Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Perkerasan Jalan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Tugas mengenai kerusakan jalan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
nilai mata kuliah Praktek Perkerasan Jalan.
Kami ucapkan juga banyak terima kasih kepada Bapak Imam Saprudi selaku dosen
kami yang sudah bersedia membimbing dalam penyusunan makalah ini, tanpa bantuan
Bapak belum tentu kami dapat menyelesaikan tugas akhir semester ini.
Kami menyadari bahwa makalah kerusakan Jalan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari bapak dosen yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan tugas ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta,

Januari 2015

Penulis

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....

DAFTAR ISI..... 2

BAB 1 PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang ...... 5
2. Tujuan Penulisan ....... 5
BAB 2 DASAR TEORI

Perkerasan Jalan ............... 7

BAB 3 DATA LAPANGAN

Foto Kerusakan Jalan ..................... 57

BAB 4 ANALISA.
BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

DAFTAR PUSTAKA ... . 144


LAMPIRAN :

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infrastruktur secara umum merupakan suatu kebutuhan dasar fisik dalam pengorganisasian
sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat, dan
sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik.
Infrastruktur teknis atau fisik berupa infrastruktur yang mendukung jaringan struktur seperti
fasilitas antara lain dapat berupa jalan, kereta api, air bersih, bandara, kanal, waduk, tanggul,
pengelolahan limbah, perlistrikan, telekomunikasi, dan pelabuhan.
Infrastruktur secara khusus merupakan sarana dan prasarana transportasi dalam menunjuang
distribusi dan pemerataan kemajuan antar daerah. Transportasi memegang peranan penting untuk
memajukan di berbagai sektor strategis suatu daerah. Transportasi secara umum merupakan
perpindahan sesuatu dari tempat asal ke tempat tujuan. Untuk menyelenggarakan suatu
transportasi maka diperlukan sarana dan prasarana yang baik.
Jaringan Jalan Raya yang merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan
penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Jalan Raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke
tempat lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang diperkeras atau jalan tanah
tanpa perkerasan, sedangkan lalu-lintas adalah semua benda dan makhluk hidup yang melewati
jalan tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.
Jalan raya sebagai prasarana transportasi harus memenuhi tingkat kelayakan yang baik guna
memberikan tingkat layan kepada pengguna jalan. Namun pada kenyataanya banyak kondisi
jalan yang tidak memenuhi tingkat layan kepada para pengguna jalan. Hal ini menimbulkan

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

gangguan terhadap transportasi, dengan adanya gangguan ini maka akan berpengaruh terhadap
sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung akan terasa pada
sektor ekonomi terutama pada distribusi barang dan jasa. Dengan adanya hambatan ini maka
akan menimbulkan ketidakseimbangan pada ketersediaan barang dan jasa di suatu daerah
sehingga akan berpengaruh pada keadaan harga barang dan jasa sehingga akan mengakibatkan
kemerosotan ekonomi pada suatu daerah.
Gangguan transportasi yang diakibatkan oleh keadaan jalan yang tidak memberikan tingkat
layan yang baik salah satunya adalah karena adanya kerusakan jalan. Kerusakan jalan
ditimbulkan karena berbagai faktor, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
bisa terjadi karena kondisi jalan itu sendiri, seperti struktur jalan yang tidak mampu menahan
beban kendaraan yang melintas, kondisi drainase jalan yang buruk, hingga keadaan jalan yang
telah melewati masa layan jalan itu sendiri. Adapun faktor eksternal berupa faktor-faktor diluar
struktur jalan itu sendiri seperti bencana alam.
Untuk mengatasi keruskan jalan tersebut maka diperlukan analisia pada kerusakan jalan dan
menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Adapun dalam laporan ini akan dilakukan
tinjauan secara umum pada kerusakan jalan yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata,
Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

1.2 Tujuan
Adapun dari kajian ini adalah melakukan analisa kerusakan pada Jalan Otto Iskandardinata
kemudian menemukan pemecahan permasalahan pada kerusakan jalan tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran maka penulis merumuskan permasalahan
adalah titik dua Kerusakan apa yang ada pada existing Jalan Otto Iskandardinata dan bagaimana
cara mengatasinya.
1.4 Batasan Masalah
Pada kajian ini diperlukan suatu batasan masalah agar terfokus pada pembahasan yang ada,
adapun batasan masalah pada kajian ini adalah analisa jenis kerusakan jalan existing dan metode
perbaikan pada kerusakan jalan tersebut.

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Klasifikasi Jalan

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Jalan adalah sarana yang biasa dilalui oleh mahluk hidup dan kendaraan atau barang. Secara
teknis pengertian jalan adalah sarana yang digunakan kendaraan untuk menghubungkan dari
suatu daerah ke daerah lainnya. Jalan diklasifikasikan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan
administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang
menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta
pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.
a. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan
Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.
Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
adalah:
- Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi
-

secara berdaya guna.


Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan

masuk dibatasi.
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak

dibatasi.
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

b.

Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan


Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan
jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut
statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota,
dan jalan desa.
-

Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di

dalam kota.
Jalan desa,

merupakan

jalan

umum

yang

menghubungkan

kawasan

dan/atau

antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.


c. Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi
dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara
tepat

dengan

mempertimbangkan

keunggulan

karakteristik

masing-masing

moda,

perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor


serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut juga kelas
jalan, terdiri dari:
-

Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini
masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara
maju seperti di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan
jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.

Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi

12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.


Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

2.2 Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah konstruksi yang diperuntukan bagi jalan lalu lintas yang terletak
diatas tanah dasar, dan pada umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah, pondasi atas, dan lapis
permukaan.

2.2.1

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya (lapisan pondasi atas, bawah, tanah
dasar).

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Gambar 2.1. Susunan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement)


a. Tanah Dasar (sub grade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah
timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.

b. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)


Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah
dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
- Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda.
-Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan lainnya dapat dikurangi
ketebalannya.
- Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi atas.
- Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Macam-macam tipe tanah setempat (CBR20%, PI10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi bawah.

c. Lapis Pondasi Atas (base course)


Lapis pondasi atas adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis
pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi atas antara lain :

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

-Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,


-Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR50%, PI4%) dapat digunakan sebagai
bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur.
d. Lapis Permukaan (surface course)
Adalah bagian perkerasan yang paling atas.
Fungsi lapis permukaan antara lain :
-Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda.
-Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
-Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
Bahan-bahan yang umum digunakan sebagai lapisan permukaan :
-Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I AC
-Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis slurry seal, DGEM, OGEM, dan macadam
emulsion
-Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN)
-Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
-Laburan Batu Dua Lapis (BURDA)
- Laburan Aspal (BURAS)
-Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
-Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)

2.3. Kerusakan Perkerasan Jalan


2.3.1. Pengertian

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Suatu keadaaan pada permukaan maupun struktur lapisan perkerasan jalan dengan kondisi tidak
seperti kondisi pada saat jalan tersebut mulai digunakan sehingga pengguna jalan mengalami
ketidaknyamanan perjalanan hingga sulit untuk dilalui kendaraan.
Kerusakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Permukaan tidak rata, bergelombang
Permukaan terkelupas
Berlubang kecil hingga besar dan dalam
Amblas, longsor hingga terputus

2.3.2. Karakteristik perkerasan jalan


Kondisi jalan secara umum dikelompokkan menjadi 3, yaitu1 :

Baik (good) yaitu kondisi perkerasan jalan yang bebas dari kerusakan atau cacat dan hanya

membutuhkan pemeliharaan rutin untuk mempertahankan kondisi jalan.


Sedang (fair) yaitu kondisi perkerasan jalan yang memiliki kerusakan cukup signifikan dan

membutuhkan pelapisan ulang dan perkuatan.


Buruk (poor) yaitu kondisi perkerasan jalan yang memiliki kerusakan yang sudah meluas dan
membutuhkan rehabilitasi dan pembangunan kembali dengan segera.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan, diantaranya :


Topografi dan lapisan tanah dasar
Material dan ketebalan lapisan perkerasan
Drainase (permukaan dan bawah perkerasan)
Kualitas pekerjaan konstruksi dan program pemeliharaan jalan
Lingkungan (curah hujan, temperatur)
Lalu Lintas (volume, berat sumbu, konfigurasi)
2.3.3. Jenis-jenis kerusakan

1 A World Bank Policy Study . Road Deterioration in Developing Country. 1989

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Menurut Manual Pemeliharaan Jalan Nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas2 :
A.

Retak (cracking), beberapa diantarnya :


Retak halus (hair cracking)
Retak kulit buaya (alligator crack)
Retak pinggir (edge crack)
Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack)
Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack)
Retak susut (shrinkage crack)
Retak selip (slippage crack)
Retak sambungan jalan (lane joint crack) yaitu retak memanjang yang terjadi pada
sambungan 2 jalur lalu lintas. Penyebabnya yaitu tidak baiknya ikatan sambungan kedua
jalur.

Gambar 2.2. Retak sambungan jalan (lane joit crack)


Retak refleksi (reflection crack) yaitu retak memanjang, melintang, diagonal, atau
membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan
di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki
secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan.

2 Ukirman.S. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung. 1993

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Gambar 2.3. Retak relfeksi (reflection crack)


Pada umumnya perbaikan kerusakan jenis retak dilakukan dengan mengisi celah retak dengan
campuran pasir dan aspal. Bila retak telah meluas dan kondisinya cukup parah maka dilakukan
pembongkaran lapisan yang retak tersebut untuk kemudian diganti dengan lapisan yang lebih
baik.

B. Distorsi (distortion)
Distorsi adalah perubahan bentuk yang dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan
yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas.
Distorsi beberapa diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.

Alur (ruts)
Keriting (corrugation)
Sungkur (shoving)
Jembul (upheaval)
Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat
terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam
lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas adalah beban
kendaraan yang melebihi apa yang di rencanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau
penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.

Perbaikan dapat dilakukan dengan :

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

- Untuk amblas 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen, laston,
lataston.
- Untuk amblas 5 cm, bagian yang amblas dibongkat dan dilapisi kembali dengan lapis yang
sesuai.

Gambar 2.4. Amblas (grade depression)


C. Cacat Permukaan (disintegration)
Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah :
1. Lubang (potholes)
2. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping), dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara
lapis permukaan dan lapis di bawahnya, atau terlalu tipisnya lapis permukaan. Perbaikan
dilakukan dengan cara diratakan kemudian dipadatkan dengan lapisan baru.
3. Pelepasan butir (raveling), memiliki akibat yang sama dengan yang terjadi pada jalan
berlubang. Perbaikan dilakukan dengan memberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.

Gambar 2.5. Pelepasan butiran (potholes)


D. Pengausan (polished aggregate)
E. Kegemukan (bleeding or flushing)
F. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

BAB III
TINJAUAN UMUM

Tinjauan lapangan dilakukan berupa pengamatan langsung di lokasi terjadinya keruskan yang
dilakukan pada tanggal 10 Januari 2015 pukul 09.00
3.1. Umum
-

Lokasi : Jl. Otto Iskandardinata, Cawang Kec.Jatinegara Jakarta Timur

Gambar 3.1. Peta lokasi kerusakan perkerasan lentur


Jenis
: Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Kepemilikan
: Jalan Kota
Fungsi
: Jalan Kolektor (menghubungkan antar kota/kota-kota disekitar)
Kondisi Lingkungan : - Memiliki saluran drainase (lebar 1 m)
- Memiliki trotoar untuk pejalan kaki
- Memiliki median (lebar 60 cm)

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Lebar jalan
Jumlah lajur
Rincian lajur

Memliki kanstin lubang untuk pembuangan dari permukaan

perkerasan ke dalam saluran drainase


: 10 meter
: 2 lajur 2 arah
: 2 lajur kendaraan

3.2 Data kerusakan yang terjadi


Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan survey langsung dilapangan dapat di simpulkan
beberapa kerusakan yang terjadi pada lapisan permukaan perkerasan lentur Jalan Otto Iskandar
Dinata, diantanya yaitu :
a.

Pelepasan butir (raveling) pada permukaan perkerasan jalan

b.

Lubang (potholes) pada permukaan perkerasan jalan

c. Amblas (grade depressions) pada permukaan perkerasan jalan


d. Ketidakrataan permukaan perekerasan jalan akibat lubang (potholes) & pelepasan butir
(raveling)

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Penyebab Kerusakan
Setalah melakukan tinjauan langsung di lapangan maka dilakukan analisa penyebab dari
kerusakan tersebut. Adapun penyebab dari kerusakan tersebut terdiri dari berbagai faktor, yaitu
sebagai berikut
- Faktor lalu lintas
Berdasarkan pengamatan di lapangan faktor lalu lintas diindikasi menjadi salah satu penyebab
terjadinya kerusakan pada jalan tersebut. Pada jalan tersebut dilewati oleh kendaraan pribadi
angkutan umum serta kendaraan dengan muatan besardengan jumlah volume yang cukup
banyak. Kendaraan-kendaraan tersebut terdiri dari bis, truck, kontainer dan beberapa jenis
mobil penumpang, serta motor. Begitu pula dengan kendaraan yang melakukan parking on the
street di ruas Jalan Otto Iskandardinata tersebut.
- Berdasarkan tinjauan pelaksanaan dan pemeliharaan
Berdasarkan tinjauan pelaksanaan, diindikasi pada pelaksanaan pemadatan dilakukan kurang
sempurna sehingga menyebabkan ikatan aspal tidak terjadi dengan baik, berhubungan dengan
aspek material tadi, terjadi penurunan ikatan dan penurunan kekuatan tarik dari aspal lapisan
permukaan. Hal ini terlihat pada keretakan memanjang pada pemukaan jalan yang ditemui
banyak keretakan.
Adapun pemeliharan pada jalan existing agak sulit dilakukan mengingat arus lalu lintas yang
melewati jalan tersebut cukup besar. Faktor curah hujan yang cukup tinggi pada awal tahun

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

2015 di kota Jakarta mempengaruhi keadaan perkerasan pada jalan tersebut, banyak air yang
menggenang di ruas-ruas Jalan Otto Iskandardinata.

- Berdasarkan faktor drainase


Pada hasil tinjauan di lapangan ditemui beberapa drainase jalan yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, hal ini menimbulkan hambatan dalam buangan air yang berada di
existing jalan sehingga faktor terhambatnya drainase menjadi salah satu penyebab kerusakan
jalan.
4.2 Metode Perbaikan Jalan
Berdasarkan pengamtan dan analisa secara visual pada kerusakan yang terjadi, maka kondisi
perkerasan berada pada level (fair. Pada level kondisi perkerasan ini maka diperlukan pelapisan
ulang (overlay pada lapis perkerasan. Adapun dalam penyelesaian permasalahan kerusakan jalan
ini dilakukan dengan tindakan perbaikan dan pencegahan guna meminimalisir terjadinya
kerusakan.
4.2.1 Teknis Perbaikan
Adapun untuk teknis perbaikan overlay pada ruas jalan ini adalah dengan metode setengah ruas
jalan, metode ini dilakukan agar ruas jalan ini tidak sampai ditutup sehingga akses jalan tersebut
tetap dapat digunakan. Resikonya adalah terjadinya kemacetan yang sangat padat pada ruas jalan
tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi dalam perbaikan jalan maka dilakukan overlay metode
recycling dengan alasan sebagai berikut
-Mengembalikan kekuatan perkerasan lama tanpa meninggikan elevasi permukaan jalan
-Memanfaatkan kembali bahan eks perkerasan
-Mempertahankan geometrik jalan
-Penghematan material agregat, aspal, energi
-Mengurangi kerusakan lingkungan
-Perbaikan kualitas lapis pondasi bisa dilaksanakan dengan cepat apabila ternyata terjadi
kerusakan pula
-Pengerjaan dengan metode ini tidak sampai melakukan penutupan ruas jalan yang bersangkutan

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

-Tidak menambah beban mati dari lantai jalan terhadap lapisan tanah dasar
Rekomendasi metode penambahan lapisan (overlay) dengan metode recycling adalah
sebagai berikut :
1. Pengujian awal sebelum memulai recycling
Survei kondisi perkerasan secara visual untuk melihat kondisi kerusakan perkerasan yang

ada.
Pengujian lendutan setiap interval 50 meter dengan alat FWD (Falling Weight
Deflectometer). Pengujian lendutan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelenturan /

keelastisan perkerasan lama.


Penyelidikan lapangan boring, coring, test pit untuk mengetahui ketebalan jalan aspal
(melintang dan membujur), mengetahui kondisi material existing, memeriksa daya
dukung.

2. Pelaksanaan recycling

Galian Lapisan Beraspal dengan Cold Milling Machine (CMM)


Lapisan aspal yang sudah mengalami kerusakan digali secara mekanis dengan
menggunakan Cold Milling Machine dan material RAP hasil galian di stok di suatu
tempat yang kemudian digunakan untuk campuran dengan Asbuton (MS.744) yang baru.
Pengaturan :
Kecepatan alat CMM dalam pelaksanaan pengupasan lapisan eksisting harus diatur
dengan baik agar menghasilkan gradasi baik untuk digunakan dengan Asbuton yang baru.
Peralatan :
a. Cold Milling Machine
b. Dump truck

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Gambar 4.1. Cold milling machine

Gambar 4.2. Proses penghancuran permukaan eksisisting

Daur ulang perkerasan jalan dengan metode CTRSB


Lapisan tambah yang akan dibuat di perkuat dengan menambahkan semen dengan
proporsi tertentu untuk mencapai kekuatan 25 kg/cm2 (kuat tekan bebas umur 7 hari).
Penebaran semen dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat penerbar semen
(Cement

Spreader)

yang

memiliki

akurasi

penebaran

yang

baik.

Proses daur ulang dilakukan secara mekanis dengan alat pendaur ulang (recycling

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

machine 600 HP) yang dapat melakukan proses daur ulang secara langsung dilokasi (in
situ).
Peralatan :
a. Cement Spreader
b. Recycling Machine (WR.2500S)
3. Penghamparan dan pemadatan lapisan tambah dari recycling
Suhu penghamparan harus sesuai dengan spesifikasi pada umumnya yaitu 120C, lalu
kemudian setelah itu dilakukan pemadatan dengan jumlah lintasan yang sesuai dengan
spesifikasi rencana.

Gambar 4.3. Pelaksanaan penghamparan dan pemadatan

4.2.2 Metode Pencegahan

TUGAS PERKERASAN JALAN BAB I

Untuk meminimalisir kerusakan jalan tersebut maka diperlukan pemeliharaan, regulasi, dan
pengawasan yang berkesinambungan dari semua pihak.
- Pemeliharaan jalan dilakukan secara berkala pada waktu yang telah ditentukan
- Regulasi diberlakukan pada pembatasan berat sumbu kendaraan yang melintasi ruas jalan
tersebut
- Pemberlakuan regulasi ini harus disertai dengan pengawasan yang berkesinambungan dari
berbagai pihak guna mengawasi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana transportasi
yang digunakan bersama-sama.
Selebihnya adalah kesadaran dari setiap individu sebagai pengguna jalan dalam memanfaatkan
prasarana transportasi agar terciptanya kenyamanan dan keamanan dalam bertaransportasi.

Anda mungkin juga menyukai