1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dalam penelitian ini ada beberapa batasan masalah agar penelitian ini lebih
spesifik membahas fenomena apa yang terjadi pada ruas Jalan Satelit Indah.
Maka dari itu peneliti memfokuskan pada beberapa hal yaitu:
1. Wilayah yang akan diteliti berada pada Jalan Raya Satelit Indah,
Kecmatan Sukomanunggal, Kota Surabaya
2. Pembahasan pada penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui
jenis, dan tingkat kerusakan jalan dengan menggunakan metode
binamarga
Lokasi studi pada penlitian ini bertempat di Jalan Raya Satelit, Kecamatan
Sukomanunggal Kota Surabaya, Jawa Timur. Peta lokasi dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
2
Gambar 1.1 (Sumber : Google Maps)
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jalan
Jalan adalah sarana transportasi darat yang mencakup semua bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas. Jalan dapat berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air. Namun, jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel tidak termasuk dalam definisi ini.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 1980 (dalam BSN
– RSNI T-14-2004), sistem jaringan jalan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dalam peran
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
4
3. Jalan Lokal berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk
dibatasi. Jalan Lingkungan berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
5
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding of flushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
a. Retak (Tracking)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas:
1. Retak halus (hair cracking) adalah jenis kerusakan jalan yang
memiliki lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm.
Kerusakan ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang
baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis
permukaan yang kurang stabil. Retak halus ini dapat
meresapkan air ke dalam lapis permukaan.
2. Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau
sama dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian
kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya.
3. Retak pinggir (edge crack), retak memanjang jalan, dengan
atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat
bahu.
4. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack), retak
memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan.
5. Retak sambungan jalan (lane joint crack), retak memanjang,
yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalu-lintas. Hal ini
disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur.
6. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah
retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara
perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran.
7. Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang,
diagonal, atau membentuk kotak.
8. Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling
bersambungan membentuk kotak - kotak besar dengan sudut
tajam.
6
9. Retak slip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung
seperti bulan sabit, hal ini terjadi disebabkan oleh kurang
baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di bawahnya.
b. Distorsi (Distortion)
Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Distorsi (Distortion) dapat
dibedakan atas :
1. Alur (Ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as
jalan. Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan
yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak.
2. Keriting (Corrugation), alur yang terjadi melintang jalan.
Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran
yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak
mempergunakan agregat halus, agregat berbentuk bulat dan
permukaan penetrasi yang tinggi.
3. Sungkur (Shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat,
ditempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam dan
tikungan tajam.
4. Amblas (Grade Depressions), terjadi setempat, dengan atau
tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang
tergenang.
5. Jembul (Upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.
Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar pada
tanah dasar ekspansif.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
8
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat – alat penunjang agar penelitian ini dapat
dilakukan, instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Meteran digunakan untuk mengukur lebar kerusakan jalan
2. Alat tulis seperti bulpoin, pensil, penghapus, dan tipe x
3. Kamera atau handphone digunakan untuk mendokumentasikan kerusakan
jalan yang terjadi.
4. Formulir penelitian
5. Aplikasi traffic counter
9
Nilai Kelas Jalan LHR Nilai Kelas Jalan LHR
(SMP/Jam) (SMP/Jam)
0 < 20 0 < 20
1 20 - 50 1 20 - 50
2 50 - 200 2 50 - 200
3 200 - 500 3 200 - 500
4 500 - 2000 4 500 - 2000
5 2000 - 5000 5 2000 - 5000
6 5000 - 20000 6 5000 - 20000
7 20000 - 50000 7 20000 - 50000
8 > 50000 8 > 50000
Table LHR dan Nilai Kelas Jalan
Alur
Kedalaman Angka
10
>20mm 7
11 – 20 mm 5
6 – 10 mm 3
0 – 5 mm 1
Tidak Ada 0
Kekasaran Permukaan
Jenis Jenis
Disintegration 4
Pelepasan Butir 3
Rough 2
Fatty 1
Close Texture 0
Amblas
Luas Angka
>5/100m 4
2 – 5/100 m 2
0 – 2/100 m 1
Tidak Ada 0
Keterangan :
L = Luas Kerusakan
p = Panjang Kerusakan
l = Lebar Kerusakan
b. Menghitung Prosentase Kerusakan
P = (L/n) x 100
11
Keterangan:
P = Prosentase kerusakan
L = Luasan Kerusakan
n = Luasan STA
12
Setelah melakukan perhitungan Urutan Prioritas (UP) langkah
selanjutya adalah mengambil tindakan berdasarkan Urutan Prioritas (UP).
Berikut merupakan tabel tindakan atau upaya yang dapat diambil
berdasarkan Hasil Urutan Prioritas (UP).
13
3.3 Diagram Alir
Identifikasi masalah :
Hipotesa :
Pengumpulan Data
Analisis Data
Hasil
15