UMUM
Pasal 1
Spesifikasi Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkungan
Kelurahan Prajurit Kulon meliputi:
1.1. Penyedia harus melindungi pemilik dari tuntutan atas hak paten, lisensi serta
hak cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau
disediakan Penyedia untuk melaksanakan pekerjaan.
BATASAN / PERATURAN
Pasal 2
Dalam melaksanakan pekerjaannya Penyedia harus tunduk kepada :
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
c. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
e. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
f. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
g. Peraturan – Peraturan lain yang masih berlaku.
h. Undang- undang 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
i. Permen PU no 45/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis pembangunan gedung negara
GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN
Pasal 5
1. Gambar-gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar rencana, gambar detail
konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang telah dilaksanakan oleh perencana telah
disampaikan kepada Penyedia beserta dokumen-dokumen lain. Penyedia tidak boleh
mengubah atau menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat
Komitmen. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan Penyediaan ini atau dipergunakan untuk maksud-
maksud lain.
2. Gambar-gambar tambahan
Bila Pejabat Pembuat Komitmen / Direksi menganggap perlu, maka Konsultan
Perencana harus membuat gambar detail (gambar penjelasan) bersifat prinsip yang
disyahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik Direksi.
3. As Built Drawing (Gambar yang sesuai sebagaimana yang dilaksanakan)
Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik penyimpangan
atas perintah pemberi Tugas atau tidak, Penyedia harus membuat gambar-gambar yang
sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (As Built Drawing) yang jelas
memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak dan pekerjaan yang
dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Penyedia.
PERSIAPAN DI LAPANGAN
Pasal 9
Selama pelaksanaan pekerjaan di lapangan Penyedia harus menyediakan / menyiapkan :
4. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya
pekerjaan seperti pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan
harus dibongkar dan dibersihkan serta dipindahkan kecuali barang -barang
yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembersihan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Bila
terdapat bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk
dipergunakan kembali dan harus dikumpulkan menjadi satu untuk
selanjutnya dibuatkan Berita Acara Bekas Bongkaran.
5. KOORDINASI
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Penyedia harus menyiapkan bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan dan harus ditempatkan pada tempat yang
sudah disediakan oleh User / Pemberi Tugas dan Penempatan barang-barang
tersebut harus rapi sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya dan aktifitas
kerja dilingkungan lokasi pembangunan.
b. Berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, jika Penyedia memanfaatkan /
memakai fasilitas yang ada dilingkungan sekolah harus ada Ijin tertulis dari Pejabat
Pembuat Komitmen atau pejabat lainnya yang ditunjuk dan harus mentaati segala
peraturan-peraturan/aturan-aturan yang ada.
JADWAL PELAKSANAAN
Pasal 10
a. Penyedia Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jad wal pelaksanaan
dalam bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Penyedia
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di
lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti
telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Penyedia belum
menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Penyedia Pelaksana harus
dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Penyedia Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaks anaan. Jadwal pelaksanaan
2 mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
KUASA PENYEDIA DI LAPANGAN
Pasal 11
1. Penyedia dan Prosedur Pelaksanaan
Penyedia harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan
dan perhatian sepenuhnya. Ia harus semata-mata bertanggung jawab untuk semua alat-
alat konstruksi, cara-cara teknik urutan dan prosedur dan untuk mengkoordinasikan
semua bagian pekerjaan yang berada didalam kontrak.
PENGAMANAN LOKASI
Pasal 18
1. Penyedia bertanggungjawab atas keamanan seluruh lokasi pekerjaan hingga penyerahan
yang ke – 2 diterima dengan baik, untuk itu Penyedia berhak melarang orang-orang yang
tidak berkepentingan masuk ke lokasi pekerjaan.
Bagian II
SYARAT-SYARAT TEKNIS KHUSUS
Pasal 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1 Uitzet Dengan Waterpas/Theodolit
- Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton)
yang dipasang oleh Dinas Tata Kota Kabupaten Mojokerto yang terdekat.
- Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di
atas.
- Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.
- Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
- Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk
mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
- Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan
sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
- Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan
hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian.
- Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ulang lagi dan
dikoreksi oleh pihak Direksi.
- Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per
titik. Tiap Titik adalah sejarak 50 meter.
- Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok
patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
- Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya
dukung tanah) , kontraktor diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan
menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam tes penyelidikan tanah yang
bersertifikasi.
Mobilisasi dan Demobilisasi pada pekerjaan ini berkaitan dengan pekerjaan uitzet,
pekerjaan pembersihan, pengadaan rambu-rambu proye, kproses pengadaan material,
dan alat berat. Mobilisasi dan Demobilisasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor. Alat berat yang sudah tidak diperlukan harus segera dikembalikan agar
tidak mengganggu aktivitas proyek yang lainnya, ataupun aktivitas warga sekitar
proyek.
Pasal 2
PEMBONGKARAN
2.1. UMUM
1) Uraian
b) Pekerjaan harus juga meliputi pembuangan bahan ke tempat yang ditunjuk oleh
Direksi Pekerjaan yang meliputi baik pembuangan atau pengamanan, penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan atas bahan yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Seluruh bahan bongkaran yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan untuk diamankan
harus segera diukur segera setelah pekerjaan pembongkaran dan suatu catatan tertulis
yang memberikan data lokasi semula, sifat, kondisi dan kuantitas bahan harus
dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa hams melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan Pemilik
Tanah dan menanggung semua biaya, untuk memperoleh lokasi yang sesuai
untuk pembuangan akhir sisa bahan bangunan dan penyimpanan sementara untuk
bahan yang diamankan.
5) Pengaturan Lalu Lintas
Jembatan, gorong-gorong dan strnktur lain yang digunakan oleh lalu lintas tidak boleh
dibongkar sampai pengaturan untuk memperlancar arus lalu lintas dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas.
1) Pelaksanaan
a) Setiap bangunan yang akan dibongkar, bila disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan
untuk diamankan, harus dilepas dengan hati-hati tanpa menimbulkan kernsakan.
b) Bagian yang perlu disesuaikan atau terganggu karena Pekerjaan harus dilepas
seperlunya dengan dan dipasang kembali dengan bahan semula. Strnktur kayu di
atas dua tumpuan dengan bentang kurang dari 2,0 m yang yang menghalangi
kegiatan Pekerjaan harus dibongkar dengan hati-hati dan diserahkan kepada
Pemilik atau dipindahkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Pembongkaran Struktur
a) Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik Pemilik yang sah
sebelum pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada bahan bongkaran yang
akan menjadi milik Penyedia Jasa.
b) Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana yang diminta oleh
Direksi Pekerjaan.
c) Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, semua beton yang
dibongkar yang ukuran bahannya cocok untuk pasangan batu kosong (rip rap)
dan tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, hams ditumpuk pada lokasi
yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau diamankan dapat
dibakar atau dikubur atau dibuang seperti yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
1) Cara Pengukuran
Kuantitas yang dihitung untuk pembongkaran untuk semua jenis bahan harus
berdasarkan jumlah aktual dari hasil pembongkaran dalam meter kubik, kecuali untuk
pembongkaran bangunan gedung, pembongkaran rangka baja termasuk lantai
jembatan, pembongkaran lantai jembatan kayu, pembongkaran jembatan kayu dalam
meter persegi dan pembongkaran batangan baja dalam meter panjang.
2) Dasar Pembayaran
Pekerjaan diukur seperti ditentukan di atas harus dibayar berdasarkan Harga Kontrak
per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk pembuangan atau pengamanan,
penanganan, pengangkutan penyimpanan dan pengamanan dari kerusakan, untuk
semua pekerja, peralatan, perkakas, dan semua pekerjaan lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti disyaratkan dalam
Seksi ini.
Pasal 3
PEKERJAAN URUGAN PASIR
2. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan ini pada lokasi seperti yang tercantum pada gambar rencana, dengan
elevasi seperti tertera di dalam peta kontur.
2. Pemasangan Patok
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian
rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan
warna tertentu pula.
3. Sistim Drainase
Pada daerah yang basah, kontraktor harus membuat saluran sementara sedemikian
rupa sehingga lokasi tersebut dapat dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan
bantuan pompa air. Sistim drainase yang direncanakan harus disetujui oleh Direksi.
Dan sistim drainase tersebut harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung agar
dapat berfungsi secara efektif untuk menanggulangi air yang ada.
5. Toleransi Kerataan
Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan ± 50
mm terhadap kerataan yang ditentukan.
6. Level Akhir
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Direksi. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui
sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Pasal 4
PEKERJAAN JALAN LINGKUNGAN PAVING STONE
4.1. Pekeraan Paving Stone
a. Jenis pavingstone yang digunakan mempunyai ukuran 10 x 20 x 6 (cm) warna
abu-abu dengan nilai tekan K 300 dan dibuktikan dengan Test Kokoh Tekan
oleh Laboratorium Beton dan kontruksi yang independen.
b. Cara pemasangan pavingstone harus sesuai dengan gambar atau sesuai dengan
petunjuk Direksi.
c. Umur pavingstone yang boleh dipasang adalah minimal 2 (dua) minggu atau 14
(empat belas) hari.
d. Kerataan permukaan pasangan pavingstone diatur dengan urugan pasir yang ada
dibawahnya dengan ketebalan disesuaikan dengan gambar.
e. Agar paving tidak lepas satu sama lain, maka pada tepi-tepi dipasang paving
uskup dan kansteen.
f. Pada akhir ruas jalan yang dipasang paving yang sekiranya akan mudah lepas
harus diberi RAM dari beton 1 PC : 2 Ps : 3 Kr.
g. Permukaan pavingstone harus dijaga agar tetap rata, bila ada yang turun maka
secepatnya harus diperbaiki.
h. Untuk mendapatkan pasangan pavingstone yang baik, kontraktor diwajibkan
menghamparkan pasir halus ayakan di atas permukaan pavingstone, kemudian
digetar dan ditumbuk pelan-pelan.
4.2. Pekerjaan Kanstin
a. Jenis Kanstin yang digunakan adalah kanstin/ skreb dengan ukuran 10 x 20 x
40 (cm) warna abu-abu.
b. Cara pemasangan kanstin/ Skreb harus sesuai dengan gambar atau sesuai
dengan petunjuk Direksi.
c. Umur kanstin/ Skreb yang boleh dipasang adalah minimal 2 (dua) minggu atau
14 (empat belas) hari setelah selesai pabrikasinya.
d. Agar pasangan kanstin / kerb tidak lepas satu sama lain, maka antara
pasangan kanstin harus diberi spesi.
Pasal 5
PEKERJAAN PEMASANGAN U-DITCH
5.1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga dan bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk
melaksanakan peekrjaan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil yang sempurna.
2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organik, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih
kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Sisa diatas (% berat)
Ayakan 4.00 mm ≥02
Ayakan 1.00 mm ≥01
Ayakan 0.25 mm 80-95
Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam
spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena sesuatu hal, maka
kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada konsultan
pengawas. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras
permukaannya dan harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan
tanah.
3. Air untuk Campuran Beton
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton
atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Jika air
pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan, maka Kontraktor
harus mencari air yang memadahi untuk itu.
4. Besi
Tulangan besi beton menggunakan besi berdiameter 10 mm dan 12 mm. Pekerjaan
pemasangan besi dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran atau beton fc = 15 MPa.
Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-
syarat :
a. Semua besi beton harus bebas dan bersih dari karat, oli, gemuk, cat dan lain
sebagainya atau hal lain yang dapat menyebabkan berkurangnya daya
ikat besi tersebut terhadap beton. Apabila diperlukan, besi beton harus disikat
sebelum dipergunakan dengan sikat kawat untuk membersihkannya. Sama
sekali tidak diperkenankan mengadakan pengecoran beton sebelum besi beton
atau Anyaman Kawat yang terpasang diperiksa dan disetujui oleh Konsultan.
b. Besi beton yang ada di lapangan harus disimpan atau ditaruh di bawah
penutup yang kedap air (water proof) dan harus terangkat dari permukaan
tanah atau genangan air tanah yang ada serta harus dilindungi dari
segala hal yang menyebabkan rusaknya besi beton serta terjadinya karat.
6.5. Bekisting
1. Bahan untuk bekisting terdiri atas :
a. Papan bekisting dari multipleks minimal tebal 9 mm.
b. Klem bekisting
2. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga :
a. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan
atau tekanan lateralnya pada saat pengecoran.
b. Tidak menyebabkan adukan beton terurai.
c. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi lain yang
sudah selesai dikerjakan.
Untuk dapat memenuhi hal ini, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar
pelaksanaan (shop drawing) lebih dahulu beserta perhitungan konstruksinya, dan
telah mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas sebelum pemasangan
bekisting dilaksanakan.
3. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali
dengan ijin Direksi/Konsultan Pengawas.
4. Bila memenuhi syarat konstruksi, pemakaian bahan ini selain yang disebutkan
diatas, boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas.
5. Apabila menginginkan hasil beton cor berbentuk bulat, disarankan
menggunakan bekisting/cetakan dari besi yang siap pakai dan telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
6.6. Adukan beton
1. Adukan beton harus memenuhi beton K-100; dan beton K-225.
2. Sebelum mix design dilakukan, Kontraktor Pelaksana harus melakukan
pengujian agregat di laboraturium. Bahan agregat yang dipakai untuk
perencanaan campuran beton (mix desaign) harus telah mendapatkan
rekomendasi dari laboraturium dan dipakai sebagai tolak banding pemeriksaaan
dengan agregat yang didatangkan di lapangan.
3. Hasil dari perencanaan campuran yang akan dipakai pedoman didalam
pelaksanaan pekerjaan ini harus dikalibrasikan dalam perbandingan campuran
dengan satuan volume (bukan berat) yang selanjutnya dinyatakan dalam takaran
Bahan di lapangan.
4. Kontraktor juga harus menyediakan beton molen dengan kapasitas memadai dan
dalam kondisi baik serta halus dijamin dapat berfungsi baik selama masa
pelaksanaan pekerjaan.
Bila terjadi beton molen tidak dapat berfungsi dengan baik/rusak, maka
kontraktor berkewajiban untuk segera memperbaikinya atau mengganti dengan
yang baru sepanjang tidak menggangu jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
pengecoran.
5. Penggunaan beton molen dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. Penggunaan molen adalah apabila dianggap
penggunaan ready mixed tidak memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan
beton di lokasi proyek, atau volume yang akan dicor terlalu sedikit.
6.7. Pengecoran Beton
1. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton,
maka Kontraktor harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan
pengecoran dilaksanakan.
2. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :
a. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan, bekisting serta
pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah
mendapatkan persetujuan Direksi/Konsultan pengawas.
b. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta
dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.
c. Kontraktor telah membuat Schedule Rencana pengecoran dan stategi
pengecoran berupa gambar tata letak bahan serta arah pengecoran.
d. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan
pekerjaan pentahapan telah dipersiapkan dan dibuat terlebih dahulu.
e. Seluruh persiapan pengecoran yang tersebut didalam sub butir a, b, c dan d
diatas telah mendapatkan pembeberan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Seluruh persiapan diatas, apabila telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas
berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, maka
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen.
Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan
didalam SKSNI 03 2001.
b. Pemadatan beton dengan menggunakan vibrator. Pelaksanaannya harus
dilakukan secara semestinya yakni pencelupan vibrator harus diusahakan
tegak lurus, secara perlahan-lahan, demikian juga penarikan vibrator. Selama
pengecoran, vibrator tidak boleh disentuhkan tulangan dan bekisting.
Kontraktor pelaksana harus menyediakan sedikitnya 1 (satu) buah vibrator
cadangan selama pekerjaan pengecoran berlangsung.
c. Dalam hal menggunakan ready mix, maka harus mematuhi “retention time”
yang telah ditentukan.
4. Bila kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas,
Konsultan Pengawas/Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua
resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
6.8. Pemeliharaan Beton
a. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap
sinar matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara
wajar.
b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu
cepat, dengan cara-cara sebagai berikut :
- Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi
secara teratur sampai dibongkar.
- Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya
permukaan plat lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama
perkiraan pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan
air selama 14 hari sejak saat pengecoran, kecuali ditetukan lain oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan
setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.
d. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau
memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Direksi/Konsultan
Pengawas bahwa beton tersebut belum cukup mengeras.
Pasal 7
PEKERJAAN LAIN – LAIN
Yang dimaksud pekerjaan lain-lain adalah pekerjaan yang belum tercantum dalam RKS
ini, tetapi masih berhubungan dengan pekerjaan di lapangan yang harus diselesaikan,
misalnya ;
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama
proyek berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Direksi pekerjaan. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua,
lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa – sisa semua material yang tidak
terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang timbul akibat
pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pasal 8
PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA
Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara
lain :
KONSULTAN PERENCANA
CV. KARYA ANUGRAH KONSULTAN
Ir. MARTOJO
Direktur