Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ANALISIS PENYEBAB RUSAKNYA JALAN

JEPARA-KELING KABUPATEN JEPARA

Disusun Oleh :

FERRY ARDIAN NOVALISTIANTO

D100210025

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jalan sebagai bagian salah satu sistem prasarana transportasi yang
merupakan urat nadi kehidupan masyarakat dalam mejalankan aktifitas dan
penggerak roda perekonomian, yang mempunyai peranan penting dalam usaha
pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan
memperkokoh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan
keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka
mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Masyarakat sebagai pengguna fasilitas pemerintah harus ikut serta


berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas umum terutama jalan karena
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan akan sangat di tentukan
oleh kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat, seperti yang
tertulis dalm Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Pasal 118
masyarakat dapat ikut berperan dalam pengaturan, pembinaan, pembangunan
dan pengawasan jalan. Pemerintah sebagai lembaga superior harus dengan
tulus membuka ruang dan kesepampatan bagi warga untuk ikut dalam
penentuan kebijakan sehingga akan terjadi keharmonisasian antara pemerintah
dan masyarakat.

Kelancaran lalu lintas orang, barang dan jasa dapat terpenuhi dengan
pemeliharaan jalan yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah. Pemeliharaan
jalan membutuhkan biaya yang tinggi, namun hal ini dihadapkan dengan dana
dari pemerintah yang sangat terbatas. Pemeliharaan yang rutin dilakukan agar
konstruksi jalan dapat mencapai umur rencana jalan dan menghindari dari
kerusakan pada ruas jalan. Kerusakan yang sering dijumpai adalah kerusakan
dini berupa retak, alur atau perubahan bentuk lainnya. Untuk mendapatkan
jalan yang memiliki kondisi yang baik dan dapat mencapai umur rencana
jalan, maka kualitas bahan penyusun struktur jalan perlu diperhatikan. Jalan
Sebagai Salah Satu Akses untuk pencapaian tujuan harus lebih di perhatikan
oleh pemerintah karena apabila ada jalan yang rusak akan lebih
membahayakan penggunanya, seringkali terjadi kecelakaan lalu lintas yang di
sebabkan jalan yang rusak hal ini tidak lepas dari fasilitas yang di berikan
pemerintah kepada masyarakatnya terutama jalan tidak layak/rusak, berlubang
dan tidak segera di perbaiki sehingga membahayakan penggunanya atau
masyarakat, bahkan jalan yang berlubang cukup dalam yang apabila terjadi
hujan dan tertutup genangan air akan tidak tampak dan membahayakan bagi
pengguna jalan, terutama pengguna roda dua yang sering menjadi korban
kecelakaan yang merenggut nyawa akibat menghindari jalan yang rusak dan
berlubang.

Pada Kabupaten Jepara, jalan rusak sudah menjadi hal yang normal.
Bahkan di beberapa daerah menjadi agenda tahunan yang semakin parah saat
musim penghujan tiba. Kondisi tersebut seperti tidak bisa ditanggulangi,
padahal jalan yang rusak tersebut beberapa adalah jalan besar seperti jalan
provinsi. Jalan provinsi adalah jalan yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah provinsi yang terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, jalan kolektor primer
yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota (Bina Marga 2021).
Tabel 1.1 Jalan Provinsi di Daerah Kabupaten Jepara

No Nama Jalan Lokasi (km-km)


1 Batas Kudus-Jepara 60.650 -67.425
2 Welahan-Margoyoso 44.000-51.650
3 Margoyoso-Jepara 51.160-68.100
4 Jl. Wakhid Hasyim 68.100-68.800
5 Jl. Pemuda Jepara 68.800-70.000
6 Jepara-Keling 70.000-107.205
7 Lingkar Jepara 68.000-74.210
8 Lingkar Cumbring 0.000-0.650
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah 2015
Pada makalah ini penulis mengambil contoh kasus pada Jalan Jepara-
Keling yang termasuk salah satu jalan provinsi di Kabupaten Jepara. Jalan ini
kerap menjadi langganan salah satu daftar jalan rusak di kabupaten Jepara.
Walau sering diperbaiki, namun kerusakan akan tetap kembali terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis kerusakan jalan dan penyebabnya (khususnya perkerasan
aspal)?
2. Bagaimana kondisi fisik serta identifikasi kerusakan yang terjadi di Jalan
Jepara-Keling?
3. Apa penyebab kerusakan serta cara memperbaiki Jalan Jepara-keling agar
tidak cepat rusak kembali?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui jenis dan penyebab kerusakan jalan (khususnya pada jalan
yang menggunakan perkerasan aspal).
2. Mengetahui kondisi jalan Jepara-Keling, serta mengidentifikasi kerusakan
apa saja yang terjadi.
3. Mengetahui penyebab dan cara efektif untuk memperbaiki kerusakan Jalan
Jepara-Keling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Kerusakan Jalan dan Penyebabnya

Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B1983 yang dikeluarkan


oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Kerusakan jalan dapat dibedakan atas :

1. Retak (cracking)
a. Retak kulit buaya
b. Retak pinggir
c. Retak sambungan bahu dan perkerasan
d. Retak sambungan jalan
e. Retak refleksi
f. Retak susut
g. Retak selip
2. Distorsi (distortion)
a. Alur
b. Keriting
c. Sungkur
d. Amblas
e. Jembul
3. Cacat Permukaan (disintegration)
a. Lubang
b. Pelepasan Butir
c. Pengelupasan Lapisan Permukaan
4. Pengausan (polished aggregats)
5. Kegemukan (bleeding or flushinh)
6. Penurunan Pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)

Penjelasan pada poin angka diatas adalah sebagai berikut:

1. Retak (cracking)
Retak adalah suatu gejala kerusakan atau pecahnya permukaan
perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan
masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu
faktoryang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen
PekerjaanUmum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian
yanglemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada
konsentrasitegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga
materialtersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam
danterjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke
bagianyang lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan
retaktergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).
Beberapa jenis keretakan diantaranya:
a. Retak kulit buaya

Gambar 2.1 Retak Kulit Buaya


Sumber : (https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/61/jenis-kerusakan-
jalan-pada-perkerasan-lentur)

Pengertian :

Lebar celah lebih besar atau sarna dengan 3 mm. Saling


merangkaimembentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya.Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan
yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian
perkerasan di bawah lapis permukaankurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Umumnya daerah
dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jikadaerah dimana terjadi
retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkanoleh repetisi beban
lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikuloleh lapisan
permukaan tersebut.

b. Retak Pinggir

Gambar 2.2 Retak Pinggir

Sumber : (https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/61/jenis-kerusakan-
jalan-pada-perkerasan-lentur)

Pengertian:

Retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang mengarah


ke bahu jalandan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak
baiknyasokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya
penyusutantanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut.
Akar tanamanyang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi
sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap
yang dapat semakin merusaklapis permukaan.

Kemungkinan penyebab:

1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume


akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi
sebab terjadinya retak tepi.

Akibat lanjutan:

1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan


sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan
butir pada tepi retak.
c. Retak Sambungan bahu dan perkerasan

Gambar 2.3 Retak Sambungan

Sumber : (https://simantu.pu.go.id/epel/edok/298d6_Modul_4_-
_Pemel._Perkerasan_Beton.pdf)
Retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan
bahudengan perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi
drainasedi bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah
perkerasan,terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material
bahu atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truck kendaraan berat
di bahu jalan

d. Retak sambungan jalan

Gambar 2.4 Retak Sambungan Jalan


Pengertian :
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur
lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak
inidapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab : Ikatan sambungan kedua jalur yang
kurang baik.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
dan akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
e. Retak sambungan pelebaran jalan

Gambar 2.5 Retak Sambungan Pelebaran Jalan

Pengertian :

Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal


cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama
dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa
celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan
perkerasan.

Kemungkinan penyebab:

- Ikatan sambungan yang kurang baik.


- Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan
pelebaran dengan jalan lama.

Akibat lanjutan:

- Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.


- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
f. Retak refleksi

Gambar 2.6 Retak Refleksi

Sumber : (Internet, 2017)

Pengertian :

Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat


berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal
cracks),melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks)
yangmenggambarkan pola retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini
dapatterjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara
benarsebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.

Kemungkinan penyebab:

- Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan


(lapisanoverlay)sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah
dasar yangekspansif.
- Perbedaan penurunan ( settlement ) dari timbunan/ pemotongan
badan jalandengan struktur perkerasan.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
danakan mengganggu kenyamanan berkendaraan.Lepasnya butir
pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
g. Retak Susut

Gambar 2.7 Retak Susut (shrinkage scracks)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk
kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan
suatu interconnected cracksyang membentuk suatu seri blocks cracks.
Umumnya penyebaran retak inimenyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
- Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak
aspal dengan penetrasi rendah.
- Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.

Akibat lanjutan:
- Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan
jalansehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau
menyeluruh pada perkerasan jalan danmengganggu kenyamanan
berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes ).
h. Retak selip

Gambar 2.8 Retak Selip (slippage cracks)


Pengertian :
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear
cracks,atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai
bulansabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa
retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan terbentuknya sungkur
(shoving).
Kemungkinan penyebab:
- Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
- Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
- Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal.
- Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik
roda penggerak oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan
danakanmengganggu kenyamanan berkendaraan. Lepasnya butir
pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).

3. Distorsi (distortion)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi
alasIemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi
sehinggaterjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk
kerusakan jalanyang satu ini dibagi atas beberapa jenis diantaranya:
a. Alur

Gambar 2.9 Alur (ruts)


Pengertian :
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat
merupakantempat menggenangnya air hujan yang jatuh di alas
permukaan jalan,mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya
timbul retak-retak.Disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang
padat, dengan demikianterjadi penambahan pcmadatan akibat
repetisi beban lalu lintas padalintasan roda. Campuran aspal
stabilitas rendah dapat pula menimbulkandefonnasi plastis
b. Keriting
Gambar 2.10 Keriting (corrugation)
Pengertian :
Dapat terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang
dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak meng-
gunakan agregat halus, agregat bulat dan licin, aspal yang dipakai
mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga dapat terjadi jika lal-
u lintas dibikin sebelum perkerasan mantap.
c. Sungkur

Gambar 2.11 Sungkur (shoving)


Pengertian :
Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan
sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan
dapat terjadidengan atau tanpa retak. Penyebab kerusakan sama
dengan keriting.
d. Amblas
Gambar 2.12 Amblas (grade depressions)
Pengertian :
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi
denganadanya air yang tergenang. Amblas adalah beban kendaraan
yang melebihiapa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang
baik, atau penurunan bagian perkerasan di karenakan tanahdasar
mengalami settlement.
4. Cacat Permukaan (disintegration)
Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara
kimiawi & mekanis dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat
permukaan adalahsebagai berikut:
a. Lubang

Gambar 2.13 Lubang


Sumber : (Harian Tangerang, 2014, www.hariantangerang.com)

Pengertian :
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran
yang bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampu
ng dan meresapkan air sampai ke dalam lapis permukaan yang dapat
menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :


1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan
mudahlepas. 
b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak
baik.
c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat
mudah lepas akibat pengaruh cuaca.
3. Sistem drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga
airmeresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-
lubang kecil.
b. Pelepasan butir
Gambar 2.14 Pelepasan Butir (ravelling)
Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan
oleh hal yang sama dengan lubang.

c. Pengelupasan lapisan permukaan

Gambar 1.15 Pengelupasan Lapisan Permukaan


Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan
lapis bawahnya atau terlalu tipisnya lapis permukaan.
5. Kegemukan
Gambar 2.16 Kegemukan (bleeding or flushing )
Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi
jejak roda,dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada
campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime
coat / teak coat.

6. Pengausan

Gambar 2.17 Pengausan (polished aggregate)


Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak
tahanaus terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk
bulat dan licin.
7. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
Gambar 2.18 Penurunan pada bekas penanaman utilitas
Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi
karena pemadatanyang tidak memenuhi syarat.

2.2 Identifikasi Kondisi Fisik dan Kerusakan di Jalan Jepara-Keling


2.2.1 Identifikasi Kondisi Fisik Jalan Jepara-Keling
Jalan Jepara-Keling adalah salah satu dari delapan jalan provinsi di
Kabupaten Jepara jika kita melihat dari data Bina Marga Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015. Jalan provinsi adalah jalan yang diselenggarakan
oleh pemerintah daerah provinsi yang terdiri atas jalan kolektor primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau
kota, jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten
atau kota (Bina Marga 2021).

Jalan Jepara-Keling memiliki type jalan 2/2 UD atau 2 lajur 2 arah


tanpa pemisah jalur. Jalan provinsi masuk kedalam kelas I dengan fungsi
jalan kolektor yang mempunyai muatan sumbu terberat sebesar 10 ton
(Bina Marga 2021).
Tabel 2.19 Kelas Jalan Sesuai Pennggunaannya
Seperti yang kita ketahui, Kabupaten Jepara adalah daerah penghasil
produk kerajinan kayu terbaik di indonesia bahkan terkenal hingga
mancanegara. Akibatnya banyak kendaraan berat seperti truck besar dan
tronton countainer berkapasitas besar dan berat sering berlalu-lalang di
daerah Jepara. Kendaraan tersebut berfungsi sebagai alat pembantu
pendistribusian hasil meubel jepara. Tak jarang dari beberapa jenis
kendaraan berat tersebut lewat jalan lokal ataupun jalan yang tidak sesuai
spesifikasi untuk kendaraan tersebut melintas. Kurang tegasnya regulasi
tentang jalur kendaraan berat tersebut menjadi salah satu penyebabnya.
Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor mengapa banyak jalan jepara
yang cepat rusak.

Gambar 2.20 Contoh Jalan Jepara-Keling

Gambar 2.1 diatas adalah salah satu contoh keadaan jalan di daerah
Jalan Jepara-Keling. Dari gambar tersebut didapat beberapa analisis
terkait jalan terebut sebagai berikut :

a. Jalan dengan tipe 2/2 atau dua lajur dua arah tanpa pemisah.
b. Memiliki lebar jalur antara 3-4 meter.
c. Jalan memiliki bahu dengan type bahu direndahkan.
d. Jalan tidak memiliki kemiringan melintang (terlihat datar dan rata).
e. Dibeberapa titik terlihat bahu yang tertutup oleh bangunan warga,
bahkan kondisi bahu menjadi lebih tinggi dari jalan.
f. Jalan tersebut tidak memiliki drainase atau system pembuangan air.

Itulah beberapa identifikasi terkait bentuk fisik dari jalan Jepara-


Keling yang nantinya identifikasi ini akan digunakan sebagai acuan
pencarian penyebab rusaknya jalan tersebut.

2.2.2 Identifikasi Kerusakan yang Terjadi di Jalan Jepara-Keling

Melihat dari Gambar 2.20 didapat beberapa identifikasi terkait kerusakan


yang terjadi di Jalan Jepara Keling. Kerusakan tersebut adalah:

a. Retak Buaya

Gambar 2.21 Retak Buaya

b. Jalan Berlubang
Gambar 2.22 Jalan Berlubang

c. Jalan Amblas

Gambar 2.23 Jalan Amblas


Tampak jalan pada gambar 2.4 diatas membentuk pola cekung
sehingga air justru tidak menajuh dari jaan tetapi malah tergenang
dijalan.
d. Aspal yang mulai terjadi pengausan
2.3 Penyebab dan Cara Memperbaiki Kerusakan Jalan Jepara-Keling
2.3.1 Penyebab Kerusakan Jalan Jepara Keling
Jika ditinjau dari kerusakan yang terjadi, maka keruskan di Jalan
Jepara-Keling disebabkan oleh:
a. Jalan rusak retak buaya
Disebabkan oleh buruknya system drainase di jalan
tersebut. Jika kita tinjau dari gambar 2.20 terlihat jalan tanpa sitem
drainase sama sekali. Buruknya lagi bahu jalan sebagian justru
digunakan untuk bangunan warga yang ketinggiannya melebihi
tinggi jalan. Otomatis air tidak bisa lolos dari jalan, justru air
berkumpul menggenangi jalan.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal
harus bisa membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran
drainase buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus
mampu membuang air hujan atau air dari sumber-sumber lainnya
dan mengendalikan air bawah tanah yang bisa menyebabkan erosi
atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah dibangun harus
benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu
dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa
mengalirkan air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan aspal
harus disertai pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika
tidak, bisa dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari.
Dalam membangun sistem drainase jalan, ada beberapa hal yang
penting untuk diperhatikan antara lain, kondisi topografi sepanjang
jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang
mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam
satu tahun pada daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem
drainase agar tidak mengganggu drainase yang telah ada. (Dinas
PUPR Banda Aceh 2020)
b. Jalan berlubang
Jalan berlubang disebabkan oleh retakan jalan yang
dibiarkan akhirnya air meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan
jalan. Lubang-lubang yang awalnya kecil ini bisa berkembang
menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat membahayakan
pengguna jalan.
c. Jalan Amblas
Jalan amblas disebabkan oleh kendaraan diluar kapasitas jalan yang
lewat di jalan tersebut. Selain itu amblas juga bisa disebabkan
kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan
olehsistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga
disebabkan olehsifat tanah dasar yang memang jelek.
d. Aspal yang mulai terjadi pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan
aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele,
padahal kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna
jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir
pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat
yang tidak tahan aus terhadap roda-roda kendaraan atau agregat
yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk bulat
dan licin. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area
permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau
latasbun. (Dinas PUPR Banda Aceh, 2020)

2.3.2 Cara memperbaiki jalan rusak di Jalan Jepara-Keling

a. Retak buaya
Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan
mempergunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston, jika celah ~
3mm. Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak
kulit buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan
tanahdasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang
bagian-bagianyang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan
yang sesuai.Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di
sekitarnya.Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus
diperbaikidengan memberi lapis tambahan. Retak kulit buaya dapat
diresapi olehair sehingga lama kelamaan akan menimbulkan
lubang-lubang akibatterlepasnya butir-butir. Untuk kasus ini
perbaikan tidak hanya terfokus pada retakan saja, tetapi seluruh
rumaja jalan. Pembangunan drainase atau pengaturan sistem
drainase yang baik bisa mencegah retakan jalan muncul kembali.
b. Jalan Berlubang
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus
dibongkar dandilapis kembali dimana pembongkaran berfungsi
untuk meningkatkan daya cengkram antar sambungan perkerasan
yang baru dan perkerasanyang lama. Sama seperti pada retak buaya
diatas, kasus ini perbaikan tidak hanya terfokus pada retakan saja,
tetapi seluruh rumaja jalan. Pembangunan drainase atau pengaturan
sistem drainase yang baik bisa mencegah retakan jalan muncul
kembali sehingga lubang dapat dihindari.
c. Jalan Amblas
- Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan
bahanyang sesuai dengan lapen, lataston, laston.
- Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblas dibongkar
dandilapis kembali dengan lapis yang sesuai.

Pencegahan agar amblas tidak terjadi lagi bisa dilakukan


penegasan pelarangan tentang aturan berat kendaraan yang boleh
melewati jalan tersebut.
d. Pengausan
Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.

BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah ini tentang penyebab kerusakan di Jalan Jepara-
Keling, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jenis kerusakan menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B1983
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Kerusakan jalan
dapat dibedakan atas : Retak (cracking), Distorsi (distortion), Cacat
Permukaan (disintegration), Pengausan (polished aggregats), Kegemukan
(bleeding or flushinh).
2. Kerusakan yang terjadi di Jalan Jepara-Keling adalah retak buaya, jalan
berlubang, pengausan dan jalan amblas.
3. Dari kerusakan yang disebutkan di point 2, kerusakan secara umum
disebabkan oleh buruknya sistem drainase pada jalan tersebut,
penggunaan bahu yang tidak sesuai dan kendaraan berat yang dengan
bebas melewati jalan tersebut.
4. Penanganan kerusakan jalan Jepara-Keling harusnya difokuskan penataan
sistem drainase yang baik, pengembalian penggunaan bahu dengan fungsi
yang seharusnya dan penegasan regulasi tentang kendaraan yang eligible
melewati jalan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai