Anda di halaman 1dari 61

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN


PENATAAN RUANG

JALAN LINTAS BAGANSIAPIAPI BATU 4 BAGAN PUNAK - BAGANSIAPIAPI

RENCANA KERJA & SYARAT ( RKS )

PROGRAM
PENATAAN BANGUNAN DAN GEDUNG

KEGIATAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN RUMAH DINAS KEJAKSAAN
NEGERI ROKAN HILIR

TAHUN ANGGARAN 2023


Pasal 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian
pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Teknis ini.

1.1. INFORMASI PEKERJAAN


Uraian singkat mengenai pekerjaan :
Program : Penataan Bangunan Gedung
Kegiatan : Pembangunan Rumah Dinas Kejaksaan Negeri Rokan Hilir
Lokasi : Bangko
Luas Tanah : 1.326.00 M2
Thn. Anggaran : 2023

1.2. URAIAN PEKERJAAN UMUM.


Pembangunan Rumah Dinas Kejaksaan Negeri Rokan Hilir. Termasuk dalam pekerjaan
ini adalah :
A. Sistem Manajemen Keselamatan Kontruksi
• Penerapan SMKK
• Pasang Papan Nama Proyek
B. Mobilisasi & Demobilisasi
• Biaya Pembongkaran Bangunan Lama
• Pasang Papan Nama Proyek
C. Pembangunan Rumah Dinas Kejaksaan Negeri (6 Unit)
• Pekerjaan Persiapan
• Pekerjaan Penggalian Tanah
• Pekerjaan Pondasi
• Pekerjaan Beton
• Pekerjaan Besi dan Aluminium
• Pekerjaan Pasangan Dinding
• Pekerjaan Penutup Lantai & Penutup Dinding
• Pekerjaan Langit Langit (Plafon)
• Pekerjaan Penutup Atap
• Pekerjaan Kayu
• Pekerjaan Pengecatan
• Pekerjaan Sanitasi & Perpipaan Dalam Gedung
• Pekerjaan Sistem Distribusi Jaringan Listrik
• Pekerjaan Lainnya
D. Pekerjaan Jalan dan Drainase Dalam Lingkungan Rumah Dinas
• Pekerjaan Persiapan
• Pekerjaan Tanah
• Pekerjaan Beton
• Pekerjaan Drainase

Pasal 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja
pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.

Pasal 3
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.

Pasal 4
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
4.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa
Kontraktor atau biasa disebut Site Manajer yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor /
Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau
sederajat dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun.
4.2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
4.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin /
Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk
mendapat persetujuan.
4.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas bahwa Pelaksana dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong
secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

4.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor /
Pemborong harus sudah menunjuk Pelaksana yang baru atau Kontraktor /
Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan
memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 5
RENCANA KERJA
5.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib
membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar
chart dan S-curve bahan dan tenaga.
5.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong.
5.3. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh
Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.
5.4. Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua)
kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor
/ Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.
5.5. Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan
pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut.
5.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 6
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA
6.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara
kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut
dan dikumpulkan di suati tempat yang telah ditentukan.
6.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan
cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam
proyek.
6.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.
6.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan
pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi
Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong
harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
6.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

Pasal 7
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan,
peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta
mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-
alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga
seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya
pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
7.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis
dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
7.2. PERALATAN BEKERJA
Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
7.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
7.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA
7.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan
membuat sumur pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
7.4.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan
persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.
7.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja
yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.
7.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh
dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara PLN tidak
memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 8
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
8.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
Untuk menghindari klaim dari User / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor /
Pemborong harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur
dengan memperhitungkan “ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada
gambar kerja dan penjelasan RKS.
Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan
yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
8.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.
Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya
a. Keppres no. 24 tahun 1995 lengkap dengan lampiran-lampirannya.
b. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwarden voor de Uitvoering bij Aaneming vanoenbare Werken (AV) 1941.
c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbritasi Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia.
d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
e. Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI - 2 PBI 1971.
f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI - 5 PKKI.
g. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia PPBI 1984.
h. Peraturan Muatan Indonesia PMI.
i. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI - 3 PUBI 1970.
Peraturan Umum Listrik Indonesia PUIL 1979 dan Peraturan PLN setempat.
j. SK. SNI 03 – 2847 – 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Pada
Bangunan Gedung.
k. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Indonesia PUIPP.
l. Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979.
m. Persyaratan Cat Indonesia NI - 4.
n. Peraturan Kapur Indonesia NI - 7.
o. Peraturan Semen Portland Indonesia NI - 8.
p. Peraturan Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan NI - 10.
q. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Dinas/Instansi Pemerintah
setempat yang bersangkutan dengan masalah bangunan.
r. Untuk melaksanakan Pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :
• Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pemberi
Tugas termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang
diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
• Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
• Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
• Berita Acara Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
• Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana tentang Penunjukan Kontraktor.
• Surat Perintah Kerja (SPK).
• Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas.

Pasal 9
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
9.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat
teknis maupun administratif.
9.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
9.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas
Lapangan dari Konsultan Pengawas.
9.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan
kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 10
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
10.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.
10.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan
detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud
gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau
kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan
spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan
disahkan secara tertulis.
10.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.Permukaan-
permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian
dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari
Konsultan Pengawas.
10.4. UKURAN.
10.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan
Gambar Pelengkap meliputi :
a. As - as
b. Luar - luar
c. Dalam - dalam
d. Luar - dalam.
10.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi
meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter (
mm ) untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal / Elektrikal.
10.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya
adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).
10.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib
melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya
akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan.
10.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari gambar karena kondisi
lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan
disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak dibenarkan merubah
atau mengganti ukuran- ukuran yang tercantum di dalam Gambar
Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Direksi, dan
segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong
baik dari segi biaya maupun waktu.
10.5. PERBEDAAN GAMBAR.
10.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat
(berlaku).
10.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur,
maka Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan
Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan
Konsultan Perencana.
10.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan
satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya,
maka didalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-
perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara
setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong diwajibkan melaporkan
kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya diadakan
pertemuan dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan
Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
10.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor /
Pemborong untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu
pelaksanaan.
10.6. ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah
sebagai berikut :
SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding
beton, batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman
rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya.
SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan
konstruksi, bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom,
balok dan tebal lantai.
AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang
ada baik teknis maupun estetika.
M: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotor-
drainase, sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set
dan sistim pengkondisian udara (AC).
EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan
penerangan.
10.7. SHOP DRAWING.
10.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang
harus dibuat oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen
Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.
10.7.2. Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak
maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.
10.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku
ini.
10.7.4. Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas / Direksi.
10.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan
diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus
sesuain dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada
kertas kalkir yang dapat direproduksi.
10.8. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS
BUILT DRAWING“.
10.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan
pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.
10.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong
berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan,
dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh
Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing ). Biaya untuk penggambaran
“As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong.

Pasal 11
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG
11.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
11.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
penuh tersebut di atas.
11.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul
akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.
11.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan,
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul.
11.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
11.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
11.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga
keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan
milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang
telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung
jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya
Pekerjaan Tambah.
11.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas
akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
11.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut
bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor
/ Pemborong.

Pasal 12
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
12.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam
kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
12.2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.
12.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk
pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas / setara dan
tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai
peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan
atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas
dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan
Kontraktor / Pemborong harus dengan sendirinya menggunakan peralatan,
material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten
itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
12.2.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan
bangunan yang berlaku.
12.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk
tenaga ahli yang diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang
bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor /
Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
12.2.4. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini.
12.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri
baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila
diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus
ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai
biaya pekerjaan tambah.
12.3. Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua
bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan
Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan
secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan / dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas /
Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu
bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan
disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah
2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
12.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di-
informasikan kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
12.5. PENYIMPANAN MATERIAL
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
12.5.1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang
matang agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses
pekerja. Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara
FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan
terlalu lama dalam gudang / stock material.
12.5.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan
kesesuaian untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan
yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan
sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik
pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya.
12.5.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan
(levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
12.5.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring
kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase /
pemasukan dari kandungan air / cairan yang berlebihan. Material harus
disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan
(segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi
serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan
diangkat / dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1
(satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal 13
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
13.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh
yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 12 di
atas.
13.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir / ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi
bangunan / proyek selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.
13.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan
Pengawas / Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh
Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak
memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang
mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Kontraktor
/ Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga
borongan.
13.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan
memeriksakannya ke laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji
dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung
oleh Kontraktor / Pemborong.
13.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya
kualitas dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan
pekerjaan- pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
13.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan
penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan
tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 14
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
14.1. Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/
Pemborong “wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas /
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
14.2. Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub
Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
14.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk
pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu
persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
Pasal 15
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
15.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan
tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan
puing-puing didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan
harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan
Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup pula
perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
15.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan
semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada
di tempatnya. Kontraktor / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang
telah ditentukan harus tetap di tempatnya.
15.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk,
tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan
lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan
dan atau dibongkar serta dibuang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul
dan akar harus dibuang dari daerah galian sampai kedalaman sekurang-
kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-
lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan
dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T
99.

Pasal 16
SISTEM MANAJEMEN DAN KESELAMATAN KONSTRUKSI (SMKK)
16.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan
pekerja di lapangan.
16.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-
syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah kekuasaan
Kontraktor.
16.3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi, dan WC yang layak dan
bersih bagi semua petugas dan pekerja.
16.4. Kontraktor wajib menyediakan Alat Pelindung Diri ( APD ) Seperti Rompi Keselamatan
,Helm Safety, Sarung Tangan, Pelindung Mata, Sepatu Safety.
16.5. Kontraktor wajib memasang spanduk & banner untuk informasi keselamatan
kontruksi.
16.6. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 17
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
17.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
17.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor /
Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi
maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas /
Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya
Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan
Pengawas / Direksi.
17.1.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor
/ Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas
/ Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan
yang akan ditutup dan tidak terlihat.
17.1.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas
kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan
Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali
apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada
Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan.
17.1.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam
(dihitung dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak
terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya
dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas / Direksi.
17.1.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas /
Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki.
17.1.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya
pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
17.2. KEMAJUAN PEKERJAAN
17.2.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus
disediakan oleh Kontraktor / Pemborong demikian pula metode / cara
pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga
diterima oleh Konsultan Pengawas.
17.2.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk
secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
17.3. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.
Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat
kerja dimana Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau
perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
semua petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor /
Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.
17.4. TOLERANSI.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai
dengan toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang
ditetapkan pada bagian lainnya.

