Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

dalam memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase

lorong paras jaya 1 berfungsi untuk mengalirkan air yang dapat mengganggu

pengguna jalan, sehingga badan jalan tetap kering. Pada umumnya saluran

drainase lorong paras jaya 1 adalah saluran terbuka dengan menggunakan gaya

gravitasi untuk mengalirkan air menuju tempat penampungan air. Distribusi aliran

dalam saluran drainase menuju tempat penampungan air ini mengikuti kontur

jalan, sehingga air permukaan akan mudah mengalir secara gravitasi.

Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan

air secara alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton

dan aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan

air ini jika tidak dapat dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan

saluran drainase harus memperhatikan tataguna lahan daerah tangkapan air

saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi

kelebihan air, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu

pengguna jalan.

Genangan di ruas jalan masih sering terjadi di beberapa kota, khusus nya kota

padat penduduk. Genangan di ruas jalan akan mengganggu masyarakat yang

menggunakan ruas jalan tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian.

1
2

Jika masalah genangan tersebut tidak teratasi, maka dapat memungkinkan

terjadi bencana yang lebih besar hingga merugikan masyarakat setempat baik harta

benda maupun nyawa. Ruas Jalan di lorongparasjaya 1 adalah salah satu ruas jalan di

Kota palembang yang masih sering mengalami genangan akibat saluran drainase yang

tidak dapat menampung ataupun mengalirkan air permukaan. Berdasarkan

permasalahan tersebut penelitian ini perlu di identifikasi penyebab saluran jalan

lorong paras jaya 1 yang tidak berfungsi optimal agar dapat ditentukan solusi

penyelesaian masalahnya.

Pada dasarnya sistem drainase dibagi menjadi dua macam yaitu sistem

drainasse tertutup dan terbuka. Sistem drainase tertutup jarang dipaakai di

komplek karena di butuhkan biaya untuk pembuatan resapanya, sedang untuk

sistem drainase terbuka tidak membutuhkan bak resapan. Pada lorong paras jaya 1

menggunakan sistem drainase terbuka, yaitu saluran drainase terdiri dari saluran

sekunder yang mengalir kesaluran primer 1 kemudian diteruskan kesungai

sebagai tempat pembuangan akhir. Pada komplek ini saluran sekunder

mengelilingi tiap komplek. Kondisi dari saluran drainase sebagian sudah tidak

memenuhi syarat akibat kurang adanya perawatan. Daerah yang sering tergenang

oleh air hujan terletak dilorong paras jaya 1. Dalam proyek akhir ini akan

dievaluasi kembali sistem saluran drainase yang sudah ada atau yang sudah

diterapkan, sehingga dapat diketahui apakah sistem saluran drainase tersebut

layak atau tidak.


3

I.2.Maksud dan Tujuan

Untuk menganalisa system drainase. Sedangkan tujuan dari penulisan

makalah ini adalah mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi genangan air

system drainase di lorong paras jaya 1.

I.3.Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang masalah di atas adalah

untuk mencari apa penyebab drainase tidak optimal, factor yang membuat

drainase tidak optimal, dampak tidak optimalnya drainase dan cara agar drainase

optimal.

I.4.Metodologi Penulisan

BAB I. Pendahuluan, memaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

maksud dan

tujuan, batasan masalah, manfaat penulisan, metodologi penulisan, dan

bagan air

penulisan

BAB II. Studi Literatur memaparkan mengenai pencarian terhadap berbagai

sumber tertulis

BAB III. Metodologi Penilitian, mencoba memaparkan megenai hasil dari

penelitian, seperti pengumpulan data, Pengolahan data, dan bagan alir

penelitian
4

BAB IV. Pembahasan, memaparkan mengenai topik pembahasan

BAB V. Kesimpulan dan saran, memaparkan mengenai kesimpulan dan solusi

untuk penyelesaian masalah


5

1.5.Bagan Alir Penulisan

Mulai

Pendahuluan

Studi Literatur

Metodologi Penelitian

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1.1. Bagan Alir Penulisan


BAB II

STUDI LITERATUR

2.1.Pengertian Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah

tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia. Dalam bahasa

Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong –

gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi

pencegahan banjir.

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau

mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian

bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air

dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam

kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng.2004) Sedangkan pengertian

tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalam SK menteri PU No. 233

tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah jaringan

pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah

administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal

maupun luapan sungai melintas di dalam kota.

