Anda di halaman 1dari 30

BABB II.

POKOK-POKOK PERANCANGAN GEOMETRIK


JALAN

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 1


 Perancangan Geometrik adalah bagian dari
perencanaan suatu jalan dan bagian-
bagiannya disesuaikan dengan tuntutan dan
sifat-sifat lalu lintas
 Tujuan perancangan geometrik 
menciptakan hubungan yang baik antara,
waktu, ruang dan kendaraan sehingga
menghasilkan efisiensi, keselamatan dan
kenyamanan yang optimal dalam batas-batas
pertimbangan ekonomi yang layak
10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 2
 Bagian-bagian jalan yang merupakan aspek-aspek
perancangan geometrik:
 Lebar badan jalan
 Tikungan
 Kelandaian
 Ruang yang cukup bagi manuver kendaraan
 Jarak pandang
 Koefisien gesekan jalan yang pantas
 Dan kombinasi bagian-bagian tersebut

 Perancangan geometrik haruslah memberikan


keseimbangan antara alinemen jalan dan medan (terrain)

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 3


 Pilih Rute Jalan yang pendek
 Perhatikan topografi dan geologi daerah rute sehingga:
 Jalur tidak terlalu banyak tikungan
 Tidak banyak tanjakan yang tajam
 Tidak melalui daerah patahan, hindari daerah rawan bencana dan
tidak stabil
 Usahakan tidak memotong sungai dan tali air
 Ikuti aturan perancangan seperti jarak pandang, kecepatan
rencana dan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada
perancangan alinemen horizontal maupun alinemen vertikal
 Usahakan pekerjaan tanah (galian dan timbunan) sesedikit
mungkin

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 4


Analisis Jaringan Jalan Fungsi dan Kelas Jalan serta
(Studi Perencanaan Transportasi) Kebutuhan Ruang Jalan

Standar Desain Kelas


Analisis Lalu Lintas (Dimensi, Kecepatan Rencana, Landai
Maks, Standar Desain Alinemen)

Survei Topografi

Proses Desain Alinemen

Cek Konsistensi dan Jarak Pandang

Cek Volume Pekerjaan Tanah

• Gambar Desain Jalan


Tidak Alinemen Ya • Data Pematokan
memuaskan? • Volume Pekerjaan Tanah
• Mass Haul Diagram

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 5


 Setiap ahli jalan yang merancang harus mengacu pada
standar perancangan (design standard) yang berlaku.
 Standard perancangan jalan raya pada tiap-tiap negara
dapat berbeda-beda tergantung pada karakteristik
pengguna jalan, karakteristik kendaraan, keadaan topografi
dan iklim serta perundang-undangan dan peraturan
setempat yang berlaku.
 Standar perancangan jalan merupakan acuan bagi
perancang, yang memberikan batasan-batasan desain dan
metode perhitungan agar hasil rancangannya seragam dan
memenuhi persyaratan yang berlaku.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 6


 Standar Perancangan Geometrik yang ada (dan pernah
berlaku) di Indonesia adalah:
1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 13/1970,
Direktorat Eksplorasi, Survei dan Perencanaan, Direktorat Jendral
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
2. Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota
(Rancangan Akhir), Sub Direktorat Perencanaan Teknis Jalan, Bipran
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Desember 1990
3. Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Maret 1992
4. Tatacara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota, No.
038/T/BM/1997, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
Bina Marga, September 1997

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 7


 Persyaratan teknis jalan meliputi
 kecepatan rencana,
 lebar badan jalan,
 Kapasitas,
 jalan masuk,
 persimpangan sebidang,
 bangunan pelengkap,
 perlengkapan jalan,
 penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus.

 Persyaratan teknis jalan harus memenuhi ketentuan


keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 8


KLASIFIKASI JALAN

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 9


 Dasar Hukum
1. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
2. PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
3. UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4. PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas jalan
5. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

 Pengelompokan Jalan menurut UU No. 38 Tahun 2004 Pasal 6


1. Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan
khusus.
2. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas.
3. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka
distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 10


 Klasifikasi Jalan menurut UU No. 38 Tahun 2004 terbagi atas:
1. Sistem Jaringan  Pasal 7  (primer/sekunder)
2. Fungsi/Peran  Pasal 8  (arteri, kolektor, lokal dan lingkungan)
3. Status/Wewenang Pembinaan Pasal 9  (nasional, propinsi, kabupaten/kota dan
desa)
4. Kelas Jalan  Pasal 10 didukung oleh :
1. UU No 14 Tahun 1992 dan UU No. 22 Tahun 2009  Berdasarkan penggunaan
jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan
2. PP No. 34 Tahun 2006  Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan

 Klasifikasi Jalan berdasarkan Medan (Terrain) menurut Tata Perencanaan


Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997
 Medan Datar
 Medan Bukit
 Medan Gunung

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 11


 Tujuan Klasifikasi
1. Untuk komunikasi antar ahli jalan
2. Untuk keperluan administrasi jalan
3. Untuk penetapan fasilitas danoperasional jalan
 Dasar Layanan
1. Prinsip pergerakan
▪ Pergerakan Utama
▪ Pergerakan Transisi
▪ Pergerakan Distribusi
▪ Pergerakan Koleksi (pengumpul)
▪ Pergeraka akses
▪ Pengakhiran pergerakan (terminasi)
2. Fasilitas Layanan  didasarkan pada
▪ Jumlah volume lalu lintas
▪ Perubahan tingkat pergerakan dan kebutuhan untuk mengakomodasi volume
lalu lintas

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 12


 Kebutuhan Akses dan Pengaturan
1. Aksesibilitas dan Mobilitas
▪ Aksesibilitas = kebutuhan suatu daerah untuk dapat dijangkau/dilayani oleh
jaringan jalan
▪ Mobilitas = kemudahan lalu lintas untuk bergerak pada tingkat pelayanan
jaringan jalan
2. Konsep Kategori Lalu Lintas
▪ Hirarki Kelas Jalan
▪ Hirarki Layanan Jarak Perjalanan

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 13


Main Movement

Terminal Access

Collection Transition

Distribution

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 14


 Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah
dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan dan/atau dalam
kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.
 Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.

 Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan


pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.

 Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan.
 Yang dimaksud dengan kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
serta kegiatan ekonomi.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 15


 Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
 menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
 menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

 Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang


wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 16


 Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
 Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
 Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
 Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 17


10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 18
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk pada poin (1) dan pon (2), yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada
di dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 19


 Jalan nasional terdiri atas:
a. jalan arteri primer;
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan
antaribukota provinsi;
c. jalan tol; dan
d. jalan strategis nasional

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 20


 Jalan provinsi terdiri atas:
a. jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau
kota;
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan
antaribukota kabupaten atau kota;
c. jalan strategis provinsi; dan
d. jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 21
 Jalan kabupaten terdiri atas:
a. jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
huruf b dan jalan provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27;
b. jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat desa, antaribukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan
antardesa;
c. jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d dan
jalan sekunder dalam kota; dan
d. jalan strategis kabupaten.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 22


 Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekunder
di dalam kota.

Status Jalan Desa dalam PP No. 34


Tahun 2006 Pasal 30
 Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal
primer yang tidak termasuk jalan kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf b di dalam kawasan
perdesaan, dan merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 23


1. Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan
dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta
spesifikasi penyediaan prasarana jalan.
2. Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan
kelancaran lalu lintas dan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan
jalan.
3. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana
jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan
raya, jalan sedang, dan jalan kecil.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 24


10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 25
 Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk,
persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta
pagar.
 Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi:
 pengendalian jalan masuk secara penuh,
 tidak ada persimpangan sebidang,
 dilengkapi pagar ruang milik jalan,
 dilengkapi dengan median,
 paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah,
 dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

 Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan
 pengendalian jalan masuk secara terbatas
 dilengkapi dengan median,
 paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
 lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 26


 Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu
lintas jarak sedang dengan:
 pengendalian jalan masuk tidak dibatasi,
 paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
 lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.
 Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu
lintas setempat,
 paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
 dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima)meter.

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 27


Kecepatan Rencana
Kelas Fungsi MST Penyediaan Jalan Umum
Terendah
Jalan Jalan Prasarana Jalan Penghubung
(Ton) Sistem (Km/Jam)
I Arteri atau Primer 80 Jalan Bebas Arteri atau
8
II Kolektor Sekunder 60 Hambatan Kolektor

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 28


 Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur
 Penentuan kemiringan medan dilakukan dengan identifikasi kemiringan
melintang tegak lurus sumbu jalan (dengan membuat garis panjang
minimal sesuai ROW jalan rencana)
 Pada masing-masing garis tersebut dihitung kemiringan tanah aslinya.
Kemiringan medan merupakan sebagian besar kemiringan melintang
garis-garis tersebut
 Dalam penentuan klasifikasi medan jalan, dibuat segmen-segmen pada
garis jalan rencana tiap 50m pada peta, kemudian dari tiap segmen
tersebut ditarik garis 25-70m tegak lurus (kekiri dan kanan) garis rencana
jalan, selanjutnya baca ketinggian di kedua ujung garis tersebut sehingga
didapat z1 dan z2.
 Kemiringan tiap segmen (ei) adalah perbandingan antara selisih
ketinggian (z1 dan z2) dengan panjang segmen (50-70m), sedangkan
kemiringan medan adalah nilai rata-rata kemiringan tiap segmen
sepanjang garis rencana jalan (ei).

10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 29


10/8/2021 PRODI TEKNIK SIPIL,UNIVERSITAS FALETEHAN 30

Anda mungkin juga menyukai