Pasal 18
PERSIAPAN
18.1. PEMBERSIHAN DAN PENGUPASAN PERMUKAAN TANAH (STRIPING) s.d TANAMAN Ø
2 CM.
18.1.1. Untuk pekerjaan stripping / pembersihan dilakukan untuk membersihkan
dan mengupas lapisan permukaan sedalam sesuai gambar rencana.
18.1.2. Seluruh tanah yang mengandung humus pada daerah yang akan dibangun
harus dibuang/dikupas. Tebal lapisan yang akan dikupas sesuai gambar
rencana, termasuk pembersihan kembali dari sisa-sisa akar tanaman yang
masih tertinggal.
18.1.3. Bahan-bahan bekas galian striping tidak boleh digunakan sebagai bahan
material timbunan, tetapi dipindahkan/dibuang keluar lokasi pekerjaan atau
tempat yang akan ditentukan oleh Konsultan Perencana, dimana tanah bekas
galian-galian harus dirapikan dan dipadatkan.
18.2. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK
18.2.1. Patok ukur dibuat dari balok kayu 5/7 dan papan kayu kelas III, tertancap
kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil ± 0,00,- sesuai dengan
gambar kerja. Ketentuan-ketentuan lain yang perlu diperhatikan untuk
pembuatan patok ini agar dikonsultasikan dengan Pengawas.
18.2.2. Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai dengan patokan ketinggian
atau peil permukaan yang ada dan tercantum dalam gambar kerja.
18.2.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor pada tiap bagian
pekerjaan atau bangunan adalah minimal 2 (dua) buah dan lokasi
penanamannya sesuai petunjuk dan pesetujuan Pengawas, sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat
diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai
pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Pengawas untuk
membongkarnya.
18.2.4. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Klas III dengan ukuran tebal
2 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
18.2.5. Papan bangunan dipasang pada patok kayu Klas III 5/7 cm yang jaraknya
satu sama lain adalah 150 cm, tertancap kuat di tanah sehingga tidak dapat
digerakkan atau diubah.
18.2.6. Papan bangunan dipasang minimal sejarak 200 cm dari as pondasi terluar.
18.2.7. Tinggi sisi atas bangunan harus sama satu dengan yang lain dan atau rata
“waterpass”, kecuali dikehendaki lain oleh Pengawas.
18.2.8. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Kontraktor harus
menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini
sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 19
PEKERJAAN TANAH
19.1. PEKERJAAN PENGGALIAN TANAH BIASA SEDALAM 1 METER PONDASI
19.1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian ini dilaksanakan untuk pondasi bangunan gedung atau
pembuatan penyangga/konstruksi penahan tanah.
19.1.2. Persyarartan Pekerjaan
a. Pekerjaan galian tanah baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan
sesuai dengan penampang galian yang terdapat pada gambar rencana,
pekerjaan lanjutan (tahapan pekerjaan pondasi, atau konstruksi lain di
atasnya) dapat dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapat persetujuan
dari Pengawas lapangan.
b. Kontraktor harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-lubang galian tersebut
tidak digenangi air yang berasal dari hujan, parit, banjir, mata air, atau lain-
lain, dengan memompa, menimba, menyalurkan ke luar, atau dengan cara lain,
dengan biaya yang ditimbulkan sudah termasuk dalam harga kontrak.
c. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus
digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, dan
dipadatkan kembali sehingga mendapatkan dasar yang waterpass.
d. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian
maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air atau
pompa lumpur jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air pada dasar galian.
e. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian
agar tidak longsor dengan memberikan dinding penahan atau penunjang
sementara atau lereng yang cukup.
f. Kontraktor juga diwajibkan mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap
bangunan lain yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan
memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga
kerusakan yang diakibatkan dari lobang galian dapat diantisipasi.
g. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu harus segera disingkirkan dari lokasi.
19.2. PEKERJAAN PENGURUGAN KEMBALI GALIAN TANAH PONDASI
19.2.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan urugan dilaksanakan sebagai urugan peninggian halaman,
bangunan maupun sebagai urugan lubang-lubang pondasi, termasuk dalam
pekerjaan pemadatan untuk setiap layer/lapisan urugan. Pekerjaan inu
dilaksanakan setelah selesai pada pekerjaan pondasi.
19.2.2. Persyarartan Pekerjaan
a. Setelah lapisan tanah digali untuk pondasi, daerah bangunan tersebut harus
dipadatkan sehingga mencapai 90 % kepadatan maksimum paling sedikit
sedalam 15 cm sebelum urugan dilaksanakan.
b. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 20
cm, dan setiap lapis harus dipadatkan dengan hand compactor.
c. Tanah urug yang terlalu kering harus dibasahi dengan sprinkler yang dikuti
dengan mesin penggilas dibelakangnya, atau dengan cara lain yang diusulkan
Pengawas.
d. Urugan pada lereng harus dilakukan dengan cara bertangga pada lereng
tersebut untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan. Urugan
kembali lubang pondasi hanya boleh dilaksanakan seijin Pengawas setelah
dilakukan pemeriksaan pondasi.
e. Setiap tanah urugan harus dibersihkan dari tunas tumbuh-tumbuhan dan
segala macam sampah dan kotoran. Tanah urugan harus dari jenis tanah
berbutir (tanah lading atau berpasir) dan tidak terlalu basah.
f. Urugan tanah harus dipadatkan dengan mesin pemadat (Compactor) dan tidak
dibenarkan hanya menggunakan timbres.
g. Urugan tanah untuk meninggikan untuk memperbaiki permukaan akan
ditentukan oleh Pengawas menurut ketinggian, lebar, dan kedalaman yang
diperlukan.
h. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari atau
ke tempattempat yang akan ditentukan Pengawas.
i. Urugan pasir harus dilaksanakan di bawah semua lantai dan dibawah rabat
sesuai gambar kerja.
19.3. PEKERJAAN PEMADATAN TANAH
19.3.1. Persyarartan Pekerjaan
a. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh tanah pada area pembangunan
harus dikeringkan terlebih dahulu.
b. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan
penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki
kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
c. Kontraktor / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat
yang paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada.
d. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
e. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap
lapisan maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit
90% (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang
ditentukan dlam AASHTO T 99.
f. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari
hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus
dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

Pasal 20
PEKERJAAN PONDASI
20.1. URAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan pondasi ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-bahan material dan
peralatan–peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan pekerjaan pondasi
ini dapat terselesaikan. Sebagai pondasi utama bangunan ini adalah pondasi tapak
dengan panjang, tebal dan tinggi sesuai dengan gambar kerja. Pekerjaan ini meliputi
pekerjaan :
20.2. PONDASI BATA MENERUS
20.2.1. Standart Bahan
• Batu bata (bata merah). Batu bata (bata merah) harus mempunyai rusuk–rusuk
yang tajam dan siku, bidang-bidang sisinya harus datar, ukuran seragam,
pembakaran seragam dan merata, bebas dari cacat atau retak pada waktu akan
dipasang Untuk menunjukkan bahwa yang dipakai batu bata (bata merah) yang
bermutu baik, maka Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan/material ke
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pemakaian.
• Semen Portland/PC, pasir, dan air harus memenuhi persyaratan bahan untuk
pekerjaan beton yang terurai di pasal lain dalam buku RKS ini.
• Air yang digunakan bersih tidak mengandung lumpur, minyak, benda terapung
yang bisa dilihat secara visual dan asam-asam zat organik dan sebagainya.
• Tiang Kayu gelondongan / cerucuk bambu / Dolken diameter 6-8 cm
20.2.2. Persyaratan Pekerjaan
• Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk
profil sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakanya sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
• Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh.
• Pada saat diletakan tidak ada boleh ada genangan air diatas permukaan batu
bata tersebut.
• Untuk setiap pertemuan pada pondasi bata digunakan pasangan batu bata ½
batu dan setiap panjang 1m dipasang Tiang Kayu gelondongan / cerucuk bambu
/ Dolken diameter 6-8 cm dibawah pasangan bata sebagai penguat pondasi
sesuai Gambar Kerja.
• Kontraktor harus memperhatikan campuran pasangan dengan agregat yang
digunakan adalah campuran 1PC : 3PP atau setara mutu beton 12,5 MPa.
20.3. PONDASI TAPAK TYPE P1 (60X60X20) CM, TYPE P2 (110X60X20) CM DAN TYPE P3
(65x65x20) CM
20.3.1. Standart Bahan
• Semen Portland/PC Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut
peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta
dalam kantong asli dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri
seperti, Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf dipersyaratkan satu merk PC yang
disetujui Konsultan Pengawas untuk seluruh Pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30 cm dari
atas tanah. Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
• Pasir yang akan dipakai harus pasir alam dan tidak diperkenankan memakai pasir
laut. Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika, dan substansi lain
yang merugikan. Jikapun ada beratnya tidak boleh lebih dari 5% dari berat total.
Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai bahan
pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan. Contoh diambil seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai dan diberikan paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pemakaian. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran, dan bahan-bahan lain yang tidak menguntungkan.
Bahan harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan pasir
alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RKS ini.
• Agregate (Kerikil atau Batu Pecah) Agregat yang dipakai dapat agregat alami atau
buatan yang memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, dan 3.5.
Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dulu.
• Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesi/mortar dan speci injeksi harus
air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.6.
• Besi tulangan yang dipakai menggunakan besi polos diameter 12 mm. Ukuran
besi tulangan tersebut harus sesuai dengan Gambar Kerja. Penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan
kesalahan Gambar Kerja adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua baja tulangan
harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter serta asal
pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran
dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
• Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture/additives), kecuali yang
disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seizin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set)
tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hidrostatic
pressure) tidak boleh terdapat bahan kedap air yang mengandung garam
stearate. Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis dan
memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus sebagai
pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal. Semua admixture yang
akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda uji/contoh-contoh
yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai bahan
perekat Calbond sebelum dicor dengan beton baru, serta permukaannya harus
dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter Calbond dicampur
dengan larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
• Bekisting dibuat dari papan Klas II 2/20 dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu Klas II 5/7 atau 5/10 secukupnya sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dan beton tangga dipakai multiplek 9 mm,
sedangkan untuk balok struktur menggunakan bahan multipleks 12 mm. Steger
cetakan/Bekisting dipakai kayu Klas II dengan ukuran minimum 5/10 cm atau pipa
besi (scaffolding). Tidak diperkenankan memakai bambu. Khusus cetakan
bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih kaku,
permukaan panel lurus dan halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.
20.3.2. Persyaratan Teknis
• Beton dibentuk dari semen Portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, dan air seperti
yang ditentukan semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah
sebaik-baiknya sehingga didapat campuran yang tepat.
• Komposisi campuran beton pada lantai kerja pondasi dibuat dengan perbandingan
volume dengan mutu beton f’c= 7,4 MPa (K-100) dan tapak pondasi dengan
perbandingan volume dengan mutu f’c= 12,2 MPa (K-150).
• Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton tidak boleh melampaui ukuran
yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus memperhitungkan
celah lubang antar tulangan agar tidak terjadi rongga-ronga beton.
• Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan. Demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton
yang dihasilkan.
• Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kekedapan, keawetan dan kekuatan
yang dikehendaki.
• Faktor air semen dari beton, tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat, tidak
boleh melebihi 0,55 (dari beratnya).
• Pengujian beton akan dilakukan oleh Kontraktor dan perbandingan-perbandingan
campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan-tujuan seperti di atas dan
Kontraktor tidak berhak “klaim” atas perubahan-perubahan yang demikian.
20.3.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan pada Gambar
Kerja. Bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai.
• Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik atau setiap
permukaan hanya 1 (satu) kali. Semua cetakan harus kokoh.
• Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga
menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak
(exposed) adalah resmi exposed artinya setelah cetakan dibongkar memberikan
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
• Sebelum beton dicor, permukaan panel cetakan diminyaki secara merata untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan.
• Celah-celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
• Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak gemuk, dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi daya lekat pada
beton.
• Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada
Gambar Kerja.
• Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Kerja.
• Agar tulangan tetap ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat
beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton decking atau kursi-
kursi besi/cakar ayam, perenggang, specer, atau logam gantung (metal hanger)
sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam segala hal untuk baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat sehingga tidak akan ada batang yang turun.
• Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan, dan perawatan beton
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6.1 sampai
dengan pasal 6.6.
• Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam
"Mesin Pengaduk Beton" yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam
hal ini harus dijaga adukan plastis merata dan tidak boleh ada bagian air yang
tidak terikat oleh bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian
rupa sehingga beton dari tiap adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang
sama. Pengaduk yang sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing
Plant) harus diatur sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah
dari stasion operator. Tiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis
untuk mengatur waktu dan jumlah adukan. Disarankan memakai adukan beton
siap pakai "Beton Ready Mix" agar kualitas beton lebih konsisten dan lebih cepat
dalam pelaksanaan pengerjaannya.
• Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan nilai slump.
• Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan pada beton. Beton
baru dapat diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari,
kecuali beton yang menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti. Permukaan-permukaan yang tidak rata, halus dan rapi
harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
• Perawatan (Curing) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti
ditentukan dibawah ini. Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah
paling sedikit 14 (empat belas) hari terus-menerus, sesudah beton dianggap
cukup keras, untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan
bahan yang dibasahi air atau dengan pipa yang berlubang-lubang.
• Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
dipergunakan pada tiap bagian pekerjaan.
• Perlindungan (protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang
langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus
dibuat efektif secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.
• Pada jarak 1m dipasang Tiang Kayu gelondongan / cerucuk bambu / Dolken
diameter 6-8 cm dibawah tapak pondasi sebagai penguat pondasi sesuai Gambar
Kerja.
20.4. PILE STICK (KOLOM PEDESTAL) 15X15 CM
20.4.1. Standart Bahan
• Semen Portland/PC Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut
peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta
dalam kantong asli dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri
seperti, Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf dipersyaratkan satu merk PC yang
disetujui Konsultan Pengawas untuk seluruh Pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30 cm dari
atas tanah. Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
• Pasir yang akan dipakai harus pasir alam dan tidak diperkenankan memakai pasir
laut. Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika, dan substansi lain
yang merugikan. Jikapun ada beratnya tidak boleh lebih dari 5% dari berat total.
Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai bahan
pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan. Contoh diambil seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai dan diberikan paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pemakaian. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran, dan bahan-bahan lain yang tidak menguntungkan.
Bahan harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan pasir
alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RKS ini.
• Agregate (Kerikil atau Batu Pecah) Agregat yang dipakai dapat agregat alami atau
buatan yang memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, dan 3.5.
Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dulu.
• Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesi/mortar dan speci injeksi harus
air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.6.
• Besi tulangan yang dipakai menggunakan besi polos diameter 12 mm. Ukuran
besi tulangan tersebut harus sesuai dengan Gambar Kerja. Penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan
kesalahan Gambar Kerja adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua baja tulangan
harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter serta asal
pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran
dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
• Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture/additives), kecuali yang
disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seizin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set)
tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hidrostatic
pressure) tidak boleh terdapat bahan kedap air yang mengandung garam
stearate. Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis dan
memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus sebagai
pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal. Semua admixture yang
akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda uji/contoh-contoh
yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai bahan
perekat Calbond sebelum dicor dengan beton baru, serta permukaannya harus
dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter Calbond dicampur
dengan larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
• Bekisting dibuat dari papan Klas II 2/20 dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu Klas II 5/7 atau 5/10 secukupnya sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dan beton tangga dipakai multiplek 9 mm,
sedangkan untuk balok struktur menggunakan bahan multipleks 12 mm. Steger
cetakan/Bekisting dipakai kayu Klas II dengan ukuran minimum 5/10 cm atau pipa
besi (scaffolding). Tidak diperkenankan memakai bambu. Khusus cetakan
bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih kaku,
permukaan panel lurus dan halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.
20.4.2. Persyaratan Teknis
• Beton dibentuk dari semen Portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, dan air seperti
yang ditentukan semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah
sebaik-baiknya sehingga didapat campuran yang tepat.
• Komposisi campuran beton pada pile stick atau kolom pedestal pondasi dibuat
dengan perbandingan volume dengan mutu beton f’c= 12,2 MPa (K-150).
• Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton tidak boleh melampaui ukuran
yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus memperhitungkan
celah lubang antar tulangan agar tidak terjadi rongga-ronga beton.
• Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan. Demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton
yang dihasilkan.
• Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kekedapan, keawetan dan kekuatan
yang dikehendaki.
• Faktor air semen dari beton, tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat, tidak
boleh melebihi 0,55 (dari beratnya).
• Pengujian beton akan dilakukan oleh Kontraktor dan perbandingan-perbandingan
campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan-tujuan seperti di atas dan
Kontraktor tidak berhak “klaim” atas perubahan-perubahan yang demikian.
20.4.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan pada Gambar
Kerja. Bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai.
• Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik atau setiap
permukaan hanya 1 (satu) kali. Semua cetakan harus kokoh.
• Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga
menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak
(exposed) adalah resmi exposed artinya setelah cetakan dibongkar memberikan
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
• Sebelum beton dicor, permukaan panel cetakan diminyaki secara merata untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan.
• Celah-celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
• Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak gemuk, dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi daya lekat pada
beton.
• Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada
Gambar Kerja.
• Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Kerja.
• Agar tulangan tetap ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat
beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton decking atau kursi-
kursi besi/cakar ayam, perenggang, specer, atau logam gantung (metal hanger)
sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam segala hal untuk baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat sehingga tidak akan ada batang yang turun.
• Jika diperlukan untuk menyambung tulangan dilakukan overlap pada sambungan
dengan panjang sedikitnya 40 (empat puluh kali) diameter batang.
• Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan, dan perawatan beton
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6.1 sampai
dengan pasal 6.6.
• Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam
"Mesin Pengaduk Beton" yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam
hal ini harus dijaga adukan plastis merata dan tidak boleh ada bagian air yang
tidak terikat oleh bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian
rupa sehingga beton dari tiap adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang
sama. Pengaduk yang sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing
Plant) harus diatur sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah
dari stasion operator. Tiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis
untuk mengatur waktu dan jumlah adukan. Disarankan memakai adukan beton
siap pakai "Beton Ready Mix" agar kualitas beton lebih konsisten dan lebih cepat
dalam pelaksanaan pengerjaannya.
• Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan nilai slump.
• Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan pada beton. Beton
baru dapat diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari,
kecuali beton yang menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti. Permukaan-permukaan yang tidak rata, halus dan rapi
harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
• Perawatan (Curing) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti
ditentukan dibawah ini. Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah
paling sedikit 14 (empat belas) hari terus-menerus, sesudah beton dianggap
cukup keras, untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan
bahan yang dibasahi air atau dengan pipa yang berlubang-lubang.
• Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
dipergunakan pada tiap bagian pekerjaan.
• Perlindungan (protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang
langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus
dibuat efektif secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.

PASAL 21
PEKERJAAN BETON BERTULANG
21.1. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan beton ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-bahan material dan
peralatan–peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan pekerjaan beton
bertulang ini dapat terselesaikan. Pekerjaan beton bertulang ini meliputi :
a. Balok Sloof 15x25 Cm
b. Kolom K1 12x12 Cm
c. Kolom Teras K2 15x15 Cm
d. Balok Latei 12x15 Cm
e. Kanopi Beton Jendela J1 Tbl.8 Cm
f. Ring Balok 12/15 Cm Elv. 3,15 M
g. Ring Balok 12/15 Cm Elv. 3,65 M
h. Balok Konsol Teras Depan 45/12 Cm
i. Plat Dak Beton Teras Dan Kanopi Jendela J3
j. Plat Dak Beton Kamar Belakang
k. Pengecoran Lantai Bangunan
21.2. Standart Bahan
• Semen Portland/PC Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut
peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta
dalam kantong asli dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri
seperti, Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf dipersyaratkan satu merk PC yang
disetujui Konsultan Pengawas untuk seluruh Pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30 cm dari
atas tanah. Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
• Pasir yang akan dipakai harus pasir alam dan tidak diperkenankan memakai pasir
laut. Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika, dan substansi lain
yang merugikan. Jikapun ada beratnya tidak boleh lebih dari 5% dari berat total.
Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai bahan
pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan. Contoh diambil seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai dan diberikan paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pemakaian. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran, dan bahan-bahan lain yang tidak menguntungkan.
Bahan harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan pasir
alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RKS ini.
• Agregate (Kerikil atau Batu Pecah) Agregat yang dipakai dapat agregat alami atau
buatan yang memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, dan 3.5.
Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dulu.
• Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesi/mortar dan speci injeksi harus
air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.6.
• Besi tulangan yang dipakai menggunakan besi polos diameter 10 mm. Ukuran
besi tulangan tersebut harus sesuai dengan Gambar Kerja. Penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan
kesalahan Gambar Kerja adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua baja tulangan
harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter serta asal
pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua macam kotoran
dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
• Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture/additives), kecuali yang
disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seizin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal (initial set)
tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah (hidrostatic
pressure) tidak boleh terdapat bahan kedap air yang mengandung garam
stearate. Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim tropis dan
memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus sebagai
pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal. Semua admixture yang
akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda uji/contoh-contoh
yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai bahan
perekat Calbond sebelum dicor dengan beton baru, serta permukaannya harus
dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter Calbond dicampur
dengan larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
• Bekisting dibuat dari papan Klas II 2/20 dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu Klas II 5/7 atau 5/10 secukupnya sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dan beton tangga dipakai multiplek 9 mm,
sedangkan untuk balok struktur menggunakan bahan multipleks 12 mm. Steger
cetakan/Bekisting dipakai kayu Klas II dengan ukuran minimum 5/10 cm atau pipa
besi (scaffolding). Tidak diperkenankan memakai bambu. Khusus cetakan
bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih kaku,
permukaan panel lurus dan halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.
21.3. Persyaratan Teknis
• Beton dibentuk dari semen Portland/PC, pasir, kerikil, batu pecah, dan air seperti
yang ditentukan semuanya dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diolah
sebaik-baiknya sehingga didapat campuran yang tepat.
• Komposisi campuran beton pada lantai kerja pondasi dibuat dengan perbandingan
volume dengan mutu beton f’c= 7,4 MPa (K-100) dan tapak pondasi dengan
perbandingan volume dengan mutu f’c= 12,2 MPa (K-150).
• Ukuran maksimum dari agregat kasar dalam beton tidak boleh melampaui ukuran
yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton dan harus memperhitungkan
celah lubang antar tulangan agar tidak terjadi rongga-ronga beton.
• Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama
berjalannya pekerjaan. Demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton
yang dihasilkan.
• Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kekedapan, keawetan dan kekuatan
yang dikehendaki.
• Faktor air semen dari beton, tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat, tidak
boleh melebihi 0,55 (dari beratnya).
• Pengujian beton akan dilakukan oleh Kontraktor dan perbandingan-perbandingan
campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan-tujuan seperti di atas dan
Kontraktor tidak berhak “klaim” atas perubahan-perubahan yang demikian.
21.4. Persyaratan Pelaksanaan
• Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan pada Gambar
Kerja. Bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai.
• Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik atau setiap
permukaan hanya 1 (satu) kali. Semua cetakan harus kokoh.
• Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga
menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak
(exposed) adalah resmi exposed artinya setelah cetakan dibongkar memberikan
bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
• Sebelum beton dicor, permukaan panel cetakan diminyaki secara merata untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan.
• Celah-celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
• Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak gemuk, dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi daya lekat pada
beton.
• Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada
Gambar Kerja.
• Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Kerja.
• Agar tulangan tetap ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat
beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton decking atau kursi-
kursi besi/cakar ayam, perenggang, specer, atau logam gantung (metal hanger)
sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam segala hal untuk baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat sehingga tidak akan ada batang yang turun.
• Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan, dan perawatan beton
harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6.1 sampai
dengan pasal 6.6.
• Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam
"Mesin Pengaduk Beton" yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam
hal ini harus dijaga adukan plastis merata dan tidak boleh ada bagian air yang
tidak terikat oleh bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian
rupa sehingga beton dari tiap adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang
sama. Pengaduk yang sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing
Plant) harus diatur sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah
dari stasion operator. Tiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis
untuk mengatur waktu dan jumlah adukan. Disarankan memakai adukan beton
siap pakai "Beton Ready Mix" agar kualitas beton lebih konsisten dan lebih cepat
dalam pelaksanaan pengerjaannya.
• Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan nilai slump.
• Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan pada beton. Beton
baru dapat diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari,
kecuali beton yang menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti. Permukaan-permukaan yang tidak rata, halus dan rapi
harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
• Perawatan (Curing) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti
ditentukan dibawah ini. Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah
paling sedikit 14 (empat belas) hari terus-menerus, sesudah beton dianggap
cukup keras, untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan
bahan yang dibasahi air atau dengan pipa yang berlubang-lubang.
• Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
dipergunakan pada tiap bagian pekerjaan.
• Perlindungan (protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang
langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus
dibuat efektif secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.

PASAL 22
PEKERJAAN BESI DAN ALUMINIUM
22.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pondasi ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-bahan material dan
peralatan–peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan pekerjaan besi dan
aluminium ini dapat terselesaikan. Dalam hal ini pekerjaan besi dan aluminium yang
dimaksud adalah pekerjaan rangka plafond dan rangka atap.
21.2. Rangka Besi Hollow Galvanis 40.40.0,2 mm, Modul 60 x 60 cm, Untuk Plafon
21.2.1. Standart Bahan
• Rangka langit-langit menggunakan besi hollow 4x4 cm tebal 0.2 mm. Rangka
hollow di pasang dengan modular 60x60 cm untuk plafond datar sedangkan untuk
drop ceilling mengikuti pola gambar.
21.2.2. Persyaratan Pekerjaan
• Dalam pekerjaan rangka plafond menggunakan hollow 4x4 cm dengan bentuk,
ukuran dan pola pemasangan sesuai dengan gambar dan harus sesuai tata cara
dan teknis pemasangan dari pabriknya.
• Batang-batang hollow untuk rangka langit-langit dipasang rata sesuai ukuran
yang telah ditentukan. Batang hollow yang dipasang di pasangan bata harus di
fiser masuk dalam tembok sedalam 5 cm. Pada sambungan antar modul dilas dan
di sekrup dan sebagainya yang telah diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak ada
bagian yang bengkok atau melengkung, atau cacat-cacat lainnya, dan tidak
disetujui oleh Pengawas.
• Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan atau atap dengan
menggunakan penggantung dari logam galvanized suspension / kawat seng BWG
14 yang dapat diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh
rangka dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat beton dan tidak dapat
berubah-ubah bentuk lagi.
• Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh permukaan rangka harus
rata, lurus dan waterpass, tidak ada bagian yang bergelombang dan batang-
batang rangka harus saling tegak lurus.
• Rangka tersebut mempertimbangkan beban mechanical electrical equipment yang
terletak di plafon.
22.3. Atap Pelana Rangka Atap Baja Ringan (Canal Dingin) Profil C75
22.3.1. Standart Bahan
• Bahan untuk rangka atap / reng adalah bahan baja ringan C75/45 berkualitas
baik.
22.3.2. Persyaratan Pekerjaan
• Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjuk kan kepada Pengawas/ Direksi
mendapatkan persetujuan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya
tambahan.
• Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan
pengganti harus disetujui Direksi. yang didasarkan contoh yang diajukan
Kontraktor.
• Kecuali peralatan/bahan yang tampak pada gambar, Kontraktor tidak
diperkenankan untuk memasang bahan lain tanpa persetujuan Direksi
• Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi.
• Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan/perbedaan tersebut
terselesaikan.
• Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selama
kerusakan tersebut bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.
PASAL 23
PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTER
23.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pekerjaan Bata Merah (5x11x22) Cm Tebal 1/2 Batu dengan Mortar Tipe N, fc'
5,2 Mpa (Setara Campuran 1 SP : 4 PP)
b. Pekerjaan Plesteran dengan campuran 1 SP : 4 PP Tebal 15 mm
c. Pekerjaan Plesteran Ciprat (Kamprotan) dengan campuran 1 SP : 2 PP
23.2. Persyaratan Bahan
a. Batu bata (bata merah). Batu bata (bata merah) harus mempunyai rusuk–rusuk
yang tajam dan siku, bidang-bidang sisinya harus datar, ukuran seragam,
pembakaran seragam dan merata, bebas dari cacat atau retak pada waktu akan
dipasang Untuk menunjukkan bahwa yang dipakai batu bata (bata merah) yang
bermutu baik, maka Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan/material ke
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pemakaian.
b. Semen Portland/PC, pasir, dan air harus memenuhi persyaratan bahan untuk
pekerjaan beton yang terurai di pasal lain dalam buku RKS ini.
c. Batu tempel. Batu tempel yang dipakai jenis batu tempel hitam . Batu harus
uniform dalam ukuran, warna, dan sudut–sudutnya harus siku. Kontraktor harus
memberikan contoh bahannya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
23.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Adukan Perekat/Adukan Pasangan
Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam–macam perbandingan
campuran seperti berikut ini :
1. Semen jenis adukan dan plesteran tersebut diatas harus dipersiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering. Dipersyaratkan
agar jarak waktu pencampuran adukan dengan plesteran dengan pemasanganya tidak
melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
2. Pemakaian adukan perekat/adukan pasangan :
a. Adukan pasangan M2 dan plesteran M2 untuk semua dinding daerah basah/toilet,
dengan ketinggian ± 30 cm dari peil ± 0,00 lantai terbawah serta semua pasangan
yang masuk kedalam tanah aatau sesuai Gambar Kerja.
b. Semua ketentuan pemakaian aduk perekat sesuai ketentuan pasal-pasal diatas.
c. Plesteran kamprot halus adalah pekerjaan finishing untuk mendapatkan texture
permukaan dinding luar, dan dilaksanakan setelah pekerjaan plesteran dasar cukup
kering, tebal plesteran kamprot halus ± 5 mm.
b. Persyaratan Pekerjaan Pasangan Dinding
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil
sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakanya sesuai dengan
yang tercantum dalam Gambar Kerja. Sebelum pemasangan, batu bata harus
direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh. Pada saat diletakan tidak ada boleh
ada genangan air diatas permukaan batu bata tersebut. Untuk setiap pertemuan di
dinding pasangan batu bata ½ batu setiap luas 12 m2, harus dipasang kolom
praktis/kolom penguat beton dengan dimensi, ukuran, dan penulangan sesuai Gambar
Kerja. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring
balk beton, maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja, harus
dipasang angker diameter 8 mm tiap jarak 70 cm. Bagian yang mencuat keluar sejauh
20 cm, dan bagian yang tertanam minimal sedalam 20 cm.
c. Persyaratan Pekerjaan Plesteran
1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
2. Pasir yang digunakan untuk plesteran adalah pasir pasang yang harus diayak
terlebih dahulu.
3. Plesteran halus/acian halus Plesteran halus/acian halus adalah campuran PC
dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang
homogen. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan setelah aduk plesteran
sebagai lapisan dasar minimal berumur 2 hari.
4. Sebelum pelaksanaan plesteran semua pemipaan maupun sparing-sparing SA dan
EL telah terpasang pada jalur dan tempatnya sesuai dengan Gambar Kerja dan
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Sebelum pelaksanaan plesteran terlebih dahulu dibuat kepala plesteran
(klabangan) dengan tebal sama dengan ketebalan plesteran yang direncanakan
kecuali untuk plesteran braven.
6. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci halus harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga, tidak berlubang, tidak
mengandung kerikil atau benda-benda lain yang membuat cacat. Apabila pekerjaan
tidak memenuhi yang dipersyaratkan maka Kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas.
7. Pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata sebelum diplester
permukaan pasangan batu batu dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya sudah
dikeruk sedalam 1 cm.
8. Pekerjaan plesteran harus pada permukaan beton. Sebelum pelaksanaan pekerjaan
ini permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting kemudian diketrek/
scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup aduk plesteran.
9. Pekerjaan plesteran halus/aci halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu
bata dan beton yang akan di-finish dengan cat.
10. Semua permukaaan yang akan menerima bahan/materai finishing misalnya bahan/
material ubin keramik dan lainnya, maka permukaan plesterannya harus diberi alur-
alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap
bahan/material finishing tersebut, pekerjaan ini tidak berlaku apabila
bahan/material finishing tersebut adalah cat.
11. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom/lantai
yang dinyatakan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai dengan peil-peil yang diminta
dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran adalah minimal 1 cm dan maksimal 2,8 cm.
12. Jika ketebalan melebihi 3 cm maka harus menggunakan kawat anyam yang
diikatkan/ dipakukan ke permukaan pasangan batu–bata atau beton yang
bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.
13. Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang
datar harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalam 0,5 cm.
14. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar dan tidak berlangsung dengan tiba–tiba. Hal ini dilaksanakan dengan
membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari
terik panas Matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah
penguapan air setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan
air sekurangkurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
15. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum
plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda,
dan cacat lain seperti yang diisyaratkan tersebut diatas.
PASAL 24
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING
24.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pemasangan Lantai Keramik Ukuran 20 s.d. <30 cm (Unpolish) (WC)
b. Pemasangan Lantai Keramik Ukuran 30 s.d. <40 cm (Unpolish) (Teras)
c. Pemasangan Lantai Keramik Ukuran 30 s.d. <40 cm (Polish)
d. Pemasangan Dinding Keramik 25 x 40 cm (WC)
e. Pemasangan Dinding Batu Tempel Hitam
24.2. Persyaratan Bahan
a. Keramik yang digunakan pada pekerjaan ini antara lain ukuran Ukuran 20 s.d.
<30 cm (unpolish), 30 s.d. <40 cm (unpolish), 30 s.d. <40 cm (Polish) dan
keramik 25x40 cm merk Roman.
b. Penutup dinding merupakan batu tempel hitam
c. Semen Portland/PC, pasir, dan air harus memenuhi persyaratan bahan untuk
pekerjaan beton yang terurai di pasal lain dalam buku RKS ini.
24.3. Persyaratan Pelaksanaan
1. Keramik yang akan ditempel harus sudah diseleksi dengan baik sehingga bentuk dan
warna masing-masing keramik sama dan tidak ada bagian yang retak, pecah–pecah,
sudut atau tepi atau cacat lainnya serta telah disetujui secara tertulis dari Konsultan
Pengawas.
2. Adukan yang dipakai adalah campuran 1Pc : 2Ps tebal 10 –15 mm untuk daerah kedap
air, dan 1 Pc : 3 Ps daerah kering.
3. Seluruh pemasangan keramik dengan cara kering dan tidak dilbenarkan menyiram air
semen ke permukaanya. Seluruh rongga pada bagian belakang ubin porselen harus
berisi dengan adukan pada waktu pemasangan.
4. Awal pemasangan dan pola pemasangan harus sesuai dengan Gambar Kerja atau
petunjuk Konsultan Pengawas.
5. Pada prinsipnya pemotongan ubin keramik harus dihindarkan, kecuali ditentukan
dengan pola gambar. Jika perlu diadakan pemotongan harus dikerjakan dengan hati-
hati, rapi, lurus atau bersudut sesuai dengan kebutuhan, kemudian bidang potong
harus diperhalus dengan gerinda atau kikir. Diusahakan potongan tidak boleh kurang
dari 1/2 ukuran utuh keramik, pemotongan dilakukan dengaan alat potong khusus.
6. Pada sudut pertemuan dinding keramik dibuat adumanis.
7. Persiapan sebelum pemasangan
a. Semua pemipaan maupun sparing-sparing SA & EL telah terpasang pada jalur dan
tempatnya sesuai dengan Gambar dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Sebelum dipasang permukaan keramik harus dilapisi dengan minyak kacang.
8. Pemasangan keramik harus benar-benar rata permukaan-lurus tepat pada peil finish.
Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk setiap 2 m2.
9. Garis-garis tepi siar-siar ubin keramik harus lurus dan atau tegak lurus satu sama lain.
Lebar siar harus sama yaitu 3 mm atau sesuai ketentuan gambar kerja. Bahan pengisi
siar semen warna dengan warna yang sama dengan ubin keramik.
10. Setelah bidang keramik terpasang permukaannya harus bersihkan dengan lap/kain
basah sehingga bersih dari noda-noda semen. Bidang keramik ini harus dijaga tetap
basah untuk menghindarkan pengeringan terlalu cepat dengan pembasahan minimal
3 (tiga) hari pertama setelah keramik terpasang.
11. Bila ditemui retak, kerusakan bergelombang, garis-garis tepi dan siar tidak rata dan
lurus maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki hingga sesuai dengan
yang disyaratkan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat
diajukan seebagai biaya pekerjaan tambah.
12. Keramik yang telah terpasang harus dilindungi dari benturan dan atau gesekan.

PASAL 25
PEKERJAAN LANGIT LANGIT (PLAFOND)
25.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pemasangan Plafon PVC tbl. 8 mm
b. Pemasangan List Plafon PVC
c. Pemasangan Plafon PVC tbl. 8 mm Kaki Atap
d. Pemasangan List Plafon PVC Kaki Atap
e. Pemasangan Listplank GRC Board tebal 8 mm
25.2. Persyaratan Bahan
a. Semua bahan PVC & GRC yang dipakai harus memenuhi persyaratan SNI.
b. Semua alat penggantung, pengikat, penjepit dari metal seperti baja siku, baja
strip, klem kabel, dan angker, harus memenuhi persyaratan seperti tercantum
dalam pasal Pekerjaan Metal di buku RKS ini.
c. Mempunyai standar SNI
d. Untuk Plafon PVC ukuran Panel lebar 30 cm dengan panjang menyesuaikan
Kebutuhan sesuai Gambar Kerja, tebal panel 8 mm
e. Bahan yang akan dipakai harus siku pada sudut-sudutnya, permukaan rata tidak
bergelombang, tidak ada tonjolan atau lekukan; dan bebas dari cacat, noda dan
pecah
f. Merk SHUNDA Plafon.
g. Untuk Lisplank GRC ukuran Panel lebar 30 cm dengan panjang 4 meter tebal panel
8 mm
h. Bahan yang akan dipakai harus siku pada sudut-sudutnya, permukaan rata tidak
bergelombang, tidak ada tonjolan atau lekukan; dan bebas dari cacat, noda dan
pecah
i. Merk ELEPHANT
25.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib memeriksa dengan seksama Gambar Kerja
dan memeriksa keadaan ditempat pekerjaan yang akan dilaksanakan serta
mengadakan koordinasi dengan disiplin mengenai Elektrikal, Mekanikal, dan Sanitasi
terhadap peletakan-peletakan, diantaranya :
- Armatur, lampu, dan “Intake dan Exhaust” grille dari ducting
- Pengabelan dan Pemipaan
- Dan instalasi-instalasi lain Bila pekerjaan tersebut diatas tidak tercantum
dalam Gambar Rencana langit-langit, maka Kontraktor harus meneliti Gambar
Kerja disiplin yang bersangkutan. Bila tidak didapatkan kejelasan, Kontraktor
harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas, untuk mendapatkan
keputusan yang harus dilaksanakan. Koordinasi harus selalu berada di bawah
petunjuk dan pengarahan dari Konsultan Pengawas.
• Semua pelaksanaan ini harus memenuhi standard spesifikasi bahan dan material,
prosedur dan pelaksanaan dari pabrik pembuat, selain mengikuti Gambar Kerja dan
Buku Spesifikasi ini
• Semua langit-langit bangunan termasuk selasar dipergunakan bahan gypsum PVC
tebal 8 mm dengan permukaan rata, licin, tidak berombak, sisi luar yang lurus dan
rata, tidak retak.
• Secara keseluruhan penutup langit-langit yang berombak atau melengkung, nat yang
tidak lurus harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong.
• Bahan List Plafond yang dipakai adalah berbahan PVC
• Kepala paku harus dipipihkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan jarak pemakuan
maksimum 20 cm, berseling diantara pemakuan langit-langit. Lubang bekas paku
harus ditutup dengan dempul, kemudian diratakan dengan permukaan memakai
ampelas halus.
• Paku yang digunakan adalah paku khusus untuk plafon PVC & Linsplank GRC.

PASAL 26
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
26.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pemasangan Atap Aluminium Gelombang 95 cm x 180 cm (Spandek 0,30 mm
longspan, warna Hitam Dove)
b. Pemasangan Nok/Bubung Steel Gelombang 92 cm
c. Pemasangan Nok Samping
26.2. Persyaratan Bahan
a. Atap yang digunakan adalah atap gelombang merk Spandek dengan ukuran 95x180
cm tebal 0,30, type longspan warna hitam dove.
26.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Sebelum pemasangan penutup atap dimulai, semua rangka baja, seperti kuda – kuda,
gording, harus sudah terpasang dengan baik .
• Penutup atap gelombang sebelum dibawa ke lapangan, harus terlebih dulu
disesuaikan bentuk serta ukurannya sesuai kwalitas dengan yang tertera dalam
gambar kerja.
• Pemasangan penutup atap gelombang dan kelengkapannya harus dilaksanakan sesuai
petunjuk pemasangan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Gambar Kerja.
• Penutup atap harus dipasang dengan baik, dimulai dari bagian tepi bawah menuju ke
atas sesuai kemiringan atap yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

PASAL 27
PEKERJAAN KUSEN, PENGGANTUNG DAN AKSESORIS
27.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen,
daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan dari Kayu Klas II, termasuk
menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini, meliputi seluruh
pekerjaan kusen, pintu dan jendela. Khusus untuk pintu KM/WC menggunakan
Pintu berbahan PVC dengan ukuran 70 cm x 200 cm.
27.2. Persyaratan Bahan
• Bahan yang dipakai untuk kosen dan daun pintu , jendela adalah menggunakan jenis
kayu Klas II seperti Kayu Meranti, Kayu Akasia, Kayu Bungur.
• Khusus untuk pintu KM/WC menggunakan bahan dari PVC merk PLATINUM.
• Untuk pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela seperti engsel pintu & jendela,
Kunci Slot (Grendel), Kunci Pintu Tanam, Kait Angin menggunakan merk PALOMA.
27.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Semua pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen, pintu dan jendela harus
dilakukan oleh tukang kayu, meubel yang profesional dengan memperoleh
persetujuan pengawas lapangan.
b. Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela, boleh dibawa kelapangan/ halaman
pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap pemasangan
kusen, pintu dan jendela.
c. Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun.
d. Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus
dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan.
e. Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan.
f. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur serta
persyaratan teknis yang benar.
g. Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sealent”.
h. Setiap bagian dari pekerjaan ini yang buruk, tidak memenuhi persyaratan seperti
yang tertulis dalam Buku ini maupun tidak sesuai dengan Gambar Kerja, ketidak
cocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat kelalaian dan ketidak telitian
Kontraktor dalam Gambar Pelelangan; dan atau perbaikan finish yang tidak
memuaskan akan ditolak dan harus diganti hingga disetujui Pengawas Lapangan
Perbaikan, Perubahan dan Penggantian harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor
dan tidak dapat di claim sebagai pekerjaan tambah, maupun penambahan waktu.
i. Perubahan bahan/material karena alasan tertentu harus diajukan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.Semua perubahan yang
disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang mempengaruhi
kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan
diperhitungkan sebagai Pekerjaan Kurang.
j. Semua pekerjaan yang telah dikerjakan dan atau telah terpasang harus segera
dilindungi terhadap pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.

PASAL 28
PEKERJAAN PENGECETAN
28.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi :
a. Pengecatan Bidang Kayu Baru (1 Lapis Plamuur, 1 Lapis Cat Dasar, 2 Lapis
Cat Penutup)
b. Pengecatan Tembok Baru (1 Lapis Plamuur, 1 Lapis Cat Dasar, 2 Lapis
Cat Penutup)
28.2. Persyaratan Bahan
a. Bahan harus dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam, jenisnya sesuai
dengan bidang permukaan yang akan diberi lapisan cat. Seluruh bahan harus sesuai
dengan standard bahan yang berlaku di Indonesia.
b. Pengecatan Dinding Bata Plesteran, dan Beton : Lapisan dasar menggunakan merk
JOTUN resisting primer (Interior). Water base Lapisan akhir : menggunakan merk
JOTUN emulsion (Interior) dengan gradasi halus.
c. Bahan yang didatangkan harus langsung dari pabrik, masih tersegel dalam
kemasannya dan tidak cacat. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk
yang dipilih mengenai kemurnian cat.
d. Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam. Produk cat-cat kayu
Kusen , dan Daun Pintu / Jendela menggunakan merk “SEIV”. bahan pencampur /
thiner menggunakn setaraf Laba2 hijau untuk cat finish dan laba-laba merah untuk
cat dasar/meni
28.3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor wajib melakukan percobaan yang akan
dilaksanakan. Biaya percobaan ini ditanggung oleh kontraktor. Hasil percobaan
tersebut harus diperlihatkan/diserahkan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.
b. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik yang umum dilakukan, kecuali apabila
disyaratkan lain. Urutan pengecatan, penggunaan lapisan dasar dan tebal lapisan
penutup minimal sama dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
c. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukan tanda-tanda sapuan roller maupun semprotan. Tebal minimum dari tiap
lapisan jadi/finished minimum sama dengan syarat spesifikasi pabrik.
d. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
e. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini saat cuaca lembab/hujan, berdebu.
Terutama pada pelaksanaan dalam ruangan, untuk cat dengan bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka ruangan tersebut harus
mempunyai ventilasi yang cukup agar penggantian udara berlangsung lancar. Dalam
keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, kontraktor harus memakai kipas
angin/fan untuk memperlancar penggantian aliran udara.
f. Peralatan seperti kipas, roller, sikat kawat, pompa udara tekan/vacuum cleaner,
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas/mutu terbaik. g Khusus untuk
semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh
dilakukan apabila disetujui direksi.
g. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari direksi terkecuali
disyaratkan lain dalam spesifikasi ini. Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor
harus diawasi tenaga ahli/supervisi dari pabrik pembuatnya.
h. Hasil akhir pengecatan harus membentuk bidang cat yang rata tidak berbintik-bintik
atau menggelembung dan hasilnya harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin
melekat. Bila hasil pekerjaan tidak disetujui oleh direksi, maka pengecatan harus
diulang dan diganti.
i. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali apabila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas, sebagaimana ditunjukan oleh direksi. Biaya untuk
hal ini ditanggung oleh kontraktor dan bukan sebagai pekerjaan tambah.
j. Permukaan kayu dihaluskan dengan amplas kemudian pori-pori kayu ditutup terlebih
dahulu dengan dempul kayu, setelah dempul mencapai kekeringan yg cukup
permukaan diamplas kembali.
k. Setelah permukaan yang didempul menjadi halus pengecatan dasar dilakukan
dengan menggunakan cat dasar/meni sehingga seluruh permukaan banar-benar
tertutup. untuk pekerjaan kayu dilakukan dengan cara di kuas, untuk Kusen dan
Pintu dilakukan dengan cara disemprot.
l. Pencampuran Cat dengan bahan thinner harus memenuhi ketentuan Pabrik cat yang
akan dipakai
m. Setelah pengecatan dengan bahan meni mencapai kekeringan yang cukup maka
dilakukan tahap pekerjaan finishing dengan bahan yang sesuai dengan persyaratan
bahan. Penguasan/penyemprotan dilakukan berulang-ulang sampai permukaan dan
warna tampak rata.
PASAL 29
PEKERJAAN SANITASI
29.1. Lingkup Pekerjaan
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi
plambing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam
dan di luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-
bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang
dispesiflkasikan. Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang /
material, instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan
pemelihraan. Ketentuan-ketentuan yang baik tercantum di dalam gambar
maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan
pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
pekerjaan ini. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini
ada!ah : Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan,
material, peralatan dan perlengkapan sistem plambing / sanitasi sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum
untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada
Syarat-syarat Teknis Khusus atau gambar dokumen. Perincian umum pekerjaan
instalasi plambing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :
a. Instalasi Air Bersih
b. Instalasi Air Kotor
c. Instalasi Air Bekas
29.2. Persyaratan Bahan
• Closet Duduk/Monoblock yang digunakan pada pekerjaan ini adalah closed
duduk Merk Toto
• Bak Fiberglass yang digunakan pada pekerjaan ini adalah Merk R.A.J dengan
kapasitas Volume 0,3 m3
• Pipa yang digunakan pada pekerjaan ini adalah pipa PVC tipe AW Diameter 3/4"
Merk Wavin
• Pipa yang digunakan pada pekerjaan ini adalah PVC tipe AW Diameter 3" Merk
Wavin
• Pipa yang digunakan pada pekerjaan ini adalah PVC tipe AW Diameter 4" Merk
Wavin
• Kran yang digunakan pada pekerjaan ini adalah krain air stainless Onda Diameter
3/4" Onda
• Floor Drain yang digunakan pada pekerjaan ini adalah floordrain merk Onda
29.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta
persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
• Jika dipasang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, pengganti harus
disetujui Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan Kontraktor.
• Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi di lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
• Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan lapangan, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkannya kepada Pengawas.
• Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
• Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
• Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor,
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik.

PASAL 30
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
30.1. Lingkup Pekerjaan
Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan
material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun diluar
bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat-syarat Teknis Umum Pekerjaan Elektrikal
adalah bagian dari Syarat-syarat Khusus Teknis ini.
Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik
sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang
tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan. Termasuk
pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian,
pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan / instalasinya oleh
badan resmi PLN,Konsuil , LMK dan / atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah
terima dan pemeliharaan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam
gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk
pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke
dalam pekerjaan ini. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada
proyek ini adalah : Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan
bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem listrik sesuai dengan
peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum
untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada
syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.
30.2. Persyaratan Bahan
• Peralatan Instalasi Tegangan Rendah Meliputi pengadaan dan pemasangan power
receptacle outlet (stop kontak), saklar, kontakkontak , cabinet / penel daya, kebel,
alat-alat bantu dan semua peralatan lain yang diperlukan untuk mendapatkan
penyelesaian yang memuaskan dari sistern instalasi daya tegangan rendah 220 / 380
V dan penerangan.
• Jenis Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PULL, AVE atau
standar lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single / multi gang box empat
persegi atau segi delapan. Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi
harus dipasang dengan baik dan benar.
• Ukuran Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk kondulit hanya di tempat
yang diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar unutk menampung jumlah dan
ukuran conduit, sesuai dengan persyarata, atau ukuran yang ditunjuk atau
dipersyaratkan.
• Outlet Pada Permukaan Khusus. Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar
yang dipasang pada partisi, blok beton, mamer, frame besi, bata atau dinding
kayu harus berbentuk persegi dan harus mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.
• Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanis dengan rating minimum 10A / 250
V. Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali
ditentukan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus
dipasang pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah selesai. Saklar-saklar
tersebut harus di pasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya
diperbolehkan antara kotak yang berdekatan. Stop kontak harus dipasang rata
terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 30 cm dari permukaan lantai
yang sudah selesai sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Saklar dan stop kontak
merk BROCO,KLIPSAL,PANASONIC.
• Jumlah Kutub. Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan
pentanahan) dengan ranting minimum 10 A / 220 V. Cara pemasangan harus
disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000 dan diberi saluran pentanahan.
• Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN dan LMK untuk pengganguan sebagai kabel instalasi dan peralatan
(mesin), kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh
pebrik pembuatnya. Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah
2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem remote control yang
kurang dari 30 meter panjangnya bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5
mm2. Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel
instalasi di dalam bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk kebel tata
suara). Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada didalam konduit
atau dipasang dan diklem / diikat dengan pengikat kabel (cable tie) sesuai
dengan kebutuhannya. Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal
untuk instalasi di dalam bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor
pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40 %. Kabel merek
SUPREME, Kabelindo, Kabelmetal & Tranka.
• Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC,
VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanah
langsung di dalam tanah. Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 keatas
harus berurat banyak dan dipilin (stranded) Ukuran kabel daya / instalasi terkecil
adalah 2,5 mm2, kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem yang perakaian
kontrol pada sistem remote yang kurang dari 30 meter panjangnya (bisa-
menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2).
• Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya
harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke
saklar dan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam
gambar. Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop
kontak harus dari jenis NYM dan diletakkan di dalam PVC high-impact heavy
gauge.sek.clipsal atau ega. Luas penampang kabel NYM yang digunakan
minimum 2,5 mm2, kecuali tercatat lain.
• Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam / tersembunyi harus juga
dipasang secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-
langit. Penanaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan
jalan membobok beton dengan pahat. Kedalaman dan lebar pembobokan harus
dilakukan secukupnya, sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan
dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding dengan
kondisi semula.
• Kualitas dan Pengerjaan Semua material dan accessories, baik yang disebut
secara maupun khusus harus dari kualitas terbaik. Pengerjaan harus kelas satu
dan menghasilkan armature setara dengan standar komersil yang utama.
Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan
di sini. Semua armatur harus merk PHILIPS.
• Lampu-lampu Ceiling (Kotak) harus dengan warna standar white deluxe. Untuk
twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadakan efek
stroboskopis. Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan
faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,95. Balast harus dari tipe low losses.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi
standar PLN / SII / LMK.
30.3. Persyaratan Pelaksanaan
• Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu/stop kontak serta jenis armatur
lampu yang dipakai harus dikerjakan sesuai dengan gambar instalasi listrik.
Sedangkan sistem pemasangan pipa–pipa listrik pada dinding maupun beton harus
ditanam (sistem inbouw) dan penarikan kabel (jaringan kabel) diatas plafond diikat
dengan isolator khusus dengan jarak 1,00 atau 1,20 m, atau jaringan kabeldiatas
plafond tersebut dimasukkan dalam pipa PVC.
• Khusus untuk instalasi stop kontak harus dilengkapi kabel arde (pentanahan) sesuai
dengan peraturan yang berlaku (mencapai dan terendam air tanah).
• Pemasangan instalasi listrik berikut penggunaan bahan atau kompnen-komponennya
harus disesuaikan dengan sistem tegangan local 220 Volt. Daya yang digunakan 10
Ampere untuk seluruh bangunan.
• Untuk pekerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi, Pemborong boleh
menunjuk pihak ketiga (instalatur yang telah memiliki izin usaha instalasi listrik atau
izin sebagai instalatur yang masih berlaku dari Perum Listrik Negara (PLN).
Pemborong tetap bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini sampai listrik tersebut
menyala (siap digunakan), termasuk biaya pengujian dengan pihak PLN
• Pengujian instalasi listrik harus dilakukan kontraktor pada beban penuh selama 1 x
24 jam secara terus menerus. Semua biaya yang timbul akibat pengujian ini menjadi
tanggung jawab kontraktor.
PASAL 31
PEKERJAAN PEMBUATAN MEJA BETON DAPUR
31.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-bahan material dan
peralatan–peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan pekerjaan
pembuatan meja beton dapur ini dapat terselesaikan. Pekerjaan pembuatan meja
beton ini meliputi :
a. Pekerjaan Beton Mutu f'c = 12,2 Mpa (K150)
b. Pekerjaan Besi Polos atau Besi Sirip
c. Pekerjaan Bekisting untuk Plat Lantai Beton Bangunan Gedung
d. Pekerjaan Lantai Keramik Ukuran 30 s.d. <40 cm (Polish)
e. Pemasangan Bak Cuci Piring Stainlessteel
31.2. Persyaratan Bahan
• Semen Portland/PC Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut
peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta
dalam kantong asli dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri
seperti, Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf dipersyaratkan satu merk PC yang
disetujui Konsultan Pengawas untuk seluruh Pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30 cm dari
atas tanah. Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
• Pasir yang akan dipakai harus pasir alam dan tidak diperkenankan memakai pasir
laut. Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika, dan substansi lain
yang merugikan. Jikapun ada beratnya tidak boleh lebih dari 5% dari berat total.
Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai bahan
pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan. Contoh diambil seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai dan diberikan paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pemakaian. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran, dan bahan-bahan lain yang tidak menguntungkan.
Bahan harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan
pasir alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RKS ini.
• Agregate (Kerikil atau Batu Pecah) Agregat yang dipakai dapat agregat alami
atau buatan yang memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, dan
3.5. Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dulu.
• Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesi/mortar dan speci injeksi harus
air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.6.
• Besi tulangan yang dipakai menggunakan besi polos diameter 12 mm. Ukuran
besi tulangan tersebut harus sesuai dengan Gambar Kerja. Penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan
kesalahan Gambar Kerja adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua baja
tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter
serta asal pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua
macam kotoran dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
• Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture/additives), kecuali
yang disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seizin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal
(initial set) tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah
(hidrostatic pressure) tidak boleh terdapat bahan kedap air yang mengandung
garam stearate. Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim
tropis dan memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus
sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal. Semua admixture
yang akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda uji/contoh-
contoh yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai
bahan perekat Calbond sebelum dicor dengan beton baru, serta permukaannya
harus dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter Calbond
dicampur dengan larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
• Bekisting dibuat dari papan Klas II 2/20 dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu Klas II 5/7 atau 5/10 secukupnya sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dan beton tangga dipakai multiplek 9 mm,
sedangkan untuk balok struktur menggunakan bahan multipleks 12 mm. Steger
cetakan/Bekisting dipakai kayu Klas II dengan ukuran minimum 5/10 cm atau
pipa besi (scaffolding). Tidak diperkenankan memakai bambu. Khusus cetakan
bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih kaku,
permukaan panel lurus dan halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.
• Keramik yang digunakan pada pekerjaan ini antara lain ukuran Ukuran 30 s.d.
<40 cm (Polish) merk Roman.
• Semen Portland/PC, pasir, dan air harus memenuhi persyaratan bahan untuk
pekerjaan beton yang terurai di pasal lain dalam buku RKS ini.
• Bak cuci piring stainless

