Anda di halaman 1dari 15

SPESIFIKASI TEKNIS ( SPEKTEK )

PEMBANGUNAN JALAN USAHA TANI DESA TEMUASRI


KECAMATAN SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I
LINGKUP PEKERJAAN DAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR

DATA PROGRAM

Nama Kegiatan : Pengembangan Infrastruktur Jalan Usaha Tani Tanaman


Pangan
Nama Pekerjaan : Pembangunan Jalan Usaha Tani Desa Temuasri Kec. Sempu
Lokasi : Desa Temuasri Kecamatan Sempu
Tahun Angggaran : 2020
Pemilik Program : Dinas Pertanian

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan


Jalan Usaha Tani di Desa Temuasri yang dilaksanakan sesuai gambar terlampir.
Uraian / jenis Pekerjaan Utama antara lain :
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Uitzet dan Pengukuran
2 Mobilisasi Alat Berat
3 Sewa Direksi Keet
4 Pasang Papan Nama Kegiatan
II PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN
1 Penyiapan Badan Jalan
2 Timbunan Pilihan
3 Beton mutu K-250
III PEKERJAAN FINISHING
1 Pembersihan Lokasi

1.2. PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN

Uraian spesifikasi bahan-bahan dan persyaratan pelaksanaan, secara umum


ditentukan pada patokan dan kualitas bahan-bahan, cara pelaksanaannya dan
lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah
berlaku di Republik Indonesia. Selama pelaksanaan kontrak ini, harus betul-betul
ditaati dan dilaksanakan sebagai tambahan persyaratan dari semua pasal-pasal
yang diuraikan. Pada khususnya peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan
hal tersebut diatas :
a. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (Dit. Jen. CIPTA KARYA)
b. Pemeriksaan umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan : H.I 3 PUBB
—1996 ; NI 33 ; PUBB—1996
c. Peraturan beton Indonesia ; PBI. NI—2/1955 ; PBI. NI—2/1971.
d. Peraturan Semen Portland Indonesia NI—8.
e. Peraturan perburuhan di Indonesia (tentang pengerahan tenaga Kerja) antara
lain tentang larangan mempekerjakan anak-anak dibawah umur.
f. Dan peraturan-peraturan lain yang belum tercantum diatas tetapi berkaitan
dengan pekerjaan ini.
g. Peraturan tentang K.3 Keselamatan Kerja
Bilamana tidak ada lagi sumber dari standar dan ketentuan-ketentuan lain
yang sah berlaku di Republik Indonesia, maka standar internasional lainnya
yang biasa diperbandingkan dapat dipergunakan sebagai pengganti standar
yang telah diperinci di atas dan harus dengan persetujuan Kuasa Pengguna
Anggaran.
h. Semua bahan-bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini harus didatangkan
dalam keadaan baru sama sekali dan tanpa cacat sesuai spesifikasi terkecuali
ditentukan lain dalam persyaratan kontrak ini.
i. Spesifikasi ini hanya menguraikan pekerjaan untuk pekerjaan struktur dan di
uraikan secara terperinci terpisah dalam spesifikasi terpisah.

1.3. RENCANA KERJA

a. Kontraktor yang memenangkan pelelangan dapat memulai bekerja setelah


diberikan Surat Perintah Kerja (SPK) paling lambat 14 hari setelah
ditandatangani perjanjian kontrak oleh Pemberi tugas yang merupakan
permulaan pekerjaan.
b. Kontraktor yang mendapatkan SPMK harus sudah mulai bekerja paling lambat
7 hari sejak diterimanya SPMK dapat dicabut kembali atau ditentukan lain
sesuai pasal pasal didalam Surat Perjanjian Pkerjaan (SPP).
c. Kontraktor yang akan memulai pekerjaan harus :
- memberitahukan secara tertulis terlebih dahulu kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dengan tembusan kepada konsultan pengawas.
- membuat surat penugasan pelaksana pekerjaan ( lengkap dengan CV )
kepada PPK dan tembusannya ke konsultan pengawas. Dalam hal ini
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau Konsultan pengawas berhak
menolak dan meminta ganti kalau CV dan penampilan personil yang
diajukan kurang dari kondisi yang dibutuhkan.
- membuat surat pernyataan domisili dengan alamat yang jelas kepa
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan tembusannya kepada konsultan
pengawas.
d. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang,
kontraktor harus menunjukan rencana kerja atau action plan tertulis lengkap
dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender,
menjelaskan secara rinci urusan pekerjaan dan tata cara melaksanakan
pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus yang diperlukan, persiapan-
persiapannya, perawatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal
tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pengawas Lapangan, dan
pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut
diatas.
e. Buku Harian
Pelaksana wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan. Segala
kejadianyang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya.
Catatan tersebut meliputi antara lain :
- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari
- Hari - hari kerja, hari - hari tidak bekerja dan lain – lain
- Bahan - bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan
yang di tolak atau diterima
- Kemajuan dari pekerjaan
- Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada lokasi pekerjaan
- Kejadian - kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan.
Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara Pelaksana
dan Pengawas harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi
perbedaan pendapat, maka masing - masing dapat mengajukan
persoalan kepada Pejabat Pembuat Komitmen / Kepala Pelaksana untuk
mendapat penyelesaian.
f. Buku Direksi
Buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi
Direksi yang ditanda tangani oleh Direksi.

1.4. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib memeriksa kekuatan/kualitas


konstruksi yang akan dilaksanakan dan harus berkonsultasi dengan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), atau Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan
yang timbul akibat kelalaian kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan
konstruksi akan menjadi tanggung jawab kontraktor. Pada keadaan apapun,
dimana pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), Pengawas Lapangan tidak berarti membebaskan
kontraktor atas tanggung jawab pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
a. Keamanan Proyek
Kontraktor diwajibkan:
- Menjaga keamanan dan tata tertib di tempat pekerjaan.
- Mengambil tindakan yang perlu demi untuk kepentingan keselamatan
para pekerja.
- Mentaati peraturan - peraturan seternpat dan mengusahakan perijinan
penggunaan jalan, bangsal dan sebagainya.
- Mentaati semua kewajiban yang dibebankan kepadanya berhubung
dengan peraturan- peraturan pelaksanaan pula peraturan yang
diadakan selama penyelenggaraan.
- Kontraktor harus membuat surat kepada instansi terkait, serta
penguasa setempat, perihal kegiatan pelaksaan dilapangan.

b. Konstruksi Pembantu / Sementara


Pernborong bertanggung jawab atas kekuatan dan penggunaan secara tepat
alat pembantu ( konstruksi penolong ). Dalam hal ini Konsultan Penqawas
akan memberikan petunjuk dan Kontraktor bertanggung jawab pada
pelaksanaan dan pemeliharaannya, misalnya profil dari kayu, bouwplank,
bekisting, jalan masuk, jembatan darurat, bedeng dan lain sebagainya. Apabila
Konsultan Pengawas kurang lengkap memberikan petunjuk - petunjuk, maka
Kontraktor wajib mengerjakan cara - cara penyempurnaan tanpa mengurangi
tanggung jawab.

1.5. RAPAT RAPAT DAN LAPORAN

a. Kontraktor harus membuat laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap


satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pengawas
Lapangan.
b. Laporan kemajuan fisik pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada
setiap akhir pekan untuk dievaluasi berupa laporan mingguan dan harian.
c. Pemilik pekerjaan, konsultan pengawas, dan Kontraktor mengadakan rapat
bilamana diperlukan sedikitnya sebulan 1 kali di kantor Badan Pendapatan
Daerah Kabupaten Banyuwangi.
d. Rapat rutin lapangan setiap 2 minggu sekali berdasarkan kesepakatan
bersama, dan setelah rapat Kontraktor menyiapkan notulen untuk
mendapatkan persetujuan pengguna jasa dan konsultan pengawas Semua
pihak melalui wakil – wakilnya yang ditunjuk akan bertemu secara rutin sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.

1.6. PAPAN NAMA KEGIATAN

a. Kontraktor diharuskan membuat Papan Nama Proyek sesuai dengan


peraturan PEMDA setempat dengan ukuran ( 0.8 x 1,2 ) m2, dan dipasang
dilokasi pekerjaan sebelum dilakukan pekerjaan atau bersamaan dengan surat
pemberitahuan mulai kerja dikeluarkan.

