Anda di halaman 1dari 22

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

Keterangan :

Uraian Spesifikasi Teknis dan Gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan


pekerjaan.

1. LINGKUP PEKERJAAN

Uraian dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini menyangkut segi lingkup
pekerjaan :
REHABILITASI RUANG KELAS SDN MERKAWANG DAN SDN KLUTUK
TAHUN 2021
2. JENIS DAN MUTU BAHAN

2.1. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi,
Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur Negara tanggal 23 Desember
1980 dan Perpres Nomor 54 tahun 2010.

2.2. Bahan-bahan bangunan/tenaga kerja setempat, sesuai dengan lokasi yang ditunjuk, bila
bahan-bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis, sesuai dengan
peraturan yang ada dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Kuasa
Pengguna Anggaran / Direksi (secara tertulis).

2.3. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terdapat
beberapa/bermacam-macam jenis (merk) diharuskan untuk memakai jenis dan mutu
bahan satu jenis.

2.4. Bila Rekanan telah menanda tangani/melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk
pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan bahan-bahan
tersebut harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam
setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung jawab rekanan.

2.5. Bila dalam uraian dan syarat-syarat yang disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukan kualitas dan tipe dari barang-
barang yang memuaskan Pemberi Tugas.
3. URAIAN PEKERJAAN

3.1. Penyediaan
Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua alat-alat
pembantu yang dipergunakan seperti andang-andang, alat-alat pengangkat, mesin-
mesin, alat-alat penarik dan sebagainya yang diperlukan oleh rekanan dan untuk semua
alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak berguna lagi, dan
untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.

3.2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan


a. Kuantitas dan kualitas pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus dianggap
seperti apa yang tertera dalam gambar kontrak atau diuraikan dalam uraian dan
syarat-syarat. Tetapi kecuali yang disebut diatas apa yang tertera dalam uraian dan
syarat-syarat dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh menolak, merubah atau
mempengaruhi penerapan dari apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.
b. Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-bagian
dari gambar dan uraian dan syarat-syarat tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak
ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh
pemberi tugas.

4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN

4.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh perencana telah
disampaikan kepada rekanan beserta dokumen-dokumen lain. Rekanan tidak boleh
mengubah atau menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari Kuasa Pengguna
Anggaran. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk
maksud-maksud lain.

4.2. Gambar-gambar tambahan


Bila Kuasa Pengguna Anggaran / Direksi menganggap perlu, maka Konsultan
Perencana harus membuat gambar detail (gambar penjelasan) yang disyahkan oleh
Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik Direksi.

4.3. As Built Drawing (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan)


Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik penyimpangan
atas perintah pemberi Tugas atau tidak, pengawas harus membuat gambar-gambar yang
sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (As Built Drawing) yang jelas
memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan yang
dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Rekanan.

4.4. Gambar-gambar ditempat pekerjaan


Rekanan harus menyimpan ditempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak lengkap
termasuk rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule
dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakhir
dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika pemberi tugas atau wakilnya
sewaktu-waktu memerlukan.

5. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI)

5.1. Adapun kebangsaan pemborong, Sub Pemborong, leveransir atau penengah (Arbitrase)
dan dimanapun mereka bertempat tinggal /menetap (domisili) atau dimanapun
pekerjaan atau bagian pekerjaan berada Undang-undang Republik Indonesia adalah
Undang-undang yang melindungi kontrak ini.

5.2. Untuk memudahkan komunikasi demi untuk mempermudah jalannya pelaksanaan


pekerjaan rekanan pemborong berkewajiban memberikan alamat yang tetap dan jelas
dengan nomor telpon rumah kepada Kuasa Pengguna Anggaran.

6. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

6.1. Bila terdapat perbedaan gambar, antara gambar rencana dan gambar detail maka
gambar detail yang dipakai/diikuti.

6.2. Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai, maka ukuran
dengan angka dalam gambar yang diikuti.

6.3. Bila ukuran-ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan-bahan/barang dipakai dalam
RKS tidak sesuai dengan gambar, maka RKS yang diikuti.

6.4. Rekanan berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang hal-hal tersebut diatas.
Setelah rekanan menerima dokumen dari Kuasa Pengguna Anggaran dan hal
tersebut akan dibahas dalam rapat penjelasan.

6.5. Sebelum melaksanakan pekerjaan rekanan diharuskan meneliti kembali semua


dokumen yang ada untuk disesuaikan dengan Berita Acara Rapat penjelasan.
7. PERSIAPAN DI LAPANGAN

7.1. Los Kerja / Direksi Keet.


a. Pemborong diwajibkan membuat bouwkeet untuk kantor pegawainya, dan gudang
untuk bahan-bahan yang perlu terhindar dari gangguan cuaca.
b. Bila dianggap perlu oleh Direksi lapangan, pemborong diwajibkan membuat los
kerja untuk tempat pekerja, sehingga terhindar dari matahari dan hujan.

7.2. a. Sebelum rekanan Pemborong mengadakan persiapan di lokasi, sebelumnya harus


memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan / perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada Ketua Jurusan yang bersangkutan
terutama tentang dimana harus membangun bangunan, jalan masuk dan
sebagainya.
b. Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran Direksi lapangan sudah harus
mulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
c. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum pada tiap-tiap bagian
pekerjaan dilaksanakan, diharuskan mendapat ijin tertulis dari Direksi lapangan
untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

8. JADWAL PELAKSANAAN

Pada saat rekanan akan mulai pelaksanaan dilapangan atau setelah rekanan menerima SPK
dari Kuasa Pengguna Anggaran harus segera mengadakan persiapan antara lain pembuatan
jadwal pelaksanaan yang berupa Bar Chart secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanaan
pekerjaan, waktu yang dicantumkan atau direncanakan dan disesuaikan dengan jangka
waktu yang ditetapkan dalam kontrak. Bar Chart tersebut harus selalu berada dilokasi,
tempat pekerjaan untuk diikuti dengan perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dengan diberikan tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat/terlihat hambatan,
semua pihak harus segera mengadakan langkah-langkah untuk penanggulangan hambatan
yang akan terjadi.

9. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN

9.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan


Pemborong/rekanan harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan
kecakapan dan perhatian sepenuhnya.
Ia harus semata-mata bertanggung jawab untuk semua alat-alat konstruksi, cara-cara
teknik urutan dan prosedur dan untuk mengkoordinasikan semua bagian pekerjaan
yang berada didalam kontrak..

9.2. Pegawai pemborong yang melaksanakan :


9.2.1 Sebagai pemimpin pelaksanaan proyek sehari-hari pada pelaksana pekerjaan
pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksanaan ahli, cakap sesuai
bidang keahliannya, yang diberi kuasa dengan penuh tanggung jawab dan selalu
berada ditempat pekerjaan.

9.2.2 Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan pelaksanaan harus mempelajari


dan mendalami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga
tidak terjadi kesalahan-kesalahan konstruksi maupun kualitas bahan-bahan yang
harus dilaksanakan.

9.2.3 Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat dilaksana-


kan apabila ada izin tertulis dari Pengawas/ Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan
rapat Direksi. Menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab pemborong,
untuk melaksanakan sesuai gambar dan bestek.

9.2.4 Direksi berhak menolak penunjukan seorang pelaksana (Uitvoerder) dari


pemborong berdasarkan pendidikan, pengalaman tingkah laku dan kecakapan, dalam
hal ini pemborong harus segera menempatkan pengganti lain dengan persetujuan
Direksi.

10. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

10.1. Keamanan dan kesejahteraan


Selama pelaksanaan pekerjaan rekanan pemborong diwajibkan mengadakan segala
hal yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan
pertama, sanitasi, air minum, dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan
memenuhi segala peraturan dan tata tertib, ordonansi Pemerintah atau Pemerintah
Daerah setempat.

10.2. Terhadap wilayah orang lain


Pemborong diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar tampak dan harus
mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.
10.3. Terhadap milik umum
Pemborong harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakai jalan,
bersih dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu
lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
Pemborong juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum (fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebagainya yang
disebabkan oleh kegiatan pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala
perbaikan kerusakan menjadi tanggung jawab pemborong.

10.4. Keamanan Terhadap Pekerjaan


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-
bahan bangunan dan perlengkapan instalasi ditapak, hingga kontrak selesai dan
diterima baik oleh Direksi. Pemborong harus menjaga perlengkapan bahan-bahan
dari segala kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh
pekerjaan termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan
menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang
layak, memompa atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.

11. JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH

11.1 Air Minum dan Air untuk Pekerjaan


a. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih
ditempat pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan
atau menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri (guna
memperhitungkan pembayaran) atau air sumur yang bersih/jernih dan tawar,
bila hal ini meragukan pengawas harus diperiksa di laboratorium.

11.2. Kecelakaan
Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan
tersebut pada waktu pelaksanaan, pemborong harus segera mengambil tindakan
yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain
menjadi tanggung jawab pemborong dan harus segera melaporkan kepada Instansi
yang berwenang dan Direksi.

11.3. Dilokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan


pertama yang selalu tersedia dalam setiap saat dan berada ditempat Direksi
Keet/Bouwkeet.
12. ALAT-ALAT PELAKSANAAN /PENGUKURAN

Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan/menyiapkan alat-alat baik


untuk sarana peralatan pekerjaannya maupun peralatan-peralatan yang diperlukan untuk
memenuhi kwalitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton mollen dan sebagainya.

13. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

13.1. Pemborong harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik
antara pekerjanya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak
mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.

13.2. Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru dan bahwa semua pekerjaan akan
berkualitas baik bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan
standart ini dapat dianggap defiktif.

13.3. Dalam pengajuan penawaran pemborong harus memperhitungkan biaya-biaya


pengujian / pemerikasaan berbagai bahan pekerjaan.
Diluar jumlah tersebut pemborong tetap bertanggungjawab atas biaya-biaya
pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

14. PEKERJAAN TIDAK BAIK

14.1. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar pemborong membongkar


pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk
mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik yang sudah maupun
yang belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan.
Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban pemborong untuk
disempurnakan dengan kontrak.

14.2. Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat
pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak
sesuai dengan kontrak.

14.3. Pemberi tugas berhak (tetap tidak dengan cara tidak adil atau menyusahkan)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.
15. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG (MEER EN MINDERWERK)

15.1. Pemborong berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut


ketentuan AV-41 pasal (2) ayat (3) dan menurut gambar-gambar detail yang telah
disahkan oleh Direksi melaksanakan secara keseluruhan atau dalam bagian-bagian
menurut persyaratan-persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
Pemborong selanjutnya berkewajiban pula tanpa tambahan biaya mengerjakan
segala sesuatu demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan-bahan yang
tepat walaupun satu dan lain hal tidak dicantumkan dalam gambar dan bestek.

15.2. Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau
persetujuan secara tertulis dari Direksi. Selanjutnya perhitungan penambahan atau
pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua belah
pihak jika tidak tercantum dalam daftar harga upah dan satuan pekerjaan.

15.3. Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tidak seizin direksi secara tertulis
adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.

16. PAPAN NAMA PROYEK

16.1. Pemborong tidak diizinkan membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-batas
lapangan pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Direksi.

16.2. Pemborong harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki


lapangan pekerjaan.

16.3. Pemborong harus memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,8 x 1,2
m2 warna dasar putih tulisan hitam.

17. PEKERJAAN PERSIAPAN

17.1. Termasuk didalam lingkup perkerjaan persiapan pelaksanaan konstruksi ini adalah
penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan :
a. Pekerjaan pembersihan lokasi
b. Pekerjaan pengukuran
c. Pekerjaan pemasangan papan bangunan (pasang bouwplank)
17.2. Sebelum rekanan pemborong mengadakan persiapan dilokasi sebelumnya harus
memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan/perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada pemerintah daerah setempat, terutama
tentang dimana harus membangun Direksi Keet, bahan-bahan bangunan, jalan
masuk dan sebagainya.

17.3. Pada saat mengadakan persiapan pengukuran Direksi Lapangan sudah harus mulai
aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.

17.4. Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap-tiap bagian pekerjaan
dilaksanakan, diharuskan mendapatkan ijin tertulis dari Direksi lapangan untuk
dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.

18. PEMBERSIHAN LOKASI

1. Pembersihan dilaksanakan pada :


- Semua jenis kotoran, tanaman, tumpukan sisa material, peralatan tak terpakai dan
lain-lain yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi disekitar daerah
pekerjaan hingga seluas kapling bangunan.
2. Pembuangan sisa-sisa pembersihan lokasi harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan atau ditempatkan dilapangan pekerjaan sesuai petunjuk direksi.
3. Setelah pembersihan lahan harus dilakukan perataan lahan kembali.

19. PEKERJAAN PENGUKURAN

19.1. Lingkup pekerjaan pelaksanaan konstruksi ini adalah penyediaan tenaga, bahan
material dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pematokan.

19.2. Bahan yang dimaksud adalah bahan untuk pemasangan patok ukur yang terdiri dari
kayu meranti/kruing ukuran 5/7 serta peralatan ukur berupa pesawat ukur
theodolite dan atau alat ukur lainnya.

19.3. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik kolom bangunan di
lapangan, serta duga tinggi ± 0.00 (yakni sama denga tinggi permukaan BM yang
sudah ditentukan).
19.4. Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan pekerjaan
yang membutuhkannya yang antara lain adalah :
a. Untuk penetapan pemasangan bouwplank
b. Untuk leveling lantai struktur, ring balk, untuk kedudukan kuda-kuda dan
lain-lain.
c. Untuk pengecekan kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya.

19.5. Hasil pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda patok-patok ukur
dititik-titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya (peil)
dengan cat warna merah.

19.6. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran penampang 5/7
cm, ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah tempat oleh
benturan- benturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya (pemasangan
bouwplank). Bila patok-patok ini bergeser, miring, atau tenggelam/tercabut, maka
kontraktor pelaksana harus menggantinya dengan melkaukan pengukuran kembali
sebagaimana mestinya.

19.7. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil
dengan menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh
Konsultan Pengawas/Direksi dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur
yang ditetapkan sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

19.8. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara pengukuran awal (Uitzet)
yang ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi
bangunan ini untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran selanjutnya.

19.9. Berdasarkan keperluannya diatas maka kontraktor pelaksana harus senantiasa


menyediakan pesawat ukur di lapangan dalam jumlah yang cukup serta dapat
berfungsi dengan baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.

19.10. Bila oleh karena sesuatu hal kontraktor pelaksana tidak dapat menyediakannya di
lapangan pekerjaan maka Konsultan Pengawas/Direksi berwenang mengadakannya
dengan biaya sewa yang ditanggung oleh kontraktor pelaksana.

19.11. Hal ini sudah harus dianggap sebagai faktor-faktor yang sudah diperhitungkan di
dalam penawaran pekerjaan ini.
20. PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG

23.1. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
(PBI 1971) dengan jenis beton sesuai gambar perencanaan.

23.2. Pekerjaan beton bertulang dengan Mutu Beton K-200 s/d K-250 harus
dilaksanakan pada beton bertulang struktur dan diaduk dengan mesin pengaduk /
mollen sesuai dengan persyaratan uji :
 Trial Test dan Mix Design
Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui
takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan
untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton
struktur.

 Actual Random Test


Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk
mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.

 Slump Cone Test


Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini
jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen
sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.
Seluruh prosedur pengujian mengacu pada PBI 1971, dilakukan oleh
Kontraktor dan lembaga/laboratorium uji konstruksi yang ditetapkan
sebelumnya dan selalu dalam pengawasan Konsultan Pengawas, seluruhnya
atas biaya Kontraktor.

 Tes Balok Beton


Pada saat pelaksanaan pengecoran plat / balok lantai dasar harus dibuatkan
balok-balok berupa balok kubus atau silinder dengan ukuran dan jumlah
disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam PBI 1971, dan dilakukan
pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.

23.3. Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak


bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan
campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau
beton yang bukan struktur.

23.4. Bahan untuk adukan beton :


Semen :
 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen produksi
dalam negeri merk Gresik /setara dan sesuai standart SNI.
 Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.
 Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong
semen yang masih utuh.
 Untuk penyimpanan diletakkan min. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai
mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.

Agregat Beton :
 Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia,
bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-
persyaratan PBI 71 jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5%
keseluruhannya.
 Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih
kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan
split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan PBI 71.
 Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat
campuran di daerah baik menurut PBI 71.

Air :
 Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan
alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton.
 Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari Direksi dan bila air
yang digunakan meragukan, maka Pemborong harus mengadakan penelitian
Laboratorium dengan biaya atas tanggungan Pemborong.

Besi Beton :
 Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu U-24 (polos) dan
U-39 (ulir) dilengkapi dengan pengetesan di Laboratorium dengan diameter-
diameter seperti yang tertera dalam gambar.
Penggunaan diameter yang lain diperkenankan apabila ada persetujuan tertulis
dari Direksi.
 Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut
gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang
sesuai dengan diameter masing-masing.

Kayu untuk cetakan beton :


 Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau
dipakai kayu meranti.
 Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 9 mm dan
pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek
dilapis cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran, beton tidak
menempel pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu
meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.

23.5. Pelaksanaan Pekerjaan Beton :


 Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat
yang aman dan sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan Direksi.
 Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong harus
memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan
beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr) dan memakai Ready Mix (untuk
pembuatan beton struktur footplat memakai mutu beton K-200, sloof, kolom,
balok induk, balok anak, balok kantilever, plat lantai, plat tangga memakai
mutu beton K-225 dan untuk balok konsol, lisplank beton memakai mutu
beton K-200).
 Pengecoran hanya dapat dilaksanakan bila mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi. Untuk itu selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum tanggal pengecoran
yang direncanakan, pemborong harus mengajukan surat permohonan ijin untuk
pengecoran kepada Direksi.
 Segera setelah beton dituankan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan
dengan concrete vibrator dan harus mendapat persetujuan Direksi.
 Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang
terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan
terus menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat
lantai, sedangkan untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus
dengan karung goni yang dibasahi.
 Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan
menurut PBI 71 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan
tidak merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan Direksi.
 Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka
sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1
pc : 3 ps : 5 kr.

23.6. Pekerjaan Bekisting :


 Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang
ditentukan dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik,
teliti dan kokoh.
 Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll. dibuat dari
papan / multiplek t = 9 mm yang berkwalitas baik dan tidak pecah-pecah.
 Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain
yang memerlukan perhitungan harus diajukan kepada Direksi untuk diperiksa
dan disetujui untuk dilaksanakan.
 Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran
dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar rencana dan syarat-syarat
pelaksanaan.
 Bambu tidak boleh digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan
kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik,
terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul
selama pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.
 Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan
kering dari air limbah, minyak dan kotoran lainnya.

23.7. Pekerjaan Baja Tulangan :


 Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan,
pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan
harus dipersiapkan oleh Pemborong kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi
persyaratan, seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat
yang harus diikuti menurut PBI 71, NI-2 dan Buku Pedoman Perencanaan untuk
Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung
tahun 1983.
 Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan
dalam gambar.
 Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan ketelitian penempatannya, kebersihan dan untuk
mendapatkan perbaikan bila perlu.
 Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui
oleh Direksi.

21. PEKERJAAN PEMELIHARAAN BETON

24.1 Termasuk didalam lingkup pekerjaan pemeliharaan beton ini adalah penyediaan
tenaga, bahan material, dan peralatan untuk pelaksanaan perlindungan beton
hingga beton yang baru dicor terlindungi dari sinar matahari langsung, angin, dan
hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.

24.2 Bahan yang digunakan anatara lain :


- Goni
- Air

24.3 Kontraktor pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar
matahari langsung, angin, dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.

24.4 Kontraktor pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat


dengan cara-cara sebagai dibawah ini :
a. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara
teratur sampai dibongkar.
b. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya
permukaan plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama
perkiraan pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air
selama 14 hari sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
pengawas/Direksi.
c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2x sehari harus dilakukan
setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
d. Tidak dibenarkan menimbun atau menggangkut barang diatas beton atau
memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Konsultan
pengawas/Direksi bahwa beton tersebut belum cukup mengeras.

22. PEKERJAAN PEMBONGKARAN BEKISTING

25.1 Termasuk didalam lingkup pekerjaan pembongkaran bekisting ini penyediaan


tenaga, bahan material dan peralatan untuk pelaksanaan pembongkaran bekisting
beton.

25.2 Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila :


a. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8.
b. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban
kerja di atasnya bila hal tersebut akan dilakukan.

25.3 Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor pelaksana harus mengajukan


ijin pembongkaran secara lisan kepada Konsultan Pengawas/Direksi. Namun
sebelum Konsultan pengawas/Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui
surat resmi maupun tertulis dalam buku Konsultan pengawas/Direksi), Kontraktor
pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran.

25.4 Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa


sehingga:
a. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun
konstruksi lainnya.
b. Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.

25.5 Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi
dengan mortar beton sesuai campuran asal.

25.6 Bahan-bahan bekisting bekas bongkaran harus dikumpulkan disuatu tempat atas
petunjuk Konsultan pengawas/Direksi sehingga tidak menghambat jalannya
pelaksanaan selanjutnya.
25.7 Akibat-akibat dari kekhilafan kontraktor pelaksana dalam hal ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawabnya.

23. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

Pekerjaan ini meliputi : Pemasangan dinding batu bata dan rooster yang dapat dilihat pada
gambar perencanaan dengan syarat sebagai berikut :
27.1. Semua pasangan tembok batu bata, kecuali pasangan tembok yang harus rapat air
dibuat dengan campuran (adukan) perekat 1 Pc : 5 Ps sedangkan untuk pasangan
tembok yang harus rapat air (trasraam) dibuat dengan perekat 1 Pc : 3 Ps.
27.2. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-
retak dengan maksimum pecah dari batu bata merah 20 %.
27.3. Bata harus berukuran sama menurut aturan normalisasi, dan sebelum dipasng
direndam air terlebih dahulu hingga kenyang.
27.4. Bata yang digunakan harus berkualitas baik dan hasil pembakaran yang matang,
berukuran sama, tidak boleh pecah-pecah dan lain-lain menurut pemeriksaan
Direksi.
27.5. Tidak diperbolehkan dipasang bata bekas atau batu bata yang pecah-pecah.
27.6. Perancah (andang) tidak diperbolehkan dipasang dengan menembus tembok.

24. PEKERJAAN PLESTERAN

Pekerjaan ini dilaksanakan pada pasangan batu bata baru sebagai berikut :
28.1. Campuran spesi untuk plesteran beton dibuat 1 Pc : 3 Ps sedang untuk plesteran
tembok biasa dilaksanakan campuran 1 Pc : 5 Ps hasil ayakan yang halus dan
selalu ditakar.
28.2. Semua pekerjaan plesteran beton maupun plesteran tembok rata dan halus,
merupakan suatu bidang yang tegak lurus dan siku. Tidak boleh ada retak-retak,
kemudian jika terjadi retak-retak pemborong harus segera memperbaikinya.
28.3. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing ( benangan ) supaya digunakan
plesteran 1 Pc : 3 Ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam.

25. PEKERJAAN KUSEN, JENDELA DAN PINTU

29.1 Pekerjaan yang dilaksanakan antara lain :


 Repair Kusen Existing
 Pembuatan Daun Pintu Baru
 Pembuatan Kusen Baru
 Repair Daun Pintu Dan Jendela
 Kusen Kayu Bengkirai
 Kaca bening 5 mm

29.2 Persyaratan Bahan :


 Semua pengikat berupa paku, skrup, baut, dynabolt, kawat dan lainnya harus
bergalvanisir sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Indonesia.
 Pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material untuk mendapatkan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
 Mutu dan kualitas Kayu adalah kayu lokal yang sesuai dengan persyaratan
bahan yang berlaku di Indonesia.
 Untuk kusen yang menggunakan Kayu produksi pabrik (disertai dengan contoh
dan brosur), berkualitas baik sesuai dengan spesifikasi
 Semua pengikat berupa Paku, skrup, baut, dynabolt, kawat dan lainnya harus
bergalvanisir sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Indonesia.
 Pemborong wajib mengajukan contoh bahan/material untuk mendapatkan
persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.

26. PEKERJAAN KERANGKA KAP

a. Pekerjaan Kerangka atap dilaksanakan sesuai gambar yang ada.


b. Rangka kap (kuda-kuda) untuk bangunan Pendopo dibuat dari Konstruksi
Kayu dan tidak boleh terdapat cacat-cacat lain yang kemudian dicat pada
seluruh bidangnya. (Ukuran sesuai dengan gambar).
c. Pekerjaan kap harus dikerjakan dengan baik dan rapi, sehingga mendapatkan
bidang atap yang rata dan rapat. Kayu yang dipergunakan harus benar-benar
bermutu baik,
d. Untuk mendapatkan konstruksi yang kokoh pada bagian-bagian yang penting
(lihat gambar detail) harus diikat dengan baut diameter 16 mm. Bila gambar
detail tidak tertulis maka pemborong tetap melaksanakan baut-baut tersebut
menurut petunjuk Direksi.
e. Untuk mendapatkan kedudukan yang kokoh dan terikat antara kuda-kuda dan
beton kolom, harus dipasang baut angkur masing-masing ujung kuda-kuda
dengan diameter 16 mm panjang : 40 cm.

f. Pemborong tidak boleh memasang atap dan langit-langit (plafond hanger)


sebelum seluruh kelengkapan baut-baut selesai dilaksanakan dengan baik dan
sempurna serta mendapatkan ijin Direksi.
k. Lisplank menggunakan Listplank Kayu Uk 3/20 + 3/10 disambung dengan
garis tegak lurus dan rapi. Dan finishing Pengecatan.
l. Reng dan Usuk Mengunakan Galvalum (baja ringan), volume sesuai dengan
gambar & RAB Yang ada

27. PEKERJAAN PENUTUP ATAP

a. Penutup atap dipergunakan penutup atap Genteng Pelentong Lama sesuai


dengan gambar rencana dan Genteng pelentong dicat ulang,
a. Kontraktor wajib mengajukan dokumen persetujuan material kepada
pengawas dan owner terkait dengan type, model dan warna material yang
akan dipasang.

28. PEKERJAAN PENGGANTUNG, PENGUNCI DAN KACA

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :


a. Engsel pintu dan jendela dipakai engsel ring nylon produksi pabrik yang berstandart
mutu dan berkualitas baik, warna kuning, dipasang 3 buah engsel besar pada tiap daun
pintu dan 2 buah engsel pada setiap daun jendela sehingga daun pintu/jendela terpasang
kuat pada kusennya dan dapat dibuka tutup dengan baik dan rapat.
b. Handle + Kunci pintu yang dipakai adalah produksi pabrik yang berstandart mutu,
berkualitas baik 2 x putar, dan sebelum dipasang harus mendapat persetujuan Direksi.
Pemasangan kunci harus rapat.
c. Pekerjaan lainnya yang dilaksanakan adalah pemasangan grendel tanam pintu, grendel
jendela, hak angin jendela sikutan bulat, handle jendela, pemasangan harus kuat dan
tidak mudah terlepas demi kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan.
d. Untuk pekerjaan kaca yang dilaksanakan adalah pemasangan kaca bening dengan
ketebalan 5 mm dengan menggunakan kaca produksi pabrik yang bestandart mutu,
halus, rata dan tidak bergelombang, dilaksanakan pada tempat sesuai yang ditunjuk
dalam gambar perencanaan.
e. Pemasangan kaca pada kusen/daun jendela, menggunakan list dan dempul yang sesuai
ukuran profil / listnya sedemikian rupa hingga rapat, tidak bergetar.

29. PEKERJAAN PENGECATAN DAN PLITURAN

Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan dan plituran bagian –bagian yang
ditunjuk dalam gambar maupun bagian lain yang memerlukan perlindungan dengan cara
pengecatan / plituran.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan dan plituran adalah :
a. Cat dinding dan plafond
b. Cat kayu lisplank dan papan tulis
Dan pekerjaan pengecatan/plituran lainnya sesuai yang ditunjuk dalam gambar rencana
dengan warna sesuai persetujuan user.
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan/plituran karena belum merata, berubah
warna atau sebab-sebab lainnya sampai pada saat serah terima untuk yang kedua kalinya
menjadi tanggung jawab kontraktor.

a. Cat dinding dan Plafond


c. Untuk cat dinding dan plafond menggunakan cat produksi pabrik yang berstandart
mutu (disertai dengan brosur dan contoh warna), kualitas baik dengan warna
ditentukan kemudian.
d. Dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam, kolom, dinding luar dan
plafond sesuai gambar perencanaan.
e. Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan ketentuan standart dari pabrik pembuat.
f. Sebelum dicat permukaan dinding tembok/beton yang akan dicat harus betul-betul
rata dan dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi / amplas
basah dan setelah kering diplamir sehinga permukaannya menjadi rata dan halus.
g. Pengecatan dilakukan dengan kuas/roller sampai didapatkan hasil akhir yang merata
warnanya minimal 3 kali pengecatan dan harus didapat warna yang merata.

b. Cat Kayu dan cat besi


c. Untuk cat kayu/besi menggunakan cat produksi pabrik yang berstandart
mutu,kualitas baik, warna ditentukan kemudian.
d. Dilaksanakan pada tempat-tempat sesuai tersebut diatas serta ditempat lainnya yang
memerlukan finishing dengan Cat kayu atau cat besi
e. Seluruh pekerjaan tersebut diatas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat
hasil yang baik dan warna cat yang merata dengan pelaksanaan pengecatan sesuai
ketentuan standart dari pabrik pembuat.
30. PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA

Apabila dalam waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan
waktu sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir, pemborong harus telah
menyerahkan pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Kuasa Pengguna
Anggaran secara tertulis dan pengawas berkewajiban :
- Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak
pemborongan.
- Menanggapi / melaporkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran tentang hasil pekerjaan
pemborong tersebut secara tertulis.
Kuasa Pengguna Anggaran akan mengadakan rapat proyek mengenai pekerjaan
penyerahan tersebut diatas berdasarkan :
a. Kontrak pemborong
b. Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong
c. Surat tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan pekerjaan tersebut.

31. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga
serah terima yang kedua adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi
tanggung jawab pemborong sepenuhnya, antara lain :
- Penyempurnaan dan pemeliharaan
- Pembersihan
- Keamanan dan penjagaan
Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur)
pada penyerahan pekerjaan yang pertama.

32. P E N U T U P
a. Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan,
pekerjaan-pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat " diselenggarakan oleh
pemborong " maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.
b. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk
didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS
ini, haruslah diselenggarakan oleh pemborong dan diterima sebagai " hal " yang
disebutkan dan segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor..
c. Kontraktor harus memasukkan segala resiko kekeliruan perhitungan kubikasi dan lain-
lain sebagainya sehubungan dengan keadaan setempat yang memungkinkan tidak sesuai
dengan dugaan Kontraktor. Dan segala kerusakan jalan masuk akibat dari lewatnya
kendaraan-kendaraan dan lain-lain sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
d. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh pihak
Direksi/ Pemberi Tugas, bila perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai