Anda di halaman 1dari 148

BAB XII.

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

BAB. 1
SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Persiapan meliputi :

 Pekerjaan Bongkaran, yang meliputi Bongkaran Gedung Lama dan Pembuangan


Puing Bekas Bongkaran.
 Pembuatan Asbuildrawing Pelaksanaan dan Pelaporan.
 Pemasangan papan nama proyek
 Listrik dan Air Kerja Selama Kegiatan Pelaksanaan
Untuk pekerjaan bongkaran, bahan material utuh (asbes, eks. Kusen, besi/baja, dll) harus di
simpan oleh pihak owner, sedangkan bahan material yang berupa puing-puing bekas bongkaran
dibersihkan dan dibuang.

Pasal 2
MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja


pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan
ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.

Pasal 3 :
MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

1
3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang
diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu
akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
3.2. Pembuatan kantor Kontraktor / Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek
untuk keperluan pekerjaan ini.
3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat
membuat berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat
konstruksi dan instalasinya.
3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor /
Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui.

Pasal 4
PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan
yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa


Kontraktor atau biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor /
Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau
sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.

5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua
Proyek dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat
persetujuan.

5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong
secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

2
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor /
Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor /
Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6
RENCANA KERJA

6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib


membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart
dan S-curve bahan dan tenaga.

6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah
Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh
Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek.

6.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua)
kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor /
Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.

6.4. Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan


sesuai dengan Rencana Kerja tersebut.

6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong


berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7
DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK

7.1. Direksi Keet ( Los Pengawas ).


Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk
keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen
2
seluas 24 m ( Ruang Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester,
dinding tripleks / papan / asbes, diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat
kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan
sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

7.2. Kantor Pemborong, Los Kerja Dan Gudang Bahan.


Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong
di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk
menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh
3
Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.

4
7.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los
Pemborong, los Pengawas beserta inventarisnya.

7.4. Pagar Pengaman Proyek.


Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat
memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya
sehingga aman.
Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong .
Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng
gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu Dolken / kayu
Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau sesuai dengan peraturan
Pemerintah Daerah setempat.

7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan
dibiayai oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan /
pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong,
dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor / Pemborong.

7.6. Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh
Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan
tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu
Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera
membongkarnya dan membersihkannya, dan bahan-bahan bekasnya diserahkan
kepada Proyek.

Pasal 8
KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara


kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut
dan dikumpulkan di suati tempat yang telah ditentukan.

8.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan
cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam
proyek.

8.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan.

8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas.
Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

5
8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

8.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan


tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan
jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung
berkapasitas 12 kg.

8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja
Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang
melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor /
Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta
dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin
Proyek.

Pasal 9
TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan
berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun
hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi
Tugas.

9.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI


Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.2. PERALATAN BEKERJA


Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.

9.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

9.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA


9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan
membuat sumur pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Direksi.

9.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja
3
yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m .

9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh
dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan
untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara PLN tidak
memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 10 :
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

10.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


Untuk menghindari klaim dari ‘User’ / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor /
Pemborong harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur
dengan memperhitungkan “ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada
gambar kerja dan penjelasan RKS.
Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti
petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan
yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau
petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :


1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan
proyek.
3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan
proyek.
4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari
pekerjaan.
5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
• 1 (satu) kamera.
• 1 (satu) alat ukur schuifmat.
• 2 (dua) alat ukur optik ( theodolit & waterpass).
• 1 (satu) mesin tik standar 18” atau 1 (satu) unit komputer dan printer.
• 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.
• 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
10.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.
Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi
Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.
NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan.
PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia.
PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.
PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia.
SII : Standar Industri Indonesia.
SK SNI T-15-1991-03
( PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.

Serta :

• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.


• Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga
Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang
penanggulangan bahaya kebakaran.

Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka
berlaku Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal
produsen bahan / material / komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :


• Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja,
RKS, BQ, BA, Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ).
• Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan sudah disetujui /
disahkan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11 :
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat
teknis maupun administratif.
11.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus
memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
11.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas
Lapangan dari Konsultan Pengawas.

11.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan
kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 12 : PENJELASAN RKS DAN


GAMBAR

12.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.

12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan
detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja.
Kontraktor / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud
gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau
kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan
spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan
spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat
konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan
disahkan secara tertulis.

12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis,
lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan
lain dari Konsultan Pengawas.

12.4. UKURAN.
12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
• As - as
• Luar - luar
• Dalam - dalam
• Luar - dalam.

12.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam


Centi meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran
Milimeter ( mm ) untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal / Elektrikal.

12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya


adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).

12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib


melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya
akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan
pegangan.

12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka
pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
Kontraktor / Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-
ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan
Konsultan Pengawas / Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah
tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi biaya maupun
waktu.

12.5. PERBEDAAN GAMBAR.


12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin
kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat
(berlaku).

12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur,
maka Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan
Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan
Konsultan Perencana.

12.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan


satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya,
maka didalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-
perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap
Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan
dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana, untuk
mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

12.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor /
Pemborong untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu
pelaksanaan.

12.6. ISTILAH.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai
berikut :
SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding
beton, batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman
rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya.

SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan


konstruksi, bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning
kolom, balok dan tebal lantai.

AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan


perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja
yang ada baik teknis maupun estetika.

M : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotor-


drainase, sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set
dan sistim pengkondisian udara (AC).

EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik


dan penerangan.

12.7. SHOP DRAWING.

12.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang


harus dibuat oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen
Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

12.7.2. Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak
maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.

12.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan,
keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan
khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara
lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam
Buku ini.

12.7.4. Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada


Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas / Direksi.

12.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan


diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus
sesuain dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas
kalkir yang dapat direproduksi.

12.8. PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN


PEMBUATAN “AS BUILT DRAWING“.

12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan


pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

12.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong


berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan,
dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh
Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing ).
Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi
tanggungan Kontraktor / Pemborong.

Pasal 13 :
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG

13.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan


sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat,
mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
penuh tersebut di atas.

13.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul


akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki
kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.

13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada
Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas
segala kerusakan yang timbul.

13.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

13.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga


keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan
milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya
sampai tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan
tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.

13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas


akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut
bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan.
Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

Pasal 14 :
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN

14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan
termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku
di Indonesia.
Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas
terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

14.2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.


14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk
pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas / setara dan
tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam
bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai
penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya
membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus dengan
sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas
penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan
keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai
dengan instruksi pabrik yang membuatnya.
14.2.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan
bangunan yang berlaku.
14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk
tenaga ahli yang diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang
bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana.
Dalam hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim
sebagai pekerjaan tambah.

14.2.4. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.
14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang
dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri
baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan
Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut
harus ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan
sebagai biaya pekerjaan tambah.

14.3. Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua


bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas
/ Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis
sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan / dipakai.
Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Direksi
dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang
ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang
Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu
sebelum jadwal pelaksanaan.
14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan di-
informasikan kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari
kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

14.5. PENYIMPANAN MATERIAL


Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
14.5.1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang
matang agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses
pekerja.
Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first
in first out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama
dalam gudang / stock material.

14.5.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan
kesesuaian untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan
yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan
sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik
pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari
pemiliknya.

14.5.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan


(levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

14.5.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring
kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase /
pemasukan dari kandungan air / cairan yang berlebihan.
Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan
menjaga gradasi serta mengatur kadar air.
Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis
demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi
tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal 15 : PEMERIKSAAN
BAHAN-BAHAN

15.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang
telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

15.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir / ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi
bangunan / proyek selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh
dipergunakan.

15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas
/ Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka
Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran
kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang mana segala kerugian yang
diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor /
Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap
o
dikenakan denda sebesar 1 /oo (satu per mil) dari harga borongan.

15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan
memeriksakannya ke laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji
dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan
Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong.

15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas
dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-
pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan
penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pasal 16 :
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

16.1. Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub
Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/
Pemborong “wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas /
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
16.2. Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub
Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

16.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk


pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu
persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 17 : PEMBERSIHAN
TEMPAT KERJA

17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah


permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing
didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang
lain dari spesifikasi ini.
Pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda
yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

17.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan


semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di
tempatnya. Kontraktor / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah
ditentukan harus tetap di tempatnya.
17.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk,
tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya
yang muncul, yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau
dibongkar serta dibuang bila perlu.
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian
sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian
sesuai Gambar Kerja.
Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai
dan dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum sesuai
AASHTO T 99.

Pasal 18 : DRAINASE /
SALURAN

18.1. Pembuatan drainase / saluran tapak sementara.


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak,
Kontraktor / Pemborong wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk
pembuangan air yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering.
Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke
saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan. Ketentuan tersebut
harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada.


Kontraktor / Pemborong harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau
mempengaruhi tempat kerja. Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan
Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir
sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan daerah milik jalan
(right of way).
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.


18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor / Pemborong harus
melakukan survey untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan
terkena pengaruh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format
rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Dan patok
permukaan /surface pegs pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi
seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.
Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak

18.3.2. Bila Kontraktor / Pemborong akan melaksanakan pekerjaan sementara atau


permanen pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor / Pemborong harus
mempergunakan metoda konstruksi yang memadai, menyediakan peralatan
perlindungan yang semestinya, dalam rangka mencegah kerusakan pada
utilitas itu; tanpa ada pembayaran tembahan.
Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan oleh pekerjaan Kontraktor /
Pemborong baik langsung maupun tidak langsung, dianggap sebagai
tanggung jawab dari Kontraktor / Pemborong.

Pasal 19 :
PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00

19.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.


19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan
pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan.
Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas
dan Konsultan Perencana.
19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat
waterpass & theodolit.
19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
19.1.5. Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor /
Pemborong harus menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan
Pengawas segala peralatan, instrumen, personil dan tenaga survey, dan lain-
lain material yang mungkin dibutuhkan dalam memeriksa pemasangan /
pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait.
Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :
a. Personil :
• 1 orang surveyor ahli
• 1 orang pekerja surveyor

b. Peralatan pengukuran (survey) :


• 1 Wild ROS Theodolite (360 derajat)
• 1 Wild T0 Theodolite (360 derajat)
• 1 Wild NAK levels
• 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m
• 1 steel measuring rod (4 m)
• 5 target poles dengan tripod
• Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam
survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod dan
lain-lain.
Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan
survey dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan
pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya.
Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh
Kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera
diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri.
Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum
persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.

19.1.6. Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy


penampang melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang
akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian
mengembalikannya kepada Kontraktor / Pemborong.
Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor
/ Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan
tersebut di atas.
Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di atas kertas
kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya
disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir
asli dan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek.
Gambar cross section harus memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

19.2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00


Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai
finishing ruangan Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan
elevasi Lantai Dasar bangunan Kios 10 x 20 yang sudah dibangun.
Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 20 :
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )

20.1. PATOK UKUR.


20.1.1. Kontraktor / Pemborong harus membuat patok-patok untuk membentuk
garis-garis sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan
Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu,
Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta
Kontraktor / Pemborong untuk membetulkan patok-patok itu.
Kontraktor / Pemborong harus mengajukan pemberitahuan mengenai
rencana pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian
pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar
susunan patok itu dapat diperiksa. Kontraktor / Pemborong harus membuat
pengukuran atas pekerjaan pematokan dan Konsultan Pengawas akan
memeriksa pengukuran itu.

20.1.2. Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap
kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar
Kerja, dan diatasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan
ketinggian diatas peil + 0,00.

20.1.3. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok
ukur sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

20.1.4. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau
peil permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.

20.1.5. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua)
buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu
selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

20.1.6. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang
jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai
dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

20.2. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).


20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal
3 cm. dan lebar 15 cm., lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain
adalah 1,50 m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan
atau diubah.

20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau
sesuai dengan keadaan setempat.

20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan
lainnya atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan
Pengawas.

20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor / Pemborong


harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

20.2.6. Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan


ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21 :
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.
21.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor /
Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun
mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Direksi,
harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor /
Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /
Direksi.

21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat
sebelum mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor /
Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas /
Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan
yang akan ditutup dan tidak terlihat.

21.2.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas


kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan
Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali
apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada
Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan.

21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam


(dihitung dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak
terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya
dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas / Direksi.

21.2.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas /


Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau
seluruhnya untuk diperbaiki.

21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi


tanggungan Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya
pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

21.3. KEMAJUAN PEKERJAAN


21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan
oleh Kontraktor / Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan
pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh
Konsultan Pengawas.

21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu
menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin
penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang
diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk
secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju
pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah
ditentukan.
21.4. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.
Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja
dimana Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah,
maka petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua
petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk
menangani pekerjaan itu.

21.5. TOLERANSI.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai
dengan toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang
ditetapkan pada bagian lainnya.
BAB. 2
SYARAT - SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH

Pasal 1
UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan
alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan
tidak terbatas pada :
• Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum
pelaksanaan.
• Pekerjaan perlindungan instalasi “existing”.
• Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.
• Pekerjaan perbaikan / urugan kembali

1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN.


Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor / Pemborong harus mempelajari
dengan seksama Gambar Kerja. Kontraktor / Pemborong harus sudah
memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada
bangunan existing, trench, saluran drainase, pipa-pipa, instalasi existing lainnya,
tiang listrik dan penangkal petir.
Kontraktor / Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket pekerjaan
sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan / komponen / instalasi existing
yang dipertahankan agar tidak rusak atau cacat.
Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi khusus
sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan
kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 2
PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan


/ pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang
dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan
lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :
• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
• Pembersihan material yang ada di lokasi.
2.2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.

2.3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site
konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh
Konsultan Pengawas.
Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 3
PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di
dalam tapak / site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan
Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan lagi.
Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan
memeliharanya dari gangguan / cacat.

3.2. kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton
½ ∅ 30 cm. Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka
pada dasar atau pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari
pasangan batu bata minimal 1 (satu) lapis, lebar 30 cm. sepanjang pembebanan
tersebut.

3.3. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih
berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan
pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Pasal 4
PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
• Pondasi Bored Pile, Poer dan Sloof
• Perataan (cut / fill )
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan
Pengawas.

4.1. MACAM GALIAN.


Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu :
4.1.1. Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
4.1.2. Galian batu.
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali / membongkar batu-batuan pada
daerah galian yang menurut pendapat Konsultan Pengawas harus dilakukan
pembongkaran.

4.1.3. Galian konstruksi / obstacle.


Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan
galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau
tercantum dalam Gambar Rencana.
Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai
bangunan, galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan /
halaman, galian pipa / kabel listrik / pipa gas, saluran-saluran serta
konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada spesifikasi ini.
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga
macam galian tersebut di atas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain,
mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan
dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.

4.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang
lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta
disetujui Konsultan Pengawas.

4.3. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah
urug bekas serta sisa bahan bangunan.

4.4. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk-
petunjuk Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
lingkungan tapak / site atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu
lebih dari 24 jam.

4.5. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau
longgar, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang
tejadi harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan
5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

4.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus
mengikuti prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3.

4.7. Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang
ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk
menutupi kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan
disirami air setiap ketebalan 5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga
mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat
di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
4.8. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja
dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.

4.9. Galian pondasi harus dilakukan sesuaidengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti
tercantum dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan
o
dimiringkan 10 kearah luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai
Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.

4.10. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak / site konstruksi.
Area antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.

4.11. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor / runtuh, maka
apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus
memasang konstruksi penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang BJLS
50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm. diperkuat dengan kayu-kayu
dolken minimal diameter 8 cm. sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin
kestabilan lereng galian.

4.12. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus
menyediakan pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian.
Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian, harus kering
untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
• Pondasi beton setempat dan Sloof beton
• Pondasi Batu Kali.
• Pengurugan dan pemadatan.

4.13. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 4.11. dan 4.12. di atas ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 5
GALIAN STRUKTUR

5.1. LINGKUP PEKERJAAN.


5.1.1. Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai
dengan batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana
tampak pada gambar.
Pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi
ini tidaklah digolongkan sebagai galian struktur.

5.1.2. Galian struktur disini tidak dibatasi hanya pada galian / pengeboran struktur
pondasi, tapi termasuk pekerjaan galian untuk poer, sloof dan batu kali.

5.1.3. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa,
dan semua bahan serta peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari
genangan air tanah dan air permukaan.
5.1.4. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-
kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah
yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.

5.2. PERSYARATAN PEKERJAAN.


5.2.1. Tata letak.
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor / Pemborong
harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Bench mark yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari
kemungkinan gangguan atau pemindahan.

5.2.2. Pengawasan.
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus
diwakili oleh seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam
bidang pekerjaan penggalian / pengurugan, yang mengetahui semua aspek
pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

5.2.3. Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran.


Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta
rintangan-rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah
pembangunan yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan atau
dibongkar, kecuali untuk hal-hal di bawah ini :
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 (satu) meter di bawah
dasar poer.
b. Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya
sedalam yang diperlukan dalam penggalian di tempat tersebut.
c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang baik dan dipadatkan.
d. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab untuk membuang sendiri
tanaman-tanaman dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
e. Kontraktor / Pemborong harus melestarikan semua benda-benda yang
ditentukan tetap berada pada tempatnya.
f. Galian konstruksi / obstacle.
Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali,
pasangan dinding tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi
bangunan lama, dimana cara melakukan pembongkarannya memerlukan
metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula
( misalnya pemecah beton / concrete breaker, compressor, mesin potong )
dibandingkan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi
existing harus segera dikeluarkan dari site dan dibuang ke tempat yang
ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia
di lapangan dalam keadaan siap pakai.
Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut :
• Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang
masih memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar / digali sesuai
dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.
• Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof, mulai dari permukaan
tanah existing sampai dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir
dari konstruksi beton poer dan sloof.

g. Pembuangan humus.
Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus
dibersihkan, harus bebas dari sisa-sisa tanah bawah (sub soil), bekas-
bekas pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak atau bahan lainnya.
Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ke tempat
yang sudah ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

5.3. PENGGALIAN.
5.3.1. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus :
• Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase
alamiah dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah
galian tergenang air.
• Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini.
• Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian
apapun, agar elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat
diketahui dan dilakukan pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang
berdekatan dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan
Pengawas.

5.3.2. Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktur, harus
mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakan atau
alas pondasi sesuai dengan ukurannya. Bagian-bagian dinding / sisi parit
harus selalu ditopang.
Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkiraan,
sehingga secara tertulis Konsultan Pengawas dapat memerintahkan
perubahan ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang
kokoh.

5.3.3. Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempat-


tempat dimana penggunaan mesin-mesin itu dapat merusak benda-benda
yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah
rampung.
Dalam hal ini metoda pekerjaan secara manual / dengan menggunakan
tenaga buruh yang harus dilakukan.
5.3.4. Bila diperlukan, Kontraktor / Pemborong harus membuat turap sementara
yang cukup kuat untuk menahan lereng-lereng tanah galian supaya tidak
ambruk, dan agar tidak mengganggu pekerjaan.
Turap sementara tersebut harus dapat menjaga bangunan-bangunan yang
berada didekat lereng galian tetap stabil.

5.3.5. Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh


pekerjaan galian, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab
terhadap kerusakan bangunan tersebut dan harus menggantinya /
memperbaikinya atas biaya Kontraktor / Pemborong.

5.3.6. Kontraktor / Pemborong harus melakukan perlindungan dan perawatan yang


cukup untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah,
drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5.3.7. Kemiringan galian harus dibuat maksimal dengan perbandingan 1 (satu)


horizontal dan 1 (satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar.

5.3.8. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan-bahan lain dalam lubang galian yang tak
berguna harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan.

5.3.9. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor / Pemborong harus


memberitahu Konsultan Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan Lapisan
Sirtu, Lantai Kerja atau penempatan material apapun tidak boleh dilakukan
sebelum Konsultan Pengawas menyetujui kedalaman pondasi dan karakter
tanah dasar pondasi.

5.3.10. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat,
maka bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor /
Pemborong harus menggantinya dengan material berbutir atau kerikil
sebagaimana disyaratkan pada RKS ini.
Material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi
lapis dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi
dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

5.3.11. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan
Pengawas tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena
kesalahan Kontraktor / Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya, maka
Kontraktor / Pemborong harus membuang dan mengganti tanah dasar
pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau menangguhkan pekerjaan galian
itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat.

5.3.12. Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan
sebagai material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka
harus dibuang.
5.4. AIR TANAH.
5.4.1. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka
Kontraktor / Pemborong harus segera mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencegah air menggenangi galian dan alas struktur.

5.4.2. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini
tidak dianggap sebagai air tanah dan merupakan kewajiban Kontraktor /
Pemborong untuk menanggulanginya sesuai spesifikasi ini, sehingga tidak
akan ada tambahan pembayaran.
Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah adalah
mutlak wewenang Konsultan Pengawas. Jika air dapat dihalangi memasuki
galian dengan menggunakan cofferdam terbuka, maka air ini tidak dinilai
sebagai air tanah.

5.4.3. Bila tinggi muka air di atas elevasi dasar galian, maka harus digunakan
cofferdam yang kedap air. Bila diminta, Kontraktor / Pemborong harus
menunjukkan gambar mengenai metoda pembuatan cofferdam yang
dipakainya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum harus dibuat
di bawah dasar alas pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air.
Umumnya dimensi cofferdam itu harus sedemikian rupa sehingga
memberikan cukup kebebasan / keleluasaan untuk pembuatan acuan (form)
dan pemeriksaannya serta memudahkan proses pemompaan air keluar.
Bila menurut Konsultan Pengawas keadaannya tidak memungkinkan untuk
mengeringkan galian sebelum membuat alas pondasi, maka Konsultan
Pengawas dapat memerintahkan pembuatan lapisan beton penutup dengan
ukuran tertentu, dan lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana tampak
pada gambar atau mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Lalu galian
harus dikeringkan dan alas pondasi diletakkan.
Bila digunakan palung berbeban, dan beban tersebut dipakai untuk
menanggulangi tekanan hidrostatik yang bekerja terhadap dasar lapisan
pondasi penutup, maka harus digunakan penyemat (jangkar) khusus untuk
mentransfer seluruh berat palung terhadap lapisan pondasi.
Bila lapisan pondasi penutup dibuat di bawah air, maka cofferdam harus
dibuat pada muka air yang rendah. Cofferdam dibuat untuk melindungi
beton dari kerusakan karena naiknya muka air dan erosi.
Di dalam cofferdam tidak boleh ditinggalkan kayu-kayuan dan lain-lain
tanpa ijin Konsultan Pengawas.
Bila pekerjaan memompa air diijinkan dilakukan dari bagian galian pondasi,
maka harus dicegah agar jangan ada bahan beton yang ikut terbawa keluar.
Setiap pekerjaan memompa yang dibutuhkan selama perletakan beton, atau
selama waktu sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya harus menggunakan
pompa yang sesuai dan air diletakkan di luar acuan beton.
Pemompaan air untuk mengeringkan ini tidak boleh dikerjakan sebelum
lapisan cukup keras dan kuat untuk melawan tekanan hidrostatik.
Kecuali bila ditentukan lain, cofferdam atau palung dengan segala
kelengkapannya, harus dibongkar oleh Kontraktor / Pemborong segera
setelah selesai pekerjaan sub-struktur. Pemindahannya harus sedemikian
rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang telah diselesaikan.
5.4.4. Pemeliharaan saluran.
Bila tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung,
cofferdam atau sheet piling, dan saluran air yang berdekatan dengan pondasi
tidak boleh terganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson,
palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai
pembuatan dasar pondasi, Kontraktor / Pemborong harus mengurug kembali
galian-galian itu sesuai dengan muka tanah semula, dengan memakai bahan
yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air akibat dari pembuatan
pondasi atau galian lainnya harus dibuang agar saluran itu bersih dari segala
macam halangan.

Pasal 6
URUGAN DAN PEMADATAN

6.1. PEKERJAAN URUGAN.


Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
• Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2%
atau sesuai Gambar Kerja.
• Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan
kepadatan CBR 3% atau sesuai Gambar Kerja.
• Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum
dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

6.2. BAHAN URUGAN.


Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan.
Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan,
kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek.
Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, baik
mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau
digunakan di dalam lokasi pekerjaan.
Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-lain,
tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan
dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas.
Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping
setebal + 30 cm.
Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor / Pemborong atas
biaya sendiri.

6.3. PENGURUGAN.
6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah
bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran
dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.

6.3.2. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa
bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah
urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari
luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas dan atau
telah disetujui Konsultan Pengawas.

6.3.3. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung
dipadatkan sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan.
Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm. Setiap
kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas
yang menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan
yang disyaratkan, dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam
Berita Acara yang disetujui Konsultan Pengawas.
a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan
dikeruk, sebelum pekerjaan pengurugan dimulai.
Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan.
b. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang
bersangkutan di bawah ini dalam bab ini.
c. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras.
Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air,
Kontraktor / Pemborong harus membuat alur-alur pada bagian teratas
untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan
dipadatkan kembali.
d. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasisesuai
yang tercantum dalam Gambar Kerja.

6.3.4. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak
perlu dipadatkan dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.

6.4. PEMADATAN.
6.4.1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus
dikeringkan terlebih dahulu.
6.4.2. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan
penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki
kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
6.4.3. Kontraktor / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat
yang paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada.
Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

6.4.4. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
tiap lapisan maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling
sedikit
90% (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti
yang ditentukan dlam AASHTO T 99.

6.4.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari
hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus
dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

6.4.6. Kontraktor / Pemborong diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila


diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan
oleh Konsultan Pengawas, yang harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas
2
dan dibuatkan laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150 m .

6.5. PEKERJAAN PERATAAN TANAH.


Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang
direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh
Konsultan Pengawas.
BAB. 3

SYARAT - SYARAT TEKNIS


PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1. PERSYARATAN MUTU.

1.1.1. Mutu Beton.


Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus
mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :
 Pondasi pelat dan bore file
: K-250

 Sloof Beton
: K-250

 Kolom dan Balok :


K-250

 Pelat Lantai &Atap Dak


: K-250.

 Sloof ,Kolom & Ring Balok


Praktis : K-250
f. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
harus Beton Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian-
bagian tertentu dapat menggunakan beton konvensional yang
sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas /
Konsultan Pengawas.
g. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran
1pc : 3ps : 5kr.
1.1.2. Mutu Baja Tulangan.
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini
adalah sebagai berikut :
a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan
2
kekuatan tarik 2080 Kg/Cm .
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-
2
32 / besi ulir ) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm .
c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka
digunakan wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar
Kerja.
1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON.
1.2.1. Semen.
a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type
1 atau standar Inggris BS 12.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK,
TIGA RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8.
Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk
seluruh pekerjaan.

c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam
gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus
bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan
Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut.
Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan
Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang
dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton,
maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar
beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui
atas beban Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk
semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap
kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga harus
sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan.
• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak
minimal 30 cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat
semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan
dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai
yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk semen secara terpisah-
pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh,
menghitung zak-zak dan memindahkannya.
Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah
penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut
urutan kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman
semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan
dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih
dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh
Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi
serta harus dilengkapi segala timbangan untuk untuk keperluan
penyelidikan.
• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi
gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok
dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan
Pengawas bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan
selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.

1.2.2. Pasir dan kerikil


a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun
semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor
untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan
kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat


persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan
bahkan memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan
harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian
rupa sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan
kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan
tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan.
Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk
pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang
tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil
tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk
meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir
alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang
didapat dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan
sebagai persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil
dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas
kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan.
Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan Pengawas sebagai
bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup,
seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya
14 hari sebelum diperlukan.
• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan
dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam
tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan.
Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak merugikan kegunaan dari timbunan.
• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan
lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi
yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang
merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32,
atau jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan
standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan Persentase satuan


No. timbangan tertinggal di
saringan
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3 - 7
Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah
15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan
dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )


• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

• Kebersihan dan mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus,
mudah pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali,
bahan-bahan organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah
yang merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang
merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya.
Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak
berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar
harus dicuci.

• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.
- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta
harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang
terdapat di NI-2 PBI-1971.
Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa
oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan
gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah
kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat
yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.
1.2.3. A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus
diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas
untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

1.2.4. Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan
standar Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation
A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan
tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang
disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di
dalam gambar rencana.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih,
karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau
mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.
c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh,
maka wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION
METAL atau BRC LYSAGHT.

1.2.5. Cetakan ( bekisting )


a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan
tebal minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat
dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya,
untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari
bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan
Perencana.
b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar
pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

1.2.6. Water stop


Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian-
bagian yang harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan
tempat-tempat basah lainnya sesuai dengan Gambar Kerja.
Water stop yang digunakan adalah SUPERCAST SW 10 merk FOSROC, tipe
disesuaikan dengan posisi joint dengan minimum lebar 20 cm.

1.2.7. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor
secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan
design dan perhitungannya.
Bonding agent yang dipergunakan adalah NITOBOND PVA merk FOSROC
berupa material liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic
digunakan pada sambungan pengecoran beton lama dan baru khusus untuk
daerah kering. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.2.8. Admixture
a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk
mempercepat pengerasan beton.
Bahan Admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk SIKA
dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat
digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Perencana.

b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set),


dimana bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan
sampai dengan waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari
1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST
RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen.
Pencampuran dilakukan di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan


mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength).
Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 –
2,00 liter per 100 kg. semen.
Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam
cetakan.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

1.3.1. Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton


a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia
NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton
adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm.
3
(0,003375 m ) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil
pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan
beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel
4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14,
atau 28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang
tertuang dalam risalah rapat.

1.3.2. Komposisi campuran Beton


a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir,
kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur
dalam perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya
sampai pada kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan
dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan
(design mix)“.
Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan
campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan
dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang
sudah terbukti akreditasinya.

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam
persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin
sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk


berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.

e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan
atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat,
kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.

f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi


beton harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara
pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan
beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang


direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton
dan listplank / parapet, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah
lainnnya, maksimum 0,55.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya


Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk
tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan,
kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim
yang disebabkan perubahan yang demikian.

1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton


a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan
untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk
menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air
untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama
atau yang menjadi kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak
diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali
pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari
8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan.
Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan
Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal
tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas
lebih tinggi atau alasan penghematan.

b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas


melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji
sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh
Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh
pemeriksaan yang representatif.

1.3.4. Pekerjaan Baja Tulangan


a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar
konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan
kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan
bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai.
Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari
besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaannya
disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka
tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai
bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi /
cakar ayam perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan
penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.

c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan
dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan
gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu
dari Konsultan Pengawas.

1.3.5. Pekerjaan Selimut Beton


Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding
atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai
jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan
gambar rencana.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton
untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm.
b. Balok sloof = 4,0 cm.
c. Kolom = 4,0 cm.
d. Balok = 3,0 cm.
e. Pelat beton = 2,0 cm.

1.3.6. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari
yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan
tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan
secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

1.3.7. Pekerjaan Mengaduk


a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan
cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin
pengaduk beton ( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan
susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi
atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan
penyempurnaan.
c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan
(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan
konsistensi beton yang dikehendaki.
Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus
diperbaiki dan atau diganti.
Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur
sedemikian rupa, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan
mudah dari stasiun operator.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah
ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat
mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

1.3.9. S u h u
o
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32 C dan tidak kurang dari
o o o
4,5 C. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27 C - 32 C, beton
harus diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
o
melebihi 32 C sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka
Kontraktor harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya
mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada
o
suhu dibawah 32 C.
1.3.10. Pekerjaan Rencana Cetakan
Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan
dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan
cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi
tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap
perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada
waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari
bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus
dengan segera menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan
menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.11. Pekerjaan Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada
kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan
selama dan sesudah pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh.
Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus
dilaburi / diminyaki dengan minyak bekisting yang biasa
diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah secara efektif
melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas
bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak
dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.
c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka
cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai,
harus tersedia.
d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik
dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan
selama pelaksanaan.

1.3.12. Pekerjaan Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang
diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan
kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

1.3.13. Pekerjaan Pengecoran


a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan
letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan,
pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-
lainnya telah selesai dikerjakan.
Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang
tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan
bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus
dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru
dicor - tidak akan diserap.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan
dicor beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan
beton baru. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran,
pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan
asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari
permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian
pengecoran yang masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur /
penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang
ditunjuk serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi
pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah memadai.
f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga
pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil
dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton
yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut
yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak
diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin
akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang
cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter,
semua penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan
tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak
untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal
lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau
turun hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah
dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh
dihamparkan pada construction joint, dan air semen atau spesi yang
hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup
menuang dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-
syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter.
Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya
pengecoran dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit /
terbatas.
j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin,
sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat
semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar
(vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada
bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran
tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type IMMERSON,
beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit
ketika dibenamkan ke dalam beton.

1.3.14. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan
hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih
muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus
diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan
harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas
b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh
dibuka, yaitu minimum
3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof.
7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.
21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

1.3.15. Perawatan ( Curing )


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di
bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang
berupa bahan cair / liquid material dimana setelah mengering berbentuk
membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung (curing compound)
untuk menahan / mencegah penguapan air dari dalam beton, dengan
2
takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 – 6 m .
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana
yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari
yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton
dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan
segera setelah pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus
menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman
secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan
cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa
tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang
digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi persyaratan
spesifikasi air untuk campuran beton.
1.3.16. Pekerjaan Perlindungan (Protection).
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan
sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

1.3.17. Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton


a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar
atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang
cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan
spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas
bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan
ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang rusak, dalam hal
mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam
pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang


terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan,
lubang-lubang karena keropos, ketidak-rataan dan bengkak harus
dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan
beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi
pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan
terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus terus menerus
dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.

c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna


pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja
akan menghasilkan sebidang dinding yang tidak memuaskan
kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps ) dengan ketebalan yang tidak
melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang berbatasan (yang
bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi
kelurusan ( pencekungan atau Pencembungan ) bidang tidak boleh
melebihi dari L / 1000 untuk semua komponen.

Pasal 2
PENYEKAT-PENYEKAT AIR

2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungan-
sambungan bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor
harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak,
mur-mur dan bahan penyambung lainnya.

2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan


lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air,
pertemuan perpotongan-perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan
gambar-gambar atau seperti ditunjukkan oleh Konsultan Perencana.
2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik
pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus dibentuk
sedemikian rupa agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.
Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan
posisi joint dengan lebar minimum 20 cm.

Pasal 3
PEKERJAAN SPARING

3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan
gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja tulangan,
maka baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.

Pasal 4
PEKERJAAN WATERPROOFING

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar,
memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik
yang bersangkutan.
Bagian-bagian yang harus di-waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat
K M / W C dan daerah-daerah basah lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.


4.2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan.
Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standar-
standar lainnya seperti : NI-3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407.
Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa ijin
dari Konsultan Pengawas.
4.2.2. Bahan.
a. Untuk Kamar Mandi / WC
Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis
kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen).
Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah
2
2 kg/cm ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

b. Untuk waterproofing atap Dak.


Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis
kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen).
Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah
2
2 kg/cm ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

4.3. PENGUJIAN.
4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium yang
independen, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang
ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat
rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai
pekerjaan.

4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama
minimal 10 (sepuluh) tahun termasuk kesanggupan mengganti dan
memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta
adalah jaminan dari pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari
pihak pemasang (applicator) untuk kualitas pemasangan.

4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi


air di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan pekerjaan
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN.


4.4.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel
pabriknya.

4.4.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab,
kering dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.

4.4.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan,


baik sebelum atau selama pelaksanaan, kalau terdapat kerusakan yang bukan
karena tindakan Pemilik.
4.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.
4.5.1. Persyaratan umum.
a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap
dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan-
bahan pengganti harus yang disetujui oleh Konsultan Pengawas
berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor.
c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi
lapisan ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh
Konsultan Pengawas dengan cara-cara yang telah disetujui Konsultan
Pengawas.
Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.
d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan
memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal ada kelainan / perbedaan di
tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan.

4.5.2. Cara pelaksanaan.


a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman
(ahli dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus
mengajukan metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat
yang terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis
pelindung terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar
pelaksanaan atau spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran
waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar
pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed ataupun material
finishing.
c. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed
lapisan pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan
kemiringan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

4.5.3. Gambar detail pelaksanaan.


a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan
keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang
belum tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.
c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus
yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja / dokumen
kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan.

4.4. TANGGUNG JAWAB


4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai
dengan saat-saat berakhirnya masa garansi.

4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian
Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar-
gambar atau peraturan-peraturan yang berlaku.

4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat
diperlukan bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di
lapangan, baik teknis mapun administratif.

4.7. CONTOH.
4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan
jaminan dari pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.

4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
minimal sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan,
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi
akan diambil oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh-contoh bahan tersebut.

4.8 PENGUJIAN MUTU.


4.8.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan / pengetesan terhadap
hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman di atas
permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.

4.8.2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari


Konsultan Pengawas.

4.8.3. Pada waktu penyerahan maka Kontraktor harus memberikan jaminan atas
semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat
lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan.
Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti
dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
4.9. PENGAMANAN PEKERJAAN.
4.9.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah
dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan
lainnya.

4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau
Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor
harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.
BAB. 4

SYARAT - SYARAT TEKNIS


PEKERJAAN ARSITEKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan adukan pasangan batu kali
b. Pekerjaan adukan pasangan batu bata
c. Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.


1.2.1. Semen.
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.
1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.

1.3.2. Jenis adukan.


a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang
dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps.
Aduk plesteran ini untuk :
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi
luar bangunan.
• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja
hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.

1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.

1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk adukan kedap air.

Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

2.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan pondasi pasangan batu kali.
b. Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.


2.2.1. Batu kali.
Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.

2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.

2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.

2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.

2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil / bentuk pondasi
dari bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai
dengan Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas,
kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram
sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat.
Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang
sesuai dengan Gambar Kerja.
2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran
1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps.

2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada
bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian
tengah.

2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan
dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-
stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan
tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut.
Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d
atau sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja.
Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum
dalam Gambar Kerja.

Pasal 3
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

3.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pembuatan dinding batako press.
b. Pekerjaan pasangan batu bata lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.


3.2.1. Batako press.
Batako press yang dipakai adalah dari mutu yang terbaik, setaraf bata F,
ukuran 8 x 20 x 30 cm. dengan pengepresan sempurna dan merata.
Batako press yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan,
mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan
dari pabrik atau penjual.
Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh
disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

3.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

3.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
3.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

3.3.2. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu
sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas
permukaan batu bata tersebut.

3.3.3. Aduk perekat / spesi.


a. Aduk perekat / spesi untuk pasangan batako press kedap air adalah
campuran 1pc : 3ps untuk :
• Dinding pasangan batako daerah basah.
• Dinding pasangan batako yang langsung berhubungan dengan luar.
• Saluran.
b. Untuk semua pasangan batako press terhitung dari P +0,20 ke atas, dipakai
aduk perekat / spesi campuran 1pc : 5ps terkecuali yang disyaratkan
kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam Bab ini.

3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm.
Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

3.3.5. Pemasangan dinding pasangan batako dilakukan bertahap, setiap tahap


terdiri maksimum 5 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok
praktis.
Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada persyaratan
pelaksanaan pekerjaan beton di Bab lain dalam buku ini.

3.3.6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan
pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan.
Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi dan siku seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.

3.3.7. Pekerjaan pemasangan batako press harus benar-benar vertikal dan


horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan
tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm.
vertikal dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar /
memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak
dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

3.3.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
3.3.9. Setelah batako terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian
disiram air dan siap menerima plesteran.

3.3.10. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
3.3.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
3.3.12. Tidak diperkenankan memasang batako merah yang patah dua melebihi dari
5%. Batu bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
3.3.13. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci) harus :
• Dinding bata ½ batu, harus setebal 15 cm.
• Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.
3.3.14. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk
memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain.
Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain
sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

Pasal 4
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL

4.1. LINGKUP PEKERJAAN.


4.1.1. Pekerjaan Beton Bertulang.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Pembuatan kolom praktis 11 x 11 cm.
• Pembuatan balok praktis / balok lintel, ring balok ukuran 10 x 15 cm.dan
10 x 10 cm.
• Pekerjaan kolom praktis, balok praktis / lintel dan ring balok lainnya
seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.
4.2. PERSYARATAN BAHAN.
4.2.1. Besi Beton.
a. Besi
dari beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil
∅ 16 mm.
b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti
serpih-serpih.
c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.
d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.
e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Konsultan Pengawas.
f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh /
dilapis seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm.
Kawat pengikat besi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2
(PBI-1971)

4.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

4.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
Pasir yang dipakai harus Pasir Beton.

4.2.4. Koral beton / Spleet.


a. Koral beton / spleet harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta
mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
b. Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan
satu sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan
perbandingan adukan beton yang disyaratkan.

4.2.5. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

4.2.6. Acuan / bekisting dan perancah.


a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.
b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan
mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.

4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


4.3.1. Beton Bertulang.
a. Campuran dan mutu beton
• Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr.
• Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non
struktural ini adalah K-250.

b. Pembesian.

• Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang


dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan sengkang (ring)
persyaratannya harus sesuai NI-2 (PBI-1971).
• Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan
Gambar Kerja.

• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi
tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus
bebas dari papan acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang
selimut beton dan bantalan beton (beton decking) sesuai dengan NI-2
(PBI-1971).

c. Acuan / bekisting.
• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam Gambar Kerja.
• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran berlangsung.
• Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari
kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.

d. Cara pengadukan.
• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
• Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas.
• Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak
terjadi penguapan terlalu cepat.
• Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.

e. Pengecoran Beton.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me-
laksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram
cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
Konsultan Pengawas.
• Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar
beton untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral /
spleet yang dapat memperlemah konstruksi.
• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan
Pengawas.
• Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding
Agent NITOBOND PVA merk FOSROC.
• Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus
dikasarkan, dilapis dengan Bonding Agent NITOBOND PVA yang
pelaksanaannya sesuai persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya
langsung dilakukan pengecoran beton baru.

f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting.


Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan
ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.

g. Pekerjaan pembuatan kolom praktis.


Pemasangan kolom praktis untuk :
• Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata.
• Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian dalam bangunan
2
setiap seluas 9 m .
• Dinding pasangan batu bata ½ batu pada bagian luar / tepi luar
2
bangunan setiap seluas 9 m .
• Ukuran kolom praktis adalah 11 x 11 cm.
• Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

h. Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok.


Pemasangan balok praktis / lintel dan ring balok :
• Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai
2
ring balok setiap luas 9 m pasangan dinding bata yang tinggi.
• Ukuran balok pratis adalah 10 x 15 cm, atau sesuai Gambar Kerja.
• Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau
seperti terurai dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.

j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum


dalam Butir 5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan
tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja.

k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis,
ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar
Kerja harus diperkuat angker ∅ 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan
balok praktis ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata minimal
sedalam 30 cm. kecuali ditentukan lain.

4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Campuran beton tumbuk adalah 1pc : 3ps : 5kr dengan tulangan praktis 1
lapis – 2 arah diameter 6 mm.- 15 cm. atau wiremesh BRC M-6, terkecuali
pada daerah basah (KM / WC dan Pantry) tidak dipasang tulangan.
Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata
permukaan / waterpass dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN

5.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan batako press dan permukaan beton.
• Plesteran kedap air.
• Plesteran biasa.
• Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

5.2. PERSYARATAN BAHAN.


5.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
5.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
5.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


5.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan
bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Pengawas.
5.3.2. Jenis plesteran.
a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan.
Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu 1pc : 3ps.
Dipakai untuk :
• Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
• Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.

b. Plesteran biasa adalah campuran 1pc : 5ps.


Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Plesteran kedap air adalah campuran 1pc : 3ps.


Aduk plesteran ini untuk :
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi
luar bangunan.
• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja
hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja.

d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk
plesteran sebagai lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau
sudah kering benar.

5.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering
pada waktu pelaksanaan pemasangan.

b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi
30 menit, terutama untuk plesteran kedap air.

c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk


pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.

d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus


diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci
harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan
berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang
membuat cacat.

e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi


terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”).
Semua lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup aduk plesteran.

d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper
dipakai plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material
akhir lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal
untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang
akan digunakan tersebut.

e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan
dalam 5 mm.

f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau


pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.

g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding /


kolom seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.
Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm. dan maksimal 2,5 cm.
Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat
ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.

h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai


pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh
bangunan.

5.3.4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung
dengan wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.

b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir,


Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-
kerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir


di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih
dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain
seperti yang disyaratkan tersebut di atas.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak
dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 6
PEKERJAAN KAYU

6.1. LINGKUP PEKERJAAN.


6.1.1. Pekerjaan kayu kasar.
Pekerjaan kayu kasar lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.1.2. Pekerjaan kayu halus.


• Rangka d a u n p i n t u l a p i s P o l y w o o d 9 mm

6.2. PERSYARATAN BAHAN.


6.2.1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan
pada butir berikut ini.
Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus. Tanpa cacat
mata kayu, putih kayu dan retak
Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.2.2. Pekerjaan kayu kasar.


Kayu Borneo Super atau sekualitas.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas
keawetan II dan kekuatan II.

6.2.3. Pekerjaan kayu halus.


a. Balok untuk kusen, kayu kelas II. Referensi bahan sesuai dengan SII
No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.
b. Papan untuk rangka pintu kayu Klas IIi bahan sesuai dengan SII No.
0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II.
c. Multiplex:
Panel : Plywood, Megateak.
Tebal : (sesuai yang ditunjukkan pada Gambar Kerja).
Produk : Ex lokal mutu terbaik.

6.2.4. kelembaban.
• Untuk ketebalan kayu lebih dari 3 cm. disyaratkan kelembaban kayu tidak
lebih dari 14 % terpasang.
• Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm. diijinkan kelembaban kayu 25 %
maksimum.
• Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 - 3 cm. diijinkan kelembaban
kayu 18% maksimum.
Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content) tersebut di atas
diperiksa dengan alat pemeriksa kelembaban kayu.

6.2.5. Pengawetan kayu.


Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah
melalui proses pengeringan (dry kiln) dan harus sudah diberi bahan anti
rayap sebelum pelaksanaan finishing.
Persyaratan pelaksanaan pekerjaan anti rayap sesuai dengan yang tercantum
pada pekerjaan perlindungan.
Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini
harus diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi
dari kerusakan. Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak
langsung terhampar di lantai.

6.2.6. Bahan dan alat bantu.


• Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.
• Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang
setaraf.
• Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain
harus digalvanisasi.

6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor diwajibkan untuk :
• Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai
Gambar Kerja.
• Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan
di lapangan.
• Khususnya untuk pekerjaan kayu halus, Kontraktor harus membuat shop
drawing untuk detail pemasangan dan sistim perkuatan.
Agar diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan
pekerjaan kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.
Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung,
angker, dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus rapi sempurna serta
tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.
Khusus untuk bahan sambungan / pengikat dari baja seperti angker,
sengkang, plat dan sebagainya sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan
anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pengecatan di Buku ini.
Khusus pada permukaan bidang tampak / exposed, tidak diperkenankan
pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas.
Bilamana pada sistim perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang
kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor
untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas.
Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus.
Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus.
Sebelum pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua
logam tersebut harus sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan cat
seperti yang disyaratkan.

6.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Kasar.


Semua konstruksi yang tidak ditampakkan (“unexposed”) harus dilapis
dengan menie kayu. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah penyerutan dan
sebelum dipasang.

6.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Halus.


Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan
diperlihatkan (exposed) dan permukaan kayu yang akan dilapis / ditempel
dengan bahan / material finishing harus diserut halus dan rata.
Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus
menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di
tempat pemasangan, persyaratan ini mencakup pula untuk penyerutan.
Setelah penyerutan mesin, baru kemudian diperkenankan dengan penyerutan
tangan.
Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan
rapi terutama untuk bagian yang diperlihatkan (exposed). Sambungan Plint
kayu pada sudut harus berupa sambungan adu manis dan siku. Sambungan
antara papan ke arah memanjang harus berupa sambungan ekor burung.

6.3.4. Perlindungan terhadap pekerjaan kayu yang telah selesai.


Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik
berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat-cacat lain. Apabila hal tersebut
di atas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mengganti tanpa
mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

6.3.5. Pekerjaan penyelesaian (“finishing”) kayu.


Pekerjaan “finishing” kayu lihat Pasal Pekerjaan Pengecatan dalam Buku ini.
Pekerjaan Kusen Jendela

Lingkup Pekerjaan

Semua pekerjaan kusen jendela dari alumunium dengan perlengkapannya yang diperlukan
sesuai penjelasan dalam gambar-gambar.

Pengendalian Pekerjaan

Semua pekerjaan kusen dan pintu alumunium harus dikerjakan menurut instruksi
pabrik/produsen dan standar-standar antara lain:

 The Aluminium Association (AA) ;


 Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA) ;
 American Society for Testing Materials (ASTM).

Bahan-bahan

 Kusen Aluminium ;
 Kusen aluminium yang digunakan adalah yang berkualitas baik
 Sealant harus dari mutu yang baik ;
 Kaca sesuai dengan poin 3.10. Pada persyaratan teknis ini.
 Karet sealer harus sesuai ukuran dan bentuknya dengan jendela dan kaca yang
dimaksud dan harus dari mutu yang terbaik.

Gambar Rancangan Pembuatan

Pemborong diminta untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran- ukuran yang
disesuaikan di lapangan.

Pemborong diminta untuk merencanakan sistem pemasangan dengan memperhitungkan


keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat bentangan, tekanan angin dan
sebagainya, sesuai dengan rekomendasi pabrik dan peraturan-peraturan muatan yang
berlaku.
Pelaksanaan

a. Pengerjaan

 Semua pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan


standar pengerjaan disetujui Konsultan Pengawas ;
 Pemakaian alat-alat terbaik ;
 Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun ;
 Semua detail pertemuan harus runcing, halus dan rata, bersih dari goresan-
goresan, serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan alumunium.
b. Pemasangan

Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis ini. Setiap
sambungan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya harus diberi sealant.

Tanda-tanda dan cacat akibat proses anodizing, yaitu “rack” atau “gipper” yang timbul
di permukaan aluminium harus dihilangkan.

c. Perlindungan

Semua aluminium harus dilindungi dengan “lacquer film” atau bahan yang lain yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas ketika dibawa ke lapangan.

Perlindungan tersebut harus dibuka dimana diperlukan ketika aluminium akan


dikerjakan.

Tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate primer (pernis
transparan) ketika pekerjaan plester dilaksanakan. Bagian-bagian lain dapat tetap
dilindungi dengan “lacquer film” sampai pekerjaan selesai.

Weather Seal

Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal (backing strip) di dalam dan di
luar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
Pengujian

Jendela tipikal Semua jendela tipikal dikerjakan lebih dahulu termasuk pemasangan
kaca dan sealant.

Contoh (sample) produksi aluminium tersebut harus ditest pada sebuah labotorium yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan test itu meliputi:

 Ketebalan lapisan ;
 Staining ;
 Berat ;
 Test korosi.

Konsultan Pengawas akan menguji kekuatan, kualitas pekerjaan dan kedap air dari
kusen tersebut, pekerjaan aluminium yang lain boleh dilanjutkan setelah pekerjaan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Masa Pemeliharaan

Bila sampai akhir masa pemeliharaan, Konsultan Pengawas berpendapat bahwa curah
hujan masih kurang untuk menguji kedapan air, maka Konsultan Pengawas berhak
menguji jendela dengan penyemprotan air secara kontinyu.

Bila terjadi keretakan, kebocoran dan sebagainya akibat hujan maupun penyemprotan,
harus diperbaiki kembali sehingga sempurna, tanpa biaya tambahan.

Jendela Aluminium

Lingkup Pekerjaan

Semua pekerjaan daun jendela aluminium dengan perlengkapan yang diperlukan sesuai
penjelasan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Bahan-bahan

Rangka aluminium untuk jendela yang ditunjukkan dalam gambar adalah merupakan ide
dasar Ahli, yang selanjutnya harus dilengkapi gambar kerja oleh Pemborong sesuai dengan
jenis profil aluminium yang akan digunakan. Aluminium yang akan digunakan adalah
produksi yang berkualitas baik.

Kaca, sesuai 3.10. Pada persyaratan teknis ini.

Pelaksanaan

Lakukan pengukuran seteliti mungkin ditempat pemasangan, laporan kelainan-kelainan


yang terjadi pada Konsultan Pengawas agar mendapat petunjuk lanjutan dan persetujuan
sebelum pemasangan.

Pemasangan

Daun pintu harus mempunyai kerenggangan terhadap kusen dalam batas-batas sebagai
berikut:

Pekerjaan Kaca

Lingkup Pekerjaan

Dalam lingkup ini meliputi pengadaan dan pemasangan kaca seperti yang tertera dalam
gambar-gambar.

Pengendalian Pekerjaan

NI-3-1970 ;

Keterangan dari Suplayer ;

Persyaratan teknis.

Bahan-bahan
Kaca jenis Polos tebal 5 dan 8 mm dipasang pada tempat-tempat sesuai gambar
pelaksanaan. Kaca-kaca tersebut harus mempunyai toleransi ketebalan maksimal 3%, dan
berkualitas baik.

Pelaksanaan

Kecuali dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas, kaca-kaca didatangkan ke lapangan


pekerjaan sudah dalam siap pasang.

Sebelum pemasangan, Pemborong harus mengambil ukuran-ukuran yang tepat dari lubang-
lubang/bukaan-bukaan kusen yang bersangkutan, sehingga jika ada perubahan ukuran kaca
di lapangan yang disebabkan tidak melakukan pengukuran terlebih dahulu, menjadi
tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

Pasal 7
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )

7.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan ini meliputi :

Pekerjaan perlengkapan pintu kayu dan jendela aluminium seperti tercantum


dalam gambar Kerja.

8.2. PERSYARATAN BAHAN.


Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini.
Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu secara tertulis dari Pemberi Tugas.
Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas.
Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap.
Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan
pintu.

8.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun.


a. Engsel.
1. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon, memenuhi
standar SII-0407-80
Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda, rangka
aluminium. Ukuran : 4 x 3 inchi, tebal 3,2 mm. (standar
produk). Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.
Produk : SES, CISA atau setara
Warna : Silver.

2. Mekanisme : Ayun dua arah (“double swing”).


Spesifikasi : Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (“frameless”)
dipasang pada sisi bawah / tertanam di lantai dan sisi
atas daun pintu, sekaligus berfungsi sebagai door
closer dengan pengaturan kecepatan menutup
dari
o o o o
115 ke 12 dan 12 ke 0 .
Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah
(bottom pivot patch) dan atas (top pivot patch).
Pemakaian : Pintu masuk utama lantai dasar.
Jumlah : 2 (dua) set lengkap per daun
pintu. Produk : SES, CISA atau setara.
Warna : Ditentukan kemudian.

b. Kotak Kunci (“Lockcase”).


1. Mekanisme : 2 kali kunci (“double lock”).

Pemakaian : Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan


rangka aluminium.
Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt)
dan lidah malam (rolling dead
bolt). Produk : berkualitas baik
Warna : Silver.

2. Mekanisme : 1 kali kunci (“single lock”)


Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass)
Spesifikasi : Lockcase pada bagian bawah dan atas
pintu
frameless.
Produk :
KEND. Warna :
Silver.

c. Kunci (“Cylinder”).
1. Pemakaian : Semua pintu Rolling Door
Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya
(Double Cylinder).
Produk :
Warna : Ditentukan kemudian.

2. Pemakaian : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas.


Spesifikasi : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan
tombol pada sisi dalam (Knob Cylinder).
Produk :
Warna : Ditentukan kemudian.

3. Pemakaian : Khusus Kios


Spesifikasi : Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan
koin dan tombol pada sisi dalam
Produk :
Warna : Ditentukan kemudian.

d. Pegangan (“Handle”).
1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless.
Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt)
secara mekanis. Pemasangan menyatu dengan
silinder kunci. Dilengkapi dengan penutup lubang
kunci.
Produk :
Warna : Silver.
2. Pemakaian : Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu
masuk utama lantai dasar.
Spesifikasi : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa
rangka (frameless).
Produk :
Warna : Ditentukan kemudian.

e. Penahan Pintu (“Door Stopper”).


Pemakaian : Seluruh pintu.
Spesifikasi : Bahan karet.
Produk :

8.2.2. Perlengkapan Pintu Besi.


Engsel dan kunci dipasang dan dibuat sekaligus dengan kusen dan daun
pintu di Bangunan Kios.
a. Engsel.
Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).
Spesifikasi : Tipe ball bearing dengan batang poros dapat dikunci,
dengan kemampuan dapat menahan beban daun
pintu termaksud ( @ 200 kg ).
Pemakaian : Bangunan Kios.
Jumlah : 3 (tiga) set per daun pintu.
Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.
b. Kunci.
Mekanisme : Sistim selot.
Spesifikasi : Batang selot pada daun pintu dilengkapi pegangan
yang dapat dipasang kunci gembok.
Pada kusen dipasang ring untuk tempat mengunci
pegangan batang selot dan kunci gembok.
Pemakaian : Bangunan Kios.
Jumlah : 1 (satu) set per daun pintu.
Warna : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.

8.2.3. Kehandalan kerja.


Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan
baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.

8.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


8.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan di lapangan.
Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus
yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak
sesuai dengan standarisasi fabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap tipe
pintu dan jendela.

Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Konsultan Pengawas sebelum


dilaksanakan.

8.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht


khususnya lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan
letak posisi yang telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk
Konsultan Pengawas.
Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib
memperbaiki tanpa tambahan biaya.

8.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah
pintu pada pintu-pintu umum biasa.
Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as)
dari permukaan bawah pintu.
Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik.

8.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan
minimum ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu
lain, dipasang pada lantai.
Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding
pada saat pintu terbuka.
Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan
harus sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuat.

Pasal 9

PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

9.1. LINGKUP PEKERJAAN

1. Pekerjaan meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan tenaga ini.

2. Pekerjaan meliputi pembuatan langit-langit dengan bahan-bahan yang disebut


dalam gambar atau dalam syarat-syarat dan spesifikasi khusus.

9.2. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT GYPSUMBOARD DAN KALSIBOARD

1. Material / Bahan

● Gypsum board yang digunakan ex. Jayaboard atau setara dengan ketebalan T = 9
mm.

 Ranka plafond untuk ruang operasi menggunakan rangka hollow galvanis.

● Rangka plafond yang digunakan adalah rangka hollow galvanis ex. Jayaboard
atau setara.

● Pemasangan mengikuti prosedur pabrik diatas.

2. Lingkup pekerjaan

Pengadaan/penyediaan tenaga, bahan, peralatan,dan lain-lainnya yang diperlukan untuk


pemasangan dinding maupun ceiling gypsum seperti yang telah ditentukan pada
gambar.

3. Pekerjaan Rangka Gypsum Board dan Kalsiboard

● Masing-masing rangka disambung dengan las (spot welding) atau riveting. Setiap
sambungan harus siku dan lurus.

● Pemasangan kerangka metal diatur sedemikian rupa agar tepat pada as sambungan
gypsum board.

● Rangka harus benar-benar kuat dan tegak lurus, sesuai dengan peil yang
dikehendaki.

4. Pekerjaan Pemasangan Gypsum Board

● Pekerjaan pemasangan gypsum board harus harus ditangani oleh orang yang benar-
benar ahli dalam bidang ini.

● Pemasangan antara sambungan gypsum board harus tepat di as rangka metal.

● Penempelan gypsum board pada rangka menggunakan skrup berkualitas baik.

● Penyambungan antara antara gypsum board dengan gypsum board menggunakan


plaster penyambungan dan metal lath serta dempul yang sesuai dengan spesifikasi
pabrik.

● Permukaan sambungan gypsum board yang telah diberi dempul dan kering,
diampelas sehingga rata dan halus.

Pasal 9
PEKERJAAN PERLINDUNGAN

9.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Pekerjaan sealant.
• Pekerjaan grouting.
• Pekerjaan floor hardener.
• Pekerjaan waterproofing.

9.1.1. Pekerjaan Sealant.


Semua celah pada sambungan unit saniter dan “accessories”nya
terhadap dinding, lantai maupun antara pipa.
Semua celah pada kaca dengan rangka dan
dinding. Semua celah pada kusen aluminium.

9.1.2. Pekerjaan grouting.


Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan / material
metal yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata.

9.1.3. Pekerjaan Floor Hardener.


Pelapisan dengan bahan / material floor hardener untuk permukaan
lantai beton pada : R. Pompa, R. Gardu, R. ME, dan atau sesuai Gambar
Kerja.
9.1.4. Pekerjaan Waterproofing.
Pelapisan dengan bahan / material waterproofing untuk :
• Bahan / material waterproofing lembaran untuk permukaan atas pelat
lantai KM dan atap beton.

9.2. PERSYARATAN BAHAN.

9.2.1. Pekerjaan Sealant.


Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material,
tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan dan berdaya lekat
tinggi dan bahann dasar dari Poly Urethan.
Produk :
FOSROC
Nama bahan : NITOSEAL
118

9.2.2. Pekerjaan grouting.


Bahan grouting dari jenis non-shrink dan non-metallic dengan
pemakaian dicampur semen.
Produk :
FOSROC
Nama bahan : CONBEXTRA
GP

Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy
dengan pemakaian diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus
dilaksanakan oleh aplicator dengan garansi.
Produk :
FOSROC
Nama bahan : CONBEXTRA
EP

9.2.3. Pekerjaan Floor Hardener.


Bahan floor hardener dari jenis non-metallic siap pakai, tahan gesek, tahan
aus, tahan benturan, tahan minyak dan oli, anti slip dan memiliki ketahanan
2
terhadap beban 5 – 10 kg/m .
Produk :
FOSROC
Nama bahan : NITOFLOOR HARDTOP
2
Dosis : 5 kg/m
Warna : Ditentukan
kemudian.

9.2.4. Pekerjaan Waterproofing.

Untuk Waterproofing K M d a n Atap.


Menggunakan PROOFEX TORHCHEAL 3P merk FOSROC,
merupakan waterproofing berbentuk lembaran (membran) dengan bahan
dasar bitumen dan polyester.
Pemasangan dengan teknik pemanasan (torching) dan ketebalan 3
mm.

9.2.5. Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih
utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti
waktu diterima dari Distributor / Pabrik.
Jika dalam keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut
tidak diperkenankan untuk dipakai.

9.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


9.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang
termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air
dan noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi permukaan tersebut
sudah disetujui Konsultan Pengawas.
Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan
dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan manusia,
maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker,
sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli /
Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh
Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi
pabrik.

9.3.2. Pekerjaan Sealant.


Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering,
bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk
adukan, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran
lainnya. Permukaan material harus sudah di-finish.
Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup
karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara
pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis
material yaitu :
• Material keramik /
kaca.
• Material
metal.
• Material
kayu.
• Material
beton.
• Permukaan aduk plesteran dan lain-
lain.
Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi
pabrik.

9.3.3. Pekerjaan Grouting.


a. Persiapan
Permukaan.
Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat. Terkecuali
untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku.
Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih
dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen,
partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran
lainnya.
Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan
terlebih dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air di atas
permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan grouting.

b.
Pelaksanaan.
Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah
/ lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak
terbentuk rongga udara.

Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat


mempergunakan corong atau alat lain.

c. Perawatan (curing) dan perbaikan.


Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan
pengerasan yang terlalu cepat yaitu dengan ditutup oleh kain basah.

9.3.4. Pekerjaan Floor Hardener.


a. Persiapan Permukaan.
Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak
ada
lubang dan celah-
celah.
Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air
(trasraam) sampai rata terhadap permukaan
sekelilingnya.

b. Pelaksanaan.
Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan
mengikuti persyaratan dari pabrik pembuat.

c. Pemeliharaan.
Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus
dihhindarkan dari terjadinya kerusakan dan cacat akibat adanya
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain.
Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan
floor
hardener harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga mencapai
mutu pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini tanpa
adanya biaya tambahan.

9.3.5. Pekerjaan Waterproofing.


a. Persiapan
Permukaan.
Bekisting pada bagian / sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus
sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk
keluar.
Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang
dipersyaratkan
Pekerjaan beton
struktural.
Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan
waterproofing.
Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau
lubang,
serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton, bagian-bagian yang
menonjol tajam, permukaan halus dan rata.
Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan
aduk kedap air 1 Pc : 3 Ps hingga padat dan diratakan
permukaannya.

b. Pekerjaan Waterproofing cair.


Perbandingan campuran powder dan cairan disesuaikan dengan dosis
yang ditentukan oleh pabrik.
Pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan
kuas, disemprot atau trowel.

c. Aplikasi / Pemasangan pada Pelat Beton.


Plat atap beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan
pemadat (densifier) plat beton telah benar-benar mengeras, sesuai
dengan hasil tes laboratorium.
Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan
dalam Gambar Kerja).
Semua dudukan instalasi / pipa dan lain-lain harus sudah terpasang.
Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak / parapet / dinding dibuat
groove + 2 cm.
Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet serta
semua dudukan beton atau instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm.

d. Lapisan Pelindung.
Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (“screed”)
kedap air 1 pc : 3 ps dengan tulangan kawat kasa
ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm. dan maksimal 8
cm.

e. Pengujian.
Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai
pekerjaan lapisan waterproofing.
Cara pengujian dengan menuangkan air ke permukaan yang
telah tertutup lapisan waterproofing hingga ketinggian + 50 mm.
dan dibiarkan selama 3 x 24 jam.

f. Perbaikan Lapisan Waterproofing.


Apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pelaksanaannya (terjadi
kebocoran), maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali
pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Konsultan Pengawas
dan biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Metoda pelaksanaan perbaikan waterproofing harus mengikuti
petunjuk
/ saran dari pakarnya dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

g. Jaminan / Garansi
Kontraktor wajib menyerahkan jaminan / garansi tertulis bahwa
pekerjaan, perbaikan dan perawatan dari bagian-bagian pekerjaan
perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standar sesuai spesifikasi
teknis dari pabrik pembuat.
Jaminan / garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak
kurang dari 5 tahun setelah masa pemeliharaan.

Pasal 10
PEKERJAAN PENGECATAN

10.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;


• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton ,
• Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
• Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain).

10.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton
Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton
yang tampak (exposed) seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

10.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam


Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar
Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai
dengan cat finish.
b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed)
dicat hanya sampai dengan cat dasar.

10.2. PERSYARATAN BAHAN.


10.2.1. Cat Tembok Exterior.
Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara
dan garam. Tipe exterior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara.

10.2.2. Cat Tembok Interior.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt
emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara.

10.2.3. Cat Logam & Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior
& exterior gloss paint.
Produk , SEIV atau
setara.

10.2.4. Lapisan Primer.


Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara.

10.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas
mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan.
Pembuktian berupa :
• Segel kaleng
• Test BD
• Test laboratorium
• Hasil akhir pengecatan
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor.
Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
dan diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.

10.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat
pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan
lapisan akhir).

10.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan


Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh
Perencana dan Konsultan Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan
dengan pembuatan “mock-up”.

10.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk


kemudian akan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna
dan jenis cat yang dipakai.
Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan
jelas identitas cat yang ada di dalamnya.
Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

10.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


10.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain.
Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat
yang dispesifikasikan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas
yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

10.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

10.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca


yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.
Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar
beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus
mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.
Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor
harus memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran
udara.
10.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan
(vacuum cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas /
mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

10.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.

10.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan


kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

10.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut
terpasang.

10.3.8. Standar Pengerjaan (“Mock-Up”).


Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada
satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur,
material dan cara pengerjaan.
Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai
standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan.

10.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar
atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana
ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.

10.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang


direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan
pekerjaan dari pabrik.

10.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton


a. Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran
atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan
yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.
c. Permukaan Interior.
f Lapisan Pertama
:
• Cat dasar jenis Alkali Penetrating Primer (EASYPRIME).
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
2
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m .
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga


:
• Cat jenis Interior Matt Emulsion Paint (EASYCOAT).
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
2
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

d. Permukaan Exterior.
f Lapisan Pertama
:
• Cat dasar jenis Alkali Penetrating Primer (EASYPRIME).
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
2
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m .
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga


:
• Cat jenis Exterior Matt Emulsion Paint (EASYSHIELD).
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
2
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

10.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang


Ditampakkan. a. Persiapan Sebelum Pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak,
lemak dan kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga
permukaan yang dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan
mengkilap.
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical
Wire Brush). Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner
atau sikat yang bersih.
Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus
mendapat “solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.

b. Pelaksanaan pengecatan.
f Lapisan Pertama
:
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan
/ material logam
terpasang. Cat primer
SEIV.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Ketiga dan Keempat


: Cat akhir (“finish”) , SEIV.
Pelaksanaan dengan kuas
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16
jam. Warna ditentukan kemudian.

10.3.13. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.


Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya
cat dasar SEIV 1 (satu) lapis.
Pelaksanaan dengan kuas.

Pasal 11

PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN


PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN

Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam lingkup
pekerjaan seperti tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam Buku ini dari semua barang
atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.
Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak
konstruksi.
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan / material,
barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap Serah Terima Kedua.

BAB. 5

SYARAT – SYARAT UMUM TEKNIS


PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL

Pasal 1
UMUM

Syarat-syarat Instalasi Mekanikal / Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas /


menambahkan hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-Syarat Administrasi. Dalam hal
ini Buku Syarat-syarat Administratif saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum
Teknis Mekanikal / Elektrikal.

Pasal 2
PERSYARATAN PELAKSANAAN

2.1. Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi harus dilaksanakan sesuai dengan
Undang-undang dan Peraturan-peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak
bertentangan dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja.

2.2. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah
ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang
dalam hal ini, bila tidak ada petunjuk dari Konsultan Pengawas.

2.3. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi
Mekanikal / Elektrikal, untuk dapat dipertanggung-jawabkan.

2.4. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi
dengan Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

2.5. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan


operasional. Testing harus dilaksanakan di hadapan Konsultan Pengawas.

2.6. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggung
jawab Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut di atas.

2.7. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab
Kontraktor.
2.8. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan, kualitas
pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal ini harus sesuai
dengan standar-standar sebagai berikut :

2.8.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik Tahun 2000.


2.8.2. Peraturan-Peraturan lainnya yang telah ditentukan PLN.
2.8.3. Peraturan-Peraturan yang telah ditentukan Pemda Bandung.
2.8.4. Pedoman Plumbing Indonesia 1979.
2.8.5. Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan DKI No. 3 Tahun 1975.
2.8.6. Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja &
Transmigrasi No. 59/DP/1980.
2.8.7. Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No.48.
2.8.8. Peraturan Pokok Teknik Penyehatan Mengenai Air Minum dan Air Buangan
Rancangan 1968 Dirjen Cipta Karya, Direktorat Teknik Penyehatan.
2.8.9. Peraturan Instalasi Air Minum dari PAM Bandung.
2.8.10. Algemeene Voorwarden Voor Drink Water Instalatuur (AVWI).
2.8.11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VIII/77, tentang Pengawasan Pencemaran Air dari Badan
Air untuk Berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan.
2.8.12. Peraturan-peraturan dan standar yang telah disesuaikan dengan peraturan dan
standar Internasional dari KRT, ASME, ASHRAE, ASTM, VDE, BS, NEC,
IEC dan lain-lain.
2.8.13. Peraturan Perburuhan Departemen Tenaga Kerja.
2.8.14. Peraturan-peraturan yang ditentukan dalam spesifikasi ini maupun yang
terdapat dalam gambar-gambar.
2.8.15. Pedoman Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik 1980 (Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI).
2.8.16. Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran Tahun 1980 (Departemen PU).
2.8.17. Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan
Gedung Tahun 1985 (Departemen PU.
2.8.18. N.F.P.A. dan F.O.C. sebagai pelengkap.
2.8.19. Peraturan Telekomunikasi 1989.
2.8.20. Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat.

Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Mekanikal / Elektrikal ini
selain dari persyaratan tersebut di atas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan
yang dikeluarkan oleh pabik pembuatnya.

2.9. Pekerjaan dianggap selesai apabila :

2.9.1. Telah mendapat Surat Pernyataan bahwa instalasi baik dari Konsultan
Pengawas.

2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga
Pemilik dapat membenarkannya.

2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest bersama-sama dengan Konsultan


Pengawas, Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai
dengan spesifikasi teknis.
2.10. Kontraktor.
2.10.1. Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelelangan ini.

2.10.2. Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah Badan
Pelaksana yang telah terpilih dan memperoleh Kontrak Kerja untuk
penyediaan dan pemasangan instalasi Mekanikal / Elektrikal ini sampai
selesai.

2.10.3. Kontraktor harus memiliki tenaga ahli yang mempunyai PAS / SIKA PLN
kelas C untuk pekerjaan instalasi listrik, PAS PAM kelas III (C) untuk
pekerjaan plumbing dan pemadam kebakaran (pemipaan) sebagai
penanggung jawab di bidangnya masing-masing.
Kontraktor bertanggung jawab atas pelaksanaan instalasi Mekanikal /
Elektrikal dalam proyek ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga
ahli yang setiap saat dapat berdiskusi dan dapat memutuskan setiap
persoalan teknis dan administrasi di lapangan.

2.10.4. Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang


ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

2.10.5. Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang,


peraturan-peraturan, persyaratan umum, maupun suplementer-nya,
persyaratan standar internasional, persyaratan pabrik pembuat unit-unit
peralatan, buku-buku dokumen pelelangan, bundel gambar-gambar serta
segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan.

2.10.6. Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan Pengawas atau


pihak lain yang ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya terdapat hal-hal
yang kurang jelas pada dokumen-dokumen pelelangan, gambar-gambar atau
lainnya.

2.10.7. Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan


pelaksanaan dari pihak-pihak Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek
ini apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran
pekerjaannya.
Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan
saran-saran perbaikan untuk segenap pihak.
Apabila hal ini dilakukan, Kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala
kerugian-kerugian yang ditimbulkan.

2.11. Koordinasi dengan Pihak Lain.


2.11.1. Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi /
penyesuaian pelaksanaan pekerjaannya dengan seluruh disiplin pekerjaan
lainnya atas petunjuk ahli, sebelum memulai mengerjakan pada waktu
pelaksanaan.
Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari.
Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya koordinasi menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
2.11.2. Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran
pelaksanaan proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor Sipil
maupun Arsitektur.

2.11.3. Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh /


sedapat mungkin digunakan peralatan-peralatan yang seragam dan merk
yang sama untuk seluruh proyek ini agar mudah memeliharanya.

2.11.4. Untuk semua peralatan dan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh
pihak lain atau yang dibeli dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup
instalasi sistim ini, Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
peralatan dan pekerjaan ini.

2.11.5. Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi dan memberikan petunjuk


kepada Kontraktor lainnya untuk melakukan penyambungan kabel-kabel,
pemasangan sensor-sensor, perletakan peralatan / instalasi, pembuatan
sparing dan lain-lain pada dan untuk peralatan Mekanikal / Elektrikal agar
sistim Mekanikal / Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan sempurna.
Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung jawab penuh atas
peralatan-peralatan tersebut.

2.11.6. Penolakan Pekerjaan Sistim Mekanikal / Elektrikal.


Apabila sistim pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal
atau tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, ternyata
Kontraktor gagal untuk melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang
cukup menurut Konsultan Pengawas serta pihak yang berwenang, maka
keseluruhan atau sebagian dari sistim ini sebagaimana kenyataannya, dapat
ditolak dan diganti.
Dalam hal ini Pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut di atas dengan baik atas biaya dan tanggung jawab
Kontraktor.

2.12. Pengawasan Instalasi.


2.12.1. Shop drawing.
Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar kerja
/ shop drawing rangkap 4 (empat). Gambar kerja tersebut haruslah gambar
yang telah dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini
dan disesuaikan dengan koordinasi lapangan yang ada.
Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

2.12.2. Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya
kepada Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan
persetujuannya secara tertulis untuk dapat dipasang.
Seluruh contoh harus sudah diserahkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
sesudah Kontraktor memperoleh SPK.

2.12.3. Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul


tenaga kerja, skedul pengadaan peralatan dan network planning yang terinci
untuk setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Konsultan Pengawas atau
pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
Skedul dan network planning harus diserahkan dalam waktu 15 (lima belas)
hari kalender sesudah menerima SPK.

2.12.4. Kontraktor harus mengadakan :


a. Laporan kegiatan pekerjaan harian.
b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan.
c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto dokumentasi.

2.12.5. Untuk setiap tahap pekerjaan sistim Mekanikal dan Elektrikal yang telah
selesai dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari
pihak Konsultan Pengawas atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan
bahwa setiap pekerjaan sistim Mekanikal dan Elektrikal telah selesai
dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada.
Tahap-tahap pekerjaan sistim ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada
jadwal perincian waktu yang diserahkan oleh Kontraktor.

2.12.6. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run pekerjaan sistim


Mekanikal dan Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana, ahli atau pihak-pihak lain yang ditunjuk. Untuk ini
harus dibuatkan berita acaranya bersama pemegang merk peralatan yang
diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan.
Peralatan untuk pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera.
Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.12.7. Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Pengawas atau ahli yang
ditugaskan apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan.

2.12.8. Untuk pekerjaan di luar jam kerja, biaya yang dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas untuk pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh
Kontraktor.

2.13. Pembersihan Lapangan.


2.13.1. Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan
yang digunakan.
Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi
pembersihan lapangan tersebut.

2.13.2. Setelah Kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa


bahan pekerjaan dan peralatannya, kecuali yang masih diperlukan selama
masa pemeliharaan.

2.13.3. Kontraktor harus melindungi daerah kerja di dalam gedung / bangunan


dengan Portable Fire Extinguisher Class A/B/C (15 lbs) atau jenis lain untuk
setiap luasan sesuai dengan peraturan yang berlaku atas biaya Kontraktor.
2.14. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan.
2.14.1. Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus menyerahkan :
a. Gambar-gambar jadi (as built drawing) dalam bentuk gambar cetak
sebanyak 3 (tiga) set dan dalam bentuk kalkir Sevia sebanyak 1 (satu)
set.
b. Katalog spare-parts.
c. Buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia.
d. Buku petunjuk perawatan atas peralatan yang terpasang dalam kontrak
ini, juga dalam bahasa Indonesia.

Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada Pemilik sebanyak 3 (tiga) set


dan kepada Konsultan Pengawas 2 (dua) set. Bila gambar dan data-data
tersebut belum lengkap diserahkan, maka pekerjaan Kontraktor belum
diprestasikan 100%.

2.14.2. Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai


operasi dan perawatannya kepada petugas-petugas teknik yang ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan
tugasnya, minimal 3 (tiga) orang selama 3 (tiga) bulan sesudah penyerahan
pertama proyek dilakukan.
Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlebih dahulu
kepada Konsultan Pengawas.
Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.14.3. Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan petunjuk operasi
dan perawatan yang harus dibuat dalam bahasa Indonesia kepada Konsultan
Pengawas dan sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai
dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama lain yang ditunjuk
Konsultan Pengawas.

2.15. Service dan Garansi.


Keseluruhan instalasi Mekanikal dan Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu)
tahun sesudah tanggal saat sistem diterima oleh Konsultan Pengawas
secara baik (setelah masa pemeliharaan).
2.15.1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak
selama masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang.

2.15.2. Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang


atau sistim yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat
kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180
(seratus delapan puluh) hari kalender setelah proyek ini diserah-terimakan
untuk pertama kalinya.

2.15.3. Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk
mengoperasikan / merawat peralatan Mekanikal dan Elektrikal serta
mendatangkan seorang supervisor sekali seminggu untuk memeriksa atau
melakukan penyetelan peralatan selama masa pemeliharaan.
2.15.4. Kontraktor harus memberikan service cuma-cuma untuk seluruh sistim
Mekanikal / Elektrikal selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
setelah proyek ini diserah-terimakan pertama kali dan garansi 1 (satu) tahun
kalender setelah serah terima kedua.

2.16. Izin.
2.16.1. Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan
untuk melaksanakan instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas
tanggungan dan biaya Kontraktor.

2.16.2. Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya


yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan
oleh Kontraktor atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi / Konsultan
Pengawas dengan semua biaya atas beban Kontraktor.

2.16.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alat-alat yang di-
paten-kan serta kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang
diperlukan untuk ini.
Untuk hal ini Kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal
tersebut di atas.

2.16.4. Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan resmi yang
diperolehnya mengenai instalasi proyek kepada Konsultan Pengawas atau
pihak yang ditunjuk, sebelum penyerahan kedua dilakukan.

2.16.5. Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas
setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan
melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja (kerja lembur).

2.16.6. Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan dengan pajak,


pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang
dikerjakan.
Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan izin
tersebut harus dibayar oleh Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak
gambar yang diperlukan untuk pengurusan IMB.

2.17. Korelasi Pekerjaan.


2.17.1. Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan instalasi Mekanikal
/ Elektrikal, dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus sudah
memperhitungkan pengangkutan tanah bekas galian / pembersihan.

2.17.2. Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada


dinding, lantai, langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, dilaksanakan
oleh Kontraktor berikut perapihan / finishing-nya kembali.

2.17.3. Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabel-kabel listrik dari


peralatan-peralatan ke panel yang disediakan oleh Kontraktor Listrik sesuai
dengan gambar dokumen tender.
Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut,
apakah sudah sesuai dengan peralatan yang akan disambungkan. Segala
akibat yang timbul akibat penyambungan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.17.4. Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin dilakukan oleh


Kontraktor. Kontraktor harus memberikan data-data, ukuran-ukuran,
gambar-gambar dan peralatan yang diperlukan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.

2.17.5. Semua fasilitas yang diperlukan pada saat proyek berjalan yaitu air, listrik,
saniter darurat harus disediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu
membuat gambar untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.

2.17.6. Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus
diberi lapisan isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk
memudahkan perbaikan dan pemeliharaan dari segi teknis.
Untuk itu Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar kerja kepada
Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan
tersebut harus sudah diperhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor.

2.17.7. Akibat pekerjaan tersebut di atas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus


ditutup kembali seperti semula dan dirapikan / di-finish yang rapi sehingga
tidak terlihat lagi bekas-bekas pembobokan.

2.17.8. Selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah ditunjuk, Kontraktor harus


menyerahkan gambar / data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan
yang akan dipasang, agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik
berikut pengamanannya.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2.18. Sub Kontraktor.


2.18.1. Apabila diperlukan tenaga-tenaga ahli khusus karena tenaga-tenaga
pelaksana yang ada tidak mampu melaksanakan pemasangan, penyetelan,
pengujian dan lain-lain, Kontraktor dapat menyerahkan sebagian
instalasinya kepada Sub Kontraktor lain setelah mendapatkan persetujuan
secara tertulis dari Konsultan Pengawas.

2.18.2. Sub Kontraktor harus memenuhi syarat seperti tercantum dalam Pasal 2
butir 2.10.3. pada Bab ini.

2.18.3. Kontraktor masih harus bertanggung jawab sepenuhnya atas segala lingkup
pekerjaannya, baik yang dilaksanakan sendiri maupun terhadap pekerjaan
yang diserahkan kepada Sub Kontraktor (di-sub-kontrakkan).

2.19. Site Manager.


2.19.1. Seluruh pekerjaan yang dicakup dalam instalasi ini harus diawasi oleh
seorang yang cukup berpengalaman dan diberi wewenang oleh Penanda-
tangan kontrak, untuk mengambil keputusan di lapangan.
Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala pekerjaan instalasi pada
proyek ini dan selalu berada di lapangan (on site). Bila ia akan
meninggalkan site harus ada orang lain yang secara tertulis diberikan
wewenang untuk mewakilinya.

2.19.2. Nama, perincian pengalaman kerja Site Manager harus disertakan oleh
Kontraktor pada saat penawaran dilakukan.

2.19.3. Bilamana menurut pendapat pihak Konsultan Pengawas, Konsultan


Perencana atau pihak yang berwenang, Site Manager yang ditunjuk kurang
cakap menjalankan tugasnya, Kontraktor harus menggantinya dengan orang
lain.

2.19.4. Selama Site Manager belum ditunjuk, penanda-tangan kontrak yang harus
bertindak sebagai Site Manager.

2.20. Bahan.
2.20.1. Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli
peralatan utama Mekanikal / Elektrikal, juga brosur asli pipa, kabel, pipa
konduit, katup-katup, detektor, sensor dan lainnya beserta data-data teknis
dan mengisi daftar skedul dari peralatan tersebut. Pada brosur-brosur
peralatan / bahan yang ditawarkan harus diberi tanda dengan warna yang
jelas.

2.20.2. Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang
disebutkan didalam gambar dan spesifikasinya, maka nilai evaluasi
penawaran Kontraktor tersebut akan dikurangi dan Kontraktor tetap harus
menggantinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.

2.20.3. Semua pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar,
tanpa persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang harus diperbaiki dan
dirubah sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah disepakati
bersama, atas tanggungan biaya Kontraktor.

2.20.4. Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan
baik, tidak bercacat, sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus
menjaga kebersihan serta melindungi semua bahan-bahan yang digunakan
dalam instalasi ini sebelum dipasang.

2.20.5. Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan sama, bekas


dipergunakan bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan
bahan-bahan atau peralatan yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi
dan gambar, atas biaya tanggungan Kontraktor.

2.20.6. Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan masuk ke site


sebelum contoh atau brosur disetujui oleh Konsultan Pengawas. Semua
bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam
spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disetujui, maka bahan /
peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 3 x 24 jam
sejak diketahuinya penyimpangan itu oleh Konsultan Pengawas.
Bila hal ini belum dilakukan maka bahan tersebut segera akan dimusnahkan.
Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan
serta peralatan-peralatan utama, peralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga kerja,
pembuatan alat-alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan
pengujian dan keperluan kerja. Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam
spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara
keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat
dilihat pada Syarat-syarat Khusus Teknis) :

3.1. Sistim Mekanikal.


3.1.1. Instalasi Plumbing air bersih, air kotor dan air bekas beserta pemompaannya.
3.1.2. Instalasi Tata Udara ( ventilasi dan air conditioning )

3.2. Sistim Elektrikal.


3.2.1. Instalasi Sistim Distribusi Listrik berikut panel-panel daya.
3.2.2. Instalasi Penerangan dan Stop Kontak.
3.2.3. Instalasi Penangkal Petir.
3.2.4. Instalasi Telepon.

3.3. Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
persyaratan dokumen pelelangan dan gambar-gambar yang ada.

3.4. Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Mekanikal / Elektrikal sesuai dengan
gambar dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.

3.5. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor
dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana
atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.

3.6. Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung
jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.

3.7. Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Mekanikal /


Elektrikal harus berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi
teknis serta addendum lainnya.

3.8. Bila pada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul / butir-butir yang ditulis atau
disebutkan kembali, hal ini bukan berarti klausulnya dihilangkan, akan tetapi malah
mempertegas spesifikasinya.
BAB. 6

SYARAT – SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

Pasal 1
UMUM

Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun di luar bangunan gedung.
Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-syarat Khusus Teknis ini.

Pasal 2
PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK

Sumber daya listrik bagi gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah PLN dengan daya
terpasang sebesar 197 kVA.
Dari jaringan tegangan menengah 20 kV PLN, daya dari PLN tersebut disalurkan ke trafo
distribusi 20 kV / 400 V berkapasitas 250 kVA untuk dirubah menjadi daya bertegangan
rendah LVMDP sampai dengan panel ukur (KWH meter).
Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel sub-distribusi dan panel daya / penerangan
gedung secara radial.
Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi 3 (tiga) fase – empat
kawat 220 / 380 V mengikuti sistim PP (Pentanahan Pengaman).

Pasal 3
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistim listrik sebagai suatu
sistim keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar
maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian,
pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan / instalasinya oleh badan resmi
PLN, LMK dan atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan /
garansi selama 12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun
pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi
secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistim listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang
ditunjukkan pada Syarat-syarat Umum untuk menunjang bekerjanya sistim / peralatan,
walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Khusus Teknis atau gambar dokumen.

Pekerjaan ini meliputi :


3.1. Pekerjaan di dalam Gedung.
3.1.1. Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya / penerangan
termasuk di dalam pekerjaan ini adalah penarikan kabel / konduktor
pentanahan netral / badan panel.

3.1.2. Pengadaan dan pemasangan kabel-kabel jenis NYY untuk penghubung antar
panel daya / penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC,
pompa-pompa dan lain-lain).

3.1.3. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak.
Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur
penerangan, baik penerangan normal maupun darurat.

3.1.4. Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray lengkap dengan material bantu
yang dibutuhkan.

3.1.5. Pengadaan dan pemasangan instalasi under floor duct lengkap dengan material
bantu yang dibutuhkan.

3.2. Pekerjaan di luar Gedung.


3.2.1. Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi daya.
3.2.2. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar/ taman, termasuk lampu
sorot bangunan.

Pasal 4
GAMBAR-GAMBAR

Gambar-gambar Elektrikal menunjukan secara khusus teknis pekerjaan listrik yang di-
dalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu
lainnya.
Pengerjaan dan pemasangan peralatan-peralatan harus disesuaikan dengan kondisi
lapangan.
Gambar-gambar Arsitektur, Struktur, Mekanikal / Elektrikal dan kontrak lainnya haruslah
menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan.
Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya
kembali. Setiap kekurangan / kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Ahli,
Konsultan Pengawas dan atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.
Pasal 5
KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI

5.1. Peralatan Instalasi Tegangan Rendah.


Meliputi pengadaan dan pemasangan power recepacle outlet (stop kontak), saklar,
kontak-kontak tarik (pull box), cabinet / panel daya, kabel, alat-alat bantu dan semua
peralatan lain yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan
dari sistim instalasi daya tegangan rendah 220 / 380 V dan penerangan.

5.1.1. Kotak-kotak (doos) outlet.


a. Jenis.
Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PUIL, AVE
atau standar lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single / multi gang box
empat persegi atau segi delapan.
Ceilling ox dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang
dengan baik dan benar.

b. Ukuran.
Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk konduit hanya di tempat
yang diperlukan.
Setiap kotak harus cukup besar untuk menampung jumlah dan ukuran
conduit, sesuai dengan persyaratan, tetapi kurang dari ukuran yang
ditunjuk atau dipersyaratkan.

c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type).


Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut di bawah ini harus dari tipe
yang diberi gasket tahan cuaca :
 ƒ Tempat-tempat yang kena matahari.
 ƒ Tempat-tempat yang kena hujan.
 ƒ Tempat-tempat yang kena minyak.
 ƒ Tempat-tempat yang kena udara lembab.
 ƒ Tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar.

d. Outlet Pada Permukaan Khusus.


Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada
partisi, blok beton, marmer, frame besi, dinding bata atau dinding kayu
harus berbentuk persegi dan harus mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak.

5.1.2. Saklar dan Stop Kontak.


a. Bahan Doos.
Kecuali tercatat atau disyaratkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk
saklar dinding dan receptables outlet harus galvanized steel dan tidak
boleh berukuran lebih dari 10,1 x 10,1 cm. untuk peralatan tunggal dan
11,9 x 11,9 cm. untuk dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk
lebih dari dua peralatan.
b. Cara Pemasangan.
Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanic dengan rating minimum
10A / 250V.
Saklar pada umumnya dipasang terhadap permukaan tembok, kecuali bila
ditentukan lain pada gambar.
Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian
140 cm. di atas lantai yang sudah selesai.
Saklar-saklar tersebut harus dipasang doos (kotak) yang sesuai.
Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan.
Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan
ketinggian 110 cm. (di ruang basah dan pantry) dan 30 cm. (selain di
ruang basah dan pantry) dari permukaan lantai yang sudah selesai
(finished) sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
Saklar dan stop kontak ex MK.

c. Jumlah Kutub.
Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan
pentanahan) dengan rating minimum 10A / 220V.
Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi
saluran pentanahan.

d. Pendukung dan Pengikat.


Kotak-kotak plat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya
mempunyai bentuk yang tetap.

5.1.3. Kabel-Kabel.
Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi:
kabel tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan
barang-barang lain yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan
pemasangan serta operasi dari semua sistim dan peralatan.

a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600V).


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan
PUIL, IEC, VDE, SPLN, LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi
dan peralatan (mesin), kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan
atau dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.
2
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm ke atas harus berurat banyak
dan dipilin (stranded).
2
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm ,
kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistim remote control yang
panjangnya kurang dari 30 meter bisa menggunakan kabel dengan
2
ukuran 1,5 mm .
Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel
instalasi di dalam bangunan dari jenis NYY, NYM dan NYMHY (untuk
kabel kontrol).
Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada di dalam konduit
atau dipasang di atas cable tray / cable rack dan di-klem / diikat dengan
pengikat kabel (cable tie) sesuai dengan kebutuhannya.
Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di
dalam bangunan harus diadakan secara lengkap.
Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40%.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.

b. Kabel Tanah Tegangan Rendah.


Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan
PUIL, IEC, VDE, SPLN dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel
instalasi yang ditanam langsung di dalam tanah.
2
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm ke atas harus berurat banyak
dan dipilin (stranded).
2
Ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5 mm .
Cara penanaman kabel secara langsung di dalam tanah (direct burial)
harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan
pipa air dan kabel telekomunikasi dan kabel tegangan menengah 20 kV.
Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah, harus dilakukan
dengan alat penyambung khusus ( jointing kit ) tegangan rendah jenis
epoxy resin-cold pour system.
Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang
benar-benar ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti
anjuran pabrik pembuat jointing kit yang digunakan, sehingga diperoleh
hasil penyambungan yang andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat
isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.

c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak.


Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk ekstension
dan daya harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan
panel daya ke saklar dan titik lampu serta stop kontak, sebagaimana
ditunjukkan di dalam gambar.
Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak
harus dari jenis NYM dan diletakan di dalam PVC high impact heavy
gauge.
2
Luas penampang kabel NYM yang digunakan minimum 2,5 mm . kecuali
tercatat lain.
Home run untuk rangkaian instalasi bertegangan 220 V yang panjangnya
lebih dari 40 meter dari panel daya ke stop kontak pertama harus
2
mempunyai luas penampang minimum 4 mm (kapasitas hantar arus
minimum 20 A).

d. Splice / Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan-
sambungan di dalam pipa konduit.
Sambungan atau pencabangan harus dilakukan di dalam kotak-kotak
cabang atau kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan
stop kontak.
Sambungan pada kabel harus dibuat secara mekanis dan harus kuat secara
elektris dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau
soldered.
Dalam membuat pencabangan atau sambungan, konektor harus
dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik sedemikian rupa,
sehingga semua konduktor tersambung dan tidak ada konduktor telanjang
yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

e. Kabel kontrol.
Di tempat – tempat yang ditunjuk pada gambar atau disyaratkan, kabel
kontrol motor, starter dan peralatan - peralatan lain harus terbuat dari
tembaga jenis standed annealed copper yang fleksibel.
Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating tegangan
sampai 600 V.
Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5
sqmm. Untuk panjang lebih dari 30 m.) untuk mendapatkan operasi yang
memuaskan dari peralatan yang dikontrol, dengan pertimbangan-
pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya.
Kabel merk SUPREME / KABELINDO atau setara.

f. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splin, connection dan lain-lain seperti karet,
PVC, vernished cambric, asbes, gelas, tape syntetic, splice case,
composition dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan,
lokasi, tegangan kerja dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang
dengan cara yang disetujui, menurut anjuran perwakilan pemerintah atau
pabrik pembuatnya.

g. Pemasangan Kabel.
g.1. Pemasangan di Permukaan.
g.1.1. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan.
Semua kabel harus dipasang didalam konduit PVC high
impact heavy gauge, dipasang di permukaan plat beton
langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai.
Pendukung-pendukung tersebut harus dicat dengan cat anti
karat.
Semua kabel harus dipasang lurus / sejajar dengan rapi dan
teratur. Pembelokan kabel harus dilakukan dengan jari-jari
lengkungan tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik
(minimum 15 kali diameter kabel).
Konduit ex CLIPSAL / EGA.

g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel.


Kabel-kabel daya yang diletakan di atas cable tray, di-klem
pada cable tray dengan cable ties (pita plastik pengikat kabel).
Pemasangan cable tray harus mengikuti jalur yang
direncanakan secara rapi dan digantung atau disangga secara
kokoh dengan penggantung / penyangga besi yang di-klem
ke plat beton.
Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus
menyediakan sendiri peralatan penunjang seperti tray, klem,
besi penunjang, penggantung dan peralatan lainnya, baik
untuk kabel yang dipasang horizontal maupun vertikal.
Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan
pada biaya pemasangan kabel tersebut.

g.1.3. Kabel Daya dari Panel Daya Motor ke Motor-Motor Pompa.


Jenis kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di
dalam konduit metal tahan karat (galvanized / white metal
conduit) yang diletakkan di atas plat lantai.
Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju
motor dengan faktor pengisian 40%.
Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju motor,
kabel ditarik ke terminal motor dengan memakai flexible
metal conduit yang juga tahan karat.
Ukuran konduit fleksibel ini harus sesuai dengan ukuran pipa
konduit dan disambungkan dengan cara sedemikian rupa,
sehingga benar-benar kedap air. Demikian juga
penyambungan pipa fleksibel terhadap box terminal motor.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan
contoh konduit fleksibel serta cara penyambungannya
terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

g.2. Pemasangan di Permukaan.


Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang di dalam
dinding harus diletakkan di dalam konduit PVC high impact heavy
gauge dengan ukuran minimum ¾”.
Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan
setelah pipa selesai ditanam.

g.3. Pemasangan Menembus Dinding.


Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel
yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap
penampang kabel.

h. Penggunaan Warna Kabel.


Penggunaan warna kabel NYY, NYM dan NYFGbY untuk tegangan fasa,
netral dan ground harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh PUIL
2000, yaitu :
h.1. Sistim Tegangan 220 V, 1 Fasa :
Hitam : Fasa
Biru : Netral
Kuning / Hijau : Pentanahan (G).

h.2. Sistim Tegangan 220 / 380 V, 3 Fasa :


Merah : Fasa R
Kuning : Fasa S
Hitam : Fasa T
Biru : Netral (N)
Kuning / Hijau : Pentanahan (G).
i. Pendukung Kabel.
Setiap kotak tarik (pull box) termasuk kotak-kotak yang ada di atas daya
dan panel daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan
pendukung lain-lainnya.
Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan
pengenalan, sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung.
j. Konduit Tertanam.
Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam / tersembunyi harus
juga dipasang secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau
langit-langit.

5.1.4. Kabinet Panel Daya.


Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 1,7mm
untuk panel yang dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm. untuk
jenis floor standing, kecuali yang sering terkena basah / hujan, harus dibuat
dari jenis besi tuang yang tahan kelembaban atau konstruksi khusus.
Kabinet untuk panel daya / kontrol harus mempunyai ukuran yang
proporsional seperti dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut
kebutuhan, sehingga untuk frame / rangka panel harus ditanahkan.
Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan
menyetel panel daya serta penutupnya.
Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan baik, rapi
dan benar.
a. Finishing.
Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik seluruhnya
harus dibuat tahan karat dengan cat dasar atau prime coating dan diberi
pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan warna cat sebelumnya harus
dimintakan persetujuan ke Konsultan Pengawas.
Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium
platting atau dengan zinchromate dan dicat dengan cat akhir sistim oven.
b. Kunci.
Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci “flat lock” jenis kunci untuk
setiap kabinet harus dari tipe “common key”, sehingga kunci untuk setiap
kabinetnya adalah sama.
Pada masing-masing kabinet harus disediakan 2 (dua) anak kunci.

c. Tinggi Pemasangan Panel.


Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam
panel dengan mudah masih dapat dijangkau.
Tergantung pada tipe / macam panel, bila dibutuhkan alas / pondasi /
penumpu / penggantung, Kontraktor harus menyediakan dan memasang,
sekalipun tidak tertera pada gambar.
d. Label.
Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch
group, pemutus daya (CB) dan peralatan-peralatan lainnya harus diberi
label sesuai dengan fungsinya untuk mengindahkan / mengidentifikasikan
penggunaan alat tersebut.
Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan huruf-huruf hitam.
5.1.5. Sistim “Race Way”.
Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit
beserta perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk
melengkapi instalasi kabel.
a. Ukuran.
Semua race way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa
melayani dengan baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PUIL
dan lain-lain.
Diameter minimum konduit adalah ¾” menurut ukuran pasaran dengan
faktor pengisian kabel maksimum 40 %.

b. Bahan.
Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC
high impact heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099.
Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dari jenis
heavy gauge galvanized walded steel yang memenuhi persyaratan
BS4568: part I & II class 4.

c. Pemasangan.
c.1. Race Way yang ditanam di dinding.
Pananaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan
dengan jalan membobok beton dengan pahat.
Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya,
sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang.
Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding
dengan kondisi semula.
Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit
harus ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran
lainnya.

c.2. Race Way yang dipasang di permukaan.


Race Way yang dipasang di permukaan beton ( exposed ) harus
dipasang sejajar atau tegak lurus dengan dinding bagian struktur atau
permukaan bidang-bidang vertikal dengan langit-langit.
Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-
langit, harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar.
Ujung-ujung pipa pada peralatan harus dipasang dengan sekrup
dengan kuat. Semua ujung pipa yang bebas harus ditutup atau
dilengkapi dengan plat kuningan yang sesuai.
Untuk daerah yang lembab, semua peralatan pembantu, fitting-
fitting, klem dan lain-lain harus digalvanisir atau dicat tahan karat
dan harus digunakan pendukung supaya pipa bebas dari permukaan
korosif.
Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus
dicat satu jalan sebelum dipasang dan sekali lagi sesudah dipasang
dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa
harus dicat dengan warna sebagai berikut :
 ƒ Pipa penerangan dan daya : Orange
 ƒ Pipa telepon : Hijau

c.3. Race Way yang dipasang di dalam tanah.


Race Way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil,
harus mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar
sebelum dipasangkan di atas Race Way tersebut diberi patok
petunjuk.
Pipa Race Way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang
memenuhi standar SII.

c.4. Race Way melintas / menembus dinding.


Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai, langit-langit
dan lain-lain, maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak
mungkin dapat dilalui oleh debu, lembab (uap air) api dan asap.

c.5. Cable Trench.


Kedalaman parit kabel (cable trench) untuk penanaman di bawah
tanah minimal 80 cm. dari permukaan. Bila bersilangan dengan
saluran lain, misalnya saluran air, cable trench dapat dan harus
ditanam setelah pengerasan tanah.
Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan
setelah pengerasan badan jalan atau bila sebelumnya harus lebih dari
110 cm. atau atas persetujuan Konsultan Pengawas.

c.6. Konduit Logam Fleksibel Tahan Air.


Konduit logam fleksibel yang tahan air harus dipakai pada kondisi
dimana ada kemungkinan pengerasan, getaran atau penempatan
dalam atmosfir yang korosif, lembab atau berupa minyak, termasuk
dalam hal ini adalah pemakaian pada kabel masuk ke terminal motor
pompa.
Suatu bungkus (shealth) yang tahan cairan dari plyvinil chlorida
(PVC) harus menonjol pada inti baja yang fleksibel.
Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan
pentanahan (earth continuity) harus pula dimiliki oleh Race Way /
konduit ini.

c.7. Pengakhiran dan Sambungan.


Race Way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet
dan lain-lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating insert yang
harus terbuat dari thermoplastic atau “fire minded” yang dimatikan
untuk mencegah rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi
kontinuitas dari sistim grounding dari Race Way.
Sambungan untuk Race Way / pipa logam elektrikal harus dari jenis
yang tahan hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistim
penguncian interlock compressed.
c.8. Pentanahan.
Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari
tegangan ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif.
Bahan-bahan logam / metal dari peralatan-peralatan listrik yang
terbuka, termasuk pelindung kabel ( shealth / armour ), konduit,
saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak, armatur, saklar dengan
metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu untuk
pentanahan.
Penggunaan conduit metal sebagai satu-satunya konduktor
pentanahan tidak diperbolehkan.
Dalam hal ini harus digunakan konduktor tersendiri yang terbuat dari
tembaga dengan daya hantar yang tinggi.
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm.
dan dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor
pentanahan harus menggunakan penyambung mekanis yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut :
ƒ Pentanahan netral bus-bar dan panel, maksimum 2 ohm.
ƒ Pentanahan netral generator, maksimum 2 ohm.

5.1.6. Cable Tray.


a. Bahan.
Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari
bahan besi lunak dengan sisi-sisi ditekuk ke dalam dengan ketebalan plat
tidak kurang dari 2,0 mm. Keseluruhan permukaan cable tray harus
digalvanisir.
Cable tray ex TRI ABADI atau setara.

b. Penggantung / Penyangga.
Untuk cable tray yang dipasang menggantung, penggantung cable tray
harus dibuat dari batang besi lunak yang digalvanisir dengan diameter
minimum 6 mm. ujung penggantung di-ulir untuk memungkinkan
pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan penumpu (bracket)
harus dipilih agar menghasilkan penyangga / penumpuan yang kokoh.

5.1.7. Underfloor Cable Duct.


a. Bahan.
Underfloor cable duct yang digunakan harus dari bahan pregalvanized
steel terdiri atas dua kanal, lebar 120 mm + 70 mm. (total lebar 190 mm.)
dan tinggi 28 mm. Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm. Keseluruhan
cable duct harus digalvanisir.
2
Satu kanal akan digunakan untuk kabel daya jenis NYM 3 x 2,5 mm
(kanal selebar 120 mm.) dan kanal lainnya (kanal selebar 70 mm.) akan
digunakan untuk kabel data komputer jenis UTP-Cat6E (Gigabit Ethernet)
2
bersama dengan kabel telepon jenis ITC 2 x 2 x 0,6 mm (2 pairs).
Pemasangan duct harus dilengkapi dengan alat bantu yang diperlukan,
antara lain U-bracket, duct connector dan end cover serta pentanahan.
Keseluruhan alat bantu tersebut harus dari bahan pre-galvanized steel.
Cable duct ex THREE STAR atau setara.

b. Intersection Box.
Box base dari intersection box yang digunakan harus dari bahan pre-
galvanized steel dengan ukuran bukaan 4 (empat) arah yang sesuai dengan
pemasangan underfloor duct yang digunakan (lebar 2 x 70 mm. dan tinggi
28 mm.).
Tebal plat tidak kurang dari 1,5 mm, ukuran box base 270 x 170 mm.
Frame dari intersection box harus dari bahan die-cast aluminium dengan
ukuran 200 mm. x 110 mm.
Setiap intersection box harus dilengkapi dengan base plate untuk
pemasangan 2 (dua) buah stop kontak, 2 (dua) buah female socket RJ-45
untuk saluran data komputer dan 2(dua) buah female socket RJ-11 untuk
saluran telepon.
Cover dari intersection box harus dari bahan die-cast aluminium yang
dilengkapi dengan engsel. Ketebalan cover harus cukup menahan beban
pada saat ditutup.
Intersection box ex THREE STAR atau setara.

5.1.8. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya.


a. Umum.
Panel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker,
indikator, magnetic connector, accessories, peralatan dan barang-barang
lain yang diperlukan untuk pemasangan dan operasi yang sempurna dari
segenap sistim dan peralatan-peralatannya.
Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman
yang luas di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tersebut
telah beroperasi dengan baik selama paling sedikit 3 (tiga) tahun.
Penawaran harus meliputi reference list sebagai suatu bukti.

b. Panel-Panel.
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kecuali
ditentukan lain.
Seluruh assembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba, dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan minimum dengan penyesuaian dan / atau penambahan seperti
disyaratkan di bawah ini :

b.1. Umum.
Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, dead front, terbuat
dari plat baja (metal cled).
Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur atau rangka
profil baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak
dalam pengiriman atau pemasangan.
Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromagnetis serta
thermal akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik).
Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan
sisi-sisinya dengan plat-plat penutup yang bisa dilepas.
Panel harus bisa dicapai dari depan maupun belakang.
Semua alat ukur dan atau tombol pemilih yang dipersyaratkan harus
dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel. Tutup yang
berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan
gerendel / kunci.
Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-
lain harus dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel
tersebut.
Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres)
ventilasi untuk membatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang
mengalirkan arus pada nilai-nilai yang dipersyaratkan dalam standar
VDE / IEC untuk peralatan yang tertutup.
Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai
konstruksi sekrup (screwed on / bolted on).
Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna
terhadap kemungkinan terkena percikan air.
Tebal pilar baja yang digunakan minimum 2 mm.

b.2. Pull Box.


Bila ditunjukkan dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi
pemasangan, harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang
cukup dari jenis konstruksi yang sama dengan switch board pada
bagian atas dari switch board.
Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus dari bagian-bagian
yang bisa dibuka lepas.
Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbeston atau bahan
tahan api yang sempurna.
Kabel yang menuju individual breaker harus tegak lurus melalui
lubang-lubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini.
Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang struktur harus
bisa dilepas dengan mudah agar supaya memungkinkan pembuatan
lubang-lubang untuk konduit kabel yang diperlukan.
Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa,
sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya loncatan bunga api
(arc proofing).
Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan
ventilasi dan pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa
dipindah-pindahkan bilamana perlu.

b.3 Konstruksi.
Panel-panel harus seperti yang disyaratkan disini dan seperti
ditunjukkan dalam gambar rencana, untuk melaksanakan fungsi yang
diperlukan.
Lokasi yang tepat dan jenis perlengkapan yang diperlihatkan boleh
berbeda menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh
bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud dapat dicapai.
Akan tetapi identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus
diikuti dalam urutan yang tepat, untuk mempermudah pemeriksaan
bangunan (konstruksi).
Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun
dan ditunjang untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi
pada lokasi tertentu tersebut.
Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur
untuk menjamin daerah kontak yang baik.

b.4. Ventilasi.
Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch
machine, untuk menjaga benda-benda asing masuk melalui lubang
tersebut.
Pada bagian dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-
punch).

b.5. Papan Nama.


Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan
nama yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya
dan dapat dilihat dengan mudah.
Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas
rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung
padanya. Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar
kerja.
Mini diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu, lengkap
dengan komponen-komponen dan tanda-tanda untuk komponen
tersebut.

b.6. Cadangan Sambungan dikemudian hari.


Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan-
ruangan tersebut harus dilengkapi dengan pemutus daya cadangan,
terminal, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk
peralatan yang dipasang dikemudian hari.
Kemungkinan penyambungan dikemudian hari dapatberupa
peralatan baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontaktor dan lain-
lain.

b.7. Bus-Bar / Rel Daya.


Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara
mendatar dengan rapih sepanjang panel di dalam ruang yang
berventilasi.
Jarak antar bus-bar/rel daya harus memenuhi ketentuan pemasangan
rel daya di dalam PUIL 2000.
Bus-bar harus terbuat dari tembaga jenis “hard drawn high
conductivity” yang memenuhi standar BS 1433, dilapisi perak pada
bagian luarnya secara menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan
kemampuan 150% dari arus beban terpasang.
Ukuran bus-bar harus disesuaikan dengan peraturan PUIL 2000.
Semua bus-bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator
yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air (non-hygroscopic)
misalnya porselain atau moulded isulator, sedemikian rupa sehingga
mampu menahan gaya mekanis yang terjadi akibat hubung-singkat.
Bus-bar dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa
menurut PUIL 2000.
o
Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70 C.
Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas
penuh (full netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus
pentanahan yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan
dilengkapi dengan klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu
ditanahkan. Dalam hal ini konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa –
4 kawat – 5 bus.
Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar
dengan arus lebih besar dari 63 A harus dilakukan melalui batang-
batang tembaga dari jenis yang sama dengan bus-bar.
Untuk arus yang lebih kecil, diizinkan menggunakan kabel berisolasi
PVC (NYY atau NYA).
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang
menunjukkan ukuran-ukuran dari bus-bar dan susunannya.
Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan
disediakan cara-cara untuk penyambungan di kemudian hari.
Apabila saluran keluar (outgoing feeder) yang menuju ke satu
terminal terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan
menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel (cable shoes) pada
satu terminal atau bus-bar. Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan
dengan cara memasangkan batang tembaga tambahan untuk
menyatukan sepatu kabel (cable shoes) tersebut pada terminal yang
berlainan.

b.8. Alat-alat Ukur.


Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur
seperti yang ditunjukkan di dalam gambar rencana.
Bila digunakan Ampere meter selector switch (saklar pindah), pada
saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk Ampere meter harus
dalam keadaan terhubung singkat.
Meter-meter harus dari tipe besi putar (moving iron) khusus untuk
dipasang secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang
o
paling tinggi 1,5 dengan penunjukkan melingkar (minimum 90 ),
skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran, dengan
ukuran 96 mm. x 96 mm.
Posisi dari saklar putar untuk Volt meter dan Ampere meter harus
ditandai dengan jelas.
b.8.1. Ampere meter (A-m).
ƒ Semua Ampere meter harus mempunyai kemampuan beban
lebih sebesar 120% dari batas atas penunjukannya selama
2 jam dan dilengkapi dengan penunjuk berwarna merah
(index pointer) untuk menandai besarnya arus beban penuh.
ƒ Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor
sebesar 5,5 kW atau lebih pada salah satu fasenya.
ƒ Ampere meter harus mampu menahan pergerakan yang
timbul akibat arus start motor dan mempunyai skala overload
yang rapat (compressed) untuk keperluan pembacaan arus
start tersebut.
ƒ Pada Ampere meter harus terdapat mekanisme pengatur
penunjukan nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar di
bagian depan.

b.8.2. Volt meter (V-m).


ƒ Volt meter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan
mempunyai skala penunjukan yang lebar.
ƒ Volt meter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring
pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3 A.
ƒ Pada volt meter harus terdapat mekanisme pengatur
penunjukan nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar di
bagian depan.

b.9. Trafo Arus.


Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan
(indoor type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang
sesuai dengan standar-standar VDE untuk keperluan pengukuran.
Pemasangan harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan
gaya-gaya mekanis yang timbul pada waktu terjadinya hubungan
singkat 3 fasa simetris.
Trafo arus untuk Ampere meter tidak boleh digunakan bersamaan
dengan kWh meter. Trafo arus harus terpisah dengan trafo kWh
meter.

b.10. Kabel-Kabel kontrol.


Kabel kontrol (controlling wiring) dari panel-panel harus sudah
dipasang di pabrik / bengkel secara lengkap dan dibundel serta
dilindungi terhadap kerusakan mekanis.
2
Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm dari jenis NYMHY dengan
tegangan nominal 600 Volt.
Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus
dipasangkan sepatu kabel sesuai dengan ukuran kabelnya dan
dikencangkan dengan alat penekan (press tang / kraft tang) secara
baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar (lost
contact). Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran
pada terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh.

b.11. Merk Pabrik.


Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik.
Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau
dipertukarkan tempatnya pada rangka panel.
b.12. Peralatan Pengaman / Pemutus Daya.
b.12.1. Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).
ƒ Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil dari
800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit
breaker – MCCB) yang memenuhi standar BS 4752 Part 1
1977 atau IEC 157.1 dan sesuai untuk temperatur operasi
o
40 C ( fully tropicalized ) dan mampu beroperasi untuk
tegangan 660 VAC dengan rating 1.000 VAC.
ƒ MCCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed” baik
pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi
performance.
ƒ Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus
terbuat dari bahan silver / tungsten dan mekanisme
operasinya dirancang untuk menutup dan membuka kontak -
kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis “quick make” dan “quick
break” secara simultan pada ke-tiga / ke-empat kutubnya
sewaktu opening, closing maupun trip.
ƒ Mekanisme ini harus trip-free untuk mencegah kontak utama
menutup kembali tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCCB harus dapat membuka semua kutub
(kontak utama) secara bersamaan (simultan). Bila suatu arus
kesalahan mengalir pada salah satukutub harus menyebabkan
ketiga kutub membuka secara bersamaan.
ƒ MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing-
masing kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus
beban lebih ( overload – inverse time ) secara mekanis
dengan bimetal, dan arus hubung – singkat ( overcurrent –
instaneous ) secara mekanis dengan solenoid (magnetis).
ƒ Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent
protection.
ƒ Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi operasi, yaitu :
ON, OFF dan TRIP.
ƒ Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting / breaking
capacity) tidak kurang dari 50 kA.

b.12.2. Miniatur Circuit Breaker (MCB).


ƒ MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan BS 4752
/ Part 1 1977 atau IEC 157.1 (fully tropicalized), mampu
beroperasi untuk tegangan sampai 660 VAC dengan rating
1.000 VAC.
ƒ MCB harus dapat dioperasikan secara “reverse feed”, baik
pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi
performance.
ƒ Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari
bahan silver / tungsten dan mekanisme operasinya dirancang
untuk menutup dan membuka kontak - kontak utamanya
secara menyapu (wiping action).
ƒ Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah
kontak utama menutup kembali tanpa sengaja.
ƒ Handle toggle MCB tiga fasa harus dapat membuka semua
kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan).
ƒ Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus
menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersamaan.
ƒ MCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung arus beban lebih
(overload inverse time) secara mekanis dengan bimetal dan
arus hubung singkat (overcurrent instaneous) secara mekanis
dengan solenoid (magnetis).
ƒ Arus nominal dari draw out ACB, MCCB dan MCB harus
sesuai dengan gambar, dengan kapasitas pemutusan
(breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya
tersebut.
ƒ Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus
hubung singkat 3 fasa simetris yang mungkin terjadi pada
titik - titik beban dan menganjurkan jenis ACB, MCCB serta
MCB yang sesuai.
ƒ Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan
untuk digunakan harus disertakan pada saat penawaran
pekerjaan.

b.13. Terminal Pembantu.


Apabila untuk menuju suatu terminal pada panel tersebut digunakan
beberapa kabel yang disatukan pada terminal tersebut, Kontraktor
harus juga menyediakan terminal pembantu yang diperlukan.
Terminal pembantu tersebut harus terbuat dari bahan yang sama
dengan terminal utama dengan kapasitas hantar arus yang sesuai dan
dilubangi sesuai dengan ukuran sepatu kabel yang digunakan.
Setiap mur baut yang digunakan harus dikencangkan dengan baik
agar terhindar dari kemungkinan hubungan longgar (lost contact).

5.1.9. Peralatan Penerangan.


a. Umum.
Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories,
peralatan serta alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap
dan sempurna dari semua peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang
disyaratkan dan ditunjuk pada gambar-gambar.
b. Kualitas dan Pengerjaan.
Semua material dan accessories, baik yang disebut secara umum maupun
khusus harus dari kualitas terbaik.
Pengerjaan harus dari kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan
standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan
skedul, atau seperti yang disyaratkan disini.
Semua fixture TL harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan
faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,96. Ballast harus dari tipe low
losses. Armatur ex ASAHI.

c. Jenis Armature.
c.1. Lampu-Lampu Fluorescent (TL).
Lampu (bulb) harus dengan warna standar white deluxe.
Untuk twin lamp atau double TL harus dirangkai secara lead-lag
untuk meniadakan efek stroboskopis.
Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus
memenuhi standar PLN / SII / LMK.
c.2. Lampu Down Light.
Lampu down light yang dipasangkan di ruang - ruang tertentu
menggunakan jenis lampu sesuai dengan gambar rencana.
c.3. Lampu Baret.
Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari
kaca susu dengan lampu pijar ( incandescent ) atau lampu TL circle
32 W sesuai dengan kebutuhan.
c.4. Lampu Taman dan Lampu PJU.
Bentuk lampu taman dan lampu PJU sesuai dengan gambar rencana
lengkap dengan tiang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang
box berisi fuse 2 A dan terminal penyambung kabel.
Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu tanam adalah NYM 3 x 2,5
2
mm dengan salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu
untuk pentanahan.

d. Pemasangan.
ƒ Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh
orang yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
ƒ Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan
yang perlu agar diperoleh hasil pemasangan yang baik.
ƒ Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa sehingga
betul-betul lurus.
ƒ Armatur yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted)
tidak boleh mempunyai sela-sela diantara bagian-bagian fixture dan
permukaan-permukaan di sebelahnya.
ƒ Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded).

ƒ Pada waktu diselesaikannya pemasangan armatur penerangan, peralatan


tersebut harus siap untuk bekerja dengan baik dan berada dalam
kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat / kekurangan.
ƒ Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya
harus menyala secara lengkap.
Pasal 6
PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM

6.1. Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian


(testing) penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.

6.2. Semua testing, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang
tergabung dalam pekerjaan renovasi sistim listrik ini serta penyediaan semua
instrumentasi dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan
berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commissioning.

6.3. Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan


Konsultan Pengawas, antara lain :
ƒ Pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian ( section )
maupun keseluruhan ( overall ).
ƒ Pengujian pentanahan panel.
ƒ Pengujian kontinuitas konduktor.
ƒ Pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya.
ƒ Pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out).
ƒ Load testing.
ƒ Penyetelan semua peralatan pengaman ( overcurrent dan overload ) dan mencatat
data setelan yang dilakukan.
ƒ Semua instalasi listrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan
resmi yang ditunjuk Konsultan Pengawas.

6.4 Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di
atas atau standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara
pengujiannya.
BAB. 7

SYARAT – SYARAT TEKNIS


PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI

Pasal 1
UMUM

Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plumbing / Sanitasi yang diuraikan disini adalah


persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi
maupun pengadaan material dan peralatan.
Dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian
dari Syarat-syarat Teknis ini.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing
(pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan
sampai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada
gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan.
Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing
terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 (dua belas) bulan.
Ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat
teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan, juga termasuk
ke dalam pekerjaan ini.
Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah :
Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan
perlengkapan sistem plumbing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku
seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem /
peralatan, walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat teknis khusus atau gambar
dokumen.
Perincian umum pekerjaan instalasi plumbing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut :

2.1. Instalasi Air Bersih


Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar
bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan
spesifikasi tekniknya.
Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plumbing
serta peralatan-peralatannya.
Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan
untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja
dengan baik dan aman.
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersihan site.

2.2. Instalasi Air Kotor / Air Buangan


2.2.1. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan lengkap dengan
peralatan dan berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel,
floor drain, clean out dan lain sebagainya.
2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan dari dalam bangunan
menuju saluran drainase dan septic tank.
2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya.
2.2.4. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali.
2.2.5. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis.
2.2.6. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang
diperlukan.

Pasal 3
TEKNIS UMUM PELAKSANAAN

3.1. Pengecatan.
3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka
penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah
berkarat dengan lapisan cat dasar (prime coating).
Bahan cat yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan pengecatan yang
sesuai dengan bahan masing-masing.

3.1.2. Pengecatan tidak diperlukan bila alat-alat / bahan-bahan sudah dicat di


pabriknya atau dinyatakan lain dalam spesifikasinya atau untuk bahan
aluminium.

3.1.3. Untuk peralatan / bahan-bahan yang tampak, maka peralatan / bahan-bahan


tersebut harus dicat akhir dengan cat besi merk ICI, sebagai berikut :
Pipa air bersih : Biru ( ICI R 404-41001 )
Pipa drain / waste : Hitam ( ICI R 404-40009 )
Gantungan / support : Hitam ( ICI R 404-40009 )
Pipa hydrant : Merah ( ICI R 404-40005 )
Panah pengarah : Putih ( ICI R 404-101 )

3.1.4. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi
peralatannya dengan cat.
Sebelum mengerjakannya, Kontraktor wajib memberitahukan mengenai
tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-peralatan itu kepada
Konsultan Pengawas.
3.2. Peralatan.
3.2.1. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada
tempat-tempat rendah tertutup.
3.2.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan
alat ukur yang tidak dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting.
3.2.3. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan
ketelitian tinggi serta simetris.
3.2.4. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa di
tempat-tempat tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat.
3.2.5. Kontraktor harus menyediakan dan memasang automatic air release valve
serta penampungannya pada tempat yang memungkinkan terjadinya
pengumpulan udara.

3.3. Ukuran ( Dimensi )


Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail yang terdapat pada gambar harus
dita’ati oleh Kontraktor.
Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terjadi
perbedaan antara satu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Konsultan
Pengawas.
Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran
yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.

Pasal 4
INSTALASI AIR BERSIH

4.1. P i p a
Pipa dengan diameter 1” s/d. 3”, baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang
menuju fixtures menggunakan pipa PVC tipe AW.
Pipa ex WAVIN.

4.2. Fitting
Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.

4.3. Valves
Valve dengan diameter lebih kecil dari 3” diperkenankan menggunakan sambungan
ulir (screwed)
Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat
untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat.
Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya.
Semua valve dari merk KITAZAWA atau yang setara. Setiap penawaran harus
dilengkapi dengan brosur / katalog dari pabrik pembuat.
Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 ( 150 psi ).
4.4. Bak Kontrol Untuk Water Meter Dan Valve.
Bak kontrol untuk pipa penyambung dari jaringan utama sistem distribusi air bersih,
terbuat dari beton tulangan yang lengkap dengan tutup beton yang dapat dengan
mudah dibuka / diangkat serta dikunci.

4.5. Pemasangan Pipa.


4.5.1. Pipa Tegak
Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok / lantai.
Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada
tembok sesuai pada kebutuhan pipa.
Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji; harus ditutup kembali sehingga tidak
kelihatan dari luar.
Cara penutupan kembali harus seperti semula dan di-finish yang rapi sehingga
tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan.
4.5.2. Pipa Mendatar.
Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang
dengan penyangga (support) atau penggantung (hanger).
Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan
keadaan lapangan.

4.5.3. Penyambung Pipa.


a. Sambungan Ulir.
Penyambungan ulir antara pipa dengan fitting dilakukan untuk pipa
dengan diameter sampai 40 mm ( 1½” ).
Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting
dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir. Semua
sambungan ulir harus menggunakan perapatan henep dan zinkwite dengan
campuran minyak.
Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda.
Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan
dengan reamer.
Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

b. Sambungan Lem.
Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang
sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan
dengan alat press khusus.
Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa.

c. Sambungan Las.
Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum.
Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat
las / elektrode yang sesuai.
Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah
mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu
d. Sleeves.
Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus beton.
Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang
longgar di luar pipa maupun isolasi.
Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja.
Untuk yang diinginkan kedap air, harus dilengkapi dengan sayap / flens /
waterstop.
Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang mempunyai
lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves.
Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal
atau caulk.

4.5.4. Penanaman Pipa di Dalam Tanah.


a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan.
b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm.
c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya
50 mm. untuk penempatan pipa sambungan pipa.
d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran.
e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kembali dengan pasir urug padat setebal
15 cm. dihitung dari atas pipa.
f. Di sekitar fitting dari pipa harus dipasang balok / penguat dari beton agar
fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan.
g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan
semula.

4.5.5. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran.


a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan
2
tekanan hidrolis 15 Kg / Cm selama 24 jam tanpa terjadi perubahan /
penurunan tekanan.
b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor.
c. Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas atau yang
dikuasakan untuk itu.
d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, Kontraktor harus memperbaiki
bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai
berhasil dengan baik.
e. Dalam hal ini, semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya
pemakaian air dan listrik.

4.5.6. Pengujian sistem kerja (Trial Run).


Setelah semua instalasi air bersih lengkap terpasang, termasuk penyambungan
ke pipa distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap
sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi air bersih yang disaksikan oleh
Konsultan Pengawas atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja
dengan baik.
4.5.7. Pekerjaan Lain-Lain.
Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah
pembobokan dinding / selokan, penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil
galian dan lain-lain yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti
semula.

Pasal 5
INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN

5.1. Material
5.1.1. Pipa di Dalam Bangunan.
Pipa dengan ukuran ∅ 1½” - ∅ 4” baik pipa utama maupun pipa cabang
menggunakan PVC kelas AW.
Pipa PVC ex WAVIN.

5.1.2. Pipa di Luar Bangunan.


Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan
pipa PVC kelas AW.
Pipa PVC ex WAVIN.

5.1.3. Accessories.
a. Fitting dari PVC harus dari bahan yang sama (PVC) yang dibuat dengan
cara injection moulding.
b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel.
c. Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber glass,
yang mempunyai bentuk badan cembung yang berfungsi sebagai sediment
bowl.

5.2. Cara Pemasangan Pipa


5.2.1. Pipa Di Dalam Bangunan ( Termasuk Pipa Vent ).
a. Pipa Mendatar.
Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1 – 2 %. Perletakan pipa harus
diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok
maupun pada ruang yang berada di bawah lantai.
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus
o
menggunakan fitting dengan sudut 45 ( misalnya Y branch dan
sebagainya) jenis long radius.
b. Pipa Di Dalam Tanah.
Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal
/ tinggi timbunan minimal 80 cm. diukur dari atas pipa sampai permukaan
tanah / lantai.
Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir
urug dipadatkan setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di
sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah sampai padat.
Konstruksi permukaan tanah / lantai bekas galian harus dikembalikan
seperti semula.

c. Penanaman pipa.
Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap
sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm.
Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas
(vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar
perencanaan.
Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan kemiringan 1 – 2 % dari
titik mula di dalam gedung sampai ke saluran drainase.

5.2.2. Pipa Saluran Luapan Septic Tank.


Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan, dengan
kemiringan 1 – 2 % dari titik permulaan septic tank ke drainase kota.
Ntuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman
kurang dari 90 cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton
bertulang dengan tebal 10 cm. Pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa.

5.2.3. Penyambungan Pipa.


a. Pipa PVC dengan diameter 3” ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai
dasar harus disambungkan dengan rubber ring joint (RRJ).
b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement.
c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan
terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam
dari pipa yang akan saling melekat.
e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang
akan disambung harus bebas dari benda-benda / kotoran yang dapat
mengganggu kelancaran air di dalam pipa.

5.3. Cara Pemasangan Floor Drain Dan Clean Out.


Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan.
Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk
o
sudut 45 dengan pipa utamanya.

5.4. Pengujian.

5.4.1. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum
2
disambung ke peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm dan
2
tekanan pengujian adalah 15 kg/cm .

5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan
ditutup rapat.
Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum
pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan
dengan air. Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak
terjadi pengurangan volume air.
5.4.3. Peralatan dan bahan untuk pengujian disediakan oleh Kontraktor.
5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki segala cacat dan kekurangan-kekurangannya.

5.4.5. Konsultan Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini
dianggap perlu.

5.4.6. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian / pengulangan pengujian adalah termasuk
tenggung jawab Kontraktor.

5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan baik oleh
Konsultan Pengawas.

Pasal 6
PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR - POMPA

6.1. Pompa Air Bersih.

6.1.1. Pompa-pompa dari jenis non-self priming dengan efisiensi minimum 70%
pada sekitar + 10 % dari titik kerjanya.

6.1.2. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum.

6.1.3. Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal.

6.1.4. Badan pompa menggunakan bsi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus
untuk air minum.

6.1.5. Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel atau sejenisnya
yang khusus untuk air minum.

6.1.6. Poros menggunakan baja tahan karat (stainless-steel), shaft seal faces terbuat
dari tungsteen carbide.

6.1.7. Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air.

6.1.8. Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik.

6.1.9. Pompa dikonstruksikan menyatu dengan motornya pada landasan baja


tunggal (base plate).

6.1.10. Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainase) bocoran air ke
saluran buangan terdekat (lihat gambar rencana).

6.1.11. Secara utuh, pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di
atas normal ( 50 dB A ).

6.1.12. Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan
kopling fleksibel.
6.1.13. Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank.

6.1.14. Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop switch yang mendapat
sinyal dari water level control yang diletakan di dalam ground reservoir.

6.2. Motor Untuk Pompa Air Bersih.

6.2.1. Motor adalah jenis motor induksi rotor sangkar.

6.2.2. Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220 / 380 V, 3 fasa, 50 Hz.

6.2.3. Motor di atas 2,5 KW menggunakan starter star-delta otomatis, sedangkan


untuk motor dengan daya kurang dari 2,5 KW menggunakan starter direct-
on-line (DOL).
Perintah start otomatis berasal dari pressure switch yang diletakan di
pemipaan header.

6.2.4. Belitan motor menggunakan isolasi kelas F.

6.2.5. Motor setidaknya dilindungi dengan :


x Automatic short circuit / over curren protector
x Automatic thermal protection relay
x Automatic under voltage dan phase failure cut off relay.

Anda mungkin juga menyukai