Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN


BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA LINGKUNGAN WILAYAH XIX PEKANBARU
Jl. Majalengka No.101 RT.03 RW 015 Kel. Sidomulyo Timur Kec. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru
Email :bpkh19@gmail.com

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

PAKET PEKERJAAN : Pemeliharaan Bangunan Lainnya


URAIAN PAKET : Pemeliharaan Bangunan Lainnya berupa Pengantian Atap
SUMBER DANA : DIPA TAHUN ANGGARAN 2023
SATKER : BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DAN TATA
LINGKUNGAN WILAYAH XIX PEKANBARU

PEKANBARU, FEBRUARI 2023


DAFTAR ISI

PASAL 1 : SYARAT-SYARAT UMUM


PASAL 2 : PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 3 : PEKERJAAN ATAP
PASAL 1
SYARAT-SYARAT UMUM

1.0 UMUM
1.1 Persyaratan Teknis ini merupakan Pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan (yang disebut
kegiatan) termasuk seluruh konstruksi dan pekerjaan-pekerjaan
lainnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dipisahkan
1.2 Untuk dapat memahami dengan sebaik-baiknya
seluruh seluk beluk pekerjaan ini, kontraktor
diwajibkaaan mempelajari secara seksama seluruh
gambar pelaksanaan beserta uraian Pekerjaan dan
Persyaratan Pelaksanaan seperti yang akan diuraikan di dalam
buku ini.
1.3 Bila terdapat ketidak jelasan dan/atau perbedaan-
perbedaan dalam gambar dan uraian ini, Kontraktor diwajibkan
melaporkan hal tersebut kepada Perencana/Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian.
1.4 Standar standar utama yang dipakai adalah standar yang
dibuat Dan berlaku resmi di negara ini yaitu Standar Nasional
Indonesia (SNI), apabila tidak terdapat standar yang berlaku
terhadap pekerjaan tersebut maka harus digunakan
standar internasional yang berlaku atas pekerjaan
tersebut atau standar dari produsen bahan yang menyangkut
pekerjaan tersebut.

2.0 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong
meliputi bagian- bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar
Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini, yaitu
meliputi pekerjaan :
 Pekerjaan Pendahuluan
 Pekerjaan Atap

3.0 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai
berikut :
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar
alat- alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari
tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
3.2. Pembuatan ruang direksi / Pemborong, gudang dan lain-lain di
lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan ini.
3.3. Dalam waktu 7 hari setelah penandatanganan kontrak,
Kontraktor harus melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre
Construction Meeting) yang dihadiri Pemilik,
Pemberi Tugas/Konsultan Perencana/Konsultan
Pengawas, Wakilnya (bila ada) dan Kontraktor untuk
membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non
teknis.

4.0 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN


4.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib
menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut
‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat
kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong,
berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur
atau sederajat dengan pengalaman minimum 2 (Dua) tahun.
4.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor /
Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun
keseluruhan terhadap kewajibannya.
4.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara
tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat
persetujuan.
4.4 Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua
Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’
dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada
Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk
mengganti ‘Pelaksana’.

5.0 RENCANA KERJA


5.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di
lapangan,Kontraktor/ Pemborong wajib membuat Rencana
Kerja Pelaksanaan dari bagian- bagian pekerjaan berupa
bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
5.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling
lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat
Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor /
Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas
/ Pemimpin / Ketua Proyek.
5.3 Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan
Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada Konsultan Pengawas
untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu)
salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal
Kontraktor / Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan
grafik kemajuan / prestasi kerja.

5.4 Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan


penbangunan pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja
tersebut.
5.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan
Kontraktor / Pemborong berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
6.0 LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
6.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian
mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun
administratif.
6.2 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor
/Pemborong harus memberikan data-data yang diperlukan
menurut data dan keadaan sebenarnya
6.3 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin
dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.
6.4 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya,
harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan
monitoring

7.0 SHOP DRAWING.


7.1 Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di
lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor / Pemborong
berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan.
7.2 Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing
untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam
Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
7.3 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan
digambarkan semua data yang diperlukan termasuk
pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara
pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai
dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak
maupun di dalam Buku ini.
7.4 Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing
tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi.
7.5 Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor /
Pemborong dan diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain
dengan format standar dari proyek.

8.0 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG


8.1 Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh
atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam RKS dan Gambar Kerja.
8.2 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi
Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi
nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di
atas.
8.3 Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan
lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong
sendiri.
8.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor / Pemborong
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini
tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas
segala kerusakan yang timbul.
8.5 Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas
keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
8.6 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor /
Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
8.7 Selama pembangunan belangsung, Kontraktor /
Pemborong harus menjaga keamanan bahan /
material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas
dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun
bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah
disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.
8.8 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong
bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa. Apabila
pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus
segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan
bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi
pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor/ Pemborong.
8.9 Kontraktor atau pemborong berkewajiban untuk berkoodinasi
dengan direksi pekerjaan sebelum mengerjakan setiap item
pekerjaan.

AKHIR SYARAT-SYARAT UMUM


PASAL 2
PEKERJAAN PENDAHULUAN

PEKERJAANPENDAHULUAN

1. PEMBERSIHAN HALAMAN
LINGKUP PEKERJAAN
Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan
ini. Pekerjaan Ini meliputi:
1. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya
pekerjaan seperti adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing
bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan
dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus
dilindungi agar tetap utuh
2. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
untuk menghindar bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-
bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan
kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek
3. Semua pembongkaran atap, dan lain-lain yang diisyaratkan untuk
dibongkar untuk pelaksanaan pekerjaan yang baru baik yang berupa
struktural ataupun yang non struktural.
4. Mengumpulkan dan mengangkut bekas bongkaran itu
dengan kendaraan truk ukuran sedang keluar komplek proyek
kecuali ditentukan lain kemudian oleh Direksi Proyek.

SYARAT PEMBONGKARAN
a) Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Kontraktor harus
meminta ijin dulu kepada Pihak Konsultan Pengawas dan dalam hal
pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan
dan diamankan sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar
site.
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan
memperhatikan urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar
lingkup pekerjaan yang ada di RAB, karena diakibatkan oleh
kelalaian/kecerobohan Kontraktor maka kerusakan tersebut
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b) Semua pembongkaran harus menggunakan cara dan alat-alat
khusus yang tidak akan merusak bagian-bagian yang tidak
diisyaratkan di bongkar
c) Tidak diperkenankan menggunakan bahan peledak atau alat yang
dapat membahayakan orang lain, kecuali atas rekomendasi
d) Semua puing dan sisa bongkaran harus dibuang secepatnya di luar
kawasan proyek atau atas persetujuan Konsultan Pengawas sisa
bongkaran tersebut harus dikumpulkan di suatu tempat diareal proyek

e) Untuk bongkaran genteng, paku harus dikumpulkan


sebagai berikut:

Paku. Semua paku yang menempel pada kayu harus


dicabut dan dikumpulkan

Kontraktor wajib memperbaiki atau mengganti dengan


yang baru apabila ada bagian-bagian bangunan yang rusak
akibat pembongkaran tersebut dengan semua biaya ditanggung
Kontraktor.

Semua sisa puing/sisa bongkaran tidak


diperkenankan di daur ulang untuk pekerjaan yang baru
kecuali atas persetujuan Konsultan Pengawas.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Pekerjaan dilakukan memerlukan waktu 10 (Sepuluh) Hari kalender.
Sehingga setelah pekerjaan ini Kontraktor dapat mengatur kebutuhan
Lokasi kerja di lapangan.
JENIS PERALATAN UTAMA
Jenis Peralatan Utama yang dipergunakan untuk pekerjaan Pembongkaran
pada lokasi ini terdiri dari :

 linggis
 palu
 scafolding
KRITERIA KINERJA PRODUK (Output performance)
Dari pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan di dapat lokasi yang bersih, rapi
sehingga memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan penyusunan/
penyuplaian bahan bangunan/ logistik

TATA CARA PENGUKURAN


Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pembongkaran sisa
bangunan lama dilakukan, yaitu dengan melakukan pengukuran manual
dengan Meteran. Pengukuran dilakukan sesuai dengan luasan yang ada di
Dokumen yang ada.
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO
TERHADAP K3
No. Jenis/ Type Identifikasi Bahaya Resik
1. Pekerjaan
Pekerjaan Terjepit, Tergores, Berisiko o terjadi
Pembongkaran Terbentur dan bahkan
luka patah
Atap Tangan
Terkilir, terjatuh tulang,
sehingga sangat
dari
ketinggian >8 M perlu
memakai alat
santard
keselamatan.
Contoh :dan
Helmet
sarung
tangan.
AKHIR PEKERJAAN PENDAHULUAN
PASAL 3
PEKERJAAN ATAP

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

LINGKUP PEKERJAAN
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya
untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar rencana
dengan hasil baik dan sempurna sampai diterima oleh Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan pengadaan, pemasangan,
penyetelan penutup atap bangunan lapangan tenis tertutup, dengan bentuk
atap melengkung seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan termasuk antara
lain dengan aksesorisnya, nok, reng, selembayung dan insulasi bangunan
atau sesuai dengan petunjuk dari Perencana dan Pengawas.

PERSYARATAN BAHAN
1. Bahan Penutup Atap
Diskripsi ;
Lembaran atap yang terbuat dari seng, diberi warna dengan model
pabrikan gelombang.

Dimensi / ukuran : Panjang 3m,4m,5m


: lebar 800 mm ( - 20 s/d +20 )
: Tebal 0 , 30 mm
2. Sekrup
Sekrup yang dipakai adalah sekrup yang memenuhi persyaratan.

3. Bahan-bahan yang didatangkan ke lapangan, adalah baru (bukan


bekas/rekondisi) dalam keadaan baik dan tidak cacat, diseleksi terlebih dahulu
dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
4. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan, kehilangan
bahan-bahan dalam pengiriman, penyimpanan dan selama pelaksanaan.

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor diwajibkan memeriksa gambar-
gambar pelaksanaan termasuk lapisan-lapisan insulasi seperti yang dinyatakan
dalam gambar, serta melakukan pengukuran-pengukuran setempat.
2. Berdasarkan gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan menyediakan
shop drawing yang memperlihatkan sambungan antara bahan yang satu
dengan yang lain, pengakihiran-pengakhiran dan lain-lainnya.
3. Sebelum dimulai pemasangan penutup atap, maka permukaan semua gording
atau rangka diperiksa terlebih dahulu apakah sudah berada satu bidang yang rata
(tidak bergelombang), Jarak reng 32 cm,
4. Pastikan jarak antar reng adalah 27 cm untuk reng pertama dengan reng
kedua ( paling bawah setelah listplang ) kemudian jarak reng selanjutnya 32 cm.
5. Pemasangan lembaran dimulai dari sisi paling bawah dari bidang atap,
dengan jarak overhang maksimal adalah 5 cm dari lkistplang.
6. Penyekrupan menggunakan skrup dari pabrik onduvilladengan warna yang
sesuai dengan lembar atapnya, penyekrupan dilakukan pada setiap gelombang
diantara dua gelombang interlock pada lembaran atap.
7. Urutan penyekrupan dimulai dari gelombang sisi bawah pertama dan
kelima, dilanjutkan dengan gelombang keduadengan keempat, gelombang
keenam digunakan untuk overlap dengan lembar atap selanjutnya. Gelombang
sisi atas digunakan untuk overlap dengan lembaran atap diatasnya.
8. Pemasangan lembaran atap dengan pola pasangan susun bata, baris
pertama pemasangan menggunakan lembaran atap utuh, baris kedua dari
bawah dimulai dengan menggunakan lembaran atap yang dipotong menjadi dua,
baris ketiga, kelima dan seterusnyaseperti pada pemasanganbaris poertama,
baris keempat, baris keenam, dan seterusnya seperti pada baris kedua.
9. Pemasangan penutup listplang samping dengan menggunakan asesoris dari
onduvilla.
10. Pemasangan Nok, nok menggunakan standart onduvilla
11. Penyekrupan pada nok pada setiap gelombang yang bersentuhan dengan
gelombang lainnya.
12. Gambar shof drawing dilakukan sebelum pekerjaan dimulai.
13. Pemasangan Talang Jurai atau Talang Tepi Atap Plat Baja Lapis Seng (BJLS)
disambung dengan teknis lipatan dan disolder timah sepanjang sambungan.
Sebelum dipasang pada jurai atau tepi atap pelat ini dibentuk dan dicat dengan
plincote hingga merata.
14. Seluruh pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari
pekerjaan termasuk jarak gording kelengkungan atap dan overlap antara atap
sesuai dengan petunjuk/ persetujuan Pengawas/ MK.
15. Kontraktor bertanggung jawab terhadap hasil akhir dan wajib memperbaiki atau
mengganti yang rusak baik yang terlihat maupun yang tersembunyi hingga
menjadi baik dengan seluruh biaya ditanggung Kontraktor.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Pekerjaan Pemasangan atap dilakukan pada :
10 (Sepuluh) Hari Kalender
JENIS PERALATAN UTAMA
Jenis Peralatan Utama yang dipergunakan untuk pekerjaan atap pada
lokasi ini terdiri dari :
1. Mesin potong Grinda
2. Mesin Bor/ pasang sekrum atap
3. scafolding

KRITERIA KINERJA PRODUK (Output performance)


Dari pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan dihasilkan atap yang rapi/ siku
sehingga peletakan sesuai dengan Posisi yang rencanakan. Pekerjaan
dinding ini diharapkan mempunyai nilai keamanan dan esteika yang baik.

TATA CARA PENGUKURAN


Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan atap, yaitu
dengan melakukan pengukuran manual dengan Meteran. Pengukuran
dialkukan mulai dari elevasi dari lantai dag, dimensi dan jenis bahan yang
harus sesuai dengan Dokumen yang ada.

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENETAPAN RESIKO TERHADAP K3

No. Jenis/ Type Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko


1. Pekerjaan Atap Terjepit, Tertimpa, Berisiko terjadi luka
Terjatuh dari bahkan patah tulang,
Ketinggian
sehingga sangat perlu
memakai alat santard
keselamatan.
Contoh
: Helmet dan sarung
tangan serta belt
pengaman

Anda mungkin juga menyukai