Anda di halaman 1dari 21

KONSTRUKSIJALANDANJEMBATAN

JENIS BAHAN PEKERASAN JALAN


KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN KLASIFIKASI JALAN

1. K O N S T R U K S I J A L A N D A N J E M B A T A N
o JENIS BAHAN PEKERASAN JALAN
o KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
o KLASIFIKASI JALAN

2 3.1. Memahami klasifikasi Jalan


4.1. Menyajikan klasifikasi Jalan

2. KOMPETENSI DASAR
TUJUAN PEMBELAJARAN SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN INI,
SISWA DIHARAPKAN DAPAT MENJELASKAN &
MEMPRESENTASIKAN : DEFINISI JALAN KLASIFIKASI DAN JENIS-
JENIS JALAN

JALAN DAN FUNGSINYA


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.

BAGIAN – BAGIAN JALAN


1) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
2) Ruang Milik Jalan (Rumija)
3) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)
RUMAJA (RUANG MANFAAT JALAN)
Ruang yang meliputi badan jalan, median jalan, saluran tepi, sampai bahu jalan

RUMIJA ( RUANG MILIK JALAN )


Daerah milik Jalan diperuntukan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelebaran jalan maupun
penambahan jalur talu lintas dikemudian hari, serta kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan
RUWAJA ( RUANG PENGAWASAN JALAN )
Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dimaksudkan agar pengemudi
mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari pengaruh lingkungan, misalnya
oleh air dan bangunan liar (tampa izin)
KLASIFIKASI JALAN MENURUT :
1) Fungsi jalan
2) Kelas jalan
3) Medan jalan
4) Wewenang pemerintah
MENURUT FUNGSI
Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar kota. Jalan
arteri primer melalui atau menuju kawasan primer. Jalan arteri primer dirancang
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60km/jam. Lebar badan jalan arteri primer
tidak kurang dari 8 meter 1.
Jalan Arteri Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri- ciri: - Perjalanan jarak
jauh - Kecepatan rata-rata tinggi - Jumlah jalan masuk dibatasi
Kondisi minimal Jalan Arteri primer Penampang tipikal jalan arteri primer Kendaraan
angkutan barang berat dan kendaraan umum bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lokasi
berhenti dan parkir pada badan jalan seharusnya tidak diizinkan.
ARTERI PRIMER
Penampang tipikal jalan arteri Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam. Kondisi minimal Jalan Arteri Lebar
badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter

ARTERI SEKUNDER
Jalan arteri sekunder menghubungkan Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk
pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.

ARTERI SEKUNDER
Jalan yg melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri: perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata2 sedang jumlah jalan masuk dibatasi.

JALAN KOLEKTOR
Kondisi minimal Jalan kolektor primer Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km per jam Penampang tipikal jalan
kolektor primer Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien.
Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.

KOLEKTOR PRIMER
Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan
fungsi jalan yang 'lain. Penampang tipikal jalan kolektor sekunder Jalan kolektor
sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per
jam

KOLEKTOR PRIMER
Kondisi minimal Jalan kolektor sekunder Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 (tujuh)
meter Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini
di daerah pemukiman

KOLEKTOR SEKUNDER
Jalan yg melayani angkutan setempat pi dengan ciri-ciri: perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata2 rendah jumlah jalan masuk tidak diketahui.
JALAN LOKAL
Kondisi minimal Jalan lokal primer

LOKAL PRIMER
Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya. Jalan
lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km
per jam. Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar
badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter Besarnya lalu lintas harian
rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem primer
Kondisi minimal lokal sekunder

LOKAL SEKUNDER
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
km per jam Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter Kondisi
Minimum Penampang tipikal jalan

LOKAL
MENURUT KELAS JALAN
Berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam
muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton

KLASIFIKASI MENURUT KELAS JALAN & KETENTUANNYA


serta kaitannya dengan kasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.1
(Pasal 11, PP. No.43/1993).
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat MST (ton) Arteri I>10 II10 IIIA8 Kolektor IIIA 8
IIIB Tabel II.1.
Klasifikasi menurut kelas jalan.

JALAN MENURUT KELAS


KELAS I
yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran
lebar tidak lebih 2,5 m, ukuran Panjang tidak lebih dari 18 m, ukuran paling tinggi 4,2 m,
dan muatan sumbu terberat 10 ton.

KELAS II yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran Panjang tidak melebihi 18
m, dan muatan sumbu terberat 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk
angkutan peti kemas.

KELAS III A yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak
melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

KELAS III B yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak melebihi 12
meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

MENURUT MEDAN JALAN


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus garis kontur Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan
geometrik dapat dilihat dalam Tabel 11.2.
Klasifikasi menurut medan jalan Tabel 11.2.
Klasifikasi menurut medan jalan NoJenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
1. Datar D < 3 2
2. Perbukitan B 3-25
3. Pegunungan G > 25

MENURUT WEWENANG PEMBINAANNYA


Sesuai PP No. 26/ 1985 adalah :
1. Jalan Nasional
2. Jalan Propinsi
3. Jalan Kabupaten/ Kotamadya
4. Jalan Desa
5. Jalan khusus

JALAN NASIONAL
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol
JALAN PROVINSI
merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan
jalan strategis provinsi

JALAN KABUPATEN
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan
Nasional dan jalan Provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam
wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten

JALAN DESA
Jalan Desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan

JALAN KHUSUS
Jalan Khusus, jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

KLASIFIKASI JEMBATAN
Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan
lalu lintas biasa). Jembatan yang merupakan bagian dari jalan, sangat diperlukan dalam
sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan pada daerah
tersebut. Perencanaan pembangunan jembatan harus diperhatikan seefektif dan seefisien
mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat memenuhi keamanan dan kenyamanan
bagi para pengguna jembatan.
Keberadaan jembatan saat ini terus mengalami perkembangan, dari bentuk sederhana
sampai yang paling kompleks, demikian juga bahan – bahan yang digunakan mulai dari
bambu, kayu, beton dan baja. Penggunaaan bahan baja untuk saat – saat sekarang
maupun di masa mendatang.

MACAM – MACAM KLASIFIKASI JEMBATAN


Apakah kalian mengetahui setiap jembatan itu mempunyai klasifikasi baik ditinjau dari
bentur struktur ataupun dari material jembatan itu sendiri, untuk itu saya postingkan
gambar dan keterangan sebagai alat bantu untuk memahami berbagai tipe jembatan.
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam
jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan
lain-lain seperti berikut:
Jembatan Ditinjau Dari Material Yang Digunakan
Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang
dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama bangunan atas, berikut
jembatan ditinjau dari material yang digunakan dibedakan menjadi:
A. Jembatan Kayu (Log Bridge)
Klasifikasi Jembatan
Jenis-Jenis Jembatan
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana ditinjau dari segi konstruksi yang sangat
mudah, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari material kayu yang sifatnya
darurat atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.
Jembatan ini sangat dikenal oleh manusia, ketika masa lampau untuk menghubungkan
sungai cukup menggunakan kayu, entah dari pohon yang tumbang atau sengaja
dirancang, salah satu ahli mengatakan bahwa jembatan yang terbuat dari material kayu,
merupakan jembatan yang mudah diperbaharui.
Dari segi materialnya kayu memmpunyai beberapa keuntungan dan kekurangan,
diantaranya sebagai berikut ini:
a) Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat
dikerjakan dengan alat yang lebih sederhana.
b) Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli yang tinggi. Sebagai contohnya pada sambungan konstruksi
jembatan baja memerlukan peralatan dan ketrampilan tenaga kerja tersendiri,
sedangkan pada konstruksi kayu dapat menggunakan bor tangan.
c) Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu, yang mana
menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton
siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan
tulangan, sehingga menghemat biaya.
d) Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti pada baja atau beton.
e) Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan
dipadukan dengan lingkungan sekitar.
f) Jadi dapat saya simpulkan bahwa jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi
sederhana dengan bentang pendek, karena untuk jembatan dengan bentang yang
panjang, material kayu sudah tidak ekonomis lagi.

B. Jembatan Baja (Steel Bridge)


Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur
baja: deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel,
pada jembatan baja saya akan menerangkan jembatan rangka baja, ialah jembatan
yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan
memiliki kemampuan untuk mendistribusikan beban ke setiap rangka-rangkanya.
Rangka batang tersebut terdiri dari batang tarik dan batang tekan.
Batang tarik adalah batang yang menerima beban tarik. Desain untuk batang tarik
didasarkan atas ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi tidak boleh
melampaui tegangan ijin. Apabila ada lubang maka luas penampang adalah luas
netto (luas brutto-luas lubang). Untuk menahan beban berguna dipakai factor of
safety (faktor keamanan) yang cukup terhadap kehancuran.
Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang. Batang ini
dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya. Kolom juga merupakan
batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap,
lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya
akan melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.

C. Jembatan Beton (Concrete Bridge)


Jembatan yang terbuat dari material beton pertama kali digunakan pada abad ke
19, industry semen mendominasi setelah tahun 1865, beton banyak digunakan
untuk jembatan lengkung dan konstruksi bagian bawah, jembatan beton bertulang
pertama kali dibangun setelah ditemukannya teknik pembuatan beton bertulang
untuk struktur, yaitu di prancis pada tahun 1875.
Selama beberapa dekade jembatan beton bertulang dibangun untuk jembatan
dengan bentang pendek, terutama pada awal tahun 1890 dan semakin meningkat
pada abad ke 20. Slab dan gelagar jembatan beton bertulang secara luas
digunakan untuk bentang-bentang pendek untuk beberapa dekade.

D. Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)


Pada tahun 1928 pengguanaan beton prategang modern dikemukaan pertama kali
di prancis, ia mengaplikasikan kawat – kawat baja berkualitas tinggi pada balok
prategang dengan system penegangan pra – penegangan (pre tensioning) dan
pada tahun 1940 magnel mengembangkan system pasca penegangan yang lebih
dikenal dengan magnel system of Belgium.
Pada tahun 1950 dikembangkan jembatan beton prategang segmental (cast in
place), jembatan segmental ini bisa disebut juga pracetak (precast) atau cetak di
tempat (cast in place) dengan menggunakan metode konstruksi kantilever yang
dikerjakan bentang demi bentang, dipasang tahap demi tahap atau dipasang
dengan system incremental launching.
Konstruksi jembatan beton prategang segmental dapat mencapai panjang bentang
800 ft yaitu 250 meter atau bentang seri 1000 ft yaitu 300 meter. Bila digunakan
dlam jembatan cable stayed jarak bentang dapat mencapai 1500 ft yaitu 450
meter.

E. Jembatan Komposit (Composite Bridge)


jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan
yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat
gabungan yang lebih baik.
Jembatan komposit yang umum digunakan adalah kombinasi antara bahan
konstruksi baja dengan beton bertuang, yaitu dengan mengkombinasikan baja
sebagai deck (gelagar) dan beton bertulang sebagai plat lantai jembatan.

F. Jembatan Bambu
Merupakan jembatan sederhana yang materialnya terbuat dari bamboo, seperti
yang sudah saya tulis pada jembatan dengan material kayu, jembatan ini cukup
dikenal oleh manusia dan banyak dijumpai, pembuatanya juga tidak memerlukan
perlatan modern sehingga mudah dirancang oleh manusia dengan peralatan yang
seadanya contohnya dibuat seperti anyaman, jembatan dengan material bambu
digunakan pada jembatan pendek dan tidak terlalu panjang.

G. Jembatan Pasangan Batu Kali/Bata


Jembatan jenis ini seluruh struktur baik srtuktur atas dan struktur bawah dibuat
dari pasangan batu kali atau bata merah yang merupakan jenis jembatan dengan
system gravitasi yang kekuatanyamengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari
jembatan ini sebagian besar berbentuk struktur lengkung dibagian bentang yang
harus menahan beban utama.
Jembatan Ditinjau Dari Analisa Struktur Konstruksi
A. Jembatan Statis Tertentu
Disebut statis tertentu karena bangunan tersebut mengunakan system yang paling
sederhana, Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan
syarat-syarat keseimbangan yaitu:
a. -∑V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama
dengan nol)
b. -∑H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama
dengan nol).
c. -∑M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus
sama dengan nol).
B. Jembatan Statis Tak Tentu
Dikatakan statis tak tentu ialah jika suatu struktur tidak bisa diselsaikan dengan
hanya pertolongan persamaan keseimbangan, dalam syarat keseimbangan ada 3
persamaan, apabila sebuah struktur yang mempunyai reaksi perletakan lebih dari
tiga, maka reaksi-reaksi perketakan tersebut tidak bisa dihitung hanya dengan 3
persamaan keseimbangan.
Jembatan Ditinjau Dari Fungsi Atau Kegunaannya
1) Jembatan Untuk Lalu Lintas Kereta Api
Jembatan yang digunakan untuk menhubungkan rel yang leintasi rintangan
seperti sungai, jalan untuk dilewati kereta api.
2) Jembatan untuk lalu lintas biasa atau umum
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang melintasi
sungai atau jalan lain dengan tujuan agar bisa dilintasi oleh kendaraan darat.
3) Jembatan Berfungsi Ganda
Jembatan dimana sisi atas dan bawah digunakan untuk melintasi dengan objek
yang berbeda, seperti jembatan cirahong, bagian atas digunakan untul rel
perlintasan kereta api, sementara dibawah untuk mobill, motor.
4) Jembatan Khusus
Jembatan khusus dibuat untuk pipa – pipa perusahaan minyak dari satu daerah ke
daerah lainya, Karena pipa tersebut tidak selamanya harus tertanam didalam
tanah.
Jembatan Ditinjau Menurut Sifat – Sifat Jembatan
A. Jembatan Sementara Atau Darurat
Dikatan jembatan sementara atau darurat karena jembatan tersebut diperuntukan
dan dibangun pada keadaan tertentu, missal jembatan yang sedang di renovasi
kemudian dibuatkan jembatan semnetara yang terbuat dari material pohon kelapa
dengan tujuan agar jembatan tersebut masih bisa difungsikan.

