Anda di halaman 1dari 29

2020

SPESIFIKASI TEKNIS
CV. KARYA CENDIKIA

PEKERJAAN :
PERENCANAAN TANDON AIR
SISTEM AIR BERSIH PENGEMBANGAN IKK GENTENG
DESA TEGALARUM KECAMATAN SEMPU
SPESIFIKASI TEKNIS ( SPEKTEK )

TANDON AIR SISTEM AIR BERSIH PENGEMBANGAN IKK GENTENG


DESA TEGALARUM KECAMATAN SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I
LINGKUP PEKERJAAN DAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR

DATA PROGRAM

Nama Kegiatan : Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih


Nama Pekerjaan : Tandon Air Sistem Air Bersih Pengembangan IKK Genteng
Lokasi : Desa Tegalarum Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi
Tahun Angggaran : 2020
Pemilik Program : Dinas Pengairan

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah pelaksanaan Fisik dari Pembangunan Sarana dan Prasarana Air
Bersih tahun anggaran 2020 yang difokuskan pada Tandon Air Sistem Air Bersih yang dilaksanakan sesuai
gambar terlampir. Uraian / jenis Pekerjaan Utama antara lain :
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Tanah/galian
III. Pekerjaan Acian dan Rabatan
IV. Pekerjaan beton dan pembesian
V. Pekerjaan Besi
VI. Pekerjaan Finishing

1.2. PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN

Uraian spesifikasi bahan-bahan dan persyaratan pelaksanaan, secara umum ditentukan pada patokan dan
kualitas bahan-bahan, cara pelaksanaannya dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan
pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia. Selama pelaksanaan kontrak ini, harus betul-betul
ditaati dan dilaksanakan sebagai tambahan persyaratan dari semua pasal-pasal yang diuraikan. Pada
khususnya peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan hal tersebut diatas :
a. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum (Dit. Jen. CIPTA KARYA)
b. Pemeriksaan umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan : H.I 3 PUBB—1996 ; NI 33 ; PUBB—
1996
c. Peraturan beton Indonesia ; PBI. NI—2/1955 ; PBI. NI—2/1971.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia NI—8.
e. Peraturan perburuhan di Indonesia (tentang pengerahan tenaga Kerja) antara lain tentang larangan
mempekerjakan anak-anak dibawah umur.
f. Dan peraturan-peraturan lain yang belum tercantum diatas tetapi berkaitan dengan pekerjaan ini.
g. Peraturan tentang K.3 Keselamatan Kerja
Bilamana tidak ada lagi sumber dari standar dan ketentuan-ketentuan lain yang sah berlaku di Republik
Indonesia, maka standar internasional lainnya yang biasa diperbandingkan dapat dipergunakan sebagai
pengganti standar yang telah diperinci di atas dan harus dengan persetujuan Kuasa Pengguna Anggaran.
h. Semua bahan-bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini harus didatangkan dalam keadaan baru sama
sekali dan tanpa cacat sesuai spesifikasi terkecuali ditentukan lain dalam persyaratan kontrak ini.
i. Spesifikasi ini hanya menguraikan pekerjaan untuk pekerjaan struktur dan di uraikan secara terperinci
terpisah dalam spesifikasi terpisah.

1.3. RENCANA KERJA

a. Kontraktor yang memenangkan pelelangan dapat memulai bekerja setelah diberikan Surat Perintah Kerja
(SPK) paling lambat 14 hari setelah ditandatangani perjanjian kontrak oleh Pemberi tugas yang merupakan
permulaan pekerjaan.
b. Kontraktor yang mendapatkan SPMK harus sudah mulai bekerja paling lambat 7 hari sejak diterimanya
SPMK dapat dicabut kembali atau ditentukan lain sesuai pasal pasal didalam Surat Perjanjian Pkerjaan
(SPP).
c. Kontraktor yang akan memulai pekerjaan harus :
- memberitahukan secara tertulis terlebih dahulu kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan
tembusan kepada konsultan pengawas.
- membuat surat penugasan pelaksana pekerjaan ( lengkap dengan CV ) kepada PPK dan
tembusannya ke konsultan pengawas. Dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau
Konsultan pengawas berhak menolak dan meminta ganti kalau CV dan penampilan personil yang
diajukan kurang dari kondisi yang dibutuhkan.
- membuat surat pernyataan domisili dengan alamat yang jelas kepa Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) dan tembusannya kepada konsultan pengawas.
d. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang, kontraktor harus menunjukan
rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja,
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan
secara rinci urusan pekerjaan dan tata cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus
yang diperlukan, persiapan-persiapannya, perawatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal
tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Pengawas Lapangan, dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan
proyek tersebut diatas.
e. Buku Harian
Pelaksana wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan. Segala kejadian yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya. Catatan tersebut meliputi antara lain :
- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari
- Hari - hari kerja, hari - hari tidak bekerja dan lain – lain
- Bahan - bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau diterima
- Kemajuan dari pekerjaan
- Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada lokasi pekerjaan
- Kejadian - kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas harian
sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing - masing dapat
mengajukan persoalan kepada Pejabat Pembuat Komitmen / Kepala Pelaksana untuk mendapat
penyelesaian.
f. Buku Direksi
Buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi Direksi yang ditanda tangani
oleh Direksi.

1.4. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib memeriksa kekuatan/kualitas konstruksi yang akan
dilaksanakan dan harus berkonsultasi dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), atau Konsultan Pengawas.
Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan
konstruksi akan menjadi tanggung jawab kontraktor. Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan yang
dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pengawas Lapangan tidak
berarti membebaskan kontraktor atas tanggung jawab pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
a. Keamanan Proyek
Kontraktor diwajibkan:
- Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
- Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan para pekerja.
- Mentaati peraturan - peraturan seternpat dan mengusahakan perijinan penggunaan jalan,
bangsal dan sebagainya.
- Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung dengan peraturan- peraturan
pelaksanaan pula peraturan yang diadakan selama penyelenggaraan.
- Kontraktor harus membuat surat kepada instansi terkait, serta penguasa setempat, perihal
kegiatan pelaksaan dilapangan.
b. Konstruksi Pembantu / Sementara
Pernborong bertanggung jawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat alat pembantu ( konstruksi
penolong ). Dalam hal ini Konsultan Penqawas akan memberikan petunjuk dan Kontraktor bertanggung
jawab pada pelaksanaan dan pemeliharaannya, misalnya profil dari kayu, bouwplank, bekisting, jalan
masuk, jembatan darurat, bedeng dan lain sebagainya. Apabila Konsultan Pengawas kurang lengkap
memberikan petunjuk - petunjuk, maka Kontraktor wajib mengerjakan cara - cara penyempurnaan tanpa
mengurangi tanggung jawab.

1.5. RAPAT RAPAT DAN LAPORAN

a. Kontraktor harus membuat laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap satu minggu kegiatan
dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Pengawas Lapangan.
b. Laporan kemajuan fisik pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap akhir pekan untuk
dievaluasi berupa laporan mingguan dan harian.
c. Pemilik pekerjaan, konsultan pengawas, dan Kontraktor mengadakan rapat bilamana diperlukan
sedikitnya sebulan 1 kali di kantor Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi.
d. Rapat rutin lapangan setiap 2 minggu sekali berdasarkan kesepakatan bersama, dan setelah rapat
Kontraktor menyiapkan notulen untuk mendapatkan persetujuan pengguna jasa dan konsultan
pengawas Semua pihak melalui wakil – wakilnya yang ditunjuk akan bertemu secara rutin sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.
1.6. PAPAN NAMA KEGIATAN

a. Kontraktor diharuskan membuat Papan Nama Proyek sesuai dengan peraturan PEMDA setempat dengan
ukuran ( 0.8 x 1,2 ) m2, dan dipasang dilokasi pekerjaan sebelum dilakukan pekerjaan atau bersamaan
dengan surat pemberitahuan mulai kerja dikeluarkan.

1.7. GAMBAR DAN UKURAN

Gambar-gambar yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan adalah:


a. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender.
b. Gambar perubahan yang disetujui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pengawas Lapangan.
c. Gambar lain yang disediakan dan disetujui PPK, Pengawas Lapangan.
d. Shop Drwawing
- Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat oleh Kontraktor
berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan
dan/atau persyaratan pabrik dari bahan yang dipakai
- Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi,
bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain – lainnya.
- Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang sebelumnya
telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.
- Pada dasarnya Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan khusus dari
pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan
atau disesuaikan dengan kondisi lapangan
e. Perbedaan Gambar
- Pada dasarnya bila ada perubahan / konflik antara gambar dan buku persyaratan pelaksanaan
dan uraian pekerjaan, maka yang berlaku adalah pada persyaratan pelaksanaan dan uraian
pekerjaan yang tertera dalam RAB dan analisa harga satuan.
- Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari direksi / perencana.
- Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidak sesuaian atau keragu raguan diantara
gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan
secara tertulis kepada direksi, dan direksi memberikan keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan perencana.
- Perbedaan - perbedaan tersebut tidak boleh didjadikan alasan bagi Kontraktor untuk mengadakan
claim pada waktu pelaksanaan.
f. Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah 1 : 100 pada gambar tanpa terkecuali pada bagian bagian tertentu yang
disebutkan pada gambar perencanaan.

1.8. PEMBONGKARAN STRUKTUR YANG ADA

Pekerjaan ini harus mencakup pekerjaan pembongkaran bangunan lama pekerjaan ini juga meliputi
pemindahan yang memenuhi syarat-syarat dari material bongkaran dari pasal ini, yang meliputi
pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan kerusakan dari material yang ditentukan oleh PPK, Pengawas
Lapangan. Kontraktor bertanggung jawab akan kebersihan dan keamanan selama proses pembongkaran.
a. Kontraktor diwajibkan menggunakan peralatan Standart keamanan diri dan menggunakan APD dan
dilakukan dengan hati hati .
b. Pembongkaran Listrik dan Air maupun bongkaran lain yang tidak tertuang dalam kontrak merupakan
tanggung jawab penuh dari Kontraktor Pelaksana meskipun tidak disebutkan didalam RAB.
c. Pengamanan barang barang di sisi sisi bongkaran merupakan tanggung jawab kontraktor dan
bilamana barang pecah belah harus dipindahkan seijin direksi atau konsultan pengawas.
d. Kontraktor bertanggung jawab atas kebersihan area bongkaran dan pembersihan pengeluaran
material bongkaran harus dilakukan sesuaai petunjuk direksi.
e. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan atau memanfaatkan maupun mengeluarkan sisa sisa
bongkaran tanpa seijin tertulis dari Instansi Terkait atau petugas yang ditunjuk oleh dinas tanpa
terkecuali disebutkan dalam RAB ataupun Gambar.
f. Kontraktor Bertanggung jawab atas pembersian bekas bongkaran

1.9. PENGATURAN PEMBUANGAN SISA-SISA

Kontraktor berkewajiban membuang semua sisa-sisa bongkaran dan memikul seluruh biaya, untuk
memperoleh lokasi yang sesuai dan untuk penyimpanan material yang bisa diselamatkan.

1.10.BAHAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

a. Kontraktor / rekanan harus menyerahkan contoh bahan / material dan data teknis kepada konsultan
pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan.
b. Kontraktor diwajibkan memeriksa dengan seksama gambar kerja dan melihat keadaan dilokasi
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Penyimpanan material harus dilakukan sedemikian rupa terhindar dari hujan dan matahari.
d. Material yang rusak tidak diperkenankan untuk dipasang dan bilamana dilakukan pemasangan tanpa
seijin tertulis dari konsultan pengawas maka kontraktor harus membongkar dan mengganti dengan
material yang baru.
e. Semua bentuk kerusakan dan kehilangan merupakan sepenuhnyya tanggung jawab kontraktor.

1.11.PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

Untuk pekerjaan - pekerjaan yang tidak memenuhi syarat - syarat karena tidak sesuai dengan gambar atau
Spesifikasi Teknis, maka atas perintah Konsultan Pengawas pihak Kontraktor harus membongkarnya
dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas dan memperbaiki kembali atas tanggungan
biaya pihak Kontraktor.

1.12 HSE dan K3

Sesuai dengan amanat undang – undang, maka setiap ada kegiatan pembangunan maka Kontraktor harus
menyedian HSE dan juga K3 dilokasi proyek. Kontraktor harus menyediakan tenaga khusus untuk
menjalankan program HSE dan K3 agar di lingkungan proyek senantiasa berjalan dengan lancer. Tenaga
tersebut harus melakukan sosialisasi, monitoring dan juga pengawasan terhadap program HSE dan K3
yang diwajibkan, sehingga bisa tercipta keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek tersebut
dan meminimalkan resiko kecelakaan.
1. Metode Keselamatan Kerja
Untuk keselamatan kerja Kontraktor melakukan langkah – langkah sebagai berikut :
 Kontraktor diwajibkan memberi rambu dan tanda – tanda bahaya diarea kerja ( lokasi proyek ).
 Kontraktor harus melakukan monitoring dan pengawasan secara rutin kepada pekerja di lokasi
proyek.
 Kontraktor harus memberikan teguran / peringatan kepada pekerja yang tidak menaati
peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ).
 Kontraktor diharuskan melakukan evaluasi rutin setiap minggu untuk meningkatkan kesadaran
dalam menciptakan dan menumbuhkan keselamatan kerja dilokasi proyek.
2. Metode Keselamatan Pemakaian Peralatan dan Mesin – Mesin
Metode yang kami lakukan dalam keselamatan pemakaian peralatan dan mesin – mesin adalah
sebagai berikut :
 Kontraktor diwajibkan melakukan pemeriksaan terhadap alat / mesin yang akan dipakai /
digunakan.
 Kontraktor harus engetahui cara – cara penggunaan peralatan / mesin- mesin.
 Kontraktor diwajibkan menempatkan mesin / peralatan pada tempatnya selesai dipakai /
digunakan.
 Kontraktor berkewajiban memperbaiki alat / mesin jika terjadi kerusakan.
3. Metode Penanggulangan Dampak Lingkungan Hidup
Metode yang kami lakukan dalam penanggulangan dampak lingkungan hidup adalah sebagai
berikut :
 Kontraktor diharuskan mengenali dan mencari informasi tentang kebiasaan hidup masyarakat
setempat ( sekitar proyek ).
 Kontraktor diwajibkan mengenali lingkungan area proyek dan membuat laporan tertulis
(membuat data).
 Kontraktor diwajibkan melakukan evaluasi dan koordinasi dengan dinas / instansi terkait demi
terjaganya lingkungan hidup di area sekitar proyek.
4. Metode Pengawasan dan Penanggulangan Kebersihan
Metode dalam pengawasan dan penanggulangan kebersihan yang Kontraktor lakukan adalah
sebagai berikut :
 Kontraktor diharuskan memberi rambu / tanda larangan untuk tidak membuang sampah
disekitar lokasi pekerjaan.
 Kontraktor diharuskan memberi teguran / peringatan kepada siapa saja yang membuat kotor
disekitar lokasi proyek. Jika masih ditemukan pelanggaran yang sama maka bisa diberikan
sanksi sehingga membuat jerah pelakunya.
 Kontraktor diwajibkan menyediakan tempat sampah / penampungan sampah sementara
selama masa pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
 Kontraktor berkewajiban mengumpulkan sampah yang ada disekitar proyek dan membuang
ketempat penampungan sampah terdekat secara rutin.
5. Metode Pengawasan dan Penanggulangan Keamanan dan Ketertiban.
Metode dalam pengawasan dan penanggulangan keamanan dan ketertiban yang Kontraktor
lakukan adalah sebagai berikut :
 Kontraktor diharuskan bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan aparat terkait disekitar
lokasi pekerjaan yang meliputi koramil, kepolisian, otoritas security bandara setempat untuk
keamanan dan ketertiban di area sekitar proyek.
 Kontraktor diharuskan membuat pos jaga di depan lokasi proyek dan menempatkan tenaga
sekuriti yang terlatih dan bersertifikat untuk menjaga proyek.
 Kontraktor harus memberikan kartu tanda pengenal bagi setiap pengunjung yang masuk area
proyek dan menyediakan buku tamu bagi siapa saja yang berkunjung kelokasi proyek untuk
menuliskannya dalam buku tamu tersebut.
6. Metode Pengawasan dan Penanggulangan Gangguan Debu dan Suara.
Metode dalam pengawasan dan penanggulangan gangguan debu dan suara yang Kontraktor
lakukan adalah sebagai berikut :
 Untuk menanggulangi dari gangguan debu akibat adanya pekerjaan dengan cara :
a) Kontraktor diwajibkan melakukan penyiraman pada pekerjaan pembongkaran dan urugan
tanah sehingga debu bisa diminimalisirkan.
b) Kontraktor diharuskan memberi penutup terpal pada angkutan yang membuang
bongkaran dan juga material urugan yang beroperasi.
c) Kontraktor diharuskan menutup lokasi pekerjaan dengan pagar seng sehingga debu tidak
sampai keluar lokasi proyek dan mengganggu aktifitas dibandara.
d) Untuk pekerja pada pekerjaan bongkaran dan pada pemadatan tanah Kontraktor wajib
menggunakan masker penutup hidung.
 Untuk menanggulangi dari gangguan suara akibat adanya pekerjaan dengan cara :
a) Kontraktor diwajibkan memberi pagar keliling disekeliling area proyek sehingga
meminimalisirkan suara bising akibat peralatan / mesin yang bekerja.
b) Untuk pekerja yang berhubungan dengan alat berat / mesin – mesin yang bising
Kontraktor diwajibkan menggunakan earphone ( penutup telinga ) sesuai dengan yang
dipersyaratkan pada keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada lingkungan proyek.
7. Metode Perlindungan Terhadap pekerjaan.
Metode yang Kontraktor lakukan dalam memberikan perlindungan terhadap pekerjaan adalah
sebagai berikut :
 Kontraktor diwajibkan mengerjakan setiap pekerjaan sesuai dengan prosedur dan standar
operasional agar diperoleh mutu sesuai yang direncanakan.
 Kontraktor diharuskan menempatkan tenaga ahli dan handal pada setiap pekerjaan sesuai
dengan bidang kompetensi yang dimiliki/ dipersyaratkan.
 Kontraktor dwajibkan menggunakan material / bahan sesuai dengan spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan.
 Kontraktor diharuskan menggunakan peralatan yang sehat dan juga sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
 Kontraktor diwajibkan melakukan test material yang akan dipakai / digunakan, serta
melakukan test sebelum dan sesudah pekerjaan untuk mengetahui hasil yang didapat sesuai
dengan rencana atau tidak.
8. Penyediaan (APD, APK, Rambu dan Pengananan Covid)
a) Identifikasi Jenis Bahaya & Resiko K3

JENIS/TYPE IDENTIFIKASI JENIS PENGENDALIAN RESIKO


No.
PEKERJAAN BAHAYA & RESIKO K3 K3
1 2 3 4

BAB I PEKERJAAN JENIS BAHAYA DAN RESIKO PENGENDALIAN RESIKO


PERSIAPAN a) Terjatuh saat K3
1 Pembersihan lapangan melangsir/tertimpa bahan a) Berhati-hati saat
material yang sedang melangsir bahan
dibersihkan > luka terutama saat lewat di
ringan/sedang jalan yang sempit
b) Terluka akibat tergores b) Memakai APD seperti
material yang dibersihkan > sarung tangan dan
luka ringan/sedang sepatu, menyediakan
kotak P3K

2 Direksi keet a) Tertimpa peralatan alat a) Berhati-hati saat


tulis kantor seperti meja, mengangkat/memindahk
kursi maupun papan tulis > an alat tulis kantor untuk
luka ringan/sedang gudang/direksi keet

3 Papan nama proyek a) Terkena palu, paku atau a) Berhati-hati saat akan
gergaji saat membuat membuat papan nama,
papan nama > luka ringan memakai APD seperti
sarung tangan dan
b) Tertimpa papan nama yang sepatu
akan dipasang > luka b) Berhati-hati saat akan
ringan memasang papan
nama, gunakan cukup
pekerja

BAB II PEKERJAAN a) Terkena alat yang a) Berhati-hati dengan alat


TANAH/GALIAN digunakan untuk menggali yang digunakan,
> luka ringan/sedang memakai APD seperti
b) Tertimbun longsor > luka sarung tangan dan
ringan/sedang sepatu, menyediakan
c) Terluka oleh benda tajam kotak P3K
(seperti pecahan
kaca/paku) > luka
ringan/sedang
d) Terkena alat yang
digunakan untuk
memadatkan tanah > luka
ringan/sedang

BAB III PEKERJAAN ACIAN a) Terkena alat yang a) Berhati-hati saat


DAN RABATAN digunakan untuk pek. membawa/memasang
Acian/rabatan > luka pompa, memakai APD
ringan/sedang seperti sarung tangan
b) Terluka oleh alat yang dan sepatu dan obat
digunakan dalam P3K
pekerjaan (misal : molen,
cangkul dll)>Luka
ringan/sedang

BAB IV PEKERJAAN BETON a) Terluka oleh alat yang a) Berhati-hati dengan alat
DAN PEMBESIAN digunakan dalam yang digunakan,
pekerjaan beton memakai APD seperti
bertulang > luka sarung tangan dan
ringan/sedang sepatu, menyediakan
b) Tertimpa molen mixer > kotak P3K
luka ringan/sedang
c) Tertimpa balok yang
mengalami kegagalan
struktur > luka berat

BAB V PEKERJAAN BESI a) Terluka oleh alat a) Berhati-hati dengan alat


Pemotong besi > luka yang digunakan,
ringan/sedang memakai APD seperti
sarung tangan dan
sepatu, menyediakan
kotak P3K

BAB VI PEKERJAAN POMPA a) Tertimpa pompa yang akan a) Berhati-hati dengan alat
DAN ACCESSORIES dioperasikan > luka yang digunakan,
ringan/sedang memakai APD seperti
b) Terkena sengatan listrik sarung tangan dan
saat memasang instalasi sepatu, menyediakan
listrik > luka ringan/sedang kotak P3K

BAB PEKERJAAN a) Terkena bahan cat (tidak a) Berhati-hati dengan alat


VII FINISHING untuk terkena kulit secara yang digunakan,
langsung) > luka memakai APD seperti
ringan/sedang sarung tangan dan
b) Terkena sengatan listrik sepatu, menyediakan
saat mengecat yang kotak P3K
berada di dekat instalasi
listrik > luka ringan/sedang.

b) Penanganan Covid-19
 Kontraktor diwajibkan menyediakan perlengkapan standar penanganan covid-19
seperti menyediakan masker untuk tiap pekerja, hand sanitizer atau menyediakan
tempat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan di lapangan.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai sarana pelengkap untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
- Mengadakan pengaman lokasi dari segala gangguan.
- Mengadaan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan guna menjamin kelancaran
pekerjaan.
- Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran lainnya yang
berhubungan dengan.
- Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya

2.2. Pengukuran dan Pasang Bowplang

1. Dasar untuk pengukuran dan layout Pekerjaan adalah Gambar Rencana.


2. Bahan untuk bowplang:
- kayu lokal usuk 5/7
- Paku kayu 10 cm
- Kayu lokal papan 2/20 x 4 m
3. Pemasangan bowplang harus kuat, dengan mempergunakan papan kayu lokal 2/20 cm dan tiang
kayu lokal 5/7cm yang dipancang kuat-kuat pada tanah. Semua titik as (sumbu-sumbu) dinding
tembok dan sebagainya harus diberi tanda denga cat dan tampak jelas, serta tidak mudah berubah-
ubah.
4. Bowplang merupakan pedoman letak tinggi dengan permukaan tanah yang merupakan elevasi + 0.00
meter.
5. Hasil pengukuran bowplang harus dibuat berita acara pengukuran yang disetujui oleh direksi.
6. Pada bagian dalam bowplang, dimana pekerjaan akan dilaksanakan, tidak diizinkan untuk menumpuk
tanah, batu kali atau bahan lainnya.

2.3. Pembersihan Lokasi dan Persiapan Pekerjaan

1. Secara Umum pekerjaan pembersihan lokasi adalah mempersiapkan area kerja untuk dilakukan
pembersihan terhadap barang – barang atau sampah yang mengganggu jalannya aktifitas pekerjaan
2. Memberikan Batas pengaman di sekitar are kerja agar tidak dapat atau steril dari pengunjung
3. Melakukan persiapan seperti mendatangkan peralatan serta menempatkan pada titik – titik yang telah
ditentukan guna kelancaran pekerjana tersebut diatas.
4. Karena tidak menutup kemungkinan lokasi proyek masih digunakan oleh pihak pengguna maka
kontraktor wajib merencanakan sistem/tahap pelaksanaan pekerjaan yang aman sehingga tidak
mengganggu pihak pengguna. Rencana sistem pelaksanaan pembongkaran harus disetujui oleh
Konsultan dan Direksi Teknik.
5. Pembongkaran yang harus terpaksa dilakukan dengan hati – hati dikarenakan agar tidak mengganggu
bagian yang lain tersebut harus dipindah ke lokasi lain yang telah ditentukan oleh pihak owner dimana
kondisi tanaman yang dibongkar / dipindah masih dapat dilakukan penanaman kembali oleh pihak
owner di tempat lain tersebut diatas.
BAB III
PEKERJAAN TANAH/GALIAN

3.1 Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai pekerjaan awal untuk pekerjaan struktur bawah adapun item pekerjaan yaitu
:
- Galian tanah keras
- Pek. Lubang stross D.25 cm
- Urugan tanah kembali
- Urugan pasir bawah pondasi tebal 5 cm
2. Kontraktor diwajibkan memeriksa dengan seksama gambar kerja dan melihat keadaan dilokasi pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
3. Semua pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan standart spesifikasi dari bahan/material yang
digunakan.

3.2 Syarat Pelaksanaan

1. Pelaksanaan galian tanah keras


- Sebelum melakukan pekerjaan galian tanah cadas akan dibuat terlebih dahulu request mulai
pekerjaan dan diserahkan kepada Pemilik/Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
- Menyerahkan daftar tenaga kerja dan daftar peralatan yang akan digunakan.
- Melakukan pengukuran dilokasi pekerjaan untuk menentukan titik-titik pekerjaan galian tanah cadas
dan memasang bowplank sesuai kebutuhan.
- Melakukan peninjauan lapangan bersama-sama Direksi untuk menentukan apakah lokasi pekerjaan
sudah sesuai dengan kebutuhan lapangan.
- Hasil galian tanah cadas diratakan dan dirapikan.
2. Pelaksanaan urugan tanah kembali
- Urugan tanah untuk meratakan tempat kegiatan sesuai dengan gambar situasi atau sisa galian
pondasi
- Sisa galian pondasi digunakan untuk peninggian lantai bangunan dikarenakan perhitungan peninggian
bangunan sudah dikurangi vol urugan tanah kembali.
- Urugan kerja penggalian harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan tapak ataupun menyebabkan timbulnya genangan-genangan air untuk waktu lebih dari 24
jam.
3. Pelaksanaan galian stroos
- Galian lubang stroos harus dibuat menggunakan alat bor baik manual maupun juga diesel dengan
diameter 25 cm.
- Sebelum dilakukan pengecoran harus dilakukan pengecekan kedalaman Bersama yang
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan lapangan.
- Bilamana lubang stroos tidak bisa menembus sampai kedalaman yang diinginkan maka harus
dikonsultasikan kepada konsultan pengawas dan akan dilakukan pembahasan Bersama dengan
owner dan juga Kontraktor.
BAB IV
PEKERJAAN ACIAN DAN RABATAN

4.1 Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai pekerjaan awal untuk pekerjaan arsitektural adapun item pekerjaan
yaitu :
- Acian include benangan
- Beton tanpa tulangan K.175

4.2 Syarat Bahan

1. Semen yang digunakan Adalah Semen PC dan semen yang sudah mengeras tidak boleh
dipergunakan dalam campuran.
2. Pasir yang digunakan Pasir Pasang Pasang bersih terhindar dari alkali tanah atau material material
lain.

4.3 Syarat Pelaksanaan

1. Acian include benangan


- Sebelum di Aci, maka permukaan yang akan di Aci harus dibersihkan terlebih dahulu dengan
sikat baja yang dibasahi dengan air
- Mempersiapkan alat dan bahan; bahan yang digunakan adalah bahan semen dengan mutu
baik yang memenuhi persyaratan sebagai bahan Acian serta telah mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan.
- Sementara air yang digunakan dalam campuran harus bebas dari kotoran debu minyak dll
yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara bidang Acian dengan pasangan/beton.
- Melaksanakan pengadukan adukan dengan metode yang telah mendapat persetujuan dari
direksi pekerjaan,
- Bagian Acian harus selalu dijaga dan dipelihara kelembabannya jangan sampai terkena
matahari secara langsung untuk menghindari penguapan air yang terlalu cepat sehingga akan
menurunkan kekuatan dari Acian itu sendiri.
BAB V
PEKERJAAN BETON DAN PEMBESIAN

5.1 Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai pekerjaan awal untuk pekerjaan struktur utama adapun item pekerjaan
yaitu :
 Pondasi stroos 25 cm
a. Beton K-225
b. Pembesian
 Pondasi footplat
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 1x pakai
 Sloof SL 20 x 30
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 1x pakai
 Balok induk B.3 20 x 45
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Balok induk B.2 20 x 35
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Balok induk B.1 15 x 25
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Kolom struktur K.2 40 x 40
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Kolom struktur K.1 30 x 30
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Plat lantai beton t = 12 cm
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
 Dinding beton t = 10 cm
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 1 x pakai
 Plat beton t = 10 cm
a. Beton K-225
b. Pembesian
c. Bekisting 2 x pakai
2. Persyaratan-persyaratan konstruksi Beton, istilah teknik serta syarat-syarat pelaksanaan beton secara
umum menjadi satu kesatuan dalam bagian dokumen ini.Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini
maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standart dibawah ini:
 Standart Industri Indonesia.
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SKSNI T15 - 1991 - 03).
 Peraturan Muatan Indonesia tahun 1970 NI – 18
 Peraturan Tahan Gempa 1982.
 American Society For Testing & Material (ASTM).
3. Semua material yang digunakan harus mendapat persetujuan dari direksi lapangan.

5.2 Syarat Bahan

1. Air.
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang bisa diminum.
2. Semen.
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhi S-400. menurut
Standart Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen, tidak di
perkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran. Penyimpanan harus sedemikian rupa
sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak mengeras. Tempat
penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 cm. Setiap semen
baru yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat
dilakukan menurut urutan pengiriman.
3. Pasir Beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur
dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI-1971.
4. Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih yaitu batu pecah 1 -2 / 2 – 3 dan bermutu baik, serta
mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971. Penimbunan
kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk
menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
Tabel 5-1 Ketentuan Gradasi Agregat

5. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak harus
seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

Tabel 5-2 Mutu Beton dan Penggunaan


6. Besi Beton (Baja Tulangan) :
Besi beton yang digunakan adalah besi beton polos dengan mutu biasa
(tegangan leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2), ukuran dan jumlah besi
yang dipakai disesuaikan dengan gambar detail struktur. Kontraktor harus
dapat memberikan sertifikat dari pabrik besi beton yang menyatakanbahwa
kekuatan besi beton tersebut sesuai dengan spesifikasi. Baja tulangan
dengan mutu meragukan harus diperiksa di lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui. Seluruh biaya untuk itu sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak,
minyak, karat lepas dan bahanlainnya. Besi beton harus disimpan dengan
tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka dalam
jangka waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan batang dingin. Tulangan harus dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih
dahulu. Jika Kontraktor tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
dengan diameter yang terdekat dengan catatan harus ada persetujuan
Direksi. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas penampang).Biaya tambahan yang diakibatkan
oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab kontraktor.

5.3 Syarat Pelaksanaan

1. Pengerjaan Beton bertulang disesuaikan ukuran dan perletakannya dengan gambar.


Semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti SKSNI T15-1991.
2. Pembesian kolom beton harus dilaksanakan sesuai gambar dengan penulangan
yang ada dan apabila digambar kurang jelas harap dikonsultasikan terlebih dahulu
pada pengawas.
3. Pekerjaan beton bertulang terdiri dari pembuatan campuran adukan beton sesuai
dengan mutu beton yang diinginkan, mengangkut adukan, membuat cetakan/
begesting/acuan, mengecor merawat beton, membongkar cetakan setelah waktu
yang ditentukan dan memelihara beton sampai dengan proses pengerasan sehingga
beton mencapai spesifikasi yang ditentukan.
4. Sebelum adukan beton dituangkan/dicor, kayu-kayu begisting harus bersih dari
kotoran kotoran, minyak, benda-benda terlebih dahulu secepatnya.
5. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian utama dari
pekerjaan, kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuannya,sehingga setiap pekerjaan pengecoran beton harus dapat ijin tertulis
dan mendapat pengawasan dari Direksi / Konsultan Pengawas.
6. Pencampuran dan penakaran
 Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI
03-2834-2000, sebagai pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran
campuran dapat digunakan.
 Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai dengan
SNI 03-2834- 2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang
menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Tabel 5-3 Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

7. Pembetonan
 Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 6 (enam) jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
 Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan
persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan.
 Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Walaupun persetujuan untuk
memulai pengecoran sudah diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh
dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
 Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan
pembukaan acuan tanpa menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya
pengikatan awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari
laboratorium, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan
karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan,
kecuali digunakan bahan tambahan untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai
dengan lokasi sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
 Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran.
Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat
dicapai pada posisi akhir beton.
 Pengaliran beton tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
 Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan
penulangan yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan
tebal yang tidak melampaui 150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis
pengecoran dapat sampai 300 mm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
 Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m.
 Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam
air dan tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 (empat puluh
delapan) jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode
tremi atau metode Drop- Bottom-Bucket, dimana pengggunaan bentuk dan
jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan. Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan
beton tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian
rupa agar campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang
baik dan pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas
tiang pancang selesai dalam masa setting time beton.
 Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
 Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru yang
akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-
bahan yang lepas dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
 Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan
pekerjaan beton, tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk
perawatan dengan pemberian air di atas permukaan, dapat dilakukan
sebelum 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
 Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton
dari alat Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan,
kelecakan beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai
dengan ketentuan.
8. Sambungan pelaksanaan
 Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap
jenis struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan
seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh
DireksiPekerjaan. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen struktur kecuali ditentukan demikian.
 Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan.
Semuasambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya
geser minimum.
 Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap
monolit.
 Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan
kedalaman paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar
fondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di
atas permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum
40 m2.
 Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan apabila pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat
hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh
Direksi Pekerjaan.
 Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan
untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
 Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750
mm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
9. Beton tanpa tulangan
 Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 MPa
dengan batubatu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan
dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi
atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
 Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume
pekerjaan beton siklop.
 Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm, tiap
batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar batu
pecah maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum 150
mm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping)
10. Kontraktor harus menyediakan sample sample dan melaksanakan percobaan
percobaan tersebut sebagaimana diperintahkan oleh konsultan pengawas sebelum
ijin penggunaan admixture di ijinkan dipakai pada pelaksanaan. seluruh pengambilan
sample dan pelaksanaan test menjadi tanggungan Kontraktor.
Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing- masing mutu
beton yang akan digunakan, 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan pengecoran
beton dimulai.
Kontraktor harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian pengendalian
mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut
selalu tersedia apabila diperlukan.
Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian percobaan campuran beton (trial
mix) berdasarkan kuat tekan beton yang harus dilaksanakan untuk umur 3 (tiga) hari,
7 (tujuh) hari, 14 (empat belas) hari, dan 28 (dua puluh delapan) hari setelah
tanggal pencampuran sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode
pengujian kuat tekan beton.
Kontraktor harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum
pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran,
kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadual
pelaksanaannya.
11. Selimut beton
Toleransi untuk Penutup/Selimut Beton Tulangan :
 Selimut beton sampai 30 mm : - 5 mm , + 5 mm (2)
 Selimut beton (30 - 50) mm : - 10 mm , + 10 mm
 Selimut beton (50 - 100) mm : - 10 mm , + 10 mm

Tabel 5-5 Tebal Selimut Beton Dari Baja Tulangan Untuk Beton Yang Tidak
Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

12. Baja tulangan


 Penyimpanan dan Penanganan
a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam
ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label logam yang
menunjukkan ukuran batang, panjang, mutu dan informasi lainnya
sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram
tulangan.
b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja
tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi,
atau kerusakan lainnya.
 Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja
tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai
dengan prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada
awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-
bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di
lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan
harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu
banyak berubah.
b) Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus
dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
 Pemotongan. Baja tulangan tidak boleh dipotong dengan proses panas
kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
 Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan
adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak
pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan secara akurat sesuai dengan gambar
dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap
tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang
total yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing)
batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan
diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian
hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang
beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan
tegangan Tarik minimum.
e) Apabila penyambungan dengan tumpang tindih disetujui,
maka panjang tumpang tindih minimum harus 40 diameter batang
dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali
terinci dalam gambar atau secara khusus diizinkan oleh Direksi
Pekerjaan secara tertulis. Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui
pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal ini
adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang
memenuhi ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap
pengelasan dengan air tidak diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi
permukaan beton sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang
mungkin, dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling
sedikit satu kali jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk
mengikuti bentuk pada kereb dan bukaan, dan harus dihentikan
pada sambungan antara pelat.
i) Apabila baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu
yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan
dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja) atau
cara lain sehingga tulangan dapat terhindar dari bahaya korosi.
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh
digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja,
lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
13. Cetakan dan Acuan :
- Begisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk nyata dan cukup dapat menampung beban sementara
sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan.
- Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas
yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian
pekerjaan.
- Bahan begisting dapat berupa papan kayu dengan permukaan halus dan
rata atau dengan menggunakan triplek sengon 8 mm. Cetakan beton dapat
dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.
- Pembongkaran Begisting harus hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut
yang tajam dan tidak pecah.
- Bekas cetakan yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan
sebelum dilaksanakan pengurukan tanah kembali.
- Pembukaan bekesting harus berdasarkan umur beton 28 hari dan bilamana
kontraktor melakukan pembongkaran yang berakibat fatal tanpa ada ijin
tertulis dari konsultan maka kontraktor wajib mennganti / memperbaiki dan
juga bertanggung jawab sepenuhnya baik teknis maupun non teknis.
BAB VI
PEKERJAAN BESI

6.1 Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai pekerjaan struktur, adapun item pekerjaan yaitu :
 Pekerjaan Railling Tangga Pipa galvanis 1,5 " 1,8mm
 Pekerjaan Railling Tangga Pipa galvanis 1 " 1,6mm
 Pembuatan Tutup Tandon ( besi )
 Pengelasan

6.2 Syarat Bahan

1. Semua bahan / alat yang tertulis dibawah ini harus seluruhnya baru, kualitas baik,
buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
2. Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai kelembapan
lebih dari 70%.

6.3 Syarat Pelaksanaan


1. Pekerjaan besi
 Elektroda las.
Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar struktur, maka elektoda
las yang digunakan adalah E70XX, sesuai dengan lokasi penggunaannya.
 Angkur khusus.
Untuk menghubungkan elemen struktur beton lama dengan yang baru
diperlukan suatu angkur khusus. Angkur tersebut harus berasal dari pabrik
Fischer dan dilakukan perekatan dengan semichal angkur yaitu M.200 prodik
hilti beton.
 Pengelasan
Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC Specification dan
baru dapat dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan /
Direksi. Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las
karbit.
 Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh
Konsultan / Direksi. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
 Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil
pengalaman yang baik dalam dalam melaksanakan konstrksi baja sejenis.
Hal ini harus dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat yang masih
berlaku.
 Kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las yang
tercantum di dalam gambar (las sudut, las tumpul dan lain-lain), dan
Kontraktor harus mempunyai alat untuk mengukur tebal las sehingga dengan
mudah dapat diketahui apakah tebal las sudah sesuai dengan gambar atau
tidak.
 Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat
dan bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical
wire brush dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja.
Bekas potongan api harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda
agar permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan harus
dibersihkan dan disikat.
 Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
timbul distorsi dan tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang
dilas. Pengelasan pada pertemuan elemen-elemen yang padat seperti pada
tumpuan harus dilakukan dengan teknik preheating.
 Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari
satu kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu
harus dibersihkan dahulu dari kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan
logam yang ada. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus
dibuang sama sekali.
 Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang
baik, maka pada dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di
bengkel. Bila akan mengadakan pengelasan lapangan harus seijin tertulis dari
Konsultan / Direksi.
 Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan di lapangan
(field weld), dimana posisi dari tukang las harus sedemikian sehingga dapat
dengan mudah melakukan pengelasan dengan hasil yang baik tanpa
mengabaikan keselamatan kerja.
 Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan visual untuk
mengetahui apakah : persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik
(bersih, gap yang cukup dan lain-lain).
 Apabila dianggap perlu oleh Konsultan / Direksi atau apabila ada keraguan
terhadap hasil "Liquid Penetrant Test" tersebut, maka Konsultan /
Direksi dapat meminta pada Kontraktor untuk juga melakukan
Radiographic Test.
 Laboratorium uji las yang ditunjuk harus mendapat persetujuan Konsultan /
Direksi dan semua biaya pengujian las menjadi tanggung jawab Kontraktor
BAB VII
PEKERJAAN FINISHING

7.1 Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai pekerjaan arsitektural dan finishing akhir adapun item
pekerjaan yaitu :
 Pek. Cat Dinding Exterior
 Pengecatan besi

7.2 Syarat bahan

1. Bahan cat dinding bagian luar memakai cat yang sama setara catylac / produksi pabrik
yang direkomendasikan atau bisa menggunakan cat jenis lain yang khusus exterior.
2. Bahan cat dasar,
Bahan cat dasar alkali resistance sealer dari jenis acrylic emulsion dan tidak
mengandung timah hitam, produksi pabrik sama dengan cat tembok yang dipergunakan.
Cat dasar / meni kayu menggunakan merk yang sama dengan cat kayu yang
dipergunakan. Cat dasar / meni besi dipakai cat logam pencegah karat jenis zink
chromat yang tidak mengandung timah, berwarna hijau, kualitas baik, merk sama
dengan cat logam.
3. Bahan plamur tembok
Bahan plamur dan dempul untuk pekerjaan cat tembok digunakan merk yang sama
dengan merk cat tembok yang dipilih.

7.3 Syarat pelaksanaan

1. Pekerjaan Pengecatan Dinding exterior


- Pengecatan dilakukan dengan cara terbaik dan umum dilakukan, kecuali bila
dinyatakan lain.
- Tidak boleh melaksanakan pengecatan dalam cuaca lembab, hujan atau angin
berdebu. Cat harus diaduk benar - benar sebelum digunakan
- Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas - bekas
yang menunjukkan tanda - tanda sapuan, semprotan dan roller.
- Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar yang kurang menutup.
- sebelum diplamur, plesteran harus baik, betul - betul kering dan Lapisan plamur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yangtidak ada retak. retak Lapisan
plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata
2. Pekerjaan Pengecatan besi
- yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi pagar
beserta pintunya, pintu-pintu besi tulang-tulang dan pekerjaan besi lain ditentukan
dalam gambar.
- Cat yang dipakai adalah merk AKZO NOBEL / ICI / Danapaint jenis Syntetic enamel.
- Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan
bebas debu, oli dan lain-lain.
- Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las
dan ujung yang tajam diberi ‘touch up’ dengan dua lapis U-pox Red lead primer 520-
1130 setelah itu lapisan tebal 40 micron diulaskan.
- Setelah kering sesudah 24 jam, dan diamplass kembali maka disemprot 1 lapis.
Setelah 48 jam mengering baru lapisan akhir U-pox enamel 103 disemprot 2 lapis.
- Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 2 lapis.
- Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga terhadap kotoran.

PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR


1. Kontraktor wajib meneliti kembali semua pekerjaan - pekerjaan yang telah
diselesaikan serta mengerjakan pembetulan - pembetulan kekurangan, perbaikan
perbaikan dan lain - lain yang masih harus disempurnakan.
2. Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan daerah kerja
antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong, perlengkapan-
perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai sampai bersih
seluruhnya sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3. Sisa-sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan biaya
dari Proyek adalah menjadi milik Proyek / Pemberi Tugas.

PERATURAN PENUTUP
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( Spesifikasi Teknis ), tidak sesuai dengan Gambar
atau tidak sesuai dengan Petunjuk petunjuk Konsultan Pengawas atau Staf Teknik baik
secara lisan maupun tertulis didalam buku lapangan / buku direksi / Kuasa Pemegang
Anggaran, maka pekerjaan tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali
seluruhnya menjadi tanggungan Kontraktor. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat ( Spesifikasi Teknis ) ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addendum - addendum
Spesifikasi Teknis dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ) serta Perintah
Tertulis dari Konsultan Pengawas atas persetujuan Kuasa Pemegang Anggaran pada
waktu pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
- Apabila dalam ( Spesifikasi Teknis ) untuk uaraian bahan-bahan,
pekerjaan tidak disebutkan dan dilaksanakan oleh kontraktor, maka hal ini
dianggap seperti disebutkan.
- Apabila terjadi perbedaan antara gambar ( Spesifikasi Teknis ) dan
Kontrak maka yang diambil adalah berdasarkan Kontrak atau berdasarkan
risalah rapat bersama.
- Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih
lanjut oleh pihak direksi / pemberi tugas, bilamana perlu diadakan
perbaikan dalam peraturan ini.
- Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih
lanjut oleh Direksi, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam Spesifikasi
Teknis ini.

Banyuwangi, 2020
KONSULTAN PERENCANA
CV. KARYA CENDIKIA

HAJAR ISNI ANTIKA, SPd,


Direktur

Anda mungkin juga menyukai