Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

Perkerasan Lentur Jalan Raya


( Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perenc.dan pelaksaan konst. Jalan
dan jembatan )
DosenPengampu :

Dody Taufiq Absor Sibuea, S.T,. M.T

OLEH :
Salwa Khairunnisa NIM : 5183311012

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat Nyalah,
sehingga Critical Book Report ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan Critical Book Report ini dilakukan
sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Perenc.dan pelaksaan konst. Jalan dan
jembatan.

Dan harapan saya semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi Critical Book Report agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam Critical Book Report ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Critical Book Report ini.

Medan, 31 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................


B. Rumusan Masalah..................................................................................
C. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Identitas Buku .......................................................................................


B. Ringkasan Materi ..................................................................................

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Besarnya pengaruh kerusakan dan langkah penanganan selanjitnya tergantung dari


evaluasi yang dilakukan oleh si pengamat, sipengamat haruslah orang yang benar benar
menguasai jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan
kerusakan yang timbul.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja masalah kerusakan permukaan jalan ?
2. Bagaimana cara pemeliharaan permukaan jalan?
3. Kerusakan permukaan jalan dapat diperbaiki dengan ?
4. Bagaimana perawatan permukaan jalan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja masalah kerusakan permukaan jalan
2. Untuk mengetahui material bagaimana cara pemeliharaan permukaan jalan
3. Untuk mengetahui cara memperbaiki kerusakan permukaan jalan
4. Untuk mengetahui bagaimana perawatan permukaan tanah
BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTITAS BUKU
a. Buku Utama
Judul Buku : Perkerasan Lentur Jalan Raya
Penulis : Silvia Sukirman
Penerbit : Nova
ISBN :-
Tahun : 1999
Kota : Bandung
Jumlah Hal : 241 Halaman

B. RINGKASAN MATERI BAB VIII (KERUSAKAN KERUSAKAN DAN


PEMELIHARAAN PERMUKAAN JALAN)
Penanganan konstruksi perkerasan bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan,
ataupun rehabilitas dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan kerusakan yang timbul
pada perkerasan dievaluasi mengenai penyebab dan akibat kerusakan. Besarnya pengaruh
kerusakan dan langkah penanganan selanjitnya tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh
si pengamat, sipengamat haruslah orang yang benar benar menguasai jenis dan sebab serta
tingkat penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan kerusakan yang timbul.
Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh :
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2. Air yang berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat
sifat kapitalitas.
3. Material konstruksi perkerasan.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, suhu udara dan curah hujan yang tinggi, dapat
menyebabkan kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil.
6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik.
Umumnya kerusakan kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu factor saja, akan
tetapi merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait.
Dalam mengevaluasi kerusakan jalan perlu ditentukan :
a. Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya
b. Tingkat kerusakan (distress severity)
c. Jumlah kerusakan (distress amount)

A. Jenis kerusakan pada perkerasan lentur


Menurut manual pemeliharaan jalan nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh
direktorat jendral bina marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas :
a. Retak (cracking)
b. Distorsi (distortion)
c. Cacat permukaan (disintegration)
d. Pengausan (polished aggregate)
e. Kegemukan (bleeding of flushing)
f. Penurunan pada bekas penanaman utilitas

1. Retak (cracking) dan penanganannya


Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
a. Retak halus (hair cracking)
Lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3mm, penyebab adalah bahan
perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan dibawah lapis
permukaan kurang stabil. Retak alus dapat meresapkan air kedalam lapis
permukaan. Untuk pemeliharaan dapat dipergunakan lapis latasir, atau buras.
Tahap perbaikan dilengkapi dengan perbaikan system drainase. Retak rambut
depat berkembang menjadi retak kulit buaya.

b. Retak kulit buaya (alligator crack)


Lebar celah lebih besar atau sama dengan 3mm. saling berangkai membentuk
serangkai kotak kotak kecil menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh
bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau
bagian perkerasan dibawah lapisan permukaan kurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik)

c. Retak pinggir (edge crack)


Retak memanjang jalan, denganatau tanpa cabang yang mengarah ke bahu
dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari
arah samping, drainase kurang baik, terjadi penyusutan tanah atau terjadinya
settlement dibawah daerah.

d. Retak sambungan bahu dan perkerasaan (edge joint crack)


Retak memanjang, umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan. Rataj dapat disebabkan oleh kondisi drainase dibawah bahu jalan
lebih buruk dari pada dibawah perkerasan, terjadi settlement dibahu jalan,
penyeusutan material bahu atau pekerjaan jalan atau akibat lintasan
truk/kendaraan berat dibahu jalan.

e. Retak sambungan jalan (lane joint cracks)


Retak memanjang yang terjadi pada sambungan 2jalur lalu lintas. Hal ini
disebabkan tidak baiknya pada sambungan 2jalur lalu lintas. Perbaikan dapat
dilakukan dengan memasukkan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah
celah yang terjadi.

f. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks)


Retak yang memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama
dengan perkerasan pelebaran. Hal disebabkan oleh perbedaan daya dukung
dibawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh
ikatan antara sambungan yang tdiak baik.
g. Retak refleksi (reflection cracks)
Retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada
lapisan tambahan (overalay) yang menggambarkan pola retakkan dibawahnya.
Retak refleksi terjadi jika retak pada pengerasan lama tidak diperbaiki secara baik
sebelum pekerjaan overlay dilakukan.

h. Retak sudut (shrinkage cracks)


Retak yang saling bersambung membentuk kotak kotak besar dengan sudu
tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang
memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan
pondasi dan tanah dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan
campuran aspal cair dann pasir dan dilapisi dengan burtu.

i. Retak selip (slippage cracks)


Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal ini terjadi
disebabkan oleh kurangbaiknya ikatan antara lapisan permukaan dan lapis
dibawahnya. Retak selip pun dapat terjadi akibat terlalubanyak pasir dalam
campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapisan permukaa.
Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan
menggantikannya dengan lapisan tang lebih baik.

