Anda di halaman 1dari 21

Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

PERSYARATAN UMUM
BAB 1
INFORMASI KEGIATAN

1. Nama Pekerjaan seperti berikut ini :


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)
2. Jenis Kegiatan
Pembangunan
3. Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini :
Rusunawa – Gp. Peulanggahan Kec. Kuta Raja Kota Banda Aceh

BAB 2
KETENTUAN UMUM PELAKSANA

2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan
dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan
dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan
lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana
lapangan proyek kepada Owner.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan
bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada
dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.
7. Pergantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
8. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian
tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga
ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana
harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di
lokasi pekerjaan.

1 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

10. Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Paten, Lisensi,
serta Hak Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan
atau disediakan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.
11. Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar
yang diajukan oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi
Pekerjaan menetapkan Setuju atau Ditolak.
12. Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan
Kontraktor tidak menjamin secara substansial sama atau lebih tinggi dari
Standar yang disyaratkan, maka Kontraktor harus tetap memenuhi ketentuan
Standar yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak.
13. Spesifikasi ini disusun sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar
dapat menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan
kebutuhan Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam penawarannya.
14. Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
mengutamakan produksi dalam negeri.
15. Standart yang digunakan adalah Standart Nasional (SNI, SII, SKNI) untuk
barang, bahan, dan jasa/ pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM,
BS, dll), yang pada nya secara substantif sama atau lebih tinggi dari Standar
Nasional.
16. Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan
perbaikan harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan
persyaratan kontrak agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kepentingan
umum.
17. Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban
membayar ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum
dalam bentuk apapun yang timbul dari atau sehubungan dengan hal tersebut.

2.2 Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan


1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100%
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana
dan Owner bersama-sama menandatangani Berita Acara Serah Terima
Pertama ( PHO ).
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan
klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama melakukan
Pemeriksaan Lapangan.
3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas maupun
kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan dalam
Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor Pelaksana
memperbaikinya sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini
harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar
Pekerjaan Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing yang telah
disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita Acara Serah
Terima Pertama ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi
perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan Asbuilt Drawing

2 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

yang telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan


penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama.
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-
perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan
mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan
perbaikan yang berarti Serah Terima Kedua ( FHO ) kedua dari pihak
Kontraktor Pelaksana kepada Owner.

2.3 Peraturan Teknis yang digunakan


a. Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971.
b. Peraturan umum Pemeriksaan bahan-bahan bangunan (PUBB NI-3/56).
c. Peraturan muatan Indonesia (PMI NI - 18 / 1970).
d. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987.
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961).
f. Algemene Voorwaarder Voor de uitvoering bij aaneming van open werken
(AV) yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah No. 9 tanggal 28
Mel 1994 dan tambahan lembaran Negara No. 1457.
g. Algemene Voorschriften Voor Drinkwater Instalaties 1946
h. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
antara lain tentang larangan mengerjakan anak-anak dibawah umur.
i. Peraturan Pemerintah setempat tentang Bangunan Gedung.
j. Dan Peraturan lain yang belum tercantum di atas tetapi berakitan dengan
pekerjaan ini.

2.4 Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop
Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar
Bestek.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop
Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan Supervisi atau
Konsultan Perencana.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas
persetujuan Konsultan Perencana.
5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan memperkecil
kuantitas maupun kualitas pekerjaan.

2.5 Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan
dilapangan sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan
Mekanikal, Elektrikal, Site Plan, Landscaping dan pekerjaan –pekerjaan lain
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

3 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang


telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner, dan
Pemilik/Pengguna Bangunan.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

2.6 Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar
Revisi dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing, satu set Spesifikasi
Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.

2.7 Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat


1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua
kesalahan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada
saat sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO).
2. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol
terhadap pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
untuk memperbaiki dengan biaya sendiri.
3. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan
bukan atas dasar perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya.
4. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab
lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa
pemeliharaan bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
untuk memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja.
5. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana
untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa
pelaksanaan.
6. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2.8 Wewenang Owner (Pemberi Tugas)


1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk
memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-tempat lain dimana
Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka
Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan
para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan
tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung
dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk

4 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan


ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan
Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja.

2.9 Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan


1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya
boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner (Pemberi
Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan
memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan
masih dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana dengan
Owner.
3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Owner
dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan Owner dan
Kontraktor Pelaksana.
4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan
biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan
bangunan oleh Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan
Owner.

2.10 Rencana Waktu Pelaksanaan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada Owner sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana
waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kepada Konsultan
Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan
Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian
pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 3 hari kerja dan dibuktikan dengan
catatan cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi
harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

5 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena


factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan
sehingga Kontraktor pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan,
ganguan keamanan dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksanan dalam menyelesaikan pekerjaan
karena permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar
Desain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang
pasti dari Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner lebih dari 3
hari kerja harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang
disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 7, point 8
dan point 9 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
kecuali ditentukan lain Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan
pada point 7, point 8 dan point 9 adalah menurut keputusan Owner.

2.11 Request Material dan Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua
material bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut
dipakai.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan
contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi
atau Konsultan Perencana.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh
material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan
harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request
pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika request
pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

2.12 Metode Pelaksanaan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap
pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.

6 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode


Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.

2.13 Rencana Material Dan Peralatan


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu
kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan
peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

2.14 Rencana Tenaga Kerja


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu
kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan
tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis.

2.15 Pekerjaan Diluar Jam Kerja


1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan
harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan
yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

2.16 Laporan Pelaksanaan


1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat
oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

3. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Supervisi
serta diketahui oleh Owner.
4. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung
kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan
minnguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam
rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan,
dan laporan bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan.

2.17 Surat Menyurat Dan Komunikasi


1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi kecuali ditentukan lain oleh Owner.
2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor
Pelaksana tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada
Konsultan Supervisi.

2.18 Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
bulan, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili
minimal oleh Supervisor lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana
kecuali ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu)
kali setiap satu bulan, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili
minimal oleh Supervisor lapangan.

2.19 Penanggung Jawab Pengawasan


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan
dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam
Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan
dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor :
332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa
Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan
lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek kepada Owner.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi
pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus
berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam kerja.

8 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan


lapangan proyek yang telah disetujui oleh Owner kepada Kontraktor
Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian
tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga
ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik.
8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi
harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
9. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan
kepada Owner atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh
Kontraktor pelaksana.
10. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan supervisi adalah berdasarkan hasil
diskusi dan konsultasi dengan Owner serta Konsultan Manajemen jika ada.

2.20 Perubahan-Perubahan Desain Dan Perbedaan-Perbedaan


1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner
berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity serta wajib dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan
perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa
persetujuan Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus
disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang
dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner secara
lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor
Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak
boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan
Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana
dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume
pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi
tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus
mendiskusikannya dengan Konsultan Perencana dan Owner.
9. Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan
mana yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, dan bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.

9 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja jika terjadi perbedaan antara
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan
yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
- Kontrak Kerja
- Bill of Quantity
- Gambar Bestek dan Gambar Revisi ( jika ada )
- Spesifikasi Teknis

2.21 Struktur Organisasi Proyek


1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Manajemen Konstruksi (jika
ada) atau oleh Owner.
2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan
antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti
oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera
diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakkan pada
posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor Konsultan
Supervisi ) dan Kantor Kontraktor Pelaksana.

PERSYARATAN KHUSUS
BAB 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. Peninjauan Lapangan dan Pematokan

Kontraktor diwajibkan melakukan peninjauan (survey) lapangan serta


membuat patokan batas pekerjaan diatas tanah / lahan didampingi oleh Pemberi
Tugas/ Tim Teknis / Konsultan Pengawas, dimana hasilnya dituangkan dalam Berita
Acara.

3.2. Pembersihan Lapangan

Kontraktor diwajibkan melakukan pembersihan lapangan sesuai dengan hasil


peninjauan lapangan yang telah dilaksanakan.

10 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

BAB 4
PEKERJAAN TANAH

4.1. Pekerjaan Galian Tanah

Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasangan dibawah tanah, yaitu :
pasangan pondasi, sloof, dan pekerjaan lain yang nyata-nyata harus dilakukan
sesuai dengan gambar kerja.

a. Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan. Apabila hal ini
terjadi, maka pengurugan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton
tumbuk atas biaya kontraktor.

b. Jika pada galian ditemukan akar-akar pohon dan atau bagian tanah yang longsor
(tidak padat), maka bagian ini harus segera dikeluarkan seluruhnya dan lubang
yang terjadi diisi dengan pasir urug lapis demi lapis, disiram air sampai jenuh,
sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.

c. Bilamana galian harus melalui atau akan mengganggu saluran/kabel bawah tanah
yang telah ada, maka kontraktor bertanggungjawab untuk melindunginya dengan
membuat saluran sementara atau pekerjaan khusus lainnya.

d. Galian tanah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, sehingga setelah galian disetujui
Tim Teknis / Konsultan Pengawas, segera dimulai tahapan pekerjaan berikutnya.

4.2. Pekerjaan Urugan Tanah

a. Pekerjaan urugan meliputi urug kembali tanah yang digali dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan kontruksi, membuat ketinggian untuk pembentukan tanah
menurut kebutuhan dan pengurugan pasir di bawah struktur.

b. Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan


terdiri dari tanah atau bahan-bahan batuan yang digali dan
disetujui oleh Direksi/Engineer/Pengawas sebagai bahan-
bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanent.
Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan
tanah liat yang sangat plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145
atau sebagai CH pada Unified or Cassagrande Soil Classification System.

c. Pengurugan tanah kembali pekerjaan struktur tidak boleh


dilaksanakan sebelum diperiksa oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

d. Tanah urug yang dipakai harus bebas dari tanaman, akar-akar pohon, puingpuing
bangunan dan segala macam kotoran lainnya. Tanah urug tersebut harus berasal
dari jenis tanah berbutir (tanah ladang, sedikit berpasir, dan tidak terlalu basah).

11 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

e. Pengurugan tanah kembali dan penimbunan untuk


peninggian tanah dilakukan lapis demi lapis setebal 20 cm setiap lapisnya

f. Jika tidak ada persetujuan sebelumnya dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
maka pengurugan dan pemadatan tanah tersebut dilakukan tanpa memakai air.

g. Untuk pekerjaan urugan pasir harus disiram dengan air dan ditumbuk hingga
padat.

h. Pasir laut tidak diperkenankan dipakai untuk pengurugan, namun pasir pasang
jenis kasar (minimum ukuran 3.5 mm) boleh dipakai sebagai pasir urug.

i. Tanah urug yang dipakai untuk pekerjaan ini harus diambil


dari luar tapak.

BAB 4
PEKERJAAN BETON BERTULANG

4.1 Pasir Beton


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
1. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
2. Tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
3. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
4. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

4.2 Batu Pecah (Kerikil Beton)


1. Hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) bukan hasil pekerjaan
manual (manusia).
2. Batu pecah berasal dari batuan kali.
3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.

12 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat alkali.
7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3
cm.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi
merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui
proses pemeriksaan di Laboratorium beton.
10 Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau
beton dengan mutu K-250

4.3 Semen Portland


1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

4.4 Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.

4.5 Zat Additive


1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
3. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.

4.6 Tulangan Beton


1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 10 mm adalah Baja Ulir.
13 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja


polos.
4. Semua baja tulangan ulir mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3200
kg/cm2 atau 320 MPa, dan tulangan polos tegangan tarik/luluh baja minimal
2400 kg/cm2 atau 240 MPa
5. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
6. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
7. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
8. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

4.7 Selimut Beton


1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti berikut
ini :
Komponen Beton yang Tidak Langsung Beton yang Berhubungan
Berhubungan Dengan Tanah Dengan Tanah Atau Cuaca
Struktur
Atau Cuaca
ØD 36 Dan Lebih Kecil : 20 ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40
Lantai
mm mm
Lantai > ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50
ØD 36 Dan Lebih Kecil : 20 ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40
Dinding
mm mm
Dinding > ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50
Seluruh Diameter : 40 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40
Balok
mm
Balok > ØD 16 : 50 mm
Seluruh Diameter : 40 mm ØD 16 Dan Lebih Kecil : 40
Kolom
mm
Kolom > ØD 16 : 50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang
umum sebesar 70 mm.

4.8 Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula)


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-250
3. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.

14 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

4. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
6. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix disain.
7. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

4.9 Perakitan Tulangan


1. Perakitan tulangan balok, kolom, dan pondasi dapat dilakukan di bengkel
kerja oleh Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus
sesuai dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing atau standar yang ada
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI).
3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar
bengkokan, dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel
kerja untuk menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
4. Tulangan balok, kolom, dan pondasi yang telah selesai dirakit jika tidak
langsung dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan
tidak boleh besentuhan langsung dengan tanah.
5. Untuk tulangan plat lantai dan plat atap dirakit langsung diatas bekisting yang
telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
6. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
7. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
8. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.

4.10 Support Dan Beton Tahu


1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak dalam arah vertikal
antara jaring atas dan jaring bawah pada pembesian plat lantai dan plat dack
hingga sesuai dengan Gambar Bestek maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai
harus diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter 13
mm atau minimal sebesar diameter tulangan plat lantai /plat dack.
2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas diameter luas plat lantai atau plat
dack adalah 4 buah.
3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop
Drawing yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

15 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat


mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh
beban pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.
5. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan
yang disyaratkan maka harus diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu
antara tulangan dengan bekisting.
6. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut
beton pada masing-masing komponen struktur.
7. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
8. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5
cm dan dipasang minimal 4 buah setiap jarak 1 m2 plat lantai atau plat dack.
9. Untuk komponen struktur yang berhubungan langsung dengan tanah seperti
tapak pondasi ukuran beton tahu harus dibuat ukuran 7 x 4 x 4 cm dan jumlah
beton tahu minimal 4 buah setiap 1 m2 plat pondasi.
4.11 Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-
balok kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk
konstruksi bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi
lain yang dianggap perlu oleh Konsultan supervisi.
4. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
5. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu
atau cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting
waktu akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
6. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
7. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
8. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran
elevasi ,kelurusannya terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alat Waterpass, serta alat bantu lainnya yang dapat disetujui oleh
Direksi.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
10. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat
dipertanggung jawabkan.
11. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
12. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan
bekisting atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

