Anda di halaman 1dari 49

PENGETAHUAN KOMPUTER

MODUL SAP2000 VERSI 19

PENULIS :

BUDIONO JOKO NUGROHO, ST

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 1
A. PENGENALAN SAP 2000
Software SAP2000 adalah software yang dikembangkan oleh CSI (Computers and Structures, Inc.) sejak 20 tahun
yang lalu yang berfungsi menghitung struktur baik 2D maupun 3D. CSI sendiri mempunyai berbagai jenis software
struktur yaitu SAP2000, ETABS, CSI Bridge. Dimana perbedaanya adalah sebagai berikut :

SAP2000 adalah untuk perhitungan struktur yang simpel dgn joint yang sedikit

ETABS adalah software perhitungan untuk gedung bertingkat

CSI Bridge adalah software perhitungan untuk jembatan.

Oleh karena itu adalah kuliah ini kita akan mempelajari SAP2000 sebagai dasar pengenalan perhitungan struktur dalam
dunia teknik sipil.

Urutan Flowchart Desain SAP 2000

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 2
Konsep Penyaluran Gaya Dan Beban di SAP2000

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 3
Sistem Koordinat

Macam – macam gaya yang berlaku di SAP 2000

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 4
Tampilan SAP2000

Keterangan :

1. Menu Define – mengisi data awal (material, koordinat,section )


2. Menu Assign – mengubah section & joint, mengisi beban
3. Menu Analyze – menganalisis semua data setelah selesai input semua data
4. Menu Display – memperlihatkan hasil analisis
5. Menu Design – mendesain beton, baja, alumunium
6. Tombol Lock – setelah analisis tombol lock akan aktif, untuk mengubah data perlu dibuka lagi tombol lock
7. Tombol Tampak – menzoom in, zoom out, rubber band dan full view
8. Tombol Tampilan – mengubah tampilan dari 3D, XY (atas), XZ (depan), YZ (samping)
9. Tombol Select Mode – tombol pilihan select
10. Tombol Draw Frame – menggambar frame
11. Tombol Poly Area – menggambar area tidak simetris
12. Tombol Area Rect – menggambar area kotak

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 5
B. DESAIN BANGUNAN BETON SAP2000
- Untuk pelatihan SAP 2000 ini memakai nilai :
Ketinggian lantai /Stories Height (z) = 3.
Ada 3 bay x dan 3 bay y
Lebar x / Bay x (b) = 4
Lebar y / Bay y (C) = 5

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 6
1. Data Bangunan :
- Terdapat plat lantai (area section) setebal 12cm untuk lantai 2 dan lantai atap
- Beban hidup lantai sebesar 250 kg/m2
- Terdapat 3 buah frame section :
Balok, Kolom dan Sloof.
- Data beton (concetre) sebagai berikut :
Kuat desak beton fc’ = 25Mpa atau K300
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √fc’ = 23500 Mpa
Poisson ratio beton, νc = 0,2
Berat jenis beton, λc = 2400 kg/m3
- Data tulangan (rebar) sebagai berikut :
Tulangan longitudinal, BJTD 40 (ulir) fy = 400 Mpa
Tulangan transversal/sengkang, BJTP 24 (polos) fys = 240 Mpa
Poisson ratio baja, νs = 0,3
Berat jenis baja, λs = 7850 kg/m3

Mutu Beton fc'


Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari,
dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.

Mutu Beton Karakteristik


Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur
beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama

Contoh :
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
F’c = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm

Berikut tabel konversi dari mutu beton fc ke beton K.


MUTU BETON K = fc’/0,083
Mpa Kg/cm²
fc 5.00 K 60.24
fc 10.00 K 120.48
fc 12.00 K 144.58
fc 15.00 K 180.72
fc 16.00 K 192.77
fc 20.00 K 240.96
fc 22.50 K 271.08
fc 25.00 K 301.20
fc 30.00 K 361.45
fc 35.00 K 421.69
fc 40.00 K 481.93

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 7
MUTU BETON fc = K x 0.083
Kg/cm² Mpa
K 100 fc 8.30
K 125 fc 10.38
K 150 fc 12.35
K 175 fc 14.53
K 200 fc 16.60
K 225 fc 18.68
K 250 fc 20.75
K 275 fc 22.83
K 300 fc 24.90
K 325 fc 26.98
K 350 fc 29.05

Tabel Mutu Beton dan Penggunaannya

Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu :

1. Baja Tulangan Polos (BJTP)


2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan
leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24). Dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16
(dengan Ø menyatakan simbol diameter polos).
Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan
mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-30). Dengan ukuran D10, D13, D19,
D22, D25 dan D29 (dengan D menyatakan simbol diameter ulir).

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 8
2. Pembebanan
Untuk nilai pembebanan riil dilapangan pakai SNI Pembebanan yang berlaku saat ini. Untuk pelatihan ini
memakai variabel dibawah :

Beban Mati (DL)


Beban mati sendiri (SW) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000

Beban mati tambahan (SIDL)


Terdiri dari ME, keramik, spesi semen untuk lantai 2,3 adalah SIDL = 175 kg/m2
Atau bisa disesuaikan tipe bangunannya beban riil ME,keramik,dll

Beban Tembok (DINDING)


Beban dinding dipisahkan karena pemodelan struktur bersifat open frame sehingga dinding dianggap
sebagai beban garis pada balok. Tembok tebal 15 cm dengan memakai tembok bata. Tembok mengelilingi
lantai 1,2 dan 3.
Karena nilai z / ketinggian adalah 3 maka berat dinding adalah
= (1800 kg/m3 x tebal dinding m x tinggi dinding m) kg/m.
= (1800 kg/m3 x 0,15 x 3) kg/m.
= 810 kg/m

Beban hidup (LL)


Untuk lantai 2,3 dan atap, LL = 250 kg/m2
Sesuai beban SNI untuk rumah tinggal 2,4 KN /m2
Sehingga didapat = 2,4 / 0,0098
= 244 kg/ m2 ~ 250 kg/ m2

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 9
SNI 1727:2013 hal 25

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 10
3. Pendimensian Stuktur Frame
SNI 2847:2013 Hal 70

a. Ukuran balok

Besar balok kolom memakai Rumus sesuai SNI. Sehingga karena x y nya sesuai contoh ini adalah
4 dan 5. Dipakai nilai 5 karena lebih besar dari 4. Sehingga karena balok 2 tumpuan sederhana
𝑙
memakai rumus sehingga
16
500
Tebal balok = 31,25cm = 35cm untuk tingginya 50cm.
16
Kenapa memakai tinggi 50 cm, karena biasanya tinggi balok 1,5 x lebar balok.
Sehingga dipakai balok 35x50

b. Sedangkan untuk kolom dipakai ukuran 35x35 sesuai tebal balok


Apabila bentang terbesar balok lebih besar maka otomatis ukuran kolom akan membesar.
Bentang Balok Ukuran Kolom
1– 3 meter 25 x 25
3 – 5 meter 35 x 35
5 – 6 meter 45 x 45
6 – 7 meter 50 x 50
7 – 8 meter 55 x 55
8 – 9 meter 60 x 60

c. Sedangkan untuk sloof dicoba pakai ukuran 20x30

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 11
Ingat jangan terbalik memasukkan ukuran balok dan sloof karena salah ukuran beda kemampuan daya
struktur.

4. Kombinasi Pembebanan
Sesuai SNI 2847 : 2013 Hal 65 kombinasi pembebanan yang dipakai untuk bangunan beton bertulang adalah
sebagai berikut :
U = 1,4D
U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
U = 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W)
U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 0,5(Lr atau R)
U = 1,2D + 1,0E + 1,0L
U = 0,9D + 1,0W
U = 0,9D + 1,0E

Dimana :
D = Dead Load / Beban Mati
L = Live Load / Beban Hidup
Lr = Live Roof Load / Beban Hidup Atap
R = Rain Load / Beban Hujan
W = Wind Load / Beban Angin
E = EarthQuake Load / Beban Gempa

Untuk pembebanan bab ini kita memakai beban gravitasi dahulu yaitu :
U = 1,4D
U = 1,2D + 1,6L

Beban lain akan dibahas lebih lanjut

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 12
TAHAP I – DEFINISI DATA STRUKTUR
1. Pilih New Model – Blank. Pastikan satuan dibawah kanan windows adalah kgf,m,C

