengadakan, menunjang maupun menyediakan faslitas


pendidikan dan sarana prasarana penunjang lainnya demi
kenyamanan bagi siswa sekolah dasar dengan memaksimalkan
fungsi pendidikan melalui pembangunan / perbaikan ruang
kelas dan fasilitas lainnya.
b. Membuat perencanaan Pengeloaan Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama sesuai dengan tingkat kerusakan yang ada
di masing-masing lokasi, dengan menstandartkan bangunan
gedung sekolah yang ada agar sesuai dengan fungsi
bangunannya.

1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari Kegiatan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang
Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST, Rehabilitasi Sedang
Ruang Perpustakaan Beserta Perabotnya SMPN 13 HST &
Rehabilitasi Sedang Ruang Guru Beserta Perabotnya SMPN 13
HST adalah :

a. Membantu penyedia jasa untuk menghasilkan Perencanaan


Kegiatan Rehabilitasi Gedung Sekolah yang meliputi
Pembuatan Gambar Perencanaan, Pembuatan Engineering
Estimate (EE), Pembuatan Bill of Quantily (BQ) dan
Pembuatan Spesifikasi Teknis.
b. Tercapainya sarana pembangunan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah melalui
Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

c. Membuat Perencanaan Pengeloaan Pendidikan Sekolah


Menengah Pertama sesuai dengan tingkat kerusakan yang ada
di masing-masing lokasi, dengan menstandartkan bangunan

iii
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST
gedung sekolah yang ada agar sesuai dengan fungsi
bangunannya

1.3. RUANG LINGKUP


1.3.1 RUANG LINGKUP WILAYAH
Ruang lingkup wilayah pekerjaan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13
HST

1.3.2 RUANG LINGKUP KEGIATAN


Untuk pelaksanaan pekerjaan konsultan perencana
pembangunan adalah melaksanakan tugas konsultansi
dibidang perencanaan pembangunan dalam rangka membantu
pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama

1.4. TAHAP PERENCANAAN


Pada tahap perencanaan ini, Konsultan Perencana wajib :

 Meninjau / melihat, mengumpulkan data / informasi


lapangan dan meneliti lokasi lahan untuk mengadakan
penelitian, penyesuaian dan pengukuran serta
bertanggung jawab atas penyesuaian dan pengukuran serta
bertanggung jawab atas kebenaran ukuran yang disajikan
dalam gambar rencana.
 Penyusunan DED (Detailed Engineering Design), antara lain
meliputi :

a. Gambar Perencanaan
b. Engineering Estimate (EE)
c. Bill of Quantity (BQ)
d. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) / Spesifikasi Teknis
 Mengadakan komunikasi terus-menerus dengan Tim Teknis
Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk
membicarakan masalah perencanaan maupun masalah teknis
yang dihadapi di lapangan.
 Datang ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah apabila kedatangannya dikehendaki.

iii
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST
 Segala keputusan dan perubahan baru mengikat manakala
dibicarakan dalam rapat atau disampaikan secara tertulis
oleh Tim Teknis Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN

Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan latar belakang dari Perencanaan
Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13
HST dan sistematika dari penulisan usulan teknis yang
disusun.

Bab II Gambaran Umum


Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kawasan
perencanaan dalam Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang
Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST.

Bab III Pendekatan dan Metodologi


Bab ini menjelaskan tentang uraian pendekatan dan metodologi
pekerjaan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan
& Ruang Guru SMPN 13 HST.

Bab IV Program Kerja dan Organisasi Proyek


Bab ini menjelaskan tentang program kerja dan organisasi
pekerjaan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan
& Ruang Guru SMPN 13 HST.

iii
LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS REHABILITASI RUANG
PENDAHULUAN PERPUSTAKAAN & RUANG GURU SMPN 13 HST

BAB. II . GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH ADMINISTRASI

Berdasarkan Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang ber-ibu


kota Barabai, terletak antara 2 0 27′ − 2 046′ Lintang Selatan dan
11505’-115031′ Bujur Timur. Merupakan salah satu Kebupaten yang
terdapat di Kalimantan Selatan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah
berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Balangan
2. Sebelah Timur dengan Kaupaten Kota Baru
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki luas wilayah sebesar 1.770.80
km2 , yang terbagi menjadi 11 kecamatan. Ditinjau dari luas daerahnya,
kecamatan yang terdapat dikabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat
dari tabel berikut:

iii
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Gambaran
Umum wilayah

2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN

2.2.1 Geografis

Secara geografis, Kabupaten Hulu Sungai Tengah berbatasan


dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Balangan
disebelah utara; Kabupaten Kotabaru disebelah timur; Kabupaten
Hulu Sungai Selatan disebelah selatan; dan Kabupaten Hulu
Sungai Utara dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan disebelah
barat. Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki luas wilayah
1.770,77 km2 atau 177.077 hektar. Sepanjang tahun 2021
kelembaban udara berkisar antara 88,8 persen sampai dengan
94,5 persen. Sedangkan suhu udara berkisar antara 19,4°C-
32,8°C. Dilihat dari jumlah hari hujan per bulan selama 2021,
hujan paling sering terjadi di bulan desember dengan 23 hari
hujan. Sementara hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan
januari dengan 19 hari hujan.
2.2.2 Topografi

Secara topografis Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 3


(tiga), yakni: kawasan rawa, dataran rendah, dan wilayah
pegunungan Meratus. Semuanya berada pada ketinggian antara
terendah ± 9,53 m di Kecamatan Labuan Amas Utara, ± 25 m di
Kecamatan Barabai, ± 330 m di Kecamatan Batang Alai Timur dan
tertinggi berada di Gunung Halau-Halau/Gunung Besar Pegunungan
Meratus ± 1.894 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan
tanah bervariasi antara 0% – 40%. Jenis tanah terdiri dari
podsolik merah kuning, orgonosol gley humus, litosol dan
latosol. Jumlah curah hujan tahunan rata-rata 179 ml dengan
jumlah hari hujan 85 hari/tahun dan intensitas suhu antara
21,19º C sampai dengan 32,93º C.

2.2.3 Kehutanan

Perkebunan memiliki peran yang cukup besar untuk Kabupaten


Hulu Sungai Tengah. Pada tahun 2021, perkebunan yang memiliki
potensi besar yaitu sektor karet, dengan total produksi 20.083
ton, kemudian kelapa dan kopi yang masing-masing mampu
diproduksi sebanyak 4425 ton dan 121,12 ton.

2.2.4 Peternakan
Populasi sapi potong di Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada
tahun 2021 adalah 7.355 ekor dan kerbau sebanyak 1.360 ekor,
sedangkan populasi kambing, domba, dan babi yang
dikelompokkan sebagai ternak kecil berturut-turut adalah
2.580 ekor, 1.717 ekor, dan 1.921 ekor. Sedangkan jenis
unggas paling banyak ternak adalah ayam pedaging yang
populasinya mencapai 1.995.538 ekor.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, secara keseluruhan jumlah
produksi perikanan tangkap pada tahun 2021 sebesar 8.047,7
ton dan budidaya ikan mencapai 2.862,55 ton.
2.2.5 Perikanan
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah, secara keseluruhan jumlah
produksi perikanan tangkap pada tahun 2021 sebesar 8.047,7
ton dan budidaya ikan mencapai 2.862,55 ton.

2.2.6 Sarana Kesehatan


Pada tahun 2021 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat 1
unit rumah sakit, 19 unit Puskesmas, dan 8 unit Apotek.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah pada tahun 2021, Kabupaten Hulu Sungai Tengah
memiliki 61 Dokter Umum serta 16 orang Dokter Gigi. Selain
itu juga terdapat 313 orang bidan dan 569 orang perawat.

2.2.7 Pertanian
Angka produksi padi sawah tahun 2021 adalah 190.645 ton
dengan luas panen sebesar 34.319 hektare dan produktivitas
sebesar 5,56 ton/ ha. Selama tahun 2021, Kecamatan Pandawan
menjadi kecamatan dengan produksi padi sawah terbesar yaitu
37.018 ton.

2.2.8 Hortikultura
Pada tahun 2021 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tanaman
sayuran yang menyumbang produksi terbesar adalah kacang
panjang mencapai 15.210 kuintal.

2.2.9 Pariwisata

 Wisata Adat Dayak Meratus, Lokasi di Batu Kembar Kec. BAT


, Kundan Kec. Hantakan
 Makam Wali Katum, Lokasi di Desa Tabu Darat
 Mesjid Keramat, Lokasi di Desa Palajau.

2.2.10 Pendidikan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah mempunyai lembaga pendidikan
SD/MI sebanyak 307 buah, SMP/MTs sebanyak 47 buah, SMA
sebanyak 8 buah, dan SMK sebanyak 4 buah. Dari 4 buah SMK yang
ada telah dibuka berbagai jurusan antara lain Akuntansi,
Adminsitasi Perkantoran, Penjualan, Teknologi Informatika,
Teknik Pemesinan dan Mekanik Otomotif. Juga terdapat lembaga
Pendidikan Tinggi sebanyak 1 buah, yaitu Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Al-Washliyah Barabai, 

2.3 LOKASI PEKERJAAN

Kegiatan pekerjaan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang


Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST terletak di Desa
Binjai Pirua Kecamatan labuan Amas Utara Kabupaten Hulu
Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu SMP Negeri 13
Hulu Sungai Tengah. Untuk pencapaian menuju lokasi dapat
dilakukan dari Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai tengah (Barabai)
menuju Desa Binjai Pirua di Kecamatan Labuan Amas Utara dengan
perjalanan ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan
kendaraan Roda 4 atau Roda 2 jarak tempuh ± 10 Km atau 30
Menit perjalanan.

