VI.2.1.Lokasi / Pekerjaan :
Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi.
VI.2.2. Uraian / Jenis Pekerjaan Terbagi dalam beberapa Jenis:
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Normalisasi
C. Pekerjaan Jalan Paving
D. Pekerjaan Berm
VI.2.3. Kontraktor harus mengerjakan semua pekerjaan sesuai dengan buku petunjuk /
gambar yang disiapan oleh Direksi , dan Kontraktor harus membuat gambar
hasil pelaksanaan (As Built Drawing) serta dokumen foto hasil pelaksanaan
pekerjaan sebesar 3R dengan fisik sebesar : 0%, 50%, 100%.
VI.2.4. Apa bila dalam pelaksanaan terjadi hal – hal sebagai berikut :
a. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek dengan Risalah penjelasan
maka yang mengikat adalah Risalah penjelasan.
b. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar dengan Bestek dengan Risalah
penjelasan maka yang mengikat adalah Bestek dan Risalah penjelasan.
c. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek, Risalah penjelasan dengan
Penawaran maka Penawaran tidak mengikat.
d. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek, Risalah penjelasan dengan
Kontrak maka yang mengikat adalah Kontrak.
VI.2.5. Pada saat pengajuan penawaran, brosur dari paving yang ditawarkan harus
disertakan dan diberi tanda pada brosur tersebut jenis maupun ukuran yang
ditawarkan.
VI.2.6. Brosur tersebut harus jelas memperlihatkan semua ukuran dalam, luar, panjang
maupun lebarnya juga mengenai hasil pengetesan yang telah dilakukan pabrik
pembuat paving tersebut.
VI.2.7. Pemasok wajib memperlihatkan contoh barang yang akan disediakan kepada
Pemberi Tugas pekerjaan dan Pemberi Tugas berhak untuk menolak barang
tersebut apabila tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Demikian pula Pemberi
Tugas berhak menolak barang-barang yang sudah dikirim ke gudang
penyimpanan apabila paving tersebut tidak sesuai dengan contoh yang
diberikan.
VI.2.8. Apabila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas, paving yang akan disediakan oleh
Pemasok dilakukan pengetesan kembali di laboratorium. Biaya pengetesan ini
seluruhnya ditanggung oleh Pemasok.
1
VI.3 Jenis dan Mutu Bahan
VI.3.1 Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus utamakan bahan – bahan
produksi dalam negeri , sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan
dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur Negara
tanggal 23 Desember 1980 dan Keppres 16/1994 dan Keppres 24/1995.
VI.3.2 Bahan Bangunan / tenaga kerja lokal / setempat yang memenuhi syarat
teknis, sesuai dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan
dengan mendapatkan ijin tertulis dari Pengawas, Tim Pemeriksa Pekerjaan (TPP)
dan Pelaksana Kegiatan.
VI.3.3 Bila bahan – bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi teknis terdapat
beberapa / bermacam – macam jenis (Merk) diharuskan untuk memakai jenis
dan mutu bahan dipilih satu jenis.
VI.3.4 Bahan – bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan
bangunan tersebut mempunyai beberapa macam mutu , maka harus ditetapkan
untuk dilaksanakan dipergunakan yang mutu / kwalitas (kw. 1).
VI.3.5 Bila rekanan / kontraktor sudah menanda tangani untuk dilaksanakan jenis
dan mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan
yang telah ditetapkan, bahan – bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi
tanggung jawab kontraktor penyedia jasa.
VI.3.6 Sebelum melaksanakan pekerjaan kontraktor mengajukan contoh bahan dari
beberapa produk sesuai ketentuan dalam RKS kepada pengawas, Tim pemeriksa
pekerjaan dan pelaksana kegiatan.
VI.3.7 Bila dalam uraian dan syarat – syarat disebutkan nama pabrik / produk dari
suatu barang , maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukan kwalitas dan
type dari barang – barang yang dikehendaki Pemberi tugas / Pelaksana
kegiatan.
VI.3.8 Kontraktor Pelaksana harus menawarkan harga – harga barang / bahan tersebut
sesuai RKS dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan dan bahan yang
ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan atau harga satuan bahan / upah
adalah mengikat.
A. Bahan alam
1. Tanah urug pilihan
2. Pasir urug
3. Pasir pasang
Untuk semua pekerjaan pasangan, plesteran harus memakai pasir pasang
berbutir kasar tidak mengandung kadar lumpur terlalu banyak .
4. Air
Air bersih / tawar dari saluran PDAM
B. Bahan Pabrikasi
1. Kanstin ukuran 15 x 30 x 50
2. Paving bata abu-abu K. 300 tebal 8 cm
3. Paving uskup abu-abu Tbl. 8 cm
4. Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
2
VI.4 Uraian Pekerjaan
3
VI.5 Peraturan Teknis Yang Digunakan
a) SK – SNI 1991
b) Peraturan beton Indonesia (PBI) tahun 1971.
c) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan–bahan Bangunan (NI-3/56).
d) Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI-18/1970).
e) Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia (NI-3)1970.
f) Peraturan Sement Portland Indonesia (NI-8)
g) Standart Industri Indonesia (SII).
h) Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang pengarahan tenaga kerja) antara
lain tentang larangan mengerjakan anak di bawah umur .
i) Dan peraturan – peraturan lain yang Belum tercantum diatas tetapi berkaitan
dengan pekerjaan ini.
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka
gambar detail yang dipakai / diikuti.
b) Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai maka
ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c) Bila ukuran – ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan / barang yang
dipakai dalam RKS tidak sesuai dengan gambar maka RKS yang diikuti.
d) Rekanan / Kontraktor berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang
hal – hal tersebut Setelah Rekanan / Kontraktor menerima dokumen dan
Panitia Pengadaan / Pemberi Tugas dan hal tersebut akan dibahas dalam
rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
e) Sebelum melaksanakan pekerjaan semua dokumen yang ada untuk
disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.
4
koordinasi atau langkah – langkah untuk menanggulangi hambatan /
keterlambatan yang akan terjadi.
5
VI.10 Alat-alat Pelaksanaan dan Pengukuran Lapangan
6
3) Pemberi tugas berhak mengeluarkan perintah yang dikehendaki pemecatan
siapa saja dari pekerjaan.
7
yang bersangkutan, selanjutnya agar berkoordinasi dengan instansi
Pemerintah/Pelaksana Kegiatan.
3) Sebelum rekanan pemborong mengadakan persiapan di lokasi sebelumnya
harus memenuhui prosedur tentang tata cara perijinan / berkenan untuk
memulai dengan persiapan-persiapan pembangunan kepada Pemerintah
Daerah setempat yang bersangkutan, terutama tentang dimana harus
membangun bangunan sementara.
4) Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran, Direksi pengawas
lapangan harus sudah memulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai
dengan tugasnya.
5) Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelumnya tiap-tiap bagian
pekerjaan dilaksanakan, harus mendapatkan ijin tertulis dari pelaksana
kegiatan untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara
berkala.
6) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai pemborong harus mempersiapkan
keperluan-keperluan lapangan diantaranya pembuatan gudang penyimpanan
bahan material dan alat-alat kerja/gudang bahan dan gudang kerja.
3.1 URUGAN
1. Urugan Tanah Berm Bahu Jalan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan bahu jalan (berm), maka bahu
jalan yang akan di berm harus dibersihkan dahulu dari segala
kotoran rumput dan kotoran lainnya.
2. Bila tanah berm yang dikerjakan terletak pada lereng yag curam,
maka lereng tanah yang asli harus dibuat trap seperti tangga yang
gunanya ikatan tanah tidak mudah longsor.
3. Bahu jalan atau berm harus dikerjakan sesuai dengan gambar
rencana.
4. Urugan tanah berm dilaksanakan lapis demi lapis dan dipadatkan
setiap ketebalan kurang lebih 15 s/d 20 cm, dengan alat vibrator
roller/ Walls 6 – 8 ton.
8
3.2 LAPIS PONDASI AGREGAT
UMUM
1)
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan
detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah
selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi,
bila perIu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan
operasi lainnya yang perIu untuk menghasilkan suatu bahan yang
memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.
Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak
terbatas berikut ini :
4) Standar Rujukan
10
ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data
hasil survei pemeriksaan yang menyatakan bahwa
toleransi yang disyaratkan dalarn Pasal 5.1.1.(3)
dipenuhi.
6) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
11
penggarnan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah
suatu ketebalan dengan bahan tersebut.
BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat hams dipilih dari sumber yang disetujui
sesuai dengan
Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi
ini.
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A,
Kelas B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A
adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal,
dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah.
Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm hams terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang
pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas
95/90* dan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* .
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos
ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos
ayakan NoAO.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat hams bebas dari bahan organik dan
12
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipadatkan hams memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan
pengayakan secara basah) yang diberikan dalam TabeI5.1.2.(I) dan
memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam TabeI5.1.2.(2).
13
Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang
kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
2) Pengharnparan
3) Pemadatan
14
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah
memanjang. Pada bagian yang ber"superelevasi", penggilasan
harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sarnpai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan seeara merata.
4) Pengujian
a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari
bahan yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume
yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang
ditunjukkan pada Gambar bila tebal yang diperlukan merata, dan pada
15
penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan bila tebal yang
diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan.
3) Dasar Pembayaran
16
2. Dibawah paving diatas permukaan yang sudah digali dan
dipadatkan diurug dengan pasir yang berfungsi menjaga masuknya
tanah kepermukaan paving dan untuk meratakan permukaan
pasangan paving.
Sebagai patokan elevasi saluran adalah dari patok referensi yang akan ditentukan
kemudian oleh Team Pengawas. Penentuan level saluran harus menggunakan alat ukur
sipat datar yang masih dalam kondisi baik dan harus selalu siap di lapangan.
a) Bilamana terdapat perbedaan ukuran-ukuran harus segera dilaporkan kepada
Pengawas sebelum dilaksanakan.
b) Pemakaian ukuran-ukuran yang keliru sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pekerjaan Galian
a) Galian tanah harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar yang sesuai dengan
elevasi yang tercantum pada gambar.
b) Semua akar-akar pohon yang terdapat pada bagian galian yang dilaksanakan
harus dibongkar dan dibuang.
c) Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus dicegah. Penggalian melebihi
batas yang ditentukan harus diurug kembali hingga mencapai elevasi yang
ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan.
18
d) Apabila ternyata pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa
pembuangan,kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih
dipergunakan maka secepatnya diberitahukan kepada Pengawas atau
penguasa/instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.
e) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas ganti rugi untuk segala kerusakan-
kerusakan jaringan utilitas atau prasarana umum lainnya sebagai akibat dari
pekerjaan tersebut.
f) Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian tersebut bebas dari
longsoran-longsoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat-
alat penahan tanah yang sifatnya sementara) dan bebas dari genangan air (bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan baik
sesuai dengan yang disyaratkan di dalam RKS ini serta gambar-gambar rencana.
g) Dasar galian harus dipadatkan untuk mendapatkan bidang dasar pondasi yang
mantap bagi konstruksi bangunan di atasnya.
Dewatering
a) Selama pelaksanaan pekerjaan galian tanah maupun pada saat pelaksanaan
kontruksi, Kontraktor harus menjaga lubang galian tetap kering.
b) Jika terdapat genangan air di dalam lubang galian, Kontraktor harus
mengadakan pemompaan atau membuat alur drainase sementara yang
memungkinkan genangan air mengalir ke luar lokasi pekerjaan.
c) Pompa yang disediakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan kapasitas yang
dibutuhkan untuk mengeringkan lokasi pekerjaan pada kondisi apapun (misalnya
terjadi hujan deras).
d) Metode kerja dewatering serta lokasi pembuangan air harus mendapat
persetujuan Team Pengawas. Kontraktor harus menyediakan peralatan
dewatering secara terus menerus di lapangan dengan kapasitas sesuai dengan
kebutuhan.
e) Atas permintaan Team Pengawas, Kontraktor harus bersedia menambah
peralatan dewatering jika dinilai peralatan dewatering yang tersedia belum
memenuhi kapasitas yang dibutuhkan.
f) Segala biaya yang diperlukan untuk dewatering menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan dianggap sudah termasuk dalam harga penawaran.
Apabila pekerjaan telah selesai atau kontrak berakhir, kontraktor penyedia jasa harus
segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada
pelaksana kegiatan secara tertulis dan konsultan pengawas berkewajiban :
a) Membuat evaluasi atau cek list tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan
kontrak pemborongan.
b) Menyampaikan / melaporkan kepada pelaksana kegiatan tentang hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan tersebut secara tertulis. Pelaksana Kegiatan akan
meneruskan kepada Tim Pemeriksa Pekerjaan untuk mengadakan rapat kegiatan
mengenai pekerjaan penyerahan tersebut di atas berdasarkan :
Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong.
19
Surat tanggapan dari pengawas lapangan, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.
Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama hingga
masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya,antara lain :
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan
3. Pembersihan
Apabila pemborong telah melaksanakan hasil tersebut diatas sesuai dengan kontrak,
maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara
(prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama.
PENUTUP
Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan,
pekerjaan–pekerjaan, yang tidak disebutkan dalam perkataan atau kalimat
diselenggarakan oleh Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.
Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata
termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata
dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh Kontraktor dan diterima sebagai “ hal “
yang disebutkan.
Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
Pelaksana Kegiatan, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.
MUHAMMAD MUNIR
Direktur
20