16 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

4.12 Pengecoran Beton (Casting Concrete)


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus
memastikan Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-250 hanya boleh dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan
Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan
berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak
berhubungan langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual
kecuali untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan batu pecah, pasir beton,
semen, air, dan zat additive jika ada. Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh
Konsultan supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang
sebelumnya telah disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong
oleh pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh
dibiarkan lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak
tampungan beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga
tidak membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Untuk pengecoran pada daerah tinggi (lantai 2) dapat dipakai media angkut
Lift .
12. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator sampai mencapai kepadatan optimum.
13. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
14. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
15. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
16. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton
sesuai dengan yang direncanakan.

17 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

17. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang
sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
18. Untuk pengecoran dengan Beton Ready Mix (beton curah) alat-alat untuk
pengecoran seperti Mixer Dump Truck, Concrete Pump, Air Pump, dan
Concrete Vibrator harus tersedia dilapangan.
19. Hasil pekerjaan pengecoran dengan Ready Mix sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

4.13 Perawatan Beton (Curing)


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan
terhadap beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton
berumur satu minggu. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4.14 Quality Control


a. Slump Test
1. Slaump Tes yang diharapkan mencapai 12 ± 2 cm dan W/c = 0.58
untuk mutu beton K-250.
2. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap
beton dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 5 m3
pekerjaan beton pada setiap mutu beton.
3. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test
dimana nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump
rencana yang ada pada Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk
kubus dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 25 x 25 cm dan
ukuran silinder tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu
beton yang berbeda.
3. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air
sampai berumur 28 hari.
4. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji,
dan tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan
luntur.
c. Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat
tekan beton yang telah selesai mereka kerjakan.
Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan
minimal 20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh
Kontraktor Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi.
Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa didampingi oleh Konsultan
Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.

18 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

4. Hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus menghasilkan kuat tekan


beton karakteristik yang sesuai dengan yang direncanakan dalam Job
Mix Disain.
5. Hasil pemeriksaan Kuat Tekan untuk mutu beton yang sudah
dilaksanakan dilapangan harus sudah diserahkan kepada Konsultan
Supervisi minimal sebelum pekerjaan pengecoran beton melampaui
50%.
6. Kuat tekan beton yang kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana
dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan dilapangan
harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Supervisi
dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
7. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan
pengecoran beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton
menghasilkan kuat tekan yang berbeda dengan kuat tekan beton
rencana.
8. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika
dalam pemeriksaan oleh Konsultan Supervisi bersama dengan
Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan oleh
kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena
kesalahan pada tahap pelaksanaan.
9. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada
laboratorium beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10. Laporan hasil pemeriksaan kuat tekan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

4.15 Instalasi Dalam Konstruksi Beton


1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik sebaiknya tidak
ditanam atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi
beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
5. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta
pada posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik
tidak diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

4.16 Sambungan Antar Beton


1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru
sebaiknya dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom
tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus
dibersihkan dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

19 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 35 –
65 D dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi
tumpuan kedua (lantai 2). Serta dapat disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3
hari harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
No Mata Pembayaran dan Uraian Satuan
4.1 Pekerjaan beton bertulang M3

BAB 9
PENUTUP

9.1 Semua sisa-sisa bahan bangunan/alat-alat bantu harus dikeluarkan dari


komplek/lokasi pekerjaan segera setelah pekerjaan selesai atas biaya
Kontraktor. Untuk itu Kontraktor harus memperhitungkannya dalam penawaran
khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan.
9.2 Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini dan memerlukan
penyelesaian dilapangan akan diatur/dibicarakan kemudian oleh Konsultan
Pengawas, Kontraktor dan Konsultan Perencana diketahui oleh Direksi.
9.3 Semua harga satuan penawaran kontraktor sudah termasuk biaya quality control
terhadap pekerjaan yang memerlukan uji laboratorium khusus seperti yang
disyaratkan oleh spesifikasi ini.
9.4 Semua item pekerjaan yang ditolak oleh direksi pekerjaan karena tidak memenuhi
standart mutu yang disyaratkan spesifikasi ini sepenuhnya menjadi
tanggungjawab kontraktor pelaksana.
9.5 Semua item pekerjaan yang dikerjakan tanpa persetujuan direksi pekerjaan
sepenuhnya menjadi tanggungjawab kontraktor pelaksana.

Banda Aceh, …………………..2021


Konsultan Perencana
CV. CEUDAH CONSULTANT

M.ZANIR,ST
20 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
Pembangunan Talud Rusunawa Gampong Keudah dan Peulanggahan (DOKA)

Direktur

21 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

Anda mungkin juga menyukai