“Klasifikasi Jalan”
Dosen Pengampu :
Oktaviani, ST, MT
Dibuat oleh:
NIM : 19323013
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas berjudul “Klasifikasi Jalan” ini dengan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Geometrik Jalan Raya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang konsep dan defenisi perencanaan geometrik jalan raya bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Oktaviani, ST, MT , selaku dosen mata kuliah
Geometrik Jalan Raya yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni di mata kuliah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber – sumber yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya
menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas saya ini.
M. Iqbal Pranagung
Klasifikasi Jalan
Menurut Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Direktorat Jendral Bina Marga tahun
1997, jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:
1. Klasifikasi menurut fungsi jalan,
2. Klasifkasi menurut kelas jalan,
3. Klasifikasi menurut medan jalan dan
4. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan
Disamping fungsi jalan diatas klasifikasi jalan juga dapat dibagi menjadi :
a. Jalan Arteri Primer
Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan melalui
jalan ini. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
b. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat
puluh) km per jam. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah
dari jalan arteri primer. Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan
untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor
primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih
pendek dari 400 meter.
c. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. Jalan
lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km
per jam. Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar
badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter. Besarnya lalu lintas harian
rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem primer
d. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder menghubungkan Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam. Lebar badan jalan tidak
kurang dari 8 delapan) meter. Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.
e. Jalan Kolektor Sekunder
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan
fungsi jalan yang lain. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh)
meter. Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) km per jam. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan
melalui fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
f. Jalan Lokal sekunder
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
km per jam. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
2. Klasifkasi Menurut Kelas Jalan
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).