2. Masukkan koordinat sistem di Define – Coordinat System/Grids – Modify/Show System


Masukkan data sebagai berikut :
Nilai z / ketinggian bangunan adalah 3. Masukkan nilai kelipatan 3 di Z Grid
Karena nilai x / lebar adalah 4. Masukkan nilai kelipatan 4 di X Grid
Karena nilai y / lebar adalah 5. Masukkan nilai kelipatan 5 di Y Grid
Nilai A1 dan A2 untuk plat tangga lantai 2 dan 3 yaitu 0,25 x dan 0,75 x = 1 dan 3
Nilai Tangga 1 dan Tangga 2 untuk bordes tangga lantai 2 dan 3 yaitu 0,5 Z dr lantai 1 dan 1 = 1,5 dan 4,5
Grid Y dibuat satu garis tambahan utk tangga yaitu 0,5 y dr Grid 3 = 12,5

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 13
Akan tampak 2 windows seperti diatas bila koordinat benar. Klik windows kiri dan klik XY supaya
windows kiri menjadi tampilan denah atas.
3. Set data material. Klik Define – Material – Add New Material.
Pilih Region – User, Material – Concrete
Masukkan data pertama untuk betonnya. Ubah dulu variabel ke N mm C. Berat jenis
beton = 2400 kg/m3; fc’ = 25 Mpa; Ec = 23500 Mpa; poisson ratio 0,2

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 14
Masukkan data tulangannya. Terdapat 2 buah tipe tulangan yaitu Tul Pokok dan Tul Begel.
Klik Add New Material lagi dan masukkan data sebagai berikut :
Pilih Region – User, Material Rebar
Tulangan Pokok. Berat jenis baja = 7850 kg/m3; fy = 400 MPa; Es = 200 000 Mpa;

Tulangan Begel. Berat jenis baja = 7850 kg/m3; fy = 240 MPa; Es = 200 000 Mpa;

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 15
4. Sekarang masukkan data sectionnya. Define – Section Properties – Frame Section – Add New Property
Pilih Type concrete dan Rectangular. Masukkan data Balok B 35x50 dulu sebagai berikut :

Klik Concrete Reinforcement dan isi data sebagai berikut

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 16
Klik Set Modifier dan isi data sebagai berikut

Kekakuan EI yang digunakan dalam analisis yang dipakai untuk desain kekuatan harus mewakili kekakuan
komponen struktur sesaat sebelum kegagalan (Rachmat Purwono, dkk - 2009). Sebagai alternatif, SNI 2847-
2013 memberikan inersia efektif yang boleh digunakan untuk komponen-komponen struktur pada bangunan yang
ditinjau.
SNI 2847: 2013 Hal 80

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 17
Masukkan data Sloof 20x30 dulu sebagai berikut :

Klik Concrete Reinforcement dan isi data sebagai berikut

Klik Set Modifier dan isi data sebagai berikut

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 18
Masukkan data Kolom 35x35 dulu sebagai berikut :

Klik Concrete Reinforcement dan isi data sebagai berikut

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 19
Design Type – Column
Check / Design pilih Reinforcement to be Designed, maka data Longitudinal Bars, Confiement Bars tidak
akan dipakaia. Karena kita masih mendesain kolom dari nol, belum mempunyai data tulangan

Klik Set Modifier dan isi data sebagai berikut

5. Untuk Plat. Klik Define – Section Properties – Area Section – Add New Section
MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 20
Masukkan data plat sebagai berikut :

Kita masukkan ukuran Membrane dan Bending 0.12 karena ukuran desain 12cm

Klik Set Modifier dan isi data sebagai berikut

Klik Modify Shell Design dan isi sebagai berikut :


MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 21
6. Klik Define – Load Pattern

- Untuk DEAD sdh otomatis ada


- Untuk SIDL dan DINDING ketik Load Pattern Name, di type pilih more terus pilih SUPER DEAD klik Add
New Load Pattern
- Untuk LL ketik Load Pattern Name dulu pilih Type LIVE klik Add New Load Pattern

Kenapa DEAD Nilainya 1. Karena berat mati bangunan akan dihitung sendiri oleh program SAP2000
Secara default program Sap 2000 otomatis akan menghitung berat sendiri struktur berdasarkan info
luas penampang elemen dan berat jenis material yang dipakai. Selanjutnya, beban akibat berat sendiri
dikelompokkan dalam static load case pertama yaitu DEAD. Jika nilai selfweight multiplier = 0, maka
perhitungan berat sendiri struktur tidak akan dilakukan oleh program. Dalam tutorial ini, diinginkan
programSAP 2000 menghitung berat sendiri struktur.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 22
7. Untuk menambah DL ( Dead Load), dimana semua beban mati ( DEAD, SIDL, DINDING) menjadi satu di
DL. Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Beri nama DL dan isilah seperti dibawah :

Klik Load Name, trs klik Add. Masukkan dari DEAD, DINDING dan SIDL

8. Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada struktur, maka
dilakukan kombinasi beban terfaktor. Klik menu Define > Load Combinations > Add New Combo
Mengacu pada SNI 2847-2002, maka definisikan semua kombinasi pembebanan berikut :

Kombinasi Pembebanan Gravitasi


1. 1.4 DL
2. 1.2 DL + 1.6 LL

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 23
9. Kombinasi beban diatas dapat dicari nilai envelope (maksimum/minimumnya) dengan cara mengubah
Load Combination Type menjadi Envelope, kemudian memasukkan semua kombinasi diatas dalam
kombinasi yang baru tersebut. Klik lagi Add New Combo dan masukkan semua COMB1 dan COMB2

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 24
TAHAP II – MENGAMBAR STRUKTUR
10. Menggambar Elemen Frame (Balok dan Kolom). Klik tombol Draw Frame/Cable Element atau
Pilih Section yang diinginkan > klik dua titik yang akan menjadi titik awal dan titik akhir
balok/kolom > klik kanan pada mouse untuk mengakhirinya.
Untuk menggambar bisa dimulai dari manapun. Mau balok, kolom ,sloof atau sebaliknya.

Untuk mempermudah tampilan. Perlihatkan tampilan dalam 2 dimensi dengan cara


Klik View – Set 2D View. Untuk Y – Z Plane atau Potongan X. Nilai X dari 0

Pertama gambarlah semua kolomnya dahulu. Klik Draw Frame dan pilih section

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 25
Klik kiri z = 0, lanjut klik kiri z = 3, lanjut klik kiri z = 6, lanjut klik kiri z = 9, setelah selesai klik kanan di
sembarang tempat.

Z=9

Z=6

Z=3

Z=0

Gambar juga bagian yg dilingkari meraH


Setelah selesai menggambar kolom dari X = 0 Lanjutkan ke X = 4 , X = 8, X = 12
Atau bisa pencet tombol Move Up atau Move Down List
Ini hasil penggambaran Kolom

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 26
Lanjutkan penggambaran Sloof. Masuk ke 2D View dan nilai Z = 0

Gambarlah semua sloof di lantai dasar ( Z =0 )

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 27
Pilih Move Up utk ke Lantai 2, 3 dan Atao
Lanjutkan penggambaran balok lantai 2, 3 dan lantai atap. Dengan nilai Z = 3 , 6 dan 9

Karena bangunan simetris baloknya kita bisa replicate untuk lantai 3 dan atap
Pertama sorot semua balok lantai 2, kemudian Edit – Replicate
Isikan data berikut :

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 28
Hasil penggambaran akhir 3D

Untuk hasil 3D yang jelas. Klik View – Set Display Option – General Option - Centang Extrude

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 29
11. Menggambar Plat Bangunan. Ubahlah view ke 2D, X-Y Plane dengan nilai Z = 3,6 dan 9
Klik Draw Rectangular Elemen. Klik pojok kiri atas adan kanan bawah plat pada tiap balok.

Lakukan semua pada lantai 2 ( z = 3), lantai 3 (z = 6) dan lantai atap ( z = 9 ). Sehingga semua warna jadi
merah. Buatlah void ruang kosong di bagian pojok untuk rencana tangga.

Hasil tampak 3D, extrude view

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 30
12. Buatlah plat tangga untuk z = 3 dan z = 6 serta plat bordes tangga untuk z = 1,5 dan z = 4,5

13. Sekarang gambarlah tangga penghubung antara lantai menggunakan “Draw Poly Area”

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 31
14. Untuk menghaluskan dan membuat model plat lebih detail atau lebih kecil dapat dilakukan dengan cara
membagi elemen menjadi elemen-elemen lain yang lebih kecil (meshing). Klik pelat yang lantai atau
atap yang akan dipartisi > Assign > Area > Automatic area mesh.
Untuk mempermudah memilih semua plat.
Klik Select – Select - Properties – Area Section. Pilih Plat dan Ok
Maka semua plat akan terpilih. Baru lakukan perintah Mesh diatas

Maka plat akan diubah menjadi Mesh ukuran 1 x 1 meter

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 32
15. Lakukan Pembebanan pada struktur.
Untuk yang pertama lakukan pembebanan plat (LL).
Klik Select – Select - Properties – Area Section. Pilih Plat dan Ok
Klik > Assign > Area Loads > Pilih jenis beban pada Load Pattern Name, kemudian isi Load dgn nilai 250
dan pilih Load Pattern name LL, satuan jgn lupa Kgf m C. Option replace Existing Load

Untuk Option Add existing load akan menambahkan beban yang kita berikan pada beban yang sudah
ada atau sudah terlebih dahulu diberikan pada pelat. Option Replace existing load akan mengganti
beban yang sudah ada dengan beban yang kita berikan. Arah gravitasi merupakan arah –Z dalam
koordinat global. Jika diperlukan, maka arah beban ini dapat diganti menurut arah tertentu dalam
koordinat global maupun koordinat lokal.

Untuk melakukan pengecekan apakah beban sudah terdefinisi pada pelat maka klik kanan mouse pada
plat yang ditinjau.

16. Pembebanan tembok (DINDING) pada sloof terluar (lantai 1) dan balok terluar (lantai 2 dan 3).
Dengan nilai pembebanan 810 kg/m2 dengan beban merata pada sloof dan balok

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 33
Untuk beban dinding sloof
Klik View – Set View 2D – X-Y Plane dgn Z=0
Pilih semua sloof terluar sesuai gambar dan klik Assign – Frame Load – Distributed

Lakukan hal yang sama pada balok lantai 2 dan 3 untuk balok terluar.

17. Untuk beban mati tambahan plat (SIDL) sebesar 175 kg/m2
Klik Select – Select - Properties – Area Section. Pilih Plat dan Ok
Klik > Assign > Area Loads > Pilih jenis beban pada Load Pattern Name, kemudian isi Load dgn nilai 175
dan pilih Load Pattern name LL, satuan jgn lupa Kgf m C. Option replace Existing Load

Jangan lupa option pilih yang add to existing load. Karena plat lantai telah ada beban (LL) sebelumnya.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 34
Cek pembebanan lantai 2 dengan klik kanan pada salah satu plat.

18. Untuk dapat menghitung beban pondasi. Lakukan perletakan joint pada semua titik dibawah kolom.
Klik Assign – Joint Restraint. Dan pilih restraint yang jepit. Karena pondasi berada didalam tanah.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 35
HASIL AKHIR SAP 2000

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 36
TAHAP III – ANALISIS PERHITUNGAN SAP2000
19. Lakukan Analisis Struktur. Klik Analysis – Set Analysis Option. Pilih Space Frame dan Ok

Lakukan Run Analysis atau F5.


Pilih Run Now
Tunggu proses analisis selesai.

20. Untuk melihat hasil analisis. Bisa dilihat dengan cara klik Display – Deformed Shaped atau Forces

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 37
Untuk hasil gaya Forces bisa dilihat hasil Joint, Frame atau Shell.
Untuk gaya di Frames terdapat 6 macam gaya yang dapat dipilih yaitu :
Axial = P, gaya aksial
Shear 2-2 = V2, gaya geser pada bidang 1-2
Shear 3-3 = V3, gaya geser pada bidang 1-3
Torsion = T, momen torsi aksial atau momen yang berputar terhadap sumbu 1
Moment 2-2 = M2, momen yang berputar terhadap sumbu 2
Moment 3-3 = M3, momen yang berputar terhadap sumbu 3

Sumbu 1, 2 dan 3 adalah sumbu lokal dimana


Sumbu 1 = z, sumbu 2 = x dan sumbu 3 = y
Sehingga ketika akan melihat momen yang terjadi pada balok. Lihat sumbu momennya apakah 2
ataukah 3. Apabila melihat balok yang sejajar sumbu x, cek momen sumbu 2-2. Begitu seterusnya.
Untuk melihat hasil maksimal, pilihlah combo name “Envelope”

Pilihan jenis gaya yang ada di frame/cables

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 38
Gaya di Joint ( Display – Show Force / Stress – Joint )

Gaya di Batang ( Display – Show Force / Stress – Frame/Cables – Moment 2-2 )

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 39
Gaya di Batang ( Display – Show Force / Stress – Frame/Cables – Moment 3-3 )

Untuk gaya di plat (shell) terdapat 14 macam gaya yang bisa dilihat.

Untuk component terdapat 3 macam component.

Apabila akan ke posisi semula pilih Display – Undeformed Shape

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 40
Apabila mau melihat animasi. Masuk Display – Deformed Shape dan pencet Start Animation di bagian
bawah layar.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 41
TAHAP IV – ANALISA DESAIN BETON
21. Setelah dianalisis barulah bisa dihitung perhitungan betonnya.
Masuk ke Design > Concrete Frame Design > View / Revise Preference. Sesuaikan peraturan beton yang
berlaku di SAP2000 sesuai dengan SNI Beton kita. Untuk pelatihan ini kita memakai ACI (American
Concrete Institute) ACI 318-14

22. Klik Design – Concrete Frame Design – Select Design Combos. Masukkan nilai envelope sebagai beban
yang akan dicek sebagai dasar perhitungan beton. Pilih Envelope dan pencet Add.

DCON akan timbul apabila terjadi perhitungan beton berulang, jadi tidak perlu diperhatikan.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 42
23. Lalu pencet Start Design
Untuk melihat hasil perhitungan. Design – Concrete Frame Design – Display Design Info
Gantilah satuan ke N mm C, menyesuaikan satuan diameter tulangan.
Lihat hasil desain baik potongan X, Y atau Z. Apakah ada yang mengalami O/S
O/S berarti Over Strength dimana balok atau kolom tidak kuat menerima momen.
Selain itu lihat apakah warnanya dalam gambar hijau semua.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 43
Noted.
Warna bukan acuan dasar karena setingan dasar warna SAP2000 bisa diubah atau beda versi SAP2000
juga beda dasar warna.

24. Fungsi SAP2000 adalah membantu perhitungan gaya yang komplek untuk sebuah struktur bangunan.
Dimana beton adalah material yang mempunyai kekuatan tekan, sedangkan besi adalah material yang
mempunyai kekuatan tarik. Untuk tabel hubungan diameter tulangan dan luas tulangan lihat tabel
dibawah.
Diameter Tulangan (mm) Luas Tulangan (mm2)
8 50,24
10 78,5
12 113,04
14 153,86
16 200,96
19 226,865
21 346,185
25. Untuk melihat hasil penulangan kolom kita hilangkan dulu hasil penulangan dan kita lihat label urutan
frame untuk tiap kolom dengan cara. Klik – Undeformed Shape setelah itu klik View – Set Limit Display
Option – untuk bagian Frame centang labelnya dan OK

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 44
Untuk melihat hasil penulangan lagi. Hilangkan centang label seperti cara diatas setelah itu klik Design –
Concrete Frame Design – Display Design Info.
Kita buat tabel hasil penulangan kolom dengan cara berulangkali seperti itu diatas dan masuk ke potongan
X dan Y masing-masing, sehingga didapat hasil semua penulangan kolom seperti tabel dibawah.

Contoh Perhitungan Penulangan Kolom

Set XZ View, sehingga tampak bangunan dari samping.


Bisa dilihat dari hasil semua penulangan kolom, penulangan terbesar di gambar sebesar 1225mm2.
Sehingga dipakai penulangan sebagai berikut :
12 D16 = 12 x 113,04 = 1356 mm2 > 1225 mm2 …… Jadi penulangan Aman
Kolom 35x35 dipakai tulangan D12 sebanyak 12 buah.

Jumlah minimum tulangan kolom disesuaikan dengan dimensi kolom


Dimensi Kolom Minimum Jumlah Tulangan
10/10 – 20/20 4 buah
20/20 – 40/40 8 buah
40/40 – 50/50 12 buah
50/50 keatas 16 buah
Untuk kolom silinder minimum 6 buah, sedang untuk kolom segitiga minimum 3 buah tulangan.
Apabila hasil jumlah perhitungan tulangan lebih kecil dari jumlah diatas, sangat disarankan ditambah
jumlah tulangannya dengan ukuran tulangan yang sama atau lebih kecil untuk kekakuan kolom.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 45
26. Untuk penulangan sloof kita buka potongan X – Y Plane dgn z = 0. Kita buka hasil penulangan dan nomer
frame semua sloofnya.
Contoh Perhitungan Penulangan Sloof

Karena sloof langsung menumpu di tanah, maka tidak perlu dibedakan tulangan tumpuan dan lapangan.
Sehingga dapat dilihat tulangan terbesar dengann nilai tulangan atas 443 mm2 dan nilai tulangan bawah
315mm2

Sehingga dipakai penulangan atas sebagai berikut :


3 D16 = 3 x 200,96 = 602,88 mm2 > 443 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga dipakai penulangan bawah sebagai berikut :


3 D14 = 3 x 153,86 = 461,58 mm2 > 315 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga Sloof 15x20 memakai tulangan 3 D16 dan 3 D14

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 46
27. Untuk penulangan balok kita harus melihat 3 lantai yaitu lantai 2,3 dan lantai atap. Sehingga kita cek
seperti tadi untuk X – Y Plane untuk x = 3, x = 6 dan x = 9
Contoh Perhitungan Penulangan Balok

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 47
Tulangan Tumpuan
Dari grafik diatas didapat penulangan maksimal dengan nilai penulangan atas sebesar 646mm2 dan nilai
penulangan bawah sebesar 422 mm2

Sehingga dipakai penulangan atas sebagai berikut :


4 D19 = 4 x 226,865 = 907,46 mm2 > 646 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga dipakai penulangan bawah sebagai berikut :


3 D19 = 3 x 226,865= 680,595 mm2 > 422 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga Balok 35x50 memakai tulangan 4 D19 dan 3 D19


Untuk samping kiri dan kanan dibantu tulangan bantu 4 D14

Tulangan Lapangan
Dari grafik diatas didapat penulangan maksimal dengan nilai penulangan atas sebesar 209mm2 dan nilai
penulangan bawah sebesar 475 mm2

Sehingga dipakai penulangan atas sebagai berikut :


2 D19 = 2 x 226,865 = 453,73 mm2 > 209 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga dipakai penulangan bawah sebagai berikut :


3 D19 = 3 x 226,865= 680,595 mm2 > 475 mm2 …… Jadi penulangan Aman

Sehingga Balok 35x50 memakai tulangan 2 D19 dan 3 D19


Untuk samping kiri dan kanan dibantu tulangan bantu 4 D14

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 48
TAHAP IV – Evaluasi Hasil Perhitungan Beton

28. Apabila ada hasil yang O/S ataupun warna masih merah
a. Cek konstruksi apakah sudah benar penggambarannya. Semua struktur sudah benar sambungannya
b. Cek pembebanan apakah sudah benar nilai dan satuannya
c. Apabila sudah benar semua, perbesar ukuran balok dan atau kolom.

29. Untuk mengubah Frame setelah proses Desain Beton, klik logo gembok yang terkunci. Maka logo akan
berubah menjadi logo gembok terbuka. Pada posisi ini semua analisis struktur dan desain beton akan
hilang.
Ubah Frame yang O/S atau merah dengan klik Define – Section Properties – Frame Sections dan ubah
Frame yang O/S.
Contohnya apabila balok nilai awalnya 35/50 ubahlah menjadi 40/60 dan save
Lakukan analisis struktur dan analisis beton seperti cara diatas lagi.
Maka seharusnya struktur tidak O/S ataupun merah lagi.

30. Lakukan evaluasi dan ubah frame bertahap sehingga aman.


Apabila setelah pembesaran balok dan atau kolom masih belum aman (sampai balok lebih dari 65/100,
asumsi bentang maksimal 7,5 meter). Maka berarti ada data struktur dan gambar struktur yang salah.
Rechek lagi.

31. Apabila masih belum aman.


Rombak total bangunan dan beri kolom pada balok yang panjang bentangnya.
Contoh apabila bentang terpanjang 8 meter. Berilah kolom lagi di ditengah bentang di panjang 4 meter.
Gambar ulang struktur di posisi struktur ini.
Dan lalukan analisis struktur dan analisa beton lagi.
Sesuai dengan Standart SNI, harusnya L/16 sudah lebih dari cukup untuk kekuatan penulangannya.
Apabila masih O/S berarti gambar struktur, nilai satuan atau pembebanan salah.

Keterangan:

- Ukuran balok dan kolom bisa berbeda tiap lantai sesuai dengan asumsi awal, Penulangan juga bisa
berbeda-beda tiap lantai. Semuanya menyesuaikan kebutuhan pemilik proyek baik keamanan maupun
biaya dari tiap pekerjaan.
- Kita sebagai engineer teknik sipil bertanggung jawab menjembatani antara keinginan pemilik proyek
dengan arsitek untuk membangun yang gedung aman dan efisien baik dari segi biaya atau segi
pembuatannya, dengan tidak melupakan segi arsitekturalnya.

MODUL SAP 2000 UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG


Budiono Joko N, ST HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI Page 49

Anda mungkin juga menyukai