Bab
PENDEKATAN DAN
ETODOLOGI
BAB. III . PENDEKATAN & METODOLOGI

3.1 UMUM

Untuk dapat melaksanakan kegiatan Kegiatan Pengelolaan


Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ini dengan hasil yang baik,
maka perlu dipilih dan digunakan pendekatan yang tepat agar dapat
dirumuskan konsep dan solusi desain yang tepat serta sesuai
dengan konteks permasalahan dan kebutuhan yang akan dipenuhi.
Dari pendekatan yang dipilih dan digunakan tersebut, maka akan
dijabarkan metodologi pelaksanaan pekerjaan agar setiap kegiatan
dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis, sehingga
tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja. Dari
penjabaran setiap pentahapan secara runtut dalam metodologi
pekerjaan yang disusun, maka akan dapat dikembangkan dan
disusun lebih rinci lagi program kerja, jadwal pelaksanaan
pekerjaan beserta organisasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
kaitan-kaitan pekerjaan dan personil yang dibutuhkan sesuai
tahapan masing-masing pekerjaan.

3.2 PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang
Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST, Kami sebagai Konsultan
Perencana telah melakukan kajian awal terkait dengan upaya untuk
menciptakan desain yang mampu memenuhi standar keidealan bangunan
sebagai wadah aktivitas sepertinya yang diinginkan oleh pihak
Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah selaku “owner”
dalam kegiatan ini. Penjelasan berikut ini akan menguraikan
secara ringkas masing-masing pendekatan yang akan digunakan
tersebut.

3.2.1 Pendekatan Tata Spasial Wilayah


Pendekatan Tata Spasial Wilayah merupakan pendekatan perencanaan
bangunan yang dilakukan dengan mengacu pada rencana makro
pengembangan ruang wilayah dimana bangunan akan direncanakan.
Pendekatan tata spasial ini tentunya berkaitan dengan advis
planning yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang
berdasarkan Beberapa hal yang akan menjadi pertimbangan terkait
rencana pengembangan spasial kawasan wilayah yang harus menjadi
acuan yang ditaati dalam proses perencanaan antara lain :
1. Koefisien Lantai Bangunan
Berpedoman pada luas tapak yang diijinkan sesuai
peraturan daerah setempat maupun secara nasional. Dengan
pertimbangan untuk tetap menyediakan ruang terbuka hijau
dalam rangka meningkatkan kenyamanan ruang dan lingkungan.
Pengembangan awal dilakukan dengan melakukan optimalisasi
fungsi dan lahan, serta penataan fungsi dan aktivitas yang
sesuai dengan zonasi fungsi masing- masing ruang dan unit
bangunan. Lebih detail hal ini di lakukan dalam perencanaan
fisik bangunan.
2. Koefisien Dasar Bangunan
Koefisien Dasar Bangunan digunakan untuk menjaga agar angka
ketertutupan lahan tetap harus memadai dan memenuhi standar
peraturan yang berlaku. Kondisi tersebut berimplikasi
secara langsung pada 2 hal yaitu ketersediaan ruang terbuka
serta kemampuan resapan air yang jatuh pada permukaan tanah.
Dengan melihat angka ketertutupan lahan pada area di sekitar
site dan mempertimbangkan aspek konservasi terhadap
lingkungan sekitar maka direkomendasikan koefisien dasar
bangunan (KDB).
3. Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan, merupakan spasi aman sebagai jarak
dari bangunan ke arah jalan yang tidak boleh dilampaui oleh
denah bangunan. Adanya ruang terbuka di antara bangunan dan
tepi jalan mutlak diperlukan. Hal tersebut amat terkait
dengan keamanan bangunan serta kenyamanan aktivitas
didalamnya hingga kepadatan sirkulasi orang dan kendaraan
yang melaluinya tidak menimbulkan gangguan.

3.2.2 Pendekatan Teknis


Secara teknis, Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang
Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST ini dilakukan dengan
memprioritaskan setiap aspek teknis sarana dan
prasarana gedung utama maupun penunjangnya yang akan
dibangun, sesuai dengan standar dan persyaratan pelayanan
bangunan yaitu sebagai berikut :
a. Aspek Umum Bangunan Prasarana Pendidikan
Pembangunan prasarana pembelajaran dan prasarana penunjang
SMP mengikuti kriteria Ruang bangunan yang telah
ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 Tentang
Petunjuk Operasional Dana alokasi Khusus Fisik Bidang
Pendidikan Tahun Anggaran 2022 Rincinan Menu Kegiatan
Revitalisasi Pada Sub bidang Sekolah Menengah Pertama.
b. Aspek Struktur Bangunan
Topografi dari lapangan dan daya dukung tanah merupakan
besaran- besaran yang akan mempengaruhi dimensi, beton
bertulang dan banyaknya tulangan baja yang diperlukan
sehingga bangunan menjadi handal dan fungsional. Untuk itu
diperlukan soil investigation, mencakup kondisi tanah, jenis
tanah dan daya dukung tanah. Selain itu juga
dipertimbangkan juga dampak lingkungan, seperti kebisingan,
getaran dan kebersihan lingkungan. Pemilihan tipe pondasi
akan dipilih tipe yang ramah lingkungan. Tahap berikutnya
adalah persiapan gambar kerja dan uraian spesifikasi teknis.
Keadaan tanah juga mempengaruhi metode konstruksi.
Berdasarkan hasil rancangan rinci (detail design), metode
konstruksi dan volume pekerjaan akan disiapkan Rancangan
Anggaran Biaya (Estimasi biaya konstruksi).
Beberapa peraturan teknis yang berlaku digunakan untuk
mengantisipasi berbagai potensi permasalahan yang timbul
dalam pelaksanaan konstruksi struktur bangunan :
1. Peraturan dan pedoman yang berlaku.
 SKSNI 1991 tentang Pedoman Beton Bertulang
 NI-2.1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 NI-3.1970 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
 NI-5.1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
 NI-8. Peraturan Cement Portlanda Indonesia
 NI-18.1983 Peraturan Pembebanan Indonesia
 Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983.
 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung
 Peraturan Konstruksi Baja
 Peraturan lain dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat.

2. Pembebanan.

 Beban Vertikal
Sesuai Peraturan Pembebanan Untuk Gedung 1983, maka
beban mati sesuai dengan bahan yang dipakai, sedang
beban hidup disesuaikan dengan fungsi bangunan.
 Beban Horizontal
Berupa beban gempa menurut Peraturan Perencanaan Tahan
Gempa Untuk Gedung disesuaikan dengan lokasi.

3. Alat bantu perencanaan struktur seperti program computer


yang dapat menambah kecepatan dan keakuratan perencanaan.

c. Aspek Mekanikal Elektrikal


Sistem M/E direncanakan dengan menerjemahkan kebutuhan
layanan utilitas pada setiap bangunan maupun lingkungan site
secara keseluruhan. Untuk itu berdasarkan diperlukan kriteria
perencanaan yang akan disusun berdasarkan merupakan
terjemahan dari :
 Perilaku dan kegiatan dari pemakai bangunan
 Tujuan penggunaan bangunan
 Persyaratan Pemerintah
 Peraturan teknis yang berlaku

3.2.3 Pendekatan Ekologis


Pendekatan ekologi dalam perancangan arsitektur atau lebih
dikenal dengan Ecological design, is bioclimatic design,
design with the climate of the locality, and low energy design
merupakan perencanaan berwawasan lingkungan yang menekankan pada
integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro,
kondisi tapak, program bangunan, design dan sistem yang tanggap
pada iklim, penggunan energi yang rendah.
Mengenai proses perencanaannya sendiri diawali dengan upaya
perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk,
konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi
alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai melalui 3
tingkatan yaitu :
1. Integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi
setempat, meliputi keadaan tanah, topografi, air tanah,
vegetasi, iklim dan sebagainya;
2. Integrasi sistim-sistim dengan proses alam, meliputi:
cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah
cair, sistim pembuangan dari bangunan dan pelepasan
panas dari bangunan dan sebagainya;
3. Integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup
penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi
pada rancangan arsitektur atau eko arsitektur bukan merupakan
konsep rancangan bangunan hi- tech yang spesifik, tetapi konsep
rancangan bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran dan
keberanian sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan yang
menghargai pentingnya keberlangsungan ekositim di alam.
Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini
diharapkan mampu melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari
kerusakan yang lebih parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan
bagi penghuninya secara fisik, sosial dan ekonomi.
Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick
(1998), berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan
apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak
ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran
baku. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam.
Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-
kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa eko
arsitektur bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur
mengandung bagianbagian arsitektur biologis (kemanusiaan dan
kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik (teknik sipil dan
konstruksi bgi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena
itu eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengandung semua bidang.Ukuran kenyamanan penghuni secara
fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui : penggunaan
sistim-sistim dalam bangunan yang alamiah, ditekankan pada
sistim-sistim pasif, pengendalian iklim dan keselarasan
dengan lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan didasarkan
pada selaras dengan alam sekitarnya, kebutuhan penghuni dan
iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan atau style tertentu,
tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan
penghuni dipecahkan secara teknis dan ilmiah. Untuk mendapatkan
hasil rancangan yang mampu selaras dan sesuai dengan
perilaku alam, maka semua keputusan dari konsep perancangan
harus melalui analisis secara teknis dan ilmiah Pemikiran dan
pertimbangan yang dilakukan memerlukan pemikiran yang
interdisiplin dan holistic karena sangat kompleks dan mencakup
berbagai macam keilmuan.
Pendekatan dan konsep rancangan arsitektur seperti ini
diharapkan mampu melindungi alam dan ekosistem pada lingkungannya
dari kerusakan yang lebih parah, dan juga dapat menciptakan
kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan ekonomi.
Eko-arsitektur mengandung juga dimensi waktu, alam, sosio-
kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa
eko arsitektur bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-
arsitektur mengandung bagian bagian arsitektur biologis
(kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur
bionik (teknik sipil dan konstruksi bagi kesehatan), serta
biologi pembangunan. Oleh karena itu eko arsitektur adalah
istilah holistik yang sangat luas dan mengitegrasikan multi
disiplin ilmu.
Pendekatan konsep ekologi memfokuskan pada pengelolaan
tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistem. Tujuan
perencanaan dengan pendekatan ini adalah terciptanya efisiensi
penggunaan sumber daya alam tak terperbarui (energi) dengan
mengupayakan energi alternatif solar, angin, air, bio).
Menggunakan sumber daya alam terperbarui dengan konsep siklus
tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai pengambilan dari alam
sampai pada penggunaan kembali, penyesuaian terhadap lingkungan
sekitar, iklim, sosial budaya, dan ekonomi.
Tujuan perancangan arsitektur melalui pendekatan
ekologi adalah upaya ikut menjaga keselarasan bangunan
rancangan manusia dengan alam untuk jangka waktu yang panjang.
Keselarasan ini tercapai melalui kaitan dan kesatuan antara
kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan manusia yang menuntut
perkembangan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi,
dan merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.
Pada pendekatan ini juga diperhatikan mengenai kondisi
lokasi terhadap air muka tanah serta resapan. Hal tersebut
memerlukan perhatian khusus mengingat sudah semakin meningkatnya
pembangunan sementara area hijau diwilayah yang berfungsi
sebagai resapan air semakin berkurang. Untuk itu Konsultan
Perencana dalam hal ini memandang perlu untuk melakukan
pendekatan ini dalam rangka ikut menjunjung konservasi
lingkungan. Perhitungan kapasitas jumlah titik) serta penentuan
lokasi sumur-sumur resapan akan menjadi bagian dari sistem
perencanaan bangunan dan pengolahan lahan (land development).

3.2.4 Pendekatan Sistem Perencanaan


Merancang suatu gedung dengan Pendekatan Sistem Perencanaan
ialah suatu cara melihat bahwa bangunan yang akan dibangun
merupakan suatu sistem yang sempurna dan terpadu. Cara ini
dikembangkan untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks
menjadi kerangka kerangka yang jelas. Mengutip buku System
Approach to Architecture karya Benjamin Handler, yang
menganggap bahwa bangunan adalah suatu sistem yang terdiri dari
sub sub system.

Gambar 2.1. Kerangka dasar Pendekatan Sistem


Perencanaan

Kerangka dasar tersebut untuk masing masing sub sistem


akan mempengaruhi sub sistem lainnya seperti tahap perancangan
akan mempengaruhi tahap pelelangan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi tahap pelaksanaan yang terkait satu sama lainnya.
Gambar 2.2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan

Dasar dari model diatas terlihat bahwa salah satu dari keunggulan
perencanaan dengan pendekatan sistem adalah "Output" suatu
tahapan perancangan selalu menjadi "Input" dari tahapan
berikutnya dan dapat pula sebagai umpan balik (input)
periksa kembali terhadap proses sebelumnya, sehingga
kesalahan yang timbul pada tahap sebelumnya akan selalu
termonitor. Keunggulan lain dari metoda Pendekatan
Perencanaan Sistem adalah karena dipecah atas sub sub
sistem, maka sangat dimungkinkan untuk melaksanakan perencanaan
dengan Perencanaan Lintas Cepat (Fast Track Delivery
Method Phase Design) di mana perencanaan sub-sub sistem dapat
dilakukan secara bersamaan tanpa saling menunggu.

Adapun dengan melakukan metode Perencanaan Lintas Cepat maka


dapat menghasilkan :
1. Pelaksanaan penanganan pekerjaan yang dapat diatur sesuai
dengan kebutuhannya/tahapannya sehingga penghematan waktu
dapat diperoleh. Penghematan waktu perencanaan, berkaitan
erat dengan kecepatan membangun maupun dalam hal ini
terbatasnya waktu kegiatan perencanaan. Dengan metoda lintas
cepat ini, pelaksanaan pekerjaan perancangan akan dilakukan
secara bertahap sesuai dengan disiplin ilmu yang
berkaitan dan kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna jasa.
Guna memonitor pengendalian waktu, digunakan "Barchart" dan
Network Planning" yang dibuat oleh Konsultan.
2. Produk dengan mutu/kualitas yang tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan secara teknik, sehingga pengendalian
mutu dapat dilakukan. Dengan menggunakan standar dan
pertimbangan sebagai contoh saat memeutuskan untuk melakukan
pemilihan bahan yang mengutamakan kekuatan serta biaya
pemeliharaannya kecil atau tidak ada Maintenance Free),
fungsional, hemat energi dan cukup estetika atas biaya
yang ada, maka Konsultan Perancana dapat memutuskan bahan
dan sistem yang akan digunakan. Pengendalian mutu pada tahap
Perancangan ini kemudian ditetapkan dalam Rencana Kerja dan
Syarat syarat (RKS)/Spesifikasi Teknis serta dalam gambar
gambar keseluruhan. Untuk pengendalian mutu pada tahap
pelaksanaan, selain pelaksana mengikuti yang tercantum dalam
Dokumen Pelaksanaan, diperlukan pula pengendalian yang
dilakukan dengan pengawasan fisik dilapangan serta dalam
rapat rapat Lapangan dan Koordinasi yang melibatkan semua
pihak proyek pada tahap pelaksanaan Konstruksi Fisik
Konsultan Perencana akan melaksanakan Pengawasan Berkala.
Perencanaan anggaran biaya pembangunan yang dapat diatur sesuai
dengan tahun anggarannya serta penggunaan besarnya dapat
dikendalikan (Pengendalian Biaya). Pengendalian biaya pada
tahap perancangan.

Berkaitan erat dengan pengendalian mutu atau "ValueEngineering"


yaitu suatu usaha Perancangan untuk mendapatkan keseimbangan
nilai nilai dari komponen suatu produk dengan fungsi dari
komponen tersebut untuk mencapai fungsi pokok dari produk dengan
biaya yang terkontrol. Dalam tahap Perencanaan dan Persiapan
proses pelelangan, Pemberi Tugas dan Konsultan Perancang
mengadakan Evaluasi bersama. Hasil ini penting sebagai tolok ukur
dalam menganalisa nilai untuk perbandingan biaya dalam tahap
pelelangan.

3.3 METODOLOGI

Untuk mengimplementasikan pendekatan – pendekatan yang telah


dipilih di atas dalam tataran pelaksanaan kegiatan maka digunakan
Metodologi yang sesuai untuk pekerjaan Perencanaan Teknis
Rehabilitasi Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST ini
secara prinsip terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Metode Perencanaan (Planning);
2. Metode Perancangan (Design).

3.3.1 Metode Perencanaan


Perencanaan (planning) merupakan suatu sarana untuk
mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai kondisi-kondisi
lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan dapat
dilaksanakan dengan teratur. Perencanaan adalah sebuah
proses untuk menetapkan tindakan yang tepat di masa depan melalui
pilihan- pilihan yang sistematik. Perencanaan merupakan suatu
proses menyusun konsepsi dasar suatu rencana yang meliputi
kegiatan-kegiatan :
1. Mengidentifikasi, komponen-komponen yang menunjang
terhadap objek yang merupakan kompleksitas fakta-fakta
yang memiliki kontribusi terhadap kesatuan pembangunan;
2. Mengadakan studi, mencari hubungan-hubungan dari
faktor-faktor terkait yang memiliki pengaruh spesifik;
3. Mendeterminasi, menentukan setepat mungkin faktor-faktor
yang dominan dengan memperhatikan kekhususan dari unit
perubahan yang spesifik yang memberikan perubahan terhadap
faktor lain;
4. Memprediksi, bagaimana suatu faktor akan berubah
sehingga mencapai keadaan lebih baik di masa depan;
5. Melakukan Tindakan, terstruktur untuk mencapai tujuan
pembangunan.

Hasil dari proses tersebut akan menciptakan suatu irisan


konsepsi berupa program yang menjadi dasar atas kegiatan
perancangan.