B. Jembatan Tetap Atau Permanen


Jembatan dikatakan tetap atau permanen ialah jembatan yang dirancang untuk
keberadaannya dapat dimanfaatkan terus atau sesuai umur rencana jembatan atau
tidak terikat waktu, jembatan ini berupa jembatan kayu, jembatan baja, jembatan
beton bertulang.
C. Jembatan Bergerak
Disebut jembatan bergerak karena jembatan tersebut dirancang dapat
dipindahkan atau dapat dibuka untuk jalur air yang amat atau watercrafts atau
jembatan dapat diputar, dibuka ditutup seperti jembatan yang melintasi sungai
atau lautan yang bisa dibuka untuk kapal lewat.
Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat
memerlukan ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar
sangat tinggi dianggap tidak ekonomis. Ada tiga macam tipe jembatan bergerak
yaitu:
a. jembatan terbuka (bascule bridges),
b. jembatan terangkat vertikal (verticalift bridges),
c. jembatan berputar (swing bridges).
Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang tidak
terlalu panjang dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat vertikal atau
vertical lift bridges biasanya digunakan untuk bentang yang lebih panjang yaitu sekitar
175 m, tetapi jarak bersih yang didapat tergantung dari seberapa tinggi jembatan dapat
dinaikan.
Pada umumnya ketinggian maksimum untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40
m. Jembatan berputar mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewat tidak
dibatasi ketinggiannya. Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai
dengan 160 m.
Jembatan Ditinjau Dari Bentuk Struktur Konstruksi
Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan strukturnya
maupun dari bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan cocok digunakan
untuk kondisi yang berbeda. Menurut Satyarno (2003), sesuai dengan perkembangan,
bentuk jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat komplek. Secara
garis besar terdapat sembilan macam perencanaan jenis jembatan yang dapat digunakan,
yaitu:
1. Jembatan Gelagar Biasa
Jembatan seperti ini digunakan pada jembatan bentang pendek sampai sedang dan
beban hidup yang lewat relative kecil seperti jembatan penyebrang orang dan
sebagainya.
Gelagar induk jembatan ini merupakan struktur balok biasa yang menumpu pada
kedua abutment dengan susunan struktur. sperti pada jembatan gelagar biasa dengan
material kayu dan baja atau beton.

Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang dapat berupa
balok dengan perletakan sederhana (simple spans) maupun dengan perletakan
menerus (continous spans).
Jembatan balok terdiri dari struktur berupa balok yang didukung pada kedua
ujungnya, baik langsung pada tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut
pilar atau pier. Jembatan balok tipe simple spans biasa digunakan untuk jembatan
dengan bentang antara 15 meter sampai 30 meter dimana untuk bentang yang kecil
sekitar 15 meter menggunakan baja (rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang
yang berkisar sekitar 30 meter menggunakan beton prategang.
2. Jembatan Portal
Merupakan jembatan rangka baja yang sisi kiri kanan dan atasnya, memiliki
konstruksi yang menyambung dari batang satu ke batang lainya. Struktur portal
adalah suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling
berhubungan yang berfungsi menahan beban sebagai suatu kesatuan lengkap
yang berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh diafragma-diafragma
horisontal atau sistem-sistem lantai.
3. Jembatan Rangka
Jembatan rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak jenisnya. Stuktur
jembatan jenis ini terbuat dari material baja digunakan untuk bentang jembatan
yang relative panjang, biasanya yang umum ditemukan struktur rangka batang
dipasang di bagian kiri – kanan.
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari bahan
baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau baut yang
membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan untuk
bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka yang dapat
digunakan diantaranya sebagai berikut:
a) pratt truss,
b) parker pratt truss,
c) baltimore pratt truss,
d) pennsylvania-petit pratt truss,
e) warren truss,
f) subdivided warren truss,
g) howe truss,
h) whicert truss,
i) cantilever through top truss,
j) cantilever through top and bottom trus
4. Jembatan Gantung
Jembatan gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur
penopang yang berupa tiang, pilar atau menara, struktur jembatan berupa gelagar
induk dan gelagar melintang, lantai kendaraan, pejangkar kabel dan kabel
penggantung yang membentang sepanjang bentang sejajar dengan arah
memanjang jembatan, dimana kabel sebagai struktur utama yang mentransfer
seluruh beban ke bagian bawah jembatan yang berupa abutment, penjangkar
kabel dan tiang penopang.
Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang
menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung kabel tersebut
diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton.
Dek jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan kabel-kabel
yang lebih kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton atau rangka
baja. Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Kabel utama
mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban tersebut ke pilar
utama dan ke angkur. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang
digunakan untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2
km.

5. Jembatan Kabel Penahan


Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan gantung dimana
terdapat juga dua pilar atau tower. Akan tetapi pada jembatan kabel dek jembatan
langsung di hubungkan ke tower dengan menggunakan kabelkabel yang
membentuk formasi diagonal, Kalau pada jembatan gantung struktur dek dapat
terbuat dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel umumnya deknya
terbuat dari beton.
Jembatan kabel ini juga digunakan untuk bentang-betang besar tetapi tidak
sebesar bentang pada jembatan gantung. Besar bentang maksimum untuk
jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.

6. Jembatan Pelengkung/Busur
Merupakan suatu tipe jembatan yang menggunakan prinsip kestabilan dimana
gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di transformasikan ke bagian akhir
lengkung atau abutment.
Jembatan lengkung dapat dibagi menjadi 11 macam yaitu:
a) fixed arch,
b) one-hinged arch,
c) two-hinged arch,
d) three-hinged arch,
e) solid ribbed arch (tied arch),
f) spandrel braced (cantilever) arch,
g) trussed deck arch,
h) trussed through arch (tied arc),
i) trussed through arch,
j) closed spandrel deck arch,
k) open spandrel deck arch.

Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja maupun beton
bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun bentang yang besar.
Jembatan lengkung tipe closed spandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya
sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar
jembatan lengkung dapat digunakan untuk bentang sampai 500 m.

7. Jembatan Pelat
Jembatan ini merupakan beton bertulang yang antara gelagar induk dan pelat
lantai kendaraan dicor bersamaan dan menyatu sebagai balok T.
8. Jembatan Kantilever (Cantilever Bridges)
Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan jembatan balok. Tipe
jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu tipe cantilever dan tipe cantilever
with suspended span. Pada jembatan kantilever, sebuah pilar atau tower dibuat
dimasing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan jembatan dibangun
menyamping berupa kantilever dari masing-masing pilar atau tower. Pilar atau
tower ini mendukung seluruh beban pada lengan kantilever.

9. Jembatan Terapung (Floating Bridges)


Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada pontonponton
sebagaimana dilihat pada Gambar 2.23. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya
banyak sehingga jika salah satu ponton terjadi kebocoran maka tidak begitu
mempengaruhi atau membahayakan kestabilan jembatan apung secara
keseluruhan. Kemudian ponton yang terjadi kebocoran ini dapat diperbaiki.
Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai jembatan sementara
oleh militer. Namun kini jembatan terapung banyak digunakan apabila
kedalaman air yang akan dibuat jembatan cukup dalam dan kondisi tanah dasar
sangat jelek sehingga sangat sulit untuk membuat fondasi jembatan. Saat ini
ponton-ponton yang digunakan pada jembatan terapung dapat dibuat dari beton
dimana bentang total dapat mencapai sebesar 2 km.

10. Jembatan Kombinasi (Combination Bridges)


Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih dari satu jenis
jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan bentang sangat besar dimana
penggunaan s satu jenis jembatan tidak ekonomis.
Jembatan Yang Dapat Digerakkan (Umumnya Dari Baja)
1. Jembatan Yang Dapat Berputar Diatas Poros Mendatar, Seperti:
a) jembatan angkat
Jembatan angkat seperti yang melintasi lautan, kemudian jembatan bisa
diangkat untuk perlintas kapal.
b) Jembatan Baskul
Jembatan baskus terbuat dari pelat baja, jembatan baskul banyak dijumpai
pada truk sebagai pelat injak turunnya kendaraan mobil, motor atau lainya
dari truk.
c) jembatan lipat strauss.
Jembatan lipat strauss umumnya digunakan untuk pejalan kaki, banyak
dijumpai di taman – taman luar negri, tetati memungkinkan juga berada di
tempat lain, lebar jembatan ini relative kecil, jembatan lipat strauss
terbuat dari baja, bentuknya seperti jembatan lainya tetapi ketika dilipat
membentuk lingkaran atau setengah lingkaran.
2. Jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang dapat berpindah
sejajar mendatar,
4) Jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan putar,
5) jembatan yang dapat bergeser kearah tegak lurus atau mendatar:
d) Jembatan Angkat
jembatan angkat juga termasuk jembatan yang dapat bergeser kea rah
tegak lurus/mendatar dan jembatan yang dapat diputar pada pros
mendatar, jenis jembatan ini seperti yang melintasi lautan, kemudian
jembatan bisa diangkat untuk perlintas kapal.
b) Jembatan Beroda
Dikatakan beroda karena mempunya roda yang berdungsi untuk maju
mundurnya dari abutment ke pilar atau dari pilar satu ke pilar lainya,
jembatan jenis seperti ini terbuat dari material baja dan banyak dijumpai
ketika instalasi girder, ketika launching girder di Tarik ke tengah
menggunakan jembatan beroda atau istilah lain dari jembatan beroda
adalah bailey.
c) Jembatan Goyah
Dikatakan goyah karena jembatan ini lentur ketika di injak, jembatanya
relative pendek atau sedang sementara lebarnya rata rata 1 meter, jenis
jembatan seperti ini biasanya untuk digunakan pejalan kaki melintasi
sungai, bentuk nya seperti jembatan gantung.
Klasifikasi Jembatan Menurut Kelas Bina Marga
Jembatan Kelas Standar (A/I)
1) Merupakan jembtan kelas standar dengan perencanaan 100% muatan “T” dan
100% muatan “D”. Dalam hal ini lebar jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00)
meter.
2) Jembatan Kelas Sub Standar (B/II)
3) Merupakan jembatan kelas standar dengan perencanaan 70% muatan “T” dan
70% muatan “D” dalam hal ini lebar jembatan (0,50 + 6,00 + 0,50) meter.
4) Jembatan Kelas Low Standar (C/III)
5) Merupakan jembatan kelas standar dengan perencanaan 50% muatan “T” dan
50% muatan “D” dalam hal ini lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter.
Klasifikasi Menurut Formasi Lantai Kendaraan
1. Jembatan lantai atas
2. Jembatan lantai tengah
3. Jembatan lantai bawah
4. Jembatan double deck
Klasifikasi Menurut Bidang Yang Dipotongkan
1. Jembatan tegak lurus
2. Jembatan lurus (Straight Bridge)
3. Jembatan menceng (Skewed Bridge)
4. Jembatan lengkung (Curved Bridge)

Klasifikasi Menurut Lokasi


1. Jembatan biasa
2. Jembatan viaduct
3. Jembatan layang (Overbridge /Roadway Crossing)
4. Jembatan kereta api
Jenis Drainase Jalan
Drainase permukaan :
Ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat
melaju dengan aman dan efisien serta untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam
struktur jalan.
Drainase bawah permukaan :
berfungsi untuk mencegah masuknya air dalam struktur jalan dan/atau menangkap dan
mengeluarkan air dari struktur jalan.

DRAINASE PERMUKAAN
Fungsi utama:
1. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air
2. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir menuju
jalan
3. Membawa air menyeberang alinemen jalan secara terkendali
4. Fungsi 1 & 2 dikendalikan oleh komponen drainase MEMANJANG, fungsi
5. Memerlukan bangunan drainase MELINTANG.

Drainase permukaan tepi jalan raya

Periode Ulang Debit Rencana


1. Klas Jalan
2. Periode Ulang (tahun)
3. Jalan tol (expressways)
4. Jalan arteri (arterial roads)
5. Jalan pengumpul (collector roads)
6. Jalan penghubung (access roads)

Drainase Memanjang
Permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan melintang yang cukup untuk
membuang air hujan secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas permukaan
air tanah setempat.

Bangunan drainase memanjang :


1) Parit/selokan (ditch)
2) Talang (gutters)
3) Saluran menikung keluar (turnouts)
4) Saluran curam (chutes)
5) Parit intersepsi (intercepting ditch)

Anda mungkin juga menyukai