Anda di halaman 1dari 30

TS 412

REKAYASA JALAN RAYA I

Dianing Primanita Ayuninggar, S.T., M.Eng


BIOGRAPHY

Nama : Dianing Primanita Ayuninggar, S.T., M.Eng


TTL : Ngawi, 4 Agustus 1988
Alamat : Jl. A. Yani Ngawi
Riwayat Pendidikan :
S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK),
Universitas Brawijaya, Malang (2006-2011)
S2 Civil and Environmental Engineering, GSST,
Kumamoto University, Japan (2012-2014)
Bidang Keahlian : Perancangan Kota, Keairan dan Lingkungan
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Rekayasa Jalan Raya I
Kode Mata Kuliah : TS 412
Semester : IV (Empat)
Beban Studi : 2 SKS
Sifat : Wajib
Dosen : Dianing Primanita Ayuninggar, S.T., M.Eng
Tujuan : Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dasar-dasar geometrik
jalan, memahami dan menjelaskan parameter apa saja yang digunakan
dalam merencanakan geometrik jalan.
Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa mampu menganalisis dan merencanakan geometrik jalan
sesuai dengan parameter perencanaan geometrik jalan dan standar yang
berlaku.
Pustaka : Hendarsin, Shirley L. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung : Politeknik
Negeri Bandung.
Oglesby, Clarkson H., I. H. Lawrence. 1966. Highway Engineering, 2nd ed. California
: John Willey & Sons, Inc.
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Dirjen Bina Marga Jalan No.
038/T/BM/1997
Sukirman, Silvia. 1994. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung :
Nova.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
Minggu Ke Pokok-Pokok Materi Ajar Metode
Kuliah Pembuka : Penjelasan SAP, Penjelasan Materi Kuliah, kerja
1
Perkuliahan, Tugas 1: Tugas Baca mandiri, terstruktur
Pengenalan Ilmu Rekayasa Jalan Raya, Perkembangan Teknologi Kuliah
2
Jalan Raya, Klasifikasi dan Fungsi Jalan
3 Penampang Melintang Jalan Kuliah
4 Dasar-dasar Geometrik Jalan, Penjelasan Tugas Kelompok Kuliah
5 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan Kuliah
6 Alinyemen Horisontal Kuliah
7 Alinyemen Vertikal Kuliah
8 Ujian Tengah Semester (UTS)
9 Perkerasan Jalan Kuliah
10 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan Kuliah
11 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Baru Kuliah
12 Perencanaan Tebal Lapisan Tambahan Kuliah
13 Lapisan Perkerasan Kaku Kuliah
Presentasi,
14 Pengumpulan dan Presentasi Tugas Kelompok
Diskusi Panel
15 Kuis, Review Latihan Soal
16 Ujian Akhir Semester (UAS)
TUGAS PENGKAYAAN MATERI :

Bacalah materi-materi terkait Rekayasa Jalan Raya!


Terutama pokok bahasan untuk kuliah minggu selanjutnya.
Sumber bahan bacaan :
1. Buku, 2. Modul Mata Kuliah, 3. Kajian, Penelitian, Makalah,
4. Google, 5. Dll.
ILMU REKAYASA JALAN RAYA

Teknik Sistem
Ekonomi
Ilmu-ilmu Perencanaan Matematika Ilmu-ilmu
Teknik Sipil
Sosial & Arsitektur & Statistika Fisik

Perencanaan Teknik
Transportasi Lalulintas
Keterlibatan

Desain Desain Perkerasan


Geometrik Mekanika Tanah

Cakupan Teknik Transportasi

Jotin & Khisty, 2002


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN RAYA
Latar Belakang

Kebutuhan
Hidup

Manusia Pergerakan

Komunikasi Alat Transportasi

Jalan

Perkembangan jalan saling berkaitan dengan teknik jalan,


seiring dengan perkembangan teknologi yang ditemukan
manusia.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN RAYA

Sejarah Perkembangan Jalan di Indonesia


Jalan Daendles 1000 km pada jaman Belanda, dibangun dari Anyer
di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur.
Dibangun dengan kerja paksa pada akhir abad ke 18.
Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan
strategi dan di masa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan
hasil bumi.
Jalan Daendles belum direncanakan secara teknis baik geometric dan
perkerasannya.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN RAYA
Telford

Gambar 1. Konstruksi Perkerasan Telford

Pada akhir abad 18, Thomas Telford (1757-1834) dari


Skotlandia, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang
prinsipnya sama seperti jembatan Iengkung .

Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu


belah yang dipasang berdiri dengan tangan. Konstruksi ini
sangat berhasil kemudian disebut Sistem Telford.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JALAN RAYA
Mc Adam

Gambar 2. Konstruksi Perkerasan Mc Adam

John Mc Adam (1756-1836) memperkenalkan konstruksi


perkerasan dengan prinsip tumpeng-tindih, menggunakan
batu-batu pecah dengan ukuran terbesar ( 3).
PERATURAN DAN KEBIJAKAN
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)

SNI :
038/T/BM/1997 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota
Pt T 01 2002 B Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan
Lentur
Pd T 14 2003 Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
DEFINISI JALAN
Definisi Jalan (Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Jalan) :
Jalan : Prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
Jalan umum : Jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas
umum.
Jalan khusus : Jalan yang dibangun oleh instansi, badan
usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk
kepentingan sendiri.
DEFINISI JALAN
Jalan tol : Jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya
diwajibkan membayar tol.
Penyelenggaraan jalan : Kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan.
SISTEM JARINGAN JALAN
Sistem jaringan jalan : Satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan
dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam satu hubungan hierarki.
(1) Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan
jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan
sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hierarki.
(2) Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada
rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan
keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan
perkotaan, dan kawasan perdesaan.
SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana
tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan sebagai berikut :
a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional,
pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke
pusat kegiatan lingkungan.
b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional.
SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana
tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan
yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil.
KLASIFIKASI DAN FUNGSI JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan
angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor,
lokal, dan lingkungan.
Sistem jaringan primer dibedakan atas arteri primer,
kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer.
Sistem jaringan sekunder dibedakan atas arteri sekunder,
kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan
sekunder.
STATUS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas :
a. Jalan nasional
b. Jalan provinsi
c. Jalan kabupaten
d. Jalan kota
e. Jalan desa
STATUS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a
terdiri atas :
a. Jalan arteri primer
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar
ibukota provinsi
c. Jalan tol
d. Jalan strategis nasional
STATUS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b
terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
kabupaten atau kota
c. Jalan strategis provinsi
d. Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan
Nasional
STATUS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf
c terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dan jalan
provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat desa, antari bukota kecamatan, ibukota
kecamatan dengan desa, dan antardesa
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d dan jalan
sekunder dalam kota
d. Jalan strategis kabupaten
STATUS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder di
dalam kota.

Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal


primer yang tidak termasuk jalan kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf b di dalam kawasan
perdesaan, dan merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di
dalam desa.
KELAS JALAN

Kelas jalan menurut besarnya tekanan gandar :

Kelas Jalan Tekanan Gandar

I >10,00 Ton
II 10,00 Ton
III A 8.00 Ton
III B 8,00 Ton
IV 8,00 Ton
KELAS JALAN
Kelas jalan menurut besarnya volume dan sifat-sifat lalu lintas :
1. Jalan Kelas I
Jalan ini mencakup semua jalan utama, yang melayani lalu
lintas cepat dan berat.
2. Jalan Kelas II
Jalan ini mencakup semua jalan sekunder.
3. Jalan Kelas III
Jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan
merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua.
KELAS JALAN
Tipe I Kelas I Jalan dengan standar tinggi untuk melayani antar wilayah atau
antar kota untuk kecepatan tinggi dengan pembatasan jalan
masuk
Kelas II Jalan dengan standar tinggi untuk melayani antar wilayah atau
di dalam metropolitan untuk kecepatan tinggi dengan
pembatasan jalan masuk
Tipe II Kelas I Jalan dengan standar tinggi, 4 lajur atau lebih untuk antar kota
atau dalam kota, kecepatan tinggi, volume lalu lintas tinggi,
dengan masih ada pembatasan beberapa jalan masuk
Kelas II Jalan dengan standar tinggi, 2 lajur atau lebih untuk melayani
antar/dalam kota, kecepatan tinggi, volume lalu lintas sedang,
dengan/tanpa pembatasan jalan masuk
Kelas Jalan dengan standar menengah, 2 jalur atau lebih, melayani
III antar distrik, kecepatan sedang, volume lalu lintas tinggi tanpa
ada pembatasan jalan masuk
Kelas Jalan dengan standar rendah, 1 jalur dua arah sebagai jalan
IV penghubung
KLASIFIKASI DAN SPESIFIKASI JALAN
Klasifikasi dan Spesifikasi Jalan berdasarkan Penyediaan
Prasarana Jalan
Sumber : PP No. 34 Tahun 2006
KLASIFIKASI PENGGUNAAN JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN
PP No. 34 Tahun 2006
MATRIKS KLASIFIKASI JALAN
Thank You ..

Anda mungkin juga menyukai