Anda di halaman 1dari 16

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS

BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

1.1. DATA KEGIATAN

Nama Kegiatan : Penataan Dan Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh


Dengan Luas Di Bawah 10 (Sepuluh) Ha
Sub Kegiatan : Koordinasi Dan Sinkronisasi Pengendalian Penataan
Pemugaran/Peremajaan Permukiman Kumuh
Pekerjaan : Pemb. Drainase Ds. Kertosari Kec. Purwosari
Lokasi : Ds. Kertosari Kec. Purwosari
Tahun Anggaran : 2023

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


A PERHITUNGAN BIAYA KONSTRUKSI SALURAN
I PEKERJAAN PERSIAPAN
II PEKERJAAN TANAH
III PEKERJAAN PASANGAN
IV PEKERJAAN BETON
B PELAKSANAAN SMK3 KONSTRUKSI

1.3. PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN :


1.3.1. Uraian spesifikasi bahan-bahan dan persyaratan pelaksanaan, secara umum
ditentukan pada patokan dan kualitas bahan-bahan, cara pelaksanaannya dan
lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah
berlaku di Republik Indonesia. Selama pelaksanaan kontrak ini, harus betul-betul
ditaati dan di laksanakan sebagai tambahan persyaratan dari semua pasal-pasal
yang diuraian.
Pada khususnya peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan hal tersebut di
atas :
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022.
Tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
b. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (Dit.Jen. CIPTA KARYA).
c. Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan bangunan: H.I 3 PUBB-
1966; NI-33, PUBB-1966.
d. Peraturan Beton Indonesia; PBI.NI-2/1955; PBI.NI-2/1971.
e. Peraturan Muatan Indonesia; PMI,.NI-18/1969.
f. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia ;DTPI-1970.
g. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) antara
lain tentang larangan mengerjakan anak-anak dibawah umur.
h. Peraturan-peraturan Pemerintah setempat tentang Bangunan Gedung.
i. Dan Peraturan-peraturan lain yang belum tercantum di atas tetapi berkaitan
dengan pekerjaan ini.
Bilamana tidak ada lagi sumber dari standar dan ketentuan-ketentuan lain yang
sah berlaku di Republik Indonesia, maka standar internasional lainnya yang biasa
diperbandingkan, dapat dipergunakan sebagai pengganti standar yang telah
diperinci di atas dan harus dengan persetujuan pemberi tugas.

1.3.2. Semua bahan-bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini, harus didatangkan
dalam keadaan baru sama sekali dan tanpa cacat terkecuali ditentukan lain dalam
persyaratan kontrak ini.
1.4 JENIS DAN MUTU BAHAN
a) Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri
Penertiban Aparatur Negara Tgl. 23 Desember 1980, Keppres 80/2003 dan Keppres
No.61/2004.
b) Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus
terdiri dari bahan yang berkualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-
syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu
termasuk bahan-bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.
c) Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar Peraturan yang berlaku
adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam
peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
d) Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila
diperlukan, Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari
agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang
bersangkutan.
e) Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/setempat yang memenuhi syarat
teknis sesuai dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan
dengan mendapatkan ijin tertulis dari Pimpro/Konsultan Pengawas.
f) Bila bahan-bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi teknis terdapat
beberapa/bermacam-macam jenis (merk) diharuskan untuk memakai jenis dan mutu
bahan dipilih satu jenis.
g) Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan
tersebut mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk
dilaksanakan dipergunakan yang meiliki mutu/kualitas kelas I (KW. 1).
h) Bila Rekanan/Kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu
bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan,
harus ditolak dan dikeluarkan dari lokasi Kegiatan paling lambat 24 jam setelah -
ditolak atas biaya/tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
i) Contoh-contoh yang dikehendaki oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Kontraktor harus
segera disediakan tanpa keterlambatan atas biaya Kontraktor dan harus sesuai
dengan contoh/sample, contoh tersebut diambil disimpan sebagai dasar penolakan,
bila ternyata barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh .

1.5. URAIAN PEKERJAAN


1.5.1. Penyediaan
Pemborong harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan secara sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk semua
alat-alat pembantu yang dipergunakan, mesin-mesin, dan sebagainya yang diperlukan
oleh pelaksana dan untuk semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai
karena sudah tidak berguna lagi, supaya dibersihkan dari lokasi.

1.5.2. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan.


 Kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus
dianggap seperti apa yang tertera dalam gambar-gambar kontrak atau diuraikan
dalam uraian dan syarat-syarat. Tetapi kecuali yang disebut diatas apa yang
tertera dalam uraian dan syarat-syarat dalam kontrak itu bagaimanapun tidak
boleh menolak, merubah atau mempengaruhi penerapan atau interprestasi dari
apa yang tercantum dalam syarat-syarat ini.
 Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-
bagian dari gambar dan uraian dan syarat-syarat tidak boleh merusak
(membatalkan) kontrak ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan dianggap suatu
perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas.
 Segala pernyataan mengenai kuantitas pekerjaan yang mungkin sewaktu-waktu
diberikan kepada Pelaksana tidak boleh merupakan bagian dari kontrak ini dan
harga-harga yang dimuat dalam daftar harga tetap digunakan, meskipun ada
ketidak sesuaian antara harga-harga itu dengan apa yang tercantum dalam
perkiraan manapun.
 Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau dirubah secara bagaimanapun selain
menuruti ketetapan-ketetapan yang tepat dari syarat-syarat ini, dan taat kepada
pasal-pasal dari syarat-syarat ini segala kekeliruan baik mengenai hitungan atau
bukan perhitungan harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua belah
pihak yang bersangkutan.

1.6. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN.


1.6.1. Gambar-gambar rencana pekerjaan
Terdiri dari gambar bestek, gambar detail konstruksi, gambar situasi dan sebagainya
yang telah dilaksanakan oleh perencana telah disampaikan kepada rekanan beserta
dokumen-dokumen lain. Rekanan tidak boleh mengubah atau menambah tanpa
mendapat persetujuan tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen/Direksi. Gambar-
gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
1.6.2. Gambar-gambar tambahan
Bila Direksi menganggap perlu, maka Konsultan Perencana harus membuat gambar
detail (gambar penjelasan) yang disahkan oleh Direksi, gambar-gambar tersebut
menjadi milik Direksi.
1.6.3. As Built Drawing.
Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik
penyimpangan atas perintah Pengawas lapangan / Direksi, maka pemborong harus
membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan ( as built
drawing ) yang jelas dengan memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar
kontrak dan pekerjaan yang dilaksanakan gambar-gambar tersebut harus diserahkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan semua biaya pembuatannya ditanggung
oleh Pemborong.
1.6.4. Gambar-gambar di tempat pekerjaan.
Rekanan harus menyimpan di tempat pekerjaan satu rangkap gambar kontrak
lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Berita Acara Aanwijzing, Time
Schedule dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-
perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pemberi
Tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukan.
1.6.5. Contoh Barang / Bahan yang ditawarkan
Dalam masa pelaksanaan pekerjaan pembangunan,bahan-bahan/barang yang akan
dilaksanakan harus sesuai dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing.
Barang/bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan
bahan/upah adalah mengikat pelaksana harus sesuai dengan RKS dan Berita Acara
Aanwijzing.
Contoh barang/bahan yang ditawarkan tidak dapat dipergunakan bila belum
mendapatkan persetujuan dari Direksi secara tertulis.

1.7. BANGUNAN SEMENTARA ( BOUWKEET )


Pemborong harus menyediakan bangunan sementara ( bouwkeet ) berjendela cukup
terang dan berventilasi baik untuk digunakan sebagai gudang penyimpanan dan
perlindungan bahan-bahan bangunan juga dapat digunakan untuk tempat berlindung
pekerja dan koordinasi dengan Pengawas Lapangan/Direksi, serta dapat dikunci dengan
aman dan terlindung terhadap hujan dan panas. Segala biaya pembuatan Bouwkeet
menjadi tanggung jawab dan beban pemborong.
Semua bouwkeet dan perlengkapannya, pada waktu selesainya pekerjaan, maka
pemborong harus segera membongkar, atau bila ada perintah disingkirkan dari tapak juga
segala pekerjaan yang terganggu harus diperbaiki, pembongkaran bangunan sementara
tersebut harus dengan persetujuan Pengawas Lapangan/Direksi.

1.8. JADWAL PEMBORONG DI LAPANGAN


 Pada saat Rekanan akan memulai pelaksanaan di lapangan atau setelah rekanan
menerima SPK dari Pejabat Pembuat Komitmen harus segera mengadakan persiapan
antara lain berupa pembuatan jadwal pelaksanaan yang berupa Time Schedule
secara tertulis, berisi tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan, waktu yang direncanakan
dan disesuaikan dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak dan harus
disahkan kepada DPKP setempat dan Pejabat Pembuat Komitmen.
 Time Schedule tersebut harus selalu berada di lokasi tempat pekerjaan untuk diikuti
dengan perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan diberikan
tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat terlihat hambatan, semua pihak harus
segera mengadakan langkah-langkah untuk penanggulangan hambatan yang terjadi.
1.9. KUASA PEMBORONG DI LAPANGAN
1.9.1. Prosedur Pelaksanaan.
Pemborong / Rekanan harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan
menggunakan kecakapan dan perhatian sepenuhnya. Ia harus semata-mata
bertanggung jawab untuk semua alat-alat konstruksi, cara-cara teknik urutan dan
prosedur dan untuk mengkoordinasikan semua bagian pekerjaan yang berada di
dalam kontrak.

1.9.2. Pegawai Pemborong yang melaksanakan :


a. Sebagai pemimpin pelaksanaan Kegiatan sehari-hari pada pelaksanaan pekerjaan
pemborong harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksanaan ahli, cakap
sesuai bidang keahliannya, yang diberi kuasa dengan penuh tanggung jawab dan
selalu berada di tempat pekerjaan.
b. Sebagai penanggung jawab lapangan pekerjaan pelaksanaan harus mempelajari
dan mendalami semua isi gambar, bestek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga
tidak terjadi kesalahan-kesalahan konstruksi maupun kualitas bahan-bahan yang
harus dilaksanakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat
dilaksanakan apabila ada ijin tertulis dari Pengawas / Pejabat Pembuat Komitmen
berdasarkan Kegiatan, menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab
pemborong, untuk melaksanakan sesuai gambar dan bestek.
d. Pengawas berhak menolak penunjukan seorang Pelaksana (Uitvoerder) dari
pemborong berdasarkan pendidikan, pengalaman tingkah laku dan kecakapan,
dalam hal ini pemborong harus segera menempatkan pengganti lain dengan
persetujuan Direksi.

1.10 TEMPAT TINGGAL (DOMISILI)


 Adapun kebangsaan pemborong, Sub Pemborong, Leveransir atau penengah
(Arbitrase) dan dimanapun mereka bertempat tinggal / menetap (domisili) atau
dimanapun pekerjaan atau bagian pekerjaan berada Undang-undang Republik
Indonesia adalah Undang-undang yang melindungi kontrak ini.
 Untuk memudahkan komunikasi demi untuk memperlancar jalannya pelaksanaan
pekerjaan rekanan pemborong berkewajiban memberikan alamat yang tetap dan
jelas dengan nomor telepon rumah (bila ada) kepada Pejabat Pembuat
Komitmen/Direksi.

1.11 PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


Keamanan dan Kesejahteraan.
Selama pelaksanaan pekerjaan rekanan pemborong diwajibkan mengadakan segala
yang diperlukan untuk keamanan para pekerja dan tamu, seperti pertolongan pertama,
sanitasi, air minum dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan memenuhi
segala peraturan dan tata tertib, ordonansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah
setempat.

1.11.1 Terhadap wilayah orang lain.


Pemborong harus membatasi daerah operasinya di sekitar lokasi dan harus mencegah
para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.

1.11.2 Terhadap milik umum.


Pemborong harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakai jalan, bersih
dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas,
baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung. Pemborong juga
bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas perlengkapan
umum (fasilitas) seperti saluran air, listrik dan sebgainya yang disebabkan oleh kegiatan
pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan kerusakan menjadi
tanggung jawab pemborong.

1.11.3 Terhadap bangunan yang ada.


Selama masa-masa pelaksanaan kontrak pemborong bertanggung jawab penuh atas
segala kerusakan bangunan yang ada, utilitas , jalan-jalan, saluran-saluran
pembuangan dan sebagainya di tapak, juga kerusakan-kerusakan sejenis yang
disebabkan karena kegiatan pemborong dalam arti kata yang luas. Ini semua diperbaiki
(pemborong) hingga dapat diterima Pemberi Tugas.

1.11.4 Jaminan dan Keselamatan Pekerja.


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-
bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak selesai dan
diterima baik oleh Direksi. Pemborong harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari
segala kemungkinan kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan
termasuk bagian-bagian yang dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar
pekerjaan bebas dari air hujan dengan melindungi memakai tutup yang layak,
memompa atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau diinstruksikan.

1.11.5 Keamanan Terhadap Pekerjaan.


Pemborong bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan-
bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tapak, hingga kontrak selesai dan
diterima baik oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Direksi.

1.11.6 Air minum dan air untuk pekerjaan.


a. Pemborong harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih di tempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau
menyambung pipa air yang telah ada dengan meteran air tersendiri ( guna
memperhitungkan pembayaran ) atau air sumur yang bersih / jernih dan tawar, bila
hal ini meragukan pengawas harus diperiksa di laboratorium.

1.11.7 Kecelakaan.
a) Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, pemborong
harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan
biaya pengobatan dan lain-lain menjadi tanggung jawab pemborong dan harus
segera melaporkan kepada jawatan perburuhan dan MK.
b) Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama
yang selalu tersedia setiap saat dan berada di tempat Pengawas Keet/Bouwkeet.

1.12. ALAT-ALAT PELAKSANAAN / PENGUKURAN.


 Selama pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan / menyiapkan alat-
alat baik untuk sarana peralatan pekerjaannya maupun peralatan-peralatan yang
diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton
Mollen (concrete mixer), roll meter, meteran tangan dan lain sebagainya.
 Penentuan titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar (waterpas)
dan tegak lurusnya bangunan harus ditentukan dengan memakai alat ukur waterpas
instrumen (keiker).

1.13. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN


 Pemborong harus selalu memegang teguh disiplin, keras dan perintah yang baik
antar pekerjaannya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai atau tidak
mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.
 Pemborong menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang
disediakan menurut kontrak dalam keadaan baru, dan bahwa semua pekerjaan akan
berkualitas baik bebas dari cacat, semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan
standart ini dapat dianggap defektif.
 Dalam pengajuan penawaran pemborong harus mempertimbangkan biaya-biaya
pengujian/pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan. Diluar jumlah tersebut
pemborong tetap bertanggung jawab atas biaya-biaya pengiriman yang tidak
memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

1.14. PEKERJAAN TIDAK BAIK


 Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi agar pemborong membongkar
pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk
mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik yang sudah maupun
yang belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan.
 Ongkos untuk pengerjaan dan sebagainya menjadi beban pemborong untuk
disempurnakan sesuai dengan kontrak.
 Pemberi tugas berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat
pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan
kontrak.
 Pemberi tugas boleh (tetapi tidak dengan secara adil atau menyusahkan)
mengeluarkan perintah yang menghendaki pemecatan siapa saja dari pekerjaan.

1.15. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG (MEER EN MINDERWERK).


 Pemborong berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut
ketentuan AV-41 pasal (2) ayat (3) dan menurut gambar-gambar detail yang telah
disahkan oleh Pengawas melaksanakan secara keseluruhan atau dalam bagian-
bagian menurut persyaratan-persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang
baik. Pemborong selanjutnya berkewajiban pula tanpa tambahan biaya mengerjakan
segala sesuatunya demi kesempurnaan pekerjaan atau memakai bahan-bahan yang
tepat, walaupun satu sama lain tidak dicantumkan dengan jelas dalam gambar dan
bestek.
 Pekerjaan tambah dan kurang hanya dapat dikerjakan atas perintah atau
persetujuan secara tertulis dari Pengawas. Selanjutnya perhitungan penambahan
atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar harga yang disetujui oleh kedua
belah pihak jika tidak tercantum daftar harga upah dan satuan pekerjaan.
 Pekerjaan tambah dan kurang yang dikerjakan tidak seijin direksi secara tertulis
adalah tidak sah dan menjadi tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
BAB II
TATA CARA DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.

2.1. HARGA SATUAN DAN HARGA PENAWARAN


Dalam Fomulir surat penawaran, penawar harus melengkapi daftar harga satuan,
tiap harga satuan harus meliputi segala perongkosan (overhead) keuntungan dan segala
biaya namun yang dikenakan untuk pekerjaan semacam itu.
Harga penawar yang dicantumkan disebut dalam formulir surat penawar hanya
dicantumkan dalam rupiah. Jumlahnya harus dibulatkan dalam ribuan rupiah ke bawah.

2.2. PERMOHONAN UNTUK PEMBAYARAN.


Setelah Pejabat Pembuat Komitmen menerima suatu permohonan untuk pembayaran,
maka suatu “ Berita Acara Kemajuan Fisik “ untuk setiap tahap pembayaran yang disebut
di atas dibuat Pengawas Lapangan dan diketahui oeleh Pejabat Pembuat Komitmen,
apabila kemajuan fisik pekerjaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan kontrak.

2.3. IJIN BANGUNAN DAN PAPAN NAMA KEGIATAN :


Ijin untuk pelaksanan dan pembangunan biaya dan pengurusannya menjadi beban
pemborong dan dikalkulasikan dalam biaya penawaran. Pemborong tidak diijinkan
membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-batas lapangan pekerjaan atau di
tanah berdekatan tanpa ijin Pengawas Lapangan/Direksi.
Pemborong berhak melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki lapangan
pekerjaan.
Pemborong harus memasang papan nama kegiatan di lokasi pekerjaan dengan ukuran
0,8 x 1,2 m2 berwarna dasar putih dengan tulisan hitam, selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkan SPMK.

2.4. PEKERJAAN PERSIAPAN / TANAH.


Sebelum rekanan pemborong mengadakan persiapan di lokasi, sebelumnya harus
memenuhi prosedur tentang tata cara perijinan/ perkenan untuk memulai dengan
persiapan-persiapan pembangunan kepada pemerintah daerah setempat, terutama
tentang di mana harus membangun Direksi Keet, bahan-bahan bangunan, jalan masuk
dan sebagainya.
Pada saat mengadakan persiapan pengukuran, Pengawas Lapangan sudah harus mulai
aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai dengan tugasnya.
Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelum tiap-tiap bagian pekerjaan
dilaksanakan, diharuskan mendapatkan ijin tertulis dari Direksi lapangan untuk dapat
meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara berkala.
2.4.1. Papan Bouwplank.
Semua bouwplank menggunakan kayu kelas II/terentang diserut rata dan
terpasang waterpas dengan peil +0.00 m .Setiap jarak 2 meter papan bouwplank
diperkuat dengan patok kayu berukuran 5/7 cm. Pada papan bouwplank ini harus
dicat sumbu-sumbu dinding,dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh iklim.
Jarak papan bouwplank minimal 2,5 m dari garis bangunan terluar untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi. Setelah papan bouwplank
selesai pemborong wajib meminta pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari
direksi.
2.4.2 Pekerjaan Tanah/Urugan
Tanah dimana banguanan akan didirikan harus dibebaskan dari segala kotoran
seperti sisa-sisa tumbuhan, akar-akaran dan lain sebagainya.
 Galian Tanah Dan Perataan Tanah
Semua galian tanah mengikuti gambar dan petunjuk direksi/pengawas
lapangan, diusahakan agar galian tidak mudah longsor. Setelah galian selesai
pemborong wajib meminta pemeriksaan dan persetujuan tertulis dari direksi.
 Pekerjaan Urugan
Perataan tanah dan pasir harus sesuai dengan gambar dan petunjuk
direksi/pengawas lapangan dengan kualitas dan kuantitas volume sesuai
dengan bestek/RAB.
2.5. PEKERJAAN PASANGAN
Lingkup Pekerjaan

1. Pek. Pasang Batu Kali 1 Pc : 4 Ps


a. Bahan yang diperlukan batu kali yang bersih serta homogen, pasir pasang yang
mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standar
SNI. Bahan pasangan batu kali adalah batu kali yang di belah terlebih dahulu
dengan luas permukaan pecah minimal 50%, ukuran batu kali yang akan dipasang
minimal 10-15 cm maksimal 30-40 cm.
b. Pelaksanaan pembuatan bangunan plengsengan :
1. Pasangan batu kali baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar
galian diperiksa oleh PPK, PPTK, Pengawas dan sesuai ketentuan dalam
gambar. Pemasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
2. Pasangan batu kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang
terlihat diplester dengan spesi 1 pc : 3 ps, pasangan batu kali yang terlihat
dibuat raen bentuk beras tumpah.
3. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Penggunaan terlalu
banyak adukan untuk menutup rongga atau celah tidak dibenarkan. Rongga
atau celah harus diisi dengan batu yang lebih kecil. Daya dukung maksimum
yang diijinkan dari pasangan batu belah yang sudah selesai dikerjakan adalah
50 Kg/Cm2.
4. Jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan maka permukaan
perhentian harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh dan sempurna. Di dalam pasangan tidak boleh ada rongga-rongga atau
celah-celah yang kosong.
5. Permukaan atas dan bagian dalam diplester halus dengan campuran 1 pc : 3
ps. Campuran untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan.
Pekerjaan plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan
dihaluskan dengan air semen.

2. Pekerjaan Plesteran 1:4 :


a. Komposisi campuran bahan-bahan plesteran dan syarat-syaratnya sama dengan
untuk bahan adukan/spesi.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, pasangan harus dibasahi dahulu, dan siar-
nya harus dikorek dahulu sedalam 1 cm. Pelaksana harus memberi perhatian
penuh terhadap kesempurnaan pekerjaan ini. Bidang-bidang plesteran yang tidak
rata, tidak melekat, miring, retak dan cacat, harus diulangi, diperbaiki sampai
memuaskan Konsultan Pengawas Lapangan/Direksi dan seluruh biaya perbaikan
ini menjadi tanggung jawab Pemborong.
c. Pasir untuk pekerjaan plesteran harus disaring hingga cukup halus, dan memenuhi
syarat untuk plesteran.
d. Penghalusan acian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata dan rapi dan
dilakukan dengan roskam.

2.6. PEKERJAAN BETON

I. Bahan Bangunan
Bahan untuk beton dalam pekerjaan konstruksi harus memenuhi syarat-syarat yang
berlaku dan ditetapkan dalam spesifikasi bahan. Berikut adalah uraian mengenai
beberapa bahan penyusun beton dalam pekerjaan konstruksi :
a. Air
Air yang digunakan dalam air yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, kotoran
organik atau bahan – bahan lain yang dapat merusak beton dan besi. Air untuk
adukan dan untuk merawat beton harus bersih dan bebas dari semua kotoran yang
dapat merusak daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu beton.
b. Semen
Semen yang digunakan sebagai bahan pembuat beton bertulang dan diisyaratkan
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam NI-18.
Berikut adalah persyaratan semen untuk pekerjaan beton :
 Semen yang dipakai adalah Semen Portland type L dan merk yang Gresik dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi yang memenuhi syarat PBI-
1971.
 Selama pengangkutan dan penyimpanan, semen tidak boleh terkena air dan
kantongnya harus asli dari pabriknya dan tetap utuh tertutup rapat.
 Semen yang sudah membeku, tidak dibenarkan dipakai dalam pekerjaan ini.
 Semen disimpan pada tempat yang beralas dari kayu yang stingginya tidak kurang
dari 30 cm dari lantai.
 Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2,00 meter.
 Pengeluaran semen dari tempat penyimpanan berurutan sesuai dengan datangnya
semen ditempat penyimpanan.
 Untuk pekerjaan beton yang berhubungan langsung dengan tanah, dimana air tanah
mengandung kadar sulfat lebih dari 300 ppm, maka harus digunakan semen type
khusus yang memiliki ketahanan terhadap sulfat (Semen Type V).
c. Agregat
Agregat terdiri dari agregat halus yaitu pasir dan agregat kasar kerikil atau batu
pecah. Agregat berfungsi dalam memperkuat beton saat mengering.
d. Pasir
Penggunaan pasir untuk pekerjaan beton haarus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Pasir halus mempunyai tekanan hancur yang lebih besar dari pada tekanan hancur
semen yang telah menjadi keras.
 Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat kering.
 Tidak menganduk bahan-bahan organik.
 Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 – 5 mm dan memenuhi Analisa kerja
(PBI-1971).
e. Kerikil dan Batu Pecah
Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dengan besar
butir lebih dari 5 mm.
 Dimensi maksimum kerikil tidak lebih dari 2,5 mm dan tidak lebih dari seperempat
dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan.
 Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering.
 Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat yang reaktif
alkali.
 Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa kerja (PBI-1971).
f. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
Bahan campuran tambahan bila dipandang perlu dapat digunakan untuk
mempercepat pengerasan, perbaikan beton. Produk yang digunakan adalah “Sika”
atau bahan lain dan sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan Direksi terlebih dahulu. Bahan-bahan tersebut
tidak boleh mengandung bahan-bahan yang merugikan sifat beton bertulang.
g. Jaminan Mutu
 Mutu bahan yang dipasok dan campuran yang dihasilkan, cara kerja dan hasil akhir
harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Seksi Standar
Rujukan.

II. Adukan Beton


a. Rencana Adukan
 Nama “jenis adukan” di bawah diberikan untuk setiap jumlah bahan pengisi (pasir dan
kerikil) terhadap 50 kg semen.
 Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih
dari ¾ dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan
acuan, atau antara perbatasan lainnya.
 Jenis adukan beton :
Catatan :
- Pc = Portland cement m3
- Ps = Pasir (bahan pengisi halus) m3
- Krl= Kerikil (bahan pengisi kasar) m3

III. Kekuatan Beton


Kuat tekan beton yang direncanakan dalam proyek ini adalah K175.

IV. Pengadukan Beton


a. Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu
komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran
beton.

V. Pengecoran Beton
a. Proporsi perbandingan campuran semen dengan bahan pengisi (pasir dan kerikil)
adalah minimal. Jadi tidak dibenarkan untuk dikurangi semennya.
b. Sebelum adukan beton dicorkan, semua cetakan harus betul-betul bersih dari kotoran
seperti serbuk gergaji, tanah, minyak dan kotoran lainnya. Kemudian cetakan
tersebut dibasahi dengan air secukupnya, namun tidak boleh ada genangan air pada
cetakan tersebut.
c. Pengecoran baru bisa dimulai setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
dan Direksi. Apabila pengecoran beton dilakukan tanpa adanya persetujuan
Konsultan Pengawas dan Direksi, maka kerugian akibat pembongkaran, sepenuhnya
menjadi tanggungan Pemborong.
d. Adukan harus homogen atau dengan warna yang merata dan harus sudah dicorkan
dalam waktu 1 (satu) jam setelah pencampuran dengan air dimulai.
e. Pengecoran suatu unit pekerjaan beton harus dilaksanakan terus menerus sampai
selesai dengan tanpa berhenti, kecuali mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
dan Direksi. Dalam hal ini Pemborong harus berupaya agar beton yang baru dicorkan
tidak dirusak oleh air.
f. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah adanya
pemisahan atau pengurangan bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan
lebih dari 2 meter.

VI. Perbaikan Permukaan Beton


a. Jika ketidak sempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan
yang diharapkan dan diterima oleh Direksi atau Konsultan Pengawas, maka harus
dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas beban biaya kontraktor.
b. Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah atau
retak, ada gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan dan ada yang lain yang
tidak sesuai dengan bentuk diharapkan atau diinginkan.
2.7. SMK3 KONSTRUKSI

1. Lingkup Pekerjaan
1 Pembuatan Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi
2 Spanduk (Banner)
3 Pembatas Area (Restricted Area)
4 Topi Pelindung (Safety Helmet)
5 Tameng Muka (Face Shield)
6 Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker)
7 Sarung Tangan (Safety Gloves)
8 Sepatu Keselamatan (Rubber Shoes)
9 Rompi Keselamatan (Safety Vest)
10 Asuransi BPJS
11 Petugas Keselamatan Konstruksi
12 Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban) dan Peralatan /
Perlengkapan untuk Pencegahan COVID-19
13 Rambu Larangan
14 Rambu Kewajiban
15 Bendera K3

2. Umum

a) Penyedia jasa wajib menyelenggarakan dan mengusahakan agar segala fasilitas


dan peralatan aman bagi para tenaga kerja dan dapat melindungi pekerjaan
ditempat kerja.

b) Penyedia jasa harus menunjuk Petugas Keselamatan Kerja yang bertanggung


jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan agar terhindar dan resiko
bahaya kecelakaan.

c) Penyedia jasa mensosialisasikan kepada tenaga kerja perihal Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dan memberikan petunjuk terhadap bahaya yang timbul dan
upaya pencegahannya.

d) Biaya pengeluaran akibat penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) menjadi tanggung jawab penyedia jasa.

3. Helm Pelindung (Safety Helmet)

Kepala manusia merupakan bagian tubuh yang krusial dan sangat penting karena
didalamnya terdapat otak yang merupakan tempat menyimpan memori dan informasi
serta organ yang mengendalikan organ lainnya. Untuk itu kepala perlu mendapatkan
perlindungan ekstra terutama jika Anda bekerja di tempat yang beresiko tinggi terkena
benturan.

Untuk itu, jangan abaikan keselamatan Anda terutama jika Anda adalah seorang
pekerja lapangan. Helm safety adalah salah satu alat perlindungan diri yang sangat
penting dan wajib digunakan oleh para pekerja lapangan/pekerja proyek. Bekerja di
lapangan tentu sangat membutuhkan proteksi yang tinggi mengingat resikonya yang
dihadapi juga besar.

Awal mula penggunaan helm safety yaitu pada jaman dulu, para pekerja yang bekerja
di galangan kapal menggunakan aspal kering atau yang sudah mengeras setelah
dijemur dibawah terik matahari sebagai pelindung kepala agar kepala mereka tidak
tertimpa benda-benda yang berada di atas geladak kapal yang sedang mereka
bangun. Hingga akhirnya secara resmi helm safety pertama kali dikembangkan pada
tahun 1912 oleh Worker’s Accident Insurance Institute Kerajaan Bohemia.
Jika Anda perhatikan, helm safety memiliki berbagai warna yang mencolok. Fungsinya
adalah agar para pekerja yang memakainya mudah terlihat terutama jika ada
kendaraan atau alat berat yang lewat sehingga tidak terlindas atau tertabrak. Selain itu,
warna-warni yang mencolok pada helm safety juga memiliki arti tersendiri yang
berkaitan dengan jabatan pekerja di proyek. Berikut adalah penjelasan arti warna helm
safety :

 Helm safety warna putih digunakan oleh manajer, pengawas, insinyur, dan
mandor
 Helm safety warna biru digunakan oleh electrical contractor dan site supervisor
 Helm safety warna kuning digunakan oleh subcontractor maupun pekerja umum
 Helm safety warna hijau digunakan oleh pengawas lingkungan
 Helm safety warna merah muda digunakan oleh pekerja baru atau magang
 Helm safety warna orange digunakan oleh tamu perusahaan
 Helm safety warna merah digunakan oleh safety officer atau orang yang
bertugas memeriksa sistem keselamatan

Pada dasarnya arti warna pada setiap helm safety tersebut tidak sama di setiap negara
maupun proyek. Misalnya saja di proyek pertambangan minyak, helm safety berwarna
kuning digunakan oleh divisi yang paling tinggi seperti operator department yang terdiri
dari engineer dan tata ahli. Berbeda dengan di proyek konstruksi, helm safety
berwarna kuning digunakan untuk pekerja yang golongannya paling rendah.

Dalam pemakaian helm safety pasti tidak terhindar dari kerusakan atau benturan. Helm
safety yang mengalami kecacatan atau kerusakan sedikit saja harus segera diganti
dengan helm safety yang baru untuk kepentingan keselamatan. Rata-rata umur
penggunaan helm safety adalah 5 tahun tergantung pada bahan pembuat helm safety
tersebut

4. Sarung Tangan (Safety Gloves)

Sarung tangan ( Glove ) merupakan salah satu kebutuhan didalam bidang pekerjaan.
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda – benda tajam dan mencegah
cidera saat sedang bekerja. Ketika memilih glove ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan antara lain bahaya jika terpapar bahan – bahan kimia yang bersifat
korosif, panas, dingin, tajam atau kasar karena alat pelindung tangan berbeda – beda
dapat terbuat dari karet, kulit maupun kain katun.

5. Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes and Toe Cap)

Sepatu Safety (Safety Shoes) adalah salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang harus
dipakai oleh seseorang ketika bekerja guna menghindari resiko kecelakaan. Bukan
sekedar membuat perlindungan bagian tubuh pekerja pada adanya resiko kecelakaan
saja, tetapi dengan memakai sepatu Safety pekerja akan lebih leluasa bergerak hingga
dapat meningkatkan efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan.

Sepatu ini terbuat dari kulit dipadukan dengan metal, di bagian bawahnya terbuat dari
karet yang tebal. Dengan bahan itu, pekerja akan aman dari berbagai kecelakaan pada
kakinya. Sangat banyak manfaat yang diperoleh dengan memakai sepatu Safety,
berikut ulasannya.

6. Rompi Keselamatan (Safety Vest)

Safety vest atau rompi keselamatan kerja merupakan salah satu Alat Pelindung Diri
(APD) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak / kecelakaan, sedikit berbeda
dengan APD lain yang bermanfaat untuk mengurangi dampak bila terjadi kecelakaan
akibat kontak dengan benda yang berbahaya.

Safety vest di rancang secara khusus dan dilengkapi dengan reflector atau pemantul
cahaya untuk memberikan perlindungan optimal bagi para penggunanya. Safety vest
diperuntukkan bagi pekerja yang lokasi kerjanya di jalan atau berdekatan dengan jalan,
di area dengan aktivitas lalu lalang kendaraan atau alat berat, di area yang memiliki
mesin, roda gigi atau motor yang bergerak, dan pekerja yang terlibat dalam pekerjaan
konstruksi, yang sangat perlu untuk dideteksi oleh pihak lain yang menggunakan mesin
pemindah (crane) yang berpotensi berbahaya. Selain itu safety vest digunakan juga
oleh pekerja pelayanan darurat seperti kebakaran, pencarian dan penyelamatan

7. Kotak P3K + Isi

P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah upaya memberikan pertolongan


pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja atau orang lain yang berada di tempat
kerja, yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.

P3K dilakukan dengan maksud memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum
pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.
Adapun tujuan P3K antara lain :

a) Menyelamatkan nyawa
b) Meringankan penderitaan korban, seperti meringankan rasa nyeri
c) Mencegah cedera/penyakit bertambah parah, seperti mencegah perdarahan
d) Mempertahankan daya tahan korban
e) Menunjang upaya penyembuhan
f) Mencarikan pertolongan lebih lanjut

8. Rambu Peringatan

Rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan alat bantu yang
bermanfaat untuk membantu menginformasikan bahaya dan untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan para pekerja atau pengunjung yang berada di tempat
kerja tersebut.
Fungsi dari rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), antara lain :

a) Menarik perhatian setiap orang terhadap adanya bahaya keselamatan dan


kesehatan kerja.
b) Menunjukan kemungkinan terdapat potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat di
tempat kerja.
c) Menyediakan informasi secara umum serta memberikan pengarahan.
d) Memberitahukan kepada para pekerja dimana mereka harus menggunakan alat
pelindung diri saat berada di tempat kerja.
e) Menginformasikan dimana peralatan darurat keselamatan diletakkan.
f) Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan atau perilaku yang
tidak diperbolehkan dilakukan di tempat kerja.

Warna yang menarik perhatian yang dipakai pada rambu-rambu keselamatan kerja
juga untuk keperluan lainnya yang menyangkut keselamatan pekerja. Misalnya, warna
untuk menginformasikan isi aliran dalam suatu pipa dan bahaya yang terkandung di
dalam aliran tersebut.

Pemilihan warna pada rambu-rambu keselamatan kerja juga menuntut perhatian dari
kemungkinan terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka, misalnya
potensi akan adanya bahaya dapat digambarkan dengan menggunakan warna kuning.
Bila mana pekerja menyadari adanya potensi bahaya di sekitarnya, kemudian pekerja
dapat melakukan tindakan pencegahan dini agar tidak terjadi kecelakaan. Oleh sebab
itu resiko kemungkinan terjadinya kecelakaan, luka, cacat atau kerusakan lainnya
dapat diperkecil.

9. Masker Pelindung Mulut dan Hidung

Masker adalah alat bantu yang biasa digunakan sebagai pelindung diri yang biasanya
untuk menutupi mulut hingga bagian hidung. Masker sendiri biasa dipakai oleh seorang
pekerja untuk membuat perlindungan atau menghindari dan mengurangi kemungkinan
dirinya akan tercemar debu yang membahayakan pernafasan atau tercemar infeksi atau
keracunan udara di lingkungan areal tempatnya bekerja.
PENUTUP
3.1. PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA

Apabila dalam jangka waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat
perpanjangan waktu sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir, Pemborong harus
segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada
Pejabat Pembuat Komitmen secara tertulis dan Pengawas Lapangan/Direksi berkewajiban
:
Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak pemborong.
Menanggapi / melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen tentang hasil pekerjaan
pemborong tersebut, maka hal tersebut akan diadakan rapat mengenai pekerjaan
penyerahan berdasarkan :
a. Kontrak pemborongan .
b. Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong.
c. Surat tanggapan dari pengawas, setelah dapat menerima penyerahan tersebut.

3.2. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA.


Terhitung dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga 180
(seratus delapan puluh) hari kalender adalah masa pemeliharaan yang masih menjadi
tanggung jawab pemborong sepenuhnya, antara lain :
a. Keamanan dan penjagaan
b. Penyempurnaan dan pemeliharaan.
c. Pembersihan.
Apabila pemborong telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka
penyerahan pekerjaan kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.

3.3. PENUTUP
Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) tidak disebut hal yang dipasang,
dibuat, dilaksanakan dan disediakan, tetapi dalam pelaksanaan harus dikerjakan oleh
rekanan, harus dianggap sebagai telah dibuat didalam spesifikasi ini, jadi tidak terhitung
sebagai pekerjaan tambah ( Meer werk )

Diperiksa Oleh, Pasuruan, 2023


Penjabat Pelaksana Teknis Kegiatan(PPTK)
Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman Di buat oleh,
Kota Pasuruan Pejabat Pembuat Komitmen
DPKP Kab. Pasuruan

S U B A N D R I O, SE
NIP. 19620302 198503 1 021
EKO BAGUS WICAKSONO, ST
NIP. 19700518 199803 1 005
Disetujui,
DYAH ERMITASARI, ST.MT Penjabat Pembuatan Komitmen (PPKm)
NIP. 19721105 199803 2 012 Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan ermukiman
Kota Pasuruan

UUNG MAF'UDI DJA'FAR, ST


NIP. 19820710 200604 1 016

Anda mungkin juga menyukai