BAB I
DATA PROYEK
Pasal 1 : Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini:
Pembangunan Pagar Keliling Kampus Bukit Indah.
Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini : Kampus
Bukit Indah – Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh
Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam :
Kontrak Kerja Dan Bill of Quantity
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan
dalam Kontrak Kerja Fisik.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Owner.
8. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui
oleh Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam
jangka waktu lebih dari 3 hari.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana
harus mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di
lokasi pekerjaan.
3. Besarnya nilai pekerjaan yang di Sub Kontrakkan adalah sesuai yang diatur
dalam Kontrak Kerja atau maksimal 20% dari nilai total kontrak.
2. Gambar Kerja, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku
Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada
tempat yang baik.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Tim Teknik PPK dan PPK.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang
baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
11. Kontraktor Pelaksana tidak boleh melanjutkan pekerjaan sebelum Request For
Checking yang diajukan disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat
oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
b. Laporan Mingguan
Progress Report Realisasi Pekerjaan Mingguan;
Back Up Data Volume Progress Report Mingguan;
Fhoto Hasil Pelaksanaan; dan
Time Schedule Realisasi Mingguan.
c. Laporan Bulanan
Progress Report Realisasi Pekerjaan Bulanan;
Back Up Data Volume Progress Report Bulanan;
Fhoto Hasil Pelaksanaan;
Hasil Monitoring Cuaca Bulanan;
Time Schedule Realisasi Bulanan;
Laporan Hasil-Hasil Pekerjaan Quality Kontrol; dan
Hal-Hal lain yang diminta oleh Konsultan Supervisi.
2. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi, tetapi
Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut
kepada Konsultan Supervisi.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka
Kontraktor Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para
wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-
tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
4. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar
Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana
memperbaikinya dengan biaya sendiri.
2. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti
oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan
sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka
tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah
humus atau muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali ditentukan lain
dalam Gambar Bestek.
3. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh
dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai
material bangunan.
5. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh
berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
3. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi
sehari-hari para pekerja.
5. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau
tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu
dan baja profil dan baja tulangan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang
pasti akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan
batas-batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus
direalisasikan dilapangan dengan memasang patok-patok sementara dari kayu
ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya
ditandai dengan cat minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan
yang ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan
existing yang berubah dan alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan
Perencana atau Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam
tanah minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter.
Untuk keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran
2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-tiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan
yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum
struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai
dikerjakan.
Pasal 9 : Mobilisasi
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung
pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana
disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus
memenuhi ketentuan berikut :
1. Penyewaan dan pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp
Kontraktor Pelaksana.
4. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah
selesai dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai
Kerja.
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat
tentang identitas proyek.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas
terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan
proyek. Latar papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau
multiplek dengan tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
BAB IV
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
(SMKK)
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat pelindung diri seperti berikut
ini :
1. Topi Pelindung (Safety Helmet);
2. Pelindung Mata (Goggles, Spectacles);
3. Tameng Muka (Face Shield);
4. Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker)
5. Sarung Tangan (Safety Gloves)
6. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes)
7. Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness)
8. Rompi Keselamatan (Safety Vest)
9. Celemek (Apron/Coveralls)
10. Pelindung Jatuh (Fall Arrester)
4. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
5. Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan : wastafel dengan air mengalir,
kertas tisue/lap, usungan/tandu, bidai/spalk, kotak P3K dan isi, tempat
tidur dengan bantal dan selimut, tempat untuk menyimpan alat-alat,
seperti: tandu dan/atau kursi roda, sabun dan sikat, pakaian bersih untuk
penolong, tempat sampah, kursi tunggu bila diperlukan, Peralatan
Pengasapan (Obat dan mesin Fogging), Biaya protokol kesehatan wabah
menular (misal: tempat cuci tangan, swab, vitamin di masa pandemi
Covid-19), Pemeriksaan Psikotropika dan HIV , Perlengkapan kesehatan
memadai untuk Isolasi mandiri (tempat tidur pasien, oximeter, tabung
oksigen) dan Ambulans (sewa)
6. Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas yang Diperlukan atau Manajemen Lalu
Lintas, Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan atau manajemen
lalu lintas termasuk barang habis pakai, antara lain namun tidak terbatas pada:
1. Rambu petunjuk
2. Rambu larangan
3. Rambu peringatan
4. Rambu kewajiban (rambu mandatory K3, antara lain: rambu pemakaian
APD, masker)
5. Rambu informasi (informasi terkait K3, antara lain: lokasi kotak P3K,
rambu lokasi APAR, area berbahaya, bahan berbahaya)
6. Rambu pekerjaan sementara
7. Jalur Evakuasi (petunjuk escape route)
8. Tongkat pengatur lalu lintas (warning lights stick);
9. Kerucut lalu lintas (traffic cone)
10. Lampu putar (rotary lamp)
11. Pembatas Jalan (water tank barrier)
12. Beton pembatas jalan (concrete barrier)
13. Lampu/alat penerangan sementara
14. Lampu darurat (emergency lamp)
15. Rambu/alat pemberi isyarat lalu lintas sementara
16. Marka jalan sementara
17. Alat pengendali pemakaian jalan sementara antara lain: alat pembatas
kecepatan, alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan
18. Pengaman pemakai jalan sementara, antara lain: penghalang lalu lintas,
cermin tikungan, patok pengarah/delineator, pulau-pulau lalu lintas
sementara, pita penggaduh/rumble strip “Bentuk-bentuk zona pekerjaan
jalan beserta perlengkapan jalan sementara” dan kebutuhan minimum
“Jumlah dan jenis perlengkapan jalan dan jembatan sementara yang
disediakan”.
BAB V
PEKERJAAN QUALITY KONTROL
4 Semua material atau barang jadi yang diproduksi oleh pabrik, Kontraktor
Pelaksana harus memberikan/menyerahkan Garansi Resmi Pabrik dimana
jangka waktu/masa garansi ditentukan oleh pabrik.
1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti
yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan dibebankan
kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of
Quantity.
BAB VI
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan
menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek.
2. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian pondasi.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
6. Pengalian pondasi dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh
para pekerja.
8. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
9. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
10. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam
lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
11. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
12. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
13. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian
pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi dan hal
ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi. Semua biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari muka
tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau
alat lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk alas pondasi dan alas pekerjaan lantai
kerja beton (Line Concrete) Pondasi Tapak.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai
kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum
dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
BAB VII
PEKERJAAN PONDASI
2. Pondasi Tapak dibuat dari mutu beton K-175 ( pagar ) atau sesuai dengan Bill
of Quantity.
3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka tanah atau
sesuai Gambar Bestek.
9. Elevasi lantai Urugan Pasir Bawah Pondasi harus sama untuk semua luas
penempatan tapak pondasi.
10. Tidak boleh ada perbedaan elevasi Urugan Pasir Bawah Pondasi untuk
dudukan tapak pondasi yang melebihi 1 cm.
11. Hasil pekerjaan pengecoran tapak pondasi harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
BAB VIII
PEKERJAAN BETON
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2019 berlaku
juga pada Spesifikasi Teknis ini.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
Pasal 4 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
2. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan
Supervisi sebelum digunakan.
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir atau sesuai dengan
Gambar Kerja dan Bill of Quantity.
4. Mutu Baja Tulangan Polos adalah tegangan tarik minimal 2400 kg/cm2 atau
240 MPa.
5. Mutu Baja Tulangan Ulir adalah tegangan tarik minimal 4000 kg/cm2 atau 400
Mpa.
7. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
1. Kecuali ditentukan lain dalam Bill of Quantiti dan Gambar Kerja maka aturan
ketebalan selimut beton adalah seperti berikut ini :
Balok > ØD 16 : 50 mm
Kolom > ØD 16 : 50 mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang
umum sebesar 70 mm.
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang
diakui oleh Pemerintah.
5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material
tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan sampai volume
pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor
Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi
komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu
atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
8. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam
perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh
besentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting yang
telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh
sengkang dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan
alat ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
dalam bekisting.
3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada
posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag
antara batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
harus diambil berdasarkan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung SNI 2847-2019.
6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat
yang ditentukan dalam Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2019.
8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi
selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
a. Support
3. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton sesuai
dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai dan plat dack harus
diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih
besar dari diameter tulangan plat lantai atau 13 mm.
4. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan plat
pondasi adalah minimal 5 buah.
b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan
yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus
diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang
tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut
beton pada masing-masing komponen struktur.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5
cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat
pondasi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau
cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu
akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari
terhitung sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Supervisi karena alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat
proses pengerasan beton atau alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggung
jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal
ini terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan
acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting
atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-250 sampai K-250 hanya boleh dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan
Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan
berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali
untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-100 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh
pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan
lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan
beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak
membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator
sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu
pada saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr
sehingga air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton
sesuai dengan yang direncanakan.
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang
sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak
boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari karena alasan
adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
a. Slump Test
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus
dan slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder
tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton
yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 5 m3 beton dalam satu kali
pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara
satu campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton
hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x
20 cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton
ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari
95% dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai
dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan
Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan
oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung
pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan
salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka
harus diambil minimal 10 titk untuk masing-masing komponen struktur dan
masing-masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm
dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan
kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari
harus dilakukan dengan perkuatan kimia ( BONDING AGENT / SIKA BOND )
dan hal ini harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
8. Pekerjaan Angkur pada konstruksi beton lama dan baru harus dengan
persetujuan konsultan supervisi.
BAB IX
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan
Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm, dan
tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Granit, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan
tidak satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
4. Hasil pekerjaan acian harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
BAB X
PEKERJAAN LAIN - LAIN
1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.
BAB XI
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Owner dalam masa pelaksanaan
konstruksi dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar Bestek,
Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap item
pekerjaan tersebut adalah berdasarkan petunjuk Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi dan Owner.
Pasal 3 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah menurut
penjelasan Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
Penyedia,