2. Distori (distortion)
Distorsi/perubahan bentuk dapat terjadi akibat lebanya tanah dasar, pemadatan yang
kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tembahan pemadatan beban lalu lintas.
Distori (distorsion) dapat dibedakan atas :
a. Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat
merupakan tempat menggenangkan air hujan jatuh diatas permukaan jalan,
mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak retak. Alur
disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang pada. Campuran aspal dengan
stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis
b. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya
lapisan permukaan yang berkeriting ini pengemudi akan merasakan ketidak
nyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas
campuran dapat berasal dari terlalu tinggi kadar aspal, terlalu banyak agregat
halus, agregat berbentuk bulat dan licin, atau aspal yang dipergunakan
mempunyai penetrasi yang tinggi. Kerusakannya dapat diperbaiki dengan :
 Jika lapis pemukaan yang berkeriting itu mempunyai lapis pondasi agregat,
perbaikan yang tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan
lapis pondasi, dipatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru
 Jika lapis permukaan dengan bahan pengikat mempunyai ketebalan <5cm,
maka lapis tipis yang mengalami keriting diangkat dan diberi lapis permukaan
yang beru
c. Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, ditempat kenderaan
sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi
dengan/tanpa retak. Penyebab kerusakan sama dengan kerusakkan keriting.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapis kembali.
d. Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas
dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat
meresap kedalan lepisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang.
Penyebab amblas adalah beban kenderaan yang melebihi apa yang derencanakan,
pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dekarenakan
tanah dasar mengalami settlement.
Perbaikan dapat dilakukan dengan :
 Untuk amblas yang kurang lebih 5cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan
sesuai seperti lapen, lataston, laston
 Untuk amblas yang lebih besar dari 5cm, bagian amblas dibongkar dan dilapis
kembali dengan lapis yang sesuai
e. Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat
pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansip. Perbaikan delakukan
dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.

3. Cacat permukaan (disintegration), yang mengarah kepada kerusakan secara kimiawi


dan mekanis dari lapisan perkerasan.
a. Lubang (potholes)
Berupa mangkung, ukuran bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang lubang ini
menampung dan meresapkan air kedalam lapis permukaan yang memnyebabkan
semakin parahnya kerusakan jalan.
Lubang dapat terjadi akibat :
1. Campuran material lapis permukaan jelek, seperti :
 Kadar aspal rendah, sehingga flim aspak tipis dan mudah lepas
 Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik
 Temperatur campuran tidak memenuhi
2. Lapisan permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca
3. Sistim drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapisan perkerasan
4. Retak retak yang terjadi segera ditangani sehingga air meresap masuk dan
mengakibatkan terjadinya lubang lubang kecil
Lubang lubang diperbaiki dengan cara dibongkar dan dilapisi kembali.
Perbaikan yang bersifat permanen disebut juga deep patch (tambal dalam),
yang dilakukan sebagai berikut :
 Bersihkan lubang dari air dan material material yang lepas
 Bongkar bagian lapisan permukaan dan pondasi sedalam dalamnya
sehingga mencapai lapisan yang kokoh (potong dalam bentuk yang
persegi panjang)
 Beri lapisan tack coat sebagai lapis pengikat
 Isikan campuran aspal dengan hati hati agar tidak terjadi segregasi
 Padatkan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan
lingkungannya
b. Pelepasan butir (raveling)
Dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang
sama dengan lubang. Diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan diatas
lapiasan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan dan
dikeringkan.
c. Pengelupasan lapisan permukaan (stripping)
Dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis
dibawahnya, atau terlalu tipis permukaan. Dapat diperbaiki dengan cara digaruk,
diratakan, dan dipadatkan. Setelah itu dilapisi dengan buras.

4. Pengausan (polished aggregate)


Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kenderaan, pengausan
terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda
kenderaan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk
cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras, atau latasbum.

5. Kegemukan (bleeding of flushing)


Permukaan jalan menjadi licin. Pada temperature tinggi aspal menjadi lunak dan akan
terjadi jejak roda. Berbahaya bagi kenderaan. Kegemukan (bleeding) dapat
disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalu banyak aspal pada perkerjaan prime coat atau tack coat. Dapat diatas dengan
menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapisan aspal diangkat dan
kemudian diberi lapisan penutup.

6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)


Penurunan yang terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena
pemadatan yang tdiak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali
dan diganti dengan lapis yang sesuai.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penanganan konstruksi perkerasan bersifat pemeliharaan, penunjang, peningkatan,
ataupun rehabilitas dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan kerusakan yang timbul pada
perkerasan dievaluasi mengenai penyebab dan akibat kerusakan. Menurut manual pemeliharaan
jalan nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh direktorat jendral bina marga, kerusakan
jalan dapat dibedakan atas : Retak (cracking), Distorsi (distortion), Cacat permukaan
(disintegration), Pengausan (polished aggregate), Kegemukan (bleeding of flushing), Penurunan
pada bekas penanaman utilitas

B. SARAN
Saran kami sebagai penulis mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam lagi,
disarankan kepada pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang sifatnya membangun agar
sempurnanya laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ir. Tri Mulyono, MT (2004), Teknologi Beton, Yogyakarta, Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai