Anda di halaman 1dari 8

TUGAS GEOMETRIK JALAN RAYA

“Klasifikasi Jalan”

Dosen Pengampu :

Oktaviani, ST, MT

Dibuat oleh:

Nama : M. Iqbal Pranagung

NIM : 19323013

Jadwal : Senin (09.41 – 12.20)

Prodi : S1 Teknik Sipil

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas berjudul “Klasifikasi Jalan” ini dengan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Geometrik Jalan Raya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang konsep dan defenisi perencanaan geometrik jalan raya bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Oktaviani, ST, MT , selaku dosen mata kuliah
Geometrik Jalan Raya yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni di mata kuliah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan sumber – sumber yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya
menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas saya ini.

Padang, 23 Februari 2021

M. Iqbal Pranagung
Klasifikasi Jalan

Menurut Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Direktorat Jendral Bina Marga tahun
1997, jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:
1. Klasifikasi menurut fungsi jalan,
2. Klasifkasi menurut kelas jalan,
3. Klasifikasi menurut medan jalan dan
4. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan

1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan


Klasifikasi jalan menurut Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Direktorat Jendral
Bina Marga tahun 1997, dibagi menjadi jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.
a. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
b. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
c. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Disamping fungsi jalan diatas klasifikasi jalan juga dapat dibagi menjadi :
a. Jalan Arteri Primer
Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan melalui
jalan ini. Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
b. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat
puluh) km per jam. Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah
dari jalan arteri primer. Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan
untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya. Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor
primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih
pendek dari 400 meter.
c. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. Jalan
lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km
per jam. Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar
badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter. Besarnya lalu lintas harian
rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem primer
d. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder menghubungkan Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam. Lebar badan jalan tidak
kurang dari 8 delapan) meter. Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.
e. Jalan Kolektor Sekunder
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan
fungsi jalan yang lain. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh)
meter. Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah
20 (dua puluh) km per jam. Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan
melalui fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
f. Jalan Lokal sekunder
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
km per jam. Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
2. Klasifkasi Menurut Kelas Jalan
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).

3. Klasifikasi Menurut Medan Jalan


a. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus garis kontur.
b. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam tabel
2.2

c. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman


kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan
pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No.26/1985 adalah :
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

RSNI. 2004. Geometri Jalan Perkotaan. Badan Standar Nasional


Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta, Februari 1997.
Wikipedia & Dinas Perhubungan

Anda mungkin juga menyukai