C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Menghitung tebal lapis tambahan
(overlay) pada ruas jalan Garuda Sakti Pekanbaru dengan menggunakan pedoman
konstruksi dan bangunan Pd T-05-2005-B.
1. Menghitung volume lalu lintas harian rata rata (LHR)
2. Menghitung tebal lapis tambah (overlay).
D. Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Sebagai referensi bagi mahasiswa khususnya dibidang perencanaan jalan
raya.
2. Bagi masyarakat dan instansi yang terkait, dapat memberikan masukan atau
informasi dalam perencanaan overlay jalan.
3. Hasil perhitungan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi yang
akan meneliti tentang perhitungan tebal lapis tambah (overlay).
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci, maka
sistematika penulisan laporan tugas akhir adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan dan batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diikuti selama
melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
F. Landasan Teori
a) Umum
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
(PP No. 34/2010).
Jalan disebut juga sebagai jalan raya atau daerah milik jalan/right of way.
Pengrtian jalan meliputi badan jalan, trotoar, drainase dan seluruh perlengkapan
jalan yang terkait, seperti rambu lalu lintas, lampu penerangan dan lain lain. Jalan
memiliki dua fungsi dasar yang saling bertentangan, karena disatu pihak
haruslancar da pihak lain harus memberikan kemudahan untuk penetrasi kedalam
lahan yaitu untuk menggerakan volume lalu lintas yang tinggi secara efisien dan
aman serta untuk menyediakan akses bagi lahan disekitarnya. (Direktorat Bina
Sistem Lalu Lintas Kota, 1999).
Jalan adalah jalur jalur tanah diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukuran ukuran dan konstruksinya sehingga dapat
dipergunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan, dan kendaraan
kendaraan yang mengangkut barang barang dari tempat yang satu ketempat yang
lainnya dengan mudah dan cepat.
b) Kegunaan Jalan
Jalan memiliki kegunaan antara lain: (Direktorat Prmbinaan Jalan Kota,
1990)
a) Sebagai prasarana transportasi
b) Mempengaruhi perkembangan penduduk
c) Mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu daerah
d) Sebagai prasarana pemenuhan kebutuhan sosial
e) Sebagai prasarana untuk pemenuhan kebutuhan rekreasi
f) Sebagai prasarana yang mempermudah perkembangan budaya
c) Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan berdasarkan Undang undang No. 38 Tahun 2004 jalan
diklasifikasikan menjadi jalan umum, jalan khusus dan jalan tol. Jalan umum adalah
jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum. Jalan khusus adalah jalan yang
dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat
untuk kepentingan sendiri, badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat
untuk kepentingan sendiri. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian
system jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan
membayar tol.
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal dan jalan lingkungan. (UU No. 38, 2004).
1. Jalan Arteri
Jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalannan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan Lokal yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkuatan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata rata rendah.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokan kedalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. (UU No. 38, 2004).
5. Jalan Nasional
Merupakan jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer yang
menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan
tol.
6. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota atau
antar ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi.
7. Jalan Kabupaten
Jalan Kabupaten merupakan jalan local dalam system jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan local, antar
pusat kegiatan lokal serta jalan umum dalam system jaringan jalan sekuder
dalam wilayah kabupaten dan jalan stategis kabupaten.
8. Jalan Kota
Jalan kota merupakan jalan umum dalam system jaringan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil serta menghubungkan
antar pusat permukiman yang berada didalam kota.
9. Jalan Desa
Jalan Desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
antar pemukiman yang berada di dalam desa serta jalan lingkungan.
System jaringan jalan terdiri atas system jaringan jalan primer dan system
jaringan jalan sekunder. (UU No. 38, 2004)
1) Sistem jaringan jalan sekunder
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari :
a. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder merupakan jalan yang mempunyai klasifikasi setingkat
dibawah jalan arteri primer dan harus dapat menampung kendraan bermotor dan
pejalan kaki. Kecepatan rencana bagi jalan arteri sekunder adalah 30 Km/jam
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
b. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder menghubungkan pusat pusat didalam kota dengan
pusat pusat lingkungan dan harus mampu menampung arus pergerakan cepat
dan lambat. Kecepatan rencana minimum untuk jalan kaki adalah 20 Km/jam
dengan lebar badan jalan tidak boleh kurang dari 7 m.
Berbagai system pencacah otomatis tersedia dan system yang baru tentu
dikembangkan. Banyak system yang dapat langsung dihubungkan dengan
komputer untuk kemudahan dan kecepatan pemrosesan data selanjutnya.
b. Manual Traffic Count
1. Volume Lalu Lintas
Surveyor menempati suatu titik tertentu ditepi jalan sehingga mendapatkan
pandangan yang jelas sedapat mungkin petugas terhindar dari panas dan hujan.
Petugas mencatat setiap kendaraan yang melewati titik yang telah ditentukan
pada formulir lapangan atau dengan Hand Tally (suatu alat kecil yang dapat
menjumlah secara kumulatif) dan memindahkannya pada formulir lapangan.
2. Volume Lalu Lintas terklasifikasi
Cara melakukan pencacahan volume lalu lintas secara manual serupa
dengan pencacahan volume lalu lintas, namun diperlukan formulir yang berbeda.
3. Jangka Waktu Pelaksanaan Survei
Jangka waktu tergantung maksud dan kondisi lalu lintas dengan interval 5
menit atau untuk jalan luar kota interval 1 jam, selain diperlukan data volume
selama sehari. Dalam memperoleh data arus lalu lintas, maka survey dilakukan
selama 24 jam.
Susunan lapisan perkerasan lentur, seperti yang terlihat pada gambar 2.1
Lapisan permukaan (surface course)
g) Bengkleman Beam
Salah satu cara penilaian struktur perkerasan adalah dengan melakukan test
yang tidak merusak struktur perkerasan (non destructive field test). Test dilakukan
dengan pengukuran lendutan yang terjadi akibat beban lalu lintas yang
dihubungkan dengan kebutuhan tabel perkerasan. Beberapa macam peralatan yang
dikembangkan untuk pengujian ini seperti:
a) Road rater
b) Bengkleman beam
c) Deflectometer
d) Dynaflect
Bengkleman beam dikembangkan oleh AC Bengkleman beam. Lendutan
yang diukur dalam pemeriksaan ini adalah lendutan balik vertikal yang terjadi pada
permukaan jalan akibat dihilangkannya beban.
2.8 Perhitungan Tebal Lapis Tambahan (Overlay)
dengan:
db = jumlah nilai lendutan balik semua titik uji
n = jumlah titik uji lendutan balik
b. Nilai standar deviasi dihitung dengan persamaan:
.( 2 )..()2
S= ..(II.2)
n (n1)
Dimana:
db = jumlah nilai lendutan balik semua titik uji
n = jumlah titik uji lendutan balik
c. Faktor keseragaman dihitung dengan persamaan:
Fk = 100%.............................................................................(II.3)
Dengan batasan:
1. FK 15% sangat seragam
2. FK = 15% - 20% Seragam
3. FK = 20% - 25% baik
4. FK = 25% - 30% cukup
5. FK = 30% - 40% jelek
6. FK > 40% tidak seragam. Pembagian seksi seksi diusahakan dengan
keseragaman tidak lebih besar dari 40% dan setiap seksi panjangnya
tidak kurang dari 500 m (untuk kemudahan pelaksanaan overlay).
Nilai lendutan balik yang mewakili
Hubungan antara umur rencana perkerasan jalan, umur rencana jalan, dan
perkembangan lalu lintas pada tabel 2.2
Unit ekivalen 8,16 ton beban as tunggal (unit eqivalent18 kips single axle
load) UE18KSAL dengan nilai seperti tabel 2.1 jumlah lalu lintas akumulatif
selama umur rencana (accumulative equivalent 18 kips single axle load).
Dengan pengertian:
Dimana:
a. Prosedur Penelitian
1. Studi Literatur
Studi literatur adalah studi kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori
yang berkaitan dengan analisa tebal perkerasan lentur, lendutan, lalu lintas
harian rata rata, dan analisa tebal lapis tanbahan (Overlay)
Mulai
Mengidentifikasi Masalah
Studi literatur
Survey Lokasi
Pengumpulan Data:
- Data Primer: LHR, data lendutan
- Data Sekunder
Pengolahan Data
Hasil dan
Pembahasan
Selesai