PASAL 32
PEKERJAAN DRAINASE DAN JALAN COR BETON
32.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan drainase dan jalan cor beton ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan-bahan
material dan peralatan–peralatan yang diperlukan sehingga secara keseluruhan
pekerjaan pembuatan drainase dan jalan cor beton ini dapat terselesaikan. Pekerjaan
pembuatan meja beton ini meliputi :
a. Pembuatan Beton Mutu f'c = 12,2 Mpa (K150)
b. Penulangan dengan Besi Polos atau Besi Sirip
c. Pemasangan Bekisting untuk Drainase dan Jalan
32.2. Persyaratan Bahan
• Semen Portland/PC Semen Portland yang dipakai harus dari jenis I menurut
peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI-8) atau British Standard No 12
tahun 1965. Semen harus sampai di tempat kerja dalam kondisi yang baik serta
dalam kantong asli dari Pabrik. Merek PC dianjurkan produksi dalam negeri
seperti, Tiga Roda, Gresik atau yang setaraf dipersyaratkan satu merk PC yang
disetujui Konsultan Pengawas untuk seluruh Pekerjaan. Semen harus disimpan
dalam gudang yang kedap air, cukup ventilasi diatas lantai setinggi 30 cm dari
atas tanah. Penyimpanan harus berurutan dan terpisah menurut pengiriman.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis.
• Pasir yang akan dipakai harus pasir alam dan tidak diperkenankan memakai pasir
laut. Pasir harus halus bersih dan bebas dari tanah liat, mika, dan substansi lain
yang merugikan. Jikapun ada beratnya tidak boleh lebih dari 5% dari berat total.
Kontraktor harus menyerahkan contoh pada Konsultan Pengawas sebagai bahan
pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan. Contoh diambil seberat 15 kg dari
pasir alam yang diusulkan untuk dipakai dan diberikan paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum pemakaian. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari
tumbuh-tumbuhan, kotoran, dan bahan-bahan lain yang tidak menguntungkan.
Bahan harus diayak dan dicuci sebagaimana diperlukan untuk menghasilkan
pasir alam sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam RKS ini.
• Agregate (Kerikil atau Batu Pecah) Agregat yang dipakai dapat agregat alami
atau buatan yang memenuhi persyaratan PBI 1971 (NI-2) pasal 3.3, 3.4, dan
3.5. Agregat tidak boleh mengandung bahan yang dapat merusak beton dan
ketahanan tulangan terhadap karat. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan
contoh yang memenuhi syarat dari berbagai sumber terlebih dulu.
• Air untuk campuran dan pemeliharaan beton spesi/mortar dan speci injeksi harus
air yang bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air
tersebut harus memenuhi syarat-syarat menurut PBI 1971 (NI-2) pasal 3.6.
• Besi tulangan yang dipakai menggunakan besi polos diameter 12 mm. Ukuran
besi tulangan tersebut harus sesuai dengan Gambar Kerja. Penggantian dengan
diameter lain harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi. Segala biaya yang
diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang digambar sejauh bukan
kesalahan Gambar Kerja adalah tanggung jawab Kontraktor. Semua baja
tulangan harus disimpan pada tempat yang bebas lembab, disesuaikan diameter
serta asal pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap semua
macam kotoran dan lemak serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karat.
• Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture/additives), kecuali
yang disebut tegas dalam Gambar Kerja atau RKS harus seizin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal
(initial set) tidak boleh dipakai. Sedangkan untuk beton kedap air di bawah tanah
(hidrostatic pressure) tidak boleh terdapat bahan kedap air yang mengandung
garam stearate. Bahan campuran tambahan beton harus sesuai dengan iklim
tropis dan memenuhi AS 1978 & ASTM C 494 Type B dan Type D sekaligus
sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan awal. Semua admixture
yang akan digunakan ditentukan berdasarkan hasil pekerjaan benda uji/contoh-
contoh yang dibuat dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk
penyambungan kembali akibat terhentinya suatu pengecoran beton dipakai
bahan perekat Calbond sebelum dicor dengan beton baru, serta permukaannya
harus dikasarkan. Jumlah pemakaian untuk 1 m2 adalah 0,3 liter Calbond
dicampur dengan larutan semen/PC sekitar 25% nya dengan cara ditaburkan.
• Bekisting dibuat dari papan Klas II 2/20 dengan rangka penguat penyokong dan
penyangga dibuat dari kayu Klas II 5/7 atau 5/10 secukupnya sehingga mampu
mendapatkan kekuatan dan kekakuan mendukung beton sampai selesai proses
ikatan beton. Untuk kolom struktur dan beton tangga dipakai multiplek 9 mm,
sedangkan untuk balok struktur menggunakan bahan multipleks 12 mm. Steger
cetakan/Bekisting dipakai kayu Klas II dengan ukuran minimum 5/10 cm atau
pipa besi (scaffolding). Tidak diperkenankan memakai bambu. Khusus cetakan
bekisting untuk beton pracetak harus dibuat lebih kokoh dan lebih kaku,
permukaan panel lurus dan halus sehingga menghasilkan bidang yang rata dan
halus.
33.2. Persyaratan Pelaksanaan
• Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan pada Gambar
Kerja. Bahan yang akan dipakai untuk rencana cetakan harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai.
• Panel cetakan hanya boleh dipergunakan 2 (dua) kali bolak-balik atau setiap
permukaan hanya 1 (satu) kali. Semua cetakan harus kokoh.
• Konstruksi untuk cetakan harus diperkuat dengan kaso secukupnya sehingga
menghasilkan beton yang lurus rata. Dipersyaratkan untuk beton tampak (exposed)
adalah resmi exposed artinya setelah cetakan dibongkar memberikan bidang yang
rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
• Sebelum beton dicor, permukaan panel cetakan diminyaki secara merata untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan.
• Celah-celah antara papan atau panel cetakan harus rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
• Baja tulangan beton sebelum dipasang harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak
gemuk, dan lapisan lain yang merusak atau mengurangi daya lekat pada beton.
• Bentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada Gambar
Kerja.
• Baja tulangan harus dipasang dengan teliti sesuai dengan Gambar Kerja.
• Agar tulangan tetap ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat
beton (bindraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak/beton decking atau kursi-
kursi besi/cakar ayam, perenggang, specer, atau logam gantung (metal hanger)
sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam segala hal untuk baja tulangan yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat sehingga tidak akan ada batang yang turun.
• Pengadukan, pengangkutan, pengecatan, pemadatan, dan perawatan beton harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan didalam PBI 1971 pasal 6.1 sampai dengan
pasal 6.6.
• Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam "Mesin
Pengaduk Beton" yaitu Bath Mixer atau Portabel Continues Mixer, dalam hal ini harus
dijaga adukan plastis merata dan tidak boleh ada bagian air yang tidak terikat oleh
bahan beton. Truk Pengaduk (Truck Mixer) diatur sedemikian rupa sehingga beton
dari tiap adukan mempunyai konsistensi dan mutu yang sama. Pengaduk yang
sewaktu-waktu memproduksi dengan hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki.
Mesin pengaduk yang disentralisir (Batching Mixing Plant) harus diatur sehingga
pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasion operator. Tiap mesin
pengaduk diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan jumlah
adukan. Disarankan memakai adukan beton siap pakai "Beton Ready Mix" agar
kualitas beton lebih konsisten dan lebih cepat dalam pelaksanaan pengerjaannya.
• Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian
rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan nilai slump.
• Waktu dan cara-cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindarkan kerusakan-kerusakan pada beton. Beton baru dapat
diijinkan dibebani setelah berumur 28 (dua puluh delapan) hari, kecuali beton yang
menggunakan bahan additives. Permukaan beton harus diperiksa dengan teliti.
Permukaan-permukaan yang tidak rata, halus dan rapi harus segera diperbaiki
sampai disetujui Konsultan Pengawas.
• Perawatan (Curing) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti
ditentukan dibawah ini. Beton yang dirawat (cured) dengan air harus tetap basah
paling sedikit 14 (empat belas) hari terus-menerus, sesudah beton dianggap cukup
keras, untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan bahan yang
dibasahi air atau dengan pipa yang berlubang-lubang.
• Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
dipergunakan pada tiap bagian pekerjaan.
• Perlindungan (protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi dari sinar matahari yang langsung
paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan seperti itu harus dibuat
efektif secepatnya setelah pengecoran dilaksanakan.

PASAL 34
PEKERJAAN AKHIR
Pekerjaan yang akan dikerjakan dalam pekerjaan akhir ini dilaksanakan/dikerjakan
dengan rencana dan syarat-syarat yang meliputi:
1. Penyedia jasa harus meneliti semua bagian pekerjaansebelum dilakukan
penyerahan pertama pekerjaan.
2. Pekerjaan yang belum sempurna harus segera diperbaiki dengan penuh
tanggung jawab.
3. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan-ruangan, halaman harus
sudah selesai dibersihkan dari segala sisa-sisa sampah dan kotoranpekerjaan.
4. Penyedia jasa harus mengusahakan penyelesaian pekerjaan seluruh
pekerjaan ini sebaik-baiknya sehingga memuaskan pengguna jasa.
5. Setelah penyerahan kedua, semua barang-barang dan peralatan milik
Penyedia jasa harus segera demobilisasi dari lokasi pekerjaan
6. Pekerjaan dianggap selesai jika:
a. Pembersihan ruangan dan lapangan telah dilaksanakan dengan baik.
b. Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi, konsultan
pengawas, dan penyedia jasa dan dinyatakan dalam suatu berita acara.
PASAL 35
PEKERJAAN AKHIR
1. Hal–hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di
lapangan akan dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas dan Kontraktor,
bila diperlukan akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana.
2. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan
yang belum sempurna, dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel,
halaman harus ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus
disingkirkan dari proyek.
3. Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan, dan
memperbaiki segala cacat yang timbul sehingga sebelum penyerahan kedua
dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.
4. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan ternyata
diperlukan akan dicantumkan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Bagansiapiapi, Mei 2023


Disusun Oleh ;
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SELAKU PPK

EDWIN FREDI SYAHRIZAL, S.Pd


NIP. 19850118 201001 1 006

Anda mungkin juga menyukai