2.2. Sejarah Perkembangan Drainase

Ilmu drainase perkotaan bermula tumbuh dari kemampuan manusia

6
7

mengenali lembah-lembah sungai yang mampu mendukung kebutuhan hidupnya.

Adapun kebutuhan pokok tersebut berupa penyediaan air bagi keperluan rumah

tangga, pertanian, perikanan, transportasi dan kebutuhan social budaya.

Dari siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada

masa tertentu selalu terjadi keberadaan air secara berlebih, sehingga menganggu

kehidupan manusia itu sendiri. Selain daripada itu, kegiatan manusia semakin

bervariasi sehingga menghasilkan limbah kegiatan berupa air buangan yang dapat

menggangu kualitas lingkungan hidupnya. Berangkat dari kesadaran akan arti

kenyamanan hidup sangat bergantung pada kondisi lingkungan, maka orang mulai

berusaha mengatur lingkungannya dengan cara melindungi daerah pemukimannya

dari kemungkinan adanya gangguan air berlebih atau air kotor.

Dari sekumpulan pengalaman terdahulu dalam lingkungan masyarakat yang

masih sederhana, ilmu drainase perkotaan dipelajari oleh banyak bangsa. Sebagai

contoh orang Babilon mengusahakan lembah sungai Eufrat dan Tigris sebagai

lahan pertanian yang dengan demikian pastitidak dapat menghindahari

permasalahan drainase. Orang Mesir telah memanfaatkan air sungai Nil dengan

menetap sepanjang lembah yang sekaligus rentan terhadap gangguan banjir.

Penduduk di kawasan tropika basah seperti di Indonesia awalnya dibilang

selalu tumbuh dari daerah yang berdekatan dengan sungai, dengan demikian

secara otomatis mereka pasti akan berinteraksi dengan masalah gangguan air pada

saat musim hujan secara periodic. Pada kenyataannya mereka tetap dapat menetap
8

disana, dikarenakan mereka telah mampu mengatur dan menguasai ilmu

pengetahuan tentang drainase.

Tepengaruh dengan perkembangan sosial budaya suatu masyarakat atau suku

bangsa, ilmu drainase perkotaan akhirnya harus ikut tumbuh dan berkembang

sesuai dengan perubahan tata nilai yang berlangsung di lingkungannya.

Harus diakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu drainase perkotaan

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu hidrolika, matematika, statiska, fisika,

kimia, komputasi dan banyak lagi yang lain, bahkan juga ilmu ekonomi dan sosial

sebagai ibu asuhnya pertama kali. Ketika didominasi oleh ilmu

hidrologi, hidrolika, mekanika tanah, ukur tanah, matematika, pengkajian ilmu

drainase perkotaan masih menggunakan konsep statiska.

Namun dengan semakin akrabnya hubungan ilmu drainase perkotaan dengan

statiska, kesehatan, lingkungan, social ekonomi yang umumnya menyajikan suatu

telaah akan adanya ketidakpastian dan menuntut pendekatan masalah sacara

terpadu (intergrated) maka ilmu drainase perkotaan semakin tumbuh menjadi

ilmu yang mempunyai dinamika yang cukup tinggi. (H.A Halim Hasmar.2011)

2.3.Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :

a) Sistem Drainase Mayor

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung

dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).
9

Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem

saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan

ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase

primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya

dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi

yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

b) Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mekro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap

drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan.

Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di

sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-

gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat

ditampungnya tidak terlalu besar.

Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa

ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem

drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase

mikro.

2.4.Jenis Drainase

Drainase dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Menurut sejarah terbentuknya

1) Drainase alamiah (Natural Drainage


10

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang terbentuk secara alami dan

tidak ada unsur campur tangan manusia.

2) Drainase buatan (Artificial Drainage)

Drainase alamiah adalah sistem drainase yang dibentuk berdasarkan

analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

b) Menurut Letak Saluran

1) Drainase permukaan tanah (Surface Drainage)

Drainase permukaan tanah adalah saluran drainase yang berada di atas

permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan.

Analisa alirannya merupakan analisa open channel flow.

2) Drainase bawah tanah (Sub Surface Drainage)

Drainase bawah tanah adalah saluran drainase yang bertujuan mengalirkan

air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa),

dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan artistik,

tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di

permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan

lain-lain.
11

c) Menurut konstruksi

1) Saluran Terbuka

Saluran terbuka adalah sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya

untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun

kebanyakann sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada

pinggiran kota,saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung).

Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan

beton,pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.

2) Saluran Tertutup

Saluran tertutup adalah saluran untuk air kotor yang mengganggu

kesehatan lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan

terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota

Metropolitan dan kota-kota besar lainnya.

d) Menurut fungsi

1) Single Purpose

Single purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air

buangan saja.
12

2) Multy Purpose

Multy purpose adalah saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis

buangan, baik secara bercampur maupun bergantian. (H.A Halim Hasmar.2011)

2.5. Fungsi Drainase Perkotaan

1) Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari

genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan

infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.

2) Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar

tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda

masyarakat juga infrastruktur perkotaan.

3) Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat dimanfaatkan

untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.

4) Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.

2.6. Definisi Hujan

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari

alam yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.

Hujan berasal dari uap air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya

dipengaruhi oleh faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan

atmosfer. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan terjadi
13

kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es yang akhirnya jatuh

sebagai hujan (Bambang Triatmojo, 1998).

Jumlah air yang jatuh ke permukaan bumi daoat diukur dengan

menggunakan alat penakar hujan. Distribusi hujan dalam ruang dapat diketahui

dengan mengukur hujan beberapa lokasi pada daerah yang ditinjau, sedangkan

distribusi waktu dapat diketahui dengan mengukur hujan sepanjang waktu. Satuan

curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di

Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter

(mm). Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat

yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)

milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar,

tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.

Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat

berbahaya karena dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap

tanaman.

Hujan merupakan sumber dari semua air yang mengalir di sungai dan di

dalam tampungan baik di atas maupun dibawah permukaan tanah. Jumlah dan

variasi debit sungai tergantung pada jumlah, intensitas dan distribusi hujan.

Terdapat hubungan antara debit sungai dan curah hujan yang jatuh di DAS yang 7

bersangkutan. Apabila data pencatatan debit tidak ada, data pencatatan hujan

dapat digunakan untuk memperkirakan debit aliran


14

2.7. Klasifikasi Hujan

Hujan dapat dibedakan menjadi empat (4) tipe, pembagiannya berdasarkan

faktor yang menyebabkan terjadinya hujan tersebut:

1) Hujan Orografi

Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik

dan kemudian mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya

dapat jatuh sebagai hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan

lebih lebat dari pada bagian lereng yang ada di belakangnya. Curah hujan berbeda

menurut ketinggiannya, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat

yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.

2) Hujan Konvektif

Hujan ini merupakan hujan yang paling umum terjadi di daerah tropis.

Panas yang menyebabkan udara naik ke atas kemudian mengembang dan secara

dinamika menjadi dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses

ini khas buat terjadinya badai Guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan

hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai Guntur lebih sering terjadi di lautan

dari pada di daratan.

3) Hujan Frontal

Hujan ini terjadi karena adanya front panas, awan yang terbentuk biasa

tipe stratus dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil.
15

Sedangkan pada front dingin, awan yang terjadi biasanya tipe cumulus

dan cumulonimbus dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul sangat buruk.

Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena di Indonesia tidak terjadi front.

4) Hujan Siklon Tropis

Siklon tropis hanya dapat timbul di daerah tropis antara lintang 0º- 10º

lintang utara dan selatan tidak berkaitan dengan front, karena siklon 8 ini

berkaitan dengan sistem tekanan rendah. Siklus tropis dapat timbul di lautan yang

panas, karena energy utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap

air. Siklon tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat

pada daerah yang dilaluinya.

2.8. Proses Terjadinya Hujan

1. Panas matahari (Air Menguap)

Matahari adalah sebagian dari isi alam. Matahari yang selalu menyinari

bumi dengan teriknya yang menimbulkan efek panas, sehingga panasnya matahari

bisa air danau, sungai dan laut menguap ke udara. Selain dari air danau sungai dan

laut air yang menguap ke udara juga bisa disebabkan juga dari tubuh manusia,

hewan dan tumbuh-tumbuhan benda-benda lain yang mengandung air.

2. Suhu udara yang tinggi (Uap air menjadi padat – terbentuk awan)

Suhu udara di indonesia termasuk ke golongan suhu udara yang tinggi

akibatnya panas matahari akan membuat uap air tersebut mengalami kondensasi
16

(pemadatan) dan menjadi sebuah embun. Embun terbentuk dari titik-titik ir kecil

sehingga suhu udara semakin tinggi membuat titik-titik dari embun semakin

banyak berkumpul memadat dan akan membentuk menjadi awan. Menurut

kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan ini, tetes-tetes air memiliki ukuran

jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran ini tetesan air akan jatuh dengan

kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih

tinggi sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke bumi.

3. Dengan bantuan angin (Awan kecil menjadi awan besar)

Adanya angin dari udara yang menyebabkan tiupan yang akan membantu

awan-awan bergerak ke tempat yang lain. Pergerakan angin memberikan pengaruh

besar terhadap awan sehingga membuat awan kecil menyatu dan kemudian

membentuk awan yang lebih besar lagi lalu bergerak ke langit atau ke tempat

yang memiliki suhu lebih rendah. Dan semakin banyak butiran awan yang

terkumpul awan akan berubah warna menjadi semakin kelabu.

4.Terbentuk lah hujan

Dan setelah awan semakin kelabu akibatnya titik-titik air semakin berat

dan tidak terbendung lagi akan membuat butiran-butiran air tadi jatuh ke bumi

sehingga terjadilah hujan.

Proses Terjadinya Hujan Secara Singkat

1. Panas matahari membuat air yang ada di muka bumi menguap

2. Terbentuklah awan dari uap uap tersebut


17

3. Angin membuat awan kecil berkumpul menjadi besar

4. Karena kandungan air di awan yang sudah besar dan tidak bisa di tampung

lagi maka turunlah hujan

2.9 Kuantitas Air Hujan

Kuantitas air hujan atau curah hujan (CH) adalah jumlah air yang jatuh di

permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi

(mm) diatas permukaan horizontal bila tidak terjai evaporasi, aliran run off, dan

infiltrasi.

2.10. Pengukuran Hujan

Hujan merupakan komponen yang amat penting dalam analisa hirologi

pada perencanaan debit untuk menentukan dimensi saluran drainase. Pengukuran

hujan dilakukan selama 24 jam dengan cara ini bearti hujan yang diketahui adalah

hujan total yang terjadi selama 1 hari. Untuk berbagai kepentingan perencanaan

drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan harian akan

tetapi juga distribusi jam-jaman atau menitan. Hal ini akan membawa konsekuensi

dalam pemilihan data dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil

pengukuran dengan alat ukur otomatis.

2.11. Alat Ukur Hujan

Dalam praktek pengukuran hujan terdapat 2 jenis alat ukur hujan, yaitu :
18

1. Alat Ukur Hujan Biasa (Manual Raingauge)

Data yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan alat ini berupa

data hasil pencatatan oleh petugas pada setiap periode tertentu. Alat pengukur hujan

ini berupa corong dan sebuah gelas ukur yang masing-masing berfungsi untuk

menampung jumlah air hujan dalam 1 hari (hujan harian)

2. Alat Ukur Hujan Otomatis (Automatic Raingauge)

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran dangan menggunakan alat ini

berupa data pencatatan secara terus menerus pada kertas pencatat yang dipasan pada

alat ukur. Berdasarkan data ini akan dapat dilakukan analisa untuk memperoleh

besaran intensitas hujan.

Tipe alat ukur hujan otomatis ada 3, yaitu :

 Weighting Bucket Raingauge

 Float Type Raingauge

 Tipping Bucket Raingauge

2.12. Analisa Hidrologi

Untuk melakukan perencanaan drainase diperlukan penggunaan metode

yang tepat. Ketidaksesuaian dalam penggunaan metode dapat mengakibatkan hasil

perhitungan tidak dapat diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Analisis


19

hidrologi merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk merencanakan

besarnya sarana penampungan dan pengaliran air. Hal ini diperlukan untuk dapat

mengatasi terjadinya genangan air.

2.13. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam

tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu

air hujan terkonsentrasi. (Sumber : Wesli 2008)

Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah

hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya

berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang

meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung

dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan

durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air

bagaikan ditumpahkan dari langit.(Sumber : Suroso 2006)

(http://mtnugraha.wordpress.com/2009/04/02/metode-intensitas-curah-hujan/)

Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase),

debit rencana sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya

dapat ditampung oleh sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan

teralirkan.
20

2.14. Debit Rancangan

Debit rencana sangat penting dalam perencanaan sistem drainase, apabila

dalam menentukan debit rencana, maka sistem drainase yang digunakan tidak

akan berfungsi dengan semestnya. Debit aliran adalah yang akan digunakan untuk

menghitung dimensi saluran, didapat dari debit yang berasal dari limpasan air

hujan dan debit air buangan limbah rumah tangga dengan rumus :

QTotal = Q Air Hujan + Q Air Kotor (m3/det)

Keterangan :

Q Total = Debit air hujan + debit air kotor (m3/det)

Q Air Hujan = Debit air hujan atau limpasan (m3/det)

Q Air Kotor = Debit limbah buangan rumah

tangga(m3/det)

A. Debit Limpasan (Air Hujan)

Debit air hujan (limpasan) adalah volume aliran yang terjadi di permukaan

tanah yang disebabkan oleh turunnya hujan dan terkumpulnya membentuk suatu

30 aliran. Aliran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi
21

yaitu jenis permukaan tanah, luas daerah limpasan, dan intensitas curah hujan.

Debit air hujan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Q Air Hujan = 0.278 C I A

Keterangan :

Q = Debit limpasan

C = Koefesien pengaliran (tabel)

I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A = Luas daerah pengaliran (km2)

1. Koefisien Pengaliran

Koefisien pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang

membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi. Besaran ini

dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah.

Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitugkan kemungkinan adanya

perubahan tata guna lahan di kemudian hari.


22

B. Debit Air Limbah Buangan (Air Kotor)

Debit Air Limbah Buangan adalah semua cairan yang dibuang, baik yang

mengandung kotoran manusia maupun yang mengandung sisa-sisa proses

industri.

Air Buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :

 Air Kotor :

: Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan

yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing.

 Air Bekas

: Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya seperti bak

mandi, baik cuci tangan, bak dapur dan lain-lain.

 Air Hujan

: Air buangan yang berasal dari atap bangunan, halaman dan sebagainya.

 Air Buangan Khusus

: Air buangan yang mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya

seperti berasal dari pabrik, air buangan laboratorium, tempat pengobatan, tempat

pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat

radioaktif yang dibuang dari pusat Listrik Tenaga Nuklir. Debit air limbah rumah

tangga didapat dari 60% - 70% suplai air bersih setiap orang, diambil debit limbah

rumah tangga 70% dan sisanya dipakai pada proses industri, penyiraman kebun-

kebun dan lain-lain.


23

2.15. Banjir

Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala

yang berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang

biasanya kering. Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian

banjir adalah berair banyak dan juga deras, kadang-kadang meluap. Hal itu dapat

terjadi sebab jumlah air yang ada di danau, sungai, ataupun daerah aliran air

lainnya yang melebihi kapasitas normal akibat adanya akumulasi air hujan atau

pemampatan sehingga menjadi meluber. Di mata masyarakat, pada umumnya

pengertian banjir merupakan hal yang negatif. Hal ini karena banjir selalu

berkaitan dengan hal-hal yang merugikan sehingga dapat disebut juga bencana

alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan parah, khususnya pada daerah yang

padat penduduk yang berada di bantaran sungai atau daerah-daerah yang terkena

banjir periodik.

Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air yang

berlebihan merendam suatu daratan. Meski kerusakan yang dapat akibatkan

bencana banjir dapat dihindari dengan cara pindah menjauh dari danau, sungai,

atau aliran air lainnya, orang-orang akan tetap menetap serta bekerja dekat daerah-

daerah aliran air tersebut guna mencari nafkah dan juga memanfaatkan biaya

murah. Manusia masih terus menetap di wilayah yang rawan banjir tersebut

merupakan sebuah bukti bahwa nilai menetap di wilayah yang rawan banjir lebih

besar dibandingkan dengan biaya kerusakan akibat bencara banjir periodik. Untuk

lebih lengkapnya, berikut macam-macam banjir.


24

2.16. Macam-macam Banjir

1. Banjir Air

Banjir air merupakan banjir yang sering terjadi. Penyebab banjir air

dikarenakan meluapnya air di danau, sungai, selokan, atau aliran air yang lainnya

sehingga menyebabkan air tersebut naik dan menggenangi daratan. Biasanya

banjir air disebabkan karena hujan yang terjadi secara terus-menerus sehingga

mengakibatkan aliran air tersebut tidak dapat menampung air yang berlebih.

2. Banjir Bandang

Pengertian banjir bandang merupakan banjir yang mengangkut air dan

juga lumpur. Banjir bandang tersebut sangatlah berbahaya dibandingkan dengan

banjir air biasa, hal ini karena akan sulit untuk menyelamatkan diri. Banjir

bandang dapat menghanyutkan benda-benda dan memiliki daya rusak yang tinggi.

Banjir bandang pada umumnya terjadi di area pegunungan yang tanah

pegunungan tersebut seolah longsor karena adanya air hujan yang ikut terbawa air

ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir tersebut dapat menghanyutkan

pohon yang berukuran besar sehingga dapat merusak pemukiman warga yang

terkena banjir bandang tersebut.

3. Banjir Lumpur

Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip banjir bandang namun lumpur

tersebut keluar dari dalam bumi sehingga dapat menggenangi daratan. Lumpur

tersebut terkadang memiliki kandungan bahan serta gas kimia berbahaya.


25

4. Banjir Rob (Laut Pasang)

Pengertian banjir rob merupakan banjir yang disebabkan karena pasang air

laut. Banjir rob pada umumnya melanda kota muara baru di jakarta. Pasang air

laut pada umumnya akan menahan air sungai yang menumpuk, hingga dapat

menjebol sebuah tanggul dan menggenangi daratan.

5. Banjir Cileunang

Banjir cileunang merupakan salah satu macam-macam banjir. Pengertian

banjir cileunang ialah suatu banjir yang mirip dengan banjir air akan tetapi banjir

tersebut dikarenakan hujan yang sangatlah deras dan mempunyai debit air yang

banyak. Terjadinya banjir ini sangatlah cepat, hal ini karena hujan yang terjadi

sangatlah deras sehingga dapat terjadi dalam waktu cepat.

6. Banjir Lahar

Pengertian banjir lahar adalah banjir yang disebabkan karena lahar gunung

berapi masih aktif saat yang meletus atau mengalami erupsi. Dari proses erupsi

tersebut, gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang dapat menyebar ke

lingkungan di sekitarnya. Air yang ada dalam sungai atau danau dapat mengalami

pendangkalan sehingga berdampak terkena banjir


26

2.17. Penyebab Banjir

1. Penebangan hutan liar

Penebangan hutan secara liar yang membuat hutan menjadi gundul

merupakan salah satu penyebab banjir. Hal ini karena, akar pohon memiliki fungsi

untuk menyerap air. Oleh sebab itu, jika banyak pohon yang hilang maka akan

dengan mudah terjadi bencana banjir.

2. Buang sampah sembarangan

Penyebab banjir yang satu ini sudah tidak asing lagi. Sampah yang

dibuang sembarang khususnya apabila dibuang di sungai atau aliran air lainnya

dapat menyumbat aliran air tersebut sehingga dapat meluap dan menyebabkan

terjadinya banjir.

3. Pemukiman di bantaran sungai atau aliran air

Pemukiman yang didirikan di bantaran sungai mengakibatkan sungai

tersebut rentan terjadi pendangkalan. Pendangkalan yang terjadi di sungai karena

kebiasaan untuk membuang sampah ke sungai serta keadaan tanah di kiri kanan

bangunan tersebut dapat saja ambles dan kemudian menutup sisi sungai. Sehingga

sungai menjadi menyempit dan rawan banjir.

4. Dataran rendah

Daerah-daerah yang berada di dataran rendah dapat menyebabkan banjir,

hal ini karena luapan air yang mengalir dari tempat di dataran tinggi ke rendah

sehingga dapat beresiko terkena banjir.


27

5. Curah hujan yang tinggi

Penyebab banjir ini disebabkan karena faktor cuaca. Apabila terdapat

daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan terjadi berlarut-larut dalam jangka

waktu lama, memiliki resiko yang besar untuk terjadi banjir terlebih jika berada di

dataran rendah.

6. Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan Amdal

Drainase yang sudah diubah tanpa memperhatikan amdal yang terlebih di

lingkungan perkotaan. Daerah hutan ataupun rawa yang dapat membantu untuk

mencegah atau mengurangi banjir, namun dipakai untuk membangun mall atau

bangunan lainnya sehingga merusak lapisan atmosfer dan akan mudah beresiko

terjadinya banjir.

7. Bendungan yang jebol

Bendungan yang jebol adalah salah satu penyebab banjir disekitar

lingkungan yang daerah tersebut kurang terawat serta mudah dirusak

kelestariannya, dengan memanfaatkan sesuatu yang tidak pada tempatnya dan

juga hasilnya dapat berakibat banjir bandang yang sangat merugikan.

8. Salah sistem kelola tata ruang

Penyebab banjir yang satu ini dapat mengakibatkan air sulit untuk

menyerap serta alirannya lambat. Sementara air yang datang ke wilayah tersebut

jumlahnya akan lebih banyak dari yang biasanya dialirkan sehingga dapat dengan

cepat terjadi banjir.


28

9. Tsunami

Merupakan jenis banjir air laut yang sangat besar. Tsunami merupakan

penyebab banjir yang sangat merugikan. Tsunami pada umumnya dapat terjadi

dikarenakan pergeseran lapisan lempeng bumi. Tingginya gelombang tsunami

dapat dengan mudah menyapu daerah-daerah yang ada di sekitarnya hingga dapat

menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa.

10. Tanah yang sudah tidak dapat menyerap air

Tanah yang sudah tidak dapat untuk menyerap air dapat dikarenakan

beberapa faktor, salah satunya karena tanah tersebut sudah jarang ditemukan lahan

hijau ataupun lahan kosong. Sehingga air tidak terserap ke dalam tanah melainkan

langsung masuk ke sungai, danau, selokan, atau saluran air yang lainnya. Air yang

ada dalam jumlah banyak apabila sudah tidak dapat tertampung oleh saluran air

tersebut dapat menggenang serta menyebabkan banjir.

2.18. Akibat banjir

1) Menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit.

2) Kehilangan harta benda.

3) Pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak.

4) Menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir bandang.

5) Fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak.

6) Jarang air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir.

7) Pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati.


29

8) Dampaknya dalam jangka panjang, jumlah wisatawan yang datang ke daerah

tersebut akan menurun.

9) Pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama.

10) Mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat

banjir.

11) Terjadi kenaikan harga, hal ini karena bahan makanan yang menjadi langka.

2.19. Cara Mengatasi Banjir

1) Menata daerah aliran-aliran air seperti sungai, danau, dan lain sebagainya

sesuai dengan fungsinya.

2) Tidak membuang sampah sembarangan ke danau, sungai, selokan.

3) Tidak membangun rumah ataupun bangunan dibantaran sungai.

4) Lakukan pengerukan sungai.

5) Perlu dilakukan reboisasi atau penghijauan hutan.

6) Sistem pemantau dan peringatan apabila terjadi bencana harus dibangun di

daerah yang rawan banjir.

2.20. Keuntungan Banjir

1) Air tanah yang terisi kembali.

2) Di daerah yang kering, kebutuhan air dapat untuk tercukupi.

3) Banjir menambah kandungan pada tanah.

4) Ikan sangat cocok untuk berkembang biak di air banjir


30

5) Tambahan kandungan ke danau atau sungai yang pada akhirnya berpengaruh

positif pada industri perikanan.

6) Penyeimbang ekosistem sungai.

7) Air banjir yang melimpah dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis ikan guna

mencari tempat hidup baru.

8) Burung memiliki cadangan makanan melimpah.


31
2.21.Dokumentasi Survey

Gambar 2.1.Saluran Drainase Yang Berisi Sampah

Gambar 2.2.Tumbuhan Liar Yang Menghambat Saluran


32

Gambar 2.3.Genangan Air Akibat Saluran Tidak Mengalir

Gambar 2.4.Sampah Yang Menyebabkan Genangan Air


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 mei 2018 yang berlokasi di kota
Palembang, Kecamatan Plaju, jln. Paras Jaya I. Lokasi penelitian dapat dilihat
pada gambar 3.1.

DENAH LOKASI PENELITIAN

Gambar 3.1. Denah Lokasi Penelitian

3.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa metode pengumpulan


data yang di gunakan untuk mengatasi permasalahan yang akan di bahas, sebagai
berikut :

33
34

a) Observasi
Dengan memanfaatkan data curah hujan
b) Survey
Dengan peninjauan langsung ke lokasi penelitian dan dilakukan pencatatan

data yang di perlukan

Adapun data yang di peroleh dalam penelitian ini :

1) Data Premier

Data premier merupakan data yang didapat langsung dari hasil penelitian

di lapangan, dengan cara melakukan pengukuran langsung terhadap saluran

drainase, saluran merupakan saluran terbuka yang berbentuk persegi.

Gambar 3.2. Saluran Drainase

Keterangan gambar :

Lebar drainase : 30 cm

Tinggi drainase : 40 cm

Tinggi genangan : 32 cm
35

2) Data skunder

Data skunder merupakan data pendukung untuk data skunder. Data

skunder adalah data yang didapatkan dengan menghubungi instansi-instansi yang

terkain dengan perencanaan konstruksi pada upaya penanggulangan banjir di

jln.paras jaya 1.

Sedangkan data yang ada berdasarkan fungsinya dapat dilakukan menjadi

dua, meliputi:

1. Data Teknis
Data teknis adalah data yang berhubungan langsung dengan upaya

penanggulan

banjir di jln.paras jaya 1, seperti :

 Data curah hujan

Data curah hujan yang diperlukan adalah data curah hujan

tahunan maksimum

 Data kependudukan

Data kependudukan diperlukan untuk mengetahui besarnya

air limbah rumah tangga sebagai dasar perhitungan suatu saluran

yang bertujuan untuk mengatasi peningkatan debit air limbah


36

2. Data Non Teknis

Data Non Teknis adalah data yang berfungsi sebagai

penunjang untuk pertimbangan upaya penanggulan banjir di

jln.paras jaya 1.
37

3.3.Bagan Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Data Skunder

Data Premier Data Teknis

Lebar drainase : 30 cm Data Non Teknis

Tinggi drainase : 40 cm

Tinggi genangan: 32cm Tinggi genangan : 32

cm

Pembahasan

Selesai

Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian


BAB IV

PEMBAHASAN

Gambar 4.1. Saluran Drainase Yang Berisi Sampah

Permasalahan drainase bukanlah hal yang bisa di sepelekan, ada banyak


faktor yang bisa menyebabkan permasalah pada saluran drainase. Salah satu
permasalahan yang sering terjadi di lingkungan sekitar kita adalah permasalahan
drainase yang disebabkan oleh sampah. Sampah merupakan sisa yang tidak di
inginkan setelah berakhirnya suatu proses, sampah material yang masuk kedalam
saluran drainase menyebabkan perubahan terhadap kondisi system drainase.
Manajamen sampah yang kurang baik memberi konstribusi percepatan
pendangkalan/penyempitan saluran drainase. Hal itu lah yang sering terjadi di
lingkungan sekitar kita saluran drainase yang seharusnya mengalirkan air hujan
beralih fungsi menjadi tempat sampah.

38
39

Gambar 4.2.Tumbuhanan Liar Yang Menghambat Saluran Drainase

Faktor yang kedua bisa kita lihat pada gambar 4.2 yaitu tumbuhan yang
menghambat saluran drainase, hal ini terjadi akibat malasnya warga setempat
untuk melakukan gotong royong pada saluran drainase. Saluran drainase yang di
penuhi oleh tumbuhan liar menyebabkan saluran tidak mengalirkan air secara
optimal akibatnya saluran drainase menjadi terhambat dan bisa terjadi genangan
air pada saat terjadi hujan.
40

Gambar 4.3.Genangan Air Akibat Saluran Tidak Mengalir

Akibat saluran drainase yang tersumbat oleh sampah dan tumbuhan liar
menyebabkan genangan air seperti gambar 4.3 saluran tidak berfungsi secara
optimal dan air yang dialirkan menguap hingga pada jalan. Hal itu lah yang terjadi
pada sekitaran lingkungan lorong paras jaya 1, apabila sedang terjadi musim
penghujan maka genangan air akan semakin tinggi akibat drainase yang tidak
mengalir.

Cara Agar Drainae Berfungsi Secara Optimal

Ada beberapa cara yang bisa di lakukan untuk mengatasi drainase yang
tidak berfungsi secara optimal :

1.Membangun kesadaran membuang sampah pada tempat yang seharusnya

2.Mengadakan gotong royong untuk membersihkan saluran drainase

3.Memberikan sanksi yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa


ada beberapa faktor yang menyebabkan drainase tidak optimal pada saluran
drainase lorong paras jaya 1 yaitu faktor sampah dan faktor kurang sadarnya
masyarakat membersihkan tumbuhan liar pada saluran. Hal itu lah yang
mengakibatkan genangan air pada lorong paras jaya 1 terlebih lagi apabila pada
saat musim penghujan.

5.2.Saran

Adapun penulis memberi saran :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada


tempat seharusnya.
2. Melakukan gotong royong untuk melakukan pembersihan saluran drainase
sepanjang lorong paras jaya 1 agar saluran mengalir secara optimal.

41

Anda mungkin juga menyukai