Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUGAS BESAR

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

DIBUAT OLEH :

NAMA : ADE ALENTIA

NRP : 112016091

DOSEN PEMBIMBING : Efrilia Rahmadona,S.ST, MT

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


SOAL

Rencanakan suatu trase jalan raya pada topografi. Dari daerah A menuju daerah B. Jalan
tersebut direncanakan dengan kelas jalan II dengan umur rencana jalan selama 20 tahun
dan melayani kendaraan dengan komposisi lalu lintas harian rata-rata adalah sebagai
berikut :

 Sepeda motor = 6091 kendaraan


 Mobil penumpang = 91 kendaraan
 Truk kecil dan sedang = 91 kendaraan
 Truk berat & bus besar = 1 kendaraan

Tingkat pertumbuhan lalulintas selama pembangunan sebesar 4% dan selama umur


rencana sebesar 3% panjang jalan maksimum sebesar 5 Km minimal 3 Km (Lihat peta
kontur ). Dengan jumlah alinemen vertikal minimum 2 dan alinemen horizontal minimal
2 tikungan.

Perencanaan geometri jalan meliputi :

1. Persiapan trase jalan


2. Perencanaan alinyemen horizontal
3. Perhitungan stationing dan ploting
4. Perencanaan pelebaran tikungan dan kebebasan samping
5. Perencanaan alinyemen vertikal
6. Perhitungan galian timbunan
7. Perhitungan lapisan perkerasan jalan baru

Sistem kontrol :

Tugas diasistensikan secara terstruktur dan terjadwal di kelas mnggunakan lembar


asistensi tiap kelompok.

1. Penilaian tahap 1 ( Alinyemen Horinzontal) : 1 minggu setelsh UTS


2. Penilaian tahap 2 ( Keseluruhan) : Minggu ke 14
3. Minimal ada 5 kali asistensi
Sistem Pelaporan :

Laporan diketik rapi , di jilid dan diserahkan bersama denga gambar perencanaan
geometrik pada minggu ke 15

Dosen

Efrilia Rahmadona, S. S.T, M.T


LEMBAR ASISTENSI TUGAS

NAMA MAHASISWA : ADE ALENTIA

NIM : 112016091

TUGAS : PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

NO TANGGAL URAIAN PENJELASAN PARAF


SUSUNAN LAPORAN

Adapun susunan laporan meliputi :

Lembar judul

Lembar soal

Lembar Asistensi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I. pendahuluan

A. Latar Belakang dan Tujuan


B. Teori Pendukung
1. Bagian-Bagian Jalan
2. Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan
3. Parameter Desain Geometrik Jalan
4. Komponen-Komponen Geometrik Jalan
5. Pekerjaan Galian dan Timbunan

Bab II. Data Perencanaan

A. Peta Dasar

Bab III.Data Perencanaan

A. Perhitungan tinggi patok, kelandaian melintang dan kelandaian memanjang


1. Penetapan kelas medan
2. Penetapan LHR dan klasifikasi jalan
3. Penetapan kecepatan rencana
4. Penetapan jari-jari minimum
5. Penetapan lebar jalur lalu lintas dan bahu jalan
6. Penetapan kelandaian memanjang maksimum
7. Penetapan panjang kritis dan panjang landai maksimum
B. Perhitungan komponen alinemen Horizontal
1. Perhitungan jarak pandang (Henti fan Menyiap)
2. Desain tikungan
3. Pemilihan jenis tikungan dan perhitungan komponennya
4. Diagram superelevasi
5. Perhitungan landai relatif
6. Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan
7. Perhitungan kebebasan pandangan tikungan
C. Perhitungan Komponen Alinemen Vertikal
1. Perhitungan elevasi rencana tiap patok
2. Perhitungan panjang lengkung vertikal
3. Perhitungan persamaan lengkung vertikal, posisi dan elevasi titik penting

Bab IV. Perhitungan lapisan perkerasan

Bab V . Perhitungan galian dan timbunan

A. Perhitungan luasan galian dan timbunan


B. Perhitungan volume galian dan timbunan

Bab VI. Gambar desain

Lampiran

Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadiran allah SWT , karena atas berkat
rahmat saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik.shalawat serta salam
semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarganya,sahabat
dan semua umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini dibuat dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh ibu EFRILIA RAHMADONA S.ST.,M.T .untuk mata kulia rekayasa lalu lintas

Pada kesempatan ini pula, kami selaku penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaiakan makalah ini
baik berupa masukan dan bahan kajian pada makalah ini.saya berharap mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat.

Palembang , Oktober 2018


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Tujuan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi seluruh bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004).

Perencanaan geometrik baru dikenal di Indonesia sekitar pertengahan tahun


1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980.
Dalam buku ini diuraikan perencanaan geometrik jalan khususnya untuk Jalan Baru
Antar Kota (rural road)sesuai dengan “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota” (Dirjen Bina Marga, 1997). Untuk hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari
Dirjen Bina Marga, digunakan ketentuan AAHSTO dan lainnya

Tujuan

Tujuannya adalah untuk mendesain suatu penampang jalan yang memadai untuk
keperluan lalu lintas, tidak saja memperhatikan keamanan dan ekonomisnya biaya,
tetapi juga nilai strukturalnya. Kita harus lebih teliti dalam memilih lokasi perencanaan
geometrik sehingga suatu jalan menjadi nyaman dan aman akan stabilitas.

A. Teori Pendukung
1. Bagian-bagian Jalan
 Damaja
Daerah ini merupakan ruang ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar,tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu yang di tetapkan oleh
pembina jalan . Daerah manfaat jalan hanya di peruntukan bagi
perkerasan jalan , Bahu jalan , Saluruan samping , lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan
bangunan pekengkap lainnya
 Damija ( Daerah Milik jalan )
Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan
tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Daersh milik jalan diperuntukan bagi daerah manfaat jalan dan pelebaran
jalan maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari, serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan
 Dawasja ( Daerah pengawasan jalan)
Daerah ini merupakan ruan sepanjang jalan yang dimaksudkan agar
pengemudi mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari
pengaruh lingkungan, misalnya oleh air dan bangunan liar ( tanpa izin )
 Bahu jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan yang berdampingan dan sama tinggi
dengan perkerasan jalan, bahu jalan berfungsi
a. Menahan Perkerasan terhadap gerakam ke samping
b. Sebagai jalur darat pada waktu kendaraan mendahului, berpapasan
maupun berhenti
c. Untuk menyediakan ruang pejalan kaki
 Saluran samping jalan
Adalah bagian jalan yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air secepatnya
 Badan jalan
Merupakan bagian jalan dimana jalur lalu lintas, Bahu dan saluran
samping dibangun
Bagian jalan

Bagian Perkerasan jalan

2. Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan


Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan
fungsi jalan, berdasarkan administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan
sumbuyang menyangkut dimensi dan berat kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan
besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan tersebut, besarnyakapasitas jalan,
keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.Jalan umum
menurut fungsinya berdasarkan pasal 8 Undang-undang No 38 tahun 2004 tentang Jalan
dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal,dan jalan lingkungan :
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalanmasuk dibatasi
secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
ratasedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi
.3 . Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Didalam pasal 6 dan pasal 9 Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan dijelaskan
bahwa fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dansistem jaringan jalan sekunder
yang merupakan bagian dari Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalanprimer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam
hubungan hierarki
.Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan
antarkawasan perkotaan, yang diatur secara berjenjang sesuai dengan peranperkotaan yang
dihubungkannya. Untuk melayani lalu lintas menerus maka ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan
jalan primer tidak terputus walaupun memasukikawasan perkotaan. Sistem jaringan jalan sekunder
merupakan sistem jaringan jalan yang menghubungkan antarkawasan di dalam perkotaan yang
diatur secaraberjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang dihubungkannya.

KLASIFIKASI FUNGSI JALAN


Menurut PP No.26 Th.1985 Tentang Jalan, sistem jalan dibagi dalam 2 kategori, yakni sistem
jaringan primer dan sistem jaringan sekunder.

SISTEM JARINGAN PRIMER

1. Sistem Jaringan Jrimer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah tingkat nasional yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi
sebagai berikut : a) Dalam satu Satuan Wilayah Pengembangan menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kotajenjang ketiga, dan kota jenjang di bawahnya sampai
ke persil. b) Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar Satuan
WilayahPengembangan
2. jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
3. Jalan Kolektor Primer, menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua
atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga
4. Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang
kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kotajenjang
ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang
ketiga dengan persil atau kota dibawah jenjang ketiga dengan persil.
Tabel Hubungan antar hierarki kota dengan peranan ruas jalandalam Sistem Jaringan
Primer

KOTA JENJANG I JENJANG II JENJANG III PERSIL


JENJANG I Arteri Arteri - Lokal
JENJANG II Arteri Kolektor Kolektor Lokal
JENJANG III - Kolektor Lokal Lokal
PERSIL Lokal Kolektor Lokal Lokal
Sumber : Departemen Perhubungan, 1993,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas, Jakarta.

3. Parameter Desain Geometrik Jalan


 Kendaraan rencana
 Kecepatan rencana
 Volume lalu lintas
 Tingkat pelayanan jalan
 Jarak pandangan
4. Komponen-komponen Geometrik Jalan

Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada


bidang horizontal. Alinyemen horizontal juga dikenal dengan nama “situasi jalan”
atau “trase jalan”. Alinyeman Horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian
lengkung (disebut juga tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung
dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan
yang berjalan pada kecepatan tertentu dengan membentuk superelevasi. Gaya
sentrifugal adalah gaya yang mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur
jalannya. Sedangkan superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan. Hal-hal
yang mempengaruhi perencanaan alinyemen horizontal antara lain
a. Jarak Pandang Henti dan Jarak Pandang Mendahului
b. Tikungan Alinyemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian
lengkung (yang disebut juga tikungan)
c. Pelebaran Lalu Lintas di Tikungan
d. Kebebasan Samping di Tikungan
e. Jari – jari tikungan
f. Tikungan Gabungan
g. Superelevasi

5.Pekerjaan Galian dan Timbunan


1. Perhitungan Penampang Tanah Metode untuk mencari luas penampang
galian/timbunan pada setiap patok, dapat dilakukan dengan cara :
a. Untuk penampang yang tidak beraturan, luas penampang dicari dengan
menggunakan alat planimeter, atau dengan cara sederhana, yaitu menggambarkan
penampang melintang untuk dicari luas galian/timbunannya. Sumber : amirhan
Saodang “ konstruksi jalan raya buku 1”
b. Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri biasa. Sumber
: amirhan Saodang “ konstruksi jalan raya buku ”
c. Metode perhitungan volume tanah pada lengkungan Gambar 1.34
Perhitungan volume tanah pada lengkungan Sumber : amirhan Saodang “ konstruksi
jalan raya buku ”
d. Perhitungan volume tanah pada pekerjaan galian/timbunan, biasa dilakukan
dengan metode Double End Areas (Luas Ujung Rangkap), yaitu dengan mengambil
rata-rata luas kedua ujung penampang dari sta.1 dan sta.2, kemudian dikalikan jarak
kedua stasiun. Ini dilakukan untuk semua titik stasiun yang berada pada rancangan
trase jalan.
(𝑨𝟏+𝑨𝟐)
V galian / timbunan (STA1=STA2)= 𝟐
x Jarak (STA1=STA2)
TABEL PERHITUNGAN PERENCANAAN GEOMETRI JALAN RAYA

NO JARAK STA ELEVASI BEDA TINGGI KEMIRINGAN (%)

1 100 0+00 83,52 0,00 0,00 𝑋 100


=0,00
100
2 100 0+100 83,55 0,03 0,03 𝑋 100
=0,03
100

3 100 0+ 200 84,02 0,47 0,47 𝑋 100


=0,47
100

4 100 0+300 84,01 0,01 0,01 𝑋 100


=0,01
100

5 100 0+400 84,03 0,02 0,02 𝑋 100


=0,02
100
6 100 0+500 84,54 0,51 0,51𝑋 100
=0,51
100
7 100 0+600 84,51 0,03 0,03 𝑋 100
=0,03
100
8 100 0+700 84,51 0 0,00 𝑋 100
=0
100
9 100 0+800 85,54 0,03 0,03 𝑋 100
=0,03
100

10 P1 0+900 85,02 0,48 0,48 𝑋 100


=0,48
100
11 100 1+000 85,51 0,49 0,49 𝑋 100
=0,49
100
12 100 1+100 86,05 0,54 0,54𝑋 100
=0,54
100
13 100 1+200 86,57 0,52 0,52 𝑋 100
=0,52
100
14 100 1+300 87,04 0,47 0,47 𝑋 100
=0,47
100
15 100 1+400 87,52 0,48 0,48 𝑋 100
=0,48
100
16 100 1+500 88,03 0,51 0,51 𝑋 100
=0,51
100
17 100 1+600 89,03 1 1 𝑋 100
=1
100
18 100 1+700 89,00 0,03 0,03 𝑋 100
=0,03
100
19 P2 1+800 90,04 1,04 1,04 𝑋 100
=1,04
100

20 100 1+900 90,51 0,47 0,47 𝑋 100


=0,47
100
21 100 2+000 90,51 0 0 𝑋 100
=0
100
22 100 2+100 90,03 0,48 0,48𝑋 100
=0,48
100

23 100 2+200 90,09 0,06 0,06 𝑋 100


=0,06
100
24 100 2+300 90,07 0,02 0,02𝑋 100
=0,02
100
25 100 2+400 90,50 0,43 0,43 𝑋 100
=0,43
100

26 100 2+500 91,03 0,53 0,53 𝑋 100


=0,53
100

27 P3 2+600 92,07 1,04 `1,04 𝑋 100


=1,04
100
28 100 2+700 92,19 0,07 0,07 𝑋 100
=0,07
100
29 100 2+800 92,09 0,05 0,05 𝑋 100
=0,05
100

30 100 2+900 92,04 0,05 0,05 𝑋 100


=0,05
100
31 100 3+000 92,55 0,51 0,51 𝑋 100
=0,51
100
10,31
=0,3325
31

Jadi klasifikasi medan jalan tersebut adalah datar karena < 3 %

Klasifikasi medan jalan :

A. Datar < 3 %
B. Bukit 3 % - 25 %
C. Pegunungan > 25 %

Jadi, Trase jalan ini termasuk medan jalan datar karena kemiringan medan jalan
0,3325 %.
Penetapan LHR ( LajuHarian Rata – Rata ) dan Klasifikasi Jalan

Diketahui jumlah : Sepeda Motor = 6091

Mobil penumpang = 91

Truk Kecil & Sedang = 91

Truk Berat dan bus besar = 1


Tabel Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP)

Kondisi Medan
NO JenisKendaraan Datar / Bukit Pegunungan
1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1 1
2 Pick Up, Bus Kecil, Truk 1,2 – 2,4 1,9 – 3,5
Kecil
3 Bus danTrukBesar 1,2 – 5,0 2,2 -6,0
4 Sepeda Motor 0,5 0,75

Perhitungan EMP

Jumlah kendaraan x Kondisi medan

Sepeda Motor = 6091 × 0,5 = 3045,5

Mobil penumpang = 91 × 1 = 91

Truk kecil/sedang = 91 × 1,8 = 163,8

Bus / Truk besar = 1 × 2,8 = 2,8

Perhitungan LHR

LHR awal = LHR data . (1 + i) n

Sepeda motor = 3045,5 ( 1 + 4% )15 = 5484.77

Mobil penumpang = 91 (1+ 4%) 15 = 163,885

Trukkecil/ sedang = 163,8 (1 + 4%)15 = 294,994

Trukbesar / bus = 2,8 (1 + 4%) 15 = 5,0426


LHR Akhir = Data LHR awal . ( 1 + i) n

Sepeda motor = 5484.77. ( 1 + 3% )15 = 8545,092

Mobil penumpang = 163,885. (1+ 3%) 15 = 255,328

Truk kecil / sedang = 294,994 . (1 + 3%)15 = 459,591

Truk besar / bus = 5,0426. (1 + 3%) 15 = 7,8562

total 9267,8662
VLHR = LHR Akhir Umur Rencana

VLHR = 9267,86 SMP

𝐾
VJR = VLHR ×
𝐹
10%
= 9267,86 ×
0,8%
= 9267,86 × 12,5
= 115848 SMP

Jadi, Dengan VLHR = 115848 SMP , Maka jalan tersebut termasuk di klasifikasikan ke
dalam golongan Jalan Kolektor Kelas II A ( 6000 s/d 20.000 SMP)

2. Penentuan Kecepatan Rencana

Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang di tempuh dalam kurun
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam km/jam

Kecepatan rencana / Design Speed (Vr) adalah kecepatan maksimum yang


dipilih sebagai dasar perencanaan geometric jalan yang memungkinkan kendaraan-
kendaraan bergerak secara aman dan nyaman dalam kondisi suasana cerah, arus lalu
lintas kecil dan pengaruh hambatan samping jalan tidak berarti. Kecepatan rencana
ditentukan berdasarkan fungsi jalan dan jenis medan dari jalan yang di rencanakan.

Berdasarkan kelas II dan medan perbukitan, maka kecepatan rencana yang


disyaratkan km/jam maka di ambil Vr = 80 km/jam
3. Perhitungan Jarak Pandang

1). Jarak Pandang Henti

Dik : Vr = 80 km/jam
T = 2,5 Detik
Fm = 0,3

JPH = d1 + d2

Dimana :

d1 = 0,278 × Vr × t
= 0,278 × 80 × 2,5
= 55,6 m

𝑉𝑟² 80²
d2 = = = 83,989 𝑚
254 × 𝑓𝑚 254 ×0,3

JPH = d1 + d2
= 55,6 + 83,989
= 139,589 m = 140 m

2). Jarak Pandang Menyiap

Dik : Vr = 80 km/jam

JPM = d1 + d2 + d3 + d4

Dimana :

𝒂 ×𝒕𝟏
d1= 0,278 × t1 × [ Vr – m + ( )]
𝟐
t1 = 2,12 + (0,026 × Vr)
= 2,12 + (0,026 × 80)
= 4,2

a = 2,052 + (0,0036 × Vr)


= 2,052 + (0,0036 × 80)
= 2,34

2,34 ×4,2
d1 = 0,278 × 4,46 × [ 80 – 15 + ( )]
2
d1 = 86,68 m

d2 = 0,278 × V × t2

t2 = 6,56 + (0,048 × Vr)


= 6,56 + (0,048 × 80)
= 10,4

d2 = 0,278 × 80 × 10,4
d2 = 231,296 m

d3 = 30 s/d 100 m = 30 m

2
d4 = × d2
3
2
= × 231,296 m
3
= 154,197 m

JPM = d1 + d2 + d3 + d4
= 86,68 + 231,296 + 30 + 154,197
= 502,173 m ≈ 502 m
JPM Design = 550 meter

2 × 𝑑2
Faktor Koreksi → JPMmin = + d3 + d4
3
2 × 231,296
= + 30 + 154,197
3
= 154,197 + 30 + 154,197
= 338,394 meter ( > 30% panjang jalan)

4. Perhitungan Panjang Jalan

A – P1 = √(𝑋𝑝1 − 𝑋𝐴)2 + (𝑌𝑝1 − 𝑌𝐴)2

= √(900 − 0)2 + (85,02 − 82,03)2

= 900,000 M

P1 – P2 = √(𝑋𝑝2 − 𝑋𝑝1 )2 + (𝑌𝑝2 − 𝑌𝑝1 )2

= √(1800 − 900)2 + (90,04 − 85,02)2

= 1030 M

P2 – P3 = √(𝑋𝑝3 − 𝑋𝑝2 )2 + (𝑌𝑃3 − 𝑌𝑝2 )2

= √(2600 − 1800)2 + (92,07 − 90,04)²

= 800,000 M

P3 – B = √(𝑋𝑝𝑏 − 𝑋𝑝3 )2 + (𝑌𝑏 − 𝑌𝑝3 )2

= √(3000 − 2600)2 + (92,55 − 92,07)²

= 400,000 M
Jarak Total = 900,000 m + 1030 m + 800,000 m + 400,000 m

= 3130 m

5. Perhitungan Tikungan Jalan

𝑋𝑎 − 𝑋𝑝1 0 − 900 −900


𝛼𝑎 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 6 (𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 80,53° = 99,47°
𝑌𝑎 − 𝑌𝑝1 8352 − 8502 −150

𝑋𝑝1 − 𝑋𝑝2 900 − 1800 −900


𝛼1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 1,792(𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 60,83° = 119,17°
𝑌𝑝1 − 𝑌𝑝2 8502 − 9004 −502

β = αa – α1

= 119,17° − 99,47°

= 19,7°

𝑋𝑝1 − 𝑋𝑝2 900 − 1800 −900


𝛼1 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 1,792 (𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 60,83 ° = 119,17°
𝑌𝑝1 − 𝑌𝑝2 8502 − 9004 −502

𝑋𝑝2 − 𝑋𝑝3 1800 − 2600 −800


𝛼2 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 1,135 (𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 48,61° = 131,39°
𝑌𝑝2 − 𝑌𝑝3 8502 − 9207 −705

β = α1 – α2

= 131,39° − 119,17°

= 12,22°

𝑋𝑝2 − 𝑋𝑝3 1800 − 2600 −800


𝛼𝑏 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 1,135 (𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 48,61 ° = 131,39°
𝑌𝑝2 − 𝑌𝑝3 8502 − 9207 −705

𝑋𝑝3 − 𝑋𝑏 2600 − 3000 −400


𝛼3 = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = = = 8,33 (𝑎𝑟𝑐 tan) = 180° − 83,15° = 96,85°
𝑌𝑝3 − 𝑌𝑏 9207 − 9255 −48

β = αb – α3

= 131,39° − 96,85°

= 34,54°
PERHITUNGAN LENGKUNGAN TIKUNGAN

Jari-jari minimum (Rmin)


𝑉𝑅² 80²
∆C = 127 ×(𝑒+𝑓𝑚) = 127 ×(0,1+0,14) = 209,97 m 210 m (RC yang digunakan 239
m)

*Lengkungan tikungan P1

𝛽P1= 19,7º 19º42’0”

Vrencana = 80 km/jam

emaks = 10% (metode bina marga )


C = perubahan kecepatan 1 m/detik

1.) Menghitung jari-jari lengkung minimum (Rc)


Fm = -0,00125 × vr + 0,24
= -0,00125 × 80 + 0,24
= 0,14
𝑉𝑅² 80²
Rc= 127 ×(𝑒+𝑓𝑚)
= 127 ×(0,1+0,14) = 209,97 m =210 m (RC yang digunakan 239
m)

2.) Mencari superelevasi (e)


𝑉𝑅²
e-fm =127 ×𝑅𝑐
80²
e-0,14 =127 ×239
e = 0,078 = 7,08 %

3.) Mencari derajat kelengkungan (D)

1432,4 1432,4
D= = = 5,99 𝑚
𝑅𝑐 239
4.)Mencari lengkung spiral (Ls)
a. Menggunakan rumus modifikasi short
𝑉𝑅² 𝑉𝑅 ×𝑒
Ls = 0,022 ×𝑅𝑐×𝑐 – 2,727 𝑐

80² 80 ×0,0708
Ls = 0,022 ×239×1 – 2,727 1
= 31,68 𝑚

b. Berdasarkan kelandaian maksimum


1 (𝑒𝑛 + 𝑒) × 𝐵
=
𝑚 𝐿𝑠
1 (0,02 + 0,708) × 3,75
=
150 𝐿𝑠

Ls = 51,075

C. Ls dari tabel = 70 m

D. Lama perjalanan selama 3 detik

Ls = vr × t
3
Ls = 80 ×3600 = 66,67 𝑚

Ls yang di gunakan = 70 m (yang terbesar)

5.) Mencari sudut apit sudut-sudut spiral (𝜃s)


90.𝐿𝑠 90.(70)
𝜃s= 𝜋.𝑅𝑐 = 3,14.(239) =8,39° = 8°23′26,14"
6.) Sudut dari busur lingkaran (𝜃𝑐)

𝜃c =𝛽P1 – 2 (𝜃s)

= 19º42’0” – 2.( 8°23′26,14")

= 2°55’7,72” = 2,9188

7.) Panjang bagian tikungan (Lc)


𝜃c
Lc =360 . 2𝜋. 𝑅𝑐
2,9188
= . 2(3,14). (239)
360
= 0,008 . 6,28. 239
= 12,169 ( karena lc < 20 maka menggunakan tipe ss )

8.) Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen (p)


𝐿𝑠²
P =6 . − 𝑅𝑐(1 − cos 𝜃)
𝑅𝑐
70²
P = 6. − 239(1 − cos 8,39°)
239
P = 0,8592 m = 80 cm (menggunakan Scs)

9.) Jarak antara ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser (Ls)
𝐿𝑠³
K = Ls - 40 . - Rc sin 𝜃s
𝑅𝑐²
703
= 70 – 40 . - (239) (sin 8,39°)
(239)2
= 70 – 0,150 – 34,89
= 34,977 m

10.) Titik perubahan dari tarent ke spiral (Tt)

𝛽P1
Tt = (Rc + p) tan +k
2

19º42’0”
= (239 + 0,8592) tan + 34,977
2
= 77,918 m

11.) Jarak eksternal total (Et)

𝛽P1
Et = (Rc + P) sec – Rc
2
19º42’0”
Et = (239 + 0,8952) sec – 239
2
Et = 4,447 m

Jadi , tipe lengkungan tikungan P1 adalah SS (spiral spiral)

PERHITUNGAN TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL (SS)


1
1.) 𝜃𝑠 = 𝛽𝑃
2
1
= 2 . 19,7 = 9,85

2.) Mencari lengkung spiral (Ls)


a.) Menggunakan rumus modifikasi short
𝜃𝑠 ×𝐴 ×𝑅 9,85 ×0,0708 ×239
Ls = = = 1,851 𝑚
90 90
b.) Ls dari table = 70 m
c.) Lama perjalanan selama 3 detik
Ls = Vr × t
3
Ls = 80 ×3600 = 66,67 𝑚
Ls yang digunakan = 70 m (yang terbesar)
𝐿𝑠²
Xc = Ls - 40 × 𝐿𝑠²
702
Xc = 70 – 40 × 702
Xc = 69,975

𝐿² 2,342²
Yc = 6 × 𝑅𝑐 = = 3,824 × 10³
6 × 239

3.) Pergeseran busur lingkaran terhadap tangan (P)


P = Yc +Rc × cos 𝜃- Rc
P = 3,824 + 239 cos 8,39 - 239
P =1,266 m

4.) Jarak antara Ts dan P besar busur lingkaran yang bergeser (K)
K = Xc – Rc ×sin 𝜃S
K = 69,975 – 239 × sin 8,39
K = 69,975 – 34,872
K = 35,103 m

𝑅𝐶+𝑃
Es = 1 - Rc
cos .𝛽
2

239+1,266
= 1 - 239
cos .9,85
2

240,266
= – 239
9,849
= 0,1285 m
1
Ts = (RC+P) tan 2 . 𝛽 + k

1
= (239+1,266) tan 2 .9,85 + 35,103

= 55,756 m

*Lengkungan tikungan P2

𝛽P2= 12,22º 12º13’12”

Vrencana = 80 km/jam

emaks = 10% (metode bina marga )


C = perubahan kecepatan 1 m/detik

1. Menghitung jari-jari lengkung minimum (Rc)


Fm = -0,00125 × vr + 0,24
= -0,00125 × 80 + 0,24
= 0,14
𝑉𝑅² 80²
Rc = = 127 ×(0,1+0,14) = 209,97 m =210 m (RC yang digunakan 239
127 ×(𝑒+𝑓𝑚)
m)

2. Mencari superelevasi (e)


𝑉𝑅²
e-fm =127 ×𝑅𝑐
80²
e-0,14 =127 ×239
e = 0,078 = 7,08 %

3.)Mencari derajat kelengkungan (D)

1432,4 1432,4
D= = = 5,99 𝑚
𝑅𝑐 239
4.)Mencari lengkung spiral (Ls)

a.Menggunakan rumus modifikasi short


𝑉𝑅² 𝑉𝑅 ×𝑒
Ls = 0,022 ×𝑅𝑐×𝑐 – 2,727 𝑐

80² 80 ×0,0708
Ls = 0,022 ×239×1 – 2,727 = 31,68 𝑚
1

b.Berdasarkan kelandaian maksimum


1 (𝑒𝑛 + 𝑒) × 𝐵
=
𝑚 𝐿𝑠
1 (0,02 + 0,708) × 3,75
=
150 𝐿𝑠

Ls = 51,075

c. Ls dari tabel = 70 m

d . Lama perjalanan selama 3 detik

Ls = vr × t
3
Ls = 80 ×3600 = 66,67 𝑚

Ls yang di gunakan = 70 m (yang terbesar)

5.) Mencari sudut apit sudut-sudut spiral (𝜃s)


90.𝐿𝑠 90.(70)
𝜃s= 𝜋.𝑅𝑐 = 3,14.(239) =8,39° = 8°23′26,14"
5.) Sudut dari busur lingkaran (𝜃𝑐)

𝜃c =𝛽P2 – 2 (𝜃s)

= 12º13’12” – 2.( 8°23′26,14")

= -4°33’40,28” = -4,561

6.) Panjang bagian tikungan (Lc)


𝜃c
Lc =360 . 2𝜋. 𝑅𝑐
−4,561
= . 2(3,14). (239)
360
= -0,012 . 6,28. 239
= -18,01 ( karena lc < 20 maka menggunakan tipe ss )
8.) Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen (p)
𝐿𝑠²
P =6 . − 𝑅𝑐(1 − cos 𝜃)
𝑅𝑐
70²
P = 6. − 239(1 − cos 8,39°)
239
P = 0,8592 m = 80 cm (menggunakan Scs)

9.) Jarak antara ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser (Ls)
𝐿𝑠³
K = Ls - 40 . - Rc sin 𝜃s
𝑅𝑐²
703
= 70 – 40 . - (239) (sin 8,39°)
(239)2
= 70 – 0,150 – 34,89
= 34,977 m

10.) Titik perubahan dari tarent ke spiral (Tt)

𝛽P2
Tt = (Rc + p) tan +k
2

12,22º
= (239 + 0,8592) tan + 34,977
2
= 60,950 m

11.)Jarak eksternal total (Et)

𝛽P2
Et = (Rc + P) sec – Rc
2
12,22º
Et = (239 + 0,8952) sec – 239
2
Et = 2,229 m

Jadi , tipe lengkungan tikungan P1 adalah SS (spiral spiral)


PERHITUNGAN TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL (SS)

1
𝜃𝑠 = 𝛽𝑃
2
1
= 2 . 12,22 = 6,11

1.) Mencari lengkung spiral (Ls)


a.Menggunakan rumus modifikasi short
𝜃𝑠 ×𝐴 ×𝑅 9,85 ×0,0708 ×239
Ls = = = 1,851 𝑚
90 90

b.Ls dari table = 70 m


c.Lama perjalanan selama 3 detik
Ls = Vr × t
3
Ls = 80 ×3600 = 66,67 𝑚
Ls yang digunakan = 70 m (yang terbesar)
𝐿𝑠²
Xc = Ls - 40 × 𝐿𝑠²
702
Xc = 70 – 40 × 702
Xc = 69,975

𝐿² 2,342²
Yc = 6 × 𝑅𝑐 = = 3,824 × 10³
6 × 239
2.) Pergeseran busur lingkaran terhadap tangan (P)
P = Yc +Rc × cos 𝜃- Rc
P = 3,824 + 239 cos 8,39 - 239
P =1,266 m

3.) Jarak antara Ts dan P besar busur lingkaran yang bergeser (K)
K = Xc – Rc ×sin 𝜃S
K = 69,975 – 239 × sin 8,39
K = 69,975 – 34,872
K = 35,103 m

𝑅𝐶+𝑃
Es = 1 - Rc
cos .𝛽
2

239+1,266
= 1 - 239
cos .6,11
2
= 0,210 m
1
Ts = (RC+P) tan 2 . 𝛽 + k

1
= (239+1,266) tan 2 .6,11 + 35,103

= 47,988 m

*Lengkungan tikungan P3

𝛽P3= 34,54º 34º32’24”

Vrencana = 80 km/jam

emaks = 10% (metode bina marga )


C = perubahan kecepatan 1 m/detik

1.) Menghitung jari-jari lengkung minimum (Rc)


Fm = -0,00125 × vr + 0,24
= -0,00125 × 80 + 0,24
= 0,14
𝑉𝑅² 80²
Rc = = 127 ×(0,1+0,14) = 209,97 m =210 m (RC yang digunakan 239
127 ×(𝑒+𝑓𝑚)
m)

2.) Mencari superelevasi (e)


𝑉𝑅²
e-fm =127 ×𝑅𝑐
80²
e-0,14 =127 ×239
e = 0,078 = 7,08 %

3.)Mencari derajat kelengkungan (D)


1432,4 1432,4
D= = = 5,99 𝑚
𝑅𝑐 239

4.)Mencari lengkung spiral (Ls)

a.Menggunakan rumus modifikasi short


𝑉𝑅² 𝑉𝑅 ×𝑒
Ls = 0,022 ×𝑅𝑐×𝑐 – 2,727 𝑐

80² 80 ×0,0708
Ls = 0,022 ×239×1 – 2,727 = 31,68 𝑚
1

b.Berdasarkan kelandaian maksimum


1 (𝑒𝑛 + 𝑒) × 𝐵
=
𝑚 𝐿𝑠
1 (0,02 + 0,708) × 3,75
=
150 𝐿𝑠

Ls = 51,075

c. Ls dari tabel = 70 m

d . Lama perjalanan selama 3 detik

Ls = vr × t
3
Ls = 80 ×3600 = 66,67 𝑚

Ls yang di gunakan = 70 m (yang terbesar)

5.) Mencari sudut apit sudut-sudut spiral (𝜃s)


90.𝐿𝑠 90.(70)
𝜃s= 𝜋.𝑅𝑐 = 3,14.(239) =8,39° = 8°23′26,14"
6.) Sudut dari busur lingkaran (𝜃𝑐)

𝜃c =𝛽P3 – 2 (𝜃s)

= 34º32’24” – 2.( 8°23′26,14")

= 17°45’28,8” = 17,758

7.) Panjang bagian tikungan (Lc)


𝜃c
Lc =360 . 2𝜋. 𝑅𝑐
17,758
= . 2(3,14). (239)
360

= 74,037 ( karena lc >25 maka menggunakan tipe scs )

8.) Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen (p)


𝐿𝑠²
P =6 . − 𝑅𝑐(1 − cos 𝜃)
𝑅𝑐
70²
P = 6. − 239(1 − cos 8,39°)
239
P = 0,8592 m = 80 cm (menggunakan Scs)

9.) Jarak antara ts dan P dari busur lingkaran yang bergeser (Ls)
𝐿𝑠³
K = Ls - - Rc sin 𝜃s
40 . 𝑅𝑐²
703
= 70 – 40 . - (239) (sin 8,39°)
(239)2
= 70 – 0,150 – 34,89
= 34,977 m

10.) Titik perubahan dari tarent ke spiral (Tt)

𝛽P3
Tt = (Rc + p) tan +k
2

34,54º
= (239 + 0,8592) tan 2
+ 34,977
= 8,472 m

11.)Jarak eksternal total (Et)

𝛽P3
Et = (Rc + P) sec – Rc
2
34,54º
Et = (239 + 0,8952) sec – 239
2
Et = 12,183 m

Jadi , tipe lengkungan tikungan P3 adalah SCS


Pelebaran perkerasan pada tikungan

1. B =√(√𝑅𝐶 2 − 64 + 1,252 ) - √𝑅𝐶 2 − 64 + 1,25

B =√(√238,372 − 64 + 1,252 ) – √238,372 − 64 + 1,25


B = 15,42

Keterangan :

B = Lebar perkerasan yanng di tempati satu kendaraan tikungan pada lajur


sebelah

dalam.

Rc = Radius lajur sebelah dalam - 1⁄2 lebar perkerasan + 1⁄2 b

1 1
Misal = Rc = 286 – ( 2 .3,75 ) + ( 2 . 2,5 )

2. kesukaran dalam mengemudi di tikungan


0,105.𝑉
Z=
√𝑅

0,105.80
Z= = 0,543
√239

Keterangan :

V = Kecepatan km / jam

R = radius lengkng (m)

3. C = Kebebasan samping di kiri dan kanan jalan


C=0,5 m , 1 m ,1,25 m

4. Bt = n ( B + C ) + Z
Bt = 2 ( 15,42 + 1,25 ) + 0,543
Bt = 33,83

5. ∆ b = Bt – B n
∆ b = 33,83 – B n
∆b=
Keterangan :

Bn= lebar total perkerasaan pada bagian lurus

Berdasarkan jarak pandang henti

90° . 𝐽𝐻
𝜃=
𝜋. R
90° . 140
𝜃=
3,14. 239

𝜃 =16,79

𝑀 = 𝑅 ( 1 − 𝐶𝑂𝑆 𝜃 )
𝑀 = 239 ( 1 − 𝐶𝑂𝑆 16,79 )

Anda mungkin juga menyukai