Anda di halaman 1dari 26

KERUSAKAN PERKERASAN JALAN

PADA ASPAL

Disusun oleh:

1. Dani Setiawan (30202200082)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun
tugas Teknik Penulisan Metodologi Penulisan ini dengan baik serta tepat
waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Kerusakan Perkerasan Jalan pada
Aspal” itu sangat mengkhawatirkan pengguna jalan. Semuanya perlu dibahas
pada makalah ini kenapa Kerusakan Perkerasan Jalan sangat diperlukan serta
layak dijadikan bahan bacaan anak teknik.
Tugas ini kami buat untuk memberikan bertujuan untuk kemajuan
bangsa. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Bpk.Dosen mata kuliah Teknik Penulisan Metodologi
Penulisan. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian
makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih

Semarang, 0ktober 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................3
1.1 Pengertian Perkerasan Jalan.....................................................3
1.2 Jenis-jenis Kerusakan Pada Perkerasan Jalan...........................4
1.3 Faktor-faktor Penyebab Kerusakan Pada Perkerasan Jalan......19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................20
3.1 Cara Menangani Kerusakan Perkerasan Jalan Pada Aspal ......20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup
masyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
terutama pada sarana transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu
perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes),
bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan
tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun.
Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari
tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan
pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan
sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya di masa mendatang
agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu
pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang
dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan sebelum
mencapai umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat dari kerusakan
fungsional dan struktural.Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan kegagalan struktural terjadi
ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan
jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas,
kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar (Yoder, 1975).
Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam
pembangunan jalan ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan
teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya.
Kita sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan yang kita pakai itu
aman, nyaman, bersih dll. Maka dari itu makalah ini akan membahas mengenai

1
jenis-jenis kerusakan pada perkerasan jalan, penyebabnya dan juga cara untuk
menanggulanginya.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai “Identifikasi
Kerusakan Jalan Pada Aspal”, dalam hal ini, penulis memberikan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan perkerasan jalan ?
2. Apa saja jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan ?
3. Apa saja faktor penyebab kerusakan pada perkerasan jalan ?
4. Bagaimana cara penanganan kerusakan perkerasan jalan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memaparkan pengertian perkerasan jalan.
2. Memaparkan jenis-jenis kerusakan pada perkerasan jalan.
3. Menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan.
4. Menjelaskan cara menangani kerusakan pada perkerasan jalan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perkerasan Jalan

Gambar 1.1 Tebal perkerasan jalan raya aspal


Sumber : (Internet, 2017)

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu
pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang
dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan
pecah atau batu belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat ang dipakai adalah aspal,
semen ataupun tanah liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat
memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu
lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa
seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan
beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi
beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan
pula sejumlah variasi. (Klim, Hanzo, 2010)
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan
permukaan yang selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk

3
masa hidup yang cukup lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-
kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi
persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu
lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan. Sebagaimana telah dipahami
bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari badan jalan
yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik/konstruktif dari
badan jalannya sendiri.

2.2 Jenis-Jenis Kerusakan pada Perkerasan Jalan


Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas :
1. Retak (cracking)
a. Retak kulit buaya (alligator cracks)
b. Retak pinggir (edge cracks)
c. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks)
d. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)
e. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)
f. Retak refleksi (reflection cracks)
g. Retak susut (shrinkage cracks)
h. Retak selip (slippage cracks)
2. Distorsi (distortion)
a. Alur (ruts)
b. Keriting (corrugation)
c. Sungkur (shoving)
d. Amblas (grade depressions)
e. Jembul (upheavall)
3. Cacat permukaan (disintegration)
a. Lubang (potholes)
b. Pelepasan butir (ravelling)
c. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping)
4. Pengausan (polished aggregate)
5. Kegemukan (bleeding or flushing)

4
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)
1. Retak (cracking)
Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga
akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya
dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu
kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada
setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih
tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki
distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian
tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya. Mekanika retak juga
menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material tersebut
(Roque, 2010).

a. Retak kulit buaya (alligator cracks)

Gambar 1.2 Retak Kulit Buaya (alligator cracks)


Sumber : (http://blogserbaneka.blogspot.co.id/2016/07/ciri-ciri-jalan-aspal-beton-
tanah-yang.html)
Pengertian :
Lebar celah lebih besar atau sarna dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk
serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan
oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Umumnya daerah dimana

5
terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya
luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui
beban yang dapat dipikul oleh lapis an permukaan tersebut.
b. Retak pinggir (edge cracks)

Gambar 1.3 Retak Pinggir (edge cracks)


Sumber : (Axa, Moh, 2016)
Pengertian :
Retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu
jalandan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan
dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau
terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi
perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak,
air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.

Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
1. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga
mengganggu kenyamanan berkendaraan.

6
2. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.

c. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks)

Gambar 1.4 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (edge joint cracks)
Sumber : (Asphalt Institute, 2017, http://www.asphaltinstitute.org/asphalt-
pavement-distress-summary/)
Pengertian :
Retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan
lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan,
penyusutan material bahu atau perkerasanjalan, atau akibat lintasan
trucklkendaraan berat di bahu jalan.

7
d. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)

Gambar 1.5 Retak Sambungan Jalan (lane joint cracks)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan
berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab : Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

8
e. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)

Gambar 1.6 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening cracks)


Sumber : (Sajjad, Ahmed, 2005, https://sajjadzaidi.com/2005/oct/)

Pengertian :
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan
terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan
meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
- Ikatan sambungan yang kurang baik.
- Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan
lama.
Akibat lanjutan:
- Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

9
f. Retak refleksi (reflection cracks)

Gambar 1.7 Retak Refleksi (reflection cracks)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk
memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang
(transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola
retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan
lama tidak diperbaiki secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay)
dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
- Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan
overlay)sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif.
- Perbedaan penurunan ( settlement ) dari timbunan/ pemotongan badan
jalandengan struktur perkerasan.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

10
g. Retak susut (shrinkage cracks)

Gambar 1.8 Retak Susut (shrinkage scracks)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar
dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang
membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh
pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
- Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal
dengan penetrasi rendah.
- Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
- Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan
danmengganggu kenyamanan berkendaraan.
- Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes ).

11
h. Retak selip (slippage cracks)

Gambar 1.9 Retak Selip (slippage cracks)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau
crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau
berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang
terjadi bersama denganterbentuknya sungkur ( shoving ).
Kemungkinan penyebab:
- Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan bawahnya tidak bail yang disebabkan
kurangnya aspal/ permukaan berdebu
- Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
- Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
- Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak
olehmesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
- Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan
akanmengganggu kenyamanan berkendaraan.
Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang ( potholes).

12
2. Distorsi (distortion)
Jenis kerusakan lentur atau flexible berupa distorsi dapat terjadi alas Iemahnya
tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Untuk kerusakan jalan yang satu ini dibagi
atas beberapa jenis diantaranya:
a. Alur (ruts)

Gambar 1.10 Alur (ruts)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan, dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di alas permukaan jalan, mengurangi tingkat
kenyamanan dan akhirnya timbul retak-retak. Disebabkan oleh lapis perkerasan
yang kurang padat, dengan demikian terjadi penambahan pcmadatan akibat
repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal stabilitas rendah
dapat pula menimbulkan defonnasi plastis.

b. Keriting (corrugation)

Gambar 1.11 Keriting (corrugation)

13
Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Dapat terjadi karena rendahnya stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu
tingginya kadar aspal, terlalu banyak menggunakan agregat halus, agregat bulat
dan licin, aspal yang dipakai mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting juga
dapat terjadi jika lalu lintas dibikin sebelum perkerasan mantap.

c. Sungkur (shoving)

Gambar 1.12 Sungkur (shoving)


Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Deformasi plastis yang terjadi setempat di tempat kendaraan sering berhenti,
kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan atau tanpa
retak. Penyebab kerusakan sama dengan keriting.

d. Amblas (grade depressions)

Gambar 1.13 Amblas (grade depressions)

14
Sumber : (Internet, 2017)
Pengertian :
Terjadi setempat/tertentu dengan atau tanpa retak, terdeteksi dengan adanya air
yang tergenang. Amblas adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang
direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan di
karenakan tanah
dasar mengalami settlement.

e. Jembul (upheaval)
Pengertian :
Jenis kerusakan Jembul terjadi setempat dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi
akibat adanya pengembangan tanah dasar ekspansip.

3. Cacat permukaan (disintegration)


Jenis kerusakan yang satu ini mengarah pada kerusakan secara kimiawi &mekanis
dari lapisan permukaan, yang termasuk cacat permukaan adalah sebagai berikut:
a. Lubang (potholes)

Gambar 1.14 Lubang (potholes)


Sumber : (Harian Tangerang, 2014, www.hariantangerang.com)
Pengertian :
Kerusakan jalan berbentuk lubang (potholes) memiliki ukuran yang bervariasi
dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air

15
sampaike dalam lapis permukaan yang dapat menyebabkan semakin parahnya
kerusakan jalan.
Proses pembentukan lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran lapis permukaan yang buruk seperti :
a) Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
b) Agregat kotor sehingga ikatan antar aspal dan agregat tidak baik.
c) Temperature campuran tidak memenuhi persyaratan.
2. Lapis permukaan tipis sehingga lapisan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
3. System drainase jelek sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapis perkerasan.
4. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap
masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

b. Pelepasan butir (ravelling)

Gambar 1.16 Pelepasan Butir (ravelling)


Sumber : (Internet, 2017)

Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh halyang
sama dengan lubang.

16
c. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping)

Gambar 1.17 Pengelupasan Lapisan Permukaan (stripping)


Sumber : (Internet, 2017)
Disebabkan oleh kurangnya ikatan antar lapis permukaan dan lapis bawahnya atau
terlalu tipisnya lapis permukaan.

4. Pengausan (polished aggregate)

Gambar 1.18 Pengausan (polished aggregate)


Sumber : (Internet)
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus
terhadap roda kendaraan / agregat yang digunakan berbentuk bulat dan licin.

17
5. Kegemukan (bleeding or flushing)

Gambar 1.19 Kegemukan (bleeding or flushing)


Sumber : (Internet, 2017)
Pada temperature tinggi, aspal menjadi lunak, dan akan terjadi jejak roda,
dapatdisebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal,
pemakaian terlalu banyak aspal pada pengerjaan prime coat / teak coat.

6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)

Gambar 1.20 Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)
Sumber : (Internet, 2017)
Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena pemadatan
yang tidak memenuhi syarat.

18
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan Pada Aspal
Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan pada perkerasan jalan dapat
disebabkan oleh :
1. Lalulintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
naiknya air dengan sifat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat
material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan yang
tidak baik.
4. Iklim. Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasar yang memang jelek,
6. Proses pemadatan di atas lapisan tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu
faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling kait-
mengait.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Cara Menangani Kerusakan Perkerasan Jalan Pada Aspal

1. Retak (cracking)
a. Retak kulit buaya (alligator cracks)
Penanganan :
Retak kulit buaya untuk sementara dapat dipelihara dengan mempergunakan
lapis burda, burtu, ataupun lataston, jika celah ~ 3 mm. Sebaiknya bagian
perkerasan yang telah mengalami retak kulit buaya akibat air yang merembes
masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan eara dibongkar dan
membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan
yang sesuai. Perbaikan harus disertai dengan perbaikan drainase di sekitarnya.
Kerusakan yang disebabkan oleh beban lalulintas harus diperbaiki dengan
memberi lapis tambahan. Retak kulit buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama
kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.

b. Retak pinggir (edge cracks)


Penanganan :
Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan
pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu jalan diperlebar dan dipadatkan.
Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan
mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai
dengan terjadinya lubang-Iubang.

20
c. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks)
Penanganan :
- Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
- Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan
larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan
pengisi .
- Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).

d. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)


Penanganan :
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir
kedalam celah yang terjadi.

e. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)


Penanganan :
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran
aspal cair dan pasir.

f. Retak refleksi (reflection cracks)


Penanganan :
1. Untuk retak memanjang, melintang dan diagonal perbaikan dapat dilakukan
dengan mengisi celah-celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
2. Untuk retak berbentuk kotak, perbaikan dilakukan dengan membongkar dan
melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

g. Retak susut (shrinkage cracks)


Penanganan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair
dan pasir, dan dilapis dengan burtu.

21
h. Retak selip (slippage cracks)
Penanganan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian jalan yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.

2. Distorsi (distortion)
a. Alur (ruts)
Penanganan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan yang sesuai.

b. Keriting (corrugation)
Penanganan :
Jika lapisan memiliki pondasi agregat, digaruk kembali, dicampur dengan lapis
pondasi, dipadatkan dan diberi lapis perkerasan baru. Bahan pcngikat mempunyai
kctebalan > 5 cm, lapis tersebut diangkat dan diberi lapisan baru.

c. Sungkur (shoving)
Penanganan :
Perbaikan dilakukan dengan dibongkar dan dilakukan pelapisan kembali.

d. Amblas (grade depressions)


Penanganan :
- Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan yang sesuai
dengan lapen, lataston, laston.
- Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapis kembali
dengan lapis yang sesuai.

e. Jembul (upheaval)
Penanganan:
Perbaikan dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya
kembali.

22
3. Cacat permukaan (disintegration)
a. Lubang (potholes)
Penanganan :
Untuk perbaikan maka lubang-lubang tersebut harus dibongkar dan dilapis
kembali dimana pembongkaran berfungsi untuk meningkatkan daya cengkram
antar sambungan perkerasan yang baru dan perkerasan yang lama.

b. Pelepasan butir (ravelling)


Penanganan :
Dapat diperbaiki dengan meberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang
mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan dikeringkan.

c. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping)


Penanganan :
Dapat diperbaiki dengan cara digaruk, diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu
dilapisi dengan buras.

4. Pengausan (polished aggregate)


Penanganan :
Dapat diatasi dengan latasir, buras, latasbum.

5. Kegemukan (bleeding or flushing)


Penanganan :
Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau
lapis aspal diangkat dan diberi lapisan penutup.

6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)


Penanganan :
Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai.

23

Anda mungkin juga menyukai