P
R

PLAN O
G
DESIGN
R
A
M

Gambar 2.3. Perumusan Program dari Proses Rencana (Plan)


dengan Proses Rancang (Desain)

Adapun proses transformasi dari perencanaan menjadi


perancangan dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut:
1. Lokasi pekerjaan;
2. Aktivitas kegiatan yang berlangsung pada bangunan yang
direncanakan;
3. Biaya pelaksanaan pekerjaan;
4. Waktu pekerjaan pembangunan dilaksanakan;
5. Fasilitas, sarana dan prasarana;
6. Maksud dan tujuan pembangunan.

3.3.2 Metode Perancangan


Metode perancangan arsitektur adalah proses perancangan
yang terjadi dalam rangka menciptakan suatu karya arsitektur, di
mana akan memperhatikan konteks permasalahan perancangan yang
dihadapi. Setiap kasus perancangan akan memerlukan proses
perancangan yang berbeda agar tujuan perancangan dapat dicapai.
Gambar 2.4. Proses Programming berdasarkan Design Brief untuk
Memunculkan Design Sesuai Permasalahan

Dalam melaksanakan tugasnya, penyedia jasa sebagai konsultan


perencana akan menempatkan dirinya sebagai desainer bangunan,
penyelaras proyek, koordinator proyek konstruksi, teknisi
lingkungan, spesialis untuk merancang dan menghasilkan sistem
komponen dan sistem struktur bangunan, serta menciptakan
presentasi desain dengan membawa suatu nilai tertentu bagi
lingkungan binaannya. Sebagai penyelaras proyek, Penyedia Jasa
harus mampu menjadi penengah antar kebutuhan dan pilihan,
sedangkan sebagai koordinator dari proyek konstruksi seorang
arsitek harus memiliki integritas pengetahuan dari berbagai
disiplin ilmu untuk memberi satu solusi/pemecahan masalah.
Sebagai teknisi lingkungan seorang arsitek harus tahu bagaimana
menyediakan atau mewujudkan kondisi lingkungan yang sesuai dengan
keinginan/kebutuhan manusia.

Agar menghasilkan karya arsitektur yang sesuai dengan keinginan


pemberi tugas, maka diperlukan suatu persamaan persepsi
antara arsitek dan pemberi tugas melalui pertukaran informasi,
data serta ide atau gagasan. Jika persamaan persepsi telah
terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah mewujudkan keinginan
pemberi tugas.

Adapun umumnya tahapan dalam proses perancangan dibagi sebagai


berikut :

1. Tahap Asimilasi
Tahap ini mencakup : pengumpulan, pengaturan informasi umum
dan informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi;
2. Tahap Studi umum
Tahap ini meliputi penyelidikan mengenai sifat masalah dan
cara-cara penyelesaiannya;

3. Tahap Pengembangan
Yaitu tentang pengolahan yang menghasilkan pemecahan
masalah;
4. Tahap Presentasi
Merupakan proses penyampaian kepada para stakeholder
ataupun pihak- pihak terkait lainnya atas pemecahan
masalah.

Dalam proses perancangan ini metode perancangan diawali dengan


proses pengumpulan informasi, menemukan masalah, mempelajarinya,
mencari pemecahannya dan kemudian menuangkannya ke dalam suatu
desain. Dan atas proses tersebut perlu dilakukan presentasi agar
terjadi komunikasi dua arah.

Tugas dan tanggungjawab Konsultan Perencana terkait dengan


pelaksanaan kegiatan perencanaan harus berpedoman kepada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan
Gedung Negara, Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor.
295/KPTS/CK/1997, Tanggal 1 April, yang meliputi tugas-tugas
perencanaan lingkungan, rencana tapak bangunan/ site plan, pra
rencana dan perencanaan detil/DED fisik bangunan sebagai gambar
kerja, terdiri atas:
1. Persiapan perencanaan, seperti pengumpulan data dan
informasi lapangan,membuat tanggapan secara garis besar
terhadap Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan konsultasi dengan
pemberi pekerjaan (dalam hal ini pihak Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) terkait
dengan kebijakan dan peraturan serta perijinan pendirian
bangunan.
2. Penyusunan jenis dan kebutuhan ruang termasuk sarana
prasarana sebagai masukan untuk pembuatan rencana tapak
termasuk program dan konsep ruang, perkiraan biaya,
perijinan, persyaratan bangunan dan lingkungan serta IMB.
3. Penyusunan rencana kegiatan, antara lain meliputi :

 Perencanaan Arsitektur dengan uraian konsep dan


visualisasi untuk kemudahan penilaian dan dimengerti
oleh Pemberi Tugas
 Perencanaan Struktur dengan uraian konsep dan
perhitungannya

 Perencanaan Utilitas dengan uraian konsep dan


perhitungannya

 Mekanikal dan elektrikal dengan uraian konsep dan


perhitungannya

 Perencanaan Lanskaping dan infrastruktur dengan


uraian konsep dan perhitungannya
 Laporan akhir perencanaan

4. Penyusunan Rencana Detil, antara lain meliputi :


 Gambar detil Arsitektur (interior dan
eksterior), Struktur, Utilitas termasuk Lanskaping
dan infrastruktur lainnya, sesuai dengan gambar rencana
yang sudah disetujui
 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

 Perhitungan volume pekerjaan, harga satuan, analisa harga


satuan

 pekerjaan serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan


konstruksi

 Rencana tahapan pembangunan

 Laporan akhir perencanaan

5. Kegiatan persiapan pelelangan, seperti membantu Pemberi Tugas


dalam menyusun dokumen pelelangan dan membantu panitia
pelelangan menyusun program dan pelaksanaan kegiatan
pelelangan.
6. Membantu panitia pelelangan pada waktu pelaksanaan kegiatan
penjelasan pekerjaan termasuk menyusun berita acara
hasil penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran harga dan
menyusun kembali dokumen pelelangan serta melaksanakan
tugas yang sama apabila terjadi pelelangan pekerjaan ulang.
7. Mengadakan pengawasan berkala selama pelaksanaan kegiatan
konstruksi fisik berlangsung, antara lain seperti :
 Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis
apabila terjadi perubahan di lapangan.
 Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang
terjadi selama pelaksanaan konstruksi fisik berlangsung
 Memberikan saran, pertimbangan dan rekomendasi tentang
penggunaan bahan

Menyusun buku petunjuk penggunaan peralatan bangunan dan


perawatannya termasuk yang menyangkut peralatan dan perlengkapan
mekanikal dan elektrikal bangunan.erencanaan (planning) merupakan
suatu sarana untuk mentransformasikan persepsi-persepsi mengenai
kondisi-kondisi lingkungan ke dalam rencana yang berarti dan
dapat dilaksanakan dengan teratur.

3.3.2.1 Kriteria Design Dalam Perencanaan Bangunan Gedung


Kriteria desain (selain yang tercantum dalam Kerangka Acuan
Kerja) merupakan pertimbangan umum termasuk normative
standard yang mendasari proses perencanaan. Kriteria desain
dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya berguna
(fungsional) dan citra (konsep estetika, ekspresi) mampu
mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal
ini kriteria perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk
mengakomodasi berbagai tuntutan aktivitas yang ada, kriteria-
kriteria yang digunakan antara lain :
1. Sebagaimana disyaratkan dalam kriteria gedung Negara yang
mengutamakan kebersihan, hemat, tidak mewah, efisien dan
sesuai dengan ketentuan teknis yang disyaratkan.
2. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan /potensi nasional.
3. Jarak antar massa bangunan harus mempertimbangkan
keselamatan, bahaya kebakaran, kesehatan dan sirkulasi
udara dan pencahayaan, kenyamanan, keselarasan serta
keseimbangah terhadap lingkungan.
4. Wujud arsitektur bangunan gedung harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :

 Mencerminkan fungsi bangunan sebagai gedung untuk


Pusdiklat.
 Seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya

 Bersih, Indah namun tidak berlebihan.

 Efisien dalam penggunaan sumberdaya dalam pemanfaatan


dan pemeliharaannya.
 Memenuhi tuntutan social budaya setempat dengan tidak
mengesampingkan kemajuan teknologi saat ini dan masa
yang akan datang.
 Inspiratif bagi Kawasan dan lingkungan setempat serta
menjadi icon bagi bangunan disekitarnya.
5. Bangunan dan kawasan direncanakan dengan tidak membebani
lingkungan sekitarnya dengan mengikuti kaidah dan prinsip
“sustainable architecture” yang berwawasan bangunan hijau
“Green Building Concept”.
6. Rencana desain mengacu pada fungsi utama
bangunan yang mempertimbangkan struktur organisasi
pengelolaannya.
7. Aspek ekonomi dan berkesinambungan Kriteria yang digunakan:

 Bangunan ekonomis
 Penggunaan energi secara hemat (efisiensi energi)
 Pemeliharaan murah Pertimbangan umum pada:
 Biaya pemeliharaan
 Fleksibilitas untuk berubah.

8. Aspek Efisiensi

Kriteria yang digunakan:


 Hubungan antar fungsi
 Pergerakan orang dan distribusi barang
 Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada:
 Desain yang dapat menekan biaya operasional
 Bangunan terorganisasi dengan baik
9. Fleksibel

 Mudah merespon perubahan penggunaan


 Dapat berkembang sesuai kebutuhan
 Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau
pembangunan masa datang
10. Fungsional
Kriteria yang digunakan:
 Pemisahan
 Kenyamanan bagi pengguna
 Privasi
Pertimbangan umum pada:
 Standar dan hubungan ruang
 Lingkungan / kondisi eksisting yang telah ada

11. Arsitektur yang baik

Kriteria yang digunakan:


 Sosial
 Taraf hidup
 Estetika
 Ramah Lingkungan
Dalam proses perancangan bangunan, akan diperhatikan dan
dipertimbangkan beberapa kriteria yang menjadi acuan untuk
mengarah pada perumusan konsep rancangan. Kriteria –
kriteria tersebut terbagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Kriteria Umum
2. Kriteria Khusus

3.3.2.2 Kriteria Umum

Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana


seperti yang dimaksudkan dalam Kerangka Acuan Kerja/KAK ini
akan memperhatikan kriteria umum bangunan, disesuaikan
berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan tersebut,
seperti :
1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas
a. Menjamin bangunan/ gedung dibangun berdasarkan ketentuan
tata ruang dan tata bangunan yang sudah ditetapkan di
daerah.
b. Menjamin bahwa bangunan/ gedung digunakan dan
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai
tempat menyimpan arsip dan ruang serbaguna.
c. Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan

2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang didirikan
berdasarkan karakteristik lingkungan, ketentuan wujud
bangunan serta sesuai dengan fungsi bangunan/ gedung
b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat
memberikan keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap
lingkungannya
c. Menjamin bangunan/gedung dibangun dan dimanfaatkan
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan

3. Persyaratan Struktur Bangunan


a. Menjamin terwujudnya bangunan/gedung yang dapat
mendukung beban yang timbul akibat perilaku manusia dan
alam
b. Menjamin keselamat manusia dari kemungkinan
kecelakaan atau luka yang disebabkan oleh kegagalan/
kerusakan struktur bangunan
c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau
kerusakan benda yang diakibatkan oleh kegagalan/
kerusakan struktur
d. Menjamin perlindungan bangunan/gedung atau hal lainnya
dari kerusakan fisik akibat dari kegagalan/ kerusakan
struktur

4. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran


a. Menjamin terwujudnya bangunan/ gedung yang dapat
mendukung dan tahan terhadap timbulnya kebakaran.
b. Menjamin tersedianya sarana prasarana penanggulangan
bahaya kebakaran yang cukup dan memadai serta terjaga
/ terpelihara dengan baik
c. Menjamin terwujudnya bangunan/gedung yang dibangun
sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural
dan stabil selama kebakaran terjadi, sehingga :
 Cukup waktu untuk melakukan evakuasi secara umum
 Cukup waktu bagi petugas pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api.
 Dapat menghindari kerusakan pada property lainnya

5. Persyaratan Pola Sirkulasi Dalam Gedung


a. Menjamin tersedianya ruang yang aman dan nyaman antar
dan di dalam gedung, berupa ruang untuk sirkulasi
penghuni dan sirkulasi barang, hal ini bisa berupa
jalan/ koridor sebagai penghubung (sirkulasi
horizontal), termasuk tangga dan lift (sirkulasi
vertical). Untuk sirkulasi vertical orang dan barang
akan menggunakan tangga.
b. Menjamin adanya sarana sirkulasi bagi penyandang
cacat, sehingga aksesibilitas mereka terjamin dengan
baik

c. Tersedianya pola sirkulasi yang baik, layak dan nyaman,


adalah dengan mengikuti standar dan aturan yang berlaku
terkait dengan perencanaan ruang dalam gedung.

6. Persyaratan Instalasi Listrik, dan Komunikasi


a. Menjamin tersedianya instalasi listrik yang cukup dan
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam
dan di luar bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin tersedianya suana komunikasi yang layak dan
memadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di
dalam bangunan/gedung maupun dari dan ke lokasi
bangunan/gedung sesuai dengan fungsinya.

7. Persyaratan Mekanikal
a. Menjamin ketepatan aplikasi spesifikasi teknis lift
sebagai sarana mobilitas vertical orang dan barang.
b. Menjamin ketepatan desain dan penempatan posisi lift
sehingga bias berfungsi optimal.

8. Persyaratan Sanitasi Dalam Bangunan/ Gedung


a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan/ gedung sesuai dengan fungsinya
b. Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan
memberikan kenyamanan kepada penghuni bangunan dan
lingkungannya

9. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup baik
alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan di dalam bangunan/gedung sesuai dengan
fungsinya
b. Menjamin adanya ventilasi yang cukup sebagai sarana bagi
sirkulasi udara alami (keluar masuknya udara dari
lingkungan sekitar)
c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan
perlengkapan tata udara secara baik dan cukup
(pengkondisian udara buatan)

10. Persyaratan Pencahayaan


a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang baik
dan cukup, baik secara alami maupun buatan di dalam
bangunan/ gedung
b. Menjamin terpenuhinya sarana bagi masuknya pencahayaan
alami kedalam gedung dan tersedianya sarana pencahayaan
buatan yang cukup dan memadai, apabila pencahayaan
alami tidak memadai dan tidak berfungsi

11. Persyaratan Drainase


a. Menjamin tersedianya jaringan drainase disekitar
bangunan/gedung yang cukup untuk menampung dan
mengalirkan air permukaan ke jaringan drainase
bangunan/ gedung kemudian ke jaringan pembuangan
yang ada di luar bengunan/ gedung (saluran pembuang)
b. Menjamin terpeliharanya jaringan drainase, baik yang
terbuka maupun tertutup dan cukup serta memadai untuk
menampung dan mengalirkan air permukaan yang ada
disekitar bangunan/gedung ke saluran pembuang

12. Persyaratan Kebersihan Lingkungan


a. Menjamin tersedianya fasilitas penanggulangan,
penampungan dan pengelolaan sampah sederhana yang cukup,
layak dan memadai sehingga menjamin kesehatan,
kebersihan dan kenyamanan bagi penghuni dan lingkungan
b. Menjamin terpeliharanya fasilitas penanggulangan sampah
secara baik

3.3.2.3 Kriteria Khusus


Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat
yang khusus, spesifik terkait dengan bangunan/ gedung yang
akan direncanakan baik dari segi fungsi, luas, jumlah dan
bentuk bangunan serta segi teknis konstruksi fisik bangunan,
misalnya :
1. Luas dan bentuk bangunan/gedung atas kesesuaiannya dengan
ketersediaan lahan serta lingkungan sekitarnya.
2. Keserasian perencanaan bentuk bangunan sesuai dengan
fungsi dan jumlah masa bangunan yang ada di sekitarnya,
kaitannya dengan implementasi penataan bangunan dan
lingkungan sekitar.
3. Solusi dan batasan-batasan konstektual, seperti
faktor sosial budaya setempat, geografis, klimatologi
dll.
4. Tahapan Pembangunan, bahwa pembangunan fisik konstruksi
yang didasarkan pada kondisi keterbatasan pembiayaan
maupun permasalahan kebijakan menuntut pentahapan dalam
pelaksanaannya. Sehingga dalam proses perencanaannya pun
sudah menyiapkan kemungkinan terjadinya proses pembangunan
yang bertahap tersebut.

Di sisi yang lain, perencanaan/ perancangan fisik bangunan


juga didasarkan pada kriteria bangunan yang baik, antara lain
:
1. Berarsitektur bagus
 Memberikan nilai positif pada konteks social
 Memperlihatkan komposisi yang baik
 Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal
 Memberi icon positif bagi organisasi ataupun lembaga
pemberi tugas
2. Sesuai dengan lingkungan
 Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan
 Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan tata
kota dan wilayah pemda setempat.
 Menciptakan keberpihakan pada lingkungan hidup
sekitarnya
3. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan
 Tampak bangunan menarik dengan skala manusia.
 Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang
mudah dilihat.
 Entrance dan area penerima yang mengundang.
 Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah dikenali.
 Ruang dalam yang menentramkan dengan pandangan ke arah
luar.
 Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua
bagian ruang.
 Kenyamanan dan privasi.
 Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan dan karya seni.
 Landscape yang menarik dan taman dalam estetis.
4. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
 Rancangan untuk keamanan dan kesehatan
 Perencanaan evakuasi kebakaran yang baik
 Perencanaan kontrol keamanan yang akurat
5. Akses yang mudah
 Transportasi umum, kendaraan servis, dan mobil pemadam
kebakaran.
 Kendaraan peserta diklat, dosen, maupun pengelola.
 Akses untuk pejalan kaki.
 Akses mudah untuk penyandang cacat.
 Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah
6. Efisiensi
 Hubungan antar fungsi
 Pergerakan orang dan sirkulasi kendaraan ataupun barang
 Penggunaan ruang
7. Memenuhi standar konstruksional.
 Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar
nasional, diutamakan penggunaan produk dalam negeri
 Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan.
 Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan
serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan masa dating.

3.3.2.4 Azas-Azas Desain


Selain dari kreteria diatas, di dalam melaksanakan tugasnya
konsultan perencana hendaknya memperhatikan azas-azas
bangunan gedung negara sebagai berikut :
1. Bangunan gedung negara hendaknya fungsional, efisien,
menarik tetapi tidak berlebihan.
2. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada
ketahanan gaya dan kemewahan penggunaan bahan bangunan,
tetapi kepada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi
teknis dan fungsi bangunan/ gedung, terutama terhadap
fungsi bangunan adalan memberikan pelayanan pengguna
bangunan/Gedung Dengan batasan tidak mengganggu
produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan
bangunan sepanjang umurnya, hendaknya diusahakan serendah
mungkin.
3. Dalam melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus
memperhitungkan bahwa waktu pelaksnaan pekerjaan adalah
singkat, sudah disepakati dan ditetapkan.
4. Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai penyerahan
laporan akhir berupa dokumen perencanaan sebagai bahan
pelelangan pekerjaan harus menjadi pertimbangan dalam
penyelesaian keseluruhan dokumen pekerjaan.

3.3.2.5 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


Berangkat dari dua metode tersebut di atas, maka pelaksanaan
setiap pekerjaan dalam kegiatan Kegiatan Pengelolaan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama akan meliputi 4 (empat)
tahapan kegiatan utama yang runtut sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Analisa dan Konsep
c. Tahap Pengembangan Rancangan
d. Tahap Detail Engineering Design

3.3.2.6 Tahapan Persiapan


Tahap persiapan bertujuan untuk menyiapkan tim, baik secara
substansial maupun administratif, untuk melaksanakan
pekerjaan ini dan memenuhi tujuan dan keluaran yang
diharapkan. Kegiatan pada tahap ini meliputi :
a. Penyusunan Rencana Kerja, yang meliputi penyempurnaan
metodologi agar lebih rinci dan operasional, dan
penyempurnaan jadwal kerja untuk melengkapi dan
mensinkronkan tugas tenaga ahli dengan jadwal kerja.
b. Desk study untuk mendapatkan gambaran awal wilayah
studi. Pada tahap ini dikaji data sekunder, seperti:
informasi awal mengenai jenis kerusakan bangunan yang
ada di SMP Negeri 5 Tapung, SMP Negeri 5 Tapung Hilir,
SMP Negeri 3 Tapung Hilir, aturan maupun kebijakan
mengenai standar teknis pemeliharaan dan rehab yang
dikeluarkan instansi terkait, serta studi peta - peta
yang relevan yang mungkin dimiliki Pemberi Tugas ataupun
beberapa lembaga terkait, seperti peta topografi, peta
land system skala 1 : 100.000, peta geologi, dan peta-
peta lain yang relevan dan tersedia. Peta- peta
tersebut digunakan untuk menyiapkan peta dasar untuk
kegiatan lapangan. Pada tahap ini, dilakukan pula
penyusunan checklist data, pengumpulan data sekunder,
penyusunan daftar pertanyaan dan surat
pengantar/administrasi untuk di lapangan.
c. Mobilisasi tenaga ahli dan penjelasan kembali alokasi
tugas tenaga ahli serta briefing tahap awal.

3.3.2.7 Tahap Analisis dan Konsep Rancangan


Tahap analisis bertujuan memahami kondisi unsur-unsur
pembentuk tata ruang lingkungan dan hubungan kausal antar
unsur tersebut. Mendahului analisis, akan dilakukan
pengolahan data dan informasi yang telah dikumpulkan pada
tahap sebelumnya. Kegiatan pada tahap ini meliputi :
a. Kompilasi dan tabulasi data, yaitu menstrukturkan data
dalam klasifikasi dan kelompok-kelompok tertentu dan
menyusunnya dalam format-format tabel, gambar, grafik dan
tulisan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis
(berdasarkan setiap aspek kajian).
b. Menginterpretasi hasil perhitungan, peta, tabel, dan
grafik yang telah distrukturkan dan dihitung, untuk
mendapatkan gambaran tentang struktur dan pola-pola
hubungan yang hendak digambarkan dan perkiraan
perkembangannya ke depan.
Secara garis besar pada tahap analisa data ini akan meliputi:

1) Analisis data keadaan Bangunan.


a. Analisis terhadap keadaan lokasi
b. Analisis pencapaian lokasi
c. Analisis kerusakan bangunan, meliputi :

 Rusak Ringan
 Rusak sedang
 Rusak Berat
2) Analisis kebutuhan utilitas bangunan
a. Air bersih
 Kebutuhan air bersih (sekarang dan proyeksi
mendatang)
 Kebutuhan sanitasi
 Kebutuhan AC
 Kebutuhan pemadam kebakaran
 Sumber yang ada dan debitnya.
b. Analisis sistem air hujan dan air buangan
c. Analisis sitem air kotor dan sampah
3) Analisis permasalahan
Analisis permasalahan memiliki peran penting dalam
memberikan arah perencanaan dan perancangan. Dari
analisis diperoleh beberapa alternatif konsep
perencanaan.

3.3.2.8 Tahap Analisis dan Konsep Rancangan


Pengembangan rancangan dari konsep yang telah disusun
sebelumnya untuk setiap sarana dan bangunan di Area SMPN 13
HST akan meliputi 2 tahap pekerjaan, yaitu:
1. Rencana Umum
Merupakan kriteria dan arahan rencana wujud bangunan dan
lingkungan yang mencakup :
a. Rencana peruntukan lahan mikro dan makro, termasuk
rencana perpetakan dan letak bangunan.
b. Rencana wujud bangunan meliputi : ketinggian bangunan,
kedalaman bangunan, garis sempadan bangunan (GSB), KDB/
KLB, gubahan masa, orientasi, bentuk dasar, facade
bangunan, dan bahan eksterior bangunan.
c. Rencana sistem pergerakan / sirkulasi dan parkir, baik
parkir khusus penindakan, parkir istirahat maupun parkir
kendaraan pribadi dan staf karyawan.
d. Rencana ruang terbuka (open space) pertamanan dan
perkerasan jalan / pedestrian termasuk di dalamnya
perabot jalan (street furniture).
e. Rencana perletakkan sclupture sebagai nodes ruang luar
atau RTH.
f. Pendukung aktifitas, taman dan kegiatan umum
dalam kawasan perencanaan yang saling mendukung dan
melengkapi.
2. Rencana Detail
Arahan rencana detail dari elemen-elemen bangunan yang
mengalami kerusakan baik secara struktur dan non struktur
dan lingkungan yang bersifat spesifik untuk masing-masing
lingkungan, yaitu bangunan utama dan pendukung dalam
wilayah SMPN 13 HST.

3.3.2.9 Tahap Detail Engineering Design


Pada tahapan ini, secara khusus untuk perencanaan DED
Rehabilitasi akan terbagi lagi menjadi beberapa rencana
detail antara lain :
a. Finalisasi Rencana arsitektur, beserta uraian konsep
dan visualisasi atau dengan perhitungan struktur harus
ditandatangani oleh tenaga ahli yang mempunyai izin/
sertifikat keahlian.
b. Finalisasi Rencana struktur, beserta uraian konsep dan
perhitungannya.

c. Finalisasi Rencana utilitas (mekanikal dan elektrikal)


beserta uraian konsep dan perhitungannya.

d. Finalisasi perkiraan biaya yang lebih rinci


BAB. 4
PROGRAM KERJA & ORGANISASI PROYEK
4.1 PROGRAM KERJA

Rencana/program kerja yang disusun merupakan uraian


tahapan kerja rinci yang akan dilaksanakan oleh konsultan dalam
menyelesaikan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan &
Ruang Guru SMPN 13 HST. Secara garis besar rencana kerja pelaksanaan
pekerjaan tersebut dapat dikategorikan dalam tujuh tahapan kerja
:

1. Tahap Persiapan
2. Tahap Penyusunan Program Dan Konsep Perancangan Rehabilitasi
Bangunan
3. Tahap Rancangan Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan (Design
Development)
4. Tahap Penyusunan Gambar Kerja, RKS dan RAB (Rencana Detil)
5. Pelelangan Fisik

4.1.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Tujuan
Sebagai langkah awal untuk mendapatkan data-data dan
informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar
terhadap KAK, menyusun program kerja perencanaan, konsep
perencanaan, kajian dan anlisa terhadap data gambar pra
desain dan konsultasi dengan instansi terkait mengenai
peraturan dan perijinan bangunan.

2. Metode Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang
dibutuhkan yang berkaitan dengan lokasi, luas, batas,
prasarana-prasarana yang ada, dengan antara lain :

 Studi Literatur terkait dengan perencanaan rehabilitasi


sub bidang sekolah menengah pertama, dan standarnya.
 Studi gambar Pra desain yang ada.
 Melakukan konsultasi baik dengan pengguna (user),

 Melakukan penyelidikan dan pengukuran langsung di lokasi


perencanaan.

 Menyusun program kerja perencanaan, konsep


perencanaan, sketsa gagasan, kajian dan analisa gambar
pra desain dan studi model.
Adapun data-data yang akan dikumpulkan meliputi :

a. Identifikasi Data lahan/tanah


 Peta Topografi ,
 Peta dasar site/tapak, batas batas dan Luasan
 Daya dukung tanah (tes mekanika tanah /soil test)
b. Identifikasi Data Kerusakan Bangunan
c. Identifikasi Data Kebutuhan Bangunan
d. Identifikasi Data Kebutuhan Utilitas Bangunan

Kelengkapan utilitas bangunan gedung tersebut


harus diantisipasi dengan rencana kebutuhan utilitas
yang memadai seperti :

Disamping itu Perencana mengadakan re-check dan evaluasi


terhadap kebutuhan dan persyaratan-persyaratan ruang pra
desain yang sudah ada untuk menjaga kemungkinan adanya
perubahan permintaan dari pihak pemakai.

Berdasarkan pada sifat informasi yang dibutuhkan


tersebut, maka metode yang digunakan adalah metode
observasi, pengukuran di lapangan, wawancara/interview
dengan pihak-pihak pengguna gedung, studi literature dan
presendence bangunan fungsi sejenis terhadap hasil studi
yang sudah ada.

Dalam melaksanakan kegiatan ini diperlukan keterlibatan


tenaga teknis yang terkait dengan permasalahan yang
dijumpai di lapangan.

Dalam melaksanakan Perencanaan Teknis Rehabilitasi Ruang


Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST ini konsultan
telah meyiapkan program kerja yang merupakan langkah-
langkah nyata yang akan dikerjakan oleh Konsultan dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan ini. Program kerja ini
mencakup tahap persiapan awal, seluruh proses
perencanaan dan perancangan serta kewajiban yang harus
dilaksanakan konsultan pada tahap pelaksanaan
konstruksinya. Secara keseluruhan program kerja
konsultan mencakup :

1. Mobilisasi.
Dalam tahap mobilisasi ini akan dilakukan persiapan-
persiapan yang menyangkut pengerahan tenaga
pelaksanaan, baik yang bersifat teknis maupun
administratif dengan kualitas dan kuantitas yang
sesuai dengan beban kerja, pengadaan perlengkapan
kantor, bahan dan alat-alat tulis, dan pengadaan
alat transportasi.

2. Penyusunan Program Kerja


Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pekerjaan ini.
Konsultan akan menyusun program kerja dan pedoman
penugasan/pengelolaan tugas, penyediaan sumber daya
dan lain-lain yang harus dilaksanakan oleh semua
pihak yang terlibat. Usulan ini harus mendapat
persetujuan dari pengelola proyek.

3. Persiapan Survey
Tahap ini merupakan langkah persiapan pelaksanaan
survey lapangan.

4. Pengamatan Karakteristik Arsitektur


Pengamatan dan pengkajian arsitektur dan budaya serta
perilaku merupakan hal yang esensial sebagai dasar
bagi pengembangan gagasan/idea perancangan suatu
bangunan.

5. Studi Literatur
Studi literatur semua aspek yang berkaitan dengan
perancangan bangunan. Studi yang dilakukan akan
meliputi program ruang, kegiatan, persyaratan
environment, serta persyaratan-persyaratan teknis
lainnya.

6. Diskusi dengan Pemberi Tugas


Diskusi dengan calon pemakai (users) dilakukan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih terinci akan
spesifikasi dan karakteristik program, peralatan
kegiatan serta kebutuhan-kebutuhan khusus
lainnya untuk masa sekarang maupun masa akan datang.
7. Survey / Pengumpulan Data
Beragam data, baik primer maupun sekunder, yang
banyak berkaitan dengan kondisi eksisting dan rencana
pengembangan di masa mendatang, serta aspirasi calon
pengguna akan dikumpulkan melalui diskusi/wawancara
dan observasi lapangan.
Secara rinci kebutuhan data dari Pemberi Tugas yang
akan dikumpulkan meliputi antara lain :
 Kebutuhan ruang dan rencana pengembangannya.
 Persyaratan teknis ruang.
 Kerusakan pada elemen-elemen bangunan.
 Dimensi bangunan
 Aspirasi calon pengguna/pengelola.

4.1.2. PENYUSUNAN PROGRAM dan KONSEP RANCANGAN (PROGRAMMING AND


CONCEPT)

1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun gambar konsep
perancangan yang mendasarkan pada data dan temuan di
lapangan termasuk mengkaji dan menganalisa gambar pra
desain yang sudah ada, masukan akan tambahan kebutuhan
ruang baik luasan maupun spesifikasinya dari pihak user
dikaitkan dengan persyaratan-persyaratan teknis
menyangkut masalah kekuatan, keamanan, keindahan dan
keserasian dengan lingkungan.

Dengan dasar-dasar tersebut diatas diharapkan semua


inspirasi dari pihak user bisa tertampung semua baik dari
segi fungsi bangunan dan filosofinya, sehingga pada tahap
pelaksanaan gambar kerja nantinya filosofi dan kekhasan
bangunan di lingkungan Site SMPN 13 HST dapat
dikembangkan lebih lanjut ke dalam teknis pelaksanaan.

2. Metode Kerja
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis data
lapangan, data gambar pra desain dan data tambahan
masukan dari pihak user, menterjemahkan ke dalam bahasa
teknis serta mengestimasikan biaya yang tersedia
melalui prakiraan anggaran biaya awal (preliminary cost
estimation), antara lain mencakup analisis:

a. Analisis kebutuhan ruang dan sarana – prasarana.


Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji dan
menganalisa jenis dan besaran ruang serta sarana dan
prasarana yang sudah ada dalam pra desain apakah
sesuai dengan standar atau tidak atau ada kebutuhan
ruang lainnya yang belum tersedia pada gambar pra
desain yang dibutuhkan untuk menunjang pewadahan
fungsi yang diinginkan pada area perencanaan
(site/tapak).

b. Analisis Kerusakan bangunan.


Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji atau
menganalisis kerusakan yang terdapat pada elemen
bangunan SMPN 13 HST.

c. Analisis Biaya.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
garis besar (prakiraan) komponen biaya pelaksanaan
pembangunan fasilitas-fasilitas bangunan SMP yang
sedang direncanakan dan direhab.

3. Waktu dan Tenaga


Pada kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga ahli teknik
bangunan gedung, cost estimator, cad operator dan
operator computer.
4.1.3. PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN (DESIGN DEVELOPMENT)

1. Tujuan
 Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud
karakter proyek secara menyeluruh dan terpadu.
 Untuk mematangkan konsep desain/rancangan secara
keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan
sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik
dari segi kelayakan dan fungsi, estetika dan ekonomi
bangunan.

2. Metode
Pada tahap Rancangan Pelaksanaan, Perencana akan bekerja
atas dasar Pra Rancangan/Rancangan Skematik yang telah
disetujui oleh Pengguna Jasa. Sistem-sistem instalasi
Teknik mekanikal dan elektrikal dipertimbangkan kelayakan
dan kalaikannya baik secara tersendiri maupun secara
menyeluruh/terpadu. Bahan bangunan dijelaskan secara garis
besar dengan mempertimbangkan nilai manfaat,persediaan,
kemudian nilai ekonomi. Perkiraan biaya pelaksanaan
pembangunan disusun berdasarkan sistem. Arsitek menyajikan
hasil dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem
dan laporan tertulis.

Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, hasil


rancangan Pelaksanaan ini dianggap sebagai rancangan Tetap
dan digunakan oleh Perencana sebagai dasar untuk mulai
tahap selanjutnya.

Pada dasarnya tahap ini merupakan integrasi dari semua sub


sistem yang dipilih untuk digunakan di dalam bangunan dan
yang menyatakan semua bahan-bahan bangunan yang akan
digunakan sudah jelas ditentukan.

Semua ukuran-ukuran dalam bangunan sudah ditentukan. Semua


pelaratan yang akan digunakan sudah dipilih. Semua
peralatan yang dipilih dan menjadi bagian dari masing-
masing sub sistem harus sudah terintegrasikan dengan baik
dalam bangunan.

Hal tersebut harus sudah ditunjukkan dalam gambar-


gambar rencana pelaksanaan.

Dalam tahap ini gambar lebih besar dari tahap sebelumnya


gambar sudah menunjukkan hal-hal yang lebih terinci, dan
secara garis besar produk dalam tahap ini harus sudah
digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan konstruksi
fisik. Dengan demikian pula dengan rencana anggaran biaya,
sudah lebih pasti dari perkiraan-perkiraan tahap
sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting bagi
Pengguna Jasa untuk dapat memberikankeputusan apakah perlu
dilakukan perubahan-perubahan bahan atau peralatan yang
akan digunakan, bila diperlukan yang disesuaikan dengan
dana pembangunan yang disediakan.

Secara terinci, produk Rancangan Pelaksanaan untuk


kepentingan Pengguna

Jasa terdiri dari:

A. Gambar-gambar
Pada tahap ini skala gambar yang digunakan adalah 1 :
200, 1 : 100, 1 : 50, 1 : 20 sesuai dengan kejelasan
informasi yang ingin disampaikan.

Gambar menjelaskan mengenai :


 Denah : yang menunjukkan tiap lantai yang penting
dan lantai tipikal; semua titik acuan harus sudah
tertentu koordinatnya dihubungkan dengan rancangan
tapak. Pada gambar denah harus sudah dijelaskan
ukuran-ukuran (dalam, luar, sumbu), ketinggian peil
lantai tiap ruangan, bahan-bahan yang digunakan.
 Tampak : yang menunjukkan pandangan kearah
bangunan dari empat sisi, dalam hal ini bahan
bangunan yang digunakan digambarkan secara jelas.
 Potongan : melintang dan memanjang yang
menunjukkan ketinggian langit-langit pada setiap
lantai, ketinggian bangunan secara keseluruhan,
ketinggian tiap anak tangga,tinggi ambang jendela,
tinggi pintu dan sebagainya.
B. Laporan
Laporan teknis yang berisikan penjelasan tentang :
 Metode pelaksanaan pekerjaan
 Program dan rencana kerja
 Perhitungan-perhitungan yang lebih terinci tentang
bangunan.
 Rencana Anggaran Biaya

Setelah diperiksa dan disetujui oleh Pengguna Jasa


hasil Rancangan pelaksanaan ini dianggap sebagai
Rancangan Tetap dan digunakan oleh Perencana sebagai
dasar untuk pengembangan tahap selanjutnya.
C. Waktu dan Tenaga
Pada tahap kegiatan pengembangan rencana ini diperlukan
keterlibatan hampir seluruh tenaga ahli guna ikut
memberikan masukan – masukan dari sisi disiplin ilmu
masing – masing sehingga hasil pengembangan rencana ini
nantinya bisa terjadi sinkronisasi baik segi arsitek,
struktur, utilitas, lansekap dan kaidah – kaidah
perencanaan pembangunan.

4.1.4. PENYUSUNAN GAMBAR KERJA, RKS ,RAB (RENCANA DETAIL)

1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mempersiapkan gambar-gambar
detail atau gambar pelaksanaan, menyusun Rencana Kerja dan
syarat-syarat (RKS) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta
perhitungan-perhitungan konstruksi dan kekuatannya, yang
nantinya akan dipergunakan sebagai pedoman dan syarat-
syarat dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang
sifatnya mengikat dan mempunyai kekuatan hukum.

Pada tahap ini gambar-gambar kerja/gambar detail yang


diperlukan adalah gambar-gambar detil Arsitektur,
Struktur,ME,dan Lansekap.

2. Metode Kerja
Berpedoman kepada gambar Pra Rencana yang telah
disepakati Bersama dengan pihak Pengguna Jasa (user),
untuk selanjutnya pada tahap pembangunan ini masing-
masing disiplin ahli terutama tenaga ahli teknik bangunan,
menganalisis dan mengembangkan rencana dikaitkan dengan
teknis pelaksanaan di lapangan. Dari hasil analisis
tersebut kemudian ditentukan spesifikasi penggunaan bahan,
serta pemakaian sarana dan prasarana bangunannya agar
memenuhi persyaratan teknis dan biayanya.

Kegiatan studio gambar dalam mempersiapkan gambar-gambar


kerja perlu dikoordinir oleh seorang arsitek dan seorang
konstruktor dengan dibantu oleh seorang CAD
operator(drafter). Bersamaan dengan kegiatan ini, cost
estimator juga mulai memperhitungkan masalah biaya yang
memungkinkan untuk mendukung Pekerjaan Perencanaan
Teknis Rehabilitasi Ruang Perpustakaan &
Ruang Guru SMPN 13 HST.

Dalam tahapan ini semua hasil prarancangan yang telah


dikomunikasikan dan disetujui oleh pihak Pemberi Tugas akan
diolah lebih lanjut menjadi dokumen tender yang akan
dijadikan dasar bagi pelaksanaan konstruksi. Kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam tahap ini mencakup :

a. perhitungan dan Pembuatan Detail Rancangan


Dalam tahap ini akan didahului dengan perhitungan-
perhitungan pada masing-masing sistem beserta dasar-
dasarnya sesuai dengan peraturan dan peryaratan yang
berlaku.

b. Perhitungan Struktur
Berisi perhitungan-perhitungan struktur yang
diterapkan dalam rancangan sesuai dengan peraturan
dan persyaratan yang berlaku. Perhitungan struktur
akan merupakan bagian dari dokumen lelang.

c. Penyusunan Spesifikasi Teknis/RKS


Spesifikasi teknis berisi penjelasan terinci tentang
jenis, ukuran dan karakteristik teknis setiap
material (bahan)yang akan digunakan, mencakup bidang
pekerjaan, untuk memudahkan kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan konstruksi oleh beberapa sub kontraktor.
d. Penyusunan Gambar Kerja
Berisi gambar-gambar rancangan, detail bangunan dan
tapak yang mencakup semua bidang/sistem. Gambar
kerja merupakan transformasi terinci suatu rancangan
yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan
konstruksinya.

e. Penyusunan BQ dan RAB


Berisi volume seluruh pekerjaan konstruksi yang akan
dilaksanakan dan tafsiran biaya pembangunannya.

f. Penyusunan Dokumen Pelelangan Administratif


Berisi tata cara dan persyaratan bagi kontraktor yang
mencakup tahap penawaran maupun pelaksanaan
konstruksinya.

3. Waktu dan Tenaga


Pada kegiatan ini seluruh tenaga baik Tenaga ahli maupun
tenaga penunjang bekerja secara paralel baik ahli arsitek,
ahli teknik bangunan gedung, ahli mekanikal dan elektrikal,
ahli landscape, ahli estimator, dan CAD operator
(draftman).

4.1.5. TAHAP PELELANGAN FISIK/PENJELASAN PEKERJAAN

Sasaran Pelelangan adalah ;

Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu pelaksanaan


pembangunan yang wajar dan memenuhi syarat sehingga
pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan dengan baik.

Pada tahap Pelelangan Konsultan Perencanaan membantu Pengguna


Jasa dan Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) secara
keseluruhan atau sebagian dalam mempersiapkan Dokumen
Pelelangan, melakukan pra seleksi Rekanan yang berminat,
Up-load Dokumen pelelangan, memberikan penjelasan dokumen di
saat anwijzing di LPSE, jika diminta akan membantu ULP
melakukan penelitian atas penawaran.

4.2 ORGANISASI DAN PERSONIL


Untuk menangani pekerjaan secara keseluruhan dipersiapkan suatu
organisasi dengan struktur Organisasi dirancang sedemikian rupa
sehingga cukup fleksibel dan dinamis untuk dapat bekerjasama dalam
rangka mewujudkan tujuan pekerjaan secara optimal.
Organisasi yang dimaksud dipimpin oleh seorang team leader
yang bertanggung jawab langsung terhadap pencapaian kualitas
produk dan mempertanggungjawabkan kepada direktur perusahaan.
Untuk tujuan tersebut pimpinan proyek dibantu oleh
sejumlah staf ahli di mana jumlah dan bidang keahliannya sesuai
devisi dilengkapi dengan tenaga pendukung lainnya.

DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


KONSULTAN
PERENCANA KEGIATAN PENYUSUNAN
PERENCANAAN
DIREKTUR

TIM AHLI TEAM TEKNIS

TENAGA
PENDUKUNG Keterangan :
Garis Tugas

Garis Koordinasi

Gambar 4.2. Diagram Hubungan Pemberi Tugas Dan Konsultan


Perencana

Dalam menyiapkan pekerjaan diperlukan beberapa tenaga ahli


profesional yang berpengalaman dibidangnya masing masing. Tenaga
ahli professional ini dibantu oleh tenaga sub profesional dan tenaga
pendukung yang bersesuaian.

4.3 JADWAL PELAKSANAAN


Faktor yang dijadikan bahan pembuatan dan petimbangan dalam
penyusunan jadwal pelaksanaan antara lain :

4.3.1. Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan memberikan pengaruh pada jumlah
personil dan peralatan yang harus dikerahkan sehingga
menjamin selesainya pekerjaan tepat waktu. Jangka waktu
pelaksanaan juga mempengaruhi waktu penyelesaian setiap
bagian kegiatan, dalam hal ini ketergantungan antara kegiatan
yang satu dengan yang lainnya juga memberikan pengaruh
besar.

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini telah ditetapkan


didalam Kerangka

Acuan Kerja yaitu 21 (Dua puluh satu) hari kalender.

4.3.2. Cuaca Dan Tingkat Kesulitan Dilapangan


Dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan
memperhatikan faktor cuaca secermat mungkin, semua kegiatan
lapangan akan diusahakan sebelum musim hujan tiba. Untuk
kegiatan dengan faktor kesulitan yang cukup tinggi akan
diusahakan oleh konsultan untuk dapat diselesaikan secepat
mungkin dengan maksud agar masih cukup tersedianya waktu,
jika ternyata kemudian dijumpai kesulitan yang tidak terduga
sebelumnya.
BAB.5.
KESIMPULAN

Dari hasil survei awal Pekerjaan Perencanaan Teknis Rehabilitasi


Ruang Perpustakaan & Ruang Guru SMPN 13 HST didapat kesimpulan awal
sebagai berikut :
a. Data yang diambil dari lapangan seperti data terlampir sudah
bisa dipakai sebagai bahan untuk pekerjaan, selanjutnya seperti
data inventori serta data-data yang relevan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini.
b. Dari data survey pendahulan tidak ditemukan kesulitan secara
teknis sehingga pelaksanaan pekerjaan lanjutan dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai