Anda di halaman 1dari 20

BAB VISPESIFIKASI TEKNIS

VI.1 Lingkup Pekerjaan


Lingkup Pekerjaan pada proyek ini adalah :
Pembangunan Jalan Poros Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi
sesuai gambar terlampir .
Kegiatan ini didanai dari Dana APBD Tahun Anggaran 2018. Seluruh pekerjaan yang
harus dilaksanakan sesuai yang tertuang dalam RKS , Gambar dan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

VI.2 Penjelasan Umum

VI.2.1.Lokasi / Pekerjaan :
Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi.
VI.2.2. Uraian / Jenis Pekerjaan Terbagi dalam beberapa Jenis:
A. Pekerjaan Persiapan
B. Pekerjaan Normalisasi
C. Pekerjaan Jalan Paving
D. Pekerjaan Berm
VI.2.3. Kontraktor harus mengerjakan semua pekerjaan sesuai dengan buku petunjuk /
gambar yang disiapan oleh Direksi , dan Kontraktor harus membuat gambar
hasil pelaksanaan (As Built Drawing) serta dokumen foto hasil pelaksanaan
pekerjaan sebesar 3R dengan fisik sebesar : 0%, 50%, 100%.
VI.2.4. Apa bila dalam pelaksanaan terjadi hal – hal sebagai berikut :
a. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek dengan Risalah penjelasan
maka yang mengikat adalah Risalah penjelasan.
b. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar dengan Bestek dengan Risalah
penjelasan maka yang mengikat adalah Bestek dan Risalah penjelasan.
c. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek, Risalah penjelasan dengan
Penawaran maka Penawaran tidak mengikat.
d. Apabila terdapat perbedaan antara Gambar ,Bestek, Risalah penjelasan dengan
Kontrak maka yang mengikat adalah Kontrak.
VI.2.5. Pada saat pengajuan penawaran, brosur dari paving yang ditawarkan harus
disertakan dan diberi tanda pada brosur tersebut jenis maupun ukuran yang
ditawarkan.
VI.2.6. Brosur tersebut harus jelas memperlihatkan semua ukuran dalam, luar, panjang
maupun lebarnya juga mengenai hasil pengetesan yang telah dilakukan pabrik
pembuat paving tersebut.
VI.2.7. Pemasok wajib memperlihatkan contoh barang yang akan disediakan kepada
Pemberi Tugas pekerjaan dan Pemberi Tugas berhak untuk menolak barang
tersebut apabila tidak sesuai dengan spesifikasi teknis. Demikian pula Pemberi
Tugas berhak menolak barang-barang yang sudah dikirim ke gudang
penyimpanan apabila paving tersebut tidak sesuai dengan contoh yang
diberikan.
VI.2.8. Apabila dipandang perlu oleh Pemberi Tugas, paving yang akan disediakan oleh
Pemasok dilakukan pengetesan kembali di laboratorium. Biaya pengetesan ini
seluruhnya ditanggung oleh Pemasok.

1
VI.3 Jenis dan Mutu Bahan

VI.3.1 Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus utamakan bahan – bahan
produksi dalam negeri , sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan
dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban Aparatur Negara
tanggal 23 Desember 1980 dan Keppres 16/1994 dan Keppres 24/1995.
VI.3.2 Bahan Bangunan / tenaga kerja lokal / setempat yang memenuhi syarat
teknis, sesuai dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan
dengan mendapatkan ijin tertulis dari Pengawas, Tim Pemeriksa Pekerjaan (TPP)
dan Pelaksana Kegiatan.
VI.3.3 Bila bahan – bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi teknis terdapat
beberapa / bermacam – macam jenis (Merk) diharuskan untuk memakai jenis
dan mutu bahan dipilih satu jenis.
VI.3.4 Bahan – bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan
bangunan tersebut mempunyai beberapa macam mutu , maka harus ditetapkan
untuk dilaksanakan dipergunakan yang mutu / kwalitas (kw. 1).
VI.3.5 Bila rekanan / kontraktor sudah menanda tangani untuk dilaksanakan jenis
dan mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan
yang telah ditetapkan, bahan – bahan tersebut harus ditolak dan dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi
tanggung jawab kontraktor penyedia jasa.
VI.3.6 Sebelum melaksanakan pekerjaan kontraktor mengajukan contoh bahan dari
beberapa produk sesuai ketentuan dalam RKS kepada pengawas, Tim pemeriksa
pekerjaan dan pelaksana kegiatan.
VI.3.7 Bila dalam uraian dan syarat – syarat disebutkan nama pabrik / produk dari
suatu barang , maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukan kwalitas dan
type dari barang – barang yang dikehendaki Pemberi tugas / Pelaksana
kegiatan.
VI.3.8 Kontraktor Pelaksana harus menawarkan harga – harga barang / bahan tersebut
sesuai RKS dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan dan bahan yang
ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan atau harga satuan bahan / upah
adalah mengikat.

A. Bahan alam
1. Tanah urug pilihan
2. Pasir urug
3. Pasir pasang
Untuk semua pekerjaan pasangan, plesteran harus memakai pasir pasang
berbutir kasar tidak mengandung kadar lumpur terlalu banyak .
4. Air
Air bersih / tawar dari saluran PDAM

B. Bahan Pabrikasi
1. Kanstin ukuran 15 x 30 x 50
2. Paving bata abu-abu K. 300 tebal 8 cm
3. Paving uskup abu-abu Tbl. 8 cm
4. Lapis Pondasi Agregat Kelas A.

2
VI.4 Uraian Pekerjaan

VI.4.1. Kontraktor / Rekanan harus menyediakan segala yang diperlukan untuk


melaksanakan pekerjaan secara baik , sempurna dan efisien dengan urutan
yang teratur.
VI.4.2. Kuantitas dan kualitas pekerjaan :
Kuantitas pekerjaan yang berkualitas baik yang termasuk dalam harga kontrak
harus dianggap seperti yang tertera dalam gambar – gambar bestek atau uraian
dalam Rencana Kerja dan syarat – syarat dan Berita Acara Rapat Penjelasan
Pekerjaan ( Aanwijzing) kecuali yang disebut diatas apa yang tertera dalam
uraian dan syarat – syarat dalam kontrak itu bagaimanapun tidak boleh
menolak, merubah / mempengaruhi penerapan atau interprestasi dari apa yang
tercantum dalam syarat – syarat ini. Kekeliruan / perbedaan dalam uraian
pekerjaan dan kuantitas baik pengurangan maupun penambahan bagian –
bagian dari gambar dan uraian syarat – syarat tidak boleh merusak
(membatalkan) Perjanjian / Kontrak ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan
dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh Pemberi tugas / Pelaksana
Kegiatan.
VI.4.3. Gambar – gambar pekerjaan .
Gambar – gambar rencana pekerjaan yang terdiri dari gambar bestek, gambar
detail konstruksi, gambar situasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh
Perencana telah disampaikan kepada Rekanan / Kontraktor beserta dokumen –
dokumen lain, Rekanan / Kontraktor tidak boleh mengubah atau menambah
tanpa persetujuan tertulis dari Pelaksana Kegiatan / Direksi. Gambar – gambar
tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya
dengan pekerjaan pemborongan ini atau dipergunakan untuk maksud – maksud
lain. Bila Direksi menganggap perlu maka Kontraktor harus membuat tambahan
gambar detail (gambar penjelasan) yang diperiksa dan disyahkan oleh Direksi
dan gambar – gambar tersebut menjadi milik Direksi. Untuk semua pekerjaan
yang belum terdapat dalam gambar bestek baik penyimpangan atau perubahan
atas perintah Pemberi Tugas atau tidak, Rekanan / Kontraktor harus membuat
gambar kerja atau gambar penjelasan (shop drawing) untuk mendapatkan
persetujuan dari pemberi tugas / Pelaksana Kegiatan. Rekanan / Kontraktor
Pelaksana Harus menyediakan di lokasi pekerjaan 1 (satu) Dokumen Kontrak
lengkap termasuk gambar bestek, Rencana kerja dan syarat – syarat (RKS),
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) Time Schedule yang telah
disetujui oleh pelaksana kegiatan / Tim Pemeriksa Pekerjaan / Konsultan
Pengawas dalam masa Pelaksanaan Pekerjaan. Rekanan / Kontraktor pelaksana
dianggap sudah mempelajari / memahami maksud dan tujuan perencana.
Rekanan / kontraktor pelaksana harus membuat gambar yang sesuai dengan
apa yang dilaksanakan (As built drawing) yang jelas, memperhatikan perbedaan
atau perubahan antara gambar – gambar dalam dokumen kontrak dan
pekerjaan yang dilaksanakan , gambar – gambar tersebut harus diserahkan
dalam rangkap 5 (lima) sebelum serah terima tahap I (STT-I).

3
VI.5 Peraturan Teknis Yang Digunakan
a) SK – SNI 1991
b) Peraturan beton Indonesia (PBI) tahun 1971.
c) Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan–bahan Bangunan (NI-3/56).
d) Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI-18/1970).
e) Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia (NI-3)1970.
f) Peraturan Sement Portland Indonesia (NI-8)
g) Standart Industri Indonesia (SII).
h) Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang pengarahan tenaga kerja) antara
lain tentang larangan mengerjakan anak di bawah umur .
i) Dan peraturan – peraturan lain yang Belum tercantum diatas tetapi berkaitan
dengan pekerjaan ini.

VI.6 Penjelasan RKS dan Gambar Rencana

a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka
gambar detail yang dipakai / diikuti.
b) Bila terdapat skala gambar dan ukuran dalam gambar tidak sesuai maka
ukuran dengan angka dalam gambar yang diikuti.
c) Bila ukuran – ukuran jumlah yang diperlukan dan bahan / barang yang
dipakai dalam RKS tidak sesuai dengan gambar maka RKS yang diikuti.
d) Rekanan / Kontraktor berkewajiban untuk mengadakan penelitian tentang
hal – hal tersebut Setelah Rekanan / Kontraktor menerima dokumen dan
Panitia Pengadaan / Pemberi Tugas dan hal tersebut akan dibahas dalam
rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).
e) Sebelum melaksanakan pekerjaan semua dokumen yang ada untuk
disesuaikan dengan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

VI.7 Persiapan Dilapangan dan Administrasi

1. Setelah Kontraktor Penyedia Jasa mendapat SKPPBJ dari Pelaksana Kegiatan


maka segera membuat :
a) Surat pernyataan Kesanggupan Mulai Pekerjaan bermeterai Rp. 6.000,-
b) Surat pemberitahuan akan memulai pekerjaan dengan dilampiri struktur
organisasi pelaksanaan pekerjaan lengkap dengan curiculum vitae.
2. Kontraktor Penyedia Jasa di wajibkan
a) Memasang Papan nama Proyek Biaya pembuatan Papan nama Proyek
sudah termasuk dalam pekerjaan persiapan.
b) Bila dianggap perlu oleh pengawas / Direksi lapangan Rekanan /
Kontraktor pelaksana harus membuat los kerja untuk tempat pekerja
sehingga terhindar dari hujan, matahari dan angin.
c) Rekanan / Kontraktor Penyedia Jasa setelah menerima Surat keputusan
penetapan penyedia barang dan jasa (SKPPBJ) segera membuat Time
Schedule berupa Bar Chart yang terinci untuk dapat diikuti lebih awal
perkembangan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan apabila
terdapat / terlihat adanya indikasi keterlambatan pekerjaan diperlukan

4
koordinasi atau langkah – langkah untuk menanggulangi hambatan /
keterlambatan yang akan terjadi.

VI.8 Penjagaan Keamanan Lapangan Pekerjaan

1. Selama pelaksanaan pekerjaan Rekanan /Kontraktor Penyedia Jasa


diwajibkan mengadakan segala keperluan untuk keamanan dan
kesejahteraan para pekerja dan tamu, seperti PPPK, Sanitasi , Air Minum
dan fasilitas-fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkkan memenuhi segala
peraturan, tata tertib ordonasi pemerintah atau pemerintah setempat.
2. Rekanan/kontraktor diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar
lokasi pekerjaan dan harus mencegah para pekerjanya melanggar wilayah
orang lain.
3. Rekanan/Kontraktor harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan hak
pemakai jalan bersih dari bahan-bahan, bangunan dan sebagainya dan
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan
kaki selama pekerjaan berlangsung.
4. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, rekanan/kontraktor penyedia jasa
bertanggung jawab penuh atas segala kerusakaan bangunan yang ada
disekitarnya, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan
sebagainya dilokasi dan kerusakan sejenis yang disebabkan karena
pelaksanaan pekerjaan kontraktor dalam arti yang luas, itu semua
diperbaiki kontraktor hingga dapat diterima oleh pemberi tugas.
5. Kontraktor bertanggung jawab atas keamanan dan kerusakan seluruh
pekerjaan termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instalasi
hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh Direksi.

VI.9 Jaminan dan Keselamatan Buruh

1. Air Minum dan Air kerja :


a) Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih
ditempat pekerjaan untuk para pekerjannya.
b) Kontraktor mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama
pelaksanaan dapat mempergunakan atau menyambung pipa air yang telah
ada dengan meteran air sendiri (guna memperhitungkan pembayarannya).
c) Air sumur yang bersih / jernih dan tawar, bila hal ini meragukan bila hal ini
meragukan harus diperiksa di laboratorium.
2. Kecelakaan kerja.
a) Apabila terjadi kecelakaan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan
pekerjaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan-tindakan yang perlu
untuk keselamatan si korban. Biaya pengobatan dan lain-lain menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan harus segera melaporkan kepada instansi
yang berwenang dan Direksi. Serta segera mengurus ke Jamsostek / PT.
Astek.
b) Dilokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang
selalu tersedia setiap saat dan berada ditempat Direksikeet/Bouwkeet.

5
VI.10 Alat-alat Pelaksanaan dan Pengukuran Lapangan

1) Selama pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan / menyiapkan


alat-alat baik untuk sarana / peralatan pekerjaannya maupun peralatan-
peralatan yang diperlukan untuk memenuhi kualitas hasil pekerjaan dan
alat-alat lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
2) Penentuan atau batasan pekerjaan dilaksanakan kontraktor bersama-sama
Pengawas, Direksi / Pengawas Dinas Bangunan dan Tim Pemeriksa
Pekerjaan.
3) Pengukuran lapangan dituangkan dalam berita acara hasil pengukuran (BA
Uietzet) dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terkait.
4) Apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan kondisi lapangan maka
akan dituangkan dalam bentuk Addendum perubahan pekerjaan.
5) Dan kontraktor diharuskan membuat gambar perubahan / gambar yang
sesuai kondisi lapangan ( As Build Drawing ) yang ditandatangani oleh
pihak-pihak terkait.

