PADA ASPAL
Disusun oleh:
ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun
tugas Teknik Penulisan Metodologi Penulisan ini dengan baik serta tepat
waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Kerusakan Perkerasan Jalan pada
Aspal” itu sangat mengkhawatirkan pengguna jalan. Semuanya perlu dibahas
pada makalah ini kenapa Kerusakan Perkerasan Jalan sangat diperlukan serta
layak dijadikan bahan bacaan anak teknik.
Tugas ini kami buat untuk memberikan bertujuan untuk kemajuan
bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bpk.Dosen mata kuliah Teknik Penulisan Metodologi
Penulisan. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian
makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3
1.1 Pengertian Perkerasan Jalan.....................................................3
1.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Perkerasan Jalan...........................4
1.3 Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Pada Perkerasan Jalan......19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................20
3.1 Cara Menangani Kerusakan Perkerasan Jalan Pada Aspal ......20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
jenis-jenis kerusakan pada perkerasan jalan, penyebabnya dan juga cara untuk
menanggulanginya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memaparkan pengertian perkerasan jalan.
2. Memaparkan jenis-jenis kerusakan pada perkerasan jalan.
3. Menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan.
4. Menjelaskan cara menangani kerusakan pada perkerasan jalan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu
pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang
dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan
pecah atau batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat ang dipakai adalah aspal,
semen ataupun tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat
memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu
lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa
seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan
beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi
beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan
pula sejumlah variasi. (Klim, Hanzo, 2010)
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan
permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk
3
masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-
kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi
persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu
lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami
bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan
yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik/konstruktif dari
badan jalannya sendiri.
4
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)
1. Retak (cracking)
Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga
akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya
dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu
kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada
setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih
tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki
distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian
tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga
menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut
(Roque, 2010).
5
terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya
luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui
beban yang dapat dipikul oleh lapis an permukaan tersebut.
b. Retak pinggir (edge cracks)
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
6
2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.
Gambar 1.4 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (edge joint cracks)
Sumber : (Asphalt Institute, 2017, http://www.asphaltinstitute.org/asphalt-
pavement-distress-summary/)
Pengertian :
Retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan
lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan,
penyusutan material bahu atau perkerasanjalan, atau akibat lintasan
trucklkendaraan berat di bahu jalan.
7
d. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)
8
e. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)
Pengertian :
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan
terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan
meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
- Ikatan sambungan yang kurang baik.
- Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan
lama.
Akibat lanjutan:
- Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
9
f. Retak refleksi (reflection cracks)
10
g. Retak susut (shrinkage cracks)
11
h. Retak selip (slippage cracks)
12
2. Distorsi (distortion)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi alas Iemahnya
tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi
atas beberapa jenis diantaranya:
a. Alur (ruts)
b. Keriting (corrugation)
13
Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Dapat terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu
tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat
dan licin, aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga
dapat terjadi jika lalu lintas dibikin sebelum perkerasan mantap.
c. Sungkur (shoving)
14
Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air
yang tergenang. Amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang
direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan di
karenakan tanah
dasar mengalami settlement.
e. Jembul (upheaval)
Pengertian :
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi
akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.
15
sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya
kerusakan jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap
masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.
Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang
sama dengan lubang.
16
c. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping)
17
5. Kegemukan (bleeding or flushing)
Gambar 1.20 Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)
Sumber : (Internet, 2017)
Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena pemadatan
yang tidak memenuhi syarat.
18
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan Pada Aspal
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan pada perkerasan jalan dapat
disebabkan oleh :
1. Lalulintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
naiknya air dengan sifat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan yang
tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasar yang memang jelek,
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu
faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling kait-
mengait.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Retak (cracking)
a. Retak kulit buaya (alligator cracks)
Penanganan :
Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan mempergunakan
lapis burda, burtu, ataupun lataston, jika celah ~ 3 mm. Sebaiknya bagian
perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat air yang merembes
masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan eara dibongkar dan
membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan
yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di sekitarnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan
memberi lapis tambahan. Retak kulit buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama
kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.
20
c. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks)
Penanganan :
- Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
- Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan
larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan
pengisi .
- Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).
21
h. Retak selip (slippage cracks)
Penanganan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
2. Distorsi (distortion)
a. Alur (ruts)
Penanganan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.
b. Keriting (corrugation)
Penanganan :
Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis
pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru. Bahan pcngikat mempunyai
kctebalan > 5 cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.
c. Sungkur (shoving)
Penanganan :
Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.
e. Jembul (upheaval)
Penanganan:
Perbaikan dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya
kembali.
22
3. Cacat permukaan (disintegration)
a. Lubang (potholes)
Penanganan :
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis
kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram
antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.
23