KELOMPOK
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan kekuatan dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan perancangan jalan raya ini. Penyusunan laporan untuk melengkapi
persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1).
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Lis Ayu Widari, ST., MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Malikussaleh yang telah memberi dorongan pada kami dalam
pembuatan laporan.
2. Bapak Said Jalalul Akbar, ST., MT. Selaku Pembimbing yang telah
membimbing kami dari awal sampai selesainya tugas perancangan jalan
raya ini.
3. Rekan-rekan yang telah memberikan masukan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini.
kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kami
mengharapkan sumbangan saran dan kritikan dari pembaca untuk melengkapi
dimasa yang akan datang. Hanya ini yang dapat penyusun uraikan semoga
perancangan ini mampu memberikan sedikit pengetahuan terutama bagi penyusun
dan selebihnya bagi pembaca.
Lhokseumawe, 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
Dalam penentuan kelas jalan sangat di perlukan adanya data Lalu Lintas
Harian Rata-rata (LHR), baik itu data jalan sebelumnya bila jalan yang akan di
rencanakan tersebut merupakan peningkatan atau merupakan data yang didapat
dari jalan sekitar bila jalan akan dibuat merupakan jalan baru.
Salah satu penentuannya adalah dengan cara menghitung LHR akhir unsur
rencana. LHR akhir umur rencan adalah jumlah perkiraan kendaraan dalam
Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang akan dicapai pada akhir tahun rencana
dengan mempertimbangkan perkembangan mulai dan saat merencanakan dan
pelaksanaan jalan itu di kerjakan.
Adapun rumus akan digunakan dalam menghitung nilai LHR umur
rencana yaitu:
Pn = Po + (1+i)n
Di mana :
Pn = Jumlah kendaraan pada tahun ke n
Po = Jumlah kendaraan pada awal tahun
I = Angaka perumbuhan lalu lintas (%) N = Umur rencana
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, antara lain:
7
Kecepatan Rencana
Kelas Jalan Keadaan Medan
(Km/jam)
D 120
I B 100
G 80
D 100
IIA B 80
G 60
D 80
IIIA B 60
G 40
D 60
IIIC B 40
G 30
D 60
III B 40
G 30
Dac = √( Xa− Xc )2
Abc = √( Xa− Xc )2+( Yb−Yc )2
2.7.2 Sudut putar
Pada tiap-tiap lengkungan jalan raya adanya suatu sudut perputaran
yang terdapat pada bagian lengkungan. Sudut putar suatu jalan sebaiknya
direncanakan sekali-kalinya agar peralihan jalan tidak telalu besar,
sehingga akan memudahkan dalam pengemudi. Untuk menetukan besar
kecilmnya sudut putar dapat dihitung dengan persamaan :
Yc−Ya Yb−Yc
arctg ±arctg
ABC = Xc−Xa Xb−Xc
ABC = Sudut Putar
2.7.3 Alinyemen horizontal
Yang dimaksud dengan alinyemen horizontal atau trase suatu jalan adalah
garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang peta yang disebut dengan
gambar situasi jalan atau merupakan proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang
horizontal yang terdiri dari susunan lurus (tangen) dan garis lengkung (busur,
lingkaran, spiral).Untuk menentukan situasi yang paling tepat untuk membangun
suatu jalan yang dijadikan suatu pegangan dasar dalam perencanaan alinemen
horizontal adalah pencapaian keseimbangan antara besarnya kecepatan rencana
dan bentuk serta keadaan umum jalan raya, sehingga dapat menjamin keamanan
serta kenyamanan jalannya kendaraan.
Bagian lengkung merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian, karena
pada bagian tersebut terjadi gaya sentrifugal yan cenderung dapat melemparkan
12
Keterangan:
Rmin = Jari-jari tikungan minimum
PI
(m)
VR = Kecepatan rencana (Km/jam)
Es
3 1 1 3
4 Ls' 4 Ls' Lc 4 Ls' 4 Ls'
-2%
As Jalan
-2%
-2%
Pelebaran Perkerasan
Dimana :
Δ = Sudut tangent (o)
T = Jarak antara TC dan PI atau PI dan CT (m)
R = Jari-jari (m)
L = Panjang Tikungan (m)
E = Jarak PI ke lengkung peralihan
PI = Point of Intersection atau titik perpotongan tangen
TC = Tangen Circle
CT = Circle Tangen
Keterangan:
Ls = Panjang Lengkung Spiral
V = Kecepatan Rencana (km/jam)
K = superelevasi
C = perubahan kecepatan = 0,4 m/detik2
Si = panjang tali busur lingkaran dari TS ke titik sembarang
= jarak dari busur lingkaran tergeser terhadap jarak tengah
= jarak dari TS ke titik proyeksi pusat lingkaran pada
tangen
= sudut pertemuan antara tangen utama
= sudut pertemuan antara tangen lingkaran dan sudut
pusatlingkaran
= sudut spiral
= sudut spiral ke titik sembarang pada spiral
= sudut antara tangen utama dengan tali busur
= koordinat SC atau CS terhadap TS-PI atau PI-TS
= koordinat setiap titik pada spiral terhadap TS-PI
V3 V⋅k
0 , 022 −2 ,727
Ls minimum = R⋅C C
C. Untuk bentuk-bentuk tikungan Spiral – Spiral
PI
Es
LS
en
0% As Jalan
Daerah Lurus
TS ST
Ls Ls
ΔC = 0 = 2 θs
16
Lc = 0 = L = 2 Ls
2 πR θs⋅R
Ls= 2 θs L=
360 28,684
Ts = (Rc + P) tg ½ Δ + K P = P* · Ls
Ls = (R+P)) sec ½ Δ - R K = k*· Ls
Catatan:
Rumus untuk lengkung vertikal cembung mempunyai harga minus (-)
Rumus lengkung vertikal cekung mempunyai harga positif (+)
q2
PPV
LV
q1
Ev
X
PPV
q2
q1
X
28,65 Jh 28,65 Jh
E = R’ ( 1- Cos R' ) + ½ ( Jh-L) Sin R'
dimana :
R = jari-jari tikungan (m)
R’ = jari-jari sumbu lajur dalam (m)
L = panjang tikungan
Jh = jarak pandang henti (m)
meninggalkan badan jalan dan tidak sempat merusak badan jalan. Adapun
kemiringan melintang normal dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
t = tinggi (m)
P = panjang (m)
L = lebar (m)
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
Titik B : XB = 675,00 m
YB = 1095,00 m
Jarak titik A – PI (L1)
dPIA - dPI1 = √¿ ¿
= √ (492,50−0.00)+¿
= 795,726 m
22
23
Y 1−Y A Y 1−Y 2
∆ PI1 = Arc tg ± Arc tg
X 1− X A X 2− X 1
(145,00−770,00) (335,00−145,00)
= Arc tg ± Arc tg
(492,50−00,00) (1235,00−492,50)
= 66 o 7 ´ 12 ”
2. ∆ PI2
X1 = 492,50 m Y3 = 1235,00 m X3 = 1405,00 m
Y1 = 145,00 m Y2 = 335,00 m Y3 = 1025,00 m
Y 1−Y 2 Y 3−Y 2
∆ PI2 = Arc tg ± Arc tg
X 2− X 1 X 3− X 2
(335,00−145,00) (1025,00−335,00)
= Arc tg ± Arc tg
(1235,00−492,50) (1405,00−1235,00)
= 61 o 47 ´ 49,2 ”
3. ∆ PI3
Y3 = 1235,00 m X3 = 1405,00 m XB = 675,00 m
Y2 = 335,00 m Y3 = 1025,0 m XB = 1095,00 m
Y 3−Y 2 Y 3−Y B
∆ PI3 = Arc tg ± Arc tg
X 3− X 2 X B −X 3
23
24
(1025,00−335,00) (1095,00−1025,00)
= Arc tg ± Arc tg
(1405,00−1235,00) (675,00−1405,00)
= 81 o 35 ´ 0,24 ”
1945
2030
∆L = 2030795,7268
– 1945 m
= 85 m
85 m
Siefe =
795,7268m
= 0,11
= 0,11 x 100 %
= 11%
Berdasarkan perhitungan diatas kemiringan pada tikungan PI1 didefinisikan
kedalam jenis perbukitan karena sesuai dengan ketentuan pada kemiringan medan
jalan yaitu 3 % - 25 %.
1925
1945
766,4243m
24
25
∆L = 1945 – 1925
= 20 m
20 m
Siefe =
766,4243m
= 0,03
= 0,03 x 100 %
=3%
1865
1925
766,4243m
∆L = 1925 – 1865
= 60 m
60 m
Siefe =
710,6335m
= 0,08
= 0,08 x 100 %
25
26
=8%
26
27
- R rencana = 286 m
- Sudut putar = 61 o 47 ´ 49,2 ”
- emax = 10 % (dengan Metode Bina Marga)
θs = ½ ∆
= ½ 61 o 47 ´ 49,2 ”
= 30o 53 ´ 54,6 ”
θsπ . R
Ls =
90
(30 o 53 ´ 54 , 6 ” x 3.14 x 286)
= = 308,3121 m
90
Kontrol terhadap lengkungan peralihan
Ls min = 286 ( 0.02 + 0.064 ) 3,5 m = 38,22 m
LS > LS min (OK)
P =¿ ¿- R (1- cos θs )
= ¿ ¿ -286(1- cos 30o 53 ´ 54,6 ”)
= 14,7821 m
K = LS - ¿ ¿ -R sin θs
= 308,3121 - ¿ ¿- 286 sin 30o 47 ´ 49,2 ”
= 152,488 m
Es = ( Rc + P ) sec ½ ∆ – R
1
= ( 286+14,7821 ) sec 61 o 47 ´ 49,2 ” - 286
2
= 64,5299 m
27
28
Ts = ( R + p ) tg ½ ∆ + k
= ( 286+ 14,7821 ) tg ½ 61 o 47 ´ 49,2 ” + 440,8233
= 332,4921m
L = 2 x LS
= 2 x 308,3121
= 616,6242 m
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka didapatkan data-data:
- V rencana = 60 km/jam
- Sudut putar = 61 o 47 ´ 49,2 ”
- θs = 30o 53 ´ 54,6 ”
- R rencana = 286 m
- Es = 64,5299 m
-
- Ts = 332,4921
- Ltotal = 616,6242 m
-e = 6,4%
- Ls = 308,3121 m
-P = 14,7821
-K = 152,4884
28
29
V3 V .e
Lsmin=0,022 -2,727
R.C C
60³ 60 x 0,098
= 0,022 - 2,727
130 x 0,4 0,4
= 51,2977 m diambil 51 m
Berdasarkan tingkat pelayanan mencapai perubahan kelandaian, yaitu
sebagai berikut:
em−en
Lsmin= ×Vr
3,6 ×rc
0,10−0,03
= × 60
3,6 ×0,033
= 33,33 m
Ambil angka yang paling besar yaitu 51,2977,
maka Ls = 60 > Lsmin = 51,30 (OK)
Xs = Ls ¿)
=60 ¿)
= 59,68 m
ls 2
Yc =
6 Rc
602
=
6 130
= 4,62 m
Ls .90
θs = π.R
60 x 90
=
3,14 x 130
= 13 o 13 ´ 43,71 ”
P =¿ ¿- R (1- cos θs )
= ¿ ¿ -130 (1- cos 13 o 13 ´ 43,71 ”)
= 1,1651 m
29
30
K = LS - ¿ ¿ -R sin θs
= 60- ¿ ¿- 130 sin 13 o 13 ´ 43,71 ”
= 29,9286 m
θe = ∆ -2 (θs )
= 81 o 35 ´ 0,24 ”- (2 x 13 o 13 ´ 43,71 ”)
= 55 o 7 ´ 25,68 ”
Maka,
Ts = ( R + p ) tg ½ ∆ + k
= ( 130 + 1,1651 ) tg ½ 81 o 35 ´ 0,24 ” + 29,9286
= 143,217 m
1
Es = ( R + P ) – sec ∆ ₂ Rc
2
1
= ( 130 + 1,1651 ) – sec 8 1 o 35´ 0 ,24 ” ×130
2
= 43,271 m
∆
Lc = . 2π . R
180
8 1˚ 35 ´ 0 ,24 ”
= (2 x 3.14)(130)
180
= 125,0076 m
kontrol Lc = 125,0076 > 25 m ( OK )
Ltotal = Lc + 2 Ls
= 125,0076 + 2 (60)
= 245,0076 m
30
31
- ∆ = 81 o 35 ´ 0,24 ”
- R rencana = 130 m ≥ R min
- e = 0,098
- Ls = 60 m
- Xs = 59,68 m
- Ys = 4,62 m
- Lc = 125,0076 m
- θs = 13 o 13 ´ 43,71 ”
- Ts = 43,2424 m
- K = 29,9286 m
- P = 1,1615
- Ltotal = 245,0076 m
31
32
0,105 x Vr
Z =
√R
0,105 x 60
=
√ 700
= 0,2381 m
Bt = n (B+ c) +Z
= 2 (2,5457 + 1) + 0,2381
= 7,3295 m
∆b = Bt – Bn
= 7,3295 – 7
- = 0,3295 m
Jadi, total pelebaran perkerasan pada PI1 adalah 0,3295 m untuk kiri kanan
tingkungan.
1 1
Rc = R + b - x lebar perkerasan
2 2
1 1
= 286 + (2,6) - x 3,5
2 2
= 285,55 m
B = √ ¿ ¿ - √ Rc2−64 +1,25
= √ ¿ ¿ - √ 285,552−64 +1,25
32
33
= 2,612 m
0,105 x Vr
Z =
√R
0,105 x 60
=
√ 286
= 0,3725 m
Bt = n (B+ c) +Z
= 2 (2,612 + 1) + 0,3725
= 7,5965 m
∆b = Bt – Bn
= 7,5965 – 7
= 0,5965 m
Jadi, total pelebaran perkerasan pada PI1 adalah 0,5965 m untuk kiri kanan
tingkungan.
3.4.3 Pelebaran pada PI3 (Spiral-Circle-Spiral)
- Jarak antar gandar (P) = 6,5 m
- Tonjolan depan kendaraan (A) = 2,1 m
- Lebar kendaraan (b) = 2,6 m
- Kecepatan rencana (Vr) = 60 km/jam
- Jari – jari rencana ( R ) = 130 m
- Kebebasan samping (C) =1m
- Lebar perkerasan = 3,5 m
- Jumlah lajur lintasan (n) =2
1 1
Rc = R + b - x lebar perkerasan
2 2
1 1
= 130 + (2,6) - x 3,5
2 2
= 129,55 m
B = √ ¿ ¿ - √ Rc2−64 +1,25
33
34
= √ ¿ ¿ - √ 129,552−64+ 1,25
= 2,5248 m
0,105 x Vr
Z =
√R
0,105 x 60
=
√ 130
= 0,5525 m
Bt = n (B+ c) +Z
= 2 (2,5248 + 1) + 0,5525
= 7,6021 m
∆b = Bt – Bn
= 7,6021 – 7
= 0,6021 m
Jadi, total pelebaran perkerasan pada PI3 adalah 1,105 m untuk kiri kanan
tingkungan.
d1 = 0.278 x V x t
= 0.278 x 60 x 2.5
= 41,7 m
V2
d2 =
254 xfm
6 02
=
254 x 0.165
= 85,8984 m
34
35
d1 = 0.278 x V x t
= 0.278 x 60 x 2.5
= 41,7 m
V2
d2 =
254 xfm
6 02
=
254 x 0.165
= 85,8984 m
S = d1 + d2 = 41,7 +85,8984 = 127,5984 m
35
36
Menurut buku konstruksi jalan raya (hal : 41- 42), jarak pandang
mendahului dihitung dengan rumus Jd = d1 + d2 + + d2 + d3 + d4.
Dimana :
a xT
d1 = 0,278 T1 (VR – m +
2
a = 2,052 + 0,0036 VR = 2,268 km/jam/det
T1 = 2,12 + 0,026 VR
d2 = 0,278 VR x T2
T2 = 6,56 + 0,048 VR
m = diamabil diantara 10 – 15 km/jam
d3 = antara 30 – 100 m ( Berdasarkan buku dasar – dasar prencanaan
gometrik jalan ( hal. 61))
d4 = 2/3 d2
dmin = 2/3 d2 + d3 + d1
a xT
d1 = 0,278 T1 (VR – m + )
2
2,268 x 3,68
= 0,278 x 3,68 (60 – 15 + )
2
=50,3061 m 50,31 m
d2 = 0,278 VR x T2
= 0.278 x 60 x 9,44 = 157,4592 m 157,5 m
d3 = diambil 65 m
d4 = 2/3 x d2
36
37
= 2/3 x 157,5
= 105 m
S = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,31 + 157,5 + 65 + 105
= 377,81 m < L1 = 795,726 m
a xT
d1 = 0,278 T1 (VR – m + )
2
2,268 x 3,68
= 0,278 x 3,68 (60 – 15 + )
2
= 50,3061 m 50,31 m
d2 = 0,278 VR x T2
= 0.278 x 60 x 9,44 = 157,4592 m 157,5 m
d3 = diambil 65 m
d4 = 2/3 x d2
= 2/3 x 157,5
= 105 m
S = d1 + d2 + d3 + d4
=50,31 + 157,5 + 65 + 105
= 377,81 m < L2 = 766,424 m
37
38
a xT
d1 = 0,278 T1 (VR – m + )
2
2,304 x 3,94
= 0,278 x 3,94 (70 – 15 + )
2
= 65,2141 m 65 m
d2 = 0,278 VR x T2
= 0.278 x 70 x 9,92 = 193,0432 m 193 m
d3 = diambil 40 m
d4 = 2/3 x d2
= 2/3 x 193
= 128,67 m
S = d1 + d2 + d3 + d4
= 65 + 193 + 40 + 128,67
= 426,67 m < L3 = 710,633 m
38
39
90. j h
E = R’ ( 1- Cos )
π .R'
90 x 127,5984
= 698,25 ( 1- Cos )
3.14 x 698,25
= 2,9156 m
90 x 377,81
3.14 x 689,25
= 129,6647 m
3.7.2. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan PI2
3.7.7. Berdasarkan jarak pandang henti
- R rencana = 286 m
-L = 308,312 m
- Jh = 134,3 m
Kontrol :
Jh < L
134,3 m < 308,312 m
R’ = R – ¼ lebar jalan
= 286 – ¼ ( 7 )
= 284,25 m
39
40
90 xJh 90 xJ h
E = R’ ( 1- Cos ) + ½ ( Jh-L) Sin
π .R' π.R'
90+134,3 90 x 134,3
= 284,25 ( 1- Cos ) + ½ ( 134.3-68.4) Sin
113.25 3.14 x 113.25
= 213,3852 m
Kontrol :
Jd > L
377.81 > 308,312.
R’ = R – ¼ lebar jalan
= 286 – ¼ ( 7 )
= 284,25 m
90. jd 90. jd
E = R’ ( 1- Cos ) + ½ ( Jd-L) Sin
π .R' π .R'
90 x 377,81
= 284,25 ( 1- Cos ) + ½ ( 377.81-308,312 ) Sin
3.14 x 284,25
90 x 377,81
3.14 x 284,25
= 298,5283 m
3.7.3. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan PI3
3.7.3.1. Berdasarkan jarak pandang henti
R rencana = 130 m
- Lt = Lc = 125,008 m
- Jh = 127,598 m
R’ = R – ¼ lebar jalan
= 130 – ¼ ( 7 )
= 128,25 m
40
41
Kontrol :
Jh < L
127,5984 m < 125,008 m (OK)
Sehingga :
90. j h
E = R’ ( 1- Cos )
π .R'
90 x 127,5984
= 128,25 ( 1- Cos )
3.14 x 128,25
= 15,560 m
Kontrol :
Jd > L
R’ = 128,25m
90. jd 90. jd
E = R’ ( 1- Cos ) + ½ ( Jh-L) Sin
π .R' π .R'
90 x 426,67 90 x 426,67
= 128,25 ( 1- Cos ) + ½ ( 247.2-49.5 ) Sin
3.14 x 128,25 3.14 x 128,25
= 128,9629 m
3.7 Stasioning
Sta A = Sta awal
= STa 0+000
Sta TC1 = STa 0 +dPI1 - TC1
= Sta 0 + 795,726 – 455,628
= Sta 0 + 340,098
41
42
42
43
1985
2010 1935
Sta 0 + 000 Sta 0 + 250 Sta 1 + 000
43
44
Sta 0 + 250
- Tinggi elevasi = 1985 m
2010−1985
- Landai jalan ( q1 ) = x 100 % = 2,5 %
1000
1985−1935
- Landai Jalan ( q2 ) = x 100 % = 5 %
1000
- V rencana = 60 km/jam
44
45
1
Sta 0 + 300 = Tinggi Elevasi – (q2 x L)
2
Perhitungan :
1
Sta 0 + 200 = 1985 - (2,5 x 100 ) = 1860 m
2
Sta 0 + 225 = 1985 - (2,5 x (25)) – 0,078 = 1922,578m
Sta 0 + 250 = 1985 - 0,3125 = 1984,6875 m
Sta 0 + 275 = 1985 - (5 x (25)) – 0,203 = 1860,203m
1
Sta 0 + 300 = 1985 - (5 x 100 ) = 1735 m
2
1985 1935
1935
850
850 850
Sta 0 + 250 Sta 1 + 000 Sta 1+ 750
Sta 1 + 000
- Tinggi elevasi = 1935 m
1985−1935
- Landai jalan ( q3 ) = x 100 % = 5 %
1000
45
46
1935−1935
- Landai Jalan ( q4 ) = x 100 % = 0 %
1000
- V rencana = 60 km/jam
A = q1 - q2 = (5 %) - (0 %) =5%
- X = ¼ . Lv = ¼ . 100 = 25 m
A . X2
-Y = = 5 ¿ ¿ = 0,156 m
200. Lv
A . Lv 5 x 100
- EV = = = 0,625 m
800 800
46
47
1935
1935 1920
Sta 1 + 000 Sta 1 + 750 Sta 2 + 000
Sta 1 + 750
- Tinggi elevasi = 1935 m
1925−1935
- Landai jalan ( q5 ) = x 100 % = 0 %
1000
1935−1920
- Landai Jalan ( q6 ) = x 100 % = 1,5 %
1000
- V rencana = 60 km/jam
Menurut buku (Sheerly L.Herdansin) kelandaian maksimum yang
izinkan untuk kecepatan 60 km/jam adalah 8 % sehingga kelandaian untuk PPVI 3
digunakan :
A = q5 - q6 = (0 %) - (1,5 %) = 1,5 %
- X = ¼ . Lv = ¼ . 100 = 25 m
A . X2
-Y = = 1,5 ¿ ¿ = 0,047 m
200. Lv
A . Lv 1,5 x 100
- EV = = = 0,187 m
800 800
47
48
1935 1920
1920
48
49
Sta 2 + 000
- Tinggi elevasi = 1920 m
1935−1920
- Landai jalan ( q3 ) = x 100 % = 1,5 %
1000
1920−1920
- Landai Jalan ( q4 ) = x 100 % = 0 %
1000
- V rencana = 60 km/jam
A = q1 - q2 = (1,5 %) - (0 %) = 1,5 %
- X = ¼ . Lv = ¼ . 100 = 25 m
A . X2
-Y = = 1,5 ¿ ¿ = 0,047 m
200. Lv
A . Lv 1,5 x 100
- EV = = = 0,1875 m
800 800
49
50
1
Sta 1 + 050 = Tinggi Elevasi – (q2 x L)
2
Perhitungan :
1
Sta 0 + 800 = 1920 - (1,5 x 100 ) = 1845 m
2
Sta 0 + 825 = 1920 - ( 1,5 x (25)) – 0,156 = 1882,656 m
Sta 0 + 850 = 1920 - 0,1875 = 1919,8125 m
Sta 0 + 875 = 1920 - ( 0 x (25)) – 0,156 = 1919,844 m
1
Sta 0 + 900 = 1920 - (0 x 100 ) = 1920 m
2
1920 1939
1920
Sta 2 + 000
- Tinggi elevasi = 1920 m
1920−1920
- Landai jalan ( q3 ) = x 100 % = 0 %
1000
1920−1939
- Landai Jalan ( q4 ) = x 100 % = 1,9 %
1000
- V rencana = 60 km/jam
A = q1 - q2 = (0 %) - (1,9 %) = 1,9 %
- X = ¼ . Lv = ¼ . 100 = 25 m
A . X2
-Y = = 1,9 ¿ ¿ = 0,0594 m
200. Lv
50
51
A . Lv 1,9 x 100
- EV = = = 0,2375 m
800 800
51
52
52
53
Luas I =PxL
= 1 x 18,92 = 18,92 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (18,92+19,72)/2 x 0,25 = 4,83 m2
Luas III =PxL
= 0,5 x 19,72 = 9,86 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (19,72+18,92)/2 x 0,25 = 4,83 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (18,92+18,77)/2 x 2,5 = 48,2375 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (18,77+18,7)/2 x 3,5 = 65,5725 m2
Luas VII = (h6+h7)/2 x t
= (18,77+18,7)/2 x 3,5 = 65,5725 m2
Luas VIII = (h5+h6)/2 x t
= (18,92+18,77)/2 x 2,5 = 48,2375 m2
Luas IX = (h4+h5)/2 x t
= (19,72+18,92)/2 x 0,25 = 4,83 m2
Luas X =PxL
= 0,5 x 19,72 = 9,86 m2
Luas XII = (h2+h3)/2 x t
= (18,92+19,72)/2 x 0,25 = 4,83 m2
Luas XIII =PxL
= 1 x 18,92 = 18,92 m2
Luas total galian = 304,5 m2
53
54
Luas I =PxL
= 1 x 17,82 = 17,82 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (17,82+18,62)/2 x 0,25 = 4,555 m2
Luas III =PxL
= 0,5 x 18,62 = 9,31 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (18,62+17,82)/2 x 0,25 = 4,555 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (17,82+17,67)/2 x 2,5 = 44,3625 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (17,67+17,6)/2 x 3,5 = 61,7225 m2
Luas VII = (h6+h7)/2 x t
= (17,67+17,6)/2 x 3,5 = 61,7225 m2
Luas VIII = (h5+h6)/2 x t
= (17,82+17,67)/2 x 2,5 = 44,3625 m2
Luas IX = (h4+h5)/2 x t
= (18,62+17,82)/2 x 0,25 = 4,555 m2
Luas X =PxL
= 0,5 x 18,62 = 9,31 m2
Luas XI = (h2+h3)/2 x t
= (17,82+18,62)/2 x 0,25 = 4,555 m2
Luas XII =PxL
= 1 x 17,82 = 17,82 m2
Luas total galian = 284,65 m2
54
55
Luas I =PxL
= 1 x 11,02 = 11,02 m2
Luas II = (11,02+h3)/2 x t
= (11,02+11,82)/2 x 0,25 = 2,855 m2
Luas III =PxL
= 0,5 x 11,82 = 5,91m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (11,02+11,82)/2 x 0,25 = 2,855 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (11,02+10,87)/2 x 2,5 = 27,3625 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (10,87+10,8)/2 x 3,5 = 37,9225 m2
Luas VII = (h6+h7)/2 x t
= (10,87+10,8)/2 x 3,5 = 37,9225 m2
Luas VIII = (h5+h6)/2 x t
= (11,02+10,87)/2 x 2,5 = 27,3625 m2
Luas IX = (h4+h5)/2 x t
= (11,02+11,82)/2 x 0,25 = 2,855 m2
Luas X =PxL
= 0,5 x 11,82 = 5,91m2
Luas XI = (h2+h3)/2 x t
= (11,02+11,82)/2 x 0,25 = 2,855 m2
Luas XII =PxL
= 1 x 11,02 = 11,02 m2
Luas total galian = 175,85 m2
55
56
56
57
Luas I =PxL
= 1 x 12,42 = 12,42 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 3,205 m2
Luas III =PxL
= 0,5 x 13,22 = 6,61m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 3,205 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (12,42+12,27)/2 x 2,5 = 30,8625 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (12,27+12,2)/2 x 3,5 = 42,8225m2
Luas VII = (h6+h7)/2 x t
= (12,27+12,2)/2 x 3,5 = 42,8225m2
Luas VIII = (h5+h6)/2 x t
= (12,42+12,27)/2 x 2,5 = 30,8625 m2
Luas IX = (h4+h5)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 3,205 m2
Luas X =PxL
= 0,5 x 13,22 = 6,61m2
Luas XI = (h2+h3)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 3,205 m2
Luas XII =PxL
= 1 x 12,42 = 12,42 m2
57
58
Luas I =PxL
= 1 x 8,28 = 8,28 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (8,28+7,48)/2 x 0,25 = 1,97 m2
Luas III =PxL
= 0,5 x 7,48= 3,74 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (8,28+7,48)/2 x 0,25 = 1,97 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (8,28+8,43)/2 x 2,5 = 20,8875 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (8,43+8,5)/2 x 3,5 = 29,6275 m2
Luas VII = (h6+h7)/2 x t
= (12,27+12,2)/2 x 3,5 = 29,6275 m2
Luas VIII = (h5+h6)/2 x t
= (12,42+12,27)/2 x 2,5 = 20,8875 m2
Luas IX = (h4+h5)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 1,97 m2
Luas X =PxL
= 0,5 x 13,22 = 3,74 m2
Luas XI = (h2+h3)/2 x t
= (12,42+13,22)/2 x 0,25 = 1,97 m2
Luas XII =PxL
= 1 x 8,28 = 8,28 m2
58
59
STA 1+750
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (2+1,5)/2 x 2 = 3,5 m2 ( timbunan )
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (1,5+1,5)/2 x 1 = 1,5 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= (1,5+2,1)/2 x 2 = 3,6 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (2,1+2,3)/2 x 3,5 = 7,7 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (2,3+0,3)/2 x 3,5 =4,55 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t ( galian )
= (0,3+1,3)/2 x 2 = 1,6 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(1,3+2,5)/2 x 1 = 1,4 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(2,5+2)/2 x 2 =4,5 m2
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (0+0,5)/2 x 2 = 0,5 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (0,5+0,8)/2 x 1 = 0,65 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= (0,8+2,5)/2 x 2 = 3,3 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (2,5+4,2)/2 x 3,5 = 11,73 m
59
60
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (4,2+4,3)/2 x 3,5 =14,88 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (4,3+3,5)/2 x 2 = 7,8 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(3,5+3,7)/2 x 1 = 3,6 m2
Luas VIII = (h7+h8)/2 x t
=(3,7+4)/2 x 2 =7,7 m2
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (30,1+29,62 x 2 = 59,7 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (29,6+29,2)/2 x 1 = 29,4 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= (29,2+27,7)/2 x 2 = 56,9 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (27,7+25,9)/2 x 3,5 = 93,8 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (25,9+26)/2 x 3,5 =90,8 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (26+26,7)/2 x 2 = 52,7 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(26,7+26,7)/2 x 1 = 26,7 m2
Luas VIII = (h7+h8)/2 x t
=(26,7+26,3)/2 x 2 = 53 m2
60
61
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (21+21)/2 x 2 = 42 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (21+21)/2 x 1 = 21 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= (21+20)/2 x 2 = 41 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (20+7,7)/2 x 3,5 = 48,48 m2
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (7,7+7)/2 x 3,5 = 25,73 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (7+7,7)/2 x 2 = 14,7 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(7,7+7,5)/2 x 1 = 7,6 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(7,5+7)/2 x 2 =14,5 m2
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (4,3+4,3)/2 x 2 = 8,6 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (4,3+4,5)/2 x 1 = 4,4 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= 4,5+5,8)/2 x 2 = 10,3 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (5,8+7)/2 x 3,5 = 22,4 m2
61
62
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (7+6,5)/2 x 3,5 =23,23 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (6,5+5,3)/2 x 2 = 11,6 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(5,3+5,3)/2 x 1 = 5,3 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(5,3+5,3)/2 x 2 =10,6 m2
Luas I = (h1+h2)/2 x t
= (20+20,4)/2 x 2 = 40,7 m2
Luas II = (h2+h3)/2 x t
= (20,4+21,3)/2 x 1 = 20,85 m2
Luas III = (h3+h4)/2 x t
= (21,3+21,8)/2 x 2 = 43,1 m2
LuasIV = (h4+h5)/2 x t
= (21,8+23,0)/2 x 3,5 = 78,4 m
LuasV = (h5+h6)/2 x t
= (23+22,3)/2 x 3,5 =79,3 m2
Luas VI = (h6+h7)/2 x t
= (22,3+21,3)/2 x 2 = 43,6 m2
Luas VII = (h7+h8)/2 x t
=(21,3+21,3)/2 x 1 = 21,3 m2
Luas VIII = (h7+h8)/2 x t
=(21,3+21,3)/2 x 2 =42,6 m2
62
63
63
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
a) Dari perhitungan aliyamen horizontal di peroleh 3 (tiga) jenis tikungan,
PI1 ( F-C ) PI2 (S – S ), PI3( S-C-S ), dan tiap-tiap tikungan dilakukan
pelebaran jalan.
b) Untuk mendapatkan sebuah trase jalan yang aman bagi pengemudi
kendaraan perlu dibuat suatu perencanaan geometrik yang sesuai dengan
standar yang dibuat Direktorat Jendral Bina Marga
c) Trase jalan yang di rencanakan melalui bukit dan lembah sehingga perlu
dilakukan pekerjaan galian dan timbunanan
Saran
1) Dalam memilih trase jalan, jika memungkinkan sebaiknya menghindari
daerah-daerah yang banyak menimbulkan pekerjaan galian dan timbunan
yang sangat banyak
2) Untuk menghindari terjadinya genangan air pada permukaan jalan, maka
sebaiknya direncanakan drainase untuk mengalirkan air keluar
permukaan jalan.
3) Untuk memberikan pelayanan yang baik bagi penggunaan jalan, maka
harus dilakukan perencanaan jalan yang sebaik-baiknya .
64
DAFTAR KEPUSTAKAAN
65