Anda di halaman 1dari 12

Tugas 3

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


METODOLOGI PENELITIAN

oleh :
Nama : Nabila Azzakhroh
NIM :180523630101
Prodi : S1 Teknik Sipil
Offering : D

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
Judul Penelitian : Aanalisis Estimasi Perencanaan Pemeliharaan Jalan Lentur
Dengan Standarisasi Bina Marga untuk Perkerasan Aspal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi dan Pengertian Jalan Raya

Jalan secara umum adalah keseluruhan bagian jalan maupun bagian perlengkapan
lalu lintas yang berada dipermukaan tanah. Jalan sangat menunjang segala aspek
kehidupan sehingga harus dalam kondisi baik dan layak digunakan. Terlebih Indonesia
merupakan negara yang luas dan memiliki pulau yang banyak, sehingga system
transportasi sangat diperlukan untuk menyongsong kehidupan dan roda prekonomian.

Perkembangan Jalan pada daerah yang belum optimal ditambah dengan kuantitas
kendaraan yang tinggi pada kawasan antar kota -provinsi. Pembangunan jalan yang
belum menyeluruh dan operasional minim serta sarana dan prasarana yang kurang
memadai merupakan masalah utama negara yang sedang berkembang.

Jalan Raya penghubung antar daerah memiliki karakteristik sering digunakan


oleh kendaraan bermotor ,masyarakat umum dan pembangunanya dibiayai oleh Negara
serta dalam peraturan lalu lintas memilki aturan tersendiri. Perencanaan jalan raya
tergantung pada geometrik planning pada awal perencanaan dengan ini akan
menghasilkan pelayanan yang optimal dan infrastruktur yang aman dengan standarisasi
estimasi pembiayaan secara efisien. Jalan umum atau jalan antar kota banyak mengalami
kerusakan bahkan dalam kurun waktu singkat. Beban kepadatan pengguna jalan di
berbagai perkotaan ,kemacetan ,faktor cuaca,dan kegagalan konstruksi merupakan salah
satu faktor penyebab kerusakan jalan.
Pembangunan jalan raya juga memperhitungkan pengaliran air yang mengenang
di permukaan jalan raya. Air yang tergenanag akan mempengaruhi pengerasan jalan dan
daya tahan jalan bahkan dapat mengikis dan merusak struktur jalan. Sehingga konstruksi
muka jalan dibuat permukaan tidak rata . Oleh karena itu direncanakan kelandaian 2%
untuk mengalirkan air ke gorong – gorong , dengan ini akan mengurangi genangan air
pada permukaan jalan raya.
2.2. Klasifikasi Jalan Raya

Jalan digolongkan dalam 4 klasikikasi yaitu klasifikasi menurut fungsi jalan,


klasifikasi kelas jalan dan klasifikasi menurut medan jalan dan klasifikasi menurut
wewenang pembinaan jalan.

2.2.1. Klasifikasi Menurut fungsi jalan


Klasifikasi ini terdiri atas 3 jenis jalan yaitu :
1. Jalan Arteri adalah jalan utama dengan jarak tempuh jauh ,kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah akses memiliki batasan yang efisien. Jalan arteri dibagi menjadi
dua yaitu arteri primer dan skunder.
2. Jalan Kolektor adalah jalan dengan jarak tempuh sedang ,kecepatan rata- rata
sedang dan jumlah akses dibatasi. Jalan kolektor dibagi menjadi dua yaitu jalan
kolektor primer dan jalan kolektor skunder .
3. Jalan Lokal adalah jalan yang menghubungkan antar jarak dekat kecepatan rendah
jumlah tidak dibatasi.
4. Jalan Tol adalah bebas hambatan dengan kecepatan tinggi dengan jalanan datar.

2.2.2. Klasifikasi Menurut kelas jalan

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Sumber : ( Tata Cara Perencanaan Geometric Jalan Antar Kota,1997)


a. Jalan kelas I, yaitu jalan dengan muatan tidak melebihi 2.500 milimeter dengan
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dengan muatan sebesar 10 ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri dengan muatan tidak melebihi 2.500 milimeter
dengan ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dengan muatan sebesar 8
ton.
c. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri dengan muatan tidak melebihi 2.100 milimeter
dengan ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dengan muatan sebesar 8
ton.
d. Jalan Khusus , yaitu jalan arteri dengan muatan tidak melebihi 2.500 milimeter
dengan ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dengan muatan sebesar
10 ton.
2.2.3. Klasifikasi Menurut medan jalan
Klasifikasi medan jalan berdasarkan kondisi kemiringan ,medan jalan berfungsi
untuk perencanaan geometric dan medan proyeksi untuk mempertimbangkan
keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan.

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

Sumber : ( Tata Cara Perencanaan Geometric Jalan Antar Kota,1997)

2.2.4. Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan


1. Jalan nasional pembiayaan ditanggung oleh anggaran pusat
2. Jalan Provinsi pembiyaan ditanggung oleh APBD tingkat I
3. Jalan Kabupaten ditanggung oleh APBD tingkat II
4. Jalan Desa alokasi anggaran desa
5. Jalan khusus
2.2.5. Kecepatan Rencana (VR)
Kecepatan rencana ( VR ) merupkan kecepatan yang digunakan sebagai acuan
dasar perencanaan geometric jalan .Kecepatan rencana berfungsi unutk memperkirakan
laju kendaraan lalu lintas sehingga pergerkan lau lintas aman dan nyaman.

Tabel 2.3 Penentuan Kcepatan Rencana ( Vr) Sesuai Klasifikasi Medan

Sumber : (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)

2.3. Bagian – bagian Jalan


Bagian – bagian jalan dibedakan menjadi beberapa bagian :
a. Lebar Jalur ( Wc )
Bagian jalur jalan yang dilewati oleh lalu lintas
b. Lebar Bahu ( Ws )
Bagian disamping jalur lalu lintas yang direncanakan sebagai ruangan
peristirahatan atau tempat pemberhentian kendaraan
c. Median ( M )
Bagian jalan yang berfungsi untuk memisahkan arah lalu lintas ,dan terletak pada
bagian tengah jalan.
Ruang Penguasaan Jalan
a. Ruang Manfaat jalan ( Rumaja )
Keseluruhan badan jalan ,tepi jalan dan saluran jalan ,dengan dibatasi lebar batas
amabang ,kedalaman ruang bebas 1.5 m dari muka jalan , tinggi 5 meter diatas
permukaan jalan.
b. Ruang Milik Jalan ( Rumija )
Badan jalan yang meliputi keseluruhan jalan dan dibatasi sama dengan rumaja
ditambah kedalamana ruang bebas 1.5 m dari muka jalan da tinggi 5 m diatas
permukaan jalan.
c. Ruang Pengawasan Jalan ( Ruwasja )
Badan jalan yang tidak meliputi rumaja dengan dibatasi oleh tinggi dan lebar
tertentu.

Gambar 1. Bagian- bagian Ruang Pengawasan Jalan


Sumber : (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997)

2.4. Jenis – jenis kerusakan pada jalan raya

Kerusakan pada perkerasan jalan bergantung pada muatan ,bahan dan pemeliharaan jalan
,beberapa jenis kerusakan yang sering terjadi disebabkan oleh peningkatan volume lau lintas, air
yang mengenang pada saat hujan ddengan kurangnya system drainase yang baik, iklim Indonesia
beriklim tropis dengan curah hujan dan suhu udara tinggi sehingga dapat mengakbatkan
pengikisan pada permukaan jalan, Kondisi tanah pada dasar jalan tidak stabil ,material
pembangunan jalan kurang bermutu dan pengolahan yang kurang baik. Dalam mengevaluasi
kerusakan jalan perlu ditentukkan:
a. Jenis kerusakan ( distress type )
b. Tingkat Kerusakan ( distress severty )
c. Jumlah Kerusakan ( distress amount )

Menurut Manual Pemeliharaan Direktorat Jendral Bina Marga kerusakan jalan dibedakan atas :

1. Retak ( cracking )
retak terjadi pada lapisan bawah aspal yang memanjang dan melintang dan dapat
mebuat peta dengan ukuran 50 cm x 50 cm. retak tepi juga dapat mengakibatkan
kerusakan pada bagian tengah lajur dan menyebar luas dengan sisi yang cukup
panjang. Penilaian Retak terdiri atas, retak sempit ,lebar < 3 mm , Retak lebar, lebar
> 3 mm ,Retak lebar > 3 mm dengan kelonggaran ( spalling ).
2. Distorsi ( distortion )
retak ini memilki ciri khas bentuk dari bidang segi banyak ( polygon ) menyerupai
kulit buaya. dengan ukuran bidang berkisar 5 cm sampai sekitar 50 cm. Ukuran
Bidang ( Jarak retak ) > 100 mm, Ukuran bidang ( Jarak retak ) < 100 mm , Ukuran
bidang ( Jarak retak ) < 100 mm dan spalling.
3. Retak sisik Buaya
Kerusakan jalan pada merial permukaan secara bertahap ,dimulai dengan nya
pelepasan butir pada permukaan berupa agregat kasar dan halus sehingga terkikis.
analisis keparahan kerusakan terdiri atas , kehilangan material halus dari permukaan ,
kehilangan material halus dan kasar, disintegritas permukaan hingga lapisan pondasi.
4. Lubang
Kerusakan jalan dengan berbentuk mangkuk dan amblas ini dapat terjadi jika
overload pada beban kendaraan lalu lintas. analisi keparahan jika lubangan dapat
dinyatakan dalam bentuk persegi.
5. Delaminasi
Kerusakan jalan dari lapisan bawah yang membentuk lubang kedalam lapisan
aspal.Pergerakan pada simpangan akan mengakibatkan terbukanya retakan pada
lapisan aspal.Analisi keparahan terdelaminasi < 20 mm ,ketebalan lapisan
terdelaminasi 20 – 50 mm ( oerlay ) , ketebalan lapisan terdelaminasi > 50 mm (
overlay ).
6. Amblas ( Depresi )
Keruskan yang terjadi akibat kondisi tanah maupun beban lalu lntas berlebih dengan
berbentuk mangkuk dengan dorongan material ke samping amblasan. Analisa
keparahan yaitu , kedalaman maksimum dibawah straight edge 1.80 m < 20 mm ,
kedalaman di bawah maksimum di bawah straight edge 1.80 m 20 -50 mm ,
kedalaman maksimum di bawah straight edge 1.80 m > 50 mm.
7. Tambalan
Kerusakan jalan akibat permukaan yang tidak rata dan lubang di atas permukaan
aspal ,sehingga manganggu kenyamanan pengendara lal lintas . Aalisa keparahan
yaitu , tambalan berbentuk bunjur sangkar , tambalan lebih rendah/tinggi, tambalan
dengan kerusakan padar retakan
8. Kegemukan ( bleeding or flushing )
Kerusakan jalan akibat kadar aspal pada pembangunan maupun perbaikan tinggi atau
berlebihan.
9. Penurunan pada bekas penamaan utilitas ( utility cut depression )
Kerusakan pemadatan yang tidak menuhi syarat sehingga harus dibongkar dan
dialpisi dengan lapisan baru.
10. Penagusan
Pengausan pada agregat yang bersal dari material yang tidak tahan aus pada
pengendara lalu lintas.

2.5. Perkerasan Jalan

Klasifikasi perkersan jalan berdasarkan bahan ikat nya terdiri atas :

a. Perkerasan Lentur ( flexible pavement )


Perkersan lentur merupakan perkersan yang sering digunakan pada konstruksi
jalan atau landasan pacu. Campuran perkersan lentur terdiri atas agregat yang bergradasi
rapat dan aspal ,pada lapis permukaan harus kedap air dengan permukaan rata namun
kasar. Perkersan lentur dengan pengikat aspal dapat bertahan 15 – 40 tahun. Dalam segi
biaya pekerjaan perkerasan lentur relatif terjangkau. Perkerasan lentur tersusun atas :
1. Lapisan Permukaan ( Surface Course )
Berfungsi sebagai lapisan atau tumpuan penahan roda selama pemakaian jalan.
2. Lapisan Pondasi ( Base Course )
Lapisan ini berfungsi pada peresapan untuk lapisan pondasi bawah
3. Lapisan Pondasi Bawah ( subbase couse )
Lapisan dasar sebagai resapan pondasi
4. Tanah Dasae ( subgrade )
Lapisan ini berfungsi sebagai dasar tumpuan bersada pada timbunan galian
sebelumnya.
b. Perkerasan Kaku ( rigid pavement )
Perkerasan Kaku merupakan perkerasan pelat beton dengan atau tanpa halangan
diletakkan dengan atau tanpa pondasi bawah. Perkersan ini menggunakan semen
Portland sebagai pengikat. Beban lalulintas pada perkerasan dipikul oleh pelat beton.
c. Pekerasan Komposit
Perkerasaan komposit merupakan kombinasi konstruksi perkersaan kaku dan
perkerasaan lentur di permukaannya dengan beban lalu lintas dipikul secara bersama.
Perkerasan komposit memiliki persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar memiliki
kekakuan yang cukup serta dapat mencegah refleksi pada lapisan beton di bawah.
Perkerasan ini biasa digunakan pada runway pesawat terbang.

2.6 Perbaikan dan Pemeliharaan Jalan


Pemeliharaan dan perbaikan di Indonesia harus diprioritaskan didukung dengan iklim
tropis yan mengakibatkan kerusakan pada jalan. Sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat.
Tabel 2.4 Kerusakan dan Metode Perbaikan pada perkersan Aspal
Pekerasan Kerusakan P1 P2 P3 P4 P5 P6
Penutupan Pengisian Penambalan
Beraspal Penebaran Pasir Pengaspalan Perataan
Retak retak Lubang
111 Lubang X X
112 Gelombang X X
113 Alur X X
114 Ambles X X
115 Jembul X X
116 Kerusakan Tepi X X
117 Retak Buaya X X
118 Retak Garis X X X
Kegemukan
119
Aspal X
120 Terkelupas X

Sumber : Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi 1995
Metode Perbaikan pada P1 merupakan penggunaan air compressor dalam
membersihkan dan menabur pasir kasar pada area pekerjaan dengan ( ketebalan > 10 mm ) dan
dipadatkan dengan baby roller. Metode perbaikan P2 menggunakan air compressor , dan
menyemprotkan aspal emulsi 1.5 liter/ m² pada daerah yang diperbaiki. Kemudian menaburkan
agregat 5mm ,dengan memadatkan pasir atau agregat dengan baby roller .

Metode perbaikan P3 sama dengan metode sebelumnya hanya da penambahan komposisi


pasir 20 liter dan asala emulsi 6 liter. Kemudian penyemprotan tack coat ( 0.2 liter / m² ) di
daerah yang diperbaiki. Taburkan campuran aspal di daerah yang diperbaiki kemudian
dipadatkan dengan baby roller (Sahrihal ,2010 ).

Metode perbaikan P5 mengunakan air compressor utuk membersihkan daerah kerja


,dan penggalian 150 – 200 mm . Kadar optimum material diperhatikan jika kering ditambahkan
air hingga basah. untuk memadatkan material digunakan vibrating rammer . Laburkan prime
coat dengan penggunaan asphalt sprayer. Pada pengadukan aspal dingin selama 4 menit
ditambahakn penaburan aspal dingin diatasnya . Pemadatan keratin permukaan dengan
mengguakan baby roller (Sahrihal ,2010 ).

Metode P6 dengan pmbersihan mengunakan air compressor, dengan tambahan lauran


tack coat pada daearah kerusakan . Pengadukan agregat enggunakan concrete mxer untuk
camouran agregat sebelum aspal . Material aspal dilakukan selam 4 menit Pemadatan keratin
permukaan dengan mengguakan baby roller (Sahrihal ,2010 ).

2.7 Umur Layanan


Pada saat tahap awal perencanaan jalan lama waktu jalan sudah memperkirakan volume
lalu lintas pengendara. Pada umumnya umur jalan lentur di rentang 10 – 20 tahun. Pada tahap
tersebut tetap ada perencanaan dan amanajemn pemeliharaan jalan. Pada rentan waktu tersebut
jalan juga mengalami penurunan permukaan dengan penambahan jumlah arus lintas yang kurang
ditataati. Untuk mencapai waktu layanan sesuai dengan perencanaan awal perlunya pemeliharaan
untuk mecegah kerusakan berat dan pengurangan pembiayan pemeliharan jalan .

Evaluasi Peningkatan playanan perkerasan ( pavemen serviceability – performance)


yaitu pengamatan pada prilaku perkerasan jalan secara menyeluruh. Kondisi atau kualitas
permukaan perkerasan serta jumlah kendaraan yang melintasi jalan tersebut. Servieceability
perbaikan dengan memperhalus kondisi jalas untuk memberikan kenaymanan bagi pengguna
jalan.

2.8 Estimasi Pembiayaan

Estimasi Pembiayaan merupakan penghematan dengan tida menurunkan stnadr mutu dari
proyek yang akan direncanakan , Merancangan dengan memaksimalakan efisiensi dan ketepatan
bahan serta proses pelakassanaan yang tepat sangat mengurangi pengeluaran pembiayaan
cadangan. Estimasi sangat berkaitan erat terhadap Rancangan anaggaran Pembiyaan atau ( RAB
) , Rab bertujuan untuk mengetahui perbaikan kerusakan dan perkerasan jalan lentur.

Perhitungan RAB bisa menggunakan rumus :

Anggaran Biaya = Total Kerusakan x Harga satuan Pekerjaan

Pada penilitian ini rujukan HSP menggunakan Bina Marga Kabupaten Malang .Linear
Programiing model yang dapat digunakan pada keterbatasan sumber bahan maupun kegiatan.
Pada pendekatan dialkkan dengan permodelan ekonomi teknik dengan rekayasa nilai ( Value
Engineering ) . Konsep permodelan nilai dari keseluruhan arus kas relative diperhitunggkan.
Perhitungan dapat digunakan dengan rumus berikut ini :

NPV = Co + ∑ ( )

Dimana , Co = Investasi awal tahun ke - 0


Ct = Cost pada tahun ke –t
I = Interest rate yang ditentukkan
t = tahun
Daftar Pustaka

Firdaus, M. W. (2018). Manajemen Pemerintahan Daerah Dalam Perbaikan Jalan Raya


Banjaran Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2017 (Studi Pada Dinas
Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat) (Doctoral dissertation).
Sahrihal,(2010). Studi Analisi Optimal Biaya Pemliharaan Jalan Program Manajemn Preservasi
Untuk Perkersan Aspal.Fakultas Teknik. Universitas Indonesia
Sartika, A. D., & Jannah, N. (2019). Perancangan Geometrik Dan Tebal Perkerasan Lentur Pada
Jalan Simpang Air Dingin–Pagar Alam Sta 25+ 000 Sta 30+ 400 Provinsi Sumatera
Selatan (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Sriwijaya).
Sumantri, A. (2015). Survei Kerusakan Dan Estimasi Biaya Perbaiakan Jalan Balung-
Kemuningsari Km (00+ 00-03+ 00) Kabupaten Jember.
Degarmo,E.P.,Sullivan W.G.,Bontadelli J.A.(1997). Engineering Economy NJ: Prentice-Hall
Departemen Pekerjaan Umum ( 1995). Manual Pemeliharaan Untuk Jalan Nasional dan Jalan
Provinsi

Anda mungkin juga menyukai