VI.11 Syarat-Syarat Cara Pemeriksaan Barang

1) Kontraktor harus mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kontrak dan


mempunyai keahlian sesuai dengan tugas yang diserahkan kepadanya.
2) Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan
yang disediakan menurut dokumen kontrak dalam keadaan baru dan semua
hasil pekerjaan berkualitas baik, bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang
tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap defectiv (rusak).
3) Dalam pengajuan penawaran harga kontraktor harus sudah
memperhitungkan biaya-biaya pengujian/pemeriksaan berbagai bahan yang
dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
4) Bahan bongkaran yang secara nyata masih dapat digunakan menjadi hak
milik Dinas terkait dengan disertai Surat Berita Acara Bongkaran yang
ditanda tangani oleh Konsultan Pengawas dan Pengawas Harian.

VI.12 Pekerjaan Yang Tidak Baik

1) Pemberi tugas / pelaksanaan kegiatan dan konsultan pengawas berhak


mengeluarkan instruksi agar kontraktor membongkar pekerjaan apa saja
yang telah ditutup untuk diperiksa atau mengatur untuk mengadakan
pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik yang sudah maupun yang
belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Biaya
untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban kontraktor untuk
disempurnakan sesuai dengan dokumen kontrak.
2) Pemberi tugas / Pelaksana Kegiatan dan Pengawas berhak mengeluarkan
instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan,
bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan dokumen
kontrak.

6
3) Pemberi tugas berhak mengeluarkan perintah yang dikehendaki pemecatan
siapa saja dari pekerjaan.

VI.13 Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan

Syarat-syarat untuk bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah :


1) Pasir pasang : Berasal dari sungai, berbutir agak keras/kasar, tajam, bersih
dan tidak mengandung lumpur.
2) Tanah Berm yang digunakan adalah tanah urug pilihan.
3) Normalisasi jalan memakai Lapis Pondasi Agregat Kls. A (LPA)
4) Kanstin yang digunakan ukuran 15 x 30 x 50
5) Paving yang digunakan adalah paving bata berwarna abu- abu dengan K
300 ketebalan 8 cm.
6) Paving uskup warna abu-abu Tbl. 8 cm
7) Semen Pc : Hasil produksi lokal/dalam negeri jenis I yang belum kadaluarsa
/ mengeras (sweping), mutu yang sejenis produksi Semen Gresik, Semen
Tiga Roda atau yang mempunyai SNI dan harus memakai merek pabrik
dengan jenis dan kualitas yang sama.
8) Air kerja : Air bersih/tawar atau air dari saluran PDAM.

Dan bahan-bahan yang digunakan tetapi tidak tercantum diatas agar


disesuikan dengan type/merek existing atau lihat Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan
(BAPP).

VI.13.1 Pekerjaan Persiapan

1) Pekerjaan persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu


kesatuan pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang diatur
dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Surat perjanjian/Kontrak
yamg meliputi :
a) Pembuatan Foto Dokumentasi
pengambilan Foto Dokumen harus dilakukan pada waktu:
- Pekerjaan ( 0%, 50%, 100%)
- Setiap jenis/item pekerjaan (proses dan finish)
- Setiap pengajuan Pembayaran Angsuran
- Setelah masa pemeliharaan berakhir.
b) Foto harus berwarna ukuran postcard
sebanyak masing-masing 3 (tiga) lembar, disusun dalam album dan diberi
keterangan.
2) Pemasangan papan nama proyek agar dilakukan terlebih dahulu di lokasi
agar tidak menimbulkan kecurigaan dari warga masyarakat sekitar dan LSM
yang ada di daerah bersangkutan. Yang isinya menjelaskan dari instansi
pemerintah mana, nama pt./cv. Pelaksana/pemborong, jangka waktu dan
nilai pekerjaan serta keterangan lain yang berhubungan dengan pekerjaan

7
yang bersangkutan, selanjutnya agar berkoordinasi dengan instansi
Pemerintah/Pelaksana Kegiatan.
3) Sebelum rekanan pemborong mengadakan persiapan di lokasi sebelumnya
harus memenuhui prosedur tentang tata cara perijinan / berkenan untuk
memulai dengan persiapan-persiapan pembangunan kepada Pemerintah
Daerah setempat yang bersangkutan, terutama tentang dimana harus
membangun bangunan sementara.
4) Pada saat mengadakan persiapan dan pengukuran, Direksi pengawas
lapangan harus sudah memulai aktif untuk mengadakan pengawasan sesuai
dengan tugasnya.
5) Untuk menghindari keraguan konstruksi, maka sebelumnya tiap-tiap bagian
pekerjaan dilaksanakan, harus mendapatkan ijin tertulis dari pelaksana
kegiatan untuk dapat meneruskan bagian dari pekerjaan tersebut secara
berkala.
6) Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai pemborong harus mempersiapkan
keperluan-keperluan lapangan diantaranya pembuatan gudang penyimpanan
bahan material dan alat-alat kerja/gudang bahan dan gudang kerja.

VI.13.2 Pekerjaan Pembersihan

1. Pekerjaan Pembersihan dilaksanakan apabila daerah lokasi pekerjaan telah


tumbuh banyak tumbuh-tumbuhan kecil (alang-alang dan sebagainya) serta
pohon-pohon yang ada dipotong dan dicabut hingga ke akar-akarnya atas ijin
dari pemilik proyek serta dibersihkan dari lokasi proyek untuk selanjutnya
dibuang ke tempat tertentu yang akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
2. Penyedia Jasa diminta untuk memulai pembersihan dan perataan lahan sebelum
pekerjaan pembangunan dimulai.
3. Teknis pelaksanaan untuk proyek ini dengan cara tidak boleh mengganggu
kegiatan / bangunan yang ada disekitarnya.

VI.13.3 PEKERJAAN URUGAN

3.1 URUGAN
1. Urugan Tanah Berm Bahu Jalan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan bahu jalan (berm), maka bahu
jalan yang akan di berm harus dibersihkan dahulu dari segala
kotoran rumput dan kotoran lainnya.
2. Bila tanah berm yang dikerjakan terletak pada lereng yag curam,
maka lereng tanah yang asli harus dibuat trap seperti tangga yang
gunanya ikatan tanah tidak mudah longsor.
3. Bahu jalan atau berm harus dikerjakan sesuai dengan gambar
rencana.
4. Urugan tanah berm dilaksanakan lapis demi lapis dan dipadatkan
setiap ketebalan kurang lebih 15 s/d 20 cm, dengan alat vibrator
roller/ Walls 6 – 8 ton.

8
3.2 LAPIS PONDASI AGREGAT
UMUM
1)
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan
detil yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah
selesai sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi,
bila perIu, pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan
operasi lainnya yang perIu untuk menghasilkan suatu bahan yang
memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

2) Peketiaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak
terbatas berikut ini :

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Seksi 1.8


b) Kajian Teknis Lapangan Seksi 1.9
c) , Bahan dan Penyimpanan Seksi
d) Pengamanan Lingkungan Hidup 1.11
Seksi
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.17
Seksi
f) Penyiapan Badan Jalan 1.19
Seksi 3.3
g) Pelebaran Perkerasan Seksi 4.1
h) Bahu Jalan Seksi 4.2
i) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan Seksi
10.2
3) Toleransi Dimensi dan Elevasi

a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel 5.1.1.(1),


dengan toleransi di bawah ini :

TabeI5.1.1.(I) Toleransi Elevasi Permukaan RelatifTerhadapElevasi


Rencana

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi


Permukaan relatif
terhadap elevasi rencana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B digunakan sebagai
+Ocm Lapis Pondasi Bawah (hanya permukaan atas dari
-2cm Lapisan Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk
+Ocm Lapis Resap Pengikat atau Pelaburan (Perkerasan
-1 em atau Bahu Jalan)
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal dengan Lapis
Memenuhi Pondasi Agregat Kelas S (hanya pada lapis
Pasal 4.2.1.3 permukaan).
Catatan :
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam Pasal 5.1.2 dari
Spesifikasi ini.
b) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak
boleh terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan
semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan
9
yang ditunjukkan dalam Gambar.

c) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh


kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

d) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh


kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

e) Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan


untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan permukaan,
bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan
sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan
permukaan yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m,
diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan, maksimum
satu sentimeter.

4) Standar Rujukan

SNI03-1744-1989 Metode Pengujian CBR Laboratorium.


SNI 03-4141-96 Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
Butir-butir
SNI 1743 : 2008 Mudah Pecah dalam Agregat.
Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah.

SNI 1967 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah.


SNI 1966 : 2008 Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
Plastisitas
SNI 2417: 2008 Tanah.
Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin
Abrasi Los
Angeles.
5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan


berikut di bawah ini paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang
diusulkan dalam penggunaan setiap bahan untuk pertama
kalinya sebagai Lapis Pondasi Agregat :

i) Dua contoh masing-masing 50 kg bahan, satu disimpan


oleh Direksi
Pekerjaan sebagai rujukan selama Waktu untuk
Penyelesaian.

ii) Pemyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan


yang diusulkan untuk Lapis Pondasi Agregat, bersama
dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan
bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam Pasal
5.1.2.(5) terpenuhi.

b) Penyedia Jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam


bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah
selesainya setiap ruas pekerjaan dan sebelum persetujuan
diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi
Agregat:

i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang


disyaratkan dalam PasaI5.1.3.(4).

10
ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data
hasil survei pemeriksaan yang menyatakan bahwa
toleransi yang disyaratkan dalarn Pasal 5.1.1.(3)
dipenuhi.
6) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau


dipadatkan sewaktu turon hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan
segera setelah hujan atau bila kadar air bahanjadi tidak berada dalam
rentang yang ditentukan dalarn Pasal 5.1.3.(3).

7) Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan

a) Lokasi harnparan dengan tebal atau kerataan


permukaan yang tidak memenuhi ketentuan toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.1.(3), atau yang permukaannya
menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah
pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis
permukaan tersebut dan membuang atau menambahkan bahan
sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali, atau dalam hal Lapisan
Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan telah
dilapisi dengan Lapisan diatasnya. Kekurangan tebal dapat
dikompensasi dengan Lapisan diatasnya dengan tebal
yang sesuai dengan sifat bahan dan mempunyai
kekuatan yang sarna dengan tebal yang kurang.

b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk


pemadatan, dalarn hal rentang kadar air seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, hams diperbaiki dengan
menggarn bahan tersebut yang dilanjutkan dengan
penyemprotan air dalarn kuantitas yang cukup serta
mencampumya sampai rata.

c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan


seperti yang ditentukan dalarn rentang kadar air yang
disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggarn bahan tersebut secara berulang-ulang pada cuaca
kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda
dalam pelaksanaannya. Altematif lain, bilamana pengeringan
yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di
atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar
bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang
memenuhi ketentuan.

d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi


kepadatan atau sifat-sifat bahan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,

11
penggarnan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah
suatu ketebalan dengan bahan tersebut.

8) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengqjian

Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat


pengujian kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh
Penyedia Jasa dengan bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti
pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi
kepadatan dan toleransi permukaan dalam Spesifikasi ini.

BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan Lapis Pondasi Agregat hams dipilih dari sumber yang disetujui
sesuai dengan
Seksi 1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi
ini.

2) Kelas Lapis Pondasi Agregat

Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A,
Kelas B dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A
adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal,
dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Pondasi Bawah.
Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup.

3) Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm hams terdiri dari
partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang
pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar dengan angularitas
95/90* dan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil
mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan angularitas 95/90* .

*95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang


pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah dua atau lebih.

4) Fraksi Agregat Halus

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos
ayakan No.200 tidak boleh melampaui dua per tiga fraksi bahan yang lolos
ayakan NoAO.

5) Sifat-sifatBahan Yang Disyaratkan

Seluruh Lapis Pondasi Agregat hams bebas dari bahan organik dan

12
gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipadatkan hams memenuhi ketentuan gradasi (menggunakan
pengayakan secara basah) yang diberikan dalam TabeI5.1.2.(I) dan
memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam TabeI5.1.2.(2).

6) Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat

Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus


dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui,
dengan menggunakan pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah
dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan
apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran yakan Perse Berat Yang


A ASTM (mm) Kelas n Lolos Kelas
2" 50 A 100 B
Kelas S
1 Yz" 37, 100 88 - 95 100
1" 5
25, 79 - 70 - 85 89 -
3/8" 0
9,5 85 -
44 30 - 65 100
55 -
No.4 0
4,7 58
29 -44 25 - 55 90 -75
40
No.10 5
2,0 17 - 15 - 40 26 -
No.40 0,425 30
7 - 17 8 - 20 59
12 -
No.2OO 0,075 2-8 2-8 33
4 - 22

Tabel 5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

Sifat - KelasA KelasB Kelas S


sifat 0-40% 0-40% 0-40%
Indek Plastisitas (SNII966:2008)
Abrasi dari Agregat 0-6
Kasar (SNI 6- 4-
Hasil kali Indek maks.2 12 15
2417:2008) dng. %
Plastisitas
Lolos 5 - -
Batas Cair
Ayakan (SNI 1967:2008)
No.200 0-25 0-35 0-35
Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-0- 5 % 0- 5 % 0- 5
1996)(SNI03-1744-1989)
CBR min.90% min.60 %
min.50
% %
PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1) Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau


bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan
atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan
Seksi 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu
lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis
pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan
sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari
Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.

c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi


Agregat, sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling
sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir lokasi penghamparan

13
Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk perbaikan tempat-tempat yang
kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi itu harus
disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.

d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas


permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus diperlukan
penggaruan atau pengaluran pada

permukaan perkerasan aspal lama agar meningkatkan


tahanan geser yang lebih baik.

2) Pengharnparan

a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai


eampuran yang merata dan harus diharnpar pada kadar air
dalam rentang yang disyaratkan dalam PasaI5.1.3.(3). Kadar
air dalam bahan harus tersebar seeara merata.

b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan


takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan
dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan- lapisan tersebut
harus diusahakan sarna tebalnya.

e) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk


dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak
meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus.
Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan
diganti dengan bahan yang bergradasi baik.

d) Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm,


keeuali digunakan peralatan khusus yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

3) Pemadatan

a) Segera setelah penearnpuran dan pembentukan akhir,


setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat
pemadat yang eoeok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari
kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1743 : 2008, metode D.

b) Direksi Peketjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin


gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila
mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi
Agregat.

e) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan


berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air
optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan
kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh
SNI 1743 : 2008, metode D.

14
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah
memanjang. Pada bagian yang ber"superelevasi", penggilasan
harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
harus dilanjutkan sarnpai seluruh bekas roda mesin gilas
hilang dan lapis tersebut terpadatkan seeara merata.

e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak


terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris
mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.

4) Pengujian

a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan


untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, namun harus mencakup seluruh jenis pengujian
yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.2.(5) minimum pada tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan tersebut.

b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat


yang diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan harus
diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan,
terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.

c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus


dilaksanakan untuk mengendalikan ketidak seragaman bahan
yang dibawa ke lokasi peker- jaan. Pengujian lebih lanjut
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling
sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian
indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu
(1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI
1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari
waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara


rutin diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian
harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada
lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh
berselang lebih dari 200 m.

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari
bahan yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume
yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang
ditunjukkan pada Gambar bila tebal yang diperlukan merata, dan pada

15
penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan bila tebal yang
diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan.

b) Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang


baru atau perkerasan lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi
Agregat akan dihampar tidak diukur atau dibayar menurut Seksi ini,
tetapi harus dibayar terpisah dari harga penawaran yang sesuai untuk
Penyiapan Badan Jalan dan Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama
atau Bahu Jalan yang ada menurut Seksi 3.3,8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi
ini.

2) Pengukuran dari Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi


ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal
5.1.1.(7), kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas
yang akan dibayar seandainya pekerjaan semula telah diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan yang dilakukan untuk pekerjaan tambahan tersebut
atau juga kuantitas yang diperlukan untuk pekerjaan perbaikan tersebut.

Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan


sebelum pemadatan, tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan
untuk penambahan air atau pengeringan bahan atau untuk pekerjaan
lainya yang diperlukan untuk mendapatkan kadar air yang memenuhi
ketentuan.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus


dibayar pada Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk
masing masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini dan
termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang harga serta
pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian
bahan, pemeliharan permukaan akibat dilewati oleh lalu lintas, dan
semua biaya lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk
penyelesaianyang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Meter


Kubik
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B Meter
Kubik
2. Urugan pasir
1. Dibawah pasangan paving harus diurug dengan pasir urug untuk
ukuran ketebalannya harus disesuaikan dengan gambar rencana
dan harus dipadatkan lapis demi lapis dan disiram dengan air.

16
2. Dibawah paving diatas permukaan yang sudah digali dan
dipadatkan diurug dengan pasir yang berfungsi menjaga masuknya
tanah kepermukaan paving dan untuk meratakan permukaan
pasangan paving.

3. Urugan pasir dibawah paving harus dilaksanakan sama tebal


sehingga sejajar dengan permukaan dasar jalan.

VI.13.3 Pekerjaan Jalan Paving


a. Bahan
 Paving yang dipakai adalah paving dengan kuat tekan 300 dengan ketebalan
8 cm.
 Kanstin dengan ukuran 15 x 30 x 50
 Uskup tebal 8 cm
b. Toleransi Dimensi
 Perbedaan ukuran paving rata-rata tidak lebih dari 2 mm setiap paving.
 Kerataan permukaan masing-masing paving tidak lebih dari 0,3 mm.
 Kemiringan permukaan untuk keperluan drainase dibuat rata-rata max.2%
kearah pembuangan kecuali pada tikungan menyesuaikan gambar.
 Alur paving sesuai standart pabrik.
 Ketebalan rata-rata minimal 8 cm.
 Paving yang tidak memenuhi standart toleransi tidak diterima (ditolak)
 Ukuran paving menyesuaikan dengan gambar rencana.
c. Pengujian contoh paving block
 Contoh paving block yang akan dipasang kuat tekannya harus diuji terlebih
dahulu dilaboratorium yang direkomendasikan oleh direksi.
 Contoh paving yang diuji adalah yang akan dipasang di lapangan diambil
secara acak.
 Setiap kurang lebih 30 m2 paving block yang akan dipasang harus diwakili 1
buah benda uji untuk pengetesan kuat tekan.
 Jumlah benda uji paving ± 5 buah.
 Penyerapan air dari paving juga perlu diuji sehingga didapat penyerapan air
rata-rata maksimal 6%.
 Paving block dan kanstin yang tidak memenuhi persyaratan kuat tekan
berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, tidak akan diterima (ditolak).
d. Persyaratan pasir
 Pasir Beton perata berfungsi
Sebagai lapis perata yang dimaksudkan untuk memberi kesempatan
paving block memposisikan diri terutama dalam proses penguncian.
 Pasir pengisi
Pasir pengisi ini diisikan pada celah-celah diantara paving block dengan
fungsi utama memberikan kondisi kelulusan air, menghindarkan
bersinggungan.
e. Persyaratan dan tata cara pemasangan paving
 Sebelum pasir alas digelar, kondisi eksisting perlu diperhatikan apakah
membutuhkan normalisasi pada titik-titik tertentu untuk mencapai
ketinggian yang sama.
17
 Pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base.
Kemudian diratakan sehingga mencapai kerataan yang seragam dan harus
mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.
 Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis diatas lapisan pasir
alas.
 Pemasangan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran pasir
alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak
celah/naat dengan spasi 2-3 mm untuk pengisian pasir halus.
 Memasang paving harus maju, dengan posisi pekerja diatas block yang
sudah terpasang.
 Pengisian pasir halus harus segera kita lakukan setelah pemasangan paving
dan segera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
 Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat vibrator roller/Walls
6 – 8 ton. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan
dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter
dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa
adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya
deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas
melewati pasangan paving tersebut. Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua
putaran, putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan pasir alas.
Pemadatan kedua disertai dengan menyapu pasir pengisi celah/naat block,
dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.
f. Hasil akhir
 Bidang pasang paving rata atau tidak bergelombang, padat, tidak cacat
(pecah/patah terbagi)
 Alur-alur harus lurus dengan ukuran yang sama
 Siar terisi penuh dengan pasir halus
 Air mengalir lancar ke saluran drainase jalan dengan kemiringan maksimal 2
%
 Permukaan paving harus bersih dari kotoran.

Sebagai patokan elevasi saluran adalah dari patok referensi yang akan ditentukan
kemudian oleh Team Pengawas. Penentuan level saluran harus menggunakan alat ukur
sipat datar yang masih dalam kondisi baik dan harus selalu siap di lapangan.
a) Bilamana terdapat perbedaan ukuran-ukuran harus segera dilaporkan kepada
Pengawas sebelum dilaksanakan.
b) Pemakaian ukuran-ukuran yang keliru sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pekerjaan Galian
a) Galian tanah harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar yang sesuai dengan
elevasi yang tercantum pada gambar.
b) Semua akar-akar pohon yang terdapat pada bagian galian yang dilaksanakan
harus dibongkar dan dibuang.
c) Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus dicegah. Penggalian melebihi
batas yang ditentukan harus diurug kembali hingga mencapai elevasi yang
ditetapkan dengan bahan urugan yang dipadatkan.

18
d) Apabila ternyata pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa
pembuangan,kabel-kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih
dipergunakan maka secepatnya diberitahukan kepada Pengawas atau
penguasa/instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk
seperlunya.
e) Kontraktor bertanggung jawab penuh atas ganti rugi untuk segala kerusakan-
kerusakan jaringan utilitas atau prasarana umum lainnya sebagai akibat dari
pekerjaan tersebut.
f) Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian tersebut bebas dari
longsoran-longsoran tanah di kiri dan kanannya (bila perlu dilindungi oleh alat-
alat penahan tanah yang sifatnya sementara) dan bebas dari genangan air (bila
perlu dipompa), sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan baik
sesuai dengan yang disyaratkan di dalam RKS ini serta gambar-gambar rencana.
g) Dasar galian harus dipadatkan untuk mendapatkan bidang dasar pondasi yang
mantap bagi konstruksi bangunan di atasnya.

Dewatering
a) Selama pelaksanaan pekerjaan galian tanah maupun pada saat pelaksanaan
kontruksi, Kontraktor harus menjaga lubang galian tetap kering.
b) Jika terdapat genangan air di dalam lubang galian, Kontraktor harus
mengadakan pemompaan atau membuat alur drainase sementara yang
memungkinkan genangan air mengalir ke luar lokasi pekerjaan.
c) Pompa yang disediakan oleh Kontraktor harus sesuai dengan kapasitas yang
dibutuhkan untuk mengeringkan lokasi pekerjaan pada kondisi apapun (misalnya
terjadi hujan deras).
d) Metode kerja dewatering serta lokasi pembuangan air harus mendapat
persetujuan Team Pengawas. Kontraktor harus menyediakan peralatan
dewatering secara terus menerus di lapangan dengan kapasitas sesuai dengan
kebutuhan.
e) Atas permintaan Team Pengawas, Kontraktor harus bersedia menambah
peralatan dewatering jika dinilai peralatan dewatering yang tersedia belum
memenuhi kapasitas yang dibutuhkan.
f) Segala biaya yang diperlukan untuk dewatering menjadi tanggung jawab
Kontraktor dan dianggap sudah termasuk dalam harga penawaran.

VI.14 Pemberitahuan Penyerahan Pekerjaan Tahap Pertama

Apabila pekerjaan telah selesai atau kontrak berakhir, kontraktor penyedia jasa harus
segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada
pelaksana kegiatan secara tertulis dan konsultan pengawas berkewajiban :
a) Membuat evaluasi atau cek list tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan
kontrak pemborongan.
b) Menyampaikan / melaporkan kepada pelaksana kegiatan tentang hasil pekerjaan
yang telah dilaksanakan tersebut secara tertulis. Pelaksana Kegiatan akan
meneruskan kepada Tim Pemeriksa Pekerjaan untuk mengadakan rapat kegiatan
mengenai pekerjaan penyerahan tersebut di atas berdasarkan :
 Surat penyerahan pekerjaan dari pemborong.

19
 Surat tanggapan dari pengawas lapangan, setelah dapat menerima penyerahan
pekerjaan tersebut.

VI.15 Pemeliharaan Bangunan Sebelum Penyerahan Kedua

Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama hingga
masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya,antara lain :
1. Keamanan dan penjagaan
2. Penyempurnaan dan pemeliharaan
3. Pembersihan

Apabila pemborong telah melaksanakan hasil tersebut diatas sesuai dengan kontrak,
maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara
(prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama.

PENUTUP

Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan,
pekerjaan–pekerjaan, yang tidak disebutkan dalam perkataan atau kalimat
diselenggarakan oleh Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata
termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata
dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh Kontraktor dan diterima sebagai “ hal “
yang disebutkan.

Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
Pelaksana Kegiatan, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Ngawi, 21 Agustus 2018


Penawar,
CV. ALVINDO MULYA

MUHAMMAD MUNIR
Direktur

20

Anda mungkin juga menyukai