1.7. GAMBAR DAN UKURAN

Gambar-gambar yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan adalah:


a. Gambar yang termasuk dalam dokumen Pengadaan.
b. Gambar perubahan yang disetujui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
Pengawas Lapangan.
c. Gambar lain yang disediakan dan disetujui PPK, Pengawas Lapangan.
d. Shop Drwawing
- Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang
disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dari
bahan yang dipakai
- Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan
lain – lainnya.
- Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing
tersebut yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan
tertulis dari konsultan pengawas.
- Pada dasarnya Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila
ada persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau
belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan atau
disesuaikan dengan kondisi lapangan
e. Perbedaan Gambar
- Pada dasarnya bila ada perubahan / konflik antara gambar dan buku
persyaratan pelaksanaan dan uraian pekerjaan, maka yang berlaku
adalah pada persyaratan pelaksanaan dan uraian pekerjaan yang
tertera dalam RAB dan analisa harga satuan.
- Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari direksi /
perencana.
- Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidak sesuaian atau
keragu raguan diantara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada
direksi, dan direksi memberikan keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan perencana.
- Perbedaan - perbedaan tersebut tidak boleh didjadikan alasan bagi
Kontraktor untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
f. Ukuran
Ukuran yang digunakan adalah 1 : 100 pada gambar tanpa terkecuali pada
bagian bagian tertentu yang disebutkan pada gambar perencanaan.

1.8. BAHAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

a. Kontraktor / rekanan harus menyerahkan contoh bahan / material dan data


teknis kepada konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan.
b. Kontraktor diwajibkan memeriksa dengan seksama gambar kerja dan
melihat keadaan dilokasi pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Penyimpanan material harus dilakukan sedemikian rupa terhindar dari hujan
dan matahari.
d. Material yang rusak tidak diperkenankan untuk dipasang dan bilamana
dilakukan pemasangan tanpa seijin tertulis dari konsultan pengawas maka
kontraktor harus membongkar dan mengganti dengan material yang baru.
e. Semua bentuk kerusakan dan kehilangan merupakan sepenuhnyya
tanggung jawab kontraktor.

1.9. PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

Untuk pekerjaan - pekerjaan yang tidak memenuhi syarat - syarat karena tidak
sesuai dengan gambar atau Spesifikasi Teknis, maka atas perintah Konsultan
Pengawas pihak Kontraktor harus membongkarnya dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas dan memperbaiki kembali atas
tanggungan biaya pihak Kontraktor.

1.10 HSE dan SMK3

Sesuai dengan amanat undang – undang, maka setiap ada kegiatan


pembangunan maka penyedia jasa harus menyediakann HSE dan SMK3
dilokasi proyek juga membayarkan iuran JKK dan JKN yang besarannya sudah
ditentukan. Penyedia jasa harus menyediakan tenaga khusus untuk
menjalankan program HSE dan K3 agar di lingkungan proyek senantiasa
berjalan dengan lancer. Tenaga tersebut harus melakukan sosialisasi,
monitoring dan juga pengawasan terhadap program HSE dan K3 yang
diwajibkan, sehingga bisa tercipta keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan proyek tersebut dan meminimalkan resiko kecelakaan.
1. Metode Keselamatan Kerja
Untuk keselamatan kerja penyedia jasa melakukan langkah – langkah
sebagai berikut :
 Kontraktor diwajibkan memberi rambu dan tanda – tanda bahaya
diarea kerja ( lokasi proyek ).
 Kontraktor harus melakukan monitoring dan pengawasan secara
rutin kepada pekerja di lokasi proyek.
 Kontraktor harus memberikan teguran / peringatan kepada pekerja
yang tidak menaati peraturan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja ( K3 ).
 Kontraktor diharuskan melakukan evaluasi rutin setiap minggu untuk
meningkatkan kesadaran dalam menciptakan dan menumbuhkan
keselamatan kerja dilokasi proyek.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1. Umum

1. Bagian ini mencakup sebagai sarana pelengkap untuk kelancaran


pelaksanaan pekerjaan.
- Mengadakan pengaman lokasi dari segala gangguan.
- Mengadaan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu pekerjaan
guna menjamin kelancaran pekerjaan.
- Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-
ukuran lainnya yang berhubungan dengan.
- Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya

2.2. Uitzet dan Pengukuran

1. Pengukuran / uitzet dilakukan bersama sama dengan rekanan, konsultan


pengawas dan juga instansi terkait / owner.
2. Pengukuran yang dimaksud adalah panjang jalan dan lebar jalan secara
keseluruhan.
3. Proses pengukuran ulang dituangkan dalam berita acara tertulis yang
nantinya akan ditandatangani oleh masing masing peserta.
4. Rekanan wajib menyampaikan secara lesan kepada konsultan pengawas
dan juga owner metode yang akan digunakan sebelum melakukan
pekerjaan pada saat pengukuran.
5. Semua kesalahan yang timbul akibat kelalaian rekanan yang sudah
disebutkan dalam uitzet / pengukuran merupakan tanggung jawab penuh
dari rekanan.
6. Bilamana terjadi perbedaan kondisi lapangan dengan perencanaan maka
akan dituangkan dalam berita acara mc.0 yang akan dijadikan acuan oleh
rekanan untuk perjaan lapangan.

2.3. Mobilisasi Alat Berat

1. Mobilisasi alat berat merupakan sepenuhnya tanggung jawab kontraktor


bilamana terjadi biaya biaya yang timbul akibat adanya perbedaan kondisi
dilapangan maka tidak bisa dilakukan perubahan harga.
2. Mobilisasi Peralatan Rekanan harus memobilisasi fasilitas dan peralatan
sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: - Penggunaan alat berat dan
pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti aturan perizinan yang
ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR),
Kepolisian dan instansi.
3. Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp/direksi keet
pelaksanaan pekerjaan di sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor
proyek, gudang dan sebagainya yang telah disebutkan dalam kontrak. -
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam pekerjaan RAB, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan
yang akan menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
4. Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
5. Rekanan melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan /
peralatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan
tidak mencemari tanah dan air.
6. Alat berat yang sudah di mobilisasi di maksimalkan rambu rambu
pengamanan sehingga tidak membahayakan pengguna jalan.

2.4. Sewa Direksi Keet

1. Direksi keet yang dimaksud adalah tempat penyimpanan bahan dan


peralatan yaitu merupakan sewa kepada individu untuk menjaga
kelembaban bahan semen sehingga terhindar dari hujan.
2. Direksikeet yang dimaksud harus aman dari jangkauan air hujan sehingga
material yang disimpan aman didalamnya.
3. Nilai direksi keet tidak bisa dirubah dan bilamana terjadi perbedaan harga
dilapangan itu merupakan sepenuhnya tanggungjawab dari kontraktor.
4. Pemilihan direksi keet yang layak dan aman sangat menunjang menunjang
keberlangsungan pekerjaan.
5. Bilamana terjadi kehilangan bahan dan material yang menghambat
berlangsungnya pekerjaan dan berakibat molornya waktu pekerjaan
sampai batas berakhirnya pekerjaan maka tidak akan dilekukan
penambahan waktu.
BAB III
PENYIAPAN BADAN JALAN

3.1 Umum

1. Bagian ini mencakup pekerjaan awal kontruksi jalan utama, adapun item
pekerjaan yaitu :
 Streping tanah perataan tanah dasar
 Pembentukan Elevasi dasar jalan.

3.2 Syarat Pelaksanaan

 Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan lapisan


tanah dasar atau lapisan jalan lama dengan peralatan sederhana dan
dilakukan secara manual untuk penghamparan lapis Timbunan pilihan.
 Pekerjaan menurut seksi dari spesifikasi ini termasuk pekerjaan
pengembalian kondisi bahu jalan bilamana terdapat kerusakan bahu jalan
yang mengakibatkan penyempitan jalan.
 Pekerjaan ini termasuk galian atau penggaruan serta pekerjaan timbunan
yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, dan pemeliharaan
permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan dihampar di atasnya,
sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini atau sebagaimana yang tertera
dalam gambar pelaksanaan.
 Pengamanan dan Rambu Rambu harus sudah terpasang pada saat
pekerjaan penyiapan bdan jalan sudah dilakukan.
BAB IV
TIMBUNAN PILIHAN

4.1 Umum

Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pemasokan,


pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis
fondasi jalan tanpa penutup aspal, suatu lapis permukaan sementara di
atas permukaan tanah dasar atau lapis fondasi bawah yang telah disiapkan.
Pemasokan bahan akan mencakup penyaringan, pencampuran dan operasi-
operasi lainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi
ketentuan dari spesifikasi.
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan gambar rencana,
dengan toleransi 2cm dalam keadaan padat.
Penyimpangan kerataan permukaan diukur dengan mistar perata
panjang (straight edge) 3 m yang diletakkan sejajar dan melintang sumbu jalan,
dilakukan setelah semua bahan yang lepas dibersihkan.

4.2 Syarat Bahan

1. Bahan bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang telah disetujui.
2. Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat tinggi yang
mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu derajat
pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat
tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan digunakan sebagai bahan timbunan.
Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90)
dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO T88).
3. Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan disetujui oleh
Konsultan sebagai bahan-bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan
dalam pekerjaan permanen.

4.3 Syarat Pelaksanaan


1. Timbunan pilihan harus ditebar / di tepatkan pada beberapa section dan
diatur sedimikian rupa sehingga tidak mengganggu pengguna jalan.
2. Timbunan pilihan diratakan sedemikian hingga rata dengan ketebalan yang
telah ditentukan, dengan cara dibasahi dan digilas agar didapat kepadatan
yang maksimum.
3. Jika diperlukan dapat dilakukan penambahan agregat halus yang diikuti
dengan pembasahan dan penggilasan sedemikian sehingga harus berlanjut
sedemikian hingga seluruh ketebalan dalaman lapis Timbunan pilihan terisi
dan tidak boleh ada material lepas dipermukaan (material yang lepas
dipermukaan harus dibuang).
4. Setiap lapis pemadatan harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan
seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan
batu. Batu yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm tidak boleh
digunakan pada 20 cm lapisan teratas timbunan kecuali atas persetujuan
Direksi Teknis. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai pada tepi terendah dan bergerak ke titik
tertinggi dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di
bawah peralatan berat.
5. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup halus
dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk menjamin
pengaliran bebas dari air permukaan.
6. Semua material yang masuk harus mendapatkan approval dari konsultan
pengawas, bilamana terdapat material yang tidak sesuai dengan yang
dipersyaratkan maka konsultan pengawas berhak menolak dan berhak untuk
memberhentikan dengan catatan persetujuan PPTK dan PPK dan semua
biaya yang timbul merupakan sepenuhnya tanggung jawab rekanan.
7. Pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas timbunan tanah dan pelaksana
harus mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan
kelalaian pelaksana atau akibat dari aliran air. Kekurangan atau kelebihan
tanah harus ditambah atau disingkirkan dari tempat-tempat yang akan
ditentukan oleh konsultan pengawas.
BAB V
BETON

5.1 Umum

7. Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland


atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
8. Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan Beton
Rigid dengan mutu beton K.250.
9. Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan
pemeliharaan fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar beton tetap kering dan juga pengujian material
kubus beton yaitu 1 bh sample per 60m3 beton.

5.2 Syarat Bahan

1. Semen
 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-2004 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan
IV. Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5%, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
 Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Apabila di dalam
satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merk semen yang digunakan.
 Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak di perkenankan pemakaiannya sebagai bahan
campuran.
 Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat
yang lembab agarsemen tidak mengeras. Tempat penyimpanan semen
harus ditinggikan 30 cm dantumpukan paling tinggi 2 cm. Setiap semen
baru yang masuk harus dipisahkan dari semenyang telah ada agar
pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
2. Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang
bisa diminum.
3. Pasir Beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-
bahan organis, lumpurdan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI-1971.
4. Kerikil koral Batu Pecah:
Kerikil Koral yang digunakan harus bersih yaitu pecah 1 -2 / 2 – 3 dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai yang
disyaratkan dalam PBI 1971. Penimbunan kerikil dengan pasir harus
dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk
menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.

5.3 Syarat Pelaksanaan


1. Pengerjaan Beton disesuaikan ukuran dan perletakannya dengan
gambar.Semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti SKSNI T15-
1991.
2. Pekerjaan bisa dilakukan bilamana pekerjaan timbunan pilihan sudah
selesai dikerjakan dan dipadatkan.
3. Sebelum dilakukan pengecoran leveling harus dipastikan bener bener rata
dilakukan tarikan benang per masingmasing bidang modul.
4. Penetuan modul dan stopper adalah per 5m dengan menggunakan stopper
material yang non permanen / bisa dibongkar.
5. Setelah semua selesai diharuskan menggunakan plastic cor untuk lapisan
bawah dan samping untuk melindungi kehilangan air semen.
6. Pekerjaan beton terdiri dari pembuatan campuran adukan beton sesuai
dengan mutu beton yang diinginkan, mengangkut adukan, membuat
cetakan/ begesting/acuan,mengecor merawat beton, membongkar cetakan
setelah waktu yang ditentukan danmemelihara beton sampai dengan
proses pengerasan sehingga beton mencapai spesifikasi yang ditentukan.
7. Sebelum adukan beton dituangkan/dicor, kayu-kayu begisting harus bersih
dari kotoran kotoran,minyak, benda-benda terlebih dahulu secepatnya.
8. Pengadukan beton baru dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton
molen) selamase kurang-kurangnya 5 menit setelah semua agregat
dimasukkan dalam drum pengaduk menggunakan takaran sesuai yang ada
dalam analisa harga satuan bahan.
9. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa
berhenti atau tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan dari Direksi/
Konsultan pengawas.
10. Pembagian deletasi rigid adalah per 5 m dengan menggunakan stopper
sterofoam , karpek maupun besi.
11. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian utama
dari pekerjaan,kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuannya,sehingga setiap pekerjaan pengecoran beton
harus dapat ijin tertulis dan mendapat pengawasan dari Direksi / Konsultan
Pengawas.
12. Peralatan untuk campuran / adukan yang dipakai bilamana untuk kapasitas
kurang dari 1 m3,peralatan yang dipakai adalah molen.
13. Kontraktor harus menyediakan sample sample dan melaksanakan
percobaan percobaan tersebut sebagaimana diperintahkan oleh konsultan
pengawas sebelum ijin penggunaan admixture di ijinkan dipakai pada
pelaksanaan.
14. seluruh pengambilan sample dan pelaksanaan test menjadi tanggungan
Kontraktor.
a. Cetakan dan Acuan :
- Begisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk nyata dan cukup dapat menampung beban
sementara sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan.
- Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhirk onstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan
uraian pekerjaan. Bahan begisting dapat berupa papan kayu klas II
dengan permukaan halus dan rata atau dengan menggunakan
Multiplektebal 12 mm dan juga besi.
- Cetakan beton dapat dibongkar dan digunakan sebagaima mestinya.
- Bekas cetakan yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan
dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurukan tanah kembali.
- Bongkaran Bekesting Harus rapi tanpa merusak struktur beton.

PEKERJAAN PENYELESAIAN DAN PEMBERSIHAN AKHIR


1. Kontraktor wajib meneliti kembali semua pekerjaan - pekerjaan yang
telah diselesaikan serta mengerjakan pembetulan - pembetulan
kekurangan, perbaikan perbaikan dan lain - lain yang masih harus
disempurnakan.
2. Setelah selesai seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan
daerah kerja antara lain membongkar konstruksi-konstruksi penolong,
perlengkapan- perlengkapan pembantu, bahan-bahan bekas tak terpakai
sampai bersih seluruhnya sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
3. Sisa-sisa bahan bangunan, peralatan dan bangunan yang dibeli dengan
biaya dari Proyek adalah menjadi milik Proyek / Pemberi Tugas.

PERATURAN PENUTUP
Apabila terdapat pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan yang tercantum
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( Spesifikasi Teknis ), tidak sesuai
dengan Gambar atau tidak sesuai dengan Petunjuk petunjuk Konsultan
Pengawas atau Staf Teknik baik secara lisan maupun tertulis didalam buku
lapangan / buku direksi / Kuasa Pemegang Anggaran, maka pekerjaan
tersebut harus dibongkar dan pembuatannya kembali seluruhnya menjadi
tanggungan Kontraktor. Jika dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
( Spesifikasi Teknis ) ini belum tercakup beberapa jenis pekerjaan ataupun
persyaratan lainnya, maka hal tersebut akan diatur dalam Addendum -
addendum Spesifikasi Teknis dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
( Aanwijzing ) serta Perintah Tertulis dari Konsultan Pengawas atas
persetujuan Kuasa Pemegang Anggaran pada waktu pelaksanaan pekerjaan
berlangsung.
- Apabila dalam ( Spesifikasi Teknis ) untuk uaraian bahan-bahan,
pekerjaan tidak disebutkan dan dilaksanakan oleh kontraktor,
maka hal ini dianggap seperti disebutkan.
- Apabila terjadi perbedaan antara gambar ( Spesifikasi Teknis )
dan Kontrak maka yang diambil adalah berdasarkan Kontrak atau
berdasarkan risalah rapat bersama.
- Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan
lebih lanjut oleh pihak direksi / pemberi tugas, bilamana perlu
diadakan perbaikan dalam peraturan ini.
- Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan
lebih lanjut oleh Direksi, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam
Spesifikasi Teknis ini.

Banyuwangi, 2020
KONSULTAN PERENCANA
CV. PUTRA PERSADA CONSULTAN

AHMAD ZAINUL MUBAROK, ST


Direktur

Anda